Pencemaran Lingkungan Teluk Lampung I.B. Ilham Malik, ST., MT.
Pencemaran Lingkungan Teluk Lampung
Oleh: I.B. Ilham Malik, ST., MT.
Dosen Teknik Sipil UBL, Peneliti di Center for Urban and Regional Studies (CURS) UBL
Teluk Lampung tercemar. Demikian bunyi pemberitaan media. Walhi Lampung telah berkali-kali
mengingatkan masalah ini kepada publik dan bahkan pemerintah. Tujuannya sederhana, agar
masalah ini dapat diselesaikan oleh pihak yang berwenang, yang dalam hal ini adalah pemerintah
daerah baik provinsi maupun kota.
Sebab Teluk Lampung bukan hanya berfungsi sebagai jalur pelayaran kapal domestik dan manca
yang keluar masuk Pelabuhan Panjang, namun juga merupakan bagian penting dari kegiatan
ekonomi masyarakat (sebagai nelayan), kawasan pariwisata, dan bahkan kawasan permukiman
warga. Oleh sebab itu, adanya gangguan lingkungan hidup di Teluk Lampung, pada dasarnya telah
menimbulkan gangguan terhadap seluruh aktivitas yang bergantung dengannya. Dan bahkan,
menimbulkan gangguan terhadap siklus kehidupan masyarakat sekitarnya (pesisir).
Tulisan ini tidak akan membahas jenis pencemaran apa saja yang terjadi di perairan Teluk Lampung.
Namun akan membahas tentang potensi, sekali lagi potensi, sumber pencemaran lingkungan di
perairan ini.
Seperti yang diketahui, disekitar Teluk Lampung terdapat beberapa aktivitas seperti permukiman
penduduk, industri sedang dan berat, pergudangan dan stockpile, emplasment barang dan peti
kemas, kepelabuhan, pariwisata (objek wisata dan sarana hiburan serta hotel), dan pelayaran. Tiap
kegiatan tertentu, tentu saja akan menghasilkan limbah dalam skala produksi, yang jika tidak
dikelola dengan baik maka akan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pecemaran
terhadap perairan, udara, suara, tanah dan air tanah (dangkal dan dalam).
Oleh sebab itu, langkah sederhana yang bisa dilakukan dalam upaya meminimalisir pencemaran
lingkungan perairan di Teluk Lampung adalah dengan melakukan audit lingkungan secara
transparan, berkala dan bahkan melalui mekanisme kerja inspeksi mendadak, untuk mengetahui
apakah unit-unit pengolahan limbah di masing-masing aktivitas tersebut, benar-benar berfungsi
ataukah tidak. Sehingga ini akan menjadi landasan bagi pemerintah untuk menyikapi pencemaran
lingkungan yang terjadi di Teluk Lampung.
Secara the facto, Panjang dan sekitarnya telah berfungsi sebagai kawasan industri dan pergudangan,
dan kegiatan kepelabuhan dan pelayaran. Hal ini menjadikan kawasan ini sebagai sebuah kawasan
yang memiliki produksi limbah berbahaya yang sangat besar. Limbah berbahaya ini tentu saja harus
dikelola dengan baik dan sempurna agar tidak memberikan dampak buruk pada lingkungan dan
manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Setiap produksi limbah yang mereka hasilkan, tidak dikelola dengan baik sesuai prosedur baku yang
telah tertuang di dalam Dokumen Amdal (atau dalam skala kecilnya ada di dokumen UKL/UPL), maka
seharusnya usaha tersebut diberi arahan, teguran dan kemudian sanksi, agar setiap kegiatan usaha
yang secara sengaja abai terhadap terjadinya kerusakan lingkungan, dapat menjadi peduli dengan
pengelolaan lingkungan. Dan itu sesuai dengan komitmen yang disampaikan dan tertuang didalam
pengajuan ijin operasi usahanya.
Selama setiap tempat usaha tidak memiliki unit pengelolaan limbah yang dilengkapi dengan fasilitas
pengelolaan dan pengendalian limbah, serta unit dan sapras pendukungnya tersebut tidak berfungsi
dengan baik, maka sudah pasti kegiatan usaha tersebut mencemari lingkungan dengan berbagai
modus/cara. Salahsatunya, karena dekat dengan perairan Teluk Lampung, maka selain dipendam,
limbah yang dihasilkan akan dibuang ke perairan. Apalagi jika limbah yang dihasilkan tersebut adalah
limbah cair, maka akan semakin memudahkan pembuangannya ke laut. Misalnya dengan membuang
limbah ke saluran drainase yang bermuara ke laut, atau dengan membuat pipa khusus dari
pabrik/gudang ke laut dengan cara memendamnya ke dalam tanah.
Soal potensi pembuangan limbah secara serampangan ini, sangat mudah dipantau melalui
pemantauan terhadap tingkat pencemaran air permukaan di saluran drainase, air tanah dangkal dan
dalam, dengan menguji sample air plus menguji kondisi tanahnya, atau melakukan penyelidikan
dengan alat sensor pipa untuk mengetahui apakah ada pembuangan limbah secara sengaja dari
pabrik/gudang ke perairan Teluk Lampung menggunakan pipa ataukah tidak.
Cara menguji dan memantaunya sangatlah sederhana. Karena itu semua ini tidaklah sulit untuk
dilakukan oleh pemerintah. Dengan melibatkan ahli dan laboratorium yang mumpuni, maka
penyebab pencemaran itu akan dapat dengan mudah diketahui. Dan jika penyebab utama
pencemarannya telah diketahui, maka dengan sendirinya akan memudahkan penanganan.
Oleh: I.B. Ilham Malik, ST., MT.
Dosen Teknik Sipil UBL, Peneliti di Center for Urban and Regional Studies (CURS) UBL
Teluk Lampung tercemar. Demikian bunyi pemberitaan media. Walhi Lampung telah berkali-kali
mengingatkan masalah ini kepada publik dan bahkan pemerintah. Tujuannya sederhana, agar
masalah ini dapat diselesaikan oleh pihak yang berwenang, yang dalam hal ini adalah pemerintah
daerah baik provinsi maupun kota.
Sebab Teluk Lampung bukan hanya berfungsi sebagai jalur pelayaran kapal domestik dan manca
yang keluar masuk Pelabuhan Panjang, namun juga merupakan bagian penting dari kegiatan
ekonomi masyarakat (sebagai nelayan), kawasan pariwisata, dan bahkan kawasan permukiman
warga. Oleh sebab itu, adanya gangguan lingkungan hidup di Teluk Lampung, pada dasarnya telah
menimbulkan gangguan terhadap seluruh aktivitas yang bergantung dengannya. Dan bahkan,
menimbulkan gangguan terhadap siklus kehidupan masyarakat sekitarnya (pesisir).
Tulisan ini tidak akan membahas jenis pencemaran apa saja yang terjadi di perairan Teluk Lampung.
Namun akan membahas tentang potensi, sekali lagi potensi, sumber pencemaran lingkungan di
perairan ini.
Seperti yang diketahui, disekitar Teluk Lampung terdapat beberapa aktivitas seperti permukiman
penduduk, industri sedang dan berat, pergudangan dan stockpile, emplasment barang dan peti
kemas, kepelabuhan, pariwisata (objek wisata dan sarana hiburan serta hotel), dan pelayaran. Tiap
kegiatan tertentu, tentu saja akan menghasilkan limbah dalam skala produksi, yang jika tidak
dikelola dengan baik maka akan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pecemaran
terhadap perairan, udara, suara, tanah dan air tanah (dangkal dan dalam).
Oleh sebab itu, langkah sederhana yang bisa dilakukan dalam upaya meminimalisir pencemaran
lingkungan perairan di Teluk Lampung adalah dengan melakukan audit lingkungan secara
transparan, berkala dan bahkan melalui mekanisme kerja inspeksi mendadak, untuk mengetahui
apakah unit-unit pengolahan limbah di masing-masing aktivitas tersebut, benar-benar berfungsi
ataukah tidak. Sehingga ini akan menjadi landasan bagi pemerintah untuk menyikapi pencemaran
lingkungan yang terjadi di Teluk Lampung.
Secara the facto, Panjang dan sekitarnya telah berfungsi sebagai kawasan industri dan pergudangan,
dan kegiatan kepelabuhan dan pelayaran. Hal ini menjadikan kawasan ini sebagai sebuah kawasan
yang memiliki produksi limbah berbahaya yang sangat besar. Limbah berbahaya ini tentu saja harus
dikelola dengan baik dan sempurna agar tidak memberikan dampak buruk pada lingkungan dan
manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Setiap produksi limbah yang mereka hasilkan, tidak dikelola dengan baik sesuai prosedur baku yang
telah tertuang di dalam Dokumen Amdal (atau dalam skala kecilnya ada di dokumen UKL/UPL), maka
seharusnya usaha tersebut diberi arahan, teguran dan kemudian sanksi, agar setiap kegiatan usaha
yang secara sengaja abai terhadap terjadinya kerusakan lingkungan, dapat menjadi peduli dengan
pengelolaan lingkungan. Dan itu sesuai dengan komitmen yang disampaikan dan tertuang didalam
pengajuan ijin operasi usahanya.
Selama setiap tempat usaha tidak memiliki unit pengelolaan limbah yang dilengkapi dengan fasilitas
pengelolaan dan pengendalian limbah, serta unit dan sapras pendukungnya tersebut tidak berfungsi
dengan baik, maka sudah pasti kegiatan usaha tersebut mencemari lingkungan dengan berbagai
modus/cara. Salahsatunya, karena dekat dengan perairan Teluk Lampung, maka selain dipendam,
limbah yang dihasilkan akan dibuang ke perairan. Apalagi jika limbah yang dihasilkan tersebut adalah
limbah cair, maka akan semakin memudahkan pembuangannya ke laut. Misalnya dengan membuang
limbah ke saluran drainase yang bermuara ke laut, atau dengan membuat pipa khusus dari
pabrik/gudang ke laut dengan cara memendamnya ke dalam tanah.
Soal potensi pembuangan limbah secara serampangan ini, sangat mudah dipantau melalui
pemantauan terhadap tingkat pencemaran air permukaan di saluran drainase, air tanah dangkal dan
dalam, dengan menguji sample air plus menguji kondisi tanahnya, atau melakukan penyelidikan
dengan alat sensor pipa untuk mengetahui apakah ada pembuangan limbah secara sengaja dari
pabrik/gudang ke perairan Teluk Lampung menggunakan pipa ataukah tidak.
Cara menguji dan memantaunya sangatlah sederhana. Karena itu semua ini tidaklah sulit untuk
dilakukan oleh pemerintah. Dengan melibatkan ahli dan laboratorium yang mumpuni, maka
penyebab pencemaran itu akan dapat dengan mudah diketahui. Dan jika penyebab utama
pencemarannya telah diketahui, maka dengan sendirinya akan memudahkan penanganan.