PERAN AHA CENTER DALAM MENANGGULANGI BEN

Makalah

PERAN AHA CENTER DALAM MENANGGULANGI BENCANA
DI ASIA TENGGARA
Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah ASEAN

Disusun Oleh:
Senoaji Rizusman

151150109

Gaezar Josh Samuel L

151150112

Dhimas Wresniwira

151150116

Ahmad Shidqi Mu’afa


151150135

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.

PENGERTIAN
ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster
Management (AHA Center) merupakan badan inter-pemerintah anggota organisasi
ASEAN

untuk

penanggulangan


bencana

yang

bertujuan

mengantisipasi

dan

meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam. Badan ini resmi
didirikan di Jakarta dengan ditandatanganinya kesepakatan KTT ASEAN di Bali oleh
para Menteri Luar Negeri ASEAN pada tanggal 17 November 2011 lalu.
Terdapat tiga pilar yang terdapat dalam AHA Center, pertama yaitu Hazard
science and technology terutama untuk wilayah ASEAN, kedua Information and
Communication Technology yang merupakan key factor dari center ini dan ketiga yaitu
disaster management. (Sumber: BPPT)1. Yang dilakukan AHA Center adalah
mengumpulkan

data


dan

informasi

mengenai

kebencanaan

dan

kemudian

mendistribusikan data tersebut kepada pihak yang membutuhkan.

B.

TUJUAN DAN PROGRAM
AHA Center mempunyai dua tujuan utama. Tujuan yang pertama yaitu untuk
memfasilitasi kerjasama dan koordinasi antara PBB dan Organisasi Internasional lainnya

dalam bidang penanggulangan bencana. Yang kedua, adalah untuk melakukan aksi
apabila terjadi bencana di wilayah ASEAN, dan juga memfasilitasi Negara anggota
ASEAN apabila meminta bantuan atau permintaan kepada AHA terkait dengan
penanggulangan bencana.

Dalam keterkaitannya denga AADMER, AHA Center memiliki fungsi sebagai
berikut2 :
i.

Menghimpun data terkait sumber daya di kawasan yang dapat digunakan
untuk penanggulangan bencana dan respon darurat.

1

AHA CENTER: TANGGAP BENCANA ASEAN: http://www.bppt.go.id/teknologi-sumberdayaalam-dan-kebencanaan/931-aha-center-tanggap-bencana-asean. 23 November 2011.
(diakses pada 01 Desember 2016, 11:15 WIB)
2
ASEAN AGREEMENT ON DISASTER MANAGEMENT AND EMERGENCY RESPONSE (AADMER)
Work Programme 2010 – 2015. (hlm. 99)


2

ii.

Memfasilitasi dan mengelola secara periodik ketersediaan sumber daya

iii.

untuk menanggulangi bencana.
Memfasilitasi segala aktifitas teknis terkait penanggulangan bencana.

AHA Center memiliki beberapa program yang telah dijalankan, salah satunya
yaitu AHA Center Executive Programme (ACE Programme). ACE Programme adalah
program yang dirancang untuk mempersiapkan para pemimpin masa depan untuk
penanggulangan bencana di ASEAN, yang sejauh ini sangat intensif melakukan pelatihan
penanggulangan bencana di kawasan ASEAN. Program ini dikelola ASEAN Coordinating
Centre for Humanitarian Assitance on disaster management (AHA Centre), dengan
dukungan dari pemerintah Jepang melalui Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF).
Program ini ditujukan untuk menjadikan AHA lebih kuat dan lebih responsif dalam hal
penanggulangan bencana. ACE programme ini juga merupakan program untuk

memperkuat program-program AHA lainnya.3

C.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana prospek AHA Centre dalam bidang penanggulangan bencana di Asia
Tenggara?

BAB II
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN AHA (ASEAN HUMANITARIAN
ASSISTANCE)
Pembentukan AHA (ASEAN Humanitarian Assistance) ditujukan untuk dapat
menanggulangi suatu bencana yang terjadi pada negara anggota ASEAN secara cepat dan
tepat. Namun karena AHA (ASEAN Humanitarian Assistance) ini belum lama terbentuk,
yakni baru terbentuk pada tahun 2011, maka masih ada permasalah dalam
pelaksanaannya di lapangan. Seperti kurangnya koordinasi antara negara-negara anggota
ASEAN dalam menanggapi bencana yang ada dan kurangnya respon negara-negara
3


Media Briefing AHA Centre Executive Programme: Preparing the Future Leaders of Disaster
Management in ASEAN. Friday 1 April 2016. (hlm. 10-12)

3

ASEAN. AHA sudah berusaha agar mendorong persatuan semua masyarakat ASEAN.
Tujuannya adalah agar semua lembaga non pemerintah, antara lain lembaga swadaya
masyarakat, industri, akademisi, dan media bisa terlibat lebih banyak, baik untuk
manajemen bencana maupun saat tanggap darurat di Asia Tenggara. Dengan
terkoordinasi dalam satu wadah, bantuan dalam jumlah besar bisa dikejar dalam waktu
cepat. Karena kurangnya koordinasi inilah yang menyebabkan AHA (ASEAN
Humanitarian Assistance) belum bisa bekerja secara maksimal. Masalah utama yang
terjadi di dalam organisasi ASEAN adalah kurangnya kerjasama sesama anggota
ASEAN. Dimana setiap anggota ASEAN masih berpegang teguh untuk memenuhi
kepentingan nasionalnya masing-masing. Sehingga apa yang terjadi dengan negara
anggota ASEAN yang lain ditanggapi dengan respon yang agak lambat. AHA sudah
bergerak secara cepat saat penanggulangan bencana angin topan di Filipina tahun 2013
lalu namun volume bantuan yang datang bisa dikatakan lamban dan mengakibatkan
jatuhnya korban tidak bisa di minimalisir. Dari hal inilah dikatakan bahwa koordinasi dan
kerjasama anggota-anggota ASEAN diharuskan untuk lebih ditingkatkan lagi karena jika

kerjasama dan respon anggota-anggota ASEAN yang lain sudah baik, maka kinerja AHA
akan lebih maksimal dan jika sewaktu-waktu ada bencana yang menerjang kawasan Asia
Tenggara, jumlah korban yang berjatuhan bisa diminimalisir. Inti dari permasalahan di
dalam ASEAN adalah kurangnya kerjasama antara anggota-anggotanya.

BAB III
ISU DAN ATURAN MAIN
AHA Centre merupakan pusat bantuan dalam rangka penanggulangan bencana.
Bantuan-bantuan internasional yang diberikan akan dikoordinasikan oleh AHA Centre
dalam rangka penanggulangan bencana di wilayah ASEAN. Dalam hal ini untuk setiap
bencana apa saja terkait gempa bumi, tsunami dan longsor serta kebakaran hutan dapat
langsung diketahui dan diberitahukan ke negara-negara lain sehingga dapat secara
bersama saling membantu. AHA Centre diharapkan dapat menjadi pusat koordinasi dan
informasi dalam penanganan bencana di kawasan ASEAN. AHA Centre juga diharapkan

4

bisa memberi informasi yang tepat, cepat dan akurat bagi negara-negara ASEAN yang
dilanda bencana serta bisa memperkuat kelembagaan penanganan bencana.
Dasar hukum pembentukan AHA Centre adalah Perjanjian ASEAN tentang

Penanggulangan Bencana dan Tanggap Darurat (ASEAN Agreement on Disaster
Manegement and Emergency Report, disingkat AADMER) yang disepakati dan
ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Negara Anggota ASEAN pada tanggal 26 Juli
2005 dan mulai berlaku pada 24 Desember 2009. Pasal 20 dari AADMER menguraikan
tujuan dari pembentukan AHA Centre. Berikut merupakan kutipan isi dari Pasal 20
AADMER yang menjadi dasar hukum pembentukan dan pelaksanaan AHA Centre :
PART VIII. ASEAN CO-ORDINATING CENTRE FOR HUMANITARIAN ASSISTANCE
Article 20
ASEAN Co-ordinating Centre for Humanitarian Assistance4
1. The ASEAN Co-ordinating Centre for Humanitarian Assistance on disaster
management (AHA Centre) shall be established for the purpose of facilitating cooperation and co-ordination among the Parties, and with relevant United Nations and
international organisations, in promoting regional collaboration.
2. The AHA Centre shall work on the basis that the Party will act first to manage and
respond to disasters. In the event that the Party requires assistance to cope with such a
situation, in addition to direct request to any Assisting Entity, it may seek assistance from
the AHA Centre to facilitate such request.
3. The AHA Centre shall carry out the functions as set out in ANNEX and any other
functions as directed by the Conference of the Parties.
Jika saja AADMER tidak disetujui dan diratifikasi oleh negara-negara anggota
ASEAN maka AHA Centre tidak akan terbentuk dan pembentukan komunitas ASEAN

secara khusus ASEAN Socio-Cultural Community tidak akan berjalana lancar.
Dalam pelaksanaannya AHA Centre dipandu oleh Program Kerja AADMER
2010-2015 yang mencakup semua aspek dalam penanggulangan bencana, antara lain:
4

ASEAN. 2005. ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Respond. (hlm. 19-20)

5

1.
2.
3.
4.
5.

Peringatan dini tentang perkiraan resiko bencana;
Pemantauan bencana;
Pencegahan dan mitigasi bencana;
Kesiapsiagaan dan tanggapan terhadap bencana;
Pemulihan pasca bencana

Saat ini, karena masih dalam tahap awal pembentukan, AHA Centre hanya

ditugaskan untuk fokus pada pemantauan dan kesiapsiagaan serta tanggapan darurat
bencana.
Secara khusus fungsi dari AHA Centre dapat diklasifikasikan ke dalam lima
bagian, yaitu5 :
1. sebagai pusat informasi bencana ASEAN.
2. sebagai pusat mobilisasi bantuan kepada negara ASEAN jika dibutuhkan,
termasuk aset, peralatan, material, dana dan sumber daya manusia.
3. sebagai pusat koordinasi operasi antara lain memfasilitasi tanggap darurat
bersama.
4. sebagai pusat koordinasi administrasi yang memfasilitasi proses dari transit
personil, peralatan, material dan fasilitas lainnya dalam kaitan dengan pemberian
bantuan.
5. sebagai pusat koordinasi pengetahuan dan penelitian kebencanaan di ASEAN,
memfasilitasi kerjasama teknis dan penelitian di bidang kebencanaan.

BAB IV
CAPAIAN
PENCAPAIAN AHA (ASEAN HUMANITARIAN ASSISTANCE)
Setelah AHA Centre berdiri, tercatat ada dua bencana alam besar terjadi di Asia
Tenggara yakni banjir Thailand tahun 2011 dan topan Haiyan, Filipina 2013 silam. Kedua
bencana ini dapat dikatakan sebagai bencana besar yang menimpa Asia Tenggara setelah
Tsunami Aceh 2004 silam. ketika bencana banjir melanda Thailand pada tahun 2011,
5

Yuniarti, Anik. 2011. Penanganan Bencana Alam Dalam Wacana Pembangunan ASEAN Community 2015.
Yogyakarta: UPN "Veteran" Yogyakarta

6

Thailand tidak hanya kehilangan 9% dari Produk Domestik Brutonya, namun juga harus
menanggung kerusakan infrastruktur yang belum juga pulih hingga saat ini. Thailand
menempati ranking 32 dalam Natural Hazards Relative Economic Exposure Index dan
termasuk negara berisiko tinggi.6
Namun, pencapaian dari AHA ASEAN Humanitarian Assistance) yang paling
disorot adalah saat terjadinya bencana topan Haiyan di Filipina. Topan Haiyan adalah
topan terbesar yang menerjang Filipina tahun 2013 lalu. Kecepatan angin Haiyan pada
tingkat maksimal mencapai 315 kilometer per jam. Akibat kencangnya kecepatan angin
Haiyan ribuan rumah hancur dan sekira 10 ribu jiwa dikhawatirkan tewas. Dimana AHA
berperan sebagai bala bantuan dalam penanggulangan bencana di Filipina meskipun
peranan utama dalam mengatur bantuan tetap diserahkan kepada pemerintah Filipina.
Peran AHA center terhadap bencana topan Haiyan adalah berkoordinasi dengan
badan penanggulangan bencana di Filipina dengan cara memonitor progress
penanggulangan bencana oleh badan yang terkait. Juga ada bantuan di luar makanan
melliputi air bersih, pembangunan penampungan dan pakaian.
Setelah terjadinya bencana tersebut, AHA langsung mengadakan pertemuan
internal untuk mengetahui sejauh mana perkembangan bantuan yang mereka berikan
untuk korban topan Haiyan. Pertemuan ini dihadiri juga oleh beberapa negara anggota
ASEAN termasuk Filipina itu sendiri. Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa
kesimpulan, dimana bantuan utama yang akan diperlukan sudah dalam tahapan
mobilisasi ke tempat kejadian perkara. Dalam kasus ini oeran AHA bisa terlihat dengan
responnya terhadap masalah bencana yang melanda kawasan Asia Tenggara.

BAB V
TANTANGAN DAN KRITIK
A.

Tantangan yang akan dihadapi terkait kondisi ASEAN saat ini

6

Hijauku. “Lima Negara Asia Paling Rentan Bencana Alam”. 17 Agustus 2012.
http://www.hijauku.com/2012/08/17/lima-negara-asia-paling-rentan-bencana-alam/ diakses pada 1 Desember 2016,
13:12 WIB

7

ASEAN sebagai salah satu bentuk institusi regional bisa dibilang punya tingkat
institusional yang rendah. Bila dibandingkan dengan EU, ASEAN masih kalah jauh dari
tingkat integritas EU yang sudah sangat kompleks. Menurut Ruland, salah satu faktor
yang menyebabkan integrasi ASEAN rapuh adalah demokratisasi. Ruland menyatakan
bahwa memang demokratisasi bisa memperkuat nasionalisme dari suatu negara, akan
tetapi akan memberikan dampak yang sebaliknya pada kohesi asosiasi. Bisa saja, suatu
intitusi yang awalnya sudah berkohesi, malah ikatannya jadi terkikis dengan adanya
demokratisasi. Hal ini malah menjadi dilema bagi negara-negara anggota ASEAN untuk
meningkatkan integritas regional mereka atau tidak.
Hal ini juga diperparah dengan tidak adanya identitas regional dari ASEAN.
Seperti pernyataan Benny Teh Cheng Guan dalam The Copenhagen Journal of Asian
Studies 20 yang berjudul ASEAN's Regional Integration Challenge: The ASEAN Process,
negara-negara anggota ASEAN hampir tidak memiliki interest yang sama. Cukup sulit
untuk

menentukan interest siapa

yang

bermain

dalam

ASEAN.7

Sehingga,

permasalahan interest ini jadi semakin kompleks karena bagaimana pun juga, negaranegara di ASEAN memiliki latar belakang yang berbeda. Mereka juga punya objektif
masing-masing yang cukup beragam. Dengan adanya berbagai macam interest yang
bermain, maka identitas regional ASEAN akan sulit terwujud sehingga struktur dari
ASEAN sendiri pun melemah. Pada akhirnya, ASEAN tidak bisa berintegrasi lebih
dalam.
B.

Tantangan yang akan dihadapi AHA Centre
Ada beberapa faktor tertentu selain faktor alam itu sendiri. Kurangnya koordinasi
dalam bentuk peringatan dini dan respon siaga bencana antar negara di Kawasan Asia
Tenggara serta instansi-instansi pemerintah disetiap negara yang berhubungan dengan
kebencanaan yang kurang dalam memberikan peringatan dini sehingga mengakibatkan
banyaknya kerugian yang harus ditanggung oleh pemerintah maupun masyarakat yang

7

Benny The Cheng Guan.. ASEAN's Regional Integration Challenge: The ASEAN Process. The Copenhagen
Journal of Asian Studies 20

8

terkena bencana. Beberapa faktor inilah yang melatarbelakangi tingginya tingkat
kerugian akibat bencana alam yang tidak diantisipiasi secara tepat. Apabila hal semacam
ini tidak dijadikan sebuah pelajaran kedepannya, tentu nantinya program-program
penanggulangan bencana tidak dapat berjalan dengan optimal.
Adanya bantuan yang didapatkan dari kerjasama regional, dapat meningkatkan
kemampuan kompetensi inti AHA Centre untuk penanggulangan bencana di Kawasan
Asia Tenggara yang rentan terjadinya bencana alam. Kompetensi inti AHA Centre
sebagai fungsi koordinasi, mobilisasi sumber daya, dan manajemen pengetahuan tentu
harus ditunjang oleh aplikasi teknologi untuk meningkatkan kompetensi inti. Tujuan
akhirnya adalah fungsi kreasi nilai sebagai kompetensi inti AHA Centre dan memperkuat
AHA Centre.
Namun, setiap program yang dicanangkan pasti memiliki berbagai permasalahan
yang dapat menghambat kinerja program itu sendiri. Apalagi AHA Centre, sebagai
organisasi yang bergerak di bidang penanggulangan bencana pasti memiliki
permasalahan serius seperti besar tidaknya bencana yang sedang dihadapi, kesiapan
sumber daya untuk menanggulangi bencana, atau bahkan yang lebih parah apabila sikap
empati dari masyarakat ASEAN sendiri yang kurang begitu besar. Pada pemaparan
sebelumnya sempat disinggung bahwa krisis identitas regional merupakan salah satu hal
yang cukup membahayakan ASEAN. Padahal, apabila kembali menghadapi suatu
bencana alam yang terjadi di suatu daerah di kawasan, diperlukan sinergi dari seluruh
anggota kawasan untuk mengerahkan bantuan kepada masyarakat yang sedang tertimpa
bencana. Namun, jika kesadaran akan persatuan regional sulit direalisasi dan masingmasing Negara terlalu menjunjung tinggi nasionalismenya, maka sinergi tersebut sulit
tercapai.
Perkembangan terakhir ini semakin mengukuhkan posisi ASEAN di dunia
internasional dalam hal kerjasama regional untuk mengatasi masalah penanggulangan
bencana. Di samping itu, dukungan dari berbagai negara dan organisasi internasional
terhadap upaya ASEAN juga dapat dimanfaatkan untuk merealisasikan berbagai program
dan kegiatan yang telah ditetapkan. Penanggulangan bencana secara dini memang sangat
dibutuhkan peran aktif dari pemerintah dalam menerapkan berbagai sistem respon siaga
bencana, bantuan dan koordinasi terhadap seluruh elemen dalam negeri di Kawasan Asia
9

Tenggara. Serta dibutuhkan juga kerjasama ASEAN dalam hal ini AHA Centre (ASEAN
Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management/ASEAN
Human Assistance) sebagai perwujudan negara-negara ASEAN dalam masalah
penanggulangan bencana alam. Dengan berbagai fakta yang terjadi di lapangan, AHA
Center telah menunjukkan kinerja yang maksimal dalam menghadapi situasi darurat.
Namun, untuk kedepannya, AHA Center masih memiliki banyak tantangan dan juga
banyak peluang untuk mencapai tujuan dari komunitas ASEAN tahan bencana pada tahun
2015.
C.

Kritik Terhadap Aturan Main AHA Centre
Kritik yang ditujukan bukan terhadap aturan main yang disusun, melaikan dalam
praktik penanggulangan bencana yang terjadi. Salah satu kritik terkait kinerja AHA
Centre yang paling disorot adalah kritik yang dilayangkan oleh pemerintah Filipina
terkait kesigapan AHA dalam menangani bencana angin topan Haiyan 2013 silam.
Meskipun bencana tersebut dapat ditanggulangi, dan para korban dapat diselamatkan,
namun peran vital AHA dalam masalah ini dinilai kurang optimal oleh pemerintah
Filipina. Hal ini dikarenakan, dalam upaya penyelamatan korban bencana Haiyan, justru
seolah-olah Filipina sendiri yang turun tangan. Dan di situ peran AHA hanya sebatas
memonitor perkembangan penanganan bencana topan Haiyan saja.
Peran AHA yang sebatas ‘monitoring’ saja seperti dalam kasus Haiyan tersebut
tentu menjadi urgensi tersendiri bagi kinerja AHA ke depannya. Apabila kinerja AHA
masih tetap sama seperti itu, tentu dapat dikatakan bahwa AHA masih dikatakan belum
begitu siap berdiri sebagai organisasi yang mampu memfasilitasi segala macam bentuk
aspek penanggulangan bencana. Hal ini tentu juga perlu didukung dengan komponen
eksternal AHA, yakni masyarakat ASEAN sendiri yang harus bisa menciptakan sebuah
sinergi dalam menghadpi berbagai bencana alam yang sewaktu-waktu bisa terjadi di
kawsaan. Kemudian, di samping hal tersebut, juga diperlukan rekonstruksi sistem kerja
AHA karena, dalam penanggulangan bencana besar seperti topan Haiyan tersebut, AHA
juga masih dinilai lamban dalam melakukan respon tanggap darurat bencana sehingga
pemerintah setempat sedikit kesusahan menanggulanginya sendiri.

10

KESIMPULAN
Sebagai organisasi yang bergerak di bidang penanganan bencana alam dan
pendorong masyarakat untuk menumbuhkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
bencana, AHA Centre dinilai sebagai sebuah terobosan yang positif bagi masyarakat
ASEAN. Tujuan utama AHA Centre yaitu untuk memfasilitasi kerjasama dan koordinasi
antara PBB dan Organisasi Internasional lainnya dalam bidang penanggulangan bencana
dan melakukan aksi apabila terjadi bencana di wilayah ASEAN, dan juga memfasilitasi
Negara anggota ASEAN apabila meminta bantuan atau permintaan kepada AHA terkait
dengan penanggulangan bencana, juga menjadi hal positif bagi masa depan ASEAN terkait
penanggulangan bencana alam. Kemajuan ini juga ditunjukkan dalam peran AHA Centre
adalam upaya penanganan bencana topan Haiyan 2013. Di situ AHA cukup berperan aktif
dalam usaha penanganan bencana dan penyelamatan korban bencana alam, walaupun kerja
AHA dalam kasus tersebut dinilai kurang optimal.
Bercermin dari peristiwa Haiyan dan kritik-kritik yang diberikan terhadap AHA,
tentu masih diperlukan evaluasi dan rekonstruksi system kerja, mengingat organisasi ini
juga dapat dikatakan masih baru untuk ASEAN. Aspek-aspek vital seperti pengelolaan
sumber daya, sosialisasi kepada masyarakat terkait penanggulangan bencana di ASEAN
masih perlu untuk lebih digencarkan. Ditambah lagi, kurangnya sinergi antaranggota
ASEAN sendiri juga dapat disebut sebagai PR bagi ASEAN agar kinerja AHA Centre bisa
berjalan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA
11

JURNAL
AHA Centre: Frequently Asked Question
http://www.ahacentre.org/content/faq
diakses tanggal 30 Oktober 2016 pukul 14.17
ASEAN AGREEMENT ON DISASTER MANAGEMENT AND EMERGENCY
RESPONSE (AADMER) Work Programme 2010 – 2015 (hlm. 99)
ASEAN. 2005. ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency
Respond.
Benny The Cheng Guan.. ASEAN's Regional Integration Challenge: The ASEAN
Process. The Copenhagen Journal of Asian Studies 20
Yuniarti, Anik. 2011. Penanganan Bencana Alam Dalam Wacana Pembangunan
ASEAN Community 2015. Yogyakarta: UPN "Veteran" Yogyakarta.

ARTIKEL
Gilang Akbar Noviansyah. AHA Centre Executive Programme Gandeng Jepang
Guna Pelatihan Bencana. 30 Juni 2014
http://m.metrotvnews.com/news/peristiwa/Gbm4R5PN-aha-centre-executive-programmegandeng-jepang-guna-pelatihan-bencana
diakses tanggal 01 November 2016 pukul 23.01
Hijauku. “Lima Negara Asia Paling Rentan Bencana Alam”. 17 Agustus 2012.
http://www.hijauku.com/2012/08/17/lima-negara-asia-paling-rentan-bencana-alam/
diakses pada 1 Desember 2016, 13:12 WIB
Humas. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Website Resmi. 23 November
2011.

http://www.bppt.go.id/teknologi-sumberdaya-alam-dan-kebencanaan/931-aha-

center-tanggap-bencana-asean
diakses tanggal 01 November 2016 pukul 22.56
Stephen Keithley. The Diplomats. “ASEAN Slowly Gets Up to Speed on Haiyan”.
23 November 2013
http://thediplomat.com/2013/11/asean-slowly-gets-up-to-speed-on-haiyan/ diakses tanggal
01 November 2016 pukul 22.40

12

13