POLITIK GLOBAL AMERIKA SERIKAT DALAM KON

POLITIK GLOBAL AMERIKA SERIKAT DALAM KONFLIK LAUT
CINA SELATAN SEBAGAI UPAYA MEMBENDUNG DOMINASI CINA DI
KAWASAN ASIA TENGGARA

Yuventine Maya Diasmara
(105120407121008)

Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Berawijaya
Malang, Juni 2013

RINGKASAN
Paper ini akan membahas mengenai keterlibatan AS dalam konflik Laut Cina Selatan sebagai
salah satu bentuk politik global AS. Dimana keterlibatan AS ini merupakan hasil dari penerapan
smart power yang dimiliknya sehingga kemudian AS diundang turut campur dalam konflik ini.
Rumusan masalah utama dari paper adalah mengetahui kepentingan Amerika Serikat dalam
konflik Laut Cina Selatan ini. Rumusan masalah ini akan dijawab dalam dua bentuk, pertama
berdasarkan pernyataan kenegaraan AS, seperti pernyataan presiden maupun Secretary of State,
bentuk jawaban kedua dari rumusan masalah ini adalah analisa dengan menggunakan teori
hegemonic wars, dimana teori ini menjelaskan mengenai “perang” atau kontes antar dua negara
yang berusaha merebutkan posisi hegemon, dimana dalam konflik ini perang tersebut terjadi

antara Amerika Serikat yang berusaha mempertahankan stabilitas hegemonnya dan Cina sebagai
pesaing hegemoni Amerika Serikat. Dimana kawasan Asia posisi Cina lebih unggul diawal
karena letakknya yang berdekatan dengan kawasan Asia sehingga dapat lebih mudah
menyebarkan pengaruhnya. Sehingga keterlibatan dalam konflik Laut Cina Selatan kemudian
dianggap AS sebagai sarana yang strategis untuk menyebarkan pengaruhnya di kawasan Asia
khususnya Asia Tenggara.

PENDAHULUAN
Konflik Laut Cina Selatan
Dalam hubungan internasional antar negara, seringkali terjadi konflik berbatasan antara satu
negara dengan negara lainnya. Salah satu konflik berbatasan yang telah lama terjadi adalah
konflik Laut Cina Selatan. Konflik Laut Cina Selatan merupakan sengketa yang telah lama
terjadi dan melibatkan beberapa negara didalamnya yakni

Filipina, Malysia Brunei

DarASsalam, Vietnam serta Cina. Kawasan ini telah diperebutkan negara-negara tersebut karena
mengandung sumber daya alam yang cukup banyak seperti SDA biota laut, minyak dan juga
mineral lainnya. Masing-masing negara juga memiliki alasan yang kuat untuk melakukan klaim
atas beberapa daerah yang wilayah ini, missal karena faktor sejarah, seperti Vietnam yang

mengkalim wilayah Laut Cina Selatan karena wilayah ini juga merupakan bekas jajahan Perancis
yang juga menjajah Vietnam, maupun bentangan Zona Ekonomi Eksklusif seperti Filipina yang
mengklaim Hasa Hasa Shoal yang berjarak hanya 60 km dari Rizal, dimana wilayah ini juga
diklaim oleh Cina [ CITATION USE12 \l 1033 ]
Fakta bahwa

kawasan ini adalah salah satu jalur perdagangan

internasional yang tersibuk , dan hubungan strategis antara Samudra Pasifik
dan Samudra Hindia, mengintensifkan kebutuhan negara-negara yang
berkonflik untuk tidak menutup perairan ini . untuk itu, Vietnam dan Filipina
meminta

bantuan

kepada

Amerika

untuk


turut

serta

dalam

proses

penyelesaian konflik Laut Cina Selatan. Filipina dan Vietnam dapat dikatakan
menjadi lawan terkuat Cina dalam konflik ini. . Filipina mengklaim bahwa
delapan kapal nelayan China tertangkap secara ilegal di perairan mereka. Ini
adalah salah satu potensi konflik terbesar, sejak 1,5 juta orang di daerah
tergantung pada perikanan dan karena eksploitasi berlebihan yang saling
tumpang tindih wilayah air Laut Cina Selatan[ CITATION CHR13 \l 1033 ].
Smart power Amerika
Smart Power merupakan pendekatan Amerika dengan menggunakan
baik soft power dan hard power untuk menyebarkan pengaruhnya.Smart

Power adalah penggunaan seluruh alat diplomatic baik politik, militer,

ekonomi, hukum,budaya,adat, dan lain-lain. AS telah sejak lama berusaha
menjalankan soft power diplomasi di kawasan Asia Tenggara dengan menjalin hubungan
yang lebih erat dengan sekutu dan mitra seperti Australia dan Singapura, dan baru menjalin
hubungan dengan Vietnam, Laos, dan Myanmar [ CITATION Dav12 \l 1033 ]. Selain itu,
Keterlibatan Amerika dalam forum regional seperti ASEAN Regional Forum (ARF) dan East
Asian Summit (EAS) meningkat, hal ini berlaku juga pada

diplomasi pertahanan seperti

Pertemuan ASEAN Defence Ministers '(ADMM) dan Kemanusiaan dan (HADR) kegiatan
Penanggulangan Bencana, dimana AS sebagai aktor ekternal kaawasan terlibat aktif didalamnya[
CITATION Car10 \l 1033 ].
Smart Power yang digunakan AS ini, terbukti dapat meningkatkan kepercayaan negaranegara kawasan Asia Tenggara kepada negar adidaya ini. Smart Power ini sekaligus juga
membuat AS dapat diterima oleh negara-negara Asia Tenggara sebagai aliansi. Hal ini kemudian
membuat Filipina dan Vietnam juga mempercayai AS untuk terlebat dalam usaha penyelesaian
konflik Laut Cina Selatan sekutu mereka[ CITATION CHR13 \l 1033 ]. Kemampuan smart
power diplomasi Amerika Serikat ini terbukti Ampuh dalam kawasan Asia Tenggara.

Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dalam Konflik Laut CIna
Selatan

Untuk itu, Amerika memiliki kebijakan Luar Negeri tersendiri dalam
keterlibatannya di konflik Laut Cina Selatan, dimana Kebijakan Luar Negeri
Amerika Serikat ini disampaikan oleh US State Departement Spokesperson
yang mencakup 5 elemen yakni :
1. Peaceful Resolution of the Disputes : “The United States
strongly opposes the use or threat of force to resolve
competing claims and urges all claimants to exercise
restraint and avoid destabilizing actions”

2. Peace and Stability : “The United States has abiding
interest in maintenance of peace and stability in the South
China Sea”
3. Freedom

of

Navigation

:


“Maintaining

freedom

of

navigation is a fundamental interest of US. Unhindered
navigation by all ships and aircraft in the South China Sea is
essential for the peace and prosperity of the entire AsiaPacific region, including the US.
4. Neutrality in disputes : “The United States takes no
position on the legal merits of the competing

claims to

sovereignty over the various island, reefs, atolls, and cays in
the South China Sea”
5. Respect of International principles : “The US would,

however, view with serious concern any maritime claim or
restriction on maritime activity in the South China Sea that

was not consistent with international law including the 1982
UNCLOS. [ CITATION Tay12 \l 1033 ]
Sebagai pihak yang diminta untuk turut aktif dalam penyelesaian
konflik ini, AS yang telah memulai strategi militer "poros" menuju Asia, AS
telah menyatakan niatnya untuk membuat "poros" gerakan - pergeseran
kekuatan dan strategi mereka ke Asia, dan konflik ini menempatkan banyak
tekanan pada kekuatan ekonomi yang muncul. Vietnam dan Filipina telah
meminta AS untuk meningkatkan kehadirannya dalam rangka untuk
mengimbangi

naiknya

kekuatan

Cina.

Vietnam

dan


Filipina

bahkan

meningkatkan dua kali lipat anggaran pertahanan pada tahun 2011 dan
dianggap sebagai rencana latihan militer gabungan lima tahun dengan AS
Meskipun ada tekanan dari beberapa negara Asia untuk kehadiran lebih
Amerik.Negara-negara lain percaya bahwa Amerika harus mengurangi
pengaruh mereka di wilayah tersebut[ CITATION CHR13 \l 1033 ]. Hal ini
kemudian memunculkan sebuah pertanyaan

Mengapa Amerika bersedia untuk turut campur dalam penyelesaian
konflik Laut Cina Selatan?

PEMBAHASAN
Kajian Teori Hegemonic Wars
Teori ini awalnya dikemukakan oleh Thucydides yang berasumsi bahwa perubahan dalam
sistem internasional adalah penentu dasar perang tersebut. Struktur sistem atau distribusi
kekuasaan antara negara-negara dalam sistem dapat menjadi stabil atau tidak stabil.. Dalam
pandangannya, sistem yang stabil memiliki hirarki tegas kekuasaan dan dominasi


atau

kekuasaan hegemonik. Sebuah sistem tidak stabil adalah satu di mana ekonomi, teknologi, dan
perubahan lainnya mengikis internasional hirarki dan memperlemah posisi hegemonik negara.
perang hegemonik berbeda dari perang lainnya, dimana perang ini dilakukan dengan perluas
pengaruh politik,urusan strategis, dan ekonomi. Teori ini juga berasumsi bahwa hubungan antara
masing-masing negara dapat dipahami sebagai suatu sistem; perilakunegara ditentukan sebagian
besar oleh interaksi strategis mereka. perang hegemonik mengancam dan mengubah struktur
sistem internasional, dalam yang dipertaruhkan adalah hirarki kekuasaan dan hubungan antara
negara-negara dalam sistem[ CITATION Rob88 \l 1033 ].

Kemudian Gilpin mengutarakan teori Hegemonic wars pada era kontemporer tidak
hanya melibatkan kontes untuk supremasi dua atau lebih negara adidaya , tetapi juga mewakili
perubahan signifikan dalam hubungan ekonomi, kapasitas teknologi, dan organisasi politik.
Dimana perang ini kemudian melibatkan banyak negara lain sebagai aliansi dan pendukungnya
dalam upaya pencapaian hegemoni dalam dunia Internasional. Dimana hegemon harus bisa
mempertahankan keadaan statusquo yakni keadaan ideal yang diinginkan masyarakat
Internasional pada umumnya. Perang Hegemoni pada masa ini lebih dimaknai sebagai kontes
terbuka pengaruh ekonomi dan militer negara adidaya yang ingin menjadi hegemon[ CITATION

Rob88 \l 1033 ].
Kepentingan Amerika dalam Laut Cina Selatan
Amerika Serikat telah menyatakan keterlibatannya dalam konflik Laut
Cina Selatan serta telah menyatakan pula kepentingan-kepentingannya
dalam berbagai kesempatan seperti dalam pernyataan President Obama
dalam pertemuannya dengan Kepala Negara anggota ASEAN, pernyataan AS
Secretary of State, Hillary Clinton dalam ASEAN Regional Forum serta AS
Secreatary of Defense Robert Gates dalam Sangri-La Dialogue di Singapura
2010 lalu. Dalam kesempatan-kesempatan tersebut, terdapat empat hal
utama yang alasan dan kepentingan Amerika Serikat untuk campur tangan
dalam konflik perebutan laut Cina Selatan, yakni menjungjung tinggi hukum
internasional yang berlaku,mendukung sepenuhnya
keamanan

dan

stabilitas

regional,


serta

jalur

kebebasan navigasi,
perdagangan

dan

perkembangan ekonomi[ CITATION Jon \l 1033 ].
Hukum internasional yang dijunjung tinggi dan menjadi landasan
campur tangan Amerika Serikat dalam konflik Laut Cina Selatan adalah
Hukum Kelautan Internasional atau biasa disebut dengan UNCLOS (United
Nation Convention on the Law of the Sea)[ CITATION Tay12 \l 1033 ], selain
itu

Amerika

juga

menyatakan

menjunjung

tinggi

hukum

kebiasaan

Internasional yang berlaku[ CITATION Jon \l 1033 ] . Dalam perspektif AS
mengenai hukum internasional tersebut, AS memiliki persepsi bahwa tiap
negara berhak menggunakan laut lepas termasuk adalam kebebasan
bernavigasi. Berdasarkan artikel 57 dan 58 UNCLOS, dinyatakan bahwa tiap

negara berhak untuk menggunakan laut lepas baik untuk kepentingan
perdagangan maupun pengembangan militer, untuk itu Amerika merasa
berkepentingan untuk mengamankan wilayah Laut Cina Selatan yang
menjadi jalur perdagangan Internasional. Selain itu untuk mengamankan
militer Amerika yang sering beroperasi keliling dunia termasuk melewati
kawasan Laut Cina Selatan [ CITATION Tay12 \l 1033 ]
Sejak Masa Perang Dunia I, AS telah mengakui kebebasan Navigasi
yang secara tesurat disampaikan oleh Presiden Woodrow Wilson dalam
pidatonya Fourteen Point Speech. Dalam konflik Laut Cina Selatan, AS telah
menyatakan dukungannya terhadap kebebasan navigasi diperairan ini sejal
tahun

1961.

Bahkan

sejak

tahun

1980

hingga

tahun

2000

AS

memperjuangkan kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan dengan berbagai
jalur diplomasi. AS beranggapan bahwa kebebasan navigasi di kawasan Laut
Cina Selatan ini sangat penting bagi perdamaian dan kemakmuran kawasan
Asia Pasifik termasuk Amerika Serikat [ CITATION Jon \l 1033 ]
Kepentingan ketiga Amerika Serikat adalah untuk menjaga keamanan
dan stabilitas regional. Regional yang dimaksud dalam konteks ini adalah
kawasan

Asia

Tenggara.

Amerika

beranggapan

bahwa

stabilitas

dan

keamanan regional kawasan Asia Tenggara dapat membawa dampak positif
baik bagi kawasan Asia Tenggara maupun bagi Amerika. Ancaman potensi
konflik militer yang muncul akibat adanya sengketa Laut Cina Selatan
menyebabkan gangguan terhadap pembangunan, perkembangan ekonomi,
perdagangan serta investasi asing[ CITATION Tay12 \l 1033 ].

Adanya

potensial konflik ini dapat dilihat dari meningkatnya kapabilitas militer
masing-masing negara yang berkonflik, adanya konflik langsung antara Cina
dan Vietnam, ataupun Cina dan Filipina yang sempat terjadi beberapa
kali,seperti pada tahun 2011 Cina menembakkan tiga tembakan di kapal nelayan Filipina di
sekitar atol Jackson. Tembakan dilepaskan setelah Cina memperingatkan kapal nelayan untuk
meninggalkan daerah itu, dan salah satu kapal mengalami kesulitan menarik jangkar mereka.
Pada bulan Mei 2011,konflik dikawasan ini kembali memanas, konflik kali ini dikarenakan
perebutan sumber daya alam antara kapal minyak dan gas survei Vietnam dengan tiga kapal

patroli maritim China 80 mil dari selatan-tengah Vietnam pantai dan 372 km sebelah selatan dari
China Hainan Island. Pada bulan Aprim 2012 Sebuah konfrontasi terbuka antara kapal perang
Filipina (Gregorio del Pilar) dan dua kapal pengintai Cina di Shoal Panatag / Bajo de Masinloc
(Scarborough Shoal), terjadi di wilayah Filipina diklaim oleh China. Angkatan Laut Filipina
berusaha menangkap nelayan China yang diduga mengambil spesies laut yang dilindungi
pemerintah Filipina di kawasan tersebut. Kapal-kapal Maritime Surveillance Cina mencegah
penangkapan ini terjadi[ CITATION Bet12 \l 1033 ]. Dengan turut campur tangan
dalam konflik Laut Cina Selatan, Amerika dapat menciptakan suatu
perdamaian dan stabilitas kawasan Asia tenggara guna menjaga stabilitas
Internasional serta menjaga kerjasama yang baik antar keduanya.
Dari ketiga hal yang kemudian sangat dijunjung tinggi oleh Amerika
tersebut, tampak bahwa kemudian stabilitasdi kawasan Laut Cina Selatan ini
sangat berdampak pada jalut perdagangan internasional yang pada akhirnya
berimbas pada sistem perekonomian dunia. Untuk itu, Amerika merasa
penting

untuk

turut

serta

dalam

konflik

Laut

Cina

Selatan

guna

mengamankan jalannya perekonomian baik kawasan Asia Tenggara maupun
perekonomian Internasional.
Amerika Serikat Versus Cina
Berdasarkan teori Hegemonic wars, yang berbicara mengenai perang
antara dua aktor atau lebih untuk memperebutkan posisi hegemon, rupanya
terjadi antara Amerika dan Cina khususnya dalam konflik laut Cina Selatan
ini. Cina yang saat ini mengalami perkembangan ekonomi internasional yang
signifikan dapat dikatakan menjadi pesaing bagi hegemon Amerika di dunia
Internasional. Selain itu, dalam kawasan Asia Tenggara khususnya, Cina telah
memiliki dominasi yang lebih kuat jika dibandingkan Amerika, sementara
undangan Vietnam dan Filipina pada AS untuk turut serta dalam konflik ini
member kesempatan AS untuk menyaingi Cina yang juga merupakan bagian
dari geopolitik AS di kawasan Asia Tenggara. Dalam konflik Laut Cina Selatan
ini, keterlibatan Amerika dalam konflik ini, bukannya menyelesaikan masalah
justru membuat kepentingan didalam konflik ini semakin meluas. Menurut
teori hegemonic wars, keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik ini

merupakan salah satu bentuk perang hegemon antara kedua negara yakni
Amerika Serikat dan Cina. Hal ini dapat terlihat saat Amerika Serikat mulai
masuk dalam konflik ini, fokus dari Cina sendiri mulai terpecah tidak hanya
usaha untuk menyelesaikan konflik ini, namun juga usaha untuk menandingi
AS dalam konflik Laut Cina Selatan . Cina yang selama ini mendominasi
minyak dan SDA yang ada di laut Cina selatan merasa perlu meningkatkan
kapabilitasnya semenjak US ikut serta dalam konflik ini. [ CITATION Les12 \l
1033 ]
Dengan meningkatnya kapabilitas Cina baik dalam ekonomi maupun
militer, menyebabkan Cina memiliki potensi untuk menandingi hegemoni
Amerika Serikat dalam dunia Internasional. Untuk itu, Amerika berusaha
untuk mencari aliansi dan dukungan dari negara-negara Asia untuk menjaga
stabilitas hegemonnya[ CITATION Jos11 \l 1033 ].Untuk itu, konflik laut Cina
Selatan dirasa Amerika Serikat sebagai pintu masuk kawasan Asia untuk
mencari aliansi dan dukungan dari negara-negara kawasan tersebut
khususnya kawasan Asia Tenggara yang selama ini telah menjadi proyeksi
hegemoni Cina. Dengan ikut serta dalam konflik ini, Amerika berusaha
menandingi

hegemoni

Cina

di

kawasan

ini

guna

mempertahankan

stabilitasnya
Persaingan ini pertama tampak pada kapabilitas militer khususnya
angkatan laut Cina dan Amerika Serikat di Laut Cina Selatan. Cina berusaha
mengembangkan navalnya untuk menjaga jalur perdagangan khususnya di
kawasan Laut Cina Selatan dengan menempatkan 6 tambahan submarine di
Laut Cina Selatan[ CITATION Placeholder1 \l 1033

]. Sementara Amerika

melakukan berbagai upaya kerjasama militer khususnya angkatan laut
dengan negara-negara yang terlibat konflik seperti Vietnam dan Filipina.
Selain itu, Amerika juga menerapkan strategi militer poros, AS telah memulai
strategi militer "poros" menuju Asia, AS telah menyatakan niatnya untuk
membuat "poros" gerakan - pergeseran kekuatan dan strategi mereka ke
Asia [ CITATION CHR13 \l 1033 ]

Persaingan

kedua

negara

ini

juga

tampak

dalam

usahanya

menyebarkan pengaruh di kawasan Asia Tenggara. Cina telah memiliki
peluang

untuk

menyebarkan

pengaruhnya

dikawasan

Asia

Tenggara

dikarenakan kedekatannya baik secara geografi maupun dengan berbagai
kerjasama yang dilakukan dengan kawasan ini. Untuk itu, konflik Laut Cina
Selatan

ini

dipandang

Amerika

serikat

sebagai

pintu

masuk

untuk

menyebarkan pengaruhnya di Asia Tenggara, peluang Amerik ini pertama
muncul karena sengketa ini kemudian menimbulkan hubungan yang kurang
baik antara Cina dan negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Filipina.
Selain itu dengan diundang turut campur dalam konflik ini, Amerika dapat
memanfaatkannya untuk memperkuat relasi keamanan, ikatan pertahanan
dan membentuk aliansi serta memperoleh dukungan dari kawasan Asia
Tenggara[ CITATION Les12 \l 1033 ]. Amerika bahkan mendapat dukungan
dari negara ASEAN lainnya yang tidak berkonflik untuk turut serta dalam
penyelesaian konflik Laut Cina Selatan, dukungan ini didapat dari beberapa
negara seperti Indonesia.
Sayangnya keberadaan Amerika dalam konflik laut Cina Selatan ini
belum juga dapat membantu menyelesaikan konflik yang ada.. Adanya aktor
eksternal dalam hal ini Amerika menyebabkan kepentingan yang ada
didalam konflik ini semakin meluas. Amerika dengan strategi militer
porosnya memiliki kepentingan tersendiri untuk menunjukkan dominasinya
di kawasan Asia Tenggara. Hal ini juga menghambat proses mediasi yang
terjadi dalam konflik Laut Cina Selatan. Karena kepentingan Amerika yang
utama bukan hanya penyelesaian konflik Laut Cina Selatan.Selain itu sikap
Cina yang berubah semakin agresif dalam menghadapi konflik ini dengan
meningkatkan kapabilitas militernya khususnya sejak masuknya Amerika
dalam konflik ini[ CITATION Les12 \l 1033 ]. Bahkan kerjasama dan pelatihan
militer yang dilakukan Amerika dengan Filipina dapat meningkatkan tingkat
eskalasi konflik karena dapat menimbulkan kecurigaan dan ketegangan
negara lain yang terlibat konflik di kawasan Laut Cina Selatan ini

KESIMPULAN
Salah satu bentuk Politik Global Amerika adalah dengan kebijakan Luar Negeri untuk
ikut campur dalam konflik Laut Cina Selatan, hal ini dapat terjadi dengan penerapan smartpower
Amerika yang kemudian menyebabkan negara ini dapat diundang dalam penyelesaian kasus ini.
Amerika memutuskan untuk ikut campur dalam kasus ini dengan 4 alasan yakni menjungjung
tinggi

hukum

kebebasan

internasional

navigasi,

perdagangan

dan

yang

keamanan

perkembangan

dan

berlaku,mendukung
stabilitas

ekonomi[

regional,

CITATION

Jon

sepenuhnya
serta
\l

jalur

1033

].

Sementara menurut teori hegemonic wars, tujuan utama dari Amerika untuk
masuk dalam konflik Laut Cina Selatan adalah bentuk usahanya untuk
menyaingi Cina dalam kontes hegemoni yang saat ini terjadi antara Cina dan
Amerika sejak Cina meningkatkan kapabilitas ekonomi dan militernya. Konflik
ini menjadi

pintu masuk

bagi AS untuk menyebarkan pengaruhnya

dikawasan Asia khususnya Asia Tenggara yang selama ini memiliki hubungan
cukup dekat dengan Cina serta guna membentuk aliansi dan memperoleh
dukungan

dari

negara-negara

tersebut

untuk

mempertahankan

eksistensinya sebagai negara hegemon dalam menghadapi perang hegemon
dengan Cina di dunia Internasional.

DAFTAR PUSTAKA
U.S. Energy Information Administration. (2012, 6 8). Timeline: Disputes in the South
China Sea. Retrieved 4 7, 2013, from washingtonpost.com:
http://www.washingtonpost.com/wp-srv/world/special/south-china-seatimeline/index.html
Buszynski, L. (2012). The South China Sea: Oil,Maritime Claims, and US-China
Strategy Rivalry . The Washington Quarterly , 139 .
Buszynsld, L. (2012). The South China Sea: Oil,Maritime Claim, and US China
Strategy Rival. washington: CSIS.
Capie, D. (2012). Smart Power: Transforming Militaries for 21st Century Missions .
Goh Keng Swee Command and Staff College Seminar 2012 (p. 11). Singapore : THE
S. RAJARATNAM SCHOOL OF INTERNATIONAL STUDIES.
Dolor, B. (2012). TIMELINE: The roots and present status of the WPS disputes.
Retrieved 4 7, 2013, from www.manilatimes.net:
http://www.manilatimes.net/~manilati/index.php/special-report/30222-timeline-theroots-and-present-status-of-the-wps-disputes

Fravel, T. (2012). South China Sea : What Issue and Whose Core Interest . 6th Berlin
Conference on Asia Security (p. Session 5 ). Berlin: Konrad Adenaurer Siftung .
Gilpin, R. (1988 ). The Theory of Hegemonic War. The Journal of Interdisciplinary
History , 591-613.
Hakansson, C. (2013, 2 22). The South China Sea’s “Cold War”. Retrieved 4 7, 2013,
from upflund.se: http://www.upflund.se/utrikesperspektiv/2013/2/22/the-southchina-seas-cold-war.html#.UWEKu0o1iqo
Kurlantzick, J. (2011, 10 11). Growing U.S. Role in South China Sea. Retrieved 6 21,
2013, from www.cfr.org: http://www.cfr.org/china/growing-us-role-south-chinasea/p26145
Odom, J. G. (n.d.). Where’s the Stake? US Interest in South China Sea .
www.nghiencuubiendong.vn/en.
Thayer, C. A. (2010 , 8 31). China’s Soft Power v America’s Smart Power. Retrieved
6 20, 2013, from www.eastasiaforum.org:
http://www.eastasiaforum.org/2010/08/31/chinas-soft-power-v-americas-smartpower/