PENDEKATAN KONTEMPORER DALAM SUPERVISI A
Imam
Sujarwanto,
(1) Oktober
2014
JPK 1 (3)
Oktober
2014 JPK
@2Ikatan
Sarjana
Pendidikan Indonesia
PENDEKATAN KONTEMPORER DALAM SUPERVISI AKADEMIK DAN
OPTIMALISASI KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN
Imam Sujarwanto *)
Kata Kunci :
Kontemporer, Supervisi,
Kinerja Guru
Abstract
The aim of this study were: (1) to describe the implementation of
academic supervision by a contemporary approach in optimizing the
performance of teachers in preparing instructional design, and (2)
analyze the impact of the implementation of academic supervision by a
contemporary approach to optimize the learning process in SMA 1
Warureja. Research school action research approach. The subjects
were teachers SMAN 1 Warureja Tegal. Research data collection is
done by observation, interviews, documentation, and testing. Data
were analyzed by percentage description. The results showed that the
contemporary approach in academic supervision can be implemented
appropriately, both in the planning, implementation, and evaluation.
Implementation methods of academic supervision positive impact on
improving the competence of teachers in preparing instructional
design.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan
implementasi supervisi akademik dengan pendekatan kontemporer dalam mengoptimalkan kinerja guru dalam
menyusun desain pembelajaran, dan (2) menganalisis dampak
pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kontemporer dalam mengoptimalkan proses pembelajaran di
SMA Negeri 1 Warureja. Penelitian menggunakan pendekatan penelitian tindakan sekolah. Subjek penelitian adalah guru
SMA Negeri 1 Warureja Kabupaten Tegal. Pengumpulan data
penelitian dilakukan dengan pengamatan, wawancara,
dokumentasi, dan tes. Data penelitian dianalisis dengan
deskripsi prosentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendekatan kontemporer dalam supervisi akademik dapat
diimplementasikan secara tepat, baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasinya. Implementasi metode
supervise akademik berdampak positif terhadap peningkatan
kompetensi guru dalam menyusun desain pembelajaran.
*) SMA Negeri 1 Warureja
ISSN 2339 – 0417
[194]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
Pendahuluan
Masyarakat mempercayai, mengakui dan menyerahkan kepada guru
untuk mendidik tunas-tunas muda dan
membantu mengembangkan potensinya secara professional. Kepercayaan,
keyakinan, dan penerimaan ini merupa
kan substansi dari pengakuan masyarakat terhadap profesi guru.
Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Apalagi profesi guru yang sehari-hari menangani
benda hidup berupa siswa dengan berbagai karakteristik yang masing-masing
tidak sama. Pekerjaaan sebagai guru
menjadi lebih berat tatkala menyangkut
peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan kemampuan dirinya
mengalami stagnasi.
Guru yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan. Guru professional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual,
moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin,
tanggung jawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan manajerial,
trampil, kreatif, memiliki keterbukaan
profesional dalam memahami potensi,
karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana studi dan karir peserta
didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum.
Guru yang profesional adalah guru
yang memiliki kompetensi.
Menurut Mc Ahsan sebagaimana
dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi: …is a
knowledge, skills, and abilities or capabilities
that a person achieves, which become part of
his or her being to the extent he or she can
satisfactorily perform particular cognitive,
affective, and psychomotor behaviors.
Sedangkan Sofo (1999:123) mengatakan A competency is composed of
skill, knowledge, and attitude, but in
particular the consistent applications of
those skill, knowledge, and attitude to the
standard of performance required in
employment.
Sejalan dengan itu Finch & Crunkilton sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensi
sebagai penguasaan terhadap suatu
tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi
yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.
Robbins(2001:37) menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas
seseorang individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor,
yaitu faktor kemampuan intelektual dan
kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk
melakukan tugas-tugas yang menuntut
stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan. Spencer & Spencer (1993:9)
mengatakan : Competency is underlying
characteristic of an individual that is causally
related to criterion-reference effective and/or
superior performance in a job or situation.
Menurut Undang-undang No.14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang wajib
dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini dapat dilhat dari kemampuan
merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar
[195]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
mengajar, dan kemampuan melakukan
penilaian.
Menurut Joni (1984:12), kemampuan merencanakan program belajar
mengajar mencakup kemampuan: (1)
Merencanakn pengorganisasian bahanbahan pengajaran; (2) Merencanakan
pengelolaan kegiatan belajar mengajar;
(3) Merencanakan pengelolaan kelas;
(4) Merencanakan penggunaan media
dan sumber pengajaran; dan (5) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk
kepentingan pengajaran.
Jadi sesuai dengan tuntutan profesi, sudah sewajarnya guru memiliki
kompetensi dalam menyusun desain
pembelajaran, namun kenyataannya
tuntutan tersebut tidak terpenuhi. Guru
suka mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Mulyasa dalam
bukunya “Menjadi Guru Profesional”
yang menyoroti tujuh kesalahan yang
sering dilakukan oleh guru. Adapun
ketujuh kesalahan tersebut antara lain :
(1) mengambil jalan pintas dalam pembelajaran; (2) menggunakan destructive
discipline; (3) merasa paling pintar; (4)
mengabaikan perbedaan peserta didik;
(5) tidak adil (kurang demokratis); (6)
memaksa hak peserta didik; (7) menunggu peserta didik berperilaku negative (Mulyasa, 2009:20-30).
Kebiasaan guru mengambil jalan pintas dalam pembelajaran ditengerai dalam pembelajaran guru tidak
membuat RPP, suka copy paste RPP
guru lain. Kondisi seperti ini dijumpai
pula di SMA N 1 Warureja Kabupaten
Tegal. Lebih dari 60% guru belum
membuat RPP pada tahun 2014/2015.
RPP yang adapun jika dianalisis belum
mendapatkan kategori baik. Hal ini
menuntut kepala sekolah untuk melakukan tindakan.
Kepala sekolah merupakan “the
key person” keberhasilan peningkatan
kualitas pendidikan di sekolah. Ia adalah orang yang diberi tanggung jawab
untuk mengelola dan memberdayakan
berbagai potensi masyarakat serta
orang tua untuk mewujudkan visi, misi
dan tujuan sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki visi, misi,
dan wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan profesional dalam mewujudkannya melalui perencanaan,kepemimpinan, manajerial, dan supervisi pendidikan. Ia juga
dituntut untuk menjalin kerjasama
yang harmonis dengan berbagai pihak
yang terkait dengan program pendidikan di sekolah. Singkatnya, kepala sekolah harus mampu berperan sebagai
Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, Motivator.
Kepala sekolah sebagai supervisor berkenaan dengan tugas supervisi.
Kimball Wiles (1967) merumuskan supervisi: Supervision is assistance in the
devolepment of a better teaching learning
situation. Rumusan ini mengisyaratkan
bahwa layanan supervisi meliputi
keseluruhan situasi belajar mengajar
(goal, material, technique, method, teacher,
student, an envirovment).
Istilah supervisi diambil dari bahasa Inggris Supervision artinya pengawasan. Orang yang melakukan supervise disebut supervisor.
Sedangkan menurut Depdiknas
(1994) supervisi adalah pembinaan
yang diberikan kepada seluruh staf
sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang
lebih baik. Untuk itu ada dua hal yang
perlu diperhatikan yaitu : pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dan hal-hal
yang menunjang kegiatan belajar
mengajar.
[196]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
Aspek utama dalam supervisi
adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
guru dalam mengelola kegiatan belajar
mengajar.
Kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu: supervisi
umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan untuk seluruh
kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan supervisi akademik lebih diarahkan pada peningkatan kualitas
pembelajaran.
Pada artikel ini, pembahasan
lebih kepada supervisi akademik karena
berkaitan dengan penyusunan perangkat
perencanaan pembelajaran yang dibuat
oleh guru dan proses pembelajarannya.
Tujuan supervisi akademik adalah: (1) Membantu guru mengembangkan kompetensinya; (2) Mengembangkan kurikulum; (3) Mengembangkan
kelompok kerja guru dan membimbing
penelitian tindakan kelas (Glickman, et
al; 2007, Sergiovanni, 1987)
Supervisi akademik dilaksanakan
dengan prinsi-prinsip:(1) Praktis, artinya
mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah; (2) Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran; (3) Objektif, artinya masukan
sesuai aspek-aspek instrumen; (4) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan
sebenarnya; (5) Antisipatif, artinya
mampu menghadapi masalah-masalah
yang mungkin akan terjadi; (6) Konstruktif, artinya mengembangkan kreatifitas dan inovasiguru dalam mengembangkan pembelajaran; (7) Kooperatif,
artinya ada kerjasama yang baik antara
supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran.
Model supervisi akademik terbagi ke dalam dua model, yaitu Model
Supervisi Tradisional dan Model Super-
visi Kontemporer (Dirjend P2TK,
2014). Model supervisi tradisional
terdiri atas supervisi langsung dan tidak
langsung. Supervisi langsung meliputi
kegiatan observasi langsung dan tidak
langsung.
Supervisi observasi langsung dilakukan dengan observasi kepada guru
yang sedang mengajar melalui sebagai
berikut.
Sebelum observasi kelas, supervisor melakukan wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati.
Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan, metode
dan strategi, media pembelajaran, evaluasi dan analisis.
Setelah wawancara dan diskusi
mengenai apa yang akan dilaksanakan
guru dalam kegiatan belajar mengajar,
kemudian supervisormengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan,
penerapan dan penutup.
Setelah observasi kelas selesai,
supervisor mengadakan wawancara dan
diskusi tentang kesan guru terhadap
penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi
ketemapilan-keterampilan mengajar yng
perlu ditingkatkan, gagasan - gagasan
baru yang akan dilakukan.
Sedangkan supervisi akademik
tidak langsung dengan melakukan tes
dadakan, diskusi kasus, dan metode
angket.
Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga disebut juga
supervisi klinis. Supervisi model ini
merupakan supervisi akademik yang
bersifat kolaboratif. Prosedur pelaksanaannya sama dengan supervisi akademik langsung yakni observasi kelas
namun dengan pendekatan yang berbeda.
[197]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
Supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran (Sullivan & Glanz,
2005). Menurut Sergiovanni (1987) ada
dua tujuan supervisi klinis: pengembangan professional dan motivasi kerja
guru. Dalam pelaksanaannya menurut
Sullivan & Glanz (2005) setidaknya ada
empat langkah yaitu: (1) Perencanaan
pertemuan; (2) Observasi; (3) Pertemuan berikutnya; (4) Refleksi kolaborasi.
Langkah-langkah perencanaan per
temuan meliputi: memutuskan fokus
observasi (pendekatan umum, informasi
langsung, kolaboratif, atau langsung
diri sendiri), menetapkan metode dan
formulir observasi, mengatur waktu
observasi dan pertemuan berikutnya.
Langkah-langkah observasi meliputi:
memilih alat observasi, melaksanakan
observasi, memverifikasi hasil observasi
dengan guru pada pertemuan berikutnya, menganalisis data hasil verifikasi
dan menginterpretasi, memilih pendekatan interpersonal setelah pertemuan
berikutnya.Langkah-langkah pertemuan
berikutnya adalah menentukan fokus
dan waktu. Langkah-langkah refleksi
kolaborasi meliputi: menemukan nilainilai apa?, mana yang kurang bernilai,
dan apa saran-saran anda.
Supervisi klinis bagi guru muncul
ketika guru tidak harus disupervisi atas
keinginan kepala sekolah. Melainkan
karena kesadaran guru yang datang ke
supervisor untuk minta bantuan mengatasai masalahnya.
Untuk melaksanakan supervisi
akademik diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal
(Glickman, at al: 2007). Menurut Gwyn
(1961) teknik supervise akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan
kelompok.
Teknik supervisi individual adalah supervisi persorangan terhadap guru.Supervisor hanya berhadapan dengan
seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya.
Teknik-teknik supervisi individual
ada lima macam, yaitu:
a. Kunjungan kelas,
Kunjungan kelas adalah teknik
pembinaan guru oleh kepala sekolah
untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah
untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas;
b. Observasi kelas,
Obsrvasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk
memperoleh data obyektif aspekaspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalm usaha memperbaiki proses pembelajaran.
Aspek-aspek yang diobservasi
adalah: usaha-usaha dan aktifitas
guru siswa dalam proses pembelajaran, cara menggunakan media pengajaran, variasi metode, ketepatan
penggunaan media dengan materi,
ketapatan meng gunakan metode
dengan meteri, reaksi mental para
siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun pelaksanaan observasi
kelas malalui tahap persiapan,
pelaksanaan, penutupan, penilaian
hasil observasi, dan tindak lanjut.
c. Pertemuan individual,
Pertemuan individual adalah
satu pertemuan, percakapan, dialog,
tukar pikiran antara supervisor dan
guru. Tujuannya adalah untuk berkonsultasi guna memperbaiki segala
kelemahan dan kekurangan.
Swearingen (1961) mengklasifikasi pertemuan individual ada 4
jenis pertemuan individual yaitu: (1)
Classroom conference,yaitu percakapan
individual yang dilaksanakan di
kelas ketika murid-murid sedang
meninggalkan kelas, (2) Office-
[198]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
conference, yakni percakapan individual yang dilaksanakan di ruang
kepala sekolah atau ruang guru, di
mana sudah dilengkapi dengan alatalat bantu yang dapat digunakan
untuk memberikan penjelasan kepada guru; (3) Causal-conference, yaitu
percakapan individual yang bersifat
informal, yang secara kebetulan
bertemu dengan guru; (4) Observational visitation, yaitu percakapan
individual yang dilaksanakan setelah
supervisor melakukan kunjungan
kelas atau observasi kelas.
d. Kunjungan antar kelas
Kunjuangan antar kelas adalah
guru yang satu berkunjung ke kelas
yang lain di sekolah itu sendiri.
Tujuannya adalah untuk berbagi
pengalaman dalam pembelajaran.
e. Menilai diri sendiri
Menilai diri sendiri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri
sendiri secara objektif. Kejujuran
pada diri sendiri sangat menetukan
keberhasilan pada kegiatan ini.
Sedangkan Teknisi supervisi kelompok adalah cara melaksanakan
program supervisi yang ditujukan
kepada dua orang guru atau lebih.
Supervisi ini dilakukan kepada
kelompok guru yang memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama. Menurut Gwynn (1961) terdapat tiga
belas teknik supervisi kelompok,
yaitu: kepanitiaan, kerja kelompok,
laboratorium, membaca terpimpin,
demonstrasi pembelajaran, darma
wisata, kuliah/studi, diskusi panel,
perpustakaan, organisasi profesional, bulletin supervisi, pertemuan
guru, lokakarya atau konferensi
kelompok.
Dengan mendasarkan pada masalah yang dijumpai di SMA N 1
Warureja yaitu lebih dari 60% guru
belum membuat RPP dan RPP yang
dibuatnya sebagian besar belum
memenuhi tuntutan kurikulum serta
uraian tentang supervisi baik maksud,
manfaat dan tujuannya maka dapat
dirumuskan masalah yang menjadi
kajian tulisan ini yaitu: (1) Bagaimana
menerapkan pendekatan kontemporer
dalam supervisi akademik dengan
pendekatan kontemporer dalam mengoptimalkan kinerja guru dalam menyusun RPP? (2) Apakah pendekatan
kontemporer dalam supervisi akademik
mampu mengoptimalkan kinerja guru
dalam proses pembelajaran?
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di SMAN 1
Warureja Kab. Tegal mulai tanggal 1
Agustus sampai dengan 30 Oktober
2014. Obyek penelitian adalah RPP dan
Silabus. Sedangkan subyek penelitiannya adalah guru-guru SMA Negeri 1
Warureja sejumlah 31 orang.
Penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian tndakan sekolah yang
berlangsung selama 2 siklus. Masingmasing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti pada siklus I maupun siklus
II secara umum adalah sama, yaitu
melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi
Siklus I, tahap perencanaan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
(1) memilih 2 orang guru yang akan
ditugasi sebagai anggota tim supervisi
(2) mengidentifikasi jumlah guru yang
sudah membuat silabus dan RPP; (3)
meminta guru untuk mengumpulkan
perangkat pembelajaran; (4) memeriksa
administrasi guru secara kuantitas dan
kulitatif; (5) mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan; (6) Menyusun
rencana tindakan (berupa penjadwalan
[199]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
supervisi individual atau kelompok disesuaikan dengan temuan pada identifikasi masalah).
Kegiatan-kegiatan dalam tahap
perencanaan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Tahap Perencanaan Siklus I
No.
Jenis Kegiatan
Tanggal Pelaksanaan
1.
Membentuk tim suprevisi
1
2.
Guru mengumpulkan silabus dan RP
1-2 Agustus 2014
3.
4 Agustus 2014
5.
Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah
menyusun silabus dan RPP secara rutin
Menganalisa silabus dan RPP guru secara
kualitatif
Mengidentifikasi masalah yang ditemukan
6.
Menyusun rencana tindakan
16 Agustus 2014
4.
Agustus 2014
5- 10 Agustus 2014
11 – 15 Agustus 2014
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Tahap Pelaksanaan dan Observasi Siklus 1
No.
1
2
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Supervisi individual terhadap seluruh guru
17- 24 Agustus 2014
Penugasan menyusun contoh revisi silabus dan
RPP
25-26 Agustus 2014
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Tahap Peerncanaan Siklus II
No.
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
1.
Menyusun perencanaan siklus 2
1 – 4 Oktober 2014
2.
3.
Mengumpulkan contoh revisi silabus dan RPP
Membuat jadwal supervise kelas dan
mengumumkannya kepada guru
6 Oktorber 2014
10 Oktober 2014
4.
Menganalisa sampel revisi silabus dan RPP
13 – 15 Oktober 2014
Tabel 4 Jadwal Tahap Pelaksanaan dan Observasi Siklus 2
No.
1.
2.
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Melakukan supervise kelas pada guru
20 – 25 Oktober 2014
Melakukan supervise individual terhadap guru
yang sudah disupervisi kelas
20 – 25 Oktober 2014
[200]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
Pada tahap pelaksanaan, peneliti
melaksanakan rencana tindakan supervisi individual/kelompok untuk menilai
administrasi guru yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Pelaksanaan supervisi dilakukan dengan pertemuan
individual office-conference. Hal ini dilakukan terutama kepada guru yang tidak
mengumpulkn perangkat pembelajaran,
untuk mengetahui penyebab/masalahnya. Tahap ini peneliti rencanakan berlangsung selama 2 minggu dan dilaksanakan bersama-sama dengan kolaborator.
Tahap ketiga adalah Observasi,
peneliti melakukan kegiatan observasi
terhadap seluruh kejadian yang terjadi
selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil awal yang dicapai pada
pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain itu
peneliti juga mengidentifikasi masalahmasalah lanjutan yang timbul dari
pelaksanaan tindakan di siklus 1.
Waktu pelaksanaan pemberian
tindakan dan observasi sebagaimana tercantum dalam tabel 2.
Tahap terakhir dari PTS dalam
satu siklus adalah refleksi, peneliti melakukan refleksi berdasarkan data-data
yang diperoleh. Kemudian dilanjutkan
dengan pertemuan bersama kolaborator
untuk membahas hasil evaluasi dan
penyusunan langkah-langkah untuk
siklus kedua. Kegiatan refleksi dilaksanakan mula tanggal 26 Agustus 2014
hingga tanggal 31 Agustus 2014.
Siklus II. Tahapan perencanaan
pada siklus II, peneliti melakukan pertemuan dengan kolaborator untuk menyusun penjadwalan supervisi kelas dan
menyiapkan instrumen supervisi, melakukan analisis RPP untuk siklus II.
(Tabel 3)
Pada tahap pelaksanaan, guruguru yang sudah siap perangkat perencanaan pembelajarannya disupervisi
kelas oleh peneliti. Hal ini untuk me-
lihat kesesuaian perencanaan pembela
jaran dengan pelaksanaan pembelajaran.
Di tahap observasi, peneliti
mengobservasi kesesuaian perencanaan
pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran serta melihat keberterimaan
siswa dalam proses belajar mengajar.
Pada tahap ini pula dikumpulkan datadata yang terjadi selama tahap pelaksanaan.
Jadwal kegiatan tahap pelaksanaan dan tahap observasi sebagaimana
tercantum di tabel 4.
Pada tahap refleksi siklus kedua,
peneliti melakukan evaluasi bersama
guru yang disupervisi terhadap hasil
observasi di siklus II.
Indikator keberhasilan pemberian tindakan dinyatakan telah terpenuhi
jika diperoleh skor prosentase lebih
besar atau sama dengan 80% guru dari
seluruh guru telah berhasil menyelesaikan tugasnya, yaitu membuat silabus
dan silabusnya mendapat nilai baik dan
praktek pembelajaranya juga dalam
nilai baik.
Hasil dan Pembahasan
Penyusunan RPP
Kondisi sebelum pelaksanaan
penelitian tindakan sekolah diperoleh
gambaran bahwa secara kuantitas maupun kualitas RPP yang dikumpulkan
masih rendah. Hal ini dikuatkan dengan
temuan bahwa guru yang menyusun
perangkat pembelajaran adalah sebesar
29,03% atau sekitar 9 orang.
Kualitas perangkat pembelajaran
terutama RPP dalam kategori belum
memuaskan. Hal ini ditunjukkan oleh
skor perolehan penilaian RPP yang
dilakukan oleh tim kolaborasi PTS.
guru yang RPPnya baik (nilai di atas 70)
adalah hanya 3 orang.
Setelah dilakukan tindakan pada
siklus I diperoleh gambaran bahwa guru
[201]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
yang mengumpulkan perangkat pembelajaran sejumlah 19 orang dan setelah
dilakukan analisis yang mendapat skor
di atas 70 ada 11 orang.
Jika dilihat dari segi kuantitas
jumlah guru yang mengumpulkan RPP
dari 3 orang pada kondisi pra siklus
menjadi 19 orang pada siklus I. Hal ini
berarti terjadi peningkatan 13 orang
atau sekitar 41,95%.
Segi kualitas juga mengalami peningkatan. Jika pada pra siklus yang
mendapat skor di atas 70 hanya ada 3
orang sedangkan pada siklus I bertambah 8 orang sehingga menjadi 11 orang.
Sedangkan hasil tindakan pada
siklus II juga mengalami peningkatan
baik dari segi kuantitas maupun kualitas
RPP yang dikumpulkan. Jumlah guru
yang mengumpulkan RPP ada 26 orang
atau sekitar 83,87%.
Segi kualitas RPP pada siklus II
guru yang mencapai skor di atas 70 ada
25 orang atau sekitar 80,64% dengan
perincian 2 orang mendapat criteria
amat baik dan 23 orang criteria baik.
Secara ringkas perkembangan
jumlah dan kualitas RPP pada kondisi
sebelum tindakan (pra siklus), siklus I,
dan siklus II dapat dilihat pada tabel 5
dan tabel 6.
Proses Pembelajaran
Pada kondisi pra siklus atau
sebelum diadakan tindakan guru yang
disupervisi dalam proses pembelajaran
ada 9 guru. Hal ini dilakukan karena
hanya ada 9 guru yang sudah membuat
dan mengumpulkan RPP.
Supervisi kunjungan kelas menemukan data bahwa 3 orang mendapatkan skor baik dan 6 guru lainnya mendapatkan skor kurang. Ketiga orang
guru yang mendapat skor baik berada
pada batas passing grade bawah. Hal ini
artinya harus ditingkatkan lagi kinerjanya dalam proses pembelajaran. Sedangkan ke 6 guru yang tidak membuat
RPP pembelajaran tidak mempunyai
arah. Tampak terkesan galau di depan
kelas.
Melihat kenyataan tersebut di
atas, kepala sekolah melakukan tindakan pada siklus 1 dengan pendekatan
kontemporer dalam supervise akademik
guna mengoptimalkan kinerja guru
dalam pembelajaran.
Tim supervise menyepakati perlu
adanya tayangan yang dapat dijadikan
contoh dalam pembelajaran di kelas..
Semua guru diberi kesempatan untuk
mengamati film proses pembelajaran.
Hal ini dimaksudkan agar guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran di
depan kelas ada kesesuaian dengan RPP
yang dibuatnya
Sebelum melihat tayangan film
tersebut semua guru diberi contoh RPP
untuk dianalisis bersama tentang kelebihan dan kekurangan RPP kemudian
secara bersama-sama menyaksikan tayangan film pembelajaran tersebut.
Tabel 5. Perkembangan Jumlah Guru dalam Penyusunan RPP
Keadaan RPP
No.
Tahapan
Ada
Tidak Ada
Jumlah
1. Pra siklus
29,03 %
70,97 %
100 %
2. Siklus 1
41,95 %
58,05 %
100 %
3. Siklus 2
83,87 %
16,13 %
100 %
[202]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
No.
1.
2.
3.
4.
5
Tabel 6. Perkembangan Kualitas RPP
Prasiklus
Siklus 1
Kriteria
(orang)
(orang)
Amat Baik
Baik
3
11
Cukup baik
6
8
Kurang baik
22
12
Jumlah
31
31
Proses pembelajaran sebelum dan
selama pemberian tindakan di siklus I
dan siklus II dengan pendekatan
kontemporer dalam supervisi akademik
memberikan gambaran yang selalu
meningkat.
Pada kondisi sebelum pemberian
tindakan (pra siklus) proses pembelajaran di kelas dalam kategori sesuai hanya
3 orang 9,68% dan 90,32% dinyatakan
kurang sesuai.
Pada siklus I, proses pembelajaran mengalami perkembangan yang positif. Hal ini ditandai dengan naiknya
prosentase dari kondisi pra siklus 9,68%
menjadi 35,48% dalam kategori sesuai.
Sesuai dengan indikator keberhasilan pemberian tindakan, walaupun
telah terjadi peningkatan skor kesesuai-
an antara RPP dan proses pembelajaran
pemberian tindakan tetap dilaksanakan
pada siklus II.
Hasil penelitian menggambarkan
bahwa pada siklus II terjadi peningkatan prosentase kesesuaian. Terdapat 2
orang atau 6,48% yang masuk dalam
kategori sangat sesuai dan 23 orang
atau 74,19% dalam kategori sesuai.
Pada siklus II, pemberian tindakan dihentikan karena sudah mencapai
indikator keberhasilan. Guru yang dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas
sudah sesuai dengan RPP yang dibuatnya mencapai 80,67% dengan rincian
6,48% dalam kategori sangat sesuai dan
74,20% dalam kategori sesuai.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 7.
Tabel 7. Kesesuaian RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran
Guru di Kelas
Pra siklus
Siklus I
No.
Kategori
Skor
f
%
F
%
1.
Sangat sesuai
76 - 100
2.
Sesuai
51 - 75
3
9,68
11
35,4
8
3.
Cukup sesuai
26 - 50
8
25,8
1
4.
Kurang sesuai
------ 25
28
90,3
12
38,7
2
1
Jumlah 31
100
31
100
Simpulan
Penelitian tindakan sekolah
dengan pendekatan kontemporer dalam
supervise akademik yang dilaksanakan
Siklus 2
(orang)
2
23
4
2
31
Siklus II
F
%
2
6,45
23
74,2
0
4
12,9
0
2
6,45
31
100
di SMA Negeri 1 Warureja dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. bahwa pendekatan kontemporer
dalam supervisi akademik dapat di-
[203]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
b.
c.
d.
e.
implementasikan secara tepat, baik
dalam perencanaan, pelaksanaan,
maupun evaluasinya.
Implementasi pendekatan kontemporer dalam supervisi akademik
berdampak positif terhadap peningkatan kompetensi guru dalam
menyusun desain pembelajaran.
Kepala sekolah memegang peran
yang strategis dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah.
Pelaksanaan supervisi akademik
dengan pendekatan kontemporer
dapat meningkatkan kinerja guru
dalam membuat RPP atau desain
pembelajaran.
Pelaksanaan supervisi akademik
dengan pendekatan kontemporer
dapat meningkatkan kinerja guru
dalam pelaksanaan pembelajaran di
dalam kelas.
Saran-saran
a. Guru adalah sebuah profesi yang
mulia maka harus tetap professional.
b. Guru dituntut untuk selalu mengembangkan kemampuan pedagogic dan
profesionalnya.
c. Kepala sekolah sebagai supervisor
harus selalu siap membantu guru
yang mengalami kesulitan dalam
menjalankan
profesinya
secara
professional.
Daftar Pustaka
Anwar, Moch. Idochi. 2004. Administrasi
Pendidikan dan Manajemen Biaya
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Depdiknas. 1997. Petunjuk Pengelolaan
Adminstrasi Sekolah Dasar. Jakarta:
Dirjen P2TK.
--------------. 2001. Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:
Depdiknas.
-------------. 2010. Supervisi Akademik; Materi
Pelatihan Penguatan Kemampuan
Kepala Sekolah. Jakarta: Dirjend
P2TK.
Harahap, Baharuddin. 1983. Supervisi
Pendidikan yang Dilaksanakan oleh
Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan
Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai
Jaya.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompeteni Guru. Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa,E.,2003. Kurikulum Berbasis
Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
dan Implementasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep
dan Teknik Supervisi Pendidikan
Dalam
Rangka
Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru
Terhadap Inovasi Pendidikan. Artikel.
Jakarta: Kompas (16 Agustus 2002).
Suprihatin, MD. 1989. Administrasi
Pendidikan, Fungsi dan Tanggung
Jawab Kepala Sekolah sebagai
Administrator dan Supervisor Sekolah.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Surya,Muhammad.2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:
Yayasan Bhakti Winaya
Suryasubrata.1997. Proses Belajar Meng-ajar
di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Moh. Uzer.1994. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Biodata :
Imam Sujarwanto, S.Pd. M.Pd. NIP
19690908 199702 1003, Pembina Tk I,
/IVb. Guru Madya. Lahir di Pemalang 8
Agustus 1969. Menyelesaikan studi strata
satu dalam jurusan Pendidikan Geografi
IKIP Semarang (1995) dan strata dua
dalam program studi Pendidikan IPS di
Universitas Negeri Semarang (2012)
[204]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
[205]
Sujarwanto,
(1) Oktober
2014
JPK 1 (3)
Oktober
2014 JPK
@2Ikatan
Sarjana
Pendidikan Indonesia
PENDEKATAN KONTEMPORER DALAM SUPERVISI AKADEMIK DAN
OPTIMALISASI KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN
Imam Sujarwanto *)
Kata Kunci :
Kontemporer, Supervisi,
Kinerja Guru
Abstract
The aim of this study were: (1) to describe the implementation of
academic supervision by a contemporary approach in optimizing the
performance of teachers in preparing instructional design, and (2)
analyze the impact of the implementation of academic supervision by a
contemporary approach to optimize the learning process in SMA 1
Warureja. Research school action research approach. The subjects
were teachers SMAN 1 Warureja Tegal. Research data collection is
done by observation, interviews, documentation, and testing. Data
were analyzed by percentage description. The results showed that the
contemporary approach in academic supervision can be implemented
appropriately, both in the planning, implementation, and evaluation.
Implementation methods of academic supervision positive impact on
improving the competence of teachers in preparing instructional
design.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan
implementasi supervisi akademik dengan pendekatan kontemporer dalam mengoptimalkan kinerja guru dalam
menyusun desain pembelajaran, dan (2) menganalisis dampak
pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kontemporer dalam mengoptimalkan proses pembelajaran di
SMA Negeri 1 Warureja. Penelitian menggunakan pendekatan penelitian tindakan sekolah. Subjek penelitian adalah guru
SMA Negeri 1 Warureja Kabupaten Tegal. Pengumpulan data
penelitian dilakukan dengan pengamatan, wawancara,
dokumentasi, dan tes. Data penelitian dianalisis dengan
deskripsi prosentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendekatan kontemporer dalam supervisi akademik dapat
diimplementasikan secara tepat, baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasinya. Implementasi metode
supervise akademik berdampak positif terhadap peningkatan
kompetensi guru dalam menyusun desain pembelajaran.
*) SMA Negeri 1 Warureja
ISSN 2339 – 0417
[194]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
Pendahuluan
Masyarakat mempercayai, mengakui dan menyerahkan kepada guru
untuk mendidik tunas-tunas muda dan
membantu mengembangkan potensinya secara professional. Kepercayaan,
keyakinan, dan penerimaan ini merupa
kan substansi dari pengakuan masyarakat terhadap profesi guru.
Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Apalagi profesi guru yang sehari-hari menangani
benda hidup berupa siswa dengan berbagai karakteristik yang masing-masing
tidak sama. Pekerjaaan sebagai guru
menjadi lebih berat tatkala menyangkut
peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan kemampuan dirinya
mengalami stagnasi.
Guru yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan. Guru professional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual,
moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin,
tanggung jawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan manajerial,
trampil, kreatif, memiliki keterbukaan
profesional dalam memahami potensi,
karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana studi dan karir peserta
didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum.
Guru yang profesional adalah guru
yang memiliki kompetensi.
Menurut Mc Ahsan sebagaimana
dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi: …is a
knowledge, skills, and abilities or capabilities
that a person achieves, which become part of
his or her being to the extent he or she can
satisfactorily perform particular cognitive,
affective, and psychomotor behaviors.
Sedangkan Sofo (1999:123) mengatakan A competency is composed of
skill, knowledge, and attitude, but in
particular the consistent applications of
those skill, knowledge, and attitude to the
standard of performance required in
employment.
Sejalan dengan itu Finch & Crunkilton sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensi
sebagai penguasaan terhadap suatu
tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi
yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.
Robbins(2001:37) menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas
seseorang individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor,
yaitu faktor kemampuan intelektual dan
kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk
melakukan tugas-tugas yang menuntut
stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan. Spencer & Spencer (1993:9)
mengatakan : Competency is underlying
characteristic of an individual that is causally
related to criterion-reference effective and/or
superior performance in a job or situation.
Menurut Undang-undang No.14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang wajib
dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini dapat dilhat dari kemampuan
merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar
[195]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
mengajar, dan kemampuan melakukan
penilaian.
Menurut Joni (1984:12), kemampuan merencanakan program belajar
mengajar mencakup kemampuan: (1)
Merencanakn pengorganisasian bahanbahan pengajaran; (2) Merencanakan
pengelolaan kegiatan belajar mengajar;
(3) Merencanakan pengelolaan kelas;
(4) Merencanakan penggunaan media
dan sumber pengajaran; dan (5) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk
kepentingan pengajaran.
Jadi sesuai dengan tuntutan profesi, sudah sewajarnya guru memiliki
kompetensi dalam menyusun desain
pembelajaran, namun kenyataannya
tuntutan tersebut tidak terpenuhi. Guru
suka mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Mulyasa dalam
bukunya “Menjadi Guru Profesional”
yang menyoroti tujuh kesalahan yang
sering dilakukan oleh guru. Adapun
ketujuh kesalahan tersebut antara lain :
(1) mengambil jalan pintas dalam pembelajaran; (2) menggunakan destructive
discipline; (3) merasa paling pintar; (4)
mengabaikan perbedaan peserta didik;
(5) tidak adil (kurang demokratis); (6)
memaksa hak peserta didik; (7) menunggu peserta didik berperilaku negative (Mulyasa, 2009:20-30).
Kebiasaan guru mengambil jalan pintas dalam pembelajaran ditengerai dalam pembelajaran guru tidak
membuat RPP, suka copy paste RPP
guru lain. Kondisi seperti ini dijumpai
pula di SMA N 1 Warureja Kabupaten
Tegal. Lebih dari 60% guru belum
membuat RPP pada tahun 2014/2015.
RPP yang adapun jika dianalisis belum
mendapatkan kategori baik. Hal ini
menuntut kepala sekolah untuk melakukan tindakan.
Kepala sekolah merupakan “the
key person” keberhasilan peningkatan
kualitas pendidikan di sekolah. Ia adalah orang yang diberi tanggung jawab
untuk mengelola dan memberdayakan
berbagai potensi masyarakat serta
orang tua untuk mewujudkan visi, misi
dan tujuan sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki visi, misi,
dan wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan profesional dalam mewujudkannya melalui perencanaan,kepemimpinan, manajerial, dan supervisi pendidikan. Ia juga
dituntut untuk menjalin kerjasama
yang harmonis dengan berbagai pihak
yang terkait dengan program pendidikan di sekolah. Singkatnya, kepala sekolah harus mampu berperan sebagai
Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, Motivator.
Kepala sekolah sebagai supervisor berkenaan dengan tugas supervisi.
Kimball Wiles (1967) merumuskan supervisi: Supervision is assistance in the
devolepment of a better teaching learning
situation. Rumusan ini mengisyaratkan
bahwa layanan supervisi meliputi
keseluruhan situasi belajar mengajar
(goal, material, technique, method, teacher,
student, an envirovment).
Istilah supervisi diambil dari bahasa Inggris Supervision artinya pengawasan. Orang yang melakukan supervise disebut supervisor.
Sedangkan menurut Depdiknas
(1994) supervisi adalah pembinaan
yang diberikan kepada seluruh staf
sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang
lebih baik. Untuk itu ada dua hal yang
perlu diperhatikan yaitu : pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dan hal-hal
yang menunjang kegiatan belajar
mengajar.
[196]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
Aspek utama dalam supervisi
adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
guru dalam mengelola kegiatan belajar
mengajar.
Kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu: supervisi
umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan untuk seluruh
kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan supervisi akademik lebih diarahkan pada peningkatan kualitas
pembelajaran.
Pada artikel ini, pembahasan
lebih kepada supervisi akademik karena
berkaitan dengan penyusunan perangkat
perencanaan pembelajaran yang dibuat
oleh guru dan proses pembelajarannya.
Tujuan supervisi akademik adalah: (1) Membantu guru mengembangkan kompetensinya; (2) Mengembangkan kurikulum; (3) Mengembangkan
kelompok kerja guru dan membimbing
penelitian tindakan kelas (Glickman, et
al; 2007, Sergiovanni, 1987)
Supervisi akademik dilaksanakan
dengan prinsi-prinsip:(1) Praktis, artinya
mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah; (2) Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran; (3) Objektif, artinya masukan
sesuai aspek-aspek instrumen; (4) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan
sebenarnya; (5) Antisipatif, artinya
mampu menghadapi masalah-masalah
yang mungkin akan terjadi; (6) Konstruktif, artinya mengembangkan kreatifitas dan inovasiguru dalam mengembangkan pembelajaran; (7) Kooperatif,
artinya ada kerjasama yang baik antara
supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran.
Model supervisi akademik terbagi ke dalam dua model, yaitu Model
Supervisi Tradisional dan Model Super-
visi Kontemporer (Dirjend P2TK,
2014). Model supervisi tradisional
terdiri atas supervisi langsung dan tidak
langsung. Supervisi langsung meliputi
kegiatan observasi langsung dan tidak
langsung.
Supervisi observasi langsung dilakukan dengan observasi kepada guru
yang sedang mengajar melalui sebagai
berikut.
Sebelum observasi kelas, supervisor melakukan wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati.
Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan, metode
dan strategi, media pembelajaran, evaluasi dan analisis.
Setelah wawancara dan diskusi
mengenai apa yang akan dilaksanakan
guru dalam kegiatan belajar mengajar,
kemudian supervisormengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan,
penerapan dan penutup.
Setelah observasi kelas selesai,
supervisor mengadakan wawancara dan
diskusi tentang kesan guru terhadap
penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi
ketemapilan-keterampilan mengajar yng
perlu ditingkatkan, gagasan - gagasan
baru yang akan dilakukan.
Sedangkan supervisi akademik
tidak langsung dengan melakukan tes
dadakan, diskusi kasus, dan metode
angket.
Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga disebut juga
supervisi klinis. Supervisi model ini
merupakan supervisi akademik yang
bersifat kolaboratif. Prosedur pelaksanaannya sama dengan supervisi akademik langsung yakni observasi kelas
namun dengan pendekatan yang berbeda.
[197]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
Supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran (Sullivan & Glanz,
2005). Menurut Sergiovanni (1987) ada
dua tujuan supervisi klinis: pengembangan professional dan motivasi kerja
guru. Dalam pelaksanaannya menurut
Sullivan & Glanz (2005) setidaknya ada
empat langkah yaitu: (1) Perencanaan
pertemuan; (2) Observasi; (3) Pertemuan berikutnya; (4) Refleksi kolaborasi.
Langkah-langkah perencanaan per
temuan meliputi: memutuskan fokus
observasi (pendekatan umum, informasi
langsung, kolaboratif, atau langsung
diri sendiri), menetapkan metode dan
formulir observasi, mengatur waktu
observasi dan pertemuan berikutnya.
Langkah-langkah observasi meliputi:
memilih alat observasi, melaksanakan
observasi, memverifikasi hasil observasi
dengan guru pada pertemuan berikutnya, menganalisis data hasil verifikasi
dan menginterpretasi, memilih pendekatan interpersonal setelah pertemuan
berikutnya.Langkah-langkah pertemuan
berikutnya adalah menentukan fokus
dan waktu. Langkah-langkah refleksi
kolaborasi meliputi: menemukan nilainilai apa?, mana yang kurang bernilai,
dan apa saran-saran anda.
Supervisi klinis bagi guru muncul
ketika guru tidak harus disupervisi atas
keinginan kepala sekolah. Melainkan
karena kesadaran guru yang datang ke
supervisor untuk minta bantuan mengatasai masalahnya.
Untuk melaksanakan supervisi
akademik diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal
(Glickman, at al: 2007). Menurut Gwyn
(1961) teknik supervise akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan
kelompok.
Teknik supervisi individual adalah supervisi persorangan terhadap guru.Supervisor hanya berhadapan dengan
seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya.
Teknik-teknik supervisi individual
ada lima macam, yaitu:
a. Kunjungan kelas,
Kunjungan kelas adalah teknik
pembinaan guru oleh kepala sekolah
untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah
untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas;
b. Observasi kelas,
Obsrvasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk
memperoleh data obyektif aspekaspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalm usaha memperbaiki proses pembelajaran.
Aspek-aspek yang diobservasi
adalah: usaha-usaha dan aktifitas
guru siswa dalam proses pembelajaran, cara menggunakan media pengajaran, variasi metode, ketepatan
penggunaan media dengan materi,
ketapatan meng gunakan metode
dengan meteri, reaksi mental para
siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun pelaksanaan observasi
kelas malalui tahap persiapan,
pelaksanaan, penutupan, penilaian
hasil observasi, dan tindak lanjut.
c. Pertemuan individual,
Pertemuan individual adalah
satu pertemuan, percakapan, dialog,
tukar pikiran antara supervisor dan
guru. Tujuannya adalah untuk berkonsultasi guna memperbaiki segala
kelemahan dan kekurangan.
Swearingen (1961) mengklasifikasi pertemuan individual ada 4
jenis pertemuan individual yaitu: (1)
Classroom conference,yaitu percakapan
individual yang dilaksanakan di
kelas ketika murid-murid sedang
meninggalkan kelas, (2) Office-
[198]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
conference, yakni percakapan individual yang dilaksanakan di ruang
kepala sekolah atau ruang guru, di
mana sudah dilengkapi dengan alatalat bantu yang dapat digunakan
untuk memberikan penjelasan kepada guru; (3) Causal-conference, yaitu
percakapan individual yang bersifat
informal, yang secara kebetulan
bertemu dengan guru; (4) Observational visitation, yaitu percakapan
individual yang dilaksanakan setelah
supervisor melakukan kunjungan
kelas atau observasi kelas.
d. Kunjungan antar kelas
Kunjuangan antar kelas adalah
guru yang satu berkunjung ke kelas
yang lain di sekolah itu sendiri.
Tujuannya adalah untuk berbagi
pengalaman dalam pembelajaran.
e. Menilai diri sendiri
Menilai diri sendiri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri
sendiri secara objektif. Kejujuran
pada diri sendiri sangat menetukan
keberhasilan pada kegiatan ini.
Sedangkan Teknisi supervisi kelompok adalah cara melaksanakan
program supervisi yang ditujukan
kepada dua orang guru atau lebih.
Supervisi ini dilakukan kepada
kelompok guru yang memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama. Menurut Gwynn (1961) terdapat tiga
belas teknik supervisi kelompok,
yaitu: kepanitiaan, kerja kelompok,
laboratorium, membaca terpimpin,
demonstrasi pembelajaran, darma
wisata, kuliah/studi, diskusi panel,
perpustakaan, organisasi profesional, bulletin supervisi, pertemuan
guru, lokakarya atau konferensi
kelompok.
Dengan mendasarkan pada masalah yang dijumpai di SMA N 1
Warureja yaitu lebih dari 60% guru
belum membuat RPP dan RPP yang
dibuatnya sebagian besar belum
memenuhi tuntutan kurikulum serta
uraian tentang supervisi baik maksud,
manfaat dan tujuannya maka dapat
dirumuskan masalah yang menjadi
kajian tulisan ini yaitu: (1) Bagaimana
menerapkan pendekatan kontemporer
dalam supervisi akademik dengan
pendekatan kontemporer dalam mengoptimalkan kinerja guru dalam menyusun RPP? (2) Apakah pendekatan
kontemporer dalam supervisi akademik
mampu mengoptimalkan kinerja guru
dalam proses pembelajaran?
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di SMAN 1
Warureja Kab. Tegal mulai tanggal 1
Agustus sampai dengan 30 Oktober
2014. Obyek penelitian adalah RPP dan
Silabus. Sedangkan subyek penelitiannya adalah guru-guru SMA Negeri 1
Warureja sejumlah 31 orang.
Penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian tndakan sekolah yang
berlangsung selama 2 siklus. Masingmasing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti pada siklus I maupun siklus
II secara umum adalah sama, yaitu
melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi
Siklus I, tahap perencanaan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
(1) memilih 2 orang guru yang akan
ditugasi sebagai anggota tim supervisi
(2) mengidentifikasi jumlah guru yang
sudah membuat silabus dan RPP; (3)
meminta guru untuk mengumpulkan
perangkat pembelajaran; (4) memeriksa
administrasi guru secara kuantitas dan
kulitatif; (5) mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan; (6) Menyusun
rencana tindakan (berupa penjadwalan
[199]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
supervisi individual atau kelompok disesuaikan dengan temuan pada identifikasi masalah).
Kegiatan-kegiatan dalam tahap
perencanaan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Tahap Perencanaan Siklus I
No.
Jenis Kegiatan
Tanggal Pelaksanaan
1.
Membentuk tim suprevisi
1
2.
Guru mengumpulkan silabus dan RP
1-2 Agustus 2014
3.
4 Agustus 2014
5.
Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah
menyusun silabus dan RPP secara rutin
Menganalisa silabus dan RPP guru secara
kualitatif
Mengidentifikasi masalah yang ditemukan
6.
Menyusun rencana tindakan
16 Agustus 2014
4.
Agustus 2014
5- 10 Agustus 2014
11 – 15 Agustus 2014
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Tahap Pelaksanaan dan Observasi Siklus 1
No.
1
2
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Supervisi individual terhadap seluruh guru
17- 24 Agustus 2014
Penugasan menyusun contoh revisi silabus dan
RPP
25-26 Agustus 2014
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Tahap Peerncanaan Siklus II
No.
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
1.
Menyusun perencanaan siklus 2
1 – 4 Oktober 2014
2.
3.
Mengumpulkan contoh revisi silabus dan RPP
Membuat jadwal supervise kelas dan
mengumumkannya kepada guru
6 Oktorber 2014
10 Oktober 2014
4.
Menganalisa sampel revisi silabus dan RPP
13 – 15 Oktober 2014
Tabel 4 Jadwal Tahap Pelaksanaan dan Observasi Siklus 2
No.
1.
2.
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Melakukan supervise kelas pada guru
20 – 25 Oktober 2014
Melakukan supervise individual terhadap guru
yang sudah disupervisi kelas
20 – 25 Oktober 2014
[200]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
Pada tahap pelaksanaan, peneliti
melaksanakan rencana tindakan supervisi individual/kelompok untuk menilai
administrasi guru yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Pelaksanaan supervisi dilakukan dengan pertemuan
individual office-conference. Hal ini dilakukan terutama kepada guru yang tidak
mengumpulkn perangkat pembelajaran,
untuk mengetahui penyebab/masalahnya. Tahap ini peneliti rencanakan berlangsung selama 2 minggu dan dilaksanakan bersama-sama dengan kolaborator.
Tahap ketiga adalah Observasi,
peneliti melakukan kegiatan observasi
terhadap seluruh kejadian yang terjadi
selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil awal yang dicapai pada
pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain itu
peneliti juga mengidentifikasi masalahmasalah lanjutan yang timbul dari
pelaksanaan tindakan di siklus 1.
Waktu pelaksanaan pemberian
tindakan dan observasi sebagaimana tercantum dalam tabel 2.
Tahap terakhir dari PTS dalam
satu siklus adalah refleksi, peneliti melakukan refleksi berdasarkan data-data
yang diperoleh. Kemudian dilanjutkan
dengan pertemuan bersama kolaborator
untuk membahas hasil evaluasi dan
penyusunan langkah-langkah untuk
siklus kedua. Kegiatan refleksi dilaksanakan mula tanggal 26 Agustus 2014
hingga tanggal 31 Agustus 2014.
Siklus II. Tahapan perencanaan
pada siklus II, peneliti melakukan pertemuan dengan kolaborator untuk menyusun penjadwalan supervisi kelas dan
menyiapkan instrumen supervisi, melakukan analisis RPP untuk siklus II.
(Tabel 3)
Pada tahap pelaksanaan, guruguru yang sudah siap perangkat perencanaan pembelajarannya disupervisi
kelas oleh peneliti. Hal ini untuk me-
lihat kesesuaian perencanaan pembela
jaran dengan pelaksanaan pembelajaran.
Di tahap observasi, peneliti
mengobservasi kesesuaian perencanaan
pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran serta melihat keberterimaan
siswa dalam proses belajar mengajar.
Pada tahap ini pula dikumpulkan datadata yang terjadi selama tahap pelaksanaan.
Jadwal kegiatan tahap pelaksanaan dan tahap observasi sebagaimana
tercantum di tabel 4.
Pada tahap refleksi siklus kedua,
peneliti melakukan evaluasi bersama
guru yang disupervisi terhadap hasil
observasi di siklus II.
Indikator keberhasilan pemberian tindakan dinyatakan telah terpenuhi
jika diperoleh skor prosentase lebih
besar atau sama dengan 80% guru dari
seluruh guru telah berhasil menyelesaikan tugasnya, yaitu membuat silabus
dan silabusnya mendapat nilai baik dan
praktek pembelajaranya juga dalam
nilai baik.
Hasil dan Pembahasan
Penyusunan RPP
Kondisi sebelum pelaksanaan
penelitian tindakan sekolah diperoleh
gambaran bahwa secara kuantitas maupun kualitas RPP yang dikumpulkan
masih rendah. Hal ini dikuatkan dengan
temuan bahwa guru yang menyusun
perangkat pembelajaran adalah sebesar
29,03% atau sekitar 9 orang.
Kualitas perangkat pembelajaran
terutama RPP dalam kategori belum
memuaskan. Hal ini ditunjukkan oleh
skor perolehan penilaian RPP yang
dilakukan oleh tim kolaborasi PTS.
guru yang RPPnya baik (nilai di atas 70)
adalah hanya 3 orang.
Setelah dilakukan tindakan pada
siklus I diperoleh gambaran bahwa guru
[201]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
yang mengumpulkan perangkat pembelajaran sejumlah 19 orang dan setelah
dilakukan analisis yang mendapat skor
di atas 70 ada 11 orang.
Jika dilihat dari segi kuantitas
jumlah guru yang mengumpulkan RPP
dari 3 orang pada kondisi pra siklus
menjadi 19 orang pada siklus I. Hal ini
berarti terjadi peningkatan 13 orang
atau sekitar 41,95%.
Segi kualitas juga mengalami peningkatan. Jika pada pra siklus yang
mendapat skor di atas 70 hanya ada 3
orang sedangkan pada siklus I bertambah 8 orang sehingga menjadi 11 orang.
Sedangkan hasil tindakan pada
siklus II juga mengalami peningkatan
baik dari segi kuantitas maupun kualitas
RPP yang dikumpulkan. Jumlah guru
yang mengumpulkan RPP ada 26 orang
atau sekitar 83,87%.
Segi kualitas RPP pada siklus II
guru yang mencapai skor di atas 70 ada
25 orang atau sekitar 80,64% dengan
perincian 2 orang mendapat criteria
amat baik dan 23 orang criteria baik.
Secara ringkas perkembangan
jumlah dan kualitas RPP pada kondisi
sebelum tindakan (pra siklus), siklus I,
dan siklus II dapat dilihat pada tabel 5
dan tabel 6.
Proses Pembelajaran
Pada kondisi pra siklus atau
sebelum diadakan tindakan guru yang
disupervisi dalam proses pembelajaran
ada 9 guru. Hal ini dilakukan karena
hanya ada 9 guru yang sudah membuat
dan mengumpulkan RPP.
Supervisi kunjungan kelas menemukan data bahwa 3 orang mendapatkan skor baik dan 6 guru lainnya mendapatkan skor kurang. Ketiga orang
guru yang mendapat skor baik berada
pada batas passing grade bawah. Hal ini
artinya harus ditingkatkan lagi kinerjanya dalam proses pembelajaran. Sedangkan ke 6 guru yang tidak membuat
RPP pembelajaran tidak mempunyai
arah. Tampak terkesan galau di depan
kelas.
Melihat kenyataan tersebut di
atas, kepala sekolah melakukan tindakan pada siklus 1 dengan pendekatan
kontemporer dalam supervise akademik
guna mengoptimalkan kinerja guru
dalam pembelajaran.
Tim supervise menyepakati perlu
adanya tayangan yang dapat dijadikan
contoh dalam pembelajaran di kelas..
Semua guru diberi kesempatan untuk
mengamati film proses pembelajaran.
Hal ini dimaksudkan agar guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran di
depan kelas ada kesesuaian dengan RPP
yang dibuatnya
Sebelum melihat tayangan film
tersebut semua guru diberi contoh RPP
untuk dianalisis bersama tentang kelebihan dan kekurangan RPP kemudian
secara bersama-sama menyaksikan tayangan film pembelajaran tersebut.
Tabel 5. Perkembangan Jumlah Guru dalam Penyusunan RPP
Keadaan RPP
No.
Tahapan
Ada
Tidak Ada
Jumlah
1. Pra siklus
29,03 %
70,97 %
100 %
2. Siklus 1
41,95 %
58,05 %
100 %
3. Siklus 2
83,87 %
16,13 %
100 %
[202]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
No.
1.
2.
3.
4.
5
Tabel 6. Perkembangan Kualitas RPP
Prasiklus
Siklus 1
Kriteria
(orang)
(orang)
Amat Baik
Baik
3
11
Cukup baik
6
8
Kurang baik
22
12
Jumlah
31
31
Proses pembelajaran sebelum dan
selama pemberian tindakan di siklus I
dan siklus II dengan pendekatan
kontemporer dalam supervisi akademik
memberikan gambaran yang selalu
meningkat.
Pada kondisi sebelum pemberian
tindakan (pra siklus) proses pembelajaran di kelas dalam kategori sesuai hanya
3 orang 9,68% dan 90,32% dinyatakan
kurang sesuai.
Pada siklus I, proses pembelajaran mengalami perkembangan yang positif. Hal ini ditandai dengan naiknya
prosentase dari kondisi pra siklus 9,68%
menjadi 35,48% dalam kategori sesuai.
Sesuai dengan indikator keberhasilan pemberian tindakan, walaupun
telah terjadi peningkatan skor kesesuai-
an antara RPP dan proses pembelajaran
pemberian tindakan tetap dilaksanakan
pada siklus II.
Hasil penelitian menggambarkan
bahwa pada siklus II terjadi peningkatan prosentase kesesuaian. Terdapat 2
orang atau 6,48% yang masuk dalam
kategori sangat sesuai dan 23 orang
atau 74,19% dalam kategori sesuai.
Pada siklus II, pemberian tindakan dihentikan karena sudah mencapai
indikator keberhasilan. Guru yang dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas
sudah sesuai dengan RPP yang dibuatnya mencapai 80,67% dengan rincian
6,48% dalam kategori sangat sesuai dan
74,20% dalam kategori sesuai.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 7.
Tabel 7. Kesesuaian RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran
Guru di Kelas
Pra siklus
Siklus I
No.
Kategori
Skor
f
%
F
%
1.
Sangat sesuai
76 - 100
2.
Sesuai
51 - 75
3
9,68
11
35,4
8
3.
Cukup sesuai
26 - 50
8
25,8
1
4.
Kurang sesuai
------ 25
28
90,3
12
38,7
2
1
Jumlah 31
100
31
100
Simpulan
Penelitian tindakan sekolah
dengan pendekatan kontemporer dalam
supervise akademik yang dilaksanakan
Siklus 2
(orang)
2
23
4
2
31
Siklus II
F
%
2
6,45
23
74,2
0
4
12,9
0
2
6,45
31
100
di SMA Negeri 1 Warureja dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. bahwa pendekatan kontemporer
dalam supervisi akademik dapat di-
[203]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
b.
c.
d.
e.
implementasikan secara tepat, baik
dalam perencanaan, pelaksanaan,
maupun evaluasinya.
Implementasi pendekatan kontemporer dalam supervisi akademik
berdampak positif terhadap peningkatan kompetensi guru dalam
menyusun desain pembelajaran.
Kepala sekolah memegang peran
yang strategis dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah.
Pelaksanaan supervisi akademik
dengan pendekatan kontemporer
dapat meningkatkan kinerja guru
dalam membuat RPP atau desain
pembelajaran.
Pelaksanaan supervisi akademik
dengan pendekatan kontemporer
dapat meningkatkan kinerja guru
dalam pelaksanaan pembelajaran di
dalam kelas.
Saran-saran
a. Guru adalah sebuah profesi yang
mulia maka harus tetap professional.
b. Guru dituntut untuk selalu mengembangkan kemampuan pedagogic dan
profesionalnya.
c. Kepala sekolah sebagai supervisor
harus selalu siap membantu guru
yang mengalami kesulitan dalam
menjalankan
profesinya
secara
professional.
Daftar Pustaka
Anwar, Moch. Idochi. 2004. Administrasi
Pendidikan dan Manajemen Biaya
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Depdiknas. 1997. Petunjuk Pengelolaan
Adminstrasi Sekolah Dasar. Jakarta:
Dirjen P2TK.
--------------. 2001. Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:
Depdiknas.
-------------. 2010. Supervisi Akademik; Materi
Pelatihan Penguatan Kemampuan
Kepala Sekolah. Jakarta: Dirjend
P2TK.
Harahap, Baharuddin. 1983. Supervisi
Pendidikan yang Dilaksanakan oleh
Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan
Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai
Jaya.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompeteni Guru. Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa,E.,2003. Kurikulum Berbasis
Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
dan Implementasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep
dan Teknik Supervisi Pendidikan
Dalam
Rangka
Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru
Terhadap Inovasi Pendidikan. Artikel.
Jakarta: Kompas (16 Agustus 2002).
Suprihatin, MD. 1989. Administrasi
Pendidikan, Fungsi dan Tanggung
Jawab Kepala Sekolah sebagai
Administrator dan Supervisor Sekolah.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Surya,Muhammad.2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:
Yayasan Bhakti Winaya
Suryasubrata.1997. Proses Belajar Meng-ajar
di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Moh. Uzer.1994. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Biodata :
Imam Sujarwanto, S.Pd. M.Pd. NIP
19690908 199702 1003, Pembina Tk I,
/IVb. Guru Madya. Lahir di Pemalang 8
Agustus 1969. Menyelesaikan studi strata
satu dalam jurusan Pendidikan Geografi
IKIP Semarang (1995) dan strata dua
dalam program studi Pendidikan IPS di
Universitas Negeri Semarang (2012)
[204]
Imam Sujarwanto, JPK 2 (1) Oktober 2014
[205]