Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga Miskin (Studi Kasus: Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo) Chapter III VI

22

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di Desa
Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo dikarenakan desa ini memiliki
jumlah penduduk yang memiliki rumah tangga miskin terbesar.
Tabel 2. Banyaknya Rumah Tangga Miskin Menurut Desa/Kelurahan di
Kecamatan Barusjahe Tahun 2015
Jumlah Rumah Tangga Miskin
No
Desa
Raskin (Kg)
KK
1
Rumamis
1.170
78
2

Semangat
750
50
3
Sinaman
960
64
4
Talimbaru
1.110
74
5
Pertumbuken
270
18
6
Bulan Julu
180
12
7

Bulan Jahe
825
55
8
Sukanalu
3.855
257
9
Sukajulu
1.485
99
10
Barusjahe
1.350
90
11
Serdang
885
59
12

Penampen
990
66
13
Sarimanis
1.395
93
14
Tangkidik
345
23
15
Paribun
570
38
16
Persadanta
1.035
69
17

Sikab
1.620
108
18
Tanjung barus
1.620
108
19
Barusjulu
1.290
86
21.375
1.447
Barusjahe
Sumber : Kantor Kecamatan Barusjahe 2016
Tabel 2 diatas diketahui bahwa desa Sukanalu adalah desa yang memilki jumlah
rumah tannga miskin terbesar sebanyak 257 KK. Indikator rumah tangga miskin
dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang menerima beras miskin (raskin).

22

Universitas Sumatera Utara

23

3.2 Metode Penetapan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak. Pengambilan
sampel dari semua populasi dilakukan acak sederhana tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi.
Berdasarkan tabel 2, Kecamatan Barusjahe memiliki 19 desa, dimana desa
Sukanalu adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Barusjahe peneriman
raskin terbesar sebesar 257 KK.
Menurut Sugiyono (2006), besar sampel dapat dihitung dengan rumus Slovin
yaitu :

Keterangan :
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi
e = Taraf kesalahan (dalam penelitian ini digunakan α = 10%)
Maka dapat diperoleh besar sampel sebesar :


Universitas Sumatera Utara

24

Maka dari rumus slovin dapat diperoleh besar sampel yang akan diteliti adalah
sebesar 72 rumah tangga misin.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung
dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Sedangkan data sekunder yang digunakan merupakan data yang
diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan penelitian ini, seperti Badan Pusat
Statistik, dari berbagai literatur, jurnal, dan internet yang mendukung penelitian
ini.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunakan
metode kuantitatif yaitu dengan melihat besar pangsa atau persentase pengeluaran
pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga miskin di daerah penelitian, dan
dihitung dengan menggunakan formula :


Dimana:
PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%)
PP = Pengeluaran untuk belanja pangan (Rp/bulan)
TP = Total pengeluaran (Rp/bulan)
(Ilham dan Bonar, 2007).

Universitas Sumatera Utara

25

Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau
persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60% pengeluaran total) maka kelompok
rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu
apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan tinggi (> 60% pengeluaran
total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan
pangan (Purwantini, 1999).
Untuk identifikasi masalah 2 dianalisis dengan menggunakan model regresi
berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor (pendidikan ibu rumah tangga,
pekerjaan, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga) terhadap

ketahanan pangan dengan menggunakan pendekatan pangsa pengeluaran pangan
pada rumah tangga miskin. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan alat
bantu software spss 21. Setelah data diolah menggunakan spss 21, maka
dilakukan interpretasi hasil. Dengan model persamaan sebagai berikut:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ ɛ
Keterangan :
Y = Pangsa Pengeluaran Pangan (%)
b0 = Koefien Intercept
X1 = Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)
D1 = Pekerjaan
X3 = Pendapatan Rumah Tangga (Juta Rupiah)
X4 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang)
b1, b2, ..... bi = Koefisien Regresi Untuk Masing-Masing Variabel

Universitas Sumatera Utara

26

ɛ = Eror
Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari

faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari
analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan koefisien determinan
(R2). Pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Digunakan untuk mengetahui apakah variable-variabel bebassecara parsial
berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variable terikat.
Dengan langkah pengujian:
a. H0 : b1 = 0, Artinya: suatu variabel bebas bukan merupakan variabel penjelas
yang signifikan terhadap variabel terikat.
b. H1 : b1 ≠ 0, Artinya: suatu variabel bebas merupakan variabel penjelas yang
signifikan terhadap variabel terikat.
Kriteria Pengujian:
Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
(Taufik, 2016).
2. Uji Signifikasi Simultan/Serempak (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah secara keseluruhan variable
independen (bebas) berpengaruh terhadap variable dependen (terikat).
Dengan langkah pengujian:


Universitas Sumatera Utara

27

a. H0 : b1 = 0, Artinya: suatu variabel bebas bukan merupakan variabel penjelas
yang signifikan terhadap variabel terikat.
b. H1 : b1 ≠ 0, Artinya: suatu variabel bebas merupakan variabel penjelas yang
signifikan terhadap variabel terikat.
Kriteria pengujian :
Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
(Gujarati, 1995).
3. Uji Determinan (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa dekat sebuah nilai Y
dengan nilai aktualnya pada sebuah sampel. Nilai koefisien determinasi adalah
antara 0 dan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Koefisien determinasi (R2) sebesar 1 berarti suatu
kecocokan sempurna sedangkan R2 yang bernilai nol berarti tidak ada hubungan
antara variable tak bebas dengan variable yang menjelaskan (Gujarati, 1995).
4. Uji Asumsi Klasik

A. Multikolinieritas
Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya
korelasi atau hubungan antar variabel bebas dalam model regresi. Korelasi di
antara variabel bebas seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang baik.
Cara mendeteksi terjadinya multikoleniaritas dalam model regresi adalah sebagai
berikut:
a. Jika nilai koefisien determinasi (R2) tinggi; dalam uji secara serempak (F-test),
variabel-variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel

Universitas Sumatera Utara

28

terikat; tetapi dalam uji secara parsial (t-test), variabel-variabel bebas secara
parsial banyak yang tidsk berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, maka
hal ini mengindikasikan terjadinya multikolinieritas.
b. Menganalisis matrik korelasi antar variabel-variabel bebas. Jika antar variabel
bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi,umumnya di atas 0,90, maka hal ini
mengindikasikan terjadinya multikolinieritas.
c. Melihat nilai standard error. Nilai standard error yang besar mengindikasikan
terjadinya multikolinieritas.
d. Melihat nilai toleransi (tolarance) dan VIF. Dengan kriteria uji sebagai berikut:
Jika toleransi ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10 : terjadi multikolinieritas.
Jika toleransi > 0,10 dan VIF 0,05. Distribusi adalah normal.
(Gujarati, 1995).
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka perlu
dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1 Definisi
1. Ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman,
merata, dan terjangkau.
2. Rumah tangga adalah kelompok individu atau beberapa rumah tangga yang
tinggal bersama dalam satu atap serta menggunakan sumberdaya yang sama
dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
3. Rumah tangga miskin adalah kelompok individu atau beberapa rumah tangga
yang menerima beras miskin (raskin).
4. Ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan rumah tangga untuk
memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat
hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari.
5. Kemiskinan adalah suatu kondisi kehidupan serta keluarga yang dialami
seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal hidupnya.
6. Pendidikan adalah lamanya seseorang menempuh sekolah formal yang dihitung
dengan satuan waktu.

Universitas Sumatera Utara

30

7. Pekerjaan adalah mata pencaharian seseorang untuk menghasilkan pendapatan
demi mencukupi kebutuhannya.
8. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima (penghasilan) oleh seseorang
atas aktivitasnya (pekerjaannya).
3.5.2 Batasan Operasional
1. Sampel penelitian ini adalah rumah tangga miskin.
2. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukanalu Kecamatan Barusjahe Kabupaten
Karo.
3. Waktu penelitian dilakukan tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

31

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Desa Sukanalu adalah salah satu desa di Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo,
Propinsi Sumatera Utara. Luas desa Sukanalu 7242 Ha dan berada pada
ketinggian ± 1200 meter dari permukaan laut, sehingga termasuk dataran tinggi
dengan curah hujan rata-rata 500 mm / tahun dan suhu udara berkisar antara
14º C - 26º C. Jarak dari Desa Sukanalu ke Ibu Kota Kecamatan 4 km, jarak ke
Ibukota Kabupaten 7 km, sedangkan jarak ke Ibukota propinsi 137 km.

Gambar 2. Peta Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo

31
Universitas Sumatera Utara

32

Secara administratif daerah penelitian mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kubu Colia dan Desa Sukajulu
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukadame dan Desa Sinaman
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bulanjahe
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Seberaya dan Desa Tigapanah

4.1.2 Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di desa Sukanalu adalah berjumlah 3.453 jiwa yang terdiri dari
laki-laki berjumlah 1.619 orang dan perempuan berjumlah 1.834 orang serta
jumlah rumah tangga di desa Sukanalu sebesar 951 KK. Secara terperinci
keterangan mengenai penduduk di desa Sukanalu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun 2015
No
Jenis Kelamin
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1
Laki-laki
1.619
46,89
2
Perempuan
1.834
53,11
Total
3.453
100,00
Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu Tahun 2016
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa penduduk di desa Sukanalu lebih
mendominasi berjenis kelamin perempuan sebesar 1.834 orang atau 53,11%,
sedangkan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 1.619 orang atau
46,89%.
4.1.3 Distribusi Penduduk menurut Umur
Distribusi penduduk di desa Sukanalu menurut golongan umur dapat dilihat pada
tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

33

Tabel 4. Distribusi Penduduk menurut Umur Tahun 2015
Jumlah (Orang)
Jumlah
No Umur (Tahun)
Laki-laki perempuan (Orang)
1
0-4
43
70
113
2
5-9
50
80
130
3
10-14
50
75
125
4
15-19
90
95
185
5
20-24
114
120
234
6
25-29
140
130
270
7
30-34
105
115
220
8
35-39
111
118
229
9
40-44
231
240
471
10
45-49
220
260
480
11
50-54
115
141
256
12
55-59
140
155
295
13
60-64
110
120
230
14
> 60
100
115
215
Jumlah
1516
1.834
3453
Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu Tahun 2016

Persentase
(%)
3,27
3,76
3,62
5,36
6,78
7,82
6,37
6,63
13,64
13,90
7,41
8,54
6,66
3,76
97,52

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk berada pada
kelompok umur 15–64 tahun sebesar 2.870 jiwa atau sebesar 83,11 %, pada
kelompok umur 0–14 tahun ada sebesar 368 jiwa atau sebesar 10,66 % dan pada
kelompok umur > 60 terlihat 220 jiwa atau hanya 6,23 %.
4.1.4 Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan di desa Sukanalu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang) Persentase
1
Sekolah Dasar (SD)
868
25,14
2
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
961
27,84
3
Sekolah Menengah Atas (SMA)
773
22,37
4
Dan lain-lain
851
24,65
3.453
Jumlah
100,00
Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara

34

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa persentase jumlah ibu rumah tangga menurut
tingkat pendidikan, antara lain 25,14% penduduk desa Sukanalu berada pada
tingkat pendidikan SD, disusul SMP sebesar 27,84%, dan SMA sebesar 22,37%.
4.1.5 Prasarana Tempat Peribadatan
Untuk mengetahui prasarana tempat peribadatan desa Sukanalu dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 6. Distribusi Prasarana Tempat Peribadatan Tahun 2015
No.
Tempat Peribadatan
Jumlah (Unit)
Persentase (%)
1
Mesjid
1
16,67
2
Gereja
5
83,33
Total
6
100,00
Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu Tahun 2016
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa tempat peribadatan paling banyak adalah
gereja yaitu sebesar 5 unit dan tempat peribadatan yang paling sedikit yaitu mesjid
sebesar 1 unit.
4.1.6 Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan yang ada di desa Sukanalu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Distribusi Prasarana Pendidikan Tahun 2015
No.
Prasarana Pendidikan
Jumlah (Unit)
1
Sekolah Dasar (SD)
2
2
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
1
Total
3
Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu Tahun 2016

Persentase (%)
66,67
33,33
100,00

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa prasarana pendidikan yang dimiliki desa
Sukanalu yaitu Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2 unit dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebanyak 1 unit.

Universitas Sumatera Utara

35

4.1.7 Prasarana Kesehatan
Prasarana Kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 8. Distribusi Prasarana Kesehatan Tahun 2015
No.
Prasarana Kesehatan
Jumlah (Unit)
1
Puskesmas Pembantu (Pustu)
1
2
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
1
3 Pos Kesehatan Terpadu (Posyandu)
1
Total
3
Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu Tahun 2016

Persentase (%)
33,33
33,33
33,33
99,99

Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa prasarana kesehatan di desa Sukanalu terdiri
dari puskesmas pembantu (pustu), pos kesehatan desa (poskesdes), dan pos
kesehatan terpadu (posyandu) yang masing-masing sebsesar 1 unit.
4.2 Karakteristik Sampel
4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Ibu Rumah Tangga
Pendidikan ibu rumah tangga dapat mempengaruhi dalam ketahanan pangan
keluarga. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu rumah tangga diharapkan
pendapatan rumah tangga meningkat, karena dengan pendidikan yang tinggi
menentukan pekerjaan yang lebih baik. sehingga pendidikan ibu rumah tangga
dapat menentukan kualitas pangan dalam suatu rumah tangga. Karakteristik
sampel berdasarkan tingkat pendidikan ibu rumah tangga di desa Sukanalu dapat
dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

36

Tabel 9. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang) Persentase (%)
1
Tidak Sekolah
6
8,33
2
Sekolah Dasar (SD)
23
31,95
2
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
35
48,61
3
Sekolah Menengah Atas (SMA)
8
11,11
Total
72
100,00
Sumber: Data primer diolah
Tabel 9 di atas diketahui bahwa di desa Sukanalu tingkat pendidikan ibu rumah
tangga yang paling banyak yaitu tingkat SMP sebesar 35 sample atau 48,61% dari
keseluran sampel.
4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kegiatan yang di lakukan manusia untuk menghasilkan
sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam
pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi. Jenis
pekerjaan di daerah penelitian meliputi sektor pertanian dan sektor non pertanian
pekerjaan. Dimana sektor pertanian dalam penelitian ini yaitu petani dan beternak,
sedangkan sektor non pertanian yaitu supir, wirausaha, dan mocok-mocok.
Tabel 10. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan
No.
Umur (Tahun)
Jumlah (Orang)
1
Beternak
2
2
Petani
48
3
Supir
7
4
Wirausaha
10
5
Mocok-Mocok
5
Total
72
Sumber: Data primer diolah
Tabel 10

Persentase (%)
2,78
66,67
9,72
13,89
6,94
100,00

di atas diketahui bahwa mayoritas pekerjaan masyarakat di desa

Sukanalu adalah petani sebesar 48 orang atau 66,67% dari keseluruhan sampel.

Universitas Sumatera Utara

37

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga akan sangat mempengaruhi suatu rumah tangga dalam
pembelian dan konsumsi pangan sehari-hari. Semakin rendah pendapatan suatu
rumah tangga maka rumah tangga tersebut akan lebih memperhatikan kuantitas
dibandingkan kualitasnya. Pendapatan rumah tangga miskin tidak terlalu
bervariasi. Karakteristik sampel berdasarkan pendapatan rumah tangga di desa
Sukanalu dapat dilihat Berdasarkan tabel berikut:
Tabel 11. Karakteristik Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga
No.
Pendapatan Rumah Tangga
Jumlah (KK)
Persentase (%)
1
< 1.500.000
19
26,39
2
1.500.000 - 2.000.000
33
45,83
3
> 2.000.000
20
27,78
Total
72
100,00
Sumber: Data primer diolah
Tabel 11 di atas diketahui bahwa pendapatan rumah tangga terbanyak di desa
Sukanalu yaitu antara Rp 1.500.000/bln sampai Rp 2.000.0000/bln sebesar 33 KK
atau 45,83% dari keseluruhan sampel.
4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota dalam suatu rumah tangga akan sangat mempengaruhi dalam
pembelian dan mengkonsumsi pangan suatu rumah tangga tersebut. Adapun
karakteristik sampel berdasarkan jumlah anggota keluarga di desa Sukanalu dapat
dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

38

Tabel 12. Karakteristik Berdasarkan Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga
No.
Jumlah (KK)
Persentase (%)
(Orang)
1
4
8
11,11
3
4
8
11,11
Total
72
100,00
Sumber: Data primer diolah
Tabel 12 di atas diketahui bahwa jumlah anggota rumah tangga di desa Sukanalu
paling banyak yaitu < 4 orang sebesar 56 KK atau sekitar 77,78% dari
keseluruhan sampel.

Universitas Sumatera Utara

39

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pangsa Pengeluaran Pangan
Salah satu indikator ketahanan pangan dapat dilihat dari pangsa pengeluaran
pangan. Hukum Working 1943 yang dikutip oleh Pakpahan dkk. (1993)
menyatakan bahwa pangsa pengeluaran pangan mempunyai hubungan negatif
dengan pengeluaran rumah tangga, sedangkan ketahanan pangan mempunyai
hubungan yang negatif dengan pangsa pengeluaran pangan. Hal ini berarti
semakin besar pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tangga semakin rendah
ketahanan pangannya.
Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau
persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60 % pengeluaran total) maka kelompok
rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu
apabila pangsa atau pengeluaran pangan tinggi (> 60 % pengeluaran total) maka
kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan
(Purwantini, 1999).
Sesuai dengan kriteria yang dinyatakan oleh Purwatini (1999), rumah tangga
miskin didaerah penelitian ini tergolong rawan pangan (tidak tahan pangan)
karena pengeluaran pangan rumah tangga miskin di desa Sukanalu masih besar
dibandingkan pengeluaran non pangan. Dimana rata pangsa pengeluaran pangan
rumah tangga miskin di desa sukanalu adalah sebesar 76%, ini menunjukkan
bahwa pengeluaran pangan rumah tangga miskin di desa sukanalu > 60% dari
pengeluaran total rumah tangga (lampiran 5).

39
Universitas Sumatera Utara

40

5.2 Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan
Faktor –faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan pada rumah tangga rumah
tangga miskin di Desa Sukanalu Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo diuji
dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda, yaitu regresi linier
dimana sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih
variabel bebas (variabel X).
Di dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel terikat (variabel Y)
adalah ketahanan pangan pada rumah tangga miskin dengan menngunakan
pendekatan pangsa pengeluran pangan dan sebagai variabel bebas (variabel X)
adalah pendidikan ibu rumah tangga (X1), pekerjaan (D1), pendapatan rumah
tangga (X3), dan jumlah anggota keluarga (X4).
Pendidikan ibu rumah tangga berkaitan dengan pengasuhan dan kesadaran dalam
pemberian pangan kepada anak.. Dan ini menyebabkan rumah tangga tersebut
memiliki kesempatan untuk mendapatkan pangan yang lebih bergizi. Adapun
tingkat pendidikan ibu rumah tangga yang paling dominan yaitu tingkat SMP.
Pekerjaan bertujuan untuk mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan rumah
tangga terutama pangan. Pekerjaan pun memiliki berbagai jenis. Jenis pekerjaan
tersebut berpengaruh terhadap pendapatan yang dihasilkan. Sehingga besar
kecilnya pendapatan ditentukan oleh pekerjaan. Adapun jenis pekerjaan yang
terdapat di dalam penelitian ini yaitu bertani, supir, wirausaha dan mocok-mocok
(tidak tentu). Dimana dalam penelitian ini pekerjaan masyarakat yang paling
dominan adalah bertani.

Universitas Sumatera Utara

41

Pendapatan yang dihasilkan rumah tangga berbeda-beda tergantung dengan jenis
pekerjaan. Pendapatan adalah uang yang dihasilkan oleh seseorang dari hasil
pekerjaan yang telah dilakukan. Pendapat tersebut digunakan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi pendapatan yang dihasilkan, maka semakin
tinggi juga tingkat konsumsi, sehingga ini berpengaruh terhadap ketahanan
pangan rumah tangga. Dalam penelitian ini pendapatan yang dihasilkan oleh
rumah tangga yaitu berkisar antara Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000 per bulan.
Jumlah anggota keluarga dapat menentukan seberapa banyak makanan yang
dibutuhkan keluarga dalam sehari. Rumah tangga yang memiliki jumlah anggota
keluarga yang lebih besar akan lebih rentan terhadap masalah konsumsi pangan
dibandingkan rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih
kecil. Dalam penelitian ini rumah tangga memiliki jumlah anggota keluarga yang
paling dominan yaitu < 4 orang yang bekisaran 1-3 orang anggota keluarga dalam
rumah tangga.
Maka setelah dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda didapat hasil
akhir dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan dengan
menngunakan pendekatan pangsa pengeluran pangan pada rumah tangga miskin
di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo adalah sebagai berikut:

Dimana :
Y

= Pangsa Pengeluaran Pangan (%)

X1

= Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)

D1

= Pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

42

X3

= Pendapatan Rumah Tangga (Juta Rupiah)

X4

= Jumlah Anggota Keluarga (Orang)

ɛ

= Eror

(Lampiran 7)
Berdasarkan estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai koefisien intersep
(konstanta) adalah sebesar 62,13. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek yang
ditimbulkan variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 62,13. Atau
apabila nilai variabel sama dengan nol, maka nilai variabel adalah sebesar 62,13
(Lampiran 7).
Persamaan regresi di atas menjelaskan bahwa:
a. Pada

variabel

pendidikan

ibu

rumah

tangga

(X1)

diperoleh

nilai

Unstandardized Coeficient (B) sebesar 0,13. Ini menunjukkan bahwa apabila
pendidikan ibu rumah tangga mengalami peningkatan sebesar 1 tahun maka
pangsa pengeluaran pangan akan mengalami peningkatan sebesar 0,13%.
b. Pada variabel pekerjaan (D1) diperoleh nilai Unstandardized Coeficient (B)
sebesar 2,49. Pada variabel bebas ini dikategorikan dalam 2 jenis yaitu sektor
pertanian dan sektor non pertanian, dimana sektor pertanian dilambangkan
dengan angka 1 dan sektor non pertanian dilambangakan dengan 0.
Berdasarkan nilai Unstandardized Coeficient (B) yang diperoleh sebesar 2,49,
ini menunjukkan bahwa selisih antara sektor pertanian dan sektor non pertanian
adalah sebesar 2,49, dimana nilai tersebut bersifat positif yang menunjukkan
bahwa sektor pertanian lebih berpengaruh terhadap pangsa pengeluaran pangan
dari pada sektor non pertanian.

Universitas Sumatera Utara

43

c. Pada variabel pendapatan (X3) diperoleh nilai Unstandardized Coeficient (B)
sebesar 0,018. Ini menunjukkan bahwa apabila pendapatan mengalami
peningkatan sebesar 1 juta rupiah maka pangsa pengeluaran pangan akan
mengalami peningkatan sebesar 0,018%.
d. Pada variabel jumlah anggota keluarga (X4) diperoleh nilai Unstandardized
Coeficient (B) sebesar 0,031. Ini menunjukkan bahwa apabila jumlah anggota
keluarga mengalami peningkatan sebesar 1 orang maka pangsa pengeluaran
pangan akan mengalami peningkatan sebesar 3,09%.
(Lampiran 7).
1. Koefisien Determinasi R2 (R Square)
Nilai koefisien determinasi R2 (R Square) yang di peroleh adalah sebesar 0, 586.
Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 58,6% variabel bebas (pendidikan ibu rumah
tangga, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga) berpengaruh
terhadap variabel terikat (pangsa pengeluaran pangan). Sedangkan sisanya 41,4%
dipengaruhi oleh variabel bebas atau faktor lain yang tidak di masukkan ke dalam
model (Lampiran 7).
2. Uji Signifikasi Simultan/Serempak (Uji F)
Nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
H0 di tolak dan H1 di terima yang berarti variabel bebas (pendidikan ibu rumah
tangga, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga) secara serempak
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (pangsa pengeluaran pangan)
(Lampiran 7).

Universitas Sumatera Utara

44

3. Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Berdasarkan uji t (uji secara parsial) dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Nilai singnifikansi t pada variabel pendidikan sebesar 0,427 > 0,05. Maka H0
diterima dan H1 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan ibu
rumah tangga secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pangsa
pengeluaran pangan. Ini disebabkan karena sampel lebih cenderung mengikuti
kebiasaan makan sehari-hari atau cenderung mengikuti kebiasaan makan
masyarakat sekitar.
b. Nilai singnifikansi t pada variabel pekerjaan sebesar 0,018 ≤ 0,05. Maka H0
ditolak dan H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel pekerjaan secara
parsial berpengaruh nyata terhadap pangsa pengeluaran pangan. Dalam
penelitian ini pekerjaan dikategorikan menjadi 2 yaitu sektor pentanian dan
sektor non pertanian. Dimana pekerjaan yang paling dominasi adalah sektor
pertanian yaitu bertani. Meskipun masyarakat dominan bertani, namun
pendapatan yang didapatkan masih rendah sehingga pangsa pengeluaran
pangan lebih tinggi.
c. Nilai singnifikansi t pada variabel pendapatan sebesar 0,043 ≤ 0,05. Maka H0
ditolak dan H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan
rumah tangga secara parsial berpengaruh nyata terhadap pangsa pengeluaran
pangan. Hal ini dikarenakan peningkatan pendapatan pada rumah tangga akan
mendorong rumah tangga untuk melakukan pengeluaran pangan dengan jumlah
besar. Hal tersebut disebabkan dengan meningkatnya pendapatan, kuantitas
pangan yang di beli akan lebih mencukupi dan kualitas pangan akan lebih baik.
Sehingga ketahanan pangan rumah tangga akan lebih terjamin.

Universitas Sumatera Utara

45

d. Nilai singnifikansi t pada variabel jumlah anggota keluarga sebesar
0,00 ≤ 0,05. Maka H0 ditolak dan H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa
variabel jumlah anggota keluarga secara parsial berpengaruh nyata terhadap
pangsa pengeluaran pangan. Jumlah anggota keluarga yang lebih besar akan
meningkatkan pengeluaran pangan, namun bukan berarti ketahanan pangan
rumah tangga akan meningkat. Hal ini dikarenakan sebenarnya adanya
penurunan pengeluaran pangan rumah tangga yang artinya kuantitas dan
kualitas pangan yang dikonsumsi rumah tangga akan menurun, sehingga akan
menyebabkan resiko rawan pangan pada rumah tangga.
(Lampiran 7).
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya
korelasi atau hubungan antar variabel bebas dalam model regresi. Korelasi di
antara variabel bebas seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang baik.
Berdasarkan uji multikolinearitas bahwa semua data (variabel) menunjukkan
VIF < 10 dan variables tolerence > 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua variabel tidak terjadi Multikolinearitas (Lampiran 7).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik, heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.

Universitas Sumatera Utara

46

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan cara grafik
scatterplot dan uji Glejser yaitu sebagai berikut
a. Berdasarkan uji Glejser menunjukkan bahwa signifikansi t semua variabel
bebas (pendidikan ibu rumah tangga, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, dan
jumlah

anggota

keluarga)

>

0,05.

Hal

ini

berarti

tidak

terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi (Lampiran 7).
b. Berdasarkan grafik scatterplot menunjukkan bahwa terlihat titik-titik menyebar
secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar
baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak
dipakai (Lampiran 7).
c. Uji Normalitas
Uji asumsi normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk mengetahui
distribusi sebuah data normal atau tidak dilakukan dengan 3 uji yaitu Pendekatan
uji One-Sample Kolmogrov-Smirnov, grafik (Histogram Uji Normalitas), dan PP Plot Uji Normalitas:
a. Berdasarkan uji One-Sample Kolmogrov-Smirnov diketahui bahwa nilai
Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,956 lebih besar dari nilai signifikan (0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa data-data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu
jawaban atas pertanyaan yang diberikan terhadap seluruh sampel, dimana
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki hasil data yang
berdistribusi normal (Lampiran 7).

Universitas Sumatera Utara

47

b. Berdasarkan uji pendekatan grafik (Histogram Uji Normalitas) diketahui
bahwa data variabel berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh gambar
histogram yang mengikuti atau mendekati bentuk lonceng (Lampiran 7).
c. Berdasarkan uji P-P Plot Uji Normalitas diketahui bahwa data-data menyebar
di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini
menunjukkan data variabel berdistribusi normal (Lampiran 7).

Universitas Sumatera Utara

48

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Rumah tangga miskin di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten
Karo tergolong rawan pangan (tidak tahan pangan) karena pengeluaran pangan
rumah tangga miskin di desa Sukanalu masih besar dibandingkan pengeluaran
non pangan.
2. Pekerjaan, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga secara
parsial berpengaruh nyata terhadap ketahanan pangan pada rumah tangga
miskin. Namun pendidikan ibu rumah tangga tidak berpengaruh nyata terhadap
ketahanan pangan pada rumah tangga miskin.
3. Pendidikan ibu rumah tangga, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, dan jumlah
anggota keluarga secara serempak berpengaruh nyata terhadap ketahanan
pangan pada rumah tangga miskin.
6.2 Saran
1. Untuk Masyarakat
Diharapkan adanya penyuluhan khususnya kepada keluarga yang berpenghasilan
rendah untuk meningktakan pendapatan guna mewujudkan ketahanan pangan
yang terjamin di tingkat keluarga.
2. Untuk Pemerintah
Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagai setiap individu oleh
kerena itu, perhatian yang intensif sangat perlu dilaksanakan terkhusus bagi
rumah tangga miskin. Dalam hal ini Pemerintah diharapkan dapat memberikan

48
Universitas Sumatera Utara

49

stimulus bagi rumah tangga miskin dalam pencapaian katahanan pangan melalui
perhatian terhadap pendapatan keluarga seperti pemberian modal usaha bagi KK
miskin, peningkatan pendidikan seperti mengadakan sekolah paket A, B, dan C
atau pelatihan informal, dan pendataan yang dilakukan minimal satu tahun sekali
untuk melihat kondisi masyarakat, sehingga pembagian beras raskin dapat lebih
adil dan merata.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
Diharapkan meneliti lebih lanjut tentang faktor – faktor yang mempengaruhi
ketahanan pangan rumah tangga miskin di daerah – daerah lain seperti di daerah
Dairi, Samosir, dan daerah yang masih memiliki rumah tangga miskin.
.

Universitas Sumatera Utara