PERENCANAAN KAMPUS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DI RUTENG | Suardana | Anala 474 894 1 SM

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

PERENCANAAN KAMPUS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DI RUTENG
Marianus Paskalis Fischer

Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universites Dwijendra
(rianFischer20@gmail.com)
Dr. Ir. Putu Gede Ery Suardana M.Erg

Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universites Dwijendra
(erysuardana@gmail.com)
DM Sukma Widyani, ST. MT.

Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universites Dwijendra
(sukmawidiyani@gmail.com)
Abstrak
Perguruan tinggi sebagai instrument nasional pembangunan merupakan pusat pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta kebudayaan, dengan melaksanakan fungsi Thri
Dharma Perguruan Tinggi. Berhubung demikin Dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan terlihat adanya suatu kebutuhan yang semakin besar dan mendesak terhadap

berbagai sarana dan prasarana di Kabupaten Manggarai di antaranya adalah sektor Pendidikan
khususnya dalam bidang Kesehatan, sampai saat ini belum memadai jika dibandingkan dengan
kuantitas penduduk yang semakin meningkat dari tahun ketahun. Kampus Sekolah Tinggi
memang sangat dibutuhkan sehingga perlu adanya pembangunan wadah untuk menampung
kegiatan perkuliahan, dengan adanya pembangunan kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan,
diharapkan Masyarakat Manggarai dapat melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi yang ada
di Ruteng tanpa kesulitan atau melanjutkan studi Keluar Kota bahkan keluar pulau. Kampus
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Ruteng merupakan suatu tempat atau lingkungan pada
pendidikan tinggi untuk melakukan kegiatan akademik dan admininistrasi lengkap dengan
fasilitas-fasilitasnya.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan diruteng merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pendidikan tinggi nasional sehingga terus membangun dalam rangka
memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia pendidikan..
Kata kunci: Kebutuhan, sarana, prasarana STIKES
Abstract
Higher education as a national instrument of development is the center of science, technology
and arts and culture development, by performing the function of Thri Dharma Perguruan Tinggi.
Thus seeing the growth and development of education seen a growing and urgent need for
various facilities and infrastructure in Kabupaten Manggarai including the Education sector,
especially in the field of Health, until now has not been adequate when compared with the
quantity of the population which is increasing from year year. High School Campus is really

needed so that the need for construction of container to accommodate lecture activities, with the
construction of College of Health Sciences campus, Manggarai community expected to be able to
continue their studies to higher education level in Ruteng without difficulty or continue study Out
Town and even out island. Campus College of Health Sciences in Ruteng is a place or
environment in higher education to conduct academic activities and administrations complete with
its facilities. High School Health Science diruteng an integral part of the system of higher
education nationally so continue to build in order to contribute the development of the world of
education.

Keywords: Needs, facilities, infrastructure STIKES

40

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

1.
XI.

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG


Perencanaan dan Perancangan Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Ruteng
merupakan upaya pengembangan dan pembangunan taraf pendidikan masyarakat serta
menciptakan suatu wadah yang baru yaitu Kampus untuk memfasilitasi kegiatan
akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.
Upaya nini dilakukan mengingat kebutuhan masyrarakat akan dunia pendidikan
terutama pendidikan tinggi sebagaimana yang dimaksudkan dalam Sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
XII. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana menentukan konsep perencanaan dan perancangan seperti
bentuk bangunan, system struktur, bahan, ruang dalam, ruang luar, utilitas,
lagam arsitektur terhadap perencanaan dan perancangan STIKES di Ruteng,
Sehingga menghasilkan suatu wadah yang dapat mewadahi fungsi utama
yaitu kegiatan akademik, administrasi, dan kegiatan penunjang akademik?
2. Bagaimana menentukan kebutuhan luasan sarana dan prasarana yang

mewadahi kegiatan akademik, administrasi dan penunjang bagi civitas
akademika serta pengelola STIKES di Ruteng?

XIII. WAWASAN DAN RENCANA PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan diatas maka sangat perlu dipertimbangkan dan
direalisasikan pengembangan dan pembangunan suatu wadah yang dapat menampung
kegiatan pendidikan tinggi yaitu perlu di bangun suatu bangunan kampus lengkap
dengan sarana prasarana serta fasilitas lain yang dapat mendukung aktifitas perkuliahan
pada pendidikan tinggi.Dengan mengamati kondisi pendidikan di NTT Flores khususnya
kabupaten manggarai yang memang saat ini sangat membutuhkan pembangunan
Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, karna latar belakang meningkatnya jumlah
minat putra-putri daerah melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi khususnya
bidang ilmu kesehatan semakin tahun makin meningkat. Dengan dibangunnya suatu
saranan prasarana Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan diharapkan dapat
memberikan solusi dan menjawab kebutuhan pendidikan masyarakat Kabupaten
manggarai

41


Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

XIV. RUMUSAN TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui Kebutuhan luasan sarana dan prasaran yang mewadahi kegiatan
akademik, administrasi dan kegiatan penunjang bagi civitas akademik serta
pengelolahan STIKES di Ruteng.
2. Mengetahui konsep perencanaan dan perancangan seperti bentuk bangunan,
system struktur, bahan, ruang dalam, ruang luar, utilitas, lagam arsitektur,
terhadap perencanaan dan perancangan STIKES di Ruteng, sehingga
menghasilkan suatu wadah yang dapat mewadahi fungsi utama.
Maksud dan Tujuan
Sebagai dokumen panduan umum yang menyeluruh dan memiliki
kepastian hukum tentang perencanaan dari suatu Kampus Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan di Ruteng yang merupakan kegiatan membangun suatu wadah serta
lingkungan Akademik dan adminstrasi Sekolah Tnggi lengkap dengan fasilitas –
fasilitasnya
Sasaran
Sasaran yang dicapai dalam penyusunan Konsep Perencanaan dan
Perancangan Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Ruteng adalah

mengungkap dan mengetahui kebutuhan akan sarana dan prasarana Kampus,
gubahan massa dan fumgsi dari Kampus yang akan di bangun

2.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu
teknik pengumpulan data, pengolahan data dan penyimpulan
Metode Pengumpulan Data
Pengumulan data yang sifatnya teoritis diambil dari berbagai literature, laporan
ilmiah dan website-website yang didapat melalui pencarian di internet.
Pengamatan di beberapa kampus STIKES yang ada di bali, kampus STIKES
Bali serta beberapa fasilitas penunjang akademik dan administrasi.
Metode Analisa Data
Data yang diperoleh dilakukan analisis dengan berbagai pertimbangan. Teknik
analisis dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Kualitatif, yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data dan
membuat diagramatik seperti menyimpulkan beberapa studi banding dan
lain-lain.
b. Kuantitatif, yaitu menganalisis data dengan cara perhitungan matematis.

Analisis Data yang akan digunakan di dalam proses perancangan ini adalah
dengan menyederhanakan seluruh data yang telah dikumpulkan, kemudian
menyajikannya secara sistematis. Selanjutnya, data-data tersebut diolah,
ditafsirkan dan kemudian digunakan dalam setiap proses perancangan yang
dilakukan.

42

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Metode Penarikan Kesimpulan
Data yang diperoleh dipilih dan disusun sesuai dengan jenisnya kemudian
diklasifikasikan sesuai dengan spesifikasi dan tingkat kegunaan dalam proses
analisa. Mengadakan pengamatan (observasi) terhadap gejala, peristiwa, dan
kondisi aktual dimasa sekarang.mengadakan perbandingan antara sarana dan
fasilitas sejenis agar dapat memberikan gambaran pemecahan masalah yang
lebih baik dan tepat.
3.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Fasilitas
Agar kegiatan di dalam Kamus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Ruteng berjalan
dengan baik maka perancangan Kampus STIKES di Ruteng diperlukan suatu
fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang semua kegiatan tersebut diantaranya
adalah :
a. Fasilitas Utama
1. Ruang Kuliah
Ruang Kuliah Berfungsi sebagai tempat untuk melakuakan
kegiatan akademik atau belajar mengajar
2. Ruang Lab
Ruang Lab digunakan sebagai tempat praktikum
b. Fasilitas Penunjang
Untuk melakukan kegiatan pengelolaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan,
memerlukan ruangan untuk para pegawai pengelola STIKES, berfungsi sebagai
ruang atau wadah bagi pengelola STIKES atau mendukung kinerja pengelola
STIKES.
c. Fasilitas Servis
Untuk mendukung kegiatan didalam Kampus STIKES penyediaan fasilitas
pendukung antara lain disediakan area parkir, pos satpam, , toilet, kantin, gudang,

dsb. Berfungsi untuk mendukung atau membantu pengelola, mahasiswa dan tamu
dalam melakukan kegiatan didalam Kampus STIKES.
Kebutuhan Luas Site
Berdasarkan hasil penjumlahan kebutuhan ruang tersebut maka dapat ditentukan
kebutuhan site yang diperlukan untuk perencanaan kampus Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan di Ruteng. Adapun Peraturan Khusus KDB yang digunakan pada
wilayah Manggarai khususnya di Ruteng dari Dinas Tata Kota, Pemerintah Kota
Ruteng mengenai KDB ( Koefisien Dasar Bangunan ) dan ruang terbuka hijau
yang harus ada dari sebuah fungsi bangunan. Untuk KDB pemerintah kabupaten
manggarai menetapkan 60 % sedangkan untuk ruang terbuka hijau 40 %,

43

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Lokasi
Lokasi Perencanaan Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Ruteng yaitu
berada di Jl. Satar Tacik, Kec. Langke Rembong, Ruteng NTT

Gambar 1 Peta Pulau Flores dan Peta Kabupaten Manggarai

sumber : www.petaflores. com, 2016

Exiting Site
STIKES di Ruteng memberikan gambaran tentang keadaan site sebagai bahan
analisa site antara lain:
1) Lokasi Site yang berada di jalan Satar Tacik Kec. Langke Rembong, RutengManggarai.
2) Site STIKES diruteng yang direncanakan berbatasan dengan :
Sebelah Utara
: Lahan Kosong
Sebelah Selatan
: Pemukiman penduduk
Sebelah Barat
: Pemukiman penduduk
Sebelah Timur
: Jl. Satar Tacik
Kemiringan Site
3) Kemiringan Site / topografi adalah relatif datar atau kemiringan sangat kecil
kearah Utara.
4) Sarana infrastruktur yang ada pada site adalah air bersih dari PAM, jaringan
listrik dan jaringan telepon


44

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Gambar 2 Exiting Site
Sumber : Survey lapangan 2015

Bentuk site dan ukuran site
Bentuk dasar Site adalah persegi panjang dengan ukuran :
Panjang
= 96 m
Lebar
= 85 m
Luas
= 8114 m²
LAHAN KOSONG
JL. SATAR TACIK

U
SITE

85

PERMUKIMAN

96

PERMUKIMAN

Gambar 3 Bentuk Site dan Ukuran Site
Sumber : Survey Lapangan 2015

45

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Pendekatan Tema Rancangan :
Pendekatan Fungsional
Fungsi dari STIKES di Ruteng adalah Membangun, Mengembangkan dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
dan memperkaya kebudayaan nasional, serta pelatihan yang mampu membentuk
manusia yang berkualitas.
Pendekatan Iklim dan Lingkungan
Bangunan yang direncanakan sebaiknya harus mempertimbangkan faktor
iklim yang ada. Indonesia merupakan Negara yang beriklim tropis dimana iklim ini
sangat berpengaruh pada tampilan bangunan, pemakaian sistem struktur.
Pendekatan Terhadap Budaya
Dimaksudkan agar bangunan yang direncanakan tidak menyimpang dari
cirri khas arsitektur setempat seperti pola massa, ornamen, bentuk bangunan
dan sebagainya.

Gambar 4 Penjabaran Konsep Dasar Terhadap Bangunan

Rumusan Tema Rancangan
Dari beberapa pendekatan diatas dapat disimpulkan bahwa tema
rancangan yang di pakai adalah “Arsitektur Tropis” tema ini dinilai sangat
selaras dan serasi dengan budaya dan lingkungan sekitar. Arsitektur tropis
adalah bentuk arsitektur yang dipengaruhi oleh faktor – faktor alam seperti pada
pola dan bentuk bangunan dan ruang serta bahan bangunan itu sendiri.

46

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Penjabaran Tema Rancangan
Untuk menampilkan bangunan STIKES di Ruteng, dalam tema Arsitektur
Tropis elemen disain dapat dijabarkan berdasarkan beberapa kriteria, anatara
lain :
Dalam tema “Arsitektur Tropis” elemen disain dijabarkan berdasarkan beberapa
kriteria antara lain :
a. Pembagian ruang yang banyak dan kecil sehingga dapat meningkatkan
stabilitas pada struktur.
b. Pemakain atap dengan bentuk limas dengan kemiringan yang tidak curam
untuk dapat meminimalkan tekanan angin.
c. Bentuk bangunan yang dipakai merupakan bentuk – bentuk yang sederhana
d. Penggunaan bukaan yang maksimal pada bangunan untuk memanfaatkan
penghawaan dan pencahayaan alami dengan memperhatikan kondisi
klimatologi yang ada.
e. Pemakaian overstek serta bahan – bahan bangunan yang dapat melindungi
bangunan maupun civitas didalamnya dari pengaruh cuaca untuk
memberikan rasa nyaman.
Site

Penataan massa pada site yang sesuai dengan fungsi atau karakter
dari masing-masing bangunan. Selain itu sejumlah massa yang
direncanakan disesuaikan dengan luas site dengan memperhatikan
perbandingan antara luas site dan luas bangunan sesuai dengan adat
setempat sehingga bisa mempertahankan kebudayaan yang ada.
Pengolahan ruang luar yang dapat mendukung kegiatan dari masingmasing bangunan dan penerapan sirkulasi pada site yang mampu
menciptakan suasana nyaman, efisien serta mudah dalam pencapaian.
Bangunan
Penerapan garis lurus yang tegas serta secara berulang-ulang pada
bangunan untuk memperkuat kesan formal.
Pemakaian warna-warna yang netral seperti putih agar dapat
memberikan kesan tenang pada eksterior dan interior bangunan.
Bentuk massa yang dapat memberikan nilai fungsional dari masingmasing bangunan serta disesuaikan dengan bentuk site.
Pola ruang dan suasana ruang mampu mencerminkan karakter dari
ruang, terutama pada ruang-ruang yang berfungsi untuk kegiatan akademik
seperti pada ruang kuliah.
Tekstur yang dipakai disesuai dengan fungsi kegiatan dari masingmasing bangunan maupun ruangan, seperti pemakaian tekstur kasar pada
ruang atau bangunan yang bersifat servis.
Struktur dan Utilitas
Struktur yang digunakan harus memberikan kesan formal dengan penggunaan
struktur yang kaku dan monoton. Sistem utilitas yang digunakan harus
memberikan kenyamanan dan keamanan serta dapat mendukung kegiatan
yang berlangsung.
47

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Konsep Zoning Tapak
Konsep zoning merupakan sebuah konsep yang diterapkan dengan tujuan
untuk memposisikan ruangan sesuai fungsinya
Kelompok ruang utama merupakan ruang kuliah, laboratorium,
perpustakaan yaitu tempat untuk melakukan kegiatan akademik dan
praktikum, dimana kelompok ruang utama diposisikan di zona tenang,
sedangkan kelompok ruang penunjang merupakan ruang pengelola berada di
zona semi bising . dan kelompok ruang servis seperti parkir, gudang, ruang
genzet berada di zona bising

Gambar 5 Pendaerahan/Zoning Pada Tapak

Konsep Entrance Tapak
konsep entrance yang diterapkan pada site adalah dengan memakai dua jalur
yang terpisah yaitu masuk dan keluar. Untuk main entrance, antara jalur
sirkulasi masuk dan keluar tapak diletakkan secara terpisah untuk
menghindari terjadinya crossing circulation.

Gambar 6 Keluar dan Masuk Kendaraan
pada Konsep Entrance

48

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Gambar 7 Konsep Entrance

Konsep Bentuk Massa
Konsep Bentuk Massa yang akan digunakan adalah Bentuk Dasar
Persegi. Alternatif ini dipilih dengan memperhatikan konsep dasar dan tema
bangunan. Alternatif ini memiliki orientasi yang jelas, pemanfaatan ruang yang
efektif, kesan stabil, statis dan formal.

Segi empat

Gambar 8 Konsep Bentuk Massa

Konsep Pola Massa
pola massa yang dipakai atau dipilih adalah Pola Grid. Bentuk organisasi
grid bersifat fleksibel dan dapat menanggapi terhadap bermacam kondisi dan
bentuk tapak.

Alternatif
Gambar 9 Pola Massa Grid

Konsep Komposisi Massa
Dengan memperhatikan dasar pertimbangan dan kriteria dari setiap jenis
komposisi massa maka kesimpulannya adalah jenis komposisi massa yang
akan digunakan didalam site Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Ruteng adalah
Komposisi Massa Majemuk (Compound). Komposisi massa ini dipilih karena,
berdasarkan jenis dan fungsi ruang yang telah ditetapkan sebelumnya, ada
beberapa ruang yang memerlukan privasi agar bisa memberikan kenyamanan
dan kelancaran kegiatan.
49

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Gambar 10 Konsep Komposisi Massa

Alternatif I
Komposisi Massa Majemuk

Konsep Orientasi Massa
Konsep orientasi bangunan adalah sebuah konsep yang dibuat dengan
tujuan untuk menetapkan dengan jelas arah orientasi dari bangunan. Arah
orientasi dari bangunan ditetapkan sedemikian rupa sehingga bisa memberikan
sebuah pemandangan yang menarik dengan mengandalkan segala kekhasan
yang ada didalam site.
Orientasi massa diarahkan menghadap sejajar tegak lurus dengan terhadap
sumbu jalan pada Jl. Satar Tacik sehingga dapat memberikan kesan
mengundang.

Gambar 11 Orientasi Bangunan

Konsep Pola Sirkulasi pada Tapak

-

Pola sirkulasi yang dipakai adalah pola sirkulasi radial. Dimana proses
pencapian dan entrance, parkir dan berakhir pada bangunan sebagai pusat
kegiatan secara langsung dan tegas.

-

Sesuai dengan analisa diatas maka sirkulasi yang digunakan dalam site
adalah sirkulasi radial dimana adanya pemisahan jalur sirkulasi antara
pengunjung dan pengelola.

-

Sirkulasi orang dan kendaraan dibuatkan berbeda masing-masing dengan
pembatasan yang jelas baik melalui perbedaan level ataupun perbedaan
tekstur bahan serta sesuai dengan persyaratan ukuran lebar untuk satu arah
maupun dua arah agar sirkulasi berlangsung aman dan nyaman.
50

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

U

Gambar 12 Konsep sirkulasi pada tapak

Konsep Ruang Luar
Vegetasi pada tapak akan ditata agar lebih menarik. Selain itu juga
akan dikembangkan beberapa vegetasi lainnya pada tapak untuk menunjang
ruang luar agar menjadi lebih menarik. Pohon pengarah seperti palem akan
diletakkan pada bagian entrance tapak dan beberapa pohon cemara untuk.
Selain itu pohon peneduh akan ditempatkan pada areal parkir untuk
kenyamanan berkendara.
Area parkir diberikan pohon peneduh yang memiliki ketinggian 5m
dengan min. tinggi cabang 3m dari tanah.
Ground cover pada taman menggunakan jenis rumput jepang
sehingga lebih rapi dan mudah perawatannya
Perkerasan pada sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan
menggunakan perbedaan material untuk mempertegas perbedaan pengguna
sirkulasi tersebut.

Gambar 13 Konsep Ruang Luar

51

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Konsep Utilitas pada Tapak
Jaringan Air Bersih pada Tapak
Jaringan air bersih pada tapak ini berasal dari jaringan air bersih PDAM yang
kemudian ditampung dalam ground tank, kemudian disimpan sebagian sebagai
cadangan, dan didistribusikan ke seluruh ruang pada bangunan yang
membutuhkan supplai air bersih.
Jaringan Listrik pada Tapak
Jaringan listrik pada tapak berasal dari jaringan listrik PLN yang telah ada
disekitar tapak. Aliran listrik dari PLN diterima dari gardu trafo, antara PLN dan
genset dilengkapi dengan sistem Automatic Change Over Switch (ACOS) yang
berfungsi untuk memindahkan beban aliran listrik ke genset secara otomatis
apabila aliran listrik dari PLN putus. Aliran listrik didistribusikan ke masingmasing fasilitas/ruang melalui MDP (Main Distribution Panel) yang berfungsi
mengatur aliran listrik ke masing-masing ruang tujuan.
Jaringan Telepon pada Tapak
Jaringan telepon pada tapak berasal dari jaringan telepon/Telkom yang telah
ada disekitar tapak. Jaringan telepon pada tapak ini menggunakan sistem
PABX (Private Automatic Branch Exchange) yaitu hubungan pesawat telepon
melalui terminal sentral stasiun yang dapat dipakai untuk hubungan yang
bersifat intern maupun ekstern.
Jaringan Pengangkutan Sampah pada Tapak
Untuk pengangkutan dan pembuangan sampah disediakan bak penampungan
sampah/tempat sampah yang kemudian akan diangkut oleh mobil box
sampah/truck sampah dari Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai menuju
tempat pembuangan akhir sampah .
Jaringan Pembuangan Air Hujan pada Tapak
Untuk saluran air hujan dibuatkan got/riol dalam tapak yang menuju ke arah
selatan tapak disesuaikan dengan arah kemiringan/topografi pada tapak yang
semakin rendah ke arah selatan.
Konsep Perancangan Bangunan
Konsep perancangan bangunan yang akan dibahas pada sub bab ini
antara lain, konsep zoning pada bangunan, konsep entrance pada bangunan
dan sirkulasi bangunan, konsep tampilan bangunan, konsep struktur dan modul
struktur bangunan serta konsep utilitas bangunan.
Konsep Zoning Bangunan

-

Konsep zoning dalam bangunan yang efektif dan efisien serta sesuai dengan
tuntutan fungsi dan aktivitas dari pelaku kegiatan yang ada didalamnya.
Konsep zoning bangunan dibuat berdasarkan pada pengelompokan ruang
dan hubungan ruang-ruang dari fasilitas yang disediakan dalam Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan di Ruteng .

52

BISING

TENANG

SEMI BISING

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Gambar 14 Konsep Zoning pada bangunan

Konsep Entrance dan Sirkulasi Bangunan
Konsep Entrance

-

Perletakan entrance pada bangunan disesuaikan dengan arah orientasi
bangunan.
Untuk bangunan yang berada pada bagian depan berupa lobby, ruang
pengeloa, ruang informasi dan lain-lain harus terkesan mencolok dari
suasana di sekitarnya agar lebih mudah dikenali.
Pada beberapa bangunan juga dilengkapi dengan side entrance yang
bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam sirkulasi agar tidak
mengganggu aktivitas yang lainnya.

Gambar 15 Konsep Entrance

Bangunan

Konsep Pola Sirkulasi pada Bangunan
- Pada kelompok ruang utama digunakan pola sirkulasi radial agar lebih
efektif dan mampu menampilkan kejelasan dalam bersirkulasi bagi civitas
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Ruteng

-

Pada ruang lainnya menggunakan pola sirkulasi linear ataupun kombinasi
antara radial dan linear menyesuaikan dari zoning ruang yang terbentuk
pada bangunan nantinya.

Linier

Radial

Gambar 16 Konsep Pola Sirkulasi pada Bangunan

53

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Konsep Tampilan Bangunan
Konsep tampilan bangunanyang dipakai adalah sebagai berikut :
1) Menampilkan permainan bentuk bangunan dan struktur sehingga bangunan
memiliki kesan yang menarik dan mampu mencerminkan sekolah tinggi
yang memiliki nilai dan bobot yang tinggi.

Gambar 17 Tampilan Bangunan

2) Bentuk bangunan sebagai bangunan formal pendidikan tinggi diwujudkan
melalui penggunaan bentuk dasar segi empat dengan pemakaian garisgaris.
3) Tegak lurus yang tercerminpada pengulangan (ritme) kolom-kolom sehingga
memberikan kesan tegas dan disiplin.
4) Pemakaian bentuk atap yang disesuaikan dengan bentuk atap bangunan
sekitar sehingga menampilkan keharmonisan dengan lingkungan serta tema
rancangan Arsitektur Tropis.
5) Penggunanan warna-warna netral yang akan memberikan kesan suasana
pendidikan yang tenang dan menyegarkan.
6) Menempatkan logo atau identitas pada bangunan (aksen) untuk penegasan
fungsi bangunan yaitu sebagai wadah pendidikan tinggi.
Konsep Ruang Dalam
1) Pola sirkulasi dan pola ruang yang jelas dan tidak membingungkan, serta
mudah dalam pencapaian. Adanya pengelompokan ruang kuliah
berdasarkan Program studi.
Prodi
Kebidanan

Rektorat STIKES

Prodi
Keperawatan

Gambar 18 Pola Sirkulasi, pola ruang dan pengelompokan pada ruang-ruang kuliah

54

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

2) Pemakaian kooridor sebagai pengarah dan pembatas kegiatan antar ruang
Besarnya kooridor disesuaikan dengan tuntutan ruang dan jumlah civitas.

Gambar 19 Kooridor sebagai pengarah pada ruang-ruang kuliah
3) Bukan yang mengarah keluar ruangan dibuat lebih tinggi dari pandangan
mahasiswa sewaktu duduk agar tidak menggangu jalannya kegiatan dalam
ruangan serta memberikan ketegasan dalam fungsi ruang.
4) Pemakaian warna-warna natural, tekstur yang halus pada ruangan agar
memberi kesan tenang dan formal.
5) Pemakaian furniture disesuaikan dengan fungsi ruang serta penataan yang
teratur sehingga tidak menghambat sirkulasi dalam ruang.
6) Perbandingan yang seimbang antara bentuk dan ukuran serta ketinggian
pada ruang terutama ruang kuliah yang dapat mengurangi tekanan dalam
melakukan aktifitas perkuliahan.
7) Perpustakan fakultas dengan fasilitas internet pemilihan warna yang lembut
yang serta penataan furniture dan tidak monoton dapat memberikan kesan
tenang dan nyaman.

Gambar 20 Konsep ruang dalam pada perpustakaan
10. Konsep Struktur Bangunan
Sistem Struktur
sistem struktur (sub struktur, supper struktur, dan upper struktur) pada
Perancangan Kampul Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Ruteng.
1) Konsep dasar Edukatif dimana memerlukan keteraturan, kaku monoton
yang dapat mememberikan kesan disiplin.
2) Sesuai dengan fungsi dan tuntutan ruang sebagai wadah Sekolah Tinggi.
3) Kekuatan, keamanan, kemudahan dalam pelaksanaan serta pemeliharaan.
4) Sub struktur
5) Sistem sub struktur yang dipakai adalah menggunakan Pondasi Menerus
dan Pondasi Setempat.
55

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Pondasi Menerus menggunakan pasangan batu kali yang digunakan untuk
tembok pembatas site dan pada bangunan yang berlantai satu dan sebagai
penghubung beban ke pondasi plat. Sedangkan untuk pondasi setempat
mengunakan beton bertulang dimana pondasi setempat menggunakan
beton bertulang dimana pondasi setempat ditempatkan pada titik-titik modul
yang berfungsi untuk meneruskan gaya
tekan ketanah dari supper struktur dan upper struktur.

Gambar 21 Pondasi Menerus dan pondasi setempat untuk sub struktur
6) Supper struktur
Untuk super struktur yang dipakai adalah struktur rangka batang. Struktur
rangka batang dipilih karena mampu mendukung pemanffatan ruang,
bentuk bangunan yang ingin dicapai, serta mampu menonjolkan karakter
bangunan. Untuk bahan supper struktur dipakai beton bertulang dan
pasangan didnding bata.

Gambar 22 Struktur Rangka Batang untuk Supper Struktur

7) Upper struktur
Berdasarkan bebrapa pertimbangan diatas maka super struktur yang
digunakan adalah menggunakan rangka baja, kayu.

Gambar 23 Penggunaan Rangka Baja dan Rangka kayu untuk Upper Struktur

56

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

5 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas merupakan hasil penelitian yang diperoleh dari
data data yang telah dianalisis kemudian diolah menjadi konsep dalam proses
perencanaan dan perancangan kampus sekolah tinggi ilmu kesehatan di ruteng,
sehingga hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam karya desaign secara optimal
dan sesuai dengan konsep dan kebutuhan yang telah di analisis . pada konsep
konsep yang telah dibuat telah dianalisis secara baik dengan mempertimbangkan
berbagai faktor yang di temui dalam penelitian ini sehingga di harapkan mampu
menjawab kebutuhan disign berdasarkan fungsi yang ingin di capai yaitu kampus
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Ruteng yang dapat menggabarkan sebuah
lembaga yang benilai Formal Edukatif
Dengan demikian perencanaan kampus sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di
Ruteng merupakan proses membangun sebuah wadah baru yaitu Kampus Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan di Ruteng yang beralamat di Jl. Satar Tacik, Kec. Langke
Rembong, Kabupaten Manggarai dengan Konsep Formal Edukatif, Tema Rancangan
yang diterapakan adalah Arsitektur Tropis, Tema Ini di pilih karna dianggap sangat
Selaras dengan Lingkungan di sekitar Site Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di
Ruteng, untuk mengkondisikan bangunan dengan iklim di indonesia yang merupakan
daerah yang beriklim Tropis.
Daftar Pustaka
Anonim. 2016. Peta Pulau Flores dan Peta Kabupaten Manggarai .
www.petaflores.com/2016/06/peta-pulau-flores-dan-peta-kabupatenmanggarai.html, 20 Juni 2016
Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai. 2016. Manggarai Dalam Angka 2016. BPS
Kabupaten Manggarai
Badan Pusat Statistik Provinsi NTT. 2016, Kupang : Badan Pusat Statistik Provinsi NTT.
Bekkum, Wilhelmus Van. 1946. M. Agus (Penerjemah, 1974). Sejarah Manggarai
(Warloka-Todo-Pongkor). Unpublished manuscript.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1977. Sejarah Daerah Manggarai Nusa
Tenggara Timur.
Gordon, Jhon Lambert. 1975. The Manggarai: Economic and Social Transformation in
An Eastern Indonesia Society. Phd Thesis at Harvard University Cambridge,
Massachusetts.
Janggur, Petrus. 2008. Butir- butir Adat Manggarai, Ruteng, NTT: Artha Gracia. Hal. 5960.
Joseph D. C., Michael J. Crosbi. 2001. Time Server Standard For Buildings Type, Third
Edition, hal 878
Neufert, Ernst. Alih bahasa oleh Sjamsu Amril. 1992. Data Arsitek. Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Neufert, Ernst. Alih bahasa oleh Sjamsu Amril. 1994. Data Arsitek. Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Pemda Kabupaten Manggarai. 2011. Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Manggarai 2011-2021.
Snyder, J.C. and Catanese, A.J. (1985) Pengantar Arsitektur, Jakarta : Erlangga.
57

Jurnal Anala Vol. 1. No. 17 | Agustus 2017

Toer, Pramoedya Ananta. 1985. Jejak Langkah. Jakarta: Penerbit Lentera Dipantara
Webb, R. A. F. P. 1986. Adat and Christianity in Nusa Tenggara Timur:Reaction and
counteraction, Philippine Quarterly of Culture and Society,14 : 339-365.
Wiliam R. Lassey, 1977. Planning in rural environments. McGraw-Hill, New York.

58