SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
A. Penerapan sistem akuntansi pemerintahan dari suatu negara akan sangat bergantung
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku pada negara yang bersangkutan.
Ciri-ciri terpenting atau persyaratan dari sistem akuntansi pemerintah menurut PBB
dalam bukunya A Manual for Government Accounting, antara lain disebutkan bahwa:


Sistem akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan konstitusi dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada suatu negara.



Sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang akuntabel
dan auditabel (artinya dapat dipertanggungjawabkan dan di¬audit).



Sistem akuntansi pemerintah harus mampu menyediakan informasi ke¬uangan
yang diperlukan untuk penyusunan rencana/program dan evaluasi pelaksanaan
secara fisik dan keuangan.


B. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah sistem akuntansi yang meng¬olah
semua transaksi keuangan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang
menghasilkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan
mutu yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar
pemerintah pusat seperti DPR, maupun oleh berbagai tingkat manajemen pada
pemerintah pusat. Menurut PMK nomor 213/2013, SAPP merupakan rangkaian
sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan,

dan

elemen

lain

untuk

mewujudkan fungsi akuntansi sejak pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Pemerintah
Pusat.
C. Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Modernisasi akuntansi keuangan di sektor pemerintah dimulai tahun 1982. Studi ini
dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan akuntabilitas keunagan negara oleh
Badan Akuntansi Negara (BAKUN), yang merupakan unit eselon 1 Departemen
Keuangan, melalui Proyek Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan Pengembangan
Akuntansi (PPSAPA) dengan bantuan pembiayaan dari Bank Dunia. latar belakang
proyek ini bermula dari kondisi sistem akuntansi dan pencatatan yang masih
menggunakan single entry, sehingga terdapat beberapa kelemahan yaitu:


Proses penyusunan lambat karena disusun dari sub sistem yang terpisah-pisah
dan tidak terpadu



Sistem single entry tidak lagi memadai menampung kompleksitas transaksi
keuangan pemerintah



Sulit dilakukan rekonsiliasi




Tidak mendasarkan pada Standar akuntansi Keuangan Pemerintah



Tidak dapat menghasilkan neraca pemerintah

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.O1/1991 tentang
Sistem Akuntansi Pemerintah, sistem akuntansi pemerintah pusat telah dikembangkan
dan diimplementasikan secara bertahap. Tahap pertama dilak¬sanakan mulai tahun
anggaran 1993/1994, dan diikuti dengan tahap-tahap berikutnya, dan yang pada tahun
anggaran

1999/2000,

implementasi

SAPP


telah

mencakup

seluruh

Departemen/Lembaga di seluruh propinsi.
Walaupun target jangka waktu bagi penerapan sistem ini adalah empat tahun, dimulai
untuk Anggaran 1993/1994, hingga tahun 2001 belum ada departemen/nondepartemen yang menerapkan SAPP secara penuh. Rendahnya penerapan sistem ini
pada tingkat daerah disebabkan, antara lain oleh kurangnya sosialisasi yang terencana,
kurangnya sumber daya manussia, resistensi dari pengguna sistem terhadap
perubahan, kurang koordinasi antarlembaga terkait, hingga UU Nomor 22 Tahun 1999
Tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, yang memberikan keleluasaan daerah untuk
mengelola keuangannya. Belum adanya Standar Akuntansi Pemerintah untuk
menyamakan persepai para penyusun neraca juga menjadi kendala bagi penerapannya,
sehingga penyusunan neraca pusat dan proses konsolidasi dengan pemerintah pusat
belum dapat dilakukan.
Berbagai perubahan dan penyempurnaan terus dilakukan oleh pernerintah dalam rangka

pengembangan sistem akuntansi pernerintah pusat. Pada tahun 2005, pemerintah dalam
hal ini Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan No 59/PMK.06/2005 tcntang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan Pasal 7
ayat (2) huruf o Undang-undang Nomor l Tahun 2004; tentang Perbendaharaan Negara.
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan sistem
akutansi dan pelaporan keuangan negara sehingga perlu menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Kerangka Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Laporan

Keuangan

Pemerintah

Pusat

disampaikan

kepada


DPR

sebagai

pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN. Sebelum disampaikan kepada DPR,

laporan keuangan pemerintah pusat tersebut diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK.
Laporan keuangan pemerintah pusat terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran
Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dari seluruh Kementerian Negara/Lembaga
yang telah direkonsiliasi. Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja,
transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggaran dalam satu periode.
b. Neraca Pemerintah
Neraca Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Neraca SAI dan Neraca SAKUN
(Sistem Akuntansi Kas Umum Negara). Laporan in menyajikan informasi posisi
keuangan pemerintah pusat berkaitan dengan aset, utang dan ekuitas dana pada
tanggal/tahun anggaran tertentu.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Laporan Arus Kas dari

seluruh Kanwil Ditjen PBN. Laporan ini menyajikan informasi arus masuk dan keluar kas
selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset
non keuangan, pembiayaan dan non anggaran.
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Merupakan penjelasan atau perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang tersaji di
dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca Pemerintah dan Laporan Arus Kas dalam
rangka pengungkapan yang memadai.
Dasar Hukum Penyelenggaraan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 8 menyatakan
bahwa ”dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan
mempunyai tugas antara lain menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.” Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara Pasal 9 menyatakan bahwa ”Menteri/Pimpinan Lembaga
sebagai pengguna anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/Lembaga yang
dipimpinnya mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.”
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 ayat (2)
menyatakan bahwa ”Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang


meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan
lainnya.”
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 7 ayat (20)
menyatakan bahwa “Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang
menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan Negara.”
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 51 ayat (1)
menyatakan bahwa “Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku
Bendahara Umum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan,
aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya.”
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 51 ayat (2)
menyatakan bahwa “Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah
selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset,
utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja yang berada dalam
tanggung jawabnya.”
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55 ayat (1)
menyatakan bahwa “Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.”
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55 ayat (2)

menyatakan bahwa “dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan keuangan
Badan Layanan Umum pada kementerian negara/Lembaga masing-masing.”
Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, menyatakan bahwa “agar informasi yang disampaikan dalam
laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas,
perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri dari

Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga.”
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun
Anggaran 2005 Pasal 17 ayat (1) menyatakan bahwa “setelah Tahun Anggaran 2005
berakhir, Pemerintah menyusun Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2005 berupa Laporan Keuangan.”
Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara pada Pasal 60 ayat (1) menyatakan bahwa
“Menteri/Pimpinan Lembaga wajib menyelenggarakan pertanggungjawaban penggunaan
dana bagian anggaran yang dikuasainya berupa laporan realisasi anggaran dan neraca

Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan kepada Presiden melalui Menteri Keuangan.
Keputusan Presiden tersebut telah diubah dengan Keputusan Presiden No. 72 tahun 2004
tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.”
D. Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemeintah Pusat
Tujuan Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat adalah untuk memberi
petunjuk umum dalam menyelenggarakan :
1. Akuntansi Bendahara Umum Negara atas: transaksi penerimaan dan pengeluaran
negara pada KPPN, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat
Pengelolaan Kas Negara, Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, transaksi penerusan pinjaman, penerimaan pengembalian
penerusan pinjaman, dan posisi aset dari penerusan pinjaman pada Direktorat
Pengelolaan Penerusan Pinjaman, transaksi penerimaan dan pengeluaran investasi dan
posisi investasi pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, transaksi penerimaan,
pengeluaran dan posisi utang serta hibah pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang,
transaksi khusus (Pembayaran Subsidi, Pengeluaran Kerjasama nternasional,
Pengeluaran Perjanjian Hukum Internasional, Pengeluaran Koreksi dan Pengembalian,
Pembayaran Jasa Perbendaharaan, Pembayaran PFK, Pendapatan Jasa Perbendaharaan
dan Perbankan) pada unit-unit eselon I, dan transaksi transfer ke daerah pada
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, serta posisi aset/utang pada Badan
Lainnya;

2. Akuntansi Instansi atas transaksi pendapatan, belanja, dan posisi aset/utang pada
tingkat Satuan Kerja, Wilayah, Eselon-I, Kantor Pusat Kementerian Negara/Lembaga,
dan Satuan Kerja Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan, serta Koordinator Wilayah
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan termasuk transaksi Badan Layanan Umum dan
BAPP.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) bertujuan untuk :
1. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan,
pemrosesan, dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar
dan praktik akuntansi yang diterima secara umum;
2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan
keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna
sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan

terhadap otorisasi

anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi
dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.
Kerangka Umum SAPP dapat digambarkan sebagai berikut :

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari:
1. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara
Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dilaksanakan oleh
Kementerian Keuangan selaku BUN dan Pengguna Anggaran Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP). SA-BUN terdiri dari beberapa subsistem, yaitu:
a. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP), terdiri dari:
1) Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN);
2) Sistem Akuntansi Umum (SAU).
b. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H);
c. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP);
d. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP);
e. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD);

f. Sistem Akuntansi Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (SA-BAPP);
Sistem Akuntansi transaksi khusus;
g. Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL).
Dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan BUN, pengolahan data dilaksanakan
oleh Kementerian Keuangan selaku BUN yang terdiri dari:
a. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selaku Unit Akuntansi Kuasa Bendahara
Umum Negara Daerah (UAKBUN-D KPPN);
b. Kantor Wilayah DJPBN selaku Unit Akuntansi Kuasa Koordinator Bendahara
Umum Negara Kantor Wilayah (UAKKBUN-KANWIL);
c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku Unit Akuntansi Kuasa Bendahara Umum
Negara Pusat (UAKBUN-P);
d. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku Unit Akuntansi Pembantu
Bendahara Umum Negara (UAPBUN) dan Unit Akuntansi Bendahara Umum
Negara (UABUN);
e. Direktorat Pengelolaan Penerusan Pnjaman selaku Unit Akuntansi Pembantu
Bendahara
f. Umum Negara (UAPBUN);
g. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara
Umum Negara (UAPBUN);
h. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara
Umum Negara (UAPBUN);
i. Direktorat Jenderal Anggaran selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum
j. Negara (UAPBUN);
k. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku Unit Akuntansi Pembantu
Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
l. Badan Lainnya selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara
(UAPBUN)
2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan olehKementerian Negara/Lembaga.
Kementerian Negara/Lembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan
Laporan Keuangan. Dalam pelaksanaan SAI, Kementerian Negara/Lembaga
membentuk unit akuntansi keuangan (Sistem Akuntansi Keuangan (SAK)) dan unit
akuntansi barang (Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
(SIMAK-BMN)).
Unit akuntansi keuangan terdiri dari:

a. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA);
b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran - Eselon1 (UAPPA-E1);
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran - Wilayah (UAPPA-W);
d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).
Unit akuntansi barang terdiri dari:
a. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB);
b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang - Eselon1 (UAPPB-E1);
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang - Wilayah (UAPPB-W);
d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).

E. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (BUN)
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari 2 (dua) subsistem yaitu:
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SABUN). Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) terdiri dari:
1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP);
2. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H);
3. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP);
4. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP);
5. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD);
6. Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (SA-BSBL);
7. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus; dan
8. Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL).

SA-BUN menghasilkan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara danl aporan
manajerial. Laporankeuangan BUN terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca dan
laporan arus kas. Laporan manajerial terdiri atas laporan posisi kas, laporan posisi utang,
laporan posisi penerusan pinjaman, ikhtisar laporan keuangan badan lainnya, dan laporan
posisi investasi pemerintah secara detail.

Dalam pelaksanaan SA-BUN, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
membentuk Unit Akuntansi Bendahara Umum Negara (UABUN) yang terdiri dari:
1. Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara–Akuntansi Pusat dilaksanakan
oleh:
a. KPPN sebagai Unit Akuntansi Kuasa Bendahara Umum Negara (UAKBUN)
Daerah.
b. Dit. PKN sebagai-Unit Akuntansi Kuasa Bendahara Umum Negara (UAKBUN)
Pusat.
c. Kanwil sebagai Unit Akuntansi Koordinator Kuasa Bendahara Umum Negara
(UAKKBUN).
d. Dit. APK sebagai Unit Akuntansi Pembantu BUN.
2. Unit

Akuntansi

Pembantu

Bendahara

Umum

Negara–Penerusan

Pinjaman

dilaksanakan olehDirektorat Jenderal Perbendaharaan dan Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan;
3. Unit

Akuntansi

Pembantu

Bendahara

Umum

Negara–Investasi

Pemerintah

dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;
4. Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara –Utang/Hibah dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (UAPBUN-DJPU);
5. Unit

Akuntansi

Pembantu

Bendahara

Umum

Negara-BAPP

dan

PNBP

Khususdilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Anggaran (UAPBUN-DJA);
6. Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara -Transfer ke Daerahdilaksanakan
oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (UAPBUN-DJPK);
7. Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara-Transaksi Lainnya;
8. Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara-Badan Lainnyadilaksanakan oleh
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (UAPBUN- BL).
SiAP

dilaksanakan

oleh

Kementerian

Keuangan

c.q

Direktorat

JenderalPerbendaharan (DJPBN), terdiri dari:
1. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) yang menghasilkan Laporan Arus
Kas (LAK) dan Neraca KUN;
2. Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan
Neraca SAU.
Pelaksanaan SiAP melibatkan unit pemroses data sebagai berikut:
1. KPPN;
2. Kanwil DJPBN;
3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara

4. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit. APK).
Prosedur pemrosesan data akuntansi pada sistem akuntansi pusat dilakukan secara
berjenjang, dimulai dari:
1. KPPN selaku UAKBUN-D KPPN memproses dokumen sumber untuk menghasilkan
Laporan Keuangan berupa Laporan Arus Kas, Neraca KUN, dan Laporan Realisasi
Anggaran termasuk penerimaan dan pengeluaran non

anggaran yang melalui

rekening KPPN. KPPN selaku UAKBUN-D KPPN melakukan rekonsiliasi Laporan
Realisasi Anggaran dan Neraca SAU beserta data transaksi dengan seluruh satuan
kerja di wilayah kerjanya. KPPN menyusun Laporan Keuangan tingkat KPPN dan
menyampaikannya beserta data akuntansi berupa ADK ke Kanwil Ditjen PBN selaku
UAKBUN-Kanwil. Khusus KPPN yang memproses data pengeluaran Bantuan Luar
Negeri (BLN) yang membebani Rekening Khusus menyampaikan Laporan Keuangan
besertaADK-nya ke Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit. APK).
2. Kanwil Ditjen PBN selaku UAKKBUN-Kanwil melakukan penyusunan Laporan
Keuangan berupa Laporan Arus Kas, Neraca KUN, Laporan Realisasi Anggaran, dan
Neraca SAU berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan dari seluruh KPPN di
wilayah kerjanya dan data dari unit khusus. Kanwil Ditjen PBN selaku UAKKBUNKPPN melakukan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU beserta
data transaksi dengan UAPPA-W di wilayah kerjanya. Kanwil Ditjen PBN
mengirimkan Laporan Keuangan tingkat Kanwil beserta ADKnya ke Dit. APK.
3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (Dit. PKN) selaku UAKBUN-P DPKN
memproses transaksi penerimaan dan pengeluaran BUN melalui Kantor Pusat
termasuk penerimaan dan pengeluaran non anggaran yang melalui rekeningKUN, serta
menyampaikan laporan beserta ADK kepada Dit. APK.
4. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit. APK) selaku UAPBUN
memproses data APBN, data dari Unit Khusus serta menerima data dari unitunitterkait dalam rangka menyusun laporan keuangan pemerintah pusat.
SA-UP&H diterapkan untuk menangani transaksi Pengelolaan Utang yang terdiri dari:
1. Pembayaran Bunga Utang Dalam dan Luar Negeri;
2. Pembayaran Cicilan Utang Luar Negeri;
3. Pembayaran Cicilan Utang Dalam Negeri;
4. Penerimaan Utang Luar Negeri;
5. Penerimaan Utang Dalam Negeri;
6. Penerimaan Hibah.

SAUP dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. DJPU memproses
data

transaksi

utang,

hibah,

penerimaan

dan

pengeluaran

pembiayaan

serta

menyampaikan laporan beserta ADK kepada Dit. APK.
SA-IP diterapkan untuk menangani transaksi investasi pemerintah jangka panjang.
Investasi pemerintah Jangka Panjang terdiri dari Investasi Non Permanen dan Investasi
Permanen. SA-IP dilaksanakan oleh unit yang menjalankan penatausahaan dan pelaporan
investasi pemerintah (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)).
Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP) diterapkan untuk menangani
transaksi penerusan pinjaman dan pengembalian penerusan pinjaman termasuk biaya atas
penerusan pinjaman. Mekanisme penerusan pinjaman dapat dilakukan melalui subsidiary
loan agreement (SLA) dan dana bergulir. SLA atau perjanjian penerusan pinjaman adalah
perjanjian penerusan pinjaman yang dananya bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri
oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, BUMN/BUMD dan unit organisasi non
pemerintah. SA-PP dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q.
DirektoratSistem Manajemen Investasi.
Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD) diterapkan untuk menangani
transaksi transfer kepada pemerintah daerah berupa:Dana perimbangan; dan Dana
otonomi khusus dan penyeimbang. Dana perimbangan adalah belanja pembiayaan
pemerintah dalam kerangka negara kesatuan yang mencakup pembagian keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional,
demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan
daerah. Dana perimbangan terdiri dari: Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum
(DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana otonomi khusus dan penyesuaian adalah
belanja pembiayaan pemerintah dalam kerangka pelaksanaan daerah otonomi khusus dan
perimbangan keuangan pusat dan daerah. SA-TD dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK).
SA-BSBL merupakan subsistem dari SA-BUN. SA-BSBL menghasilkan LRA,
Neraca, danCatatanatasLaporanKeuangan. SA-BSBL dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Anggaran selaku unit eselon I yang melaksanakan kewenangan Menteri
Keuangan selaku Pengguna Anggaran Belanja Subsidi dan Belanja Lain-Lain.
SA-TK merupakan subsistem dari SA-BUN. SA-TK menghasilkan Laporan
Keuangan yang terdiri dari LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. UAP
BUN TK dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan. SAPBL merupakan
subsistem dari SA-BUN. SAPBL menghasilkan Neraca dan Ikhtisar Laporan Keuangan
badan lainnya. SAPBL dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku

UAPBUN-PBL. Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku UAPBUN-PBL memproses
data transaksi dari Unit-unit Badan Lainnya.