PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PERCAKAN MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS IV B SD NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Isi silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar terdiri dari keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa adalah menulis. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008:1744) menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Menurut Saleh Abbas (2006:125), kemampuan atau keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis.

Kegiatan menulis telah diajarkan sejak anak mulai mengenal huruf. Saat balita, kegiatan menulis sudah tampak melalui coretan garis di atas kertas. Ketika memasuki Taman Kanak-Kanak (TK), kegiatan menulis peserta didik mulai diarahkan menjadi bentuk huruf, angka, atau bentuk benda. Keterampilan menulis peserta didik semakin berkembang ketika berada pada jenjang Sekolah Dasar. Kegiatan menulis memungkinkan seseorang untuk dapat menyampaikan informasi, perasaan, harapan, dan pengalaman kepada berbagai pihak. Selain untuk memberikan informasi, menulis juga dapat bermanfaat sebagai ajakan atau himbauan, sarana pendidikan, dan hiburan.

Tujuan menulis lanjut di Sekolah Dasar adalah siswa dituntut untuk dapat melahirkan gagasan-gagasannya dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar (Sabarti Akhadiah M.K, dkk. 1992/1993:90). Saat pembelajaran berlangsung,


(2)

2

baik dalam pelajaran Bahasa Indonesia maupun pelajaran yang lainnya, menulis merupakan hal yang wajib dilakukan siswa mengingat kegiatan tersebut selalu dilakukan untuk mencatat atau meringkas materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Tujuan menulis untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar tercermin dalam standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu : (a) siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk, cerita dan surat, (b) siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman dan pantun anak.

Berdasarkan tujuan menulis tersebut maka sudah menjadi kewajiban setiap guru untuk selalu membimbing dan mengarahkan peserta didiknya agar terbiasa dalam menulis sehingga dapat menciptakan tulisan yang baik dan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Sabarti Akhadiah M.K, dkk. (1992/1993:103-104), menyatakan bahwa sebuah tulisan yang baik memiliki beberapa ciri, di antaranya bermakna, jelas atau lugas, merupakan satu-kesatuan, singkat dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan, di samping itu tulisan yang baik harus komunikatif. Faktor yang mempengaruhi hasil menulis siswa khususnya di Sekolah Dasar meliputi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan atau kondisi fisik sekolah termasuk fasilitas sekolah dan faktor internal meliputi kualitas belajar mengajar di dalam kelas.

Kualitas pembelajaran menulis di Sekolah Dasar menjadi sangat penting ketika mengingat banyak siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan


(3)

3

minimal (KKM) pada materi menulis saat ulangan harian Bahasa Indonesia. Data obeservasi KKN-PPL pada tanggal 22 oktober 2012 pada pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis masih konvensional karena guru sering meninggalkan kelas saat pelajaran dengan berbagai alasan dan sibuk dengan administrasi, misalnya merekap nilai, mencatat buku tabungan siswa, dan mengoreksi pekerjaan siswa saat mengajar. Hal ini menyebabkan waktu yang digunakan untuk memberikan pembinaan menulis (guide writing) menjadi berkurang dan pada akhirnya tidak hanya dalam menulis teks percakapan, namun dalam keterampilan menulis selanjutnya pun siswa akan menemui banyak hambatan.

Seiring dengan perkembangan kurikulum yang ada di Sekolah Dasar, maka perlu bagi pendidik untuk melestarikan tradisi menulis pada siswanya agar siswa dapat memiliki keterampilan menulis yang baik, meskipun demikian fakta di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan menulis bagi siswa Sekolah Dasar saat ini masih kurang mendapat respon yang baik. Keterampilan menulis bagi siswa di Sekolah Dasar tergolong masih rendah, hal ini didasari pada daftar nilai keterampilan menulis teks percakapan. Nilai rata-rata menulis masih dibawah KKM dan hasil tulisan siswa yang masih memiliki banyak kesalahan.

Pelly (dalam Haryadi dan Zamzani, 1996/1997:75), mengatakan bahwa pembelajaran membaca dan menulis yang dulu merupakan pelajaran dan latihan pokok kini kurang mendapatkan perhatian, baik dari para siswa maupun para guru. Pelajaran mengarang dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia kurang


(4)

4

ditangani secara intensif. Badudu (dalam Haryadi dan Zamzani, 1996/1997:75) berpendapat bahwa rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran mengarang dianaktirikan.

Di SD Negeri Tukangan pembelajaran menulis disesuaikan dengan standar kompetensi yang ada dalam kurikulum. Sebagian besar guru mengajarkan materi pembelajaran menulis didominasi dengan menggunakan satu metode saja yaitu metode ceramah, hal ini berdampak pada siswa yang malas dalam mengerjakan tugas menulis yang diberikan oleh guru. Dalam setiap pembelajaran di kelas, guru memang harus menjelaskan materi yang akan dipelajari oleh peserta didiknya sehingga metode ceramah tidak dapat terlepas dari gaya mengajar di kelas, namun alangkah baiknya jika model pembelajaran guru dapat dipadukan dengan metode lain sehingga peserta didik lebih aktif.

Selama ini pembelajaran menulis teks percakapan di kalangan siswa kelas IV B SD Negeri Tukangan berbentuk teori dan contoh, guru menyampaikan informasi mengenai apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis teks percakapan kemudian guru langsung memberikan contoh menulis teks percakapan. Sayangnya pemberian contoh tidak dibarengi dengan penggunaan media yang tepat, penggunaan media dalam pembelajaran menulis khususnya menulis teks percakapan belum dilakukan. Dengan pengajaran menulis seperti itu, maka dapat dipastikan bahwa para siswa masih mengalami berbagai kesulitan menulis, khususnya dalam menulis teks percakapan.

Membuat kalimat dengan benar merupakan salah satu indikator menulis yang diajarkan di Sekolah Dasar. Penulisan kalimat yang benar tidak hanya


(5)

5

digunakan saat siswa membuat karangan, namun juga digunakan dalam menulis teks percakapan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk selalu memberikan bimbingan yang intensif bagi kelancaran proses menulis peserta didiknya.

Kesalahan menulis banyak terlihat saat observasi KKN-PPL, kelas IV B misalnya saat menulis teks percakapan, masih banyak siswa yang salah dalam pemenggalan kata, tanda baca, penulisan huruf kapital, isi tulisan, dan tata letak tulisan. Kesalahan yang dialami saat menulis teks percakapan dapat berakibat pada kesulitan saat menulis, mencakup berbagai macam jenis tulisan yang dibuat. Apabila hal ini terus berlanjut, maka pembelajaran menulis tidak akan berjalan dengan baik dan hasilnya kurang dapat dinikmati oleh para pembaca, selain itu dalam proses menulis berikutnya siswa akan menghadapi berbagai kendala yang lebih kompleks dan hal ini dapat berujung pada terhentinya proses menulis. Selain penggunaan metode yang tepat dalam mengajar, guru juga harus menggunakan media yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga siswa mudah memahami bagaimana cara menulis dan dapat menghasilkan tulisan yang baik.

Media pembelajaran adalah salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, karena melalui medialah pesan pembelajaran dapat disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Untuk mewujudkan keefektifan dalam belajar dan mengajar maka harus memperhatikan bagaimana pesan pembelajaran tersebut dirancang agar siswa merasa tertarik untuk belajar. Dalam beberapa situasi tertentu, siswa dapat


(6)

6

merasa bosan saat belajar atau ketika memperhatikan guru dalam menyampaikan materi pelajaran karena pesan atau materi pelajaran tidak dikemas dengan baik dan semenarik mungkin.

Penerapan media yang digunakan dalam mengajarkan materi menulis bagi siswa Sekolah Dasar akan memberikan berbagai alternatif kegiatan yang menarik. Selain merangsang keingintahuan siswa, media juga dapat memudahkan siswa dalam kegiatan menulis sehingga out put yang didapatkan dari menulis dapat bermanfaat secara maksimal. Penggunaan media tidak hanya membuat pembelajaran lebih efisien, tetapi materi pelajaran dapat lebih diserap dan diendapkan oleh siswa (Dadan Djuanda, 2006:102). Sesuai dengan fungsi media tersebut maka dalam kaitannya dengan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar, guru dapat menggunakan media untuk membimbing siswanya saat proses menulis. Media yang digunkan oleh guru tentunya harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan supaya penggunaannya dapat maksimal.

Salah satu media yang dapat digunakan dalam kegiatan menulis teks percakapan yaitu dengan gambar seri. Gambar dapat membentuk perhatian dan memperjelas pengertian. Gambar seri sebagai media visual dua dimensi dapat menarik minat siswa dalam menulis, selain itu apabila digunakan sesuai dengan materi yang akan diajarkan maka media ini dapat memberikan suatu kesenangan belajar dan motivasi yang tinggi bagi siswa dalam mengembangkan keterampilan menulis khususnya menulis teks percakapan.


(7)

7 B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis masih konvesional.

2. Nilai keterampilan menulis siswa di Sekolah Dasar masih dibawah KKM . 3. Sebagian besar guru mengajarkan materi pembelajaran menulis didominasi

dengan menggunakan satu metode saja yaitu metode ceramah.

4. Penggunaan media dalam pembelajaran menulis khususnya menulis teks percakapan belum dilakukan.

5. Para siswa masih mengalami berbagai kesulitan dalam menulis teks percakapan.

6. Saat menulis teks percakapan, masih banyak siswa yang salah dalam pemenggalan kata, tanda baca, penulisan huruf kapital, isi tulisan, dan tata letak tulisan.

C.Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang muncul dalam identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan keterampilan menulis teks percakapan dengan menggunakan media gambar seri.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan penelitian ini adalah bagaimanakah meningkatkan keterampilan


(8)

8

menulis teks percakapan melalui media gambar seri pada siswa kelas IV B SD Negeri Tukangan Yogyakarta?

E.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis teks percakapan melalui media gambar seri pada siswa kelas IV B SD Negeri Tukangan Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pengayaan dalam pembelajaran menulis teks percakapan di Sekolah Dasar.

2. Menfaat praktis a. Bagi siswa

1) dengan hasil penelitian ini, siswa mampu meningkatkan keterampilan menulis teks percakapan, dan

2) melalui media gambar seri, siswa dapat termotivasi untuk membuat tulisan yang bermanfaat tanpa adanya paksaan.

b. Bagi Guru

1) penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif guna meningkatkan mutu pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi menulis teks percakapan, dan


(9)

9

2) dengan adanya penelitan ini, guru dapat termotivasi untuk terus mengembangkan media pembelajaran yang baik guna mewujudkan tujuan pemebelajaran.

c. Bagi sekolah

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis teks percakapan.

G.Definisi Istilah

a. Keterampilan menulis teks percakapan

Keterampilan menulis merupakan suatu kecapakan seseorang untuk mengemukakan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Teks percakapan merupakan sebuah hasil karya tulis yang dikemas dalam bentuk pembicaraan antara dua orang atau lebih, biasanya teks percakapan berisi pembicaraan berbagai kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Keterampilan menulis teks percakapan adalah kecakapan seseorang dalam mengemukakan gagasan yang berbentuk dialog antara dua orang atau lebih dan berisi mengenai kegiatan sehari-hari.

b. Media gambar seri

Media gambar seri adalah suatu alat atau perantara visual berbentuk dua dimensi, animasi yang ada dalam gambar seri saling berhubungan, membentuk suatu urutan yang bermakna. Gambar seri yang digunakan sebagai media pembelajaran berisi mengenai kegiatan sehari-hari sehingga


(10)

10

memudahan siswa untuk menulis khususnya dalam menulis teks percakapan.


(11)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Keterampilan Menulis 1. Pengertian Keterampilan

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1180), terampil berarti cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan, sedangkan keterampilan berarti kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Ruang lingkup keterampilan cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan sebagainya.

Menurut Soemarjadi (1991:2), keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Dalam perspektif yang sempit keterampilan sering dihubungkan dengan kegiatan yang berupa perbuatan namun lebih daripada itu seseorang yang terampil harus dapat memahami dan melakukan sesuatu tanpa ada rasa ragu-ragu akan adanya kesulitan-kesulitan yang dapat menghambat.

Subana & Sunarti (2000:36), menjelaskan bahwa keterampilan merupakan kemampuan meggunakan pikiran atau nalar, sedangkan perbuatan yang efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreativitas. Keterampilan mengandung beberapa unsur kemampuan, yaitu kemampuan olah pikir (psikis) dan kemampuan olah perbuatan (fisik). Seseorang dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan mengaplikasikan proses pegungkapan ide, gagasan, dan perasaan dalam tulisan dengan


(12)

12

mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan dan tata bahasa, organisasi atau susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan (kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan.

Keterampilan seseorang dapat berbeda-beda, hal ini sejalan dengan latihan yang kontinu dalam menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan yang dimiliki sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Dalam konteks pemerolehan keterampilan menulis, seseorang dapat menghasilkan tulisan yang baik dengan cara melatih keterampilan menulisnya yang dapat dilakukan sejak dini.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan suatu kemampuan atau kecakapan dalam melakukan sesuatu dengan cepat dan benar melalui suatu latihan yang terus-menerus dalam proses belajar untuk memperoleh hasil yang maksimal.

2. Pengertian Menulis

Menulis merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pembelajaran. Upaya yang dilakukan guru agar siswa dapat menulis adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk mau menulis apa yang disenanginya sesuai dengan pengembangan tema pembelajaran yang dilaksanakan, selain dengan cara membebaskan siswa dalam menulis guru juga dapat memberikan fasilitas dan pengawasan sebagai sarana penunjang kemajuan keterampilan menulis siswa. Menulis berasal dari kata tulis. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2005:351-352), kata tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena


(13)

13

(pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya dengan pena, kalm, pensil kapur, dan sebagainya; melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan.

Syafi’ie (1998:45), berpendapat bahwa menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian mengirimkannya kepada orang lain. Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis sebagai sebuah keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan pikiran-pikirannya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan media tulisan (Nurjamal, dkk. 2001:69).

Dari beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan, atau simbol yang telah disepakati bersama dan ditujukan kepada orang atau pembaca. Pikiran yang disampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan. Jika bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi jelas dan runtut, maka mudah bagi orang untuk menangkap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu,


(14)

14

keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting untuk melatih kemampuan dalam berbahasa.

3. Manfaat Menulis

Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:14) berkaitan dengan manfaat menulis, mengemukakan bahwa: a) menulis mengasah kecerdasan, b) menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, c) menulis menumbuhkan keberanian, dan d) menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

a. Menulis mengasah kecerdasan.

Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu meliputi: 1) pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan, 2) penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan 3) penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.

b. Menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas.

Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu meliputi: 1) unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan,


(15)

15

2) bahasa topik, dan 3) pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya baik ketika dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.

c. Menulis menumbuhkan keberanian.

Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan pendiriannya, termasuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik. Konsekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif atau pun negatif.

d. Menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu, padahal tanpa memiliki wawasan atau pengetahuan yang memadai tentang apa yang akan dituliskannya penulis tidak akan dapat menyampaikan banyak hal dengan memuaskan.

Bagi penulis, pemerolehan informasi itu dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam menulis. Implikasinya, dia akan berusaha untuk menjaga sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti


(16)

16

ini akan mempengaruhi minat dan kesungguhan dalam mengumpulkan informasi serta strategi yang ditempuhnya.

4. Menulis sebagai Proses

Pembelajaran menulis sebagai suatu proses di Sekolah Dasar mengisyaratkan kepada guru untuk memberikan bimbingan nyata dan terarah yang dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Guru dapat memberikan pelatihan atau bimbingan menulis sejak dini untuk membentuk kemampuan menulis para peserta didiknya.

Mudrajad Kuncoro (2009:4), berpendapat bahwa sebenarnya semua orang memiliki bakat menulis, hanya perlu berlatih dan meningkatkan keterampilan menulis untuk berbagai kebutuhan. Pelatihan dan bimbingan kepada peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui tahap-tahap proses menulis, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan (pramenulis, menulis, pasca menulis), dan evaluasi.

Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri atas beberapa tahapan. Rofi’uddin dan Darmiyati (1998:76), menguraikan tahapan menulis sebagai berikut: a) tahap pramenulis, b) tahap menulis, c) tahap merevisi, d) tahap mengedit, dan e) tahap publikasi.

a. Pramenulis

Pada pramenulis, siswa diberi kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan. Setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan sistematika tulisan, siswa mengumpulkan


(17)

bahan-17

bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan.

b. Menulis

Pada tahap menulis, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk tulisan atau draf kasar. Apa yang ada dalam pikiran siswa dituliskan sebagaimana adanya, namun dalam hal ini siswa juga tetap diarahkan agar senantiasa mematuhi apa yang telah direncanakan pada tahap pramenulis.

c. Merevisi

Pada tahap revisi, siswa membaca ulang draf yang telah disusun kemudian merevisi. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan serta untuk mengetahui adanya kekurangan dan kesalahan-kesalahan dalam penulisan. d. Mengedit

Pada tahap mengedit, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki karangan sendiri maupun teman dalam satu kelas.

e. Publikasi

Pada tahap publikasi, siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurna.


(18)

18

Ketika menulis, siswa bebas mengungkapkan gagasan dengan cara menghubungkan kalimat secara utuh dan padu untuk membentuk sebuah paragraf serta menuangkannya pada tulisan. Siswa menggunakan bahan-bahan pustaka untuk mendukung tulisannya dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas apabila ada bahan tulisan yang kurang jelas.

Dalam kajian di atas, menulis teks percakapan juga memerlukan proses. Siswa menjadi partisipan aktif diseluruh tahapan menulis (proses pramenulis, draf, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi) sehingga siswa memahami betul apa yang ditulisnya.

B.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Menulis

Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika dia dapat mengungkapkan maksudnya dengan jelas sehingga orang lain dapat memahami apa yang diungkapkannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Morsey (dalam H.G. Tarigan, 2008:20-21) bahwa tulisan dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempe-ngaruhi orang lain dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang (atau para penulis) yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas dan mudah dipahami. Kejelasan dalam menulis bergantung pada pikiran, susunan atau organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur kalimat yang cerah.

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang penulis yang baik sekurang-kurangnya harus memiliki kepekaan terhadap keadaan sekitarnya agar tujuan penulisannya dapat dipahami oleh pembaca. H.G.


(19)

19

Tarigan (2008:23) mengatakan bahwa: "Penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat". Dalam hal ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cara penulisan seseorang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penulisan tersebut menurut D. Angelo ( dalam H.G. Tarigan, 2008:23) antara lain: 1) makasud dan tujuan penulis, 2) pembaca atau pemirsa, dan 3) waktu dan kesempatan.

1. Maksud dan tujuan penulis

Untuk menjadi seorang penulis yang baik, terlebih dahulu penulis harus menentukan maksud dan tujuan penulisannya, agar pembaca dapat memahami ke mana arah tujuan penulisan.

2. Pembaca atau pemirsa

Zainurrahman (2011:13) menjelaskan bahwa mempertimbangkan pembaca akan membantu untuk menentukan kelas bahasa seperti apa yang cocok dengan tulisan. Penulis harus memahami benar kondisi pembaca, artinya tulisan ini ditunjukan kepada pembaca yang bagaimana (dalam hal usia, pengetahuan, minat) sehingga, tulisan yang dibuat menjadi suatu karya yang berguna.

3. Waktu dan kesempatan

Faktor terakhir yang harus diperhatikan adalah waktu dan kesempatan, artinya apakah tulisan yang dibuat sesuai dengan berlangsungnya suatu kejadian, sehingga menarik untuk dibaca.

Ketiga faktor di atas merupakan faktor-faktor vital yang dapat mempengarui seseorang dalam membuat suatu tulisan yang baik. Oleh karena


(20)

20

itu, penting bagi guru untuk membimbing siswa dalam meningkatkan keterampilan menulisnya dengan cara memberi latihan menulis secara kontinu dan membiasakan siswa untuk menulis dengan memperhatikan kaidah penulisan yang benar. Seseorang dikatakan memiliki keterampilan menulis teks percakapan yang baik apabila: 1) isinya jelas atau lugas, 2) merupakan satu-kesatuan, 3) singkat dan padat, 4) komunikatif, dan 5) memenuhi kaidah kebahasaan.

1. Isinya jelas atau lugas

Sebuah tulisan disebut jelas apabila tulisan tersebut tidak meninggalkan tanda tanya bagi pembaca, bukan karena keterbatasan yang dimiliki oleh pembaca, namun keterbatasan informasi dan ketidaksesuaian dalam tulisan tersebut (Zainurrahman, 2011:20). Isi suatu tulisan merupakan komponen yang akan menentukan arah tulisan, baik mengarah pada ajakan atau himbauan, informasi, kritikan, dan lain-lain.

2. Merupakan satu-kesatuan

Satu-kesatuan dalam tulisan dapat disebut juga organisasi isi tulisan. Ide atau gagasan yang dikemukakan dengan tulisan harus sistematis, terstruktur, dan mengikuti alur yang mudah dipami oleh pembaca.

3. Singkat dan padat

Singkat dan padat dapat dikategorikan kedalam struktur tatabahasa. Struktur tatabahasa dalam penulisan harus mudah dipahami oleh pembaca, oleh karena itu kata, kalimat, dan paragraf dalam tulisan harus tertata dengan baik.


(21)

21 4. Komunikatif

Penggunaan kata dalam penulisan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam tulisan. Hal ini dapat berpengaruh pada ketercapaian tujuan yang ada pada tulisan. Seperti yang diungkapkan oleh Alton C. Morris beserta rekan-rekannya (dalam Tarigan 2008:7), bahwa tulisan yang baik merupakan komunikasi pikiran dan perasaan yang efektif.

5. Memenuhi kaidah kebahasaan

Kaidah kebahasaan merupakan standar yang digunakan dalam menulis. Kaidah kebahasaan dapat memperjelas maksud tulisan kepada para pembaca.

C.Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Menurut Iskandarwassid (2008:139), murid Sekolah Dasar adalah mereka yang sedang menjalani tahap perkembangan masa kanak-kanak dan memasuki masa remaja awal. Usia siswa Sekolah Dasar berkisar antara 6-12 tahun. Piaget (dalam Asri Budiningsih, 2012:37-40) membengi tahap-tahap perkembangan kognitif sebagai berikut: 1) sensorimotor, 2) preoperasional konkret, 3) operasional konkret, dan 4) operasional formal.

1. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)

Pertumbuhan kemampuan anak dapat diamati melalui kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah.


(22)

22 2. Tahap preoperasional (umur 2-7 tahun)

Ciri pokok perkembangan dalam tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep atau ide berdasarkan persepsinya. Selain itu, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi anak yang memiliki pengalaman luas.

3. Tahap operasional konkret (umur 7-12 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai mengunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, pada tahap ini anak memiliki ide berdasarkan pemikirannya dan membatasi pemikiran pada benda-benda dan kejadian yang akrab.

4. Tahap operasional formal (umur 12-18 tahun)

Tahap ini memiliki ciri pokok perkembangan bahwa anak telah mampu berpikir secara abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan” atau berhipotesis.

Berdasarkan tahap perkembangan kognitif anak di atas, maka dapat diketahui bahwa usia siswa kelas IV SD pada umumnya adalah 9-11 tahun. Siswa kelas IV SD tergolong dalam tahap operasional konkret. Penggunaan gambar seri sebagai alternatif media pembelajaran untuk siswa kelas IV SD merupakan hal yang tepat mengingat perkembangan kognif dan sosial mereka berkembang seiring dengan adanya benda-benda dan peristiwa nyata yang terjadi di sekelilingnya.


(23)

23

Pembelajaran menulis pada siswa kelas IV tergolong pada pemulis lanjut. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk. (1992/1993:104) dalam pelaksanaannya, siswa kelas IV Sekolah Dasar dituntut untuk dapat memilih kata dengan tepat, menghubung-hubungkan kalimat menjadi paragraph yang baik, dan menulis sesuai dengan ejaan yang benar. tuntutan ini sesuai dengan komponen keterampilan menulis teks percakapan yang memuat isi, kesatuan, singkat/padat, komunikatif, dan memenuhi kaidah kebahasaan. Oleh karena itu, keterampilan menulis khususnya menulis teks percakapan merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa.

D.Teks Percakapan 1. Pengertian Teks

Halliday (2002:4), menjelaskan bahwa ‘Text as semantic choice in social contexts’, begins by describing in detail the semantic system, with particular attention to the textual (or text forming) component, and its corresponding structure-generating-systems and cohesive relations (teks adalah pilihan kata pada konteks sosial, mulai dengan gambaran detail mengenai sistem pemilihan kata, dengan memperhatikan fakta pada komponen isi karangan atau bentuk teks, dan ini sesuai dengan stuktur sistem secara umum dan berhubungan secara terpadu).

Teks adalah seperangkat unit bahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan ukuran tertentu, makna tertentu, serta tujuan tertentu. (Zainurrahman, 2011:128). Zulfahnur, dkk. (1996:16), mendefinisikan teks sebagai ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, pragmatik merupakan suatu kesatuan.


(24)

24

Berdasarkan pendapat tersebut, setidaknya terdapat tiga hal yag harus ada dalam sebuah teks. Tiga hal tersebut, yaitu: isi, sintaksis, dan pragmatik.

Pertama adalah Isi, sangat berkaitan dengan konten dari sebuah teks. Teks yang baik harus mengungkapkan gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang ada dalam kehidupan. Gagasan-gasasan atau gambaran-gambaran tersebut dituangkan dalam bentuk bahasa yang berupa penceritaan, lazimnya dalam bentuk drama dan prosa maupun untaian kata-kata, atau dalam bentuk puisi. Pengarang dalam menuangkan gagasan-gagasannya dapat secara eksplisit maupun implisit menunjukkan isi sebagai pesan yang disampaikan dalam teks.

Kedua adalah sintaksis. Sintaksis dalam tatabahasa diartikan sebagai tatakalimat. Secara sintaksis sebuah teks harus memperlihatkan pertautan. Pertautan itu akan tampak apabila unsur-unsur dalam tatabahasa yang berfungsi sebagai penunjuk (konjungsi) secara konsisten dipergunakan.

Ketigaadalah pragmatik. Pragmatik berkaitan dengan situasi atau keadaan bahasa yang digunakan dalam keadaan tertentu. Dalam hal ini, Luxemburg,

et.al (dalam Zulfahnur, dkk. 1997:16), mengungkapkan bahwa pragmatik bertalian dengan bagaimana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks sosial tertentu; teks merupakan suatu kesatuan bilamana ungkapan bahasa oleh para peserta komunikasi dialami sebagai suatu kesatuan yang bulat. Lebih lanjut dikatakannya bahwa pragmatik merupakan ilmu mengenai perbuatan yang kita lakukan sebagaimana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks tertentu. Hal yang diungkapkan Luxemburg tersebut bertalian erat dengan ketuntasan dalam


(25)

25

memahami sebuah teks. Makna kesatuan bulat mengarah pada keutuhan dari sebuah teks.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa teks merupakan suatu ungkapan bahasa secara lisan atau tertulis yang memuat pilihan kata menurut isi, tata kalimat, dan situasi atau kondisi bahasa dengan ukuran tertentu, makna tertentu, serta tujuan tertentu. Teks harusnya dapat dipahami secara meyeluruh atau dalam satu kesatuan.

2. Jenis-jenis Teks

Luxemburg (dalam Zulfahnur, dkk. 1996:18), menjelaskan bahwa jenis teks ada 3 macam yaitu: a) teks acuan, b) teks ekspresif, dan c) teks persuasif. a. Teks acuan

Teks acuan yaitu teks yang mengacu pada suatu konteks (dunia nyata atau yang mungkin ada). Teks ini terdiri atas 3 macam:

1) teks informatif. Menyatakan kenyataan faktual (informasi), 2) teks diskursif. Berisi fakta bernalar seperti uraian ilmiah, dan

3) teks instruksif. Teks yang berisi pengajaran supaya keterampilan tersebar luas.

b. Teks ekspresif

Teks ekspresif adalah teks yang mengungkapkan perasaan, pertimbangan, pengamalan batin, dan sebagainya. Misalnya cerita fiksi, puisi lirik, dan lain-lain.


(26)

26 c. Teks persuasif

Teks persuasif adalah teks yang berfungsi mempengaruhi pendapat, perasaan. Contohnya iklan, resensi, dan lain-lain.

Menurut Jacobson (Zulfahnur, dkk. 1996:18-19) teks mempunyai 3 jenis, yaitu: a) teks monolog, b) teks dramatik, c) teks naratif.

a. Teks monolog

Terdapat seorang juru bicara yang berbicara atau membaca secara individu tanpa memberikan kesempatan kepada orang lain untuk ikut berbicara. Yang termasuk dalam teks ini adalah puisi.

b. Teks dramatik

Dalam teks ini terdapat berbagai pelaku yang bersama-sama berbicara, termasuk juga sebuah dialog yang tak dipentaskan. Contohnya drama atau percakapan.

c. Teks naratif

Teks yang di dalamnya terdapat seorang juru bicara (yang juga dapat mempersilahkan pelaku-pelaku lain berbicara) dalam menceritakan sesuatu, jadi dalam teks ini ada juru dongeng (pembicara utama) dan pelaku-pelaku.

Dari jenis-jenis teks di atas, peneliti memilih teks dramatik karena teks percakapan termasuk dalam teks dramatik.

3. Teks Percakapan

Telah disimpulkan bahwa teks merupakan suatu ungkapan bahasa yang memuat pilihan kata menurut isi, tata kalimat, dan situasi atau kondisi bahasa yang dipahami secara menyeluruh. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia


(27)

27

(2005:114), pengertian percakapan adalah pembicaraan; perundingan; dialog perihal bercakap-cakap (dipertentangkan dengan apa saja yang ditulis); satuan interaksi bahasa antara dua pembicara atau lebih.

Umri dan Indriyani (2008:8), menjelaskan bahwa percakapan adalah bentuk tanya jawab yang dilakukan dua orang atau lebih. Dapat juga dengan pemberian informasi atau pendapat. Dalam sebuah percakapan, kedua komunikan dan komunikator berinteraksi saling memberikan kontribusi dalam sebuah komunikasi lisan maupun tulisan, tidak seperti monolog. Diskusi atau percakapan sama halnya dengan berbicara dengan dua orang atau lebih. Tetapi di saat yang sama, masing-masing komunikator dan komunikan memiliki giliran dan kesempatan untuk berbicara sedangkan yang lain mendengarkan (http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2306378-pengertian-percakapan-diskusi/#ixzz2EAXWEgp9).

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa teks percakapan dapat diartikan sebagai dialog antara dua orang atau lebih yang berisi mengenai hal-hal yang dilakukan sehari-hari dan dituangkan dalam tulisan dengan tata kalimat serta tanda baca yang jelas.

E.Media Pembelajaran

Untuk mencapai maksud dan tujuannya, hubungan komunikasi interaksi antara para siswa dan guru di sekolah harus ditingkatkan efisiensi dan efektivitasnya. Peningkatan efisiensi dan keefektifan tersebut sebagian bergantung kepada faktor penunjang, yakni sarana dan prasarana. Dengan perkataan lain, hubungan komunikasi interaksi itu akan berjalan dengan lancar


(28)

28

dan mendapat hasil yang maksimal apabila organisasi itu berjalan dan menggunakan alat bantu sebagai perantara masuknya informasi. Alat bantu inilah yang disebut dengan media.

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan. Gerlach & Elly (dalam Azhar Arsyad, 2009:3), mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Apabila dilihat dari pengertian secara sempit, media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Dalam dunia pendidikan, kata media pendidikan sering diartikan dengan alat bantu atau media komunikasi pembelajaran yang berfungsi sebagai sumber belajar untuk memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Azhar Arsyad (2009:4) yang menyimpulkan bahwa media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Arief S. Sadiman (2009:7), memberi penjelasan mengenai media pendidikan yang dapat diartikan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk


(29)

29

menyalurkan pesan dan pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Oleh karena itu, implementasi media dalam setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa, harus dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Dengan demikian guru akan terbantu dalam menjelaskan materi pelajaran dan siswa dapat menerima pelajarn itu dengan baik dan pada ahirnya tercapaialah pembelajaran yang bermakna.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala hal yang dapat membangun motivasi, memperjelas dan membantu masuknya informasi dalam kegiatan pembelajaran. Hal yang dapat membantu masuknya informasi dapat berupa alat-alat grafis, photografis, atau elektronis yang diadakan sebagai sarana prasarana belajar di lingkungan sekolah.

2. Manfaat Media Pembelajaran

Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2009:15) mengatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa menurut Sudjana & Rivai ( dalam Azhar Arsyad, 2011:24-25) adalah sebagai berikut.


(30)

30

a. Pembelajaran akan menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi pada diri siswa untuk belajar.

b. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemostrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, penyampaian materi pembelajaran dari guru harus melalui media pembelajaran yang tepat atau sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Selain menyesuaikan dengan materi ajar, media yang yang baik juga harus disesuaikan dengan metode atau strategi guru dalam mengajar.

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Kemp & Dayton (dalam Azhar Arsyad, 1996:37), mengelompokkan media ke dalam delapan jenis: a) media cetakan, b) media pajang, c) overhead transparacies, d) rekaman audiotape, e) seri slide dan filmstrips, f) penyajian


(31)

31

Basuki Wibawa & Farida Mukti (1992:24), mengklasifikasikan media pengajaran dalam empat jenis yaitu: a) media audio, b) media visual (visual diam dan visual gerak), c) media audio visual, dan d) media serbaneka.

a. Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber kepenerima pesan. Pesan yang dituangkan dalam lambang-lambang auditif verbal, nonverbal maupun kombinasinya.

b. Media visual, dalam hal ini lebih mengarah pada visual diam (gambar datar) digunakan untuk memperkuat impresi, menambah fakta baru, dan memberi arti dari suatu abstraksi. Media gambar datar seperti foto, gambar ilustrasi,

flash card, gambar pilihan dan potongan gambar (gambar seri) mudah didapat dan murah harganya, media ini juga mudah dimengerti dan dapat dinikmati di mana-mana.

c. Media audio visual. Dengan karakteristik yang lebih lengkap, media audio visual memiliki kemampuan untuk dapat menyampaikan pesan-pesan yang lebih rumit dan lebih realistik.

d. Media serbaneka memiliki karakteristik yang lebih luas daripada jenis media yang lain yaitu keberagaman berbagai benda yang dapat digolongkan dalam jenis media ini. Media serbaneka ini terdiri dari benda-benda yang sering dijumpai di sekitar dan dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.

Dari beberapa jenis media pembelajaran di atas, peneliti memilih jenis media visual yaitu gambar seri.


(32)

32 F. Gambar Seri

Gambar seri diambil dari kata gambar dan seri. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005:163) gambar adalah tiruan barang, orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Sedangkan seri adalah rangkaian cerita, buku, peristiwa dan sebagainya yang berturut-turut, rentetan (Kamus Bahasa Indonesia, 2005:467). Azhar Arsyad (2011:119), menjelaskan bahwa gambar yang merupakan rangkaian cerita disajikan secara berurutan, siswa berlatih mengungkapkan adegan dan kegiatan-kegiatan tersebut yang apabila dirangkaikan akan menjadi suatu cerita.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gambar seri merupakan tiruan benda, orang, atau pandangan yang dihasilkan pada permukaan rata yang membentuk rangkaian berturut-turut baik itu cerita, buku, peristiwa, dan sebagainya.

Gambar seri merupakan serangkaian gambar yang terpisah antara satu dengan yang lain tetapi memiliki satu-kesatuan urutan cerita. Gambar seri akan sulit dipahami ketika berdiri sendiri-sendiri dan belum diurutkan. Gambar seri akan memiliki makna setelah diurutkan berdasarkan pola-pola tertentu atau sesuai dengan urutan sebuah cerita.

Gambar seri dapat membantu guru dalam menyampaikan materi belajar dengan cara siswa mengurutkan gambar yang tadinya acak agar gambar tersebut dapat mendeskripsikan suatu kejadian atau peristiwa sehingga siswa terbantu dalam membuat karangan, baik secara tertulis atau lisan sesuai dengan peristiwa pada gambar seri tersebut.


(33)

33

G.Penggunaan Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Menulis Teks Percakapan

Gambar pada dasarnya membantu dan mendorong siswa dalam membangkitkan minatnya pada pelajaran. Selain membangkitkan minat, gambar juga dapat membantu siswa dalam melatih kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks. Arif S.Sadiman (2009:29), menjelaskan bahwa gambar atau foto merupakan salah satu media pengajaran yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pengajaran hal ini disebabkan kesederhanaannya, tanpa memerlukan perlengkapan dan tidak diproyeksikan untuk mengamatinya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa media gambar adalah media yang dipergunakan untuk memvisualisasikan atau menyalurkan pesan dari sumber ke penerima (siswa). Gambar seri merupakan gambar yang bersambung atau bersusun, terdiri dari beberapa seri dimana antara gambar satu dengan gambar lainnya saling berhubungan dan membentuk suatu cerita atau peristiwa. Pesan yang terkandung dalam gambar seri akan disampaikan dan dituangkan ke dalam komunikasi visual yang dapat menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

Gambar yang berwarna umumnya menarik perhatian. Semua gambar mempunyai arti, uraian dan tafsiran tersendiri, oleh karena itu gambar dapat


(34)

34

dipergunakan sebagai media pendidikan dan mempunyai nilai-nilai pendidikan bagi peserta didik yang memungkinkan belajar secara efisien serta efektif. Penggunaan gambar seri pada kegiatan pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan cara menyiapkan gambar seri yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan oleh guru, kemudian gambar seri yang telah disiapkan dapat dicetak sesuai dengan kebutuhan dan dibagikan kepada siswa. Gambar seri dapat dibagikan ke dalam kelompok belajar yang sebelumnya telah dijelaskan oleh guru tentang cara penggunaan media gambar seri tersebut dalam pembelajaran menulis. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa tidak merasa bingung atau mengalami kesulitan dalam menggunakan media gambar seri tersebut.

H.Kerangka Pikir

Keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri, antara lain bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah gramatika. Salah satu jenis menulis di Sekolah Dasar adalah menulis teks percakapan. Teks percakapan dapat diartikan sebagai dialog antara dua orang atau lebih yang berisi mengenai hal-hal yang dilakukan sehari-hari dan dituangkan dalam tulisan dengan tata kalimat serta tanda baca yang jelas.

Ada beberapa cara untuk membantu menghasilkan teks percakapan yang baik, salah satunya dengan menggunakan media gambar seri. Gambar seri


(35)

35

dapat memandu siswa dalam menulis teks percakapan dengan mengurutkan gambar secara urut, selain itu siswa juga dapat termotivasi dengan adanya beragai macam gambar menarik yang ada pada media gambar seri. Beragam gambar yang disajikan dapat disesuaikan menurut tema yang akan dibahas dan siswa juga dapat mengurutkan gambar sehingga dapat dibentuk suatu teks percakapan yang menarik selain itu, dengan menggunakan gambar seri siswa dapat terbantu dalam mengerjakan tugas membuat teks percakapan karena urutan gambar seri mencerminkan suatu cerita atau kejadian yang dapat dibuat teks dialog atau percakapannya.

Menulis teks percakapan merupakan suatu kompetensi yang harus dilakukan oleh siswa khususnya pada siswa kelas IV Sekolah Dasar. Untuk memaksimalkan keterampilan siswa dalam menulis teks percakapan tentunya guru harus memiliki media yang baik dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Media tersebut dapat digunakan baik untuk memberikan pemahaman yang mendalam dan sebagai motivasi siswa dalam menulis teks percakapan oleh karena itu gambar seri merupakan salah satu media yang tepat untuk membantu siswa dalam menulis teks percakapan. Penggunaan media gambar seri dapalam pembelajaran menulis teks percakapan di sekolah akan meningkatkan keterampilan menulis teks perckapan siswa. Alur pemikiran di atas dapat digambarkan seperti skema berikut.


(36)

36 Gambar 1.

Skema Alur Kerangka Pikir

I. Penelitian Relevan

Penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Seperti pada penelitian Wahyu Indrastuti (2011) dengan judul penelitian “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Menggunakan Media Gambar Seri Siswa Kelas III SD Negeri Beluk Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media gambar seri dapat meningkan keterampilan menulis narasi.

Pada penelitian Putri Olympia Rahayu (2011) yang berjudul “Pemanfaatan Media Gambar sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Pasung” telah berhasil meningkatkan keterampilan menulis dengan memanfaatkan media gambar dalam pembelajaran menulis. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah keterampilan menulis siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal 60 menjadi 73,4 pada siklus II.

Pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri dapat memandu siswa dalam menulis sehingga keterampilan menulis siswa dapat meningkat. Hal ini selaras dengan penelitian Muhammad Asdam (2008) yang berjudul

Menulis Teks Percakapan

Media Gambar Seri

Memandu dan Memotivasi Siswa

Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Percakapan Siswa


(37)

37

“Efektifitas Penggunaan Media Gambar Seri dalam Penulisan Karangan pada Siswa Sekolah Dasar. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa gambar dapat memberikan nilai yang sangat berarti, terutama dalam membentuk pengertian baru dan untuk memperjelas pengertian tentang sesuatu. Di samping itu, penggunaan media gambar dapat menimbulkan daya tarik bagi siwa, sehingga dengan demikian dapat memberikan siswa lebih senang belajar. Penggunaan media gambar dalam proses menulis karangan akan memberikan hasil yang optimal apabila digunakan secara tepat, dalam arti sesuai dengan materi pelajaran dan mendukung.

Menurut Salimadun (2005:179-194) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dan Menulis Karangan Berdasarkan Gambar Berseri dengan Kemampuan Menyelesaikan Soal Matematika”, menulis berdasarkan gambar berseri termasuk dalam jenis tulisan narasi. Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Hal ini dapat dikaitkan dengan penggunaan gambar seri dalam peneletian ini yang menggambarkan peristiwa sehari-hari sehingga siswa dapat terbantu dalam proses menulis.

J. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut. Penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis teks percakapan pada siswa kelas IV B SD Negeri Tukangan Yogyakarta.


(38)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Salah satu penelitian yang digunakan dalam lingkup pendidikan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di dalam kelas adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Hal ini sesuai dengan pendapat Kasihani Kasbolah (1999:15) yang mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai suatu penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Wina Sanjaya (2012:13-14), menjelaskan bahwa PTK merupakan kegiatan ilmiah yakni proses berpikir yang sistematis dan empiris dalam upaya memecahkan masalah yaitu masalah proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan tugas utamanya yaitu mengajar. Adanya kendala yang dihadapi saat mengajar di dalam kelas merupakan suatu masalah yang harus ditangani dengan cara meneliti untuk mencari solusi. Sehingga jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaborasi. Pola kolaboratif biasanya yang berinisiatif melaksanakan PTK tidak dari guru, akan tetapi dari pihak luar yang berkeinginan untuk memecahkan masalah pembelajaran (Wina Sanjaya, 2012:59). Peran guru sebagai kolaborator yang berfungsi melaksanakan tindakan seperti yang dirancang oleh peneliti.


(39)

39 B.Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV B Sekolah Dasar Negeri Tukangan tahun pelajaran 2012/2013.

2. Objek

Objek penelitian ini adalah pembelajaran keterampilan menulis teks percakapan melalui media gambar seri.

C.Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas IV B Sekolah Dasar Negeri Tukangan Yogyakarta yang beralamat di Jln. Suryapranoto No 59 Yogyakarta. Kondisi ruang kelas cukup baik. Di dalam kelas terdapat 14 meja siswa dan 28 kursi siswa, selain itu terdapat 1 set meja guru dan 1 papan tulis yang tertempel di depan kelas. Ada tiang bendera pendek di dekat papan tulis dan bagian belakang kelas terdapat hasil kreativitas siswa kelas IV B yang dibuat seperti majalah dinding. Lemari buku terletak dibagian samping sebelah pintu masuk dan rak buku paket ada dibagian pojok belakang.

Pada dinding ruangan kelas, terdapat beragam gambar pahlawan dan peta provinsi DIY. Kelas IV B berada di lantai 2 yang berdekatan dengan arus lalu litas yang padat. SD tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan di SD Negeri Tukangan melalui observasi KKN-PPL pada kelas IVB ditemukan masalah dalam pelajaran Bahasa Indonesia yaitu pembelajaran menulis teks percakapan.


(40)

40

Nilai rata-rata keterampilan menulis teks percakapan pada siswa kelas IV B SD Negeri Tukangan adalah 64. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar menulis siswa masih rendah karena untuk Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut adalah 70. Kondisi ini dijadikan dasar bagi guru untuk dapat meningkatkan keterampilan menulis teks percakapan siswa. Pada pembelajaran menulis, masih banyak siswa yang salah dalam pemenggalan kata, tanda baca, penulisan huruf kapital, isi tulisan, dan tata letak tulisan.

Guru merasa kurang puas dengan hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis selama ini. Dengan adanya media gambar seri yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, diharapkan keterampilan menulis teks percakapan siswa dapat meningkat.

D.Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian dengan model Kemmis dan Mc. Taggart atau model spiral. Langkah-langkah PTK model Kemmis dan Mc. Taggart berupa siklus dengan setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi yang dipandang sebagai satu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan.


(41)

41 Siklus I

Siklus II

Gambar 2.

Model Penelitian Tindakan Kemmis & Mc. Taggart

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan dua siklus. Siklus I dan siklus II dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 6 jam pelajaran. Jika keterampilan menulis teks percakapan siswa belum mengalami peningkatan, maka tim peneliti akan melanjutkan ke siklus berkutnya. Setiap siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas ini memuat tiga tahap yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan dan observasi, dan 3) refleksi.

Perencanaan tindakan dalam penelitian ini ditetapkan sesuai dengan desain penelitian tersebut. Berikut penjelasan tahap-tahap dalam setiap siklus.

1. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan ini dimulai dari penemuan masalah dan kemudian merancang tindakan yang akan dilakukan. Secara lebih rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

a. Menemukan masalah penelitian yang ada di lapangan. Pada tahap ini dilakukan melalui diskusi dengan guru kelas dan observasi di dalam kelas.

4

5 2

1

3

6

Keterangan: Siklus I

1. Perencanaan I

2. Tindakan dan observasi I 3. Refleksi I

Siklus II

4. Perencanaan II

5. Tindakan dan observasi II 6. Refleksi II


(42)

42

b. Mencari solusi permasalahan. Pada tahap ini, peneliti dan guru bekerjasama untuk merancang gambar seri yang dipilih sebagai media dalam pembelajaran menulis teks percakapan.

c. Menjelaskan pembelajaran menulis dengan media gambar seri dalam pembelajaran menulis teks percakapan pada guru kelas sebagai kolaborator. Misalnya menjelaskan rencana tindakan yang akan dilakukan pada siklus I:

1) guru membacakan suatu teks percakapan di depan kelas,

2) melakukan tanya jawab mengenai teks percakapan yang telah dibacakan oleh guru,

3) menjelaskan beberapa hal penting dalam membuat teks percakapan, 4) jika siswa tidak mengalami kesulitan dalam tahap membuat teks

percakapan, guru menuliskan tema atau judul teks percakapan,

5) setelah itu guru menunjukkan sebuah gambar seri yang telah diurutkan sebelumnya dengan cara menempelkannya di papan tulis,

6) siswa mengamati gambar seri dan menuliskan kalimat yang sesuai dengan gambar seri tersebut.

7) guru mulai menentukan tema dalam membuat teks percakapan yang akan diberikan kepada siswa untuk dikerjakan secara berkelompok. d. Pada saat siswa sudah mulai menulis teks percakapan, guru kelas

bertindak sebaga fasilitator bukan sebagai pusat pembelajaran. Guru berkeliling untuk membantu dan mengarahkan siswa dalam penggunaan


(43)

43

media gambar seri agar hasil teks percakapan yang mereka buat dapat maksimal.

e. Menyusun langkah-langkah pembelajaran menulis mulai dari siklus I sampai dengan siklus II. Penyusunan langkah-langkah pembelajaran ini bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam pelaksanaannya. f. Merancang instrumen sebagai pedoman observasi dan penilaian dalam

pelaksanaan pembelajaran menulis. 2. Tahap pelaksanaan tindakan dan observasi

a. Pelaksanaan tindakan.

Dalam pelaksanaan tindakan, dilakukan pemecahan masalah sebagaimana yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan skenario pembelajaran yang telah direncanakan pada tahap perencanaan, yaitu tindakan dipandu oleh perencanaan yang telah disusun secara rasional. Sehingga sifat skenario tindakan adalah fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam pelaksanaannya. Dengan kata lain, tindakan bersifat tidak tetap dan dinamis, serta memerlukan keputusan cepat erhada sesuatu yang perlu dilakukan.

b. Tahap observasi.

Observasi dilaksanakan untuk mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Pada tahap pengamatan dilakukan perekaman data oleh seorang pengamat atau observer yang meliputi proses dan hasil pelaksanaan tindakan. Perekaman data ini bertujuan untuk


(44)

44

mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan melakukan refleksi yang lebih kritis. Pengaruh tindakan yang disengaja maupun tidak, situasi tempat dan kendala tindakan dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka.

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan. Pengamatan dilakukan kepada guru dan siswa pada sebelum, saat, dan sesudah dilasanakan tindakan. Data yang diambil adalah data tentang proses perubahan kinerja pembelajaran akibat perlakukan tindakan (keberhasilan proses) dan hasil kegiatan pembelajaran setelah pelaksanaan (keberhasilan produk).

3. Tahap refleksi

Menurut Suwarsih Madya (2011:63), yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Kegiatan refleksi berguna untuk mengatasi permasalahan dengan merubah perencanaan sebelumnya sesuai dengan apa yang timbul di lapangan. Kegiatan refleksi mencakup kegiatan analisis, interpretasi, dan evaluasi atas informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi (Kasihani Kasbola, 1998:100).

Setelah data hasil belajar siswa diperoleh, peneliti dapat merefleksikan dengan melihat data observasi sejauh mana kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan penguasaan siswa dalam pembelajaran. Hasil analisis data akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus II.


(45)

45 E.Metode Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (2005:100) mengartikan metode pengumpulan data sebagai cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, data bersumber dari guru, siswa dan pembelajaran menulis teks percakapan di kelas IV B SD Negeri Tukangan. Jenis-jenis teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, tes, dan catatan harian (Wina Sanjaya, 2012:85-86). Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tes

Tes instrumen pengumpulan data digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dala aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi pembelajaran (Wina Sanjaya, 2012:99). Dalam penelitian ini soal tes yang digunakan berbentuk uraian. Instrumen tes dibuat peneliti dengan menggunakan kriteria tertentu, bahwa butir soal yang diujikan sesuai dengan silabus dan dikonsultasikan dengan guru kelas IV B SD Negeri Tukangan.

2. Catatan harian (field note)

Catatan harian menurut Wina Sanjaya (2011:79) adalah instrumen untuk mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh guru. Deskripsi dalam catatan harian ini mencakup referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, ketertarikan akan penggunaan media gambar seri, perilaku kurang perhatian, atau kesulitan siswa yang tidak disadari oleh guru.


(46)

46 3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan berkas-berkas seperti daftar siswa, daftar nilai tes keterampilan menulis, dan berbagai foto kegiatan pembelajaran menulis teks percakapan pada siswa kelas IV B SD Negeri Tukangan. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melakukan mengamatan tentang semua tindak belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis dengan media gambar seri.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2005:101), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Sugiyono (2011:148) berpendapat bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi atau fenomena alam dan sosial yang berkaitan dengan variabel yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aspek penilaan Rofi’uddin, dimana penilaian karangan dilakukan secara holistik. Teknik penilaian holistik bersifat impresif (berdasarkan kesan penilai). Penilaian per aspek dilakukan dengan cara menilai bagian-bagian karangan (Rofi’uddin, 2001:190-191).


(47)

47

Tabel 1. Kisi-kisi Aspek Penilaian Menulis

No Aspek yang dinilai Skor maksimal

1 Isi gagasan yang dikemukakan 30

2 Organisasi isi 25

3 Struktur tatabahasa 20

4 Penggunaan struktur 15

5 Ejaan dan tanda baca 10

Jumlah 100

Tabel 2. Deskripsi Rentang Nilai Menulis Teks Percakapan Menurut Burhan Nurgiyantoro (2009:307-308) yang Telah Dimodifikasi.

Unsur Indikator Skor Keterangan

I S I

Padat informasi, substansif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas.

27-30 Baik sekali

Informasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbatas, relevan dengan masalah tetapi tak lengkap.

24-26 Baik

Informasi terbatas, substansi kurang, pengembangan tesis tak cukup, permasalahan tak cukup.

21-23 Cukup

Tak berisi, tak ada substansi, tak ada pengembangan tesis, tak ada permasalahan.

18-20 Kurang

O R G A N I S A S I

Ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif.

22-25 Baik sekali

Kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan logis tetapi tak lengkap.

19-21 Baik

Tak lancar, gagasan kacau, terpotong-potong, urutan dan pengembangan tak logis.

16-18 Cukup

Tak komunikatif, tak terorganisir, tak layak nilai.

13-15 Kurang

T A T A B A

Konstruksi komplek tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan.

17-20 Baik sekali

Konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tak kabur.


(48)

48 H

A S A

Terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur.

11-13 Cukup

Tak menguasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tak komunikatif, tak layak nilai.

7-10 Kurang

S T R U K T U R

Pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata.

12-15 Baik sekali

Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tak mengganggu.

9-11 Baik

Pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.

6-8 Cukup

Pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosa kata rendah, tak layak nilai.

2-5 Kurang

E J A A N

Menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan.

8-10 Baik sekali Kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan

tetapi tak mengaburkan makna.

5-7 Baik Sering terjadi kesalahan ejaan, makna

membingungkan atau kabur.

3-4 Cukup Tak menguasai aturan penulisan, terdapat

banyak kesalahan ejaan, tulisan tak terbaca, tak layak nilai.

1-2 Kurang

G.Teknik Analisis Data

Analisi data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah analisis data kuantitatif. Analisis data kuantitatif merupakan data penelitian yang berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. (Sugiyono, 2011:13).


(49)

49

Analisis data dilakukan sejak awal hingga akhir pengumpulan data. Analisis data kuantitatif digunakan untuk memperoleh perhitungan presentase rerata (mean) hasil tes siswa pada saat tindakan dilakukan. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif yaitu dengan mencari rerata. Menurut Sudjana (2005:67), rumus untuk mencari rerata adalah sebagai berikut.

x

=

i

x

Keterangan:

x = Mean (rata-rata)

xi= Jumlah data ke-i

n = Banyak data

Indikator yang digunakan dalam mengambil rata-rata dari huruf, dengan melihat peningkatan hasil tes siswa disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3. Skala Penilaian Hasil Tes Siswa.

Angka Keterangan

85 – 100 Baik sekali (BS)

70 – 84 Baik (B)

55 – 69 Cukup (C)

40 – 54 Kurang (K)

H.Kriteria Keberhasilan

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan penelitian tindakan ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan. Dengan adanya tindakan yang dilakukan secara simultan maka diharapkan ada peningkatan nilai yang signifikan tiap siklus. Standar yang digunakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika nilai rerata kelas sama atau lebih besar


(50)

50

dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk siswa kelas IV B Sekolah Dasar Negeri Tukangan yaitu 70.


(51)

51 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pelaksanaan penelitian pada siswa kelas IV B SD Negeri Tukangan Yogyakarta dalam pembelajaran menulis teks percakapan dengan menggunakan media gambar seri dapat dideskripsikan sebagai berikut.

A.Hasil Penelitian 1. Deskripsi Prasiklus

a. Perencanaan Prasiklus

Perencanaan prasiklus dilakukan untuk mengetahui kondisi awal kelas. Dalam perencanaan ini, peneliti dengan guru kelas sepakat untuk mengamati pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis teks percakapan pada kelas IV B. Langkah-langkah perencanaan prasiklus adalah sebagai berikut. 1). Peneliti bersama guru menentukan jadwal pelaksanaan prasiklus.

2). Peneliti menyiapkan lembar observasi untuk guru dan siswa untuk memantau kegiatan pembelajaran di kelas.

3). Peneliti dan guru menentukan tema yang akan digunakan dalam pembelajaran.

b. Pelaksanaan Prasiklus

Pelaksanaan prasiklus dilakukan pada hari Sabtu, 20 Oktober 2012. Alokasi waktu yang tersedia yaitu 2 jam pelajaran (60 menit). Tema yang dipilih dalam pembelajaran menulis teks percakapan adalah kerjasama. Kegiatan inti dari pertemuan ini adalah sebagai berikut.


(52)

52

2). Siswa membuka buku paket Bahasa Indonesia.

3). Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai dialog dan monolog pada teks percakapan.

4). Siswa mendengarkan pencakapan pendek yang dibacakaan oleh guru. 5). Siswa melengkapi percakapan yang ada di buku paket.

6). Guru berkeliling membimbing siswa yang belum paham.

Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru menutup pelajaran dengan salam dan memberikan perintah pada siswa untuk mengganti buku pelajan berikutnya.

c. Observasi Prasiklus

Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa pada pelaksanaan prasiklus.

Kegiatan guru

Guru menjelaskan materi dengan runtut. Penjelasan guru pada prasiklus ini memuat dialog dan monolog pada teks percakapan. Bahasa yang digunakan sudah baku, namun ada beberapa kalimat tidak baku yang dilontarkan oleh guru. Penggunaan waktu sudah cukup baik, tetapi gerak guru hanya terpaku di depan kelas.

Guru tidak menggunakan media saat mengajar kecuali dengan buku paket. Guru juga belum bertanya kepada siswa tentang materi yang dajarkan sehingga pembelajaran terkesan hanya searah. Teknik penguasaan kelas belum menyeluruh, masih banyak siswa yang mengobrol dengan teman sebangku.


(53)

53 Kegiatan siswa

Pada awal pembelajaran, siswa terlihat cukup tenang dan kondusif dalam mengikuti pelajaran, namun ketika guru mulai menjelaskan materi, siswa di bagian belakang terlihat sibuk sendiri. Dalam pembelajaran menulis teks percakapan pada prasiklus ini, tidak ada siswa yang aktif. Siswa hanya menunggu perintah guru, bahkan kondisi kelas tidak terkendali ketika guru meminta siswa untuk melengkapi percakapan yang ada pada buku paket. Kondisi siswa mulai kondusif kembali ketika guru memperingatkan siswanya dengan keras.

d. Refleksi dan Revisi Prasiklus 1) Refleksi

Setelah dilaksanakan prasiklus, terdapat beberapa kesalahan siswa dalam menulis teks percakapan. Kesalahan ini mencakup: (1) kesukaran penulisan huruf kapital, misalnya Pak Ahmad ditulis pak ahmad, Feri ditulis feri, sedang ditulis seDang, sudah ditulis suDah, lalat ditulis Lalat, dan masih banyak lagi selain itu, huruf pada awal kalimat yang seharusnya ditulis dengan huruf besar, namun siswa selalu menggunakan huruf kecil, (2) kesalahan dalam penulisan kata, misalnya ya ditulis yaa, selokan ditulis sekokan, sabit ditulis sarit, dan masih banyak lagi, (3) kesalahan penulisan singkatan, misalnya yang ditulis yg, dalam ditulis dlm, (4) penggunaan kata tidak baku, misalnya dong, arit, got, dan lain-lain, (5) ketidak tepatan dalam penggunaan tanda baca koma, titik pada akhir kalimat, tanda tanya dan tanda seru, serta tanda petik pada awal dan akhir kalimat percakapan, (6) kesalahan penulisan paragraf dalam menulis


(54)

54

kalimat teks percakapan, (7) kesalahan pemenggalan kata, misalnya bersama ditulis ber sama, keluar ditulis ke luar, sudah selesai ditulis sudahselesai, (8) kesukaran dalam menggunakan kata hubung, misalnya cangkul dan sabit ditulis cangkul sama sabit, (9) isi tidak sesuai dengan tema yang diberikan oleh guru, dan (10) tata letak tulisan tidak menjorok sesuai dengan kaliat di atasnya, tetapi lurus dengan garis tepi buku.

Hasil menulis teks percakapan pada prasiklus dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Hasil Keterampilan Menulis Teks Percakapan Prasiklus Kelas Jumlah Siswa

27

Nilai Rata-rata Pembelajaran Menulis

Teks Percakapan Tuntas Belum Tuntas

IV B 7 20 64

2) Revisi

Revisi yang dilakukan untuk memperbaiki masalah tersebut yaitu:

a) guru lebih melibatkan siswa dalam menjelaskan materi agar siswa tidak sibuk bercanda atau mengobrol dengan teman sebangku,

b) guru mengajar dengan mangunakan media gambar seri, c) pemilihan media dipilih sesuai dengan tema,

d) tambahan penjelasan megenai kata baku, huruf kapital, dan tanda baca, dan e) gerak guru dalam mengajar perlu diperluas.


(55)

55 2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Tahap pertama dalam penelitian tindakan ini adalah perencanaan. Perencanaan dilakukan oleh peneliti dan guru kelas IV B. Langkah-langkah perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut. 1). Peneliti bersama guru kelas IV B membuat kesepakatan untuk menetapkan

jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Penelitian diadakan setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu sesuai dengan jadwal mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV B.

2). Peneliti bersama dengan guru kelas IV B menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia, materi menulis teks percakapan dengan kompetensi dasar yaitu melengkapi percakapan yang belum selesai dengan memperhatikan penggunaan ejaan (tanda titik dua, tanda petik, dan tanda baca lainnya).

3). Peneliti dan guru sebagai kolaborator memilih tema yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan pada pertemuan pertama siklus I.

4). Peneliti mempersiapkan catatan lapangan yang digunakan untuk mengetahui kondisi serta proses pembelajaran selain itu, catatan ini berguna untuk memantau kondisi siswa maupun guru.

5). Peneliti memersiapkan media gambar seri yang sesuai dengan materi melengkapi teks percakapan. Gambar seri disiapkan sesuai dengan kebutuhan siswa.


(56)

56 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 April 2013 dengan durasi waktu 2 jam pelajaran (60 menit). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan dalam penelitian ini adalah RPP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Tema dalam RPP ini adalah Disiplin. Pada penelitian ini, peneliti lebih menekankan pembelajaran menulis teks percakapan dengan jenis kegiatan melengkapi teks percakapan yang masih rumpang sesuai dengan gambar seri. Kegiatan inti dari pertemuan ini adalah sebagai berikut.

1). Siswa mendengarkan penjelasan mengenai ejaan dalam menulis teks percakapan. Penjelasan ini memuat contoh kalimat yang baku.

2). Guru menunjuk dua orang siswa untuk menempelkan gambar seri di papan tulis.

3). Siswa mengamati gambar seri yang telah ditempelkan di papan tulis. 4). Siswa mendengarkan teks percakapan pendek yang isinya sesuai dengan

gambar seri tersebut.

5). Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai isi teks percakapan yang telah dibacakan.

6). Setelah melakukan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal menulis teks percakapan. Soal tersebut memuat gambar seri yang masih acak dan teks percakapan yang masih rumpang. Siswa mengurutkan gambar seri yang masih acak kemudian melengkapi teks percakapan sesuai dengan gambar seri yang telah diurutkan.


(57)

57

7). Setelah selesai mengurutkan dan melengkapi, siswa maju untuk mempresentasikan hasil tulisannya.

8). Siswa dan guru membahas beberapa hasil tulisan siswa yang telah dibacakan di depan kelas.

Pada kegiatan akhir pembelajaran, siswa mengumpulkan hasil pekerjaan masing-masing di meja guru untuk dinilai. Dalam hal ini, peneliti yang menilai pekerjaan siswa karena nilai menulis teks percakapan akan dianalisis untuk mengetahui peningkatan hasil menulis teks percakapan dengan media gambar seri. Terakhir sebelum menutup pelajaran, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk berlatih menulis yang baik di sekolah maupun di rumah.

Pada siklus I pertemuan pertama, dilakukan pengambilan data dari hasil belajar siswa melalui tes (soal menulis teks percakapan). Tes ini dikerjakan oleh siswa secara individu. Hasil belajar dari 27 siswa kelas IV B SD Negeri Tukangan Yogyakarta yang dinyatakan tuntas belajar sebanyak 7 orang siswa atau 25,93%, sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 20 siswa atau 74,07%. Data hasil tes keterampilan menulis teks percakapan pada siklus I pertemuan pertama dapat dilihat pada lampiran halaman 163. Berikut adalah tabel tingkat keberhasilan siswa dalam menulis teks percakapan pada siklus I pertemuan pertama.


(1)

90

Keberhasilan hasil yang dicapai pada penilitian ini dapat dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata menulis yang terjadi pada tiap siklus pada penelitian ini. Jumlah siswa yang tuntas KKM juga semakin meningkat pada tiap siklusnya. Hasil pencapaian KKM pada siklus II mencapai 96,30% siswa telah mencapai KKM.

Keberhasilan proses yang dicapai setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran keterampilan menulis teks percakapan menggunakan media gambar seri dapat dibuktikan dengan kegiatan pembelajaran menulis teks percakapan siswa yang berbeda dari kegiatan pembelajaran sebelum dilaksankannya tindakan.

Pada kondisi awal, aktivitas siswa dan guru belum maksimal. Semangat siswa dalam belajar juga masih rendah. Setelah dilaksanakan tindakan, aktivitas guru dan siswa meningkat pada setiap siklusnya. Rasa antusias dan motivasi siswa dalam menulis teks percakapan lebih meningkat dan siswa juga paham dengan materi yang diajarkan oleh guru mengenai menulis teks percakapan. Penjelasan, pengawasan, dan bimbingan guru juga lebih baik dan menyeluruh sehingga aktivitas guru juga semakin meningkat. Hal ini berdampak pada proses pembelajaran yang aktif dan efektif.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tiap siklus, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini sudah berhasil mencapai indikator yang telah direncanakan yaitu nilai rata-rata menulis teks percakapan siswa sama dengan atau lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV B SD Negeri Tukangan yaitu 70. Hasil observasi juga


(2)

91

menunjukkan peningkatan yang dapat dilihat melalui aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran menulis teks percakapan yang aktif, sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus II.


(3)

92 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis teks percakapan menggunakan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis teks percakapan pada siswa kelas IV B SD Negeri Tukangan Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas guru dan siswa yang meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I, rasa antusias dan motivasi siswa dalam menulis teks percakapan cukup baik, namun perhatian siswa dalam proses pembelajaran masih kurang baik. Beberapa siswa masih terlihat ramai. Pada siklus II, rasa antusias dan motivasi siswa lebih meningkat, siswa juga paham dengan materi yang diajarkan oleh guru mengenai menulis teks percakapan. Perhatian siswa sudah baik dan focus pada proses pembelajaran menulis teks percakapan. Penjelasan, pengawasan, dan bimbingan guru juga lebih baik dan menyeluruh sehingga aktivitas guru juga semakin meningkat. Selain aktivitas guru dan siswa, hasil menulis teks percakapan siswa juga mengalami peningkatan.

Nilai rata menulis teks percakapan pada pra siklus 64,25. Nilai rata pada siklus I meningkat sebesar 5,64 menjadi 69, 89, sedangkan nilai rata-rata pada siklus II meningkat 15,89 menjadi 80,14. Persentase pencapaian KKM dalam menulis teks percakapan pada pra siklus 25,92%. Persentase pencapaian KKM pada siklus I meningkat sebesar 18,53% menjadi 44,45%, sedangkan persentase pencapaian KKM pada siklus II meningkat sebesar 70,38% menjadi 96,30%.


(4)

93 B.Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa

Setelah mengetahui hasil keterampilan menulis teks percakapan, siswa dapat menggunakan media gambar gambar seri dalam menulis teks percakapan sehingga keterampilan menulis siswa dapat meningkat.

2. Bagi guru

Setelah mengetahui hasil keterampilan menulis teks percakapan ini, guru dapat:

a) mengimplementasikan media gambar seri dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis teks percakapan.

b) mengembangkan media gambar seri agar lebih kreatif dan tepat guna. c) meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran. 3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada keterampilan menulis teks percakapan di SD Negeri Tukangan Yogyakarta.

C.Keterbatasan Penelitian

Media gambar seri yang digunakan tidak berwarna serta belum diujikan validitasnya.


(5)

94

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi. (1998). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti.

Arief S. Sadiman, dkk. (2009). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Asri Budiningsih, C. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Azhar Arsyad. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Basuki Wibawa & Farida Mukti. (1992/1993). Media Pengajaran. Jakarta:

Depdikbud.

Budiono. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung. Burhan Nurgiyantoro. (2009). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Dadan Djuanda. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan. Jakarta: Dirjen Dikti.

Daeng Nurjamal, dkk. (2001). Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta. Halliday. (2002). Text and Discourse. New York: Continuum.

Haryadi & Zamzani. (1996/1997). Peningkatan Keterampilan Berbasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Iskandarwassid, Dadang Sunendar. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

_______. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Iwan A. Sunarya._____. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Sidoarjo: Duta Aksara Semesta.

Kasihani Kasbolah. (1998). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud.

Mudrajad Kuncoro. (2009). Mahir Menulis. Jakarta: Erlangga.

Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.


(6)

95

Sabarti Akhadiah, dkk. (1992/1993). Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Dirjen Dikti. _______. (1992/1993). Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Dirjen Dikti.

Saleh Abbas. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Dikti.

Soemarjadi. (1991/1992). Pendidikan Keterampilan. Jakarta: Dirjen Dikti.

Subana & Sunarti. (2000). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

_______. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

_______. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suwarsih Madya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta. Syafi’ie, I. 1998. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Umri Nur’aini, Indriyani. (2008). Bahasa Indonesia untuk SD Kelas 4. Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas.

Wina Sanjaya. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Zainurrahman. (2011). Menulis: Dari Teori Hingga Praktik. Bandung: Alfabeta. Zulfahnur Z.F, dkk. (1997). Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI PAGUYANGAN 01 KABUPATEN BREBES

0 12 244

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Crewek Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Tahun A

1 2 18

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI PADA Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Penggunaan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Premulung Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

0 2 16

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI PADA Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Penggunaan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Premulung Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 12

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MEDIA GAMBAR SERI Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Jatipurwo Wonogi

0 0 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DIALOG PERCAKAPAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN GAMBAR SERI Peningkatan Keterampilan Menulis Dialog Percakapan Melalui Media Pembelajaran Gambar Seri Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Ii Bowan Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 2 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DIALOG PERCAKAPAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN GAMBAR SERI Peningkatan Keterampilan Menulis Dialog Percakapan Melalui Media Pembelajaran Gambar Seri Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Ii Bowan Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 3 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MELALUI GAMBAR SERI SISWA KELAS IV SD NEGERI BAKALAN SEWON BANTUL.

0 5 153

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA FILM KARTUN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA.

0 5 170

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BAKALAN SEWON BANTUL YOGYAKARTA.

0 0 156