PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BAKALAN SEWON BANTUL YOGYAKARTA.

(1)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BAKALAN

SEWON BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Aser Rumbiak NIM 11108249003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii


(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)


(6)

vi

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan doa dan kasih sayang. 2. Almamater tercinta Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

vii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD

NEGERI BAKALAN SEWON BANTUL YOGYAKARTA

Oleh : Aser Rumbiak NIM 11108249003

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita menggunakan media gambar siswa kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaborasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB Sekolah Dasar (SD) Negeri Bakalan yang berjumlah sebanyak 23 orang siswa. Objek penelitian ini yaitu keterampilan menulis cerita. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian ini keterampilan menulis cerita dapat ditingkatkan dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran yaitu dengan cara menempelkan gambar di depan papan tulis dan siswa mengamati tentang gambar yang sudah ditempelkan, kemudian siswa menulis cerita berdasarkan media gambar tersebut keterampilan menulis cerita meningkat. Hasil ini dapat dilihat dari nilai awal siswa rata-ratanya yaitu 64,34, setelah tindakan siklus I nilai rata-ratanya meningkat yaitu 68,36 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat yaitu 80,80.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Tuhan Yang Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya semata sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Menggunakan Media Gambar Siswa Kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul Yogyakarta” dengan baik.

Penyusunan skripsi in dapat di bantu dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis dapat mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah meberikan kesempatan dalam menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang memberikan pesetujuan kepada peneliti atas pelaksanaan penelitian skripsi ini.

3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan, Univrsitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian ini. 4. Ketua Jurusan PSD yang telah memotivasi dalam penulisan sikripsi. 5. Ibu Murtiningsih, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meberikan waktu, pikiran, petunjuk, arahan dan bimbingan yang sangat baik sehingga penulis dapat melaksanakan sikripsi dengan lancar.

6. Bapak dan Ibu desen PSD yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Kepala Sekolah SD Negeri Bakalan yang telah memberikan izin penelitian.


(9)

ix

8. Ibu Suprapti, S.Pd selaku Guru Kelas IV SD Negeri Bakalan yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

9. Bapak dan Ibu guru SD Negeri Bakalan yang telah banyak membantu dalam penelitian.

10.Siswa kelas IV SD Negeri Bakalan yang telah bersedia sebagai subjek dalam penelitian ini.

11.Teman-teman kelas PPGT angkatan 2011 yang telah memberikan bantuan dan motivasi.

12.Semua pihak yeng selalu membantu dalam penyusunan sikripsi ini yang tidak bisa peneliti dapat menyebutkan satu persatu.

13.Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kekuatan dan kesehatan dalam hidup agar semua yang di inginkan dapat di selesaikan dengan baik nanti. Amin.

Yogyakarta, 9 Juni 2015 Peneliti


(10)

x

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Keterampilan Menulis Cerita ... 9

1. Pengertian Keterampilan menulis cerita ... 9

2. Pengertian Menulis ... 11

3. Tujuan Menulis ... 14

4. Manfaat Menulis ... 16


(11)

xi

6. Pengertian Cerita ... 18

a. Ciri-ciri cerita ... 19

b. Tujuan Bercerita ... 20

c. Jenis-Jenis Cerita ... 21

d. Unsur-Unsur Cerita ... 24

e. Manfaat Bercerita ... 29

f. Langkah-Langkah Menulis Cerita ... 29

7. Pengertian Media ... 30

8. Jenis Media ... 32

9. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran ... 35

10. Pengertian dan Fungsi Media Gambar... 37

11. Pertimbangan Pemilihan Media Gambar ... 41

12. Media Gambar ……... 42

13. Kriteria Pemilihan Media Gambar ... 46

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 47

C. Kerangka Pikir ... 48

D. Hipotesis ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Desain Penelitian ... 51

C. Waktu dan Setting Penelitian ... 53

D. Subjek dan Objek Penelitian ... 53

E. Metode Pengumpulan Data ... 54

F. Instrumen Penelitian ... 55

G. Rancangan Penelitian ... 58

H. Teknik Analisis Data ... 62

I. Kriteria Keberhasilan ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 64

B. Deskripsi Hasil Penelitian ………... 64


(12)

xii

2. Siklus I ... 66

3. Siklus II ... 75

C. Pembahasan ... 84

D. Keterbatasan Penelitian ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN


(13)

xiii DAFTAR TABEL

Hal

Tebel 1. Kisi-kisi keterampilan menulis cerita siswa kelas IV …………. 56

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 57

Tabel 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Cerita ……….. 61

Tabel 4. Hasil Tes Awal Menulis Cerita ... 65

Tabel 5. Hasil Menulis Cerita Pada Siklus I ... 71

Tabel 6. Perbandingan Ketuntasan Menulis Pada Tes Awal Dan Siklus I .. 72

Tabel 7. Hasil Menulis cerita siswa kelas IV Pada Siklus II ... 79

Tabel 8. Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menulis cerita Pada Siklus I Dan II ... 80


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 49 Gambar 2. Alur PTK Model Kemmis Dan Mc Taggart ... 51 Gambar 3. Histogram Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Siswa

Kelas IV ... 72 Gambar 4. Histogram Keterampilan Menulis Cerita Siswa Kelas IV ... 81 Gambar 5. Histogram Keterampilan Menulis Cerita Siswa Kelas IV ... 82


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ... 93

Lampiran 2. Daftar Siswa Kelas IV SDN Bakalan ... 94

Lampiran 3. Kisi-kisi keterampilan menulis cerita siswa kelas VI ……... 95

Lampiran 4. Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Anak ... 96

Lampiran 5. Lembar Observasi Aktifitas Siswa ... 97

Lampiran 6. Hasil Observasi Aktifitas Siswa siklus I ... 98

Lampiran 7. Hasil Observasi Siswa Siklus II ... 99

Lampiran 8. Hasil Tes Awal Keterampilan Menulis Cerita Siswa Kelas I ... 100

Lampiran 9. Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pertemuan Pertama Siklus I ... 101

Lampiran 10. Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pertemuan Kedua Siklus I ... 102

Lampiran 11. Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pertemuan Pertama Siklus II ... 103

Lampiran 12. Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pertemuan Kedua Siklus II ... 104

Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Penilaian Menulis Cerita Tiap Aspek Siswa Kelas IV ... 105

Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pada Awal Dan Siklus I ... 106

Lampiran 15. Rekapitulasi Hasil Tes Cerita Pada Siklus II ... 107

Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 108

Lampiran 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 118

Lampiran 18. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama Siklus I ... 127

Lampiran 19. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Kedua Siklus I ... 128

Lampiran 20. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama Siklus II ... 129

Lmapiran 21. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Kedua Siklus II ... 130

Lampiran 22. Hasil Kerja Siswa Menulis Cerita ... 131


(16)

xvi

Lampiran 24. Surat Melaksanakan Penelitian ………. 136 Lampiran 25. Surat Keterangan Konsultasi Ahli Instrumen ……….. 137 Lampiran 26. Surat Persetujuan Permohonan Review Instrumen ……….. 138 Lampiran 27. Surat Ijin Penelitian Sekretariat Daerah Yogyakarta ……. 139 Lampiran 28. Surat Keterangan Pemerintah Kabupaten Bantul ………… 140


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan cara yang dapat di tempuh oleh manusia dalam mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. Melalui pendidikan, manusia akan terbentuk menjadi pribadi dan masyarakat yang terdidik dengan memiliki kecerdasan intelegensi, emosional, dan spiritual terbentuk dalam aktivitas yang terampil kreatif dan inovatif. dalam satu usaha pemerintah dalam meningkatkan pendidikan yang berkualitas yaitu melalui perbaikan di berbagai sektor pendidikan, khususnya yang menyangkut kualitas pendidikan. Berdasarkan hal tersebut di atas pemerintah mempunyai tanggung jawab besar meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia sebagai mana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD 1945) berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 BAB I ketentuan umum pasal 1 (2006: 2) menyebutkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”

Sejalan dengan hal di atas, maka pendidikan adalah usaha sadar dan terencana guna mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, dan semua keterampilan yang dibutuhkan untuk dirinya, masyarakat bangsa, dan negara dimana hal tersebut secara tersirat sudah menjadi tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam suatu upaya


(18)

2

untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut melalui pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Adapun, empat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. (Tarigan, 1981: 1)

Menurut pendapat Burhan Nurgiantoro (2001: 273), menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata tulis, dan struktur bahasa. Antar Semi (1993: 47), mengartikan keterampilan menulis sebagai tindakan memindahkan pikiran dan perasaan kedalam bahasa tulis dengan menggunakan lambang-lambang bahasa.

Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2006: 1-3), menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu. Menulis dikatakan keterampilan karena diperlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus menerus.

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang memberikan pengelaman belajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil pembelajaran bahasa khususnya menulis cerita selama ini belum mencapai seperti yang diharapkan. Pengajaran keterampilan menulis merupakan bagian integral dari pengajaran bahasa Indonesia yang


(19)

3

memberikan tujuan agar siswa mampu menuangkan gagasan dalam bahasa tulis yang baik.

Pada hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita siswa kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul prestasi belajar dalam menulis cerita masih rendah di bandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Permasalahan dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita ditemui pada siswa kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul. Situasi dan kondisi belajar yang menempatkan siswa dalam keadaan pasif, aktifitas belajar mengajar guru masih kurang mengunakan alat peraga atau media pembelajaran menulis cerita.

Keterampilan menulis cerita dirasakan penting untuk diteliti di SD Negeri Bakalan Sewon Bantul, karena sampai sekarang masih banyak keluhan dari beberapa guru, bahwa keterampilan menulis cerita siswa masih belum maksimal. Padahal menulis merupakan bagian yang vital untuk bagian dari pendidikan, karena menulis adalah dasar untuk berpikir. Kebutuhan menulis cerita merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap orang yang terlibat dalam kegitan sosial, ekonomi teknologi dan lain-lain.

Berdasarkan pernyataan di atas juga ditambah dengan nilai mata pelajaran bahasa Indonesia di Kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul masih kurang. Pembelajaran keterampilan menulis cerita di SD Negeri Bakalan Sewon Bantul jarang menggunakan media gambar. Guru menggunakan media gambar tetapi belum digunakan secara maksimal, disamping itu, dalam pembelajaran menulis cerita siswa masih banyak


(20)

4

mempunyai kesulitan dalam pemilihan kata/diksi, siswa membuat struktur kalimat belum tepat, dan siswa masih melakukan kesalahan dalam menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang tepat. Guru tidak memberikan contoh cerita sehingga pengembangan dalam pembelajaran menulis cerita masih rendah. Berdasarkan pernyataan di atas mengakibatkan proses pembelajaran tidak menarik dan membosankan.

Menulis sebagai salah satu aspek kemampuan berbahasa wajib dikuasai dan dimiliki oleh siswa menurut Henry Guntur Tarigan (1987: 187) bahwa pelajar dituntut terampil menulis. Siswa harus dapat menulis suatu cerita. Ketidakmampuan siswa menggunakan kosakata yang benar seperti dalam menulis cerita, sehingga siswa masih banyak kesalahan. Aspek-aspek kesalahan meliputi: bidang ejaan, diksi, kalimat dan pengorganisasian paragraf. Kesalahan-kesalahan itu pada umumnya merupakan kesalahan yang tergolong dalam kesalahan menulis, yaitu disebabkan oleh ketidaktahuan akan pembatasan kaidah, dan penerapan kaidah yang tidak sempurna.

Pada umunya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas oleh guru untuk menulis cerita. Siswa masih mangalami kesulitan dalam menyusun kalimat, kurang memahami unsur cerita, guru jarang menggunakan media gambar dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita secara maksimal,siswa kurang tertarik dalam menulis cerita karena media gambar digunakan oleh guru kurang menarik, nilai menulis cerita yang diperoleh siswa masih rendah. Kesulitan tersebut menyebabkan siswa kurang mampu


(21)

5

menyampaikan pikiran, gagasan dengan baik sehingga siswa menjadi enggan menulis cerita.

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis cerita. Menerapkan suatu keadaan yang membangkitkan semangat siswa untuk belajar menulis cerita sehingga tercipta ide yang mampu membangun kemampuan berpikir siswa. Suatu cara untuk membangkitkan semangat menulis cerita pada media gambar yang efektif untuk menunjang kegiatan pembelajaran.

Dalam mengatasi hal tersebut di atas, perlu diupayakan bentuk pembelajaran menulis yang lebih memberdayakan siswa, yakni pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Media gambar dijadikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita. Media gambar dalam menulis cerita diharapkan dapat membantu siswa dalam memecahkan suatu permasalahan dan membereskan peluang siswa untuk menemukan ide, gagasan, pendapat dan pengetahuan secara tertulis serta siswa memiliki kegemaran menulis.


(22)

6 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, diketahui bahwa masalah rendahnya keterampilan menulis cerita disebabkan oleh beberapa faktor yakni.

1. Siswa masih mengalami kesulitan menyusun kata-kata dalam menulis cerita.

2. Siswa kurang memahami unsur cerita.

3. Dalam pembelajaran menulis cerita guru jarang menggunakan media gambar secara maksimal.

4. Siswa kurang tertarik dalam menulis cerita karena dalam pembelajaran menulis kurang menggunakan media yang menarik.

5. Nilai menulis cerita pada siswa masih rendah. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada meningkatan proses pembelajaran menulis cerita, dan meningkatkan keterampilan menulis cerita menggunakan media gambar, siswa kelas IV SD Negeri Bakalan.

D. Rumusan Masalah

Memperhatikan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini, dibatasi seperti berikut.

Bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis cerita menggunakan media gambar pada siswa kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul.


(23)

7 E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas peneliti ini bertujuan untuk: Meningkatkan keterampilan menulis cerita melalui media gambar siswa pada kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul

F. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoretis

Manfaat penelitian secara teoretis diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai salah satu bahan pertimbangan

dalam pembelajaran menulis cerita.

b. Kesesuaian mengajar terkait dalam pembelajaran menulis cerita. 2. Manfaat praktis

Hasil penelitian secara praktis diharapkan bermanfaat, seperti berikut: a. Siswa

Hasil penelitian dapat meningkatkan semangat kepada siswa agar senang menulis cerita guna mengembangkan daya nalar.

b. Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru sekolah dasar, untuk menambah model pembelajaran yang menarik pengetahuan dan pemahamannya terhadap keterampilan menulis cerita.

c. Sekolah

Sebagai masukan dalam memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dan pada mata pelajaran lain dan pada umumnya, selanjutnya masa mendatang dapat memberikan


(24)

8

perhatian dan pembinaan yang lebih baik pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis cerita.

G. Definisi Operasional

1. Keterampilan menulis cerita

Kecakapan atau kemahiran dalam mengungkapkan gagasan atau perasaan secara tertulis yang mencakupi unsur; tema, alur, tokoh, setting ,amanat, dan diksi dan ejaan yang disempurnakan (EYD).

2. Media gambar

Media gambar yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambar berupa foto. Media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar dari pada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Media gambar dikelompokan kedalam media visual yaitu media yang mengandalkan indera penglihatan.


(25)

9 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Keterampilan Menulis Cerita

1. Pengertian Keterampilan Menulis Cerita

Keterampilan adalah suatu kemampuan yang dimiliki dan dikembangkan secara terlatih serta memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, dan nilai menyatu dalam bentuk kreatifitas. Selanjutnya, Saleh Abas (2006: 125), Keterampilan menulis merupakan kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Disamping itu Henry Guntur Tarigan (2008: 3) keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain.

Senada dengan pendapat di atas dapat di sampaikan bahwa keterampilan menulis berarti keterampilan seseorang yang diwujudkan dalam penguasaan seseorang untuk menulis. Keterampilan menulis tidak

diperoleh secara “alamiah”, tetapi harus dipelajari dan dilatihkan dengan

sungguh-sungguh. (Burhan Nugiantoro, Kasuriyanto, dan Imam Kurmen 1997: 12).

Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Darmiyati Zuhdi (1999: 195) keterampialan merupakan suatu keterampilan menuangkan pikiran, gagasan, pendapat, tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan


(26)

10

keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahasa

tulis. Ahmad Rofi’uddin, (1999: 276) katerampilan menulis diartikan

sebagai kemampuan menggunakan bahasa untuk mengatakan ide, pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tulis. Menurut The Liang Gie (2002: 3), keterampilan menulis adalah keterampilan dalam pembuatan huruf, angka, nama, suatu tanda bahasa apapun dengan suatu alat tulis pada suatu halaman tertentu.

Selain itu, siswa juga harus aktif dan kreatif untuk melahirkan gagasan dalam mewujudkan keterampilannya. Pada dasarnya semua siswa memiliki potensi kreatif yang harus dikembangkan agar mereka mampu hidup penuh gairah dan produktif dalam melakukan tugas-tugasnya. Menurut para ahli bahwa motivasi belajar diyakini sebagai kunci keberhasilan belajar, sehingga motivasi belajar harus dirancang untuk di tumbuhkan pada setiap siswa (Depdiknas, 2003: 23).

Selanjutnya, setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. (Tarigan, 1980: 1, 1981: 2).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat simpulkan bahwa keterampilan adalah suatu kemampuan untuk mengeluarkan sumber daya


(27)

11

internal atau bakat dalam diri seseorang yang merupakan perpaduan antara pengetahuan, kemampuan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

2. Pengertian Menulis

Menulis adalah meletakkan simbol-simbol grafis yang menyatakan pemakaian suatu bangsa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca simbol-simbol grafis itu sebagai bagian penyajian satuan-satuan ekspresi bahasa (Lado,1994 dalam Mukhsin Ahmadi 1990: 28). Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan berbahasa paling akhir yang dikuasai pelajar setelah kemampuan mendenganrkan, berbicara dan membaca. Dibandingkan tiga kemampuan berbahasa yang lain kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal tersebut disebabkan kemampuan menulis menghedaki penguasaan berbagai unsur, dan unsur luar bahasa itu sediri yang akan menjadi isi cerita. Selain terampil menulis, siswa sudah sewajarnya juga memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran menulis, artinya sebagai pandangan dan perbuatan yang didasarkan pada pendirian terhadap kegiatan pembelajaran menulis baik dikelas maupun diluar kelas (Kastam Syamsi, 1999: 183).


(28)

12

Henry Guntur Tarigan (1988: 35) menyatakan bahwa sebagai salah satu tolak ukur suatu bangsa dan bernegara dilihat dari maju dan tidaknya kemampuan berpikir seseorang pada komunikasi tertulis bangsa tersebut dewasa ini. Melalui pembelajaran menulis siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat cerita, tetapi siswa juga harus dapat menyusun dan menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga menjadi sebuah cerita yang runtut.

Pada pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilam menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat di butuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini, ada seorang penulis yang mengatakan bahwa “menulis dipergunakan, melaporkan/memberitahukan, dan memengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini


(29)

13

bergantung pada pikiran organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur

kalimat.” (Morsey, 1976: 122).

Dalam kehidupan sehari-hari menulis merupakan aktivitas yang sering dilakukan, seperti catatan harian, menulis surat, di sekolah kegiatan menulis dilakukan oleh pembelajar seperti mencatat, meringkas, menjawab pertanyaan secara tertulis, dan didunia kerja menulis merupakan bagian yang selalu dilakukan, (Sri Harini Ekowati. 2008: 19).

Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 21) menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang mengambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. The Liang Gie, (2002: 3) menyatakan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan penyampaiannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk di pahami. Burns, Roe dan Ross, (1996: 386) menyatakan sebagai proses menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa tahap yaitu pra menulis (pre writting), pengendrapan (drafinf), perbaikan (refising), pengeditan (editing), dan publikasi (publising), dan atau curah pendapat.

Berdasarkan pada beberapa pandangan tetang pengertian menulis diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menulis adalah suatu proses kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan atau ide melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami.


(30)

14 3. Tujuan Menulis

Tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar adalah agar siswa memahami cara menulis berbagai hal yang telah dikemukakan serta mampu mengkomunikasikan ide atau pesan melalui tulisan. Tujuan menulis yang perlu diparhatikan, bukan hanya memupuk pengetahuan dan keterampilan menulis tetapi juga harus memupuk jiwa estetis, informative, persuasive (Supriyadi, Eues Nuraeni, H. Alam Sutanjaya, Mien Rumini, 1994: 270).

Dalam “Tujuan” penulisan suatu tulisan, Hugo Hartig merangkumkannya sebagai berikut.

a. Tujuan Penugasan

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang di beri tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau natulen rapat).

b. Tujuan altruistik

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Siswa tidak akan dapat menulis secara tepat guna kala dipercaya, baik secara sadar maunpun secara tidak sadar bahwa


(31)

15

pembaca atau penikmat karyanya itu adalah “lawan” atau” musuh”.

Tujuan altrulistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan. c. Tujuan Persuasif

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. Tujuan informasional, tujuan penerangan

Tulisan yang bertujuan untuk memberi informasi atau keterangan/ penerangan kepada para pembaca.

e. Tujuan penyataan diri

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f. Tujuan kreatif

Tujuan ini erat dengan tujuan pernyataan diri. Dalam “keinginan

kreatif” disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan

keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

g. Tujuan pemecahan masalah

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihapi. Penulis ingin menjelaskan, pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dimengerti dan diterima oleh para pembaca. (Hipple, 1973 : 309 – 311).


(32)

16

Berpijak pada beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar adalah agar siswa mampu menulis berbagai jenis tulisan serta mampu mengkomunikasikan tulisan itu kepada orang lain. Sedangkan, tujuan menulis secara umum adalah memberitahu atau memberi infomasi yang disampaikan dalam bahasa tulis kepada orang lain atau masyarakat pembaca untuk di pahami.

4. Manfaat Menulis

Henry Guntur Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa pada prinsipnya manfaat dari menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung yang terjadi dalam komunikasi searah antara penulis dan pembaca. Sedangkan, menulis itu penting dan besar manfaatnya bagi kehidupan seseorang. Menurut Sarbapi Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura Ridwan (1990: 1-2) menyatakan bahwa ada delapan menfaat menulis, seperti berikut.

a. Mengenali kemampuan dan potensi jiwa dirinya. b. Mengembangkan berbagai gagasan

c. Menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang di tulis .

d. Terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkan secara tersurat.


(33)

17

f. Lebih mudah memecahkan masalah dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkrit.

g. Terdorong untuk terus belajar secara aktif. h. Berpikir dan berbahasa secara tertib dan teratur.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa manfaat menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung antara penulis dan pembaca, serta dapat mengembangkan gagasan dan berpikir kreatif untuk mengumpulkan informasi.

5. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan dalam Menulis

Menulis sebagai salah satu dari empat komponen keterampilan berbahasa sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Faktor internal atau faktor dari dalam diri penulis, meliputi, seperti berikut.

1) Minat, seorang penulis memiliki minat yang kuat akan menghasilkan karya tulis yang baik.

2) Motivasi, sebagai usaha yang dapat menimbulkan dorongan kepada individu untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. 3) Intelegensi, kompetensi atau lebih erat kaitannya dengan skema. b. Faktor eksternal atau faktor dari luar diri penulis, yakni:

1) sarana dan alat yang tersedia.

2) lingkungan sosial penulis, misalnya keteladanan guru, orang tua dan teman sebaya.


(34)

18

Kedua faktor diatas memiliki pengaruh terhadap keberhasilan menulis sesorang. Dalam latar belakang inilah yang dapat menyebabkan setiap orang memiliki kemampuan menulis yang berbeda. Pada kegiatan manusia juga harus dimulai dari kesiapan menulis, maka seseorang harus memiliki beberapa hal. Menurut titik W,S, dkk, (2003: 26-27) kesiapan tersebut: (1) bakat (2) kemauan (3) luas wawasan (4) kaya imajinasi (5) disiplin (6) kreatif (7) persepsi (8) tangguh, tidak mudah putus asa (9) menguasai teknik menulis (10) memahami bahasa.

6. Pengertian Cerita

Cerita sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Gorys Keraf, 2007: 136). Sedangkan, cerita anak adalah cerita yang ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak, yaitu menempatkan anak sebagai pembaca sehingga cerita dibangun atas berbagai unsur harus sesuai dengan pengetahuan anak. Landasan sudut pandang anak dideskripsikan dalam cerita melalui: tokoh, latar, alur, tema, bahasa, dan pesan. Oleh karena itu, cerita anak adalah cerita yang disampaikan secara narasi yang tokoh, latar, alur, tema, bahasa, dan pesannya sesuai dengan pengetahuan anak (Heru Kurniawan 2013: 77).

Selanjutnya, Atar Semi (1990: 29) cerita merupakan percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian


(35)

19

peristiwa atau pengelaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu kewaktu. Cerita adalah kisahan (kurang dari 10.000 kata) yang dimaksudkan memberikan kesan tunggal yang dominan (Panuti Sudjiman, 1984: 15) dalam KKBI, (2008: 263) dikatakan bahwa cerita adalah kisahan cerita yang terdiri dari 10.000 kata yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada suatu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika).

a. Ciri-ciri cerita

Aminudin, (2009: 32) menyebutkan bahwa ciri-ciri cerita, sebagai berikut.

1) Ceritanya dapat kita baca hanya dengan sekali duduk. Maksudnya kita bisa dapat membacanya dengan langung bisa selasai dalam waktu itu juga. Berbeda dengan novel yang bisa selesai dibaca dalam beberapa jam bahkan beberapa hari.

2) Tokoh-tokoh yang ada dalam cerita lebih sedikit dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.

Cerita seperti telah dipaparkan di atas memiliki banyak fungsi menurut Aminudin, (2009: 33)

1) Menulis cerita akan membantu menemukan siapa diri kita. 2) Menulis cerita akan bantu menumbuhkan rasa percaya diri. 3) Dapat mengenal pendapat diri sendiri yang ada dalam tulisan. 4) Menjadi seorang yang maju


(36)

20

5) Menulis cerita akan membantu meningkatkan kreativitas dan ilmu pengetahuan

6) Dapat berbagi pengalaman dengan orang lain 7) Membantu menyalurkan emosi/ perasaan b. Tujuan Bercerita

Adapun tujuan bercerita bagi siswa yaitu menanamkan pesan-pesan atau nilai-nilai sosial, moral dan agama yang terkandung dalam sebuah cerita, sehingga siswa dapat menghayati dan manjalakan kehidupan sehari-hari.

Guru dapat memberikan informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang perlu diketahui olah siswa. Lingkungan fisik berkaitan dengan segala sesuatu yang ada disekitar siswa selain manusia. Lingkungan sosial berkaitan dengan peri kehidupan manusia yang meliputi orang yang ada dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercerita dengan tema yang akan dipilih oleh guru akan memberi acuan dalam melaksanakan kegiatan lain. Guru memiliki kebebasan untuk manentukan bentuk cerita yang dipilih, sepanjang bisa menggambarkan isi cerita dengan baik. Bahan dan alat yang dipergunakan dalam kegiatan bercerita sangat bergantung kepada bentuk cerita yang dipilih sebelumnya. Sedangkan untuk mengetahui ketercapaian tujuan, dapat dilaksanakan penilaian dengan cara


(37)

21

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isi cerita untuk menumbuhkan pemahaman siswa dengan isi cerita yang telah disampaikan tersebut Muhfathurrohman, (2013).

c. Jenis-Jenis Cerita

Menurut Subyantoro (2007: 11), terdapat jenis-jenis cerita yang diklasifikasikan menurut asal usulnya yaitu: (1) isinya, (2) bentuk penulisannya, (3) fungsinya, dan (4) bahannya.

Berdasarkan isinya, cerita anak-anak dapat berasal dari satra tradisional, fantasi modern, fiksi realitas, fiksi sejarah, dan puisi. Menurut bentuk penulisannya, buku bacaan bergambar, komik, buku ilustrasi, dan novel. Dilihat dari fungsinya, adapula buku untuk pemula disebut sebagai buku konsep, buku partisipasi, dan toybooks.

Sedangkan, jenis-jenis cerita tersebut berupa mite, legenda, dan dongeng.

1) Mite

Mite adalah cerita prosa rakyat yang benar-benar dianggap terjadi serta dianggap suci oleh yang mempunyai cerita. Mite ditokohkan oleh para dewa atau makhluk setengah dewa

2) Legenda

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang hampir mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi dianggap tidak suci.


(38)

22 3) Dongeng

Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita dan tidak terkait oleh tempat dan waktu.

Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuhdi (1999: 162), dalam kurikulum/Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Bahasa Indonesia 1994 SD untuk kelas-kelas tinggi sebagai berikut.

a) Menyampaikan informasi/pesan dan menyatakan perasaan, pendapat kepada teman secara tertulis.

b) Membuat laporan dari kegiatan mengamati: Menentukan hal-hal yang diamati,

(1) Mengamati lingkungan,

(2) Mencatat hal-hal yang diamati, (3) Membuat/menyusun laporan, (4) Memperhatikan keruntutan kalimat, (5) Member saran pembentukan kalimat,

(6) Menyempurnakan laporan berdasarkan saran-saran.

(7) Menulis surat pribadi kepada temanyang berisi cerita tentang pengelaman atau khayalan.

(8) Menyusun cerita atau menggambarkan dengan jelas (deskripsi) tentang orang/tanaman.

c) Membuat laporan dalam beberapa paragraf pendek dan membacakannya.


(39)

23

Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuhdi (1999: 164), cerita nonfiksi pada dasarnya adalah semua jenis cerita yang menyajikan informasi, gagasan, ide, keinginan, yang dikemukakan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman empiris. Dalam cerita nonfiksi ini pengarang menyajikan isi ceritanya tidak dengan imajinasinya, melainkan dengan kemampuan bernalarnya. Perbedaan utama antara cerita fiksi dan nonfiksi ini adalah pada hakikat realitas yang disajikan oleh pengarang. Dalam karangan fiksi, realitas yang sajikan pengarang adalah ralitas, imajiner, dalam arti bahwa realitas itu berada dalam rekaan pengarannya. Pada realitas yang disajikan dalam cerita nonfiksi, adalah realitas yang aktual, yaitu yang benar-benar terjadi secara nalar.

Pada jenis-jenis cerita tersebut dapat dinyatakan seperti berikut, fantasi modern, fiksi realitas, fiksi realitis kontemporer. Fantasi modern adalah cerita yang ditulis oleh pengarang. Cerita ini berupa dongeng-dongeng modern yang banyak mengambil elemen-elemen cerita rakyat, fantasi ilmiah ataupun cerita fantasi lain mengenai hewan atau robot. Fiksi realitas berisi tentang cerita petualangan, detektif, misteri atau humor dan sebagainya. Dalam cerita tersebut dibedakan lagi kedalam fiksi realitis komtemporer yang berisi masalah-masalah yang dahulu bersifat tabu seperti peceraian, kematian, seksual, narkoba dan lainnya.


(40)

24

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan, bahwa cerita adalah sebagai sarana penyampaian nilai pendidikan yang dikemas secara menarik bagi siswa. Pada kondisi tersebut, siswa lebih dapat bersikap positif karena pengaruh cerita yang disampaikan. Berdasarkan kenyataan di atas dalam penelitian ini lebih difokuskan jenis penelitian nonfiksi, jenis cerita disajikan dalam cerita yang aktual, yaitu benar-benar terjadi secara nalar.

d. Unsur-unsur Cerita

Unsur intriksik adalah pembangunan cerita yang berasal dari dalam cerita itu sendiri. Berikut macam-macam unsur intriksik.

1) Tema

Stanton dan Kenny (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 66) mengartikan tema sebagai makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Makna tersebut secara khusus menerangkan sebagian unsurnya dengan cara sederhana. Usaha menemukan tema suatu karya sastra harus dilakukan melalui pemahaman terhadap unsur cerita. Kejelasan pengertian tema yang digunakan sebagai dasar analisis akan memudahkan penafsiran dan pembuatan pernyataan tema.

Lukens, (Eny Zubaidah. 2012: 63) tema dalam sastra ide-ide yang membangun sebuah cerita, seperti masyarakat, atau sifat-sifat manusia. Dalam hal tersebut dinyatakan bahwa tema adalah permasalahan pokok dalam cerita.


(41)

25

Limpkins, (Eny Zubaidah 2012: 63) tema adalah makna tersirat dari cerita dan menunjukan kebenaran bahwa tema adalah makna tersirat dan menunjukan kebenaran umum tentang sifat manusia. Tema adalah titik tolak pengarang dalam menyusun sebuah cerita pengarang menentukan tema sebelum mengarang pembaca menentukan tema setelah membaca seluruh cerita.

Menurut beberapa pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa tema merupakan dasar pemikiran yang melandasi suatu karya sastra. Melalui tema inilah pengarang mengungkapkan apa yang ia lihat, dengar, serta ia rasakan sehingga dapat dinikmati oleh pembaca. 2) Alur/plot

Menurut Burhan Nurgiantoro (2005: 12-14) plot adalah urutan kejadian/peristiwa dalam sebuah cerita yang disusun oleh pengarang berdasarkan urutan kaitan sebab akibat. Lukens (Eny Zubaidah 2012: 72 ) alur atau plot adalah urutan peristiwa yang menunjukan perilaku tokoh. Pernyataan tersebut didukung Tompkins (Eny Zubaidah: 2012: 72) alur atau plot adalah urutan kejadian yang melibatkan tokoh dengan situasi konflik.

Alur/plot adalah rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat. Jenis alur: alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Tahap alur: (a) pengenalan situasi cerita/permulaan, (b) pengungkapan peristiwa, (c) menuju pada


(42)

26

adanya konflik, (d) tahap perumitan, (e) tahap puncak konflik, (f) tahap peleraian, (g) tahap penyelesaian.

Jadi alur dalam cerita yaitu jalinan peristiwa dalam sebuah cerita yang memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan keseluruhan yang padu, bulat, dan utuh.

3) Tokoh dan penokohan

Jones (Burhan Nurgiantoro, 2005: 165) menyatakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan meliputi pelaku cerita, perwatakan tokoh, dan pelukisan tokoh. Tokoh dan penggambaran karakter tokoh yang terdapat dalam cerita bersifat terbatas. Baik karakter fisik maupun sifat tokoh tidak digambarkan secara khusus, hanya tersirat dalam cerita yang di sampaikan sehingga pembaca harus mengkontruksikan sendiri yang lebih lengkap tentang tokoh itu.

Eny Zubaidah (2012: 67) menyatakan bahwa tokoh cerita adalah sebagai pelaku cerita. Ia memiiki sifat, kebiasaan, dan tingkah laku yang secara keseluruhan mampu menggambarkan seseorang. Tompkins dan Hoskinson (Eny Zubaidah, 2012: 67) tokoh cerita mempunyai peranan tertentu dalam jalinan penceritanya. tokoh utama dalam cerita banyak didominasi oleh tokoh anak-anak, tokoh benda, dan tokoh binatang. Tompkins dan Hoskinson mengistilahkan ini sebagai manusia atau binatang yang


(43)

27

dipersonifikasi yang terlibat dalam cerita. Tokoh merupakan elemen penting dalam cerita.

Jenis-jenis tokoh: (a) tokoh protagonis: mendukung cerita (tokoh utama/baik) (b) tokoh antagonis: penentang cerita (tokoh musuh/jahat) (c) tokoh tritagonis: tokoh pembantu, baik protagonis/antagonis.

Penokohan adalah proses pengarang dalam menampilkan tokoh cara pengarang menampilkan perwatakan tokoh: (a) ciri-ciri fisik tokoh, (b) percakapan antara pelaku, (c) lingkungan sosial, (d) gambar tempat tinggal tokoh, (e) pemaparan sifat tokoh.

Kedudukan tokoh (a) orang pertama: pelaku utama, pengarang sebagai pengamat tindak langsung, pengarang sebagai pengamat langsung, (b) orang ketiga: sudut pandang serba tahu, sudut pandang terarah.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan tokoh adalah individu rekaan pengarang yang bersifat fiktif yang mengembang peristiwa dalam cerita. Sehubungan dengan hal itu, dalam menulis cerita tokoh merupakan unsur yang pengting karena tanpa adanya tokoh tidak akan terjalin sebuah cerita.

4) Latar/setting

Abrams (Burhan Nurgiantoro, 2005: 216) menyatakan bahwa latar adalah landasan tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial terjadinya


(44)

28

peristiwa. Pelukisan latar cerita dalam cerita jumlah terbatas. Cerita tidak memerlukan detail-detail khusus tentang keadaan latar. Penggambaran latar dilakukan secara garis besar dan bersifat implisit, namun tetap memberikan suasana tertentu yang

dimaksudkan. Ahmad Rofi’udin (1999: 154) peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam suatu cerita, tentu terjadi disuatu tempat, pada suatu waktu dan dalam suasana tertentu. Semua keterangan, peran, dan uraian yang menunjukan waktu terjadi peristiwa tersebut latar atau seting.

Pada setting atau latar yaitu tempat atau waktu terjadinya cerita. Setting atau latar dalam cerita meliputi segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan lingkungan terjadinya peristiwa tersebut dalam cerita.

5) Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, baik, baik tersurat maupun tersirat amanat disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa unsur cerita adalah tokoh, alur, setting disebut pokok pembicaraan yang mendasari cerita. Alur merupakan serangkaian peristiwa yang membentuk sebuah cerita, tokoh merupakan pelaku pada sebuah cerita. Tiap-tiap tokoh biasanya memiliki watak, sikap, sifat, dan kondisi fisik yang disebut dengan perwatakan atau karakter.


(45)

29

Penokohan merupakan pemberian sifat pada pelaku-pelaku cerita. Sifat yang diberikan akan tercermin pada pikiran, ucapan,dan pandangan tokoh terhadap sesuatu. Latar merupakan keterangan yang menyebutkan waktu, ruang, dan suasana terjadinya pada sebuah karya sastra.

e. Manfaat Bercerita

Pembelajaran bercerita kepada anak-anak memiliki beberapa fungsi yang amat penting, yaitu: (1) membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak (2) media penyampaian pesan/nilai moral dan agama yang efektif (3) pendidikan imajinasi/fantasi (4) menyalurkan dan mengembangkan emosi (5) membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita (6) memberikan dan memperkaya pengalaman batin (7) sarana hiburan dan menarik perhatian (8) menggugah minat baca (9) sarana membangun watak mulia Nurakrom, (2011).

f. Langkah-Langkah Menulis Cerita

Sebelum melaksanakan kegiatan bercerita, guru telebih dahulu harus merancang kegiatan bercerita berupa langkah-langkah yang harus ditempuh secara sistematis diataranya: (1) menetapkan tema dan tujuan cerita (2) menetapkan bentuk bercerita yan dipilih (3) menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita (4) menetapkan rancangan langkah-langkah dengan mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita, mengatur tempat duduk, melaksanaan kegiatan


(46)

30

pembukaan, mengembangkan cerita, menetapkan teknik bertutur, dan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita, (5) menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.

7. Pengertian Media

Hujair AH. Sanaky (2013: 3) Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi manyampaikan pesan (Bovee, 1997). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara siswa, guru dan bahan ajar. Dalam hal tersebut dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan jalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak tulisan dan suara yang direkam. Dengan kelima bentuk sistimulus ini, akan membantu siswa mempelajari bahan pelajaran. Atau dapat simpulkan bahwa bentuk-bentuk sistimulus dapat dipergunakan sebagai media adalah suara, lihat, dan gerakan.

Banyak batasan atau pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media, diantaranya adalah: Asosiasi teknologi dan komunikasi pendidikan (Associationm of Education Communication technology (AECT) di amerika, membatasi mediasebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. National Education Assiciation (NEA), mengatakan bahwa media adalah


(47)

bentuk-31

bentuk komunikasi baik cetak maupun audio-visual serta peralatannya. Gagne (1970), mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Briggs (1970) mengatakan media adalah segala wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, Hujair AH. Sanaky (2013: 4)

Pada pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa subtansi dari media pembelajaran adalah (1) bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar; (2) berbagai jenis komponen dalam lingkugan pembelajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar; (3) bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar; dan (4) bentuk komunikasi dan metode yang dapat merangsang siswa untuk belajar, baik cetak maupun audio, visual, dan audio-visual.

Pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi keefektifan dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas, media pembelajaran adalah alat, komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.


(48)

32 8. Jenis Media

Pada penjelasan di atas, perlu mencermati beberapa jenis media yang sering digunakan dalam pembelajaran, seperti berikut.

a. Media Cetak

Media cetak adalah jenis media yang paling banyak digunakan dalam proses belajar. Jenis media ini memiliki bentuk yang sangat bervariasi mulai dari buku, brousur, leaflet, dan studi guide, jurnal dan majalah ilmiah. Buku adalah media yang bersifat fleksibel (luwes) dan biaya pengadaan media lain. Penggunaan media cetak dalam proses pembelajaran dapat dikombinasikan dengan jenis media lainnya. Pada umunnya media ini digunakan sebagai informasi utama atau bahkan suplemen informasi terhadap pengguanaan media lain.

b. Media Pameran

Jenis media yang dimiliki bentuk dua atau tiga dimensi. Informasi yang dapat dipamerkan dalam media ini, berupa benda-benda sesungguhnya (realitas) atau benda-benda produksi atau tiruan dari benda-benda asli.

Media yang dapat diklasifikasikan kedalam jenis media pameran yaitu poster, grafis (graphic materials), realia dan model.

1) Realia, benda nyata yang dapat dihadirkan di ruang kelas untuk proses pembelajaran. Guru dapat mengunakan realia untuk menjelaskan konsep bentuk dan mekanisme kerja suatu sistem, misalnya peralatan laboratorium.


(49)

33

2) Model, benda tiruan yang digunakan untuk mempersentasikan realitas. Model mesin atau benda tertentu dapat digunakan untuk menggantikan mesin riel.

c. Media yang diproyeksikan

Media yang diproyeksikan juga memiliki bentuk fisik yang bervariasi, yaitu overhead transparansi, slide suara, dan film strip. Overhead transparansi dapat dianggap sebagai projected medium yang paling banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Pada media slide suara, dan film strip sudah tidak digunakan lagi untuk keperluan pembelajaran.

1)Rekaman Audio

Rekaman audio, jenis media yang sangat tepat digunakan dalam pembelajaran dan latihan-latihan yang bersifat ferbal. Media audio yang disiarkan sebagai program radio telah lama digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan meteri pembelajaran pada beberapa lambaga pendidikan jarak jauh diseluruh dunia.

2)Video dan VCD (Video Compact Disc)

Gambar bergerak yang di sertai dengan unsur suara, dapat ditanyakan melalui media video dan compact disk (VCD). Sama seperti media audio, program video yang disiarkan sering diguanakan olah lembaga pendidikan jarak jauh sebagai sarana penyampaian materi pembelajaran. Video dan televisi mampu menayangkan proses pembelajaran secara realistik.


(50)

34

3) Pada era sekarang ini, komputer sudah mendominasi semua lini kehidupan. Ini berarti komputer bukan lagi suatu yang baru karena komputer telah banyak digunakan baik oleh pengajar, maupun siswa pada umumnya. Sebagai media pembelajaran, komputer memiliki kemampuan yang sangat luar biasa dan mampu membuat proses belajar menjadi interaktif.

Komputer telah di terapkan dalam pembelajaran bahasa mulai 1960 (Lee, 1996). Dalam 40 tahun pemakaian komputar ini ada berbagai periode kecenderungan yang didasarkan pada kecenderungan yang didasarkan pada teori pembelajaran yang ada.

Kecenderungan terakhir adalah pembelajaran dengan komputer yang intergratif. Pembelajaran integrtif memberi penekan pada pengintegrasian berbagai keterampilan berbahasa, mendengarkan, berbicara, menulis, membaca, dan mengintegrasikan teknologi pembelajaran secara lebih penuh pada pembelajaran.

Alasan-alasan itu adalah: pengalaman, motivasi, meningkatkan pembelajaran, materi yang otentik, interaksi yang lebih luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada sumber tunggal, dan pemahaman global.


(51)

35

9. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran a. Tujuan Media Dalam Pembelajaran

Hujair AH Sanaki (2013: 5) Tujuan media dalam pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran seperti berikut.

1) Mempermudah proses pembelajaran di kelas, 2) Meningkatkan efesiensi proses pembelajaran,

3) Menjaga relevansi antara meteri pelajaran dengan tujuan belajar, 4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran b. Manfaat Media Pembelajaran

Hujair AH Sanaky (2013: 5) Manfaat media pembelajaran baik secara umum maupun khusus sebagai alat bantu siswa. Jadi manfaat media pembelajaran seperti berikut.

1) Dengan menggunakan media gambar agar lebih menarik,

2) Media gambar akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat dipahami siswa, serta memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan baik,

3) Media gambar pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal pengaturan kata-kata lisan guru, siswa tidak bosan, dan guru tidak kehabisan tenaga,

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar menggunakan media gambar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.


(52)

36

Hujair AH Sanaky (2013: 6) Selain itu, manfaat media gambar dalam pembelajaran, sebagai berikut.

a) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, sebagai berikut. (1) Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan

pembelajaran,

(2) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik, (3) Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik, (4) Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran, (5) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi

pelajaran,

(6) Membangkitkan rasa percaya diri seorang guru, (7) Meningkatkan kualitas pengajaran.

(8) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar,

(9) Menyajikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematk, sehingga memudahkan penyampaian,

(10)Menciptakan kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan.

b) Manfaat media pembelajaran bagi siswa, adalah. 1) Meningkatkan motivasi belajar,

2) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar bagi pembelajar,

3) Memudahkan pembelajar untuk belajar,


(53)

37

5) Pembelajaran dalam kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan,

6) Siswa dapat memahami materi pelajaran secara sistematis yang disajikan.

10.Pengertian dan Fungsi Media Gambar

Hujair AH Sanaky (2013: 7) Media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dapat dijelaskan seperti berikut.

a. Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langkah, b. Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya,

c. Membuat konsep abstrak ke konsep kongkret, d. Memberi kesamaan persepsi,

e. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak, f. Menyajikan ulang informasi secara konsisten,

g. Memberi suasana belajar yang menyenangkan, tidak tertekan, santai dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Selain fungsi di atas, Livie dan Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran yang khususnya pada media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompenstoris. Masing-masing fungsi tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Fungsi atensi, media visual merupakan inti, menarik, dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi


(54)

38

pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang di tampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

b. Fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar membaca teks gambar. Gambar atau lambang visual akan dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

c. Fungsi kognitif, media visual mengungkapkan bahwa lambang visual memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mendengar informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris, media visual memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatkannya kembali.

Pada empat fungsi media visual tersebut, dapat dikatakan bahwa belajar dari pesan visual memerlukan keterampilan tersendiri, karena melihat pesan visual tidak dengan sendirinya akan mudah memahami atau mampu balajar dari padanya. Pada pembelajaran harus dibimbing dalam menerima dan menyimak pesan visual secara tepat. Bagi seorang siswa yang terbiasa dengan gambar sketsa, maka secara kognitif dan afektif akan menterjemahkan gambar tersebut dengan baik. Bagi siswa yang belum terbiasa atau kurang memiliki pengetahuan tentang gambar sketsa, akan menterjemahkan dengan menggunakan pikirannya saja.

Kurikulum 2013, dengan metode “tematik integratif” untuk jejang


(55)

39

menarik mungkin dengan peran-pesan visual berupa gambar dengan pewarnaan yang menarik. Disinilah diperlukan teknik efektif untuk memahami pesan visual, karena menuntut penerima pesan atau siswa

untuk “melihat” “membaca” pesan-pesan visual pada berbagai tahapan dimulai, dari seperti berikut ini.

a. Fase differensiasi, yaitu dimana siswa mula-mula mengamati mengidentifikasi, dan menganalisis terlebih dahulu unsur-unsur suatu unit pengajaran dalam bentuk pesan-pesan visual tersebut.

b. Fase integrasi, yaitu dimana siswa menempatkan unsur-unsur visual secara serempak, menghubungkan keseluruhan pesan visual kapada pengalaman-pengalamannya,

c. Kesimpulan, yaitu dari pengalaman visualisasi untuk kemudian menciptakan konseptualisasi baru dari apa yang telah mereka pelajari sebelumnya.

Cara belajar model ini agar anak-anak dapat belajar dengan baik, menyenangkan, memberdayakan, mengembangkan potensi dan tidak

membosankan. Dengan metode “tematik integratif” untuk jenjang

Sekolah Dasar (SD) saat ini, buku untuk siswa harus didesain menarik mungkin. Salahsatunya,harus berwarna. Tampilan buku tersebut dibuat dengan desain yang menarik sehingga anak-anak semangat untuk belajar. Cara ini dilakukan agar anak-anak dapat belajar dengan baik dan tidak bosan. Katakan saja, anak-anak pada jenjang SD ini lebih mudah


(56)

40

ini terbukti bahwa anak-anak pada tingkat dasar ini, jauh lebih senang dengan buku cerita bergambar atau komik dari pada buku pelajaran.

Disinilah diperlukan peran desainer media pembelajaran dalam mendesain buku-buku tersebut dengan tampilan gambar dan warna yang menarik. Tetapi, gambar-gambar yang ditampilkan dalam buku-buku tersebut sesuai dengan konten. Gambar yang di tampilkan juga familier dengan kondisi siswa. Hasil penelitian Edmund Faison, dkk. Hujair AH Sanaky (2013: 9) Tentang penggunaan gambar dan grafik (visual) dalam pembelajaran disimpulkan.

a. Terdapat beberapa hasil penelitian bahwa untuk memperoleh hasil belajar bagi siswa secara maksimal, seperti berikut ini.

1) Gambar-gambar yang digunakan harus erat kaitannya dengan meteri pembelajaran (konten),

2) Gambar harus familier dengan pembelajaran,

3) Gambar yang digunakan ukurannya cukup besar, sehingga rincian unsur-unsurnya mudah diamati, sederhana, direproduksi bagus, lebih realistik, dan menyatu dengan teks.

b. Terdapat bukti, “Gambar-gambar berwarna” (selain warna hitam putih) lebih menarik minat siswa dari pada gambar yang ditampilan dengan warna hitam putih saja. Selain itu, daya tarik terhadap gambar juga bervariasi sesuai denmgan umur, jenis kelamin serta kepribadian seseorang atau siswa. Sekalipun demikian, gambar-gambar berwarnapun tidak selamanya merupakan pilihan terbaik,


(57)

41

kerena menurut hasil penelitian Seth Spaulding, mengatakan bahwa kualitas warna diperlukan untuk gambar-gambar yang sifatnya realistik.

c. Hasil penelitian Mabel Rudisill, mengatakan gambar-gambar yang lebih disukai anak-anak menunjukan bahwa suatu penyajian visual yang sempurna realismenya adalah pewarnaan, karena pewarnaan pada gambar akan menumbuhkan impresi atau kesan realistik.

11.Pertimbangan Pemilihan Media Gambar

Hujair AH Sanaky (2013: 6) Setelah mengetahui tujuan dan manfaat media pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menentukan pilihan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Pertimbangan media yang digunakan dalam proses pembelajaran menjadi pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai dengan. a. Tujuan pengajaran,

b. Bahan pelajaran, c. Metode pengajar,

d. Tersedia alat yang dibutuhkan, e. Pribadi guru,

f. Kondisi siswa; minat dan kemampuan siswa, g. Situasi pengajaran yang sedang berlangsung.

Hujair AH Sanaky (2013: 7) Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, materi metode, dan kondisi pembelajar harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajaran dalam


(58)

42

memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga media yang di gunakan lebih efektif dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan atau memiliki hubungan secara timbal balik dengan empat aspek tersebut. Dengan demikian, alat-alat sarana, atau media pembelajaran yang di gunakan harus disesuaikan dengan empat aspek tersebut, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

12.Media Gambar

Helmi Hasan, dkk. (2003: 41) menyatakan bahwa media grafis

“media grafis berfungsi khusus untuk menarik perhatian, penjelasan sajian

ide, mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan”. Media grafis adalah gambar. Media gambar merupakan bahasa atau mudah dimengerti dan sumbernya pun tersebar luas dan mudah didapatkan, diantaranya melalui surat kabar, majalah, koleksi gambar pribadi, dan lain-lain. Penggunaan gambar sebagai media yang dikaitkan dengan materi pelajaran akan menjadi seperti bahasa yang dapat dimengerti bahkan sebuah gambar dapat mengandung arti/makna yang baik.

Mudahnya mendapatkan gambar bukan berarti nilai gambar sangat rendah. Justru kemudahan ini yang harus dimanfaatkan guru karena gambar memiliki kelebihan tersendiri, antara lain gambar dapat


(59)

43

mengkonkritkan sesuatu yang bersifat verbal dan abstrak karena gambar berkaitan dengan penglihatan (visual).

Hujair AH. Sanaky (2013: 81-85) Gambar atau foto merupakan media yang paling umum digunakan orang, karena media ini mudah dimengerti dan dapat di nikmati, mudah didapatkan dan dijumpai dimana-mana, serta banyak memberikan penjelasan bila dibandingkan dengan verbal.

Perbedaan antara media gambar atau foto dengan verbal adalah: (1) media gambar atau foto, mengvisualkan apa adanya secara detail, (2) verbal (kata-kata), kelemahannya terletak pada perbatasan daya ingat dalam bercerita dan menjelaskan, sehingga mungkin ada hal-hal yang tercecer atau terlupakan dalam menyampaikan pesan.

Perbedaan antara media gambar dan verbal, seperti berikut ini. a. Media gambar mengvisualkan apa adanya secara detail,

b. Verbal (kata-kata), kelemahannya terletak pada keterbatasan daya ingat dalam bercerita dan menjelaskan, sehingga mungkin ada hal-hal yang tercecer atau terlupakan dalam menyampaikan pesan.

Berdasarkan pernyataan di atas maka gambar adalah penyajian materi pelajaran dengan menggunakan gambar, tentu merupakan daya tarik tersendiri bagi siswa. Dalam penggunaan gambar harus sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan, dan tujuan yang diinginkan. Selain itu, penggunaan gambar dalam proses pembelajaran sangat tergantung pada kreasi dan inisiatif guru itu sendiri, asalkan gambar dan foto tersebut dari


(60)

44

sisi seni bagus dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tetapi perlu diketahui bahwa bagus dan baiknya suatu media pembelajaran, tentu memiliki kelebihan dan kelemahan:

Kelebihan Gambar

a. Gambar sifatnya konkrit, realis menunjukan pada pokok masalah bila dibandingkan dengan verbal semata.

b. Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu, artinya tidak semua benda, objek, peristiwa dapat dibawa kekelas, dan siswa dapat dibawa ke objek tersebut. Berdasarkan hal tersebut perlu diciptakan dengan membuat gambar atau foto benda tersebut.

c. Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan panca indera. Misalnya, binatang bersel atau tak mungkin dilihat dengan mata telanjang, tetapi dengan mikroskop. Apabila tidak menggunakan mikroskop, maka dapat di rekayasa dengan bentuk gambar.

d. Memperjelas suatu sajian masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia beberapa saja.

e. Media ini, lebih murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.

Selain itu, media gambar yang baik sebagai media pengajaran, harus memenuhi lima syarat, seperti berikut.

a. Harus otentik, artinya gambar haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti apa adanya atau sesuai dengan benda aslinya.


(61)

45

b. Sederhananya, komposisinya hendaklah cukup jelas menunjukan point-point pokok dalam gambar.

c. Ukurannya relatif, tidak terlalu besar dan juga tidak teralu kecil tetapi disesuaikan dengan kebutuhan. Gambar harus menampilkan suatu benda atau objek yang telah dikenal siswa, dan sifatnya aktual. Objek atau peistiwa yang belum dikenal siswa ditampilkan dalam gambar siswa akan sulit membayangkan benda atau objek tersebut. Dengan menghidari hal tersebut hendaklah dalam gambar terdapat sesuatu atau unsur-unsur yang telah dikenal siswa. Agar dapat membantunya membayangkan gambar tersebut.

d. Gambar harus mengandung unsur gerak atau perbuatan artinya, gambar yang baik tidaklah menunjukan suatu objek ataukejadian dalam keadaan diam, tetapi memperlihatkan suatu aktvitas, kegiatan, atau pembuatan tentu. Untuk itu, bagi guru yang akan menggunakan gambar untuk menjelaskan materi pembelajaran, pilihlah gambar yang mengandung suatu aktivitas, gerakan atau suatu perbuatan.

e. Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mungkin saja, gambar hasil karya guru sering kali lebih baik walaupun dari segi mutunya kurang baik. Maka untuk gambar yang baik sebgai media pembelajar, hendaknya bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.


(62)

46 13.Kriteria Pemilihan Media Gambar

Media apa pun yang digunakan, ada kelebihan dan kelemahan. Oleh sebab itu ketepatan dalam memilih media merupakan hal yang penting. Selain kemudahan mendapatkan media, perlu mempertimbangkan hal lainya, seperti tujuan yang hendak dicapai, isi materi pelajaran, keterampilan guru, dan kesesuaian dengan taraf berfikir siswa. Kriteria yang dikemukakan oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (dalam Faturrahman dan M. Sobry, 2007: 71) dalam merumuskan media adalah sebagai berikut.

a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur-unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis biasanya lebih mungkin menggunakan media pembelajaran

b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip dan peneralisasi sangat memerlukan bantuan media gambar lebih mudah di pahami siswa.

c. Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya mudah dibuat oleh guru tampa biaya yang mahal disamping sederhana dan praktis penggunaannya.

d. Keterampilan guru dalam menggunakan apapun jenis media yang diperlukan syarat utama dalah guru dapat menggunakannya dalam


(63)

47

proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya tetapi dampak dari penggunaannya dalam interaksi bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

Sesuai dengan taraf berpikir siswa, memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa. Menjadikan juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dillkukan bagi siswa yang telah memiliki kadar berfikir yang tinggi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Kenyataan keterampilan menulis siswa khususnya menulis cerita masih rendah, sehingga penelitian mengenai peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerita sudah banyak dilakukan oleh mahasiswa dalam penelitian skripsi. Penelitian belum semuanya sempurna dan masih melakukan penelitian lanjutan untuk melengkapi dan menyempurnakan penelitian awal tersebut. Oleh karena itu, beberapa penelitian terdahulu yang membahas topik peningkatan keterampilan menulis cerita yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai tinjauan pustaka yakni Ichyatul Afrom (2006).

Ichyatul (2006) dalam penelitian yang berjudul meningkatkan keterampilan menulis cerita dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul menyimpulkan bahwa dari hasil penelitian diketahui adanya keterampilan menulis cerita pada siswa kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul. Peningkatan disebabkan oleh ketepatan peneliti dalam memilih media yang digunakan dalam penelitian.


(64)

48 C. Kerangka Pikir

Lasimnya dalam setiap pembelajaran, tentu diperlukan segala sesuatu yang dapat membantu anak dalam belajar dan juga membantu mempermudah guru dalam menyampaikan materi. Salah satu diantaranya adalah media gambar. Media diperlukan guru dalam setiap pembelajaran yang sesederhana apapun itu.

Oleh karena itu, media dikatakan sebagai salah satu bantuan dalam pembelajaran. Ada banyak media yang bisa digunakan, salah satunya adalah media gambar. Media gambar pada khususnya akan membantu memberi rangsangan secara visual terhadap daya imajinasi peserta didik. Melalui media gambar yang dibuat menarik, akan membantu siswa, memotivasi siswa dalam belajar.

Selain itu, berdasarkan karakteristik siswa Kelas IV Sekolah Dasar yang pada umumnya masih berada taraf pemikran konkret, maka media gambar dapat membantu anak untuk mengkongkretkan hal-hal yang abstrak dalam pembelajaran. Artinya, dengan adanya media gambar siswa akan paham dan jelas maksud yang dipelajarinya.

Penggunaan media gambar ini juga diharapkan dalam pembelajaran menulis cerita, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun jenis gambar yang digunakan adalah gambar berwarna yang di sesuaikan dengan tema pada pokok bahasan yang akan diajarkan.

Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan diatas, maka diduga bahwa media gambar dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita siswa


(65)

49

kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul. Agar labih jelasnya di lihat pada gambar bagan kerangka pikir di bawah ini.

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini; “dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita siswa kelas IV

SD Negeri Bakalan Sewon Bantul”.

Keterampilan menulis cerita siswa rendah

Pembelajaran menulis cerita melalui

bimbingan dari guru

Dilakukan tindakan dengan media gambar

Pembelajaran menulis cerita siswa dengan media gambar Keterampilan menulis


(66)

50 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classrom Action Research) kolaborasi. Artinya, peneliti melakuan penelitian tindakan berkolaborasi atau bekerja sama dengan guru kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita menggunakan media gambar.

Menurut Sukidin, dkk. (2002: 54) ada 4 macam penelitian tindakan, yaitu: (1) Penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.

Keempat keterampilan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Sukidin, dkk. (2002: 55), ciri-ciri dari setiap penelitian tertangung pada: (1) tujuan utamanya pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara peneliti dan guru, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kolaboratif, dimana peneliti bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru kelas. Tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, semua yang tergabung dalam penelitian ini terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.


(67)

51 B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu (Nasution S, 2006: 23).

Penelitian mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Mc Taggart (1988: 14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlajut dan akan di hentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar Alur PTK


(68)

52 Keterangan

Siklus I :

1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi Keterangan

Siklus II :

1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi

Adapun penjelasan tahap-tahap mengenai desain yang digunakan dalam penelitian ini secara terperinci adalah:

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan ini sebelum peneliti mengadakan penelitian yakni peneliti harus terlebih dahulu menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, stermasuk didalam instrumen penelitian serta perangkat pembelajaran (RRP). Dengan mengggunakan media gambar. Pada tahap ini peneliti juga mengumpulkan data berupa pedoman pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi dalam proses penelitian tentang siswa mengenai proses pembelajaran menggunakan


(69)

53

media gambar dan perangkat tes yang memuat Indikator peningkatan keterampilan menulis cerita.

2. Pelaksaan dan observasi

Tahap ini merupakan pelaksanaan tindakan sekaligus meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dengan menggunkan media gambar.

3. Refleksi

Peneliti mengkaji, mengamati dan mempertimbangkan hasil atau dampat dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rencangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rencangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

C. Waktu dan Setting Penelitian

Waktu penelitian pada tanggal 16 Juni sampai dengan 30 Agustus 2015, penelitian ini dilakukan di SD Negeri Bakalan Sewon Bantul, dan Setting penelitian ini dilakukan di dalam kelas SD Negeri Bakalan.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri Bakalan Sewon Bantul. Sedangkan Objek penelitian ini, yaitu keterampilan menulis cerita dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas IVB SD Negeri Bakalan Sewon Bantul.


(70)

54 E. Metode Pengumpulan Data

Metode penggumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Peneliti ini dapat menggunakan metode pengumpulan data yakni observasi (pengamatan), dan tes

1. Observasi

Dalam penelitian ini kegiatan yang diamati atau diobservasi adalah kegiatan pembelajaran dikelas ketika sedang berlangsung pembelajaran keterampilan menulis cerita menggunakan media gambar. Observasi atau pengamatan ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan ruangan, peralatan, para pelaku, dan juga aktivitas yang sedang berlangsung dalam kelas.

Observasi sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengunakan instrumen kegiatan dilaksanakan pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung. Sedangkan, observasi non-sistematis adalah observasi yang digunakan oleh peneliti tanpa menggunakan pengamatan.

Peneliti ini menggunakan skala grafik, yaitu skala ranting yang memberikan kesempatan kepada para penilai dengan cara mudah untuk memberikan tanda centang (√) pada titik-titik yang tepat pada garis horizontal yang menunjukan tentang aspek yang diamati. Penelitian ini mengunakan skala 1 sampai 4 untuk setiap aspek.


(71)

55

2. Metode tes/ Keterampilan Tugas Menulis Cerita

Tes merupakan suatu metode penelitian untuk memperoleh informasih tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan seseorang, dengan menggunakan pengukuran yang mengasilkan suatu deskripsi tentang aspek yang diteliti. Keungulan metode tes ini lebih akurat karena tes berulang-ulang direfisi dan instrumen penelitian yang objektif. Pada kelemahan metode ini adalah hanya mengukur satu aspek data, memerlukan janka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang, dan hanya mengukur keadaan siswa pada saat tes itu dilakukan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data dari seluruh dokumen yang ada. Suharsimi Arikunto (1996: 234-235) juga menyatakan bahwa metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati berupa catatan, buku, dan sebagainya. Data dokumentasi penelitian ini adalah foto-foto kegiatan pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi guru dan siswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Observasi

Observasi adalah kegiatan pembelajaran dikelas ketika sedang berlangsung pembelajaran keterampilan menulis cerita menggunakan media gambar. Observasi atau pengamatan ini bertujuan untuk


(72)

56

mengambarkan keadaan ruangan, peralatan, para pelaku, dan juga aktifitas yang sedang berlagsung dalam kelas.

2. Metode tes/keterampilan tugas menulis cerita

Tes merupakan suatu metode penelitian untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkahlaku dalam kehidupan seseorang, dengan menggunakan pengukuran yang menghasilkan suatau deskripsi tentang aspek yang di teliti.

3. Dokumentasi

Data dokumentasi peneltian ini adalah foto-foto kegiatan pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi guru dan siswa.

Adapun lembar penilaian keterampilan menulis cerita yang di kembangkan dari jenis-jenis cerita. Kisi-kisi penilaian itu dikembangkan seperti yang terdapat dibawah ini.

Tabel 1. Kisi-Kisi Keterampilan Menulis Cerita Siswa Kelas IV

No Aspek yang dinilai Skor

1 Organisasi cerita 15

2 Ketepatan isi cerita 30

3 Pemilihan kata/ diksi 20

4 Ketepatan struktur kalimat 25

5 EYD 10


(73)

57

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerita.

No. Aktifitas Siswa yang di Amati Ya Tidak

1. Siswa mencari dan memberikan informasi tentang macam-macam teknologi sederhana bertani. 2. Siswa bertanya kepada guru atau kepada teman

lainnya.

3. Siswa mengajukan pendapat atau komentar kepada guru atau kepada siswa lain.

4. Siswa berdiskusi tentang tema cerita yang akan dibahas.

5. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sesuai gambar.

6. Siswa memanfaatkan sumber belajar yang ada dan menggunakan media gambar.

7. Siswa menilai dan memperbaiki pekerjaannya dalam membuat cerita.

8. Siswa membuat kesimpulan sendiri tentang materi pembelajaran menulis cerita yang diterimanya. 9. Siswa dapat menjawab pertanyaan guru dalam proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas.

10. Siswa membuat cerita sesuai dengan kerangka cerita yang benar.

11. Siswa dapat menceritakan sebuah cerita sesuai dengan gambar.

12. Siswa ada usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan pembelajaran yan diberikan oleh guru. 13. Siswa dapat bekerja sama dan berhubungan dengan

siswa lain

14. Siswa merasa senang dalam kegiatan belajar mengajar menulis cerita.

15. Siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru pada akhir pelajaran.


(74)

58 G. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi , (4) refleksi. Tahap-tahap tersebut dapat dirinci seperti sebagai berikut.

1. Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan meliputi, (1) observasi disekolah, (2) penyusunan proposal penelitian

2. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ini meliputi (1) pembuatan rpp, (2) pembuatan lembar observasi minat perhatian dan partisipasi siswa, (3) pembuatan soal tes formatif, (4) pembuatan rambu-rambu penilaian, (5) uji coba instrumen, dan (6) seleksi dan revisi instrumen.

3. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini merupakan kegiatan yang banyak berhubungan dengan lapangan dan pengolahan hasil penelitian. Tahap pelaksanaan mliputi: (1) tahap pengumpulan data dan (2) tahap pengelolahan data.

4. Tahap penyelesaian

Tahap ini meliputi: (1) penyusunan laporan penelitian dan (2) penggandaan laporan.

Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif dengan mencoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan


(1)

135 Lampiran 23


(2)

136 Lampiran 24


(3)

137 Lampiran 25


(4)

138 Lampiran 26


(5)

139 Lampiran 27


(6)

140 Lampiran 28