PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MELALUI GAMBAR SERI SISWA KELAS IV SD NEGERI BAKALAN SEWON BANTUL.

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MELALUI GAMBAR SERI SISWA KELAS IV SD NEGERI

BAKALAN SEWON BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultasi lmu Pendidikan UniversitasNegeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Dewiana NIM 11108249006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Kita tidak perlu menunggu datangnya inspirasi itu, kita sendirilah yang menciptakannya” (Stephen King).


(6)

vi

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk.

1. Keluarga, agama, nusa, dan bangsa

2. Ibu dan Almarhum Ayah tercinta yang tiada henti mengirimkan doa dan memberikan dukungan

3. Almamater saya tercinta Universitas Negeri Yogyakarta tempat saya menimba ilmu.


(7)

vii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MELALUI GAMBAR SERI SISWA KELAS IV SD NEGERI

BAKALAN SEWON BANTUL

Oleh Dewiana 11108249006

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan kemampuan menulis narasi melalui gambar berseri siswa kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul. Jenis penelitian yang digunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Bakalan yang berjumlah 22 siswa. Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Tanggart. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi dan tes. Metode analisis data penelitian ini digunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan menulis narasi pada siswa kelas IV SD Negeri Bakalan dapat ditingkatkan dengan menggunakan gambar berseri. Peningkatan terjadi pada: (1) proses pembelajaran yang mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik di setiap siklus, yaitu perhatian terhadap pembelajaran, semangat belajar, perkembangan dalam EYD, dan kemapuan mengembangkan kerangka pikir, (2) hasil kemampuan siswa dalam menulis narasi juga mengalami peningkatan pada pratindakan nilai rata-rata dan ketuntasan siswa hanya 65.95 dan 9% dari seluruh siswa, pada siklus I menjadi 75.36 dan 64% , dan pada siklus II meningkat menjadi 80.04 dan 95%.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena atas limpahan hikmat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tidak lupa pula, shalawat serta salam selalu saya panjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang selalu saya nantika syafaatnya besok di hari kiamat.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberi dukungan, informasi serta bimbingan selama proses pengerjaan skripsi ini dari tahap perencanaan hingga penyelesaian. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dan kemudahan untuk kelancaran studi peneliti.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajaran atas pengorbanan dan kasih sayang selama studi kami sebagai mahasiswa PPGT.

3. Bapak HB. Sumardi, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.


(9)

ix

4. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah menyetujui pemilihan judul karya ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang telah memberikan bekal ilmu, wawasan dan semangat pada kami untuk terus maju dengan penuh kesabaran.

6. Bapak Suparlan, dan Ibu Romlah atas kesabaran dan ketabahan selama mendampingi kami di asrama.

7. Dinas Pendidikan Aceh Simeulue yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

8. Bapak Jaswabiwantoro, S. Pd. selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Bakalan. Yang telah memberikan ijin penelitian dan Ibu Arum Junia Anggraini, S. Pd. selaku guru kelas IV SD Negeri Bakalan yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

9. Keluarga tercinta, Ibu, Almarhum Ayah cinta pertama dan pahlawanku yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang dan perjuangan tiada henti demi kebahagiaanku dengan tulus ikhlas.

10. Kakak Yuli dan adik Dodi Irawan, terima kasih telah membuat hidup ku menjadi lebih berarti.

11. Kakak Dia, Bang Har, Paman Jawir, Paman Pian, dan Almarhum Bapak Ridwan yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan buat saya. 12. Teman-teman seperjuangan PPGT PGSD UNY 2011 yang memberi warna

dikala penatnya kehidupan asrama dan kampus, kalian yang selama empat tahun saling berbagi ilmu, canda, tawa, pengalaman, dan pelajaran tentang hidup. Kalian luar biasa.


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...….… i

PERSETUJUAN………... ii

SURAT PERNYATAAN………. iii

PENGESAHAN……… iv

MOTTO………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN………... vi

ABSTRAK……….... vii

KATA PENGANTAR……….. viii

DAFTAR ISI………. xi

DAFTAR TABEL………. xiv

DAFTAR GAMBAR……… xv

DAFTAR LAMPIRAN………. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Identifikasi Masalah……… 8

C. Pembatasan Masalah……… 8

D. Rumusan Masalah……… 8

E. Tujuan Penelitian………. 9

F. Manfaat Penelitian……….. 9

1. Manfaat Teoritis……… 9

2. Manfaat Praktis………. 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Kemampuan Menulis………. 11

1. Hakikat Menulis………. 11

2. Tujuan Menulis……….. 12

3. Manfaat Menulis……… 14

B. Kajian Tentang Menulis Narasi……….. 15


(12)

xii

2. Ciri-ciri Narasi………... 16

3. Unsur-unsur Penggunaan Narasi……… 17

4. Jenis-jenis Karangan Narasi……….. 19

C. Kajian Tentang Gambar Berseri……….. 21

1. Pengertian Media Pembelajaran……… 21

2. Fungsi Media Pembelajaran……….. 22

3. Jenis Media Pembelajaran………. 24

4. Pengertian Gambar Berseri……… 25

5. Manfaat Gambar Berseri……… 26

6. Kelebihan dan Kelemahan Gambar Berseri……….. 27

D. Kajian Tentang Karakteristik Siswa Kelas IV SD……….. 29

E. Kerangka Pikir………. 31

F. Hipotesis……….. 33

G. Definisi Operasional Veriabel Penelitian……… 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……… 34

B. Subjek Penelitian………. 34

C. Seting Penelitian……….. 35

D. Desain Penelitian………. 35

1. Perencanaan………... 36

2. Tindakan……… 36

3. Pengematan……… 37

4. Refleksi………. . 37

E. Teknik Pengumpulan Data……….. 37

1. Metode Observasi……….. 37

2. Tes Menulis Karangan Narasi……… 38

F. Instrumen Penelitian……… 38

G. Teknik Analisis Data………... 39

H. Indikator Keberhasilan………... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……… 41


(13)

xiii

1. Data Awal Kemampuan Menulis Narasi……… 41

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I……….. 43

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II………... 54

B. Pembahasan Penelitian Tindakan Kelas………... 59

C. Keterbatasan Penelitian……… 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 63

B. Saran………. 64

DAFTAR PUSTAKA………. 65


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif……… 20

Tabel 2. Kisi-kisi Penilaian Karangan Narasi……… 39

Tabel 3. Kategori Kemampuan Menulis Narasi……….... 40

Tabel 4. Nilai Menulis Narasi Pratindakan……… 42

Tabel 5. Hasil Tindakan Siklus I dan KKM Menulis Narasi………. 51

Tabel 6. Klasifikasi Nilai Menulis Karangan Narasi………. 52

Tabel 7. Hasil Tindakan Siklus II dan KKM Menulis Narasi Pada Siklus II……… 56

Tabel 8. Klasifikasi Nilai Menulis Narasi Siklus II……… 57

Tabel 9. Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dari Pratindakan, Siklus I, dan Paska Tindakan Siklus II…………... . 58


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan dari Kemmis & Taggart………... 35 Gambar 2. Salah Satu Siswa Membacakan Narasi Yang

Dituliskan Pada Siklus I………... 49

Gambar 3. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas IV

SD Negeri Bakalan………... 51

Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas IV SD

Negeri Bakalan Pada Siklus I……….. 56

Gambar 5. Diagram Batang Peningkatan Ketuntasan Menulis Narasi


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Bahasa Indonesia Kelas IV Semester II………….. 67

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………. 69

Lampiran 3. Gambar Seri……….. 85

Lampiran 4. Lembar Observasi Proses Pembelajaran………... 92

Lampiran 5. Pedoman Penilaian……… 100

Lampiran 6. Hasil Menulis Narasi Siswa……….. 104

Lampiran 7. Nilai Menulis Narasi Siswa……….. 120

Lampiran 8. Perbandingan Hasil Nilai Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II……….. 127

Lampiran 9. Dokumentasi Hasil Penelitian………... 129


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pentingnya bahasa dalam pembelajaran merupakan suatu pembekalan dalam upaya meningkatkan pemahaman. Dengan bahasa manusia dapat berpikir secara teratur dan dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dipikirkan kepada orang lain. Dengan bahasa individu dapat mengekspresikan sikap dan perasaannya. Bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau yang terwujud dalam sistem yang dipahami orang untuk melahirkan pikiran dan perasaan (Nandang Budiman, 2006: 65).

Guru memiliki peran penting dalam terciptanya proses pembelajaran. Sebagai informator yang baik, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan penguasaan bahasa yang akan diberikan kepada siswa. Informasi yang baik adalah guru yang mengerti kebutuhan siswa (Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 46 ).

Guru juga sebagai pembimbing siswa menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan siswa menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Semakin dewasa, ketergantungan siswa semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat siswa belum mampu berdiri sendiri atau mandiri (Syaiful


(18)

2

Bahri, 2005: 44 ). Pada dasarnya siswa sekolah dasar belum mampu mengatur waktu untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat termasuk aktivitas menulis.

Menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel. Rangkaian aktivitas yang dimaksud: pramenulis, penulisan draft, revisi, penyuntingan, dan publikasi atau pembahasan. Seperti halnya perkembangan membaca, perkembangan anak dalam menulis juga terjadi perlahan-lahan. Dalam tahap ini anak perlu mendapat bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran ke dalam tulisan (Ahmad Rofi’udin, 2001: 51).

Pembelajaran menulis narasi sebagai salah satu aspek dalam pengajaran bahasa Indonesia kurang ditangani secara sungguh-sungguh. Hal ini disebabkan karena guru kurang memberikan contoh bagaimana cara menulis narasi baik dari segi kualitas maupun kuantitas karena banyaknya materi yang diajarkan. Guru juga jarang memberikan motivasi serta latihan-latihan yang cukup untuk keterampilan menulis narasi. Guru juga jarang membimbing siswa untuk dapat menulis narasi dengan baik, metode pembelajaran yang diterapkan guru kurang sesuai dan kurang bervariasi. Sebab lain keterampilan menulis dapat dilihat dari siswanya sendiri yaitu kurangnya latihan menulis narasi, siswa kurang memahami keterampilan menulis narasi.

Narasi adalah representasi dari peristiwa-peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Dengan demikian, sebuah teks baru bisa disebut sebagai narasi apabila terdapat beberapa peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Pembelajaran bahasa di SD menuntut siswa untuk mampu menulis,


(19)

3

misalnya menulis narasi. Melalui menulis narasi siswa dapat mengungkapkan isi pikirannya tentang sesuatu yang dikagumi dapat berdasarkan pengalaman. Akan tetapi, berdasarkan hasil tes awal siswa kelas IV SD Negeri Bakalan siswa kurang berminat dalam menulis narasi. Oleh karna itu masalah ini membutuhkan solusi yang tepat.

Dilihat dari hasil kerja siswa awal kesalahan yang dilakukan dalam menulis antara lain: penulisan huruf kapital yang kurang tepat dilihat dari penulisan kata pada yang seharusnya memakai huruf besar pada awal kalimat khususnya huruf P, kesalahan yang kedua terletak pada penulisan banjarnegara seharusnya pada penulisan yang menunjukan tempat atau kota harus memakai hufut kapital misalnya Banjarnegara, kekurangan huruf dalam penulisan kata dapat dilihat pada kata meninggal dan kata di sana, pemilihan kata yang kurang tepat dan pengulangan kata yang sama dapat dilihat pada penulisan kata yang. Selain itu kesalahan lainnya adalah kesalahan dalam penulisan spasi, kata yang seharusnya tidak diberi spasi siswa memberi spasi dapat dilihat pada kata longsor.

Kemampuan menulis pada siswa sekolah dasar peneliti masih menganggap rendah sesuai dengan tingkat pemahaman yang dimiliki. Dikatakan rendah karena siswa dalam menulis belum mampu unsur-unsur kebahasaan dengan benar seperti hasil yang di jelaskan pada awal. Untuk mengatasi rendahnya kemampuan menulis narasi maka diperlukan suatu media pembelajaran yang tepat dan menarik. Salah satu media pembelajaran yang dianggap efektif untuk diterapkan dalam bahasa Indonesia khususnya


(20)

4

kemampuan menulis narasi adalah dengan penggunaan gambar berseri. Meskipun telah disadari bahwa penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, namun dalam kenyataan pengajaran kemampuan menulis narasi kurang mendapat perhatian baik, dari para siswa. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran keterampilan menulis dianggap mudah oleh siswa. sebagian siswa tingkat pemahaman membuat kalimat dan tanda baca masih banyak yang kurang tepat, siswa kurang memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa membutuhkan waktu yang lama untuk mengarang, guru belum menggunakan gambar berseri dalam pembelajaran menulis narasi.

Melalui kemampuan menulis siswa dapat melakukan kreativitas menulis melalui kemampuan berpikir dengan menuangkan pikirannya dalam bentuk bahasa tulis yang mampu memberikan kejelasan kalimat yang ingin dikembangkan melalui cara penulisan kalimat yang baik dan benar sehingga mempermudah para pembaca. Kemampuan menulis dapat mengembangkan kemajuan siswa di sekolah dasar untuk membentuk kepribadiannya yang mulai berawal dari dasar melalui membaca dan menulis. Karna melalui membaca dan menulis siswa akan belajar untuk mengungkapkan ide dan gagasan. Membaca dan menulis merupakan aktifitas yang tidak terpisahkan dalam proses belajar.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu petanda bahwa seseorang itu telah


(21)

5

belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya (Azhar Arsyad 2009: 1).

Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal disekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain tediri atas siswa, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pembelajaran dan berbagai sumber belajar (Azhar Arsyad 2009: 1).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam peroses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efesien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia (Azhar Arsyad 2009: 2).

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling


(22)

6

berkaitan pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media yang sesuai, meskipun masih berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan oleh siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Azhar Arsyad 2009: 15).

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam peroses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan ransangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pembelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pebelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudakan penafsiran data, dan memadatkan informasi (Azhar Arsyad 2009: 15). Akan tetapi, dalam penulisan narasi di sekolah guru belum menggunakan gambar yang menarik hanya menggunakan gambar dari buku sehingga siswa dalam menulis narasi susah untuk mengembangkan imajinasinya, gambar yang ada di buku tidak memperluas imajinasi siswa dalam merangkai peristiwa.


(23)

7

Gambar berseri dapat membantu siswa dalam melihat secara langsung apa yang menjadi objek dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan gambar berseri dapat digunakan dalam bahasa dan sastra Indonesia pada pembelajaran menulis narasi. Gambar berseri membatu guru dalam mengatur proses pembelajaran serta penggunaan waktu di kelas dengan bijak. Ketersediaan gambar berseri disuatu kelas akan mempengaruhi proses pembelajaran siswa dimana penempatan gambar berseri yang sesuai akan mendukung proses pencapaian pembelajaran itu sendiri.

Penggunaan gambar berseri yang menarik dapat membatu merangsang pikiran siswa untuk berimajinasi. Ketika siswa memiliki imajinasi yang kuat, maka siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata yang sesuai dengan gambar yang dilihat. Kemudian menulis kata-kata yang dipikirkan itu ke dalam sebuah narasi.

Alasan pemilihan gambar berseri sebagai alat alternatif pembelajaran dikarenakan gambar berseri ini memudahkan siswa dalam memahami materi, dan gambar berseri ini bisa meningkatkan imajinasi dan wawasan untuk penulisan narasi. Guru dapat menggunakan gambar berseri dengan mudah, dan media gambar berseri dapat membantu siswa dalam melihat secara langsung apa yang menjadi objek dalam pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memutuskan untuk memecahkan masalah kemampuan menulis narasi dengan menggunakan gambar berseri karena penggunaan gambar dianggap dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi. Oleh karena itu penulis merumuskan dalam


(24)

8

penelitian ini judulnya adalah “ Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Gambar Berseri Siswa Kelas IV SD Negeri Bakalan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Kemampuan siswa kelas IV masih rendah khususnya menulis narasi. 2. Guru belum menggunakan gambar berseri dalam pembelajaran menulis

narasi.

3. Minat siswa dalam pembelajaran menulis narasi masih rendah. C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada “Guru belum menggunakan gambar berseri dalam pembelajaran menulis narasi”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana meningkatkan kemampuan menulis narasi melalui gambar berseri pada siswa kelas IV SD Negeri Bakalan?

2. Apakah ada peningkatan kemampuan menulis narasi melalui gambar berseri pada siswa kelas IV SD Negeri Bakalan.

E.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah:


(25)

9

Untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi melalui gambar berseri siswa kelas IV SD Negeri Bakalan.

F. Manfaat Penelitian

Kegunaan hasil penelitian dapat dilihat dari dua aspek, yaitu kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru dan siswa dalam meningkatkan kemampuan berbahasa dan bersastra, terutma kemampuan menulis narasi siswa.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai rujukan bagi para peneliti selanjutnya.

2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti

1) Sebagai dasar penelitian lebih lanjut terhadap kemampuan menulis narasi.

2) Sebagai informasi tambahan lebih lanjut untuk memperluas wawasan tentang kemampuan menulis narasi.

b. Bagi guru sekolah dasar

1) Dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas khususnya dalam pembelajaran menulis narasi.

2) Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau kemampuan dalam perkembangan menulis narasi siswa.


(26)

10

c. Bagi siswa

1) Siswa aktif dalam mengukuti proses pembelajaran serta memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.

2) Siswa akan lebih termotivasi untuk menulis narasi yang lebih baik lagi.

3) Diharapkan dengan adanya penelitian ini siswa akan lebih mudah dalam menulis narasi.

d. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama dalam meningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam proses pembelajaran khususnya dalam peningkatan menulis narasi.


(27)

11

BAB II

KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Kemampuan Menulis 1. Hakikat Menulis

siswa sudah terdorong untuk menulis jauh sebelum anak masuk TK. Siswa sering kelihatan memegang alat tulis dan sibuk menulis. Hasil tulisannya walaupun masih berupa coret-coret atau gambar jika siswa ditanyai menulis apa, siswa akan menjawab sesuai dengan apa yang akan mereka maksudkan. Siswa menulis dengan cara siswa sendiri. Hal ini sebagai suatu bukti bahwa anak belajar bahasa, berkembangnya pengetahuan, membaca-menulis secara alami di rumah dan di masyarakat berkembang secara bersamaan Burn,dkk (Saleh Abbas, 2006: 125).

Menulis sebagai proses berpikir yang menghasilkan kretivitas berupa karangan, baik karangan ilmiah maupun karangan yang berbau sastra. Karangan sebagai bukti kreativitas diperoleh melalui serangkaian aktivitas menulis. Rangkaian aktivitas menulis sebagaimana yang dikemukakan oleh Ellis, dkk (1989) dan Tompkins (1994) yakni: pramenulis, penderafan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi. Kelima tahapan siswa hendaknya menjadi partisipan aktif dalam setiap tahap proses menulis, melalui dari pramenulis sampai publikasi. Siswa memerlukan lingkungan kelas yang memungkinkan mereka untuk memahami hakikat yang interaktif. Menurut Rofi’uddin (9197) menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel (Saleh Abbas, 2006: 137).


(28)

12

Tarigan (2013: 22) mengemukakan bahwa menulis ialah menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

Menurut suparno dan yunus (2006:1.3) menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Marwoto (1987:19) menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan ide atau gagasannya dalam bentuk karangan secara leluasa. Dalam hal ini, menulis itu membutuhkan skemata yang luas sehingga penulis mampu menuangkan ide, gagasan, pendapatnya dengan mudah dan lancar (Dalman 2014:4).

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis adalah sebagai proses berpikir yang menghasilkan kretivitas dan suatu kemampuan belajar bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Bertujuan untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat, pikiran atau perasaan dalam bahasa tulisan untuk disampaikan kepada pembaca. Yang terpenting adalah menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dimana sipenerima pesan dapat memahami maksud dari penulis dalam penulisannya.

2. Tujuan Menulis

Setiap penulisan pasti memiliki tujuan apa yang ingin disamapaikan dari apa yang akan di tulis agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami


(29)

13

oleh orang lain. Menurut Hugo Hartig (HG Tarigan, 20013:25-26) menulis memiliki beberapa tujuan yang dirangkumkan nya sebagai berikut:

a) Assignment purpose (tujuan penugasan)

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku).

b) Altruistic purpose ( tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Tujuan altruistif adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan.

c) Persuasive purpose (tujuan persuatif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d) Informational purpose ( tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca).

e) Self-expressive (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f) Creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya


(30)

14

dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

g) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelaskan serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat mengerti dan diterima oleh para pembaca. (Hipple, 1973: 309-311).

Rini Kristiantari (TT:101) ada 3 tujuan menulis dikemukakan oleh O’Malley dan Pieres (1996) yaitu (1) informatife, (2) ekspresif, dan (3)

persuatif. Seseorang akan menggunakan tujuan informatif untuk berbagai pengetahuan dan informasi, memberi petunjuk atau pengungkapan gagasan. Tujuan ekspresif digunakan seseorang jika ingin menulis sebuah cerita atau esai. Tujuan persuasif digunakan ketika seseorang berusaha untuk mempengaruhi orang lain atau memprakarsai suatu aksi atau perubahan.

Dalam penelitian ini tujuan menulis yang digunakan adalah tujuan informatife karena siswa dituntut untuk mengungkapkan ide dan gagasan. Gagasan yang dikembangkan berdasarkan gambar berseri yang disediakan. 3. Manfaat Menulis

Dalam setiap penulisan pasti memiki manfaat baik untuk penulis maupun yang akan membaca tulisan. Suparno (Heri Jauhari, 2013:14-15) mengemukakan manfaat menulis antara lain untuk:


(31)

15

a) Menulis sebagai peningkatan kecerdasan. Pada waktu menulis, daya nalar berjalan. Selain mengeluarkan ide-ide, juga mengingat-ingat informasi yang pernah didapat. Hal seperti itu sama dengan melatih ketajaman dan daya tangkap otak.

b) Menulis dapat mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas. c) Menulis dapat menumbuhkan keberanian.

d) Menulis dapat mendorong untuk mencari dan mengumpulkan informasi. Topik yang sudah ditentukan untuk dibahasa dalam tulisan tidak akan berkembang tanpa dukungan informasi-informasi yang sesuai dengan topik itu.

B. Kajian Tentang Menulis Narasi 1. Pengertian Narasi

Gorys Keraf (2007:135) mengemukakan bahwa narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi.

Heri Jauhari (2013:48) Kata narasi berasal dari bahasa inggris

narration, yang artinya cerita, dan kata narrative, artinya yang menceritakan. Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan atau menyampaikan serangkaian peristiwa atau kronologi. Karena menceritakan serangkaian peristiwa atau kronologi, maka narasi sangat erat kaitannya dengan waktu,


(32)

16

tempat dan peristiwa. Maksud karangan ini memberitahukan peristiwa yang telah terjadi kepada pembaca.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa narasi adalah merupakan suatu bentuk wacana, cerita yang ingin disamapaikan secara jelas kepada pembaca dan penyampain peristiwa atau kronologi berkaitan erat dengan waktu.

2. Ciri-ciri Narasi

Menurut Erianto (2013:2-5) dalam penulisan narasi memiliki syarat dasar yaitu sebagai berikut:

a) Adanya rangkaian peristiwa. Sebuah narasi tediri atas lebih dari dua peristiwa, dimana peristiwa satu dan peristiwa lain dirangkai.

b) Rangkaian (skuensial) peristiwa tersebut tidaklah random (acak), tetapi mengikuti logika tertentu, urutan atau sebab akibat tertentu sehingga dua peristiwa berkaitan secara logis. Dengan demikian, sebuah gambar atau kalimat dimana terdapat lebih dari dua peristiwa. Pola umum adalah mengikuti urutan waktu.

c) Narasi bukanlah memindahkan peristiwa ke dalam sebuah teks cerita. Dalam narasi selalu terdapat proses pemilihan dan penghilangan bagian tertentu dari peristiwa.

Ketiga ciri di atas (rangkaian peristiwa, mengikuti logika tertentu dan pemilihan peristiwa) adalah tiga syarat yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Sebuah teks hanya bisa disebut sebuah narasi jika ketiga syarat tersebut hadir sekaligus.


(33)

17

3. Unsur-unsur Penggunaan Narasi

Menurut Heri Jauhari (2013: 50-57) terdapat 6 unsur intrinsik dalam penulisan narasi prosa, yang sekaligus sebagai unsur narasi sugestif yaitu:

a) Alur dan Plot

Alur adalah jalan cerita dan plot adalah peristiwa. Alurlah yang mengatur bagaimana peristiwa-peristiwa bertalian satu sama lainnya dan terjadinya hubungan sebab akibat, bagaimana situasi dan karakter dalam tindakan itu terikat dalam suatu kesatuan waktu. Alur juga berjalan sesuai dengan plot. Gory Keraf (2007:145) mengemukakan bahwa setiap narasi memiliki sebuah alur atau plot yang didasarkan pada kesinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat. Ada bagian yang mengawali narasi itu, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian yang mengahiri narasi itu.

b) Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan adalah dua kata yang berbeda maknanya, tetapi tidak bisa terlepas satu sama lain. Tokoh adalah orang atau bintang yang merancang cerita, sedangkan penokohan adalah penggambaran tokoh itu. c) Latar atau Setting

Latar atau setting terbagi menjadi tiga, yakni setting tempat, setting waktu, dan setting psikologis. Setting tempat terbagi menjadi dua, yaitu setting tempat secara umum antara lain hutan, kota, dan laut.


(34)

18

d) Sudut Pandang

Sudut pandang atau disebut juga pusat narasi adalah penentu gaya dan corak cerita. Watak dan keperibadian pencerita akan banyak menentukan cerita yang dituturkan kepada pembaca. Sudut pandang dalam cerita ada empat sebagai berikut. Pertama Narator Serbatahu (Aauthor Omniscient) adalah toko utama yang bertindak sebagai pencipta segalanya. Kedua, Narator Bertindak Objektif (Objective Author) pengarang hanya sebagai peninjau, seolah-olah ia tidak mengetahui jalan pikiran para pelakonnya. Pengarang menceritakan apa yang terjadi saja, seperti penonton melihat pementasan drama. Ketiga, Narator Aktif (Aauthor Participant) narator turut mengambil cerita dalam bagian. Terkadang mengambil sebagai toko utama. Keempat, Narator sebagai Peninjau tokoh ini hanya menceritakan pendapatnya dan perasaanya sendiri. Mengenai tokoh lain, dia hanya bisa menceritakanya berdasarkan apa yang dia liat.

e) Amanat

Amanat adalah sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Hal tersebut sesuai dengan latar belakang, profesi, ideologi, dan agama pengarang. Bila yang menulis karangan narasi sugestif seorang pendidik, ia pasti menyampaikan nilai-nilai didaksi dan sererusnya. Narasi sugestif lebih dikenal sebagai fiksi, selain sebagai sarana hiburan karena mementingkan daya estetika, juga sebagai media untuk menyampaikan pesan.


(35)

19

f) Peran Deskripsi, Ekosposisi, dan Dialog dalam Narasi.

Dalam karangan narasi, baik narasi ekspositori maupun narasi sugestif, rangkaian peristiwa merupakan hal yang sangat penting. Agar menarik bagi pembaca, rangkaian peristiwa harus dibantu oleh deskripsi, eksposisi, dan dialog. Dalam karangan narasi sugestif, deskripsi, eksposisi, dan dialog berfungsi untuk memperjelas apa yang hendak disampaikan, membangkitkan daya bayang, dan menghidupkan karangan.

4. Jenis-jenis karangan Narasi

Gori Keraf (2007:136-138) mengemukakan bahwa karangan narasi terbagi menjadi dua jenis, yakni:

a) Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah

rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaia-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak peduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan.


(36)

20

b) Narasi sugestif

Seperti halnya dengan narasi ekspositoris narasi sugestif juga pertama-tama bertalian dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tetapi tujuan atau sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi).

Tabel 1. Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif (Gorys Keraf, 2007: 138-139).

Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif

1. Memperluas pengetahuan. 2. Menyampaikan informasi. 3. Didasarkan pada penalaran

untuk mencapai kesepakatan rasional. 4. Bahasa lebih condong ke

bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.

1. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.

2. Menimbulkan daya khayal. 3. Penalaran hanya berfungsi

sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar. 4. Bahasanya lebih condong ke

bahasa figuratif dengan menitik-beratkan penggunaan kata-kata konotatif.


(37)

21

Dari dua jenis narasi di atas, penelitian ini menggunakan narasi ekspositoris. Hal ini dikarenakan, narasi ekspositoris dapat mengembangkan pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Kejadian yang dikisahkan berdasarkan fakta, mempersoalkan tahap-tahap kejadian, dan rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan pembaca, tidak peduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan.

C. Kajian Tentang Gambar Berseri 1. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin medius yang secarah harfiah berarti tengah; “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafik, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Azhar Arsyad, 2009:3).

Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, pembelajaran di sekolah memerlukan berbagai alat untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. alat tersebut dapat disebut sebagai media. (Arif, dkk 2009: 6) Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata


(38)

22

medium, sedangkan medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. NEA (Arif, dkk 2009: 7) menyatakan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sehingga proses belajar terjadi. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi.

Menurut Gerlach & Ely (Arzahar Arsyad, 2011: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Dari beberapa definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat berupa manusia, benda, atau pun kejadian-kejadian yang digunakan sebagai perantara agar suatu pesan dari guru kepada siswa dapat mudah untuk ditangkap, diproses, dan disusun kembali sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Levie dan lentz (Azhar Arsyad, 2009: 16-17) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya visual, antara lain.

a. Fungsi atensi media visual bermaksud untuk menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkomunikasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pembelajaran.


(39)

23

b. Fungsi afektif media visual bermaksud untuk melihat tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) dengan menggunakan emosi dan sikap siswa.

c. Fungsi kognitif bermaksud untuk memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yag terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatori bermaksud untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pembelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal.

Menurut Daryanto (2010:8) menuliskan bahwa media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). secara rinci, Daryanto (2010:10-12) menuliskan fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

b. Mengamati benda/ peristiwa yang sukar di kunjungi, baik baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang.

c. Memperoleh gambar yang jelas tentang benda/ hal-hal yang sukar diamati secara langsng karena ukuran yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil.

d. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. e. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara

langsung karena sukar ditangkap.

f. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati.

g. Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/ sukar diawetkan. h. Dengan mudah membandingkan sesuatu.

i. Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. j. Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara


(40)

24

k. Mengamati gerakan-gerakan mesin/ alat yang sukar diamati secara langsung.

l. Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari suatu hal.

m. Melihat ringkasan dari suatu rangkayan pengamatan yang paling panjang/lama secara serempak.

n. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamti suatu objek secara serempak.

o. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing.

Menurut pendapat lain, yaitu Kemp dan Dayton ( Azhar Arsyat, 2007: 19) media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan fungsi media pembelajaran yaitu: (1) menarik perhatian dan motivasi siswa dalam pembelajaran agar tetap fokus, (2) memudahkan siswa dalam mengingat materi pembelajaran yang telah disampaikan, (3) sebagai alat untuk mempermudah dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan foto atau video dan lain-lain, dan (4) sebagai alat untuk memberikan instruksi kepada siswa.

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Menurut zainal Aqib (2013: 52) media memiliki 3 jenis media pembelajaran. 1) Media grafis simbol komunikasi visual yaitu, gambar/foto, sketsa,

diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta, papan flannel, dan papan bulletin.


(41)

25

2) Media audio dikaitkan dengan indra pendengaran yaitu, radio dan alat perekam pita magnetik.

3) Multimedia dibantu proyektor LCD, misalnya file program komputer multimedia.

Pendapat lain menurut Gerlanch dan Ely (Daryanto, 2010: 18) mengelompokan media berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar gerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi. Media dikelompokan berdasarkan ukuran serta kompleks tindakannya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi, media tanpa tiga dimensi, media audio, media proyeksi, televise, video, dan Komputer Ibrahim (Daryanto, 2010: 18).

Dari beberapa pendapat ahli mengenai jenis media, penulis menggunakan media pengajaran dari pendapat Zainal Aqib (2014). Hal ini dikarenakan mengelompokan jenis media pengajaran tersebut mudah dimengerti dan memiliki keterangan yang cukup jelas dengan demikian sangat membantu penulis dalam memahami jenis media pengajaran dengan baik. 4. Pengertian Gambar Seri

Marselina (2013) mengemukakan bahwa berseri adalah terbitan yang keluar dalam bagian secara berturut-turut dengan menggunakan nomor secara berurutan. Media gambar berseri adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mempermudah penyampaian informasi secara berturut-turut baik berupa tiruan orang, binatang, maupun tumbuhan sehingga dapat merangsang pikiran,


(42)

26

perasaan dan perhatian. Gambar berseri dapat melatih dan mempertajam imajinasi siswa yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Semakin tajam daya imajinasi siswa, maka semakin berkembang pula siswa dalam melihat pembahasan sebuah gambar.

5. Manfaat gambar Seri

Azhar Arsyad (2009:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan manfaat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Dapat meningkatkan pemahaman, memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi.

Hujair AH Sanaky (2013:5) juga megemukakan manfaat media pembelajaran baik secara umum maupun khusus sebagai alat bantu pembelajaran bagi pengajaran dan pembelajaran. Beberapa manfaat media sebagai berikut:

a. Mengajar lebih menarik perhatian pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahas pembelajaran akan lebih jelas maknanya, sehigga dapat lebih dipahami pembelajaran, serta memungkinkan pembelajaran menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.


(43)

27

c. Metode pembelajaran bervariasi, tidak hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak membosankan.

d. Pembelajaran lebih banyak melakukan kegiatan belajar, seperti: mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan.

6. Kelebihan dan Kelemahan Gambar Seri

Penggunaan media apapun tentu ada kelebihan dan kelemahan. Arif S. Sadiman (2009:29-30) menyebutkan beberapa kelebihan media gambar sebagai berikut:

a) Sifatnya konkret; Gambar/foto lebih realistis menunjukan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

b) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa siswa dibawa ke objek atau peristiwa tersebut. Gambar atau foto dapat mengatasi hal tersebut. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa lampau, kemaren, atau bahkan semenit yang lalu kadang-kadang tidak dapat kita lihat seperti apa adanya. Gambar atau foto sangat bermanfaat dalam hal ini.

c) Gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penapang daun yang tidak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto.

d) Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman.


(44)

28

e) Foto harganya murah dan mudah didapat serta digunakan, tampa memerlukan peralatan khusus.

Gambar selain memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan Arif S. Sadiman (2009:31) juga menyebutkan beberapa kelemahan media gambar sebagai berikut:

a) Gambar atau foto hanya menekankan persepsi indera mata

b) Gambar atau foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

c) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar atau foto yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan (Arif S. Sadiman, 2009:31).

a) Autentik.

Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti orang melihat benda sebenarnya.

b) Sederhana

Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukan poin-poin pokok dalam gambar.

c) Ukuran relatif

Gambar atau foto dapat membesarkan atau memperkecil objek atau benda sebenarnya. Apabila gambar atau foto tersebut tentang benda atau objek yang belum dikenal atau tidak pernah dilihat maka siswa akan sulit membayangkan berapa besar benda atau objek tersebut.


(45)

29

D. Kajian Tentang Karakteristik Siswa Kelas IV SD

Nandang Budiman (2006:14) mengemukakan bahwa pada umumnya siswa SD berusia 6-12 tahun. Pada fase ini pertumbuhan fisik siswa tetap berlangsung. Siswa menjadi lebih tinggi, lebih besat, lebih kuat, dan juga lebih banyak belajar berbagai keterampilan. Perkembangan fisik pada masa ini tergolong lambat tapi kosisten, sehingga cukup beralasan jika dikenal sebagai masa tenang.

Siswa merupakan peserta didik dalam proses pembelajaran merupakan individu. Aktivitas, proses, serta hasil perkembangan pendidikan siswa dipengaruhi oleh karakteristik siswa sebagai seorang individu. Ada dua karakteristik utama dari individu manusia, yaitu bahwa individu manusia itu unik, dan kedua bahwa dia berada dalam proses perkembangan, serta perkembangan dinamis (Nana Syaodih, 2004:35-36).

Menurut piaget dalam M. Dalyono (2009: 39-40) tingkat-tingkat perkembangan kognitif siswa dapat dibedakan menjadi 4 tingkat yaitu: tingkat

sensori motoriks (0,0-2,0 tahun), tingkat preoperasional (2,0-7,0 tahun), tingkat operasi konkret (7,0-11,0 tahun), tingkat opersi formal (11 tahun ke atas). Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas IV SD. Dilihat dari ke empat tingkat perkembangan kognitif siswa tersebut, maka siwa kelas IV SD masuk dalam tingkat operasi konkret karena umumnya siswa kelas IV SD usianya kurang lebih 10 tahun. Dijelaskan pula oleh M. Dalyono (2009: 40) dalam tingkat operasi konkret ini, anak telah mengetahui


(46)

simbol-30

simbol matematis tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Anak juga mulai membentuk peer group.

Siswa kelas IV SD tentunya memiliki sifat khas sendiri. Noehi Nasution (1992: 44) mengemukakan beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah sebagai berikut:

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit; hal ini menumbulkan adanya kecendrungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2. Amat realistis, ingin tahu, dan ingin belajar.

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khuhus, yang oleh ahli-ahli mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.

4. Sampai kira-kira umur 11,0 anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lain untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya; setelah kira-kira umur 11,0 pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyampaikannya sendiri.

5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka kotor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional; mereka membuat peraturan sendiri.


(47)

31

Tidak jauh berbeda dengan pendapat Rita Eka Izzaty, dkk (2008:116) menyebutkan beberapa ciri-ciri khas anak masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar adalah: perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, ingin tahu, ingin belajar, dan realistis, timbul minat kepada pembelajaran-pembelajaran khusus, anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peer group untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompok.

Siswa kelas IV SD Negeri Bakalan termasuk dalam tahap operasi konkret karna berada pada rentang usia 7-11 tahun. Dengan demikian siswa IV SD Negeri Bakalan memiliki karakteristik seperti di atas. Siswa sudah dapat berpikir secara realistik dan selalu ingin tahu, serta dapat bekerja secara berkelompok, sehingga siswa dinilai sudah bisa menerima pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan gambar berseri.

E. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran yang dilakukan secara konvesional mengakibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD khususnya dalam pembelajaran menulis narasi siswa di dalam kelas rendah, sehingga hasil yang didapat kurang maksimal. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam menulis narasi, guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik tidak membosankan.

Pada kondisi awal pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok pembelajaran menulis narasi, dilihat masih kurang sehingga belum


(48)

32

menunjukan hasil yang diharapkan. Kemampuan siswa yang selama ini terlihat masih rendah yaitu kemampuan menulis narasi, terlihat dalam penilaian kemampuan menulis narasi siswa pada kelas IV SD Negeri Bakalan pada data awal yang didapat dari hasil menulis narasi siswa. Hal ini disebabkan karena guru dalam pembelajaran menulis narasi tidak menggunakan media hanya menggunakan gambar yang ada di buku saja sehingga siswa bosan dan minat siswa dalam pembelajaran menulis rendah selain itu guru juga belum menggunakan gambar berseri sehingga cara berpikir siswa sempit tidak meluas. Apabila pembelajaran menulis narasi dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan kemampuan menulis yang dimiliki siswa akan semakin berkurang.

Agar kemampuan siswa dalam menulis dapat berkembang, maka peneliti akan melakukan suatu penelitian tindakan kelas. Pada kondisi awal kemampuan menulis narasi siswa masih rendah. Oleh karna itu diperlukan adanya suatu media pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. Dengan menggunakan gambar berseri diharapkan dapat membantu peningkatan kemampuan menulis narasi siswa. Gambar berseri ini dapat membantu siswa dalam mengarang karena gambar berseri ini cukup menarik untuk melahirkan imajinasi siswa dalam mengarang. Melalui kolaborasi peneliti dan guru menulis narasi melalui gambar berseri akan diterapkan dengan menggunakan siklus yang melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.


(49)

33

F. Hipotesis

Berdasarkan kejian teori dan kerangka pikir diatas maka peneliti mengajukan hipotesis tindakan dalam penelitian ini seperti berikut “Gambar berseri dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas IV SD Negeri Bakalan”.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kemampuan menulis narasi adalah kemampuan menulis suatu karangan dalam suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehinggah tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi.

2. Gambar berseri adalah salah suatu media yang digunakan dalam proses pembelaran bahasa Indonesia salah satunya menulis narasi dan segalah sesuatu yang digunakan untuk mempermudah penyampaian informasi secara berturut-turut baik berupa tiruan orang, binatang, maupun tumbuhan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dalam rangkaian belajar.


(50)

34

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian tindakan kelas (Action Research), yaitu rencangan penelitian berdaur ulang (siklus). Menurut Darianto (2011:1) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada dasarnya merupakan kegiatan nyata yang dilakukan guru dalam rangka memperbaiki mutu pembelajaran di kelas. Secara ringkas, PTK dimulai dari tahap perencanaan setelah ditemukannya masalah dalam pembelajaran, dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Guru bersama peneliti memantau kegiatan pembelajaran secara bersama mulai dari menentukan materi sampai dengan pelaksanaan tindakan, pembuatan rencana pembelajaran, menyusun lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa, kemudian melakukan penilaian terhadap proses terhadap tindakan yang dilakukan. Apabila masih banyak terdapat masalah dalam proses pelaksanaan maka guru bersama dengan peneliti melakukan revisi dan refleksi untuk memperbaikinya pada tindakan berikutnya.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini pada siswa kelas IV SD Negeri Bakalan yang jumlah siswanya 22 siswa, terdiri dari laki-laki 13 dan 9 perempuan. Sedangkan objek penelitian yang akan diteliti adalah Peningkatan Kemampuan Menulis Narasai Melalui Gambar Berseri Kelas IV SD Negeri Bakalan.


(51)

35

C. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Bakalan, pada siswa kelas IV SD dengan pelaksanaan penelitian direncanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 Mei-Juni. Dengan jadwal pelaksanaan menyesuaikan dengan jadwal pembelajaran yang ditentukan oleh pihak sekolah.

D. Desain Penelitian

Penelitian tidakan kelas yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Desain pelaksanaan dalam penelitian kelas yang akan dilaksanakan digambarkan dalam 4 tahap sebagai berikut:

3 Keterangan:

1 Siklus I: 1. Perencanaan 2 2. Tindakan

3. Pengamatan 3 4. Refleksi 1

2

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan dari Kemmis & Taggart Berdasarkan gambar di atas setiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu diawali dengan:


(52)

36

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan tindakan adalah persiapan perencaaan tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan proses sesuai yang ada di lapangan melalui langkah-langkah berikut:

a) Pada tahap ini peneliti melakukan observasi awal dengan mewawancarai guru dan pengambilan data awal kelas IV untuk mengetahui permasalahan yang ada pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Pada penelitian ini peneliti menemukan masalah yang terjadi dilapangan adalah kemampuan siswa dalam menulis masih sangat rendah khususnya menulis narasi dan penggunaan media yang kurang menarik pada kegiatan menulis narasi pada pelajaran Bahasa Indonesia.

b) Mejelaskan alasan mengapa permasalahan tersebut dipilih menjadi latar Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

c) Merumuskan masalah secara rinci.

d) Menentukan bahan dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.

e) Menyusun instrumen data keberhasilan guru maupun data keberhasilan siswa, berupa format observasi, tes, dan rekaman tindakan berupa rekaman foto pelaksanaan tindakan.

2. Tindakan (action)

Tahap pelaksanaan tindakan yaitu tahap mengimplementasikan rencana tindakan yang telah disusun secara kolaboratif oleh peneliti dan guru kelas IV.


(53)

37

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah melaksanakan tindakan pembelajaran menulis narasi dengan meggunakan gambar berseri. 3. Pengamatan (observasi)

Observasi adalah semua kegiatan yang ditunjukan untuk mengamati seluruh proses tindakan. Fokus observasi adalah siswa, aktivitas siswa dapat diamati mulai pada tahap awal pembelajaran, saat pembelajaran, dan akhir pembelajaran yang diperoleh dengan menggunakan format observasi dan tes. 4. Refleksi (reflecting)

Refleksi merupakan tahap untuk mengkaji dan memproses data yang didapat saat melakukan observasi. Refleksi dilakukan dengan mengacu pada hasil observasi selama proses dan pada saat selesai pembelajaran terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Jika hasil yang dicapai pada siklus I belum sesuai dengan rencana, maka akan dilaksanakan tindakan selanjutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara-cara yang dipergunakan untuk dapat mengumpulkan informasi atau keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meggunakan metode observasi dan tes menulis karangan narasi.

1. Metode observasi

Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengambil data dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah atau kelas, karakteristik peserta didik dan mengamati perilaku peserta didik. Observasi dilakukan dengan mengadakan


(54)

38

pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Observasi yang dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa dan guru di dalam kelas. Dengan observasi sederhana tentang pelaksaan kemampuan menulis narasi melalui gambar berseri diharapkan dapat mengukur keberhasilan siswa dalam kemampuan belajar menulis. Selain mengamati siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tujuan observasi lain juga untuk memperoleh data tentang keberhasilan siswa dalam peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi menulis narasi. 2. Tes menulis karangan narasi

Tes merupakan instrumen pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikuto, 2006:150). Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa pemberian tugas kepada siswa untuk menulis karangan narasi sesuai hasil pengamatan.

F. Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto (2007:101) mengemukakan bahwa instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen yang berarti alat bantu dapat diwujudkan dalam bentuk benda. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah tes tugas dan lembar cacatan lapangan. Tes tugas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar berseri. Menurut Lyon dan Prochnow (Ahmad Rofi’udin, 1998/1999:173) dengan


(55)

39

modifikasi mejelaskan kisi-kisi yang digunakan disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Table 2: Kisi-kisi Penilaian Menulis Karangan Narasi

No. Aspek yang Dinilai Skor Maksimal 1. Isi gagasan yang dikemukakan 30

2. Organisasi isi 25

3. Struktur tata bahasa 20 4. Gaya: pilihan struktur dan diksi 15 5. Ejaan dan tanda baca 10 Sumber Suharsimi Arikunto (2007: 101)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dengan mencari rerata. Rumus mencari rerata (mean) data tunggal menurut Anas sudijono (2006:81) adalah:

Mx

Keterangan:

Mx = Nilai rata-rata siswa ∑X = Jumlah total nilai siswa N = Jumlah siswa

Nilai rata-rata juga digunakan untuk menentukan kategori kemampuan menulis siswa dalam menulis narasi. Penentuan kategori penelitian ini mengacu pada kriteria yang dikembangkan oleh Burhan Nurgiantoro


(56)

40

(2011:110). Kemungkinan skor tertinggi adalah 100, maka skor yang diperoleh sebenarnya sekaligus menunjukan dengan skala 100, seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Kategori Kemampuan Menulis Narasi

Nilai Kriteria

85-100 Sangat Baik

70-85 Baik

56-70 Cukup Baik

10-55 Kurang Baik

Sedangkan untuk mengukur peningkatan kemampuan menulis karangan narasi siswa, dilakukan dengan cara membandingkan nilai rata-rata siklus I dan II. Apabila nilai rata-rata siklus II lebih besar dari nilai rata-rata siklus I, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis karangan narasi siswa mengalami peningkatan.

H. Indikator Keberhasilan

Keriteria keberhasilan merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam penentuan keberhasilan atau keefektifan penelitian indikator keberhasilan pada kegiatan pembelajaran ini adalah meningkatnya kemampuan menulis narasi melalu gambar berseri pada siswa kelas IV SD Negeri Bakalan Sewon Bantul. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 70% siswa dalam menulis narasi mendapat nilai 75 yang termasuk kategori baik.


(57)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai peningkatan kemampuan menulis karangan narasi pada siswa kelas IV SD Negeri Bakalan Bantul Yogyakarta. Adapun data penelitian yang diuraikan adalah hasil penelitian mengenai kemampuan awal siswa dalam pembelajaran menulis narasi, pelaksanaan tindakan pada setiap siklus, dan peningkatan kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan gambar berseri. Dalam pembahasan diuraikan hasil analisis kemampuan awal siswa dalam pembelajaran menulis narasi, pelaksanaan tindakan pada setiap siklus, dan peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi dengan menggunakan gambar berseri.

A. Hasil Penelitian

1. Data Awal Kemampuan Menulis Narasi

Data awal kemampuan menulis narasi dapat dilihat dari tes pratindakan menulis narasi yang dilakukan di kelas. Kegiatan pratindakan diikuti semua siswa kelas IV SD N Bakalan yang berjumlah 22 siswa. presentase perolehan nilai tes menulis narasi dapat digambarkan pada tabel di bawah ini.


(58)

42

Table 4. Nilai Menulis Narasi Deskripsi Pratindakan

No. Nama Nilai

awal

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Tuntas Tidak tuntas

1. HS 67 - √

2. IH 69 - √

3. AZ 75 √

4. AA 65 - √

5. AL 65 - √

6. CP 61 - √

7. DS 65 - √

8. ED 66 - √

9. FA 60 - √

10. FZ 67 - √

11. HT 75 √

12. IL 65 - √

13. MD 67 - √

14. MA 62 - √

15. MH 65 - √

16. MS 65 - √

17. MZ 65 - √

18. NG 65 - √

19. SF 67 - √

20. ST 65 - √

21. WA 65 - √

22. RQ 65 - √

Jumlah Nilai 1451 2 20

Nilai Rata-rata 65.95 Nilai Tertinggi 75 Nilai Terendah 65 Presentasi Ketuntasan 9 %

Tabel di atas menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa sebesar 65.95%. Nilai ini masih jauh dibawah indikator keberhasilan yang ditetapkan yakni 75. Dari 22 siswa, sebanyak 2 orang siswa (9%) siswa mendapat nilai 75,


(59)

43

sedangkan sebanyak 20 siswa (91%) siswa mendapat nilai kurang dari 75. Nilai 75 merupakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Berdasarkan data awal yang diperoleh dari tes pratindakan dan hasil prasurvei terhadap proses dan hasil pembelajaran menulis narasi, maka disusunlah rencana perbaikan pembelajaran yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi. Melalui rencana perbaikan pembelajaran ini diharapkan siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik serta menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Siswa yang masih belum berhasil memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) diharapkan mampu mencapai KKM yang sudah ditentukan.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tahap kedua dari penelitian adalah pelaksanaan tindakan yang merupakan implementasi isi rencana pelaksanaan pembelajaran. berikut uraian pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama.

a. Perencanaan siklus I

Sebelum melakukan pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi menggunakan gambar berseri pada siswa IV SD Negeri Bakalan, terlebih dahulu tahap perencanaan dalam siklus I ini mencakup beberapa hal sebagai berikut.

1) Peneliti mengajukan permohonan izin kepada kepala sekolah setempat dan guru kelas IV serta pihak-pihak terkait untuk membantu dan mengarahkan dalam proses penelitian.


(60)

44

2) Peneliti mengemukakan suatu ide dalam memecahkan masalah rendahnya kemampuan menulis narasi siswa menggunakan gambar berseri.

3) Peneliti dan guru menentukan gambar berseri sebagai media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa.

4) Peneliti dan guru menentukan materi yang akan disampaikan pada siklus I. Materi yang disampaikan mencakup aspek isi gagasan, organisasi isi, tata bahasa, diksi dan tanda baca.

5) Peneliti dan guru menyusun langkah-langkah dalam pembelajaran, Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), dan menyusun instrumen yang akan digunakan.

b. Pelaksanaan tindakan siklus 1) Pertemuan I

Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Mei 2015 berlangsung selama 70 menit (2 JPL). Kegiatan inti pertemuan pertama adalah sebagai berikut.

a) Sebelum memulai pembelajaran, guru bertanya kepada siswa “siapa yang

senang menulis cerita dan cerita apa saja yang perna di tulis dan di dengar?” sebagai apersepsi.

b) Guru mempersiapkan gambar berseri yang tidak berwarna dipapan tulis. Setelah itu guru bertanya kepada siswa mengenai apa yang dilihat pada gambar. guru bertanya kepada siswa mengenai pembelajaran yang pernah dilakukan pada pertemuan sebelumnya tentang menulis sebuah karangan.


(61)

45

c) Siswa menyimak penjelasaan guru mengenai penggunaan gambar berseri dalam menulis narasi.

d) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai EYD (pemodelan) dan langkah membuat kerangka karangan.

e) Siswa menulis narasi sesuai dengan gambar dan judul narasi yang yang telah disediakan di papan tulis.

f) Siswa membuat kerangka karangan dan mengembangkannya menjadi sebuah karangan narasi.

g) Siswa masuk pada kegiatan inti dari pembelajaran yaitu siswa menulis narasi melalui gambar berseri yang tidak berwarna. Dengan didampingi oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru mengenai penggunaan tanda baca, huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma dalam penulisan narasi. Kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa mengenai gambar berseri yang kurang jelas.

h) Setelah selesai menulis narasi, siswa diminta membacakan hasil karangannya di depan kelas, siswa yang lain diminta memberikan komentar

i) Hasil karangan narasi dikumpulkan untuk dinilai oleh peneliti (penilai sesungguhnya).


(62)

46

2) Pertemuan II

Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Rabu 27 Mei 2015 yang berlagsung selama 70 menit (2 JMP). Adapun kegiatan inti pada pertemuan kedua ini adalah sebagai berikut.

a) Guru menunjukan gambar berseri yang berwarna yang dipajang di papan tulis dan mengajukan pertanyaan kepada siswa “manakah gambar yang lebih menarik dan jelas gambar tidak berwarna pada minggu lalu dengan gambar pada hari ini?” sebagai apersepsi.

b) Guru mempersiapkan gambar berseri yang berwarna dipapan tulis. Setelah itu guru bertanya kepada siswa mengenai apa yang dilihat pada gambar. guru bertanya kepada siswa mengenai pembelajaran yang pernah dilakukan pada pertemuan sebelumnya tentang menulis sebuah karangan. c) Siswa menyimak penjelasaan guru mengenai penggunaan gambar berseri

dalam menulis narasi.

d) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai EYD (pemodelan) dan langkah membuat kerangka karangan.

e) Siswa menulis narasi sesuai dengan gambar dan judul narasi yang telah disediakan di papan tulis.

f) Siswa membuat kerangka karangan dan mengembangkannya menjadi sebuah karangan narasi.

g) Siswa masuk pada kegiatan inti dari pembelajaran yaitu siswa menulis narasi melalui gambar berseri yang berwarna. Dengan didampingi oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung siswa memperhatikan dan


(63)

47

menyimak penjelasan guru mengenai penggunaan tanda baca, huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma dalam penulisan narasi. Kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa mengenai gambar berseri yang kurang jelas.

h) Setelah selesai menulis narasi, siswa diminta membacakan hasil karangannya di depan kelas, siswa yang lain diminta memberikan komentar

i) Hasil karangan narasi dikumpulkan untuk dinilai oleh peneliti (penilai sesungguhnya).

3) Observasi siklus I

Peneliti melakukan observasi dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran pada siklus I. Observasi ini dilakukan untuk mengamati tingkat perkembangan siswa dalam menulis narasi selama proses pembelajaran menggunakan gambar berseri dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang diamati observer dan hasil menulis narasi anak pada siklus I pertemuan satu hasil yang didapat sebagian siswa belum menampakan indikasi keberhasilan belajar, dalam pembelajaran menulis narasi. Dan beberapa siswa sudah mencapai indikasi keberhasilan belajar. Sedangkan pada siklus I pertemuan kedua hasil yang didapat sebagian besar dari jumlah siswa sudah mencapai indikasi keberhasilan hanya beberapa anak masih belum tercapai.


(64)

48

1. Kegiatan Guru

Pelaksanaan tindakan pada siklus I, adalah menulis narasi dengan menggunakan gambar berseri. Pada saat menyampaikan materi guru menggunakan gambar berseri. Pada pertemuan pertama gambar yang ditampilkan guru kurang menarik karena gambar yang digunakan tidak berwarna, sehingga siswa masih terlihat bingung ketika diminta mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan narasi. Ketika guru menjelaskan materi masih terlihat siswa yang tidak menyimak tetapi asik berbincang dan bermain dengan temannya dan penggunaan gambar yang tidak berwarna membuat siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Dalam peningkatan kemampuan menulis narasi dengan menggunakan gambar berseri belum maksimal, guru dalam memberikan bimbingan dan pemantauan kepada semua siswa masih belum merata sehingga ketika ada siswa yang mengalami kesulitan, siswa tersebut tidak mendapat bimbingan atau pengarahan sebagaimana mestinya yang mengakibatkan hasil pekerjaan siswa menjadi kurang maksimal.

Pada kegiatan pembelajaran pertemuan kedua guru menyampaikan materi dengan menggunakan gambar berseri yang berwarna dan lebih menarik. Di sini siswa lebih terlihat memahami pembelajaran, siswa terlihat senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. ide-ide siswa dalam mengembangkan kerangka karangan lebih mudah tersampaikan


(65)

49

2. Kegiatan Siswa

Kegiatan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (fokus menulis) dengan menggunakan gambar berseri sangat antusias. Hal ini tampak pada saat guru menempel gambar di papan tulis, hal ini dikarenakan pada pembelajaran menulis sebelumnya guru tidak pernah menggunakan gambar. Sebelum menggunakan gambar berseri siswa masih terlihat bingung dalam membuat kerangka karangan narasi. Siswa kurang memahami konsep yang disampaikan guru. Namun ketika guru menggunakan gambar berseri untuk menyampaikan materi, siswa terlihat termotivasi untuk membuat narasi. Dengan melihat gambar yang ada, siswa sudah mulai mempunyai gambaran tentang kegiatan apa yang sedang terjadi. Siswa tidak merasa kesulitan untuk mengungkapkan gagasan dan menuliskan alur cerita narasi. Meski siswa sering bertanya pada guru, namun siswa terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran.

Kemampuan menulis karang narasi siswa pada siklus I dibandingkan dengan pratindakan jauh lebih meningkat. Berikut gambar salah satu siswa menbaca karangannya di depan.

Gambar 2. Salah satu siswa membacakan narasi yang ditulisnya pada siklus I.


(66)

50

4) Refleksi dan Revisi Tindakan Siklus I

Tahap keempat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah refleksi. Refleksi merupakan kegiatan untuk mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan, mengungkapkan kelebihan dan kekurangan tindakan, dan mencari solusi untuk tindakan selanjutnya. Dalam tahap refleksi guru dan peneliti menilai hasil pembelajaran menulis narasi siswa pada siklus I. hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan siswa dalam menulis narasi dengan menggunakan gambar berseri.

1. Refleksi Tindakan Siklus I

Pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan gambar berseri membuat siswa menulis dengan baik. Kesalahan-kesalahan penulisan sudah jarang, pemilihan kata sudah baik. Namun masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dan kesalahan misalnya:

a) Kesulitan menuliskan huruf kapital di awal kalimat, nama binatang, nama orang seperti: Gajah ditulis gajah, Monyet ditulis monyet, Didi ditulis didi, Eli dituli eli, Mereka ditulis mereka, Tetapi ditulis tetapi, Mimpi ditulis mimpi.

b) Kesalahan dalam pengulangan kata yang berulang-ulangan seperti: kata Lalu, kemudian, mereka.

c) Kesalahan menuliskan suku-suku kata misalnya menulis bermimpi ditulis mengimpi, penulisan buah ditulis baah, bertengkar ditulis bertengkaran, bertemu ditulis bertemuan, datang ditulis datan, memberikannya ditulis memperikannya.


(67)

51

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Pratindakan Siklus I

9%

64%

Series1 d) Kesalahan dalam penulisan tanda baca yang petik misalnya: “iya” jawab

Momo dan Mumu dituliskan “iya”. Jawab Momo dan Mumu. 2. Revisi tindakan pada siklus I

Hasil tindakan pada siklus I dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas IV SD N Bakalan sebesar

Tabel 5. Hasil Tindakan Siklus I dan KKM Menulis Karangan Narasi

Kelas KKM

Pratindakan Siklus I

IV 9% 64%

Gambar 3. Diagram Batang perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan menulis Narasi Siswa Kelas IV SD N Bakalan Pada Siklus I.

Data dalam tabel dan diagram di atas menunjukan peningkatan nilai rata-rata kemampuan menulis narasi siswa. Peningkatan yang terjadi adalah pada pengembangan kerangka pikir menjadi narasi kosa kata, dan ejaan. Dalam siklus I ini, ada 22 siswa yang mengalami peningkatan. Sedangkan dari


(68)

52

keseluruhan siswa yang berjumlah 22 siswa, terdapat 14 siswa yang tuntas atau sebanyak 64%. Sebanyak 8 siswa dari 22 siswa atau 37% siswa masih belum tuntas dalam menulis narasi. Sedangkan nilai KKM pada siklus I ini, meningkat dari tahap pratindakan 9% menjadi 64%.

Tabel 6. Klasifikasi Nilai Menulis Karangan Narasi Siklus I

Skor Kriteria Jumlah Prosentase

85-100 Sangat Baik 0 0%

70-85 Baik 18 81,81%

56-70 Cukup Baik 4 18,18%

10-55 Kurang Baik 0 0%

Data dalam tabel di atas menunjukan nilai menulis karangan narasi siklus I. jumlah siswa yang mendapat kriteria sangant baik 0 dengan presentase 0%, siswa yang mendapat nilai baik sebanyak 18 siswa dengan presentase 81.81%, sedangkan siswa yang mendapat nilai cukup baik 2 siswa dengan presentase 18,18%, dan yang mendapat nilai kurang baik 0 dengan presentase 0%.

Berdasarkan hasil menulis narasi anak yang telah diperoleh, serta permasalahan yang ditemukan pada siklus I, maka disusunlah rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Adapun perbaikan yang akan diterapkan pada siklus II adalah (1) menjelaskan kembali mengenai EYD dan langkah membuat narasi, serta (2) menggunakan gambar berseri yang lebih mudah dipahami siswa.


(69)

53

5) Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Tahap awal dalam siklus II adalah perencanaan. Guru bersama peneliti menyusun rencana perbaikan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Adapaun rencana perbaikan tersebut antara lain:

a) Guru memberikan penjelasan mengenai tata penulisan narasi yang baik. b) Penjelasan ulang tentang penulisan huruf kapital setiap awal kalimat c) Pada siklus II ini peneliti mempersiapkan gambar berseri yang berbeda

dan topik ceriya yang berbeda dari siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Tahap kedua penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan. Berikut uraian tindakan siklus II.

1. Pertemuan siklus II

Pertemuan pertama siklus II dilakukan pada 16 juni 2015 yang berlangsung selama 70 menit (2 JPL). Implementasi tindakan dari siklus II merupakan perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. adapun kegiatan inti pada pertemuan ini adalah sebagai berikut :

a) Guru menjelaskan materi menulis narasi berdasarkan gambar

b) Guru menjelaskan cara mebuat narasi berdasarkan gambar yang telah di tempel di lembar menulis siswa

c) Siswa diminta membuat kerangka karangan kemudian mengembangkannya menjadi karangan narasi


(70)

54

e) Guru memberikan penilaian terhadap hasil karangan siswa saat pembelajaran.

c. Observasi

Tahap ketiga dari penelitian tindakan kelas ini adalah observasi. Observasi dilakukan terhadap guru dalam menggunakan gambar berseri.

1. Kegiatan Guru

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada peningkatan menulis narasi menggunakan gambar berseri secara umum sudah baik. Kekurangan guru yang terjadi pada siklus I sudah diperbaiki pada siklus II. Dalam proses pembelajaran, guru menyampaikan materi cukup jelas, tidak terburu-buru sehingga muda dipahami. Guru selalu membantu dan membimbing siswa dalam mengerjakan tugas menulis supaya siswa yang mengalami kesulitan lebih terbantu dan mudah menuangkan ide atau gagasannya.

2. Kegiatan siswa

Pada siklus II siswa sudah tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan gagasan atau ide yang akan dituangkannya menjadi sebuah narasi. Siswa sudah tidak membuang-buang waktu saat pembelajaran. siswa sudah tidak mengalami kesulitan untuk memulai menulis narasi dan siswa juga mulai percaya diri dalam menulis narasi.

d. Refleksi

Tahap keempat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah refleksi. Refleksi merupakan kegiatan untuk mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan, mengungkapkan kelebihan dan kekurangan tindakan, dan mencari


(1)

132

Gambar: Guru mambagikan lembar kerja yang sudah tersedia gambar berseri pada siklus II.

Gambar: Guru membimbing siswa dan memotivasi siswa dalam membuat narasi pada siklus II.


(2)

133

LAMPIRAN 10

Surat Ijin Penelitian


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI PAGUYANGAN 01 KABUPATEN BREBES

0 12 244

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Crewek Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Tahun A

1 2 18

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Crewek Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 8

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MEDIA GAMBAR SERI Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Jatipurwo Wonogi

0 0 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA SISWA KELAS IV SD KANISIUS PATI Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Siswa Kelas IV SD Kanisius Pati Tahun Pelajaran 2012 / 2013 dengan Menggunakan Media Gambar Seri.

0 2 9

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR 1 BLUNYAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL.

0 5 155

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BAKALAN SEWON BANTUL YOGYAKARTA.

0 0 156

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PERCAKAN MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS IV B SD NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA.

0 1 95

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PENERAPAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SD NEGERI 3 LINGGASARI - repository perpustakaan

0 0 12

Peningkatan kemampuan menulis karangan narasi menggunakan media gambar seri dalam pembelajaran menulis siswa kelas IV SD Kanisius Kembaran Bantul tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository

0 0 157