MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI PEMBAGIAN BILANGAN CACAH MENGGUNAKAN MEDIA KARTU DOMI NUMBERS PADA SISWA KELAS 2 SD NEGERI DAWUNG TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari ketergantungan dengan manusia lainnya. Selanjutnya manusia akan tercipta hubungan atau interaksi sosial yang kuat. Untuk melangsungkan kehidupannya, manusia juga membutuhkan kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan. Kemampuan berpikir manusia dalam mendapatkan kebutuhannya berkembang dari waktu ke waktu. Dahulu manusia saling bertukar barang atau jasa untuk mendapatkan kebutuhan maupun keinginannnya dengan teknik barter. Seiring perkembangan zaman, kini manusia modern menggunakan uang sebagai alat transaksi bertukar barang maupun jasa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam melakukan suatu transaksi setiap manusia perlu memiliki suatu kemampuan yang berkaitan dengan ilmu matematika, yaitu berhubungan dengan operasi hitung yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun pembagian.

Hal tersebut membuktikan bahwa matematika terintegrasi, yaitu tidak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Penerapan matematika yang sangat banyak pada segi kehidupan menjadikan mata pelajaran matematika sangat vital. Di era modern ini, mata pelajaran matematika diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Matematika pada tingkat sekolah dasar pun sudah berkembang sangat pesat


(2)

2

baik tampak pada segi materi maupun kegunaannya sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan global.

Piaget (dalam Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 35) menjelaskan bahwa masa perkembangan ranah kognitif pada anak sekolah dasar yaitu umur 6 sampai 12 tahun berada pada tahap operasional konkret, dimana pemikiran anak dibatasi pada benda-benda yang nyata.

Selanjutnya Heruman (2007: 1-2) juga mengatakan bahwa dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret dan selanjutnya abstrak.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa di sekolah dasar dari kelas rendah hingga kelas tinggi yaitu kelas 1 hingga 6 termasuk dalam tahap operasional konkret, di mana cara belajarnya perlu menggunakan media yang konkret atau riil dan atau setidaknya mendekati keadaan sesungguhnya dan perlu disesuaikan dengan lingkungan atau kehidupan sehari-hari anak.

Jenjang sekolah dasar dibaratkan sebuah pondasi dalam sebuah bangunan sehingga perlu dibangun secara kuat dan kokoh, yaitu dengan memberikan sistem pembelajaran yang baik, oleh karena itu pendidik (guru) perlu menanamkan suatu dasar atau konsep matematika serta pengembangan keterampilannya yang benar bagi peserta didik. Akan tetapi permasalahan yang timbul dalam dunia matematika sangatlah kompleks, baik dilihat dari segi pendidik maupun peserta didik. Para siswa sering mengalami hambatan


(3)

3

atau kesulitan dalam memahami materi yang berdampak pada tingkat prestasinya.

Berdasarkan hasil observasi di kelas 2 SD Negeri Dawung pada bulan November 2013, dapat diketahui permasalahan sebagai berikut. Pertama, rendahnya hasil belajar matematika yang dapat dilihat melalui nilai mid semester gasal yang sebagian besar masih belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 65. Rendahnya nilai matematika bisa disebabkan oleh dua faktor baik pendidik maupun peserta didik. Rata-rata siswa kelas 2 memang masih kesulitan dalam memahami soal mengenai operasi hitung, sehingga dalam mengerjakan soal sering kurang teliti dalam perhitungan atau memang siswa belum menguasai konsep dalam perhitungan. Hal tersebut menjadikan siswa kurang terampil jika menghadapi soal terkait dengan operasi hitung.

Kedua, guru menggunakan cara mengajar yang monoton yaitu metode ceramah saja tanpa divariasikan dengan metode lain. Dalam metode caramah, siswa hanya mendengarkan kemudian guru menjelaskan materi. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru hanya terpusat pada guru, metode yang digunakan pun kurang variatif. Akibatnya siswapun merasa bosan dengan pembelajaran yang ada. Padahal untuk saat ini sudah tersedia berbagai macam model atau metode pembelajaran yang menekankan partisipasi dan keaktifan siswa. Keadaan ini terjadi karena kurang aktifnya guru dalam mencari informasi mengenai inovasi metode ataupun model pembelajaran yang ada.


(4)

4

Ketiga, Proses pembelajaran yang masih cenderung guru sentris artinya kurang memberikan peluang kepada siswa untuk aktif mengemukakan pendapatnya. Selain itu, guru juga kurang memancing siswa untuk mengeluarkan apa yang ada dalam pikirannya misalnya dengan pertanyaan atau hal-hal baru yang dapat memancing dan membuat siswa penasaran.

Keempat, kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran di kelas bisa dilihat saat guru memberikan pertanyaan, hanya satu atau dua siswa saja yang berani menjawab pertanyaan dikarenakan metode mengajar yang digunakan guru kurang memacu siswa untuk aktif.

Kelima, kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, bisa tampak saat pembelajaran berlangsung ada siswa yang tidak memperhatikan gurunya yang sedang mengajar seperti bermain, mengobrol atau bercanda bersama teman sebangkunya, asyik dengan dirinya sendiri, dan sebagainya. Sehingga berdampak pada nilai akhir atau prestasinya.

Keenam, kurangnya keterampilan guru dalam menggunakan media yang variatif. Padahal, penggunaan media sangat dianjurkan dalam pembelajaran matematika. Saat ini pun media yang tersedia sangatlah banyak, bahkan di sekolah sudah tersedia alat peraga seperti KIT matematika.

Berdasarkan permasalahan tersebut, masalah yang lebih kompleks adalah pada rendahnya hasil belajar siswa kelas 2 pada mata pelajaran matematika yang akan berdampak pada prestasi belajar. Hal ini bisa diamati melalui hasil nilai mid semester gasal pada siswa kelas 2 di SD Negeri Dawung masih cukup rendah yaitu dengan rata-rata kelas 62,58. Sekolah ini


(5)

5

menetapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) untuk mata pelajaran matematika dengan nilai 65. Berdasarkan hasil nilai mid semester, dari 17 siswa, ada 10 siswa yang belum tuntas. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa belum mencapai KKM yang telah ditetapkan. Jika dipersentasekan, diperoleh hasil sebanyak 42% siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan sedangkan 58% belum. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika di kelas 2 di SD Negeri Dawung dapat disebabkan karena pembelajaran matematika yang cenderung monoton dan membosankan serta kurangnya kreativitas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga siswa kurang baik dalam menangkap materi yang telah diajarkan.

Dari uraian di atas rendahnya hasil belajar pada siswa kelas 2 harus segera diatasi. Oleh karena itu, perlu suatu usaha dari guru untuk membantu meningkatkan prestasi belajar matematika terutama dalam persoalan operasi hitung. Operasi hitung yang diajarkan di kelas 2 adalah operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Menurut Heruman (2007: 26) bahwa pembagian merupakan materi yang cukup sulit dipahami oleh sebagian siswa termasuk siswa sekolah dasar karena siswa perlu memiliki kemampuan prasyarat yang harus dimiliki yaitu pengurangan dan perkalian. Oleh karena itu penanaman konsep yang baik dan pembinaan keterampilan sangat diperlukan. Penggunaan media pembelajaran yang efektif juga diperlukan untuk membantu siswa dalam mempelajari materi pembagian. Dari keempat operasi hitung tersebut, dapat disimpulkan bahwa


(6)

6

pokok materi yang paling sulit adalah pada operasi hitung pembagian, karena siswa perlu menguasai fakta dasar pembagian secara matang.

Selanjutnya Muchtar A. Karim (1996: 164-165) menjelaskan sebelum memahami konsep pembagian, para siswa perlu menguasai fakta dasar pembagian. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak berlatih memecahkan masalah pembagian sederhana. Aktivitas yang menggunakan tabel perkalian dapat dipakai untuk meningkatkan penguasaan siswa fakta dasar pembagian. Disamping itu, kita dapat memodifikasi kartu domino atau pun kartu bridge dengan menuliskan soal-soal tentang fakta dasar pembagian ini ke dalamnya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka peran alat bantu sangat penting, media/alat peraga pembelajaran matematika yang dimaksud untuk membantu meningkatkan prestasi belajar materi operasi hitung pembagian matematika siswa kelas 2 adalah media kartu domino atau Domi Numbers. Disini kartu domi numbers berperan sebagai media penunjang edukatif untuk menarik siswa dalam belajar matematika. Media kartu domi numbers juga dapat dikreasikan menggunakan metode permainan secara berkelompok.

Media kartu domi numbers menyerupai dua persegi bilangan dalam bentuk pemecahan masalah berupa penyelesaian soal, kemudian siswa diminta untuk menyelesaikan soal-soal yang ada pada kartu bilangan tersebut dengan memasang-masangkannya, dan lama kelamaan siswa menjadi paham akan fakta-fakta dasar pembagian. Dengan permainan domi numbers ini diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berhitungnya dan dapat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya yang dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-harinya.

Selanjutnya berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti perlu melakukan penelitian mengenai Meningkatkan Prestasi Belajar Materi


(7)

7

Pembagian Bilangan Cacah Menggunakan Media Kartu Domi Numbers pada Siswa Kelas 2 di SD Negeri Dawung, Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dapat diidentifikasikan permasalahan yang timbul pada pembelajaran matematika kelas 2 SD Negeri Dawung adalah sebagai berikut.

1. Rendahnya prestasi belajar siswa kelas 2 di SD N Dawung yang dapat dilihat melalui hasil belajar nilai mid semester yang menunjukkan kurang lebih 58% siswa belum mencapai KKM.

2. Guru cenderung menggunakan cara mengajar yang monoton pada setiap pembelajaran matematika.

3. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru. 4. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran.

5. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika.

6. Kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan media saat pembelajaran berlangsung.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi permasalahan yang sudah diuraikan di atas tidak semua menjadi objek permasalahan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini menjadi pokok permasalahan adalah rendahnya prestasi belajar matematika siswa kelas 2 di SD N Dawung, Tegalrejo, Kabupaten Magelang.


(8)

8 D. Rumusan Masalah

Bagaimana penggunaan media kartu domi numbers dalam meningkatkan prestasi belajar materi pembagian pada siswa kelas 2 SD N Dawung, Tegalrejo, Kabupaten Magelang?

E. Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan prestasi belajar materi pembagian bilangan cacah pada siswa kelas 2 SD N Dawung, Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang meningkatkan prestasi belajar materi pembagian bilangan cacah pada siswa kelas 2 SD N Dawung, Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dalam pembelajaran matematika yang baik setelah menjadi guru sekolah dasar.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan dalam peningkatan prestasi belajar materi pembagian bilangan cacah pada siswa kelas 2.


(9)

9 c. Bagi guru SD

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para guru sekolah dasar dalam rangka meningkatkan prestasi belajar materi pembagian bilangan cacah melalui penggunaan media kartu domi numbers.

d. Bagi siswa

Dengan penelitian ini diharapkan keterampilan operasi hitung dan hasil belajar siswa kelas 2 meningkat yang dapat berpengaruh pada prestasi belajarnya.

G. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat tiga istilah yang perlu didefinisikan secara garis besar yakni;

1. Media Kartu Domi Numbers

Media artu domi numbers digunakan untuk alat bantu dalam membantu siswa untuk meningkatkan keterampilannya dalam operasi hitung. Kartu domi numbers disebut juga dua persegi bilangan (domino) karena berisi soal dan jawaban yang harus dipasang-pasangkan. Kartu ini juga bisa digunakan dengan permainan untuk memantapkan konsep maupun keterampilan berhitung bilangan cacah. 2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diketahui dari pengetahuan dan keterampilan siswa terhadap suatu materi dengan melakukan kegiatan


(10)

10

belajar, kemudian diukur melalui instrumen tes, yang mana hasilnya dapat dilihat melalui skor test dalam bentuk angka. Jadi peningkatan prestasi belajar merupakan perubahan hasil belajar yang diperoleh siswa lebih baik dari hasil sebelumnya.

3. Pembagian Bilangan Cacah

Pembagian bilangan cacah yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pembagian dua angka pada siswa kelas 2. Indikator pencapaian materi pembagian bilangan dua angka yang dimaksud adalah, menghitung pembagian dengan cara pengurangan berulang, menghitung pembagian secara cepat dengan bilangan yang terbagi paling besar 100, mengubah pembagian menjadi bentuk perkalian dan sebaliknya, dan memecahkan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan pembagian dalam bentuk soal cerita.


(11)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar

Enbutt dan Straker (1995: 60-75) dalam Marsigit (9-11) menguraikan implikasi terhadap pembelajaran matematika sebagai berikut:

1. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan. Contoh implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran antara lain memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan, mendorong siswa menarik kesimpulan umum, dan sebagainya.

2. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan. Contoh implikasinya yaitu mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah dan kemampuan memperkirakan, dan sebagainya.

3. Matematika adalah kegiatan problem solving. Contohnya guru membantu siswa memecahkan persoalan matematika menggunakan caranya sendiri, mendorong siswa untuk berpikir logis, dan sebagainya

4. Matematika merupakan alat berkomunikasi. Contohnya guru mendorong siswa untuk mengenal sifat matematika, membicarakan persoalan matematika, dan sebagainya.

5. Materi ajar matematika, meliputi fakta, pengertian, ketrampilan algoritma, ketrampilan penalaran, ketrampilan problem solving, ketrampilan investigasi.


(12)

12

Pembelajaran matematika di perguruan tinggi tidak bisa disamakan dengan pembelajaran matematika di sekolah dasar. Menurut Heruman (2007: 2-3) guru perlu menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisisen, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami kemampuan setiap siswa yang cenderung berbeda-beda. Konsep-konsep dalam kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan.

Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran matematika sekolah dasar yang baik yaitu siswa yang menjadi orientasi guru dalam mengajar dan guru menjadi fasilitator. Siswa diberikan kesempatan untuk menggali pengalaman belajar melalui kegiatan-kegiatan yang difasilitasi oleh guru untuk memperoleh belajar bermakna.

B. Kajian Tentang Bilangan Cacah 1. Konsep Bilangan Cacah

Muchtar A. Karim (1996: 99) menjelaskan bilangan cacah merupakan bilangan yang digunakan untuk menyatakan cacah anggota atau kardinalitas suatu himpunan. Jika suatu himpunan yang karena alasan tertentu tidak mempunyai anggota sama sekali, maka cacah anggota himpunan itu dinyatakan dengan “nol” dan dinyatakan dengan lambang “0”. Jika anggota dari suatu himpunan hanya terdiri atas satu anggota saja, maka cacah anggota himpunan tersebut “satu” dan dinyatakan dengan lambang “1”. Demikian seterusnya, sehingga kita mengenal barisan bilangan hasil pencacahan himpunan yang dinyatakan dengan lambang sebagai berikut:

{0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,...}

(tanda “...” hendaknya diartikan sebagai “dan seterusnya”). Bilangan-bilangan inilah yang disebut bilangan cacah.


(13)

13

Selanjutnya Lisnawaty Simanjuntak (1993: 99) mengatakan sebelum kita mengenal bilangan cacah kita baru mengenal bilangan asli, sehingga untuk membedakan antara bilangan dengan lambang bilangan sangat sukar maka untuk dapat membedakannya diperlukan lambang dari nol yang dipilih ialah “0” untuk melambangkan yang berarti tidak ada. Dapat dikatakan bahwa semua himpunan bilangan asli ditambah dengan nol (0) disebut bilangan cacah (Whole number).

Himpunan bilangan cacah yaitu {0, 1, 2, 3, 4, 5, ...} dan seterusnya. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bilangan cacah merupakan himpunan bilangan yang anggotanya bilangan nol ( 0 ) dan bilangan asli {1, 2, 3, 4, 5, ...}. Jadi himpunan bilangan cacah yaitu {0, 1, 2, 3, 4,...}.

2. Pengajaran Operasi pada Bilangan Cacah di Kelas 1-3

Menurut Muchtar A. Karim (1996: 102-103) pengetahuan dalam belajar matematika terdapat dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan prosedural pada bilangan cacah mencakup pengetahuan tentang simbul, bahasa, dan aturan-aturan pengerjaan (operasi) dari bilangan-bilangan cacah. Sedangkan pengetahuan konseptual merupakan pemahaman konsep. Seorang siswa dapat dikatakan siswa mampu menyebutkan nama bilangan, menulis lambang bilangan, dan mampu menjumlahkan atau melakukan operasi lain maka siswa tersebut sudah memiliki pengetahuan prosedural. Akan tetapi, siswa tersebut belum pasti memiliki


(14)

14

pengetahuan konseptual. Siswa dikatakan sudah mempunyai pengetahuan konseptual jika mampu menjelaskan atau memberikan argumen yang tepat terhadap apa yang dia lakukan.

Berdasarkan uraian di atas, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.

Melalui penggunaan alat bantu mengajar berupa kartu domi numbers inilah siswa bisa terlibat langsung dalam pembelajaran, dan diharapakan siswa akan memperoleh pengalaman langsung dalam mengembangkan keterampilan operasi hitung terutama dalam pembagian bilangan cacah.

3. Operasi Pembagian Bilangan Cacah

Menurut Heruman (2007: 26) Pembagian merupakan lawan dari perkalian atau disebut juga sebagai pengurangan berulang sampai habis. Syarat utama yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari konsep pembagian adalah pengurangan dan perkalian. Operasi hitung pembagian termasuk topik yang cukup sulit untuk dimengerti siswa apalagi siswa kelas rendah. Oleh karena itu, banyak ditemukan kasus ketika siswa di kelas rendah bahkan sampai kelas tinggi kurang memiliki keterampilan


(15)

15

dalam pembagian. Kasus tersebut menjadi faktor penyebab banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi lain yang berkaitan dengan pembagian. Penggunaan alat bantu pembelajaran yang efektif dengan bimbingan guru, diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari topik pembagian tersebut.

Menurut John A. Van De Walle (2007: 150) pembagian merupakan faktor yang hilang dari faktor yang sudah diketahui dari hasil perkaliannya. Penguasaan fakta perkalian merupakan elemen kunci untuk menguasai fakta pembagian, sehingga perkalian dan pembagian cukup penting untuk diajarkan secara kombinasi dari keduanya.

Selanjutnya Lisnawaty Simanjuntak (1993: 130) mengatakan pembagian dapat diselesaikan dengan baik apabila siswa telah mahir dalam operasi hitung “pengurangan” karena membagi merupakan pengerjaan mengurang berulang dengan pengurang tetap. Pengurang tetap yang dimaksud adalah pembagi.

Muchtar A. Karim (1996: 100) juga menjelaskan bahwa operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian dan memenuhi sifat pengurangan. Misalnya ada sebuah bilangan cacah a dibagi bilangan cacah b menghasilkan bilangan cacah c (a : b = c), maka bila diubah dalam perkalian menjadi c x b = a. Sebagaimana operasi pengurangan, maka operasi pembagian juga tidak memenuhi sifat-sifat operasi pertukaran, sifat identitas, sifat pengelompokan, dan juga sifat penyebaran.


(16)

16

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pembagian dapat dikatakan sebagai pengurangan berulang atau kebalikan dari operasi perkalian. Oleh karena itu, syarat utamanya adalah siswa perlu memahami konsep keduanya dengan baik. Sebagai contoh, jika siswa sudah menguasai 2 x 3 = 6, maka guru dapat memberikan pertanyaan “Dengan bilangan berapakah n berikut agar pernyataan 2 x n = 6 menjadi pernyataan yang bernilai benar?”. Maka jika siswa menguasai konsep perkalian siswa akan menjawab n tersebut adalah 3 karena 2 x 3 = 6 dapat diubah menjadi 6 : 2 = 3. Selain itu pembagian dapat diartikan sebagai pengurangan berulang, misalnya 6 : 2 = 3 artinya 6 akan habis jika dikurangkan pembagi yaitu 2 secara terus menerus sebanyak 3 kali yaitu 6 – 2 – 2 – 2 = 0.

Berikut ini adalah materi pembagian pada siswa kelas 2 SD sesuai indikator yang telah ditentukan adalah sebagai berikut.

a. Pembagian Sebagai Pengurangan Berulang Contoh:

Ibu Guru mempunyai 12 pensil. Pensil itu diberikan kepada beberapa anak hingga habis tak bersisa. Tiap memberikan 3 buah pensil. Berapa kali ibu guru memberikan sehingga pensil habis?

Persoalan tersebut dapat ditulis sebagai berikut. 12 : 3 = ...

12 : 3 artinya 12 dikurangi 3 secara berulang sampai habis. 12 – 3 – 3 – 3 – 3 = 0


(17)

17

Artinya ada 4 kali pengurangan, maka hasil dari 12 : 3 adalah 4. Jadi, 12 : 3 = 4

b. Menghitung Pembagian Secara Cepat dengan Bilangan Yang Terbagi Paling Besar 100

Membagi bilangan dua angka dengan satu angka Contoh :

42 : 6 = ... .

Dapat dikerjakan melalui pengurungan berulang atau kebalikan dari perkalian

Jika dikerjakan secara cepat, maka 42 : 6 = 7

c. Mengubah Pembagian Menjadi Bentuk Perkalian dan Sebaliknya

Misalnya: Mengubah pembagian menjadi bentuk perkalian dapat diketahui melalui tabel berikut ini.

Tabel 1. Fakta Dasar Perkalian Bilangan (Sri Subarinah, 2006: 31)

x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2 0 2 4 6 8 10 12 14 26 18 20

3 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

4 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40

5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

6 0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60

7 0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70

8 0 8 16 24 32 40 48 56 64 72 80

9 0 9 18 27 36 45 54 63 72 81 90


(18)

18

Tabel 2. Pembagian Sebagai Lawan dari Perkalian Bentuk Pembagian Bentuk Perkalian 10 : 5 = 2 dapat diubah 2 x 5 = 10 5 x 2 = 10 18 : 6 = 3 dapat diubah 3 x 6 = 18 6 x 3 = 18

d. Memecahkan Masalah Sehari-Hari Yang Berhubungan Dengan Pembagian Dalam Bentuk Soal Cerita.

Contoh :

Seorang badut memiliki 20 balon warna-warni. Badut tersebut akan membagikan balon-balonnya kesepuluh anak sama banyak. Berapa balon yang diterima setiap anak?

Jawab:

Banyak balon yang diterima setiap anak = jumlah balon dibagi jumlah anak, yaitu 20 : 10 = 2

Jadi, banyaknya balon yang diterima setiap anak adalah 2 buah.

C. Kajian Tentang Prestasi Belajar 1. Prestasi Belajar

Zainal Arifin (2009: 12) mendefinisikan prestasi yang berarti sebagai hasil usaha. Istilah “prestasi belajar” berbeda dengan “hasil belajar”. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.

W. S. Winkel S. J 1984: 102-103 menjelaskan prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar yang dialami oleh siswa untuk


(19)

19

mencapai perubahan dalam bidang ketrampilan, nilai, dan sikap. Prestasi belajar itu berbeda sifatnya sesuai dengan bidang yang didalamnya menunjukkan prestasi, misalnya dalam bidang pengetahuan/pemahaman (sama dengan bidang kognitif). Prestasi belajar dapat diukur dengan menggunakan suatu alat evaluasi berupa pertanyaan/persoalan/tugas yang disusun oleh guru.

Abu Ahmadi (2013: 138) prestasi belajar yang dicapai individu merupakan hasil interaksi yang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor baik dari dalam diri maupun luar diri setiap individu.

Selanjutnya, Sutratinah Tirtonegoro (2006: 43) juga menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat dalam periode tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan prestasi belajar dapat diukur melalui hasil pada ranah kognitif siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung yang dipengaruhi oleh berbagai jenis faktor. Hasil yang diperoleh dapat diukur melalui evaluasi tes dalam bentuk skor angka.

Ruang lingkup ranah kognitif yang dimaksud menurut Benyamin S. Bloom, dkk (1956) dalam Zainal Arifin (2012: 21) menguraikan domain kognitif memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu:

a. Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan peserta didik untuk dapat mengetahui dan mengenal konsep, prisnsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti. Kata kerja operasional yang dapat digunakan di antaranya mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan kembali, memilih, menyatakan.


(20)

20

b. Pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan peserta didik untuk memahami tentang suatu materi yang telah diajarkan oleh guru tanpa menghubungkan dengan hal-hal lain. Kata kerja operasional yang dapat digunakan yaitu mengubah, mempertahankan, membedekan memprakirakan, menjelaskan, meyatakan secara luas, menyimpulkan, memberi contoh, melukiskan kata-kata sendiri, meramalkan, menuliskan kembali, meningkatkan.

c. Penerapan (Application) yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memanfaatkan ide, metode, prisnsip dan teori dalam suatu keadaan yang baru dan nyata. Kata kerja operasional yang sering digunakan yaitu, mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memcahkan, menggunakan.

d. Analisis (Analysis) yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan atau memindai unsur-unsur tertentu. kata kerja operasional yang sering digunakan adalah mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan, nmenggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, memerinci.

e. Sintesis (Synthesis) yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk mereproduksi suatu hal. Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan, merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisasi, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.

f. Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk mengevaluasi suatu hal dalam pembelajaran berdasarkan kriteria tertentu. kata kerja operasional yang dapat digunakan yaitu menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.

Berdasarkan uraian diatas, jenjang kognitif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Ketiga jenjang tersebut digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa menggunakan skor angka.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang dikemukakan oleh Conny R. Semiawan (2008: 10-14) adalah sebagai berikut.


(21)

21 a. Tumbuh kembang anak

Setiap manusia memiliki kondisi soial kultural, fisik dan biologis yang berbeda-beda yang berhubungan dengan kondisi sosial, kultural, fisik dan biologis dalam lingkungannya. Oleh karena itu selain lingkungan sekolah, lingkungan keluarga juga memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak. Hal tersebut menjadikan perbedaan dalam kemampuan dan minat tiap anak. oleh karena itu, perbedaan tersebut perlu dikelola dengan baik agar anak mampu berkembang secara optimal.

b. Pemenuhan kebutuhan psikologis

Lingkungan berperan sangat penting dalam mengembangkan karakteristik yang dimiliki masing-masing individu. Perkembangan seorang anak juga dipengaruhi oleh pendekatan yang bersifat psikologis misalnya perhatian, kasih sayang, dan peluang mengaktualisasikan diri. Interaksi individu dengan lingkungan sekitar berpotensi pada iklim pergaulan. Sehingga sekolah dan orang tuan perlu memberikan pendidikan yang dilandasi dengan nilai moral yang mengacu pada perwujudan potensi bakat yang dimiliki setiap anak.

c. Intellegensi, emosi dan motivasi

Keberhasilan belajar memang ditentukan pada ranah kognitif tetapi dibalik kemampuan kognitif juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu motivasi dan emosi karena dapat berpengaruh pada tingkat


(22)

22

kinerja individu. Intelligensi seseorang ada dua yaitu Intelligent Quotient dan Emotional Quotient. Kedua intelligent tersebut perlu berjalan secara berdampingan agar anak dapat berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang dihadapi. Motivasi bersumber pada keyakinan kemampuan untuk mencapai sasaran yang diharapkan. d. Pengembangan kreativitas

Otak manusia terdiri dari belahan otak kanan dan otak kiri. Belahan otak kanan dan otak kiri memiliki respon, tugas dan fungsi yang berbeda. Belahan otak kiri untuk merespon hal yang bersifat linier, logis, dan teratur. Sedangkan belahan otak kanan berkanaan dengan imajinasi dan kretivitas. Pembelajaran perlu mengendalikan fungsi kedua belahan secara seimbang sehingga dapat berpengaruh pada prestasi belajar untuk mencapai kemandirian dan menghadapi tantangan.

Dalam pembelajaran matematika, guru juga perlu memperhatikan faktor-faktor di atas sebagai bahan pertimbangan saat mengajarkan suatu materi. Apalagi materi yang terkait dengan operasi hitung baik penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun pembagian, diperlukan suatu proses yaitu sebelumnya guru perlu menanamkan konsep terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan melatih keterampilan siswa dalam operasi hitung.


(23)

23 D. Karakteristik Siswa Kelas 2

Heruman (2007: 1-2) menjelaskan bahwa siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun sesuai dengan pendapat Piaget, bahwa mereka berada pada fase operasional konkret. Hal yang tampak adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika masih terikat dengan objek konkret.

Selanjutnya Pitadjeng (2006: 9) mengatakan sifat anak umur 6 – 9 tahun memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. sifat fisik yang aktif.

2. sifat sosial anak SD antara lain, memilih kawan yang disukai, membentuk kelompok bermain yang anggotanya kecil, dan berkompetisi. 3. sifat emosional yang dimiliki oleh kelompok umur ini adalah mulai bersimpati terhadap teman-temannya dan sensitif terhadap kritikan dan cercaan.

4. Memiliki sifat mental yang senang belajar.

Siswa kelas II sekolah dasar memiliki umur antara 7 atau 8 tahun dan termasuk ke dalam tahap operasional konkret. Berdasarkan karakteristik tahap operasional konkret diperlukan pembelajaran yang disesuaikan dengan sifat-sifat peserta didik. Sifat fisik siswa yang aktif, sifat-sifat sosial yang interaktif dan menangkap objek konkret, maka diperlukan media pembelajaran yang mampu melibatkan siswa satu sama lain.


(24)

24

E. Kajian Tentang Media Kartu Domi Numbers 1. Pengertian Media Pembelajaran

Azhar Arsyad ( 1997: 3) menjelaskan media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Rostina Sundayana (2013: 6) mengartikan media pembelajaran merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan berupa materi pelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran sehingga dapat lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa.

Nana Sudjana (2005: 7) mengutarakan kedudukan media pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan interasi guru dan siswa yakni menunjang penggunaan metode mengajar yang dipergunakan guru. Selanjutnya media pembelajaran dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Dari ketiga pendapat diatas, dapat disimpulkan media pembelajaran sebagai alat yang berguna sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.


(25)

25

2. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Rostina Sundayana (2013: 16) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran, diantaranya:

a. Dukungsn terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi, sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami peserta didik.

b. Kemudahan dalam memperoleh media yang akan digunakan, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh dan dapat dibuat sendiri oleh guru.

c. Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya.

d. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung. e. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, memilih media untuk pendidikan

dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang terkandung mudah dipahami siswa.

Berdasarkan uraian kriteria media pembelajaran diatas, maka penggunaan media pembelajaran kartu domi numbers memenuhi kriteria media pembelajaran untuk siswa kelas II dengan taraf berpikir siswa yang cenderung operasional konkret.

3. Pengertian Media Kartu Domi Numbers

Rostina Sundayana (2013: 151-152) mendefinisikan alat peraga kartu domino dilakukan oleh 2-4 orang. Kartu domino matematika berisi berbagai soal dan jawaban, dengan membagi kartu menjadi dua bagian yang sama, yaitu satu bagian berupa soal, dan bagian lainnya merupakan jawaban untuk soal kartu lain. Materi soal yang digunakan dapat disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.


(26)

26

Selanjutnya Pitadjeng (2006: 101-102) menjelaskan permainan kartu dua persegi bilangan (domi numbers) digunakan untuk mengembangkan pemahaman serta pembinaan keterampilan anak terhadap konsep bilangan, baik operasi dasar maupun hitung campuran pada bilangan cacah, bilangan bulat, bilangan pecah, maupun bilangan rasional dan irasional. Kartu ini dapat digunakan di kelas rendah sampai kelas tinggi.

Kartu domi numbers merupakan salah satu media atau alat bantu mengajar yang dapat digunakan guru untuk membantu menyampaikan materi dalam pembelajaran matematika. Sesuai karakteristik siswa sekolah dasar yang masih senang bermain, maka kartu domi numbers digunakan menggunakan teknik permainan. Desain permainan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Jika tujuannya untuk kemampuan memahami konsep bilangan, maka desain permainan adalah gambar benda-benda dan lambang bilangan (angka), namun apabila tujuannya untuk mengembangkan keterampilan pembagian, maka desain permainan adalah pembagian dalam bentuk angka. Tingkat kesulitan dalam permainan ini harus disesuaikan dengan tingkat kelas, lebih tinggi kelasnya, maka lebih sulit. Selain itu juga, memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.

Permainan dua persegi bilangan (domi numbers) dilakukan dengan memasangkan satu-satu kartu yana tersedia. Di samping itu, agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan tidak salah arah, perlu dilakukan


(27)

27

pembatasan waktu bermain, dan seusai bermain dilakukan tes sesuai dengan topik yang dipelajari.

Permainan kartu domi numbers menyerupai kartu domino yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Domino biasanya digunakan oleh para pemuda saat berkumpul di suatu tempat sebagai media hiburan, akan tetapi kartu domi numbers dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa digunakan sebagai alat edukatif untuk siswa sekolah dasar. Kartu ini berisikan latihan soal ( drill ) terhadap suatu materi, tetapi juga dilengkapi jawaban, akan tetapi bukan jawaban dari soal yang berada diatasnya melainkan jawaban dari soal pada kartu lainnya. Perpaduan antara latihan drill dengan yang dikemas dalam kegiatan permainan kartu domi numbers dapat memperkuat kemampuan mengingat dan mengembangkan informasi secara otomatis pada siswa. Teknisnya yaitu siswa diminta untuk memasangkan kartu-kartu tersebut antara soal dan jawabannya harus cocok atau disebut juga dengan memasangkan satu-satu.

Tujuan dari penggunaan kartu domi numbers ini dalam pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan prestasi operasi hitung pembagian bilangan cacah. Penggunaan kartu ini dianggap sangat efektif untuk guru agar dapat menciptakan suasana belajar matematika yang menyenangkan. Dalam suatu permainan tentu memiliki aturan yang wajib dipatuhi oleh para pemain serta ada yang menang dan ada yang kalah. Justru hal tersebut dapat menjadikan suasana pembelajaran yang


(28)

28

menyenangkan dan mengasyikkan untuk para siswa karena ada rasa untuk bersaing satu sama lain.

4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Media Kartu Domi Numbers

Kegiatan pembelajaran matematika terutama dalam pokok bahasan pembagian bilangan cacah sebelumnya perlu mempersiapkan alat permainan serta cara penggunaannya. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang perlu dilakukan terlebih dahulu berdasarkan modifikasi dari Pitadjeng (2006: 102-104).

a. Alat Permainan

Satu perangkat permainan dua persegi bilangan (domi numbers) terdiri atas 28 kartu domino (rangkaian 2 persegi), tetapi banyaknya kartu dapat diubah sesuai dengan kebutuhan. Bahan yang dipakai sebagai dasar adalah kertas tebal, misalnya karton atau kertas manila. Selain itu, agar lebih mudah kartu ini dapat dikreasi dengan bantuan komputer kemudian dicetak dengan kertas warna-warni.

Alat permainan untuk kelas rendah hendaknya dibuat indah misalnya dengan warna-warni, agar menarik minat anak. untuk itu digunakan kertas buffalo, manila dan sebagainya. Berikut ini contoh membuat desain permainan untuk kelas 2, dengan materi pembagian bilangan cacah dengan contoh latihan soal sebagai berikut.

1) 16 : 4 = 4 2) 24 : 6 = 4


(29)

29 3) 20 : 2 = 10

4) 18 : 9 = 2 5) 15 : 3 = 5

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) Gambar 1. Kartu-kartu Domi Numbers

Dalam menuliskan soal dan jawaban pada kartu harus runtut antara kartu pertama hingga seterusnya sehingga kartu-kartu tersebut bisa saling berhubungan jika dipasang-pasangkan seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Permainan Kartu Domi Numbers

Kartu pertama memiliki soal yang dapat dipasangkan dengan jawaban pada kartu kedua, begitu juga kartu kedua dapat dipasangkan dengan kartu yang ketiga, begitu seterusnya hingga kartu yang tersedia habis atau sudah tidak ada yang cocok untuk dipasangkan lagi.


(30)

30 b. Cara Penggunaan

Penggunaan permainan dua persegi bilangan seperti pada contoh di atas biasanya untuk melatih keterampilan hitung anak pada materi pembagian. Penggunaannya dapat dijelaskan sesuai langkah sebagai berikut.

1) Bagilah siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang anggotanya maksimal 4 anak. Setiap kelompok diberi satu set (perangkat) kartu domi numbers yang berjumlah 28 kartu. Untuk itu guru harus menyediakan perangkat perangkat permainan sebanyak kelompok yang dibuat. 2) Berilah petunjuk cara bermain, dan beri waktu siswa

bermain kira-kira 20 menit. Siswa yang belum terampil pembagian, dianjurkan untuk menulis dalam buku catatannya, kalimat pembagian beserta hasilnya yang dijumpai selama bermain.

3) Cara bermainnya sebagai berikut: (1) setiap pemain diberi 4 kartu sebagai modal awal. Sisa kartu ditumpuk dalam keadaan tertutup. Untuk mulai permainan diambil sebuah kartu dari tumpukan kartu, dan dibuka. (2) setiap anggota kelompok menentukan giliran dengan “Hompimpah”. (3) Secara bergilir pemain memasangkan jumlah yang sesuai dengan kartu yang dibuka dari kartu yang dipegang. Pemain pertama serta arah putaran ditentukan dengan undian atau


(31)

31

kesepakatan. (4) Jika kebetulan kartu pemain yang sedang mendapat giliran tidak ada yang cocok, dia harus mengambil satu kartu dari tumpukan kartu yang masih tertutup (selama kartu yang tertutup masih ada). Jika kartu yang diambil tersebut tidak cocok juga, maka disimpan menjadi miliknya, dan dilanjutkan giliran pemain berikutnya. Demikian seterusnya sampai semua kartu habis dipasangkan, atau sudah tidak ada kartu yang dapat dipasangkan. Pemenangnya adalah pemain yang paling dulu habis kartunya atau paling sedikit sisanya, sedangkan pemain yang paling akhir membuang kartu atau paling banyak sisanya adalah yang kalah.

4) Setelah selesai siswa perlu diberikan tes tentang topik matematika yang dilatihkan setelah permainan.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran matematika memerlukan suatu metode dan media mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan. Sebelumnya guru perlu menanamkan konsep terlebih dahulu secara matang kemudian dilanjutkan dengan pembinaan keterampilan. Penyampaian materi perlu dilakukan secara konkret misalnya dengan penggunaan alat bantu mengajar. Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan di kelas 2 SD N Dawung masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran


(32)

32

matematika yang dapat dilihat melalui nilai mid semester gasal. Sebagaian besar siswa belum mencapai batas KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah, hanya 7 dari 17 siswa saja yang mampu mencapai KKM. Hal ini bisa disebabkan siswa belum menguasai konsep secara matang sehingga keterampilan dalam menyelesaikan soal matematika pun kurang. Pembelajaran matematika memang diperlukan latihan-latihan secara rutin untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilannya terutama pada operasi hitung. Oleh karena itu perlu alat bantu mengajar yang dapat melibatkan siswa dalam suatu kegiatan. Keterlibatan siswa ini membuat siswa memiliki pengalaman belajar yang lebih bermakna dibandingkan hanya memperhatikan guru dalam menjelaskan materi.

Penggunaan alat bantu mengajar media kartu domi numbers atau kartu dua persegi bilangan digunakan sesuai karakteristik siswa sekolah dasar dengan memadukan kegiatan permainan dalam pembelajaran matematika, yaitu belajar sambil bermain. Media artu domi numbers dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan kemampuan operasi hitung pembagian bilangan cacah yang dapat berpengaruh pada presati belajarnya. Pembelajaran pada pembagian bilangan cacah yaitu dengan cara mengenalkan konsep pembagian terlebih dahulu kepada siswa dengan menggunakan media kartu domi numbers untuk menyelesaikan soal yang berkaitan dengan pembagian dengan cara memasang-masangkan kartu secara berkelompok. Tingkat kesulitan soal dalam kartu domi numbers dilakukan secara bertahap mulai dari yang mudah hingga cukup sulit. Saat kegiatan menggunakan kartu


(33)

33

tersebut siswa juga dibekali dengan LKS (Lembar Kerja Siswa) untuk menjawab soal-soal yang terkait dengan media kartu domi numbers. Penggunaan kartu ini dilakukan secara berkelompok dengan metode permainan.

Melalui penggunaan media kartu domi numbers diharapkan mampu mengembangkan keterampilan serta meningkatkan prestasi belajar operasi hitung pembagian bilangan cacah siswa terutama dalam materi pembagian bilangan dua angka. Selain itu, juga dapat berpengaruh pada minat siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, dan diharapkan juga dapat mengubah anggapan siswa terhadap pembelajaran matematika yang sulit dan membosankan menjadi pembelajaran yang menyenangkan.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada rumusan masalah dan kajian teori yang telah diuraikan, peneliti dapat mengemukakan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut “penggunaan media kartu domi numbers dapat meningkatkan prestasi belajar materi pembagian bilangan cacah pada siswa kelas 2 di SD Negeri Dawung, Tegalrejo, Kabupaten Magelang.


(34)

34 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas tersebut. Penelitian ini dipilih karena sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu meningkatkan prestasi belajar materi operasi hitung pembagian bilangan cacah menggunakan media kartu domi numbers pada siswa kelas 2.

Penelitian ini dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki kualitas pengajaran pada suatu permasalahan yang timbul di dalam kelas. Salah satu alasan peneliti mengadakan penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas 2 dengan cara memberikan tindakan-tindakan untuk memperoleh peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model pelaksanaan penelitian kolaborasi, yaitu peneliti bekerja sama dengan guru yang bersangkutan.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 2 SD Negeri Dawung Tegalrejo. Jumlah siswa kelas 2 sebanyak 17 siswa yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah pada prestasi belajar pada materi operasi hitung pembagian bilangan cacah.


(35)

35 C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 2 SD N Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dan dilakukan sesuai jadwal. Kurikulum yang digunakan mengikuti kurikulum sekolah yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan menggunakan model pembelajaran tematik, sehingga tidak mengganggu proses kegiatan belajar mengajar.

D. Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan model siklus Kemmis & Mc. Taggart (dalam Rochiati Wiraatmadja, 2008: 66-67) yang masing-masing siklus terdiri dari: perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Model ini dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut.

Gambar 3. Model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart dikutip oleh Rochiati Wiraatmadja (2008)


(36)

36

Jika ternyata hasil refleksi dari siklus pertama belum memuaskan, maka perlu menyusun perencanaan yang baru dengan pertimbangan kekurangan pada siklus pertama. Apabila satu siklus belum menunjukkan perubahan kearah perbaikan, kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya sampai menunjukkan hasil yang diharapkan.

E. Prosedur Penelitian

Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti terlebih dahulu membuat rancangan penelitian. Rancangan penelitian ini terdiri dari beberapa siklus sesuai dengan kriteria keberhasilan, dimana setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Adapun rincian alur penelitian sesuai dengan Kemmis dan Mc. Taggart terdiri dari 3 tahap yaitu sebagai berikut.

1. Perencanaan.

2. Tindakan dan Observasi. 3. Refleksi.

Adapaun rincian alur di atas adalah sebagai berikut. 1. Perencanaan (plan)

Dalam tahap ini peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan sebagai berikut.

a. Mengadakan pertemuan dengan guru kelas untuk menemukan masalah.


(37)

37

b. Menentukan materi yang sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu pada operasi hitung terutama pada pokok bahasan operasi hitung pembagian bilangan cacah.

c. Menerapkan media kartu domi numbers atau kartu dua persegi bilangan dalam pembelajaran matematika pada materi pembagian bilangan cacah yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan operasi hitung pembagian dan prestasi belajar siswa kelas 2.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan oleh kompetensi dasar dan indikator yang sudah ditentukan dengan model RPP EEK (Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi).

e. Menyiapkan sumber belajar atau materi pembelajaran pembagian bilangan cacah.

f. Menyiapkan empat set kartu domi numbers serta alat bantu pendukungnya.

g. Mengadakan pelatihan dengan guru mengenai penggunaan media kartu domi numbers pada materi pembagian bilangan cacah dalam pembelajaran matematika sesuai langkah-langkah. Pelatihan ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga guru dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran.

h. Merancang instrumen penelitian sebagai pedoman pelaksanaan penelitian dalam pembelajaran. Instrumen yang dibuat berupa instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa soal yang terkait


(38)

38

dengan materi yang diajarkan siswa. Sedangkan instrumen non tes berupa lembar observasi guru untuk mengetahui aktivitas guru saat pembelajaran berlangsung.

2. Tindakan dan Pengamatan (act and observe)

Pada penelitian ini pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan yang dilakukan dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Pengamatan bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan yang dilakukan dengan perencanaan, sehingga dapat diketahui pengaruh perbaikan setelah tindakan berlangsung. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan Awal

1) Guru membuka pelajaran dengan salam. 2) Guru melakukan absensi kehadiran siswa.

3) Siswa mendengarkan apersepsi terkait materi dari guru melalui pertanyaan lisan.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru di depan kelas.

2) Guru memperkenalkan permainan kartu domi numbers kepada siswa.


(39)

39

3) Siswa menyimak penjelasan langkah-langkah permainan kartu domi numbers kepada siswa disertai dengan contoh di depan kelas.

4) Siswa membentuk kelompok dengan anggota 4-5 siswa.

5) Setiap kelompok mendapat satu set kartu domi numbers sejumlah 28 kartu bersama dengan LKS.

6) Siswa melakukan permainan kartu domi numbers dengan bimbingan guru.

7) Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan bimbingan guru.

8) Siswa bersama dengan guru membahas hasil LKS secara bersama-sama.

c. Kegiatan Akhir

a) Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya.

b) Siswa bersama dengan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dipelajari.

c) Siswa mengerjakan latihan soal. d) Guru memberikan refleksi.

e) Guru memberikan tindak lanjut terhadap materi yang diajarkan. 3. Refleksi (reflect)

Refleksi merupakan tahap yang penting dilakukan untuk mengukur kejelasan terhadap proses tindakan dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian


(40)

40

perencanaan/skenario terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Guru bersama peneliti mengadakan refleksi kepada siswa dengan teknik evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Apabila pada siklus pertama belum menunjukkan ke arah perbaikan maka dilanjutkan pada siklus kedua dengan perencanaan yang direvisi dan dimodifikasi dengan pertimbangan siklus sebelumnya, (Rochiati Wiraatmadja, 2008: 67).

F. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes dan non tes. Menurut Eko Putro Widiyoko (2010: 25-103) Instrumen tes merupakan salah satu alat ukur untuk mengumpulkan informasi mengenai karakteristik suatu objek. Selain menggunakan instrumen tes, dapat juga dilakukan melalui alat atau instrumen non tes, seperti pedoman observasi, skala sikap, daftar cek dan catatan anekdotal.

Teknik tes berupa soal-soal yang disajikan dalam evaluasi di akhir siklus untuk memperoleh data dalam bentuk angka. Evaluasi digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dengan mengerjakan soal-soal tes yang berkaitan dengan materi operasi hitung pembagian bilangan cacah.

Teknik non tes pada penelitian ini berupa observasi, observasi dilakukan untuk mengamati kesesuaian perencanaan dengan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi. Pada


(41)

41

penelitian ini juga dilengkapi dengan dokumentasi guna memperoleh dukungan data di lapangan.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa instrumen tes yaitu lembar evaluasi diadakan di akhir siklus untuk mengukur hasil, serta instrumen nontes berupa lembar observasi guru dan siswa. Adapaun Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini merupakan lembar observasi penggunaan kartu domi numbers untuk meningkatkan keterampilan operasi hitung pembagian bilangan cacah dalam proses pembelajaran di kelas 2. Lembar observasi yang diterapkan meliputi lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi untuk guru menggunakan pengukuran check list ya atau tidak, sedangkan lembar observasi untuk siswa menggunakan pengukuran numerical rating scale dengan rentang skor l-4. Adapun kisi-kisi dan lembar observasi guru serta siswa adalah sebagai berikut.


(42)

42

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Observasi Guru Komponen yang

diamati Butir-butir Pengamatan

Jumlah Butir

Aktivitas guru pada Pra Pembelajaran

a. Menyiapkan perlengkapan berupa

media kartu domi numbers

2 b. Mempersiapkan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Aktivitas guru

pada kegiatan awal

a. Membuka pelajaran dengan salam 4 b. Mengkondisikan siswa

c. Melakukan apersepsi terkait materi d. Menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dipelajari Aktivitas guru

pada kegiatan inti

a. Menyampaikan materi pembagian bilangan cacah

8 b. Memperkenalkan permainan kartu

domi numbers kepada siswa c. Menjelaskan langkah-langkah

permainan kartu domi numbers kepada siswa disertai dengan contoh di depan kelas.

d. Membagi siswa menjadi 4 kelompok e. Membagikan satu set kartu domi

numbers sejumlah 28 kartu kepada tiap kelompok

f. Membimbing siswa dalam mempraktikkan permainan kartu domi numbers.

g. Memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa.

h. Membahas hasil pekerjaan siswa secara bersama-sama.

Aktivitas guru pada kegiatan

akhir

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

6 b. Membimbing siswa menyimpulkan

pembelajaran yang telah dipelajari c. Membagikan soal evaluasi untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan operasi hitung pembagian siswa. d. Memberikan refleksi

e. Memberikan tindak lanjut terhadap materi yang diajarkan.

f. Menutup pembelajaran dengan salam


(43)

43

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Observasi Siswa

Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh teman untuk mengamati proses pembelajaran. Peneliti mengamati aktivitas siswa sedangkan observer lain membantu melakukan pengamatan terhadap guru yang dituangkan dalam lembar observasi sesuai kisi-kisi di atas.

Komponen yang

diamati Butir-butir Pengamatan

Jumlah butir

Aktivitas Siswa pada kegiatan awal

Siswa siap mengikuti pembelajaran. 3 Siswa menjawab pertanyaan dari guru.

Siswa memberikan pendapat. Aktivitas Siswa

pada kegiatan inti

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru.

9 Siswa aktif selama kegiatan

pembelajaran.

Siswa antusias dengan media kartu domi numbers.

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai langkah-langkah permainan kartu domi numbers.

Siswa bergabung dengan kelompoknya. Siswa menaati peraturan yang sudah disepakati selama permainan kartu domi numbers berlangsung.

Siswa melakukan permainan kartu domi numbers dengan langkah yang benar. Siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru.

Siswa berpartisipasi dalam membahas hasil pekerjaannya.

Aktivitas siswa pada kegiatan akhir

Siswa bertanya tentang materi yang belum dipahami

3 Siswa berpartisipasi memberikan

kesimpulan.

Siswa bertanggung jawab terhadap tugas evaluasi yang diberikan guru.


(44)

44 2. Lembar Soal Tes

Tes digunakan untuk mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran matematika dengan penggunaan kartu domi numbers untuk meningkatkan prestasi belajar pada materi operasi hitung pembagian bilangan cacah setelah pembelajaran. Tes diberikan kepada siswa setiap akhir siklus untuk dikerjakan. Tes yang digunakan bentuk tes uraian dengan rentang skor. Tes ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran setiap akhir siklus dengan mengacu pada kisi-kisi dalam tabel berikut.

Tabel 5. Kisi-kisi Pengembangan Soal Operasi Hitung Pembagian Bilangan Cacah

SK KD Indikator Ranah

Kognitif No. Soal C 1 C 2 C 3 3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka. 3.1 Melakukan pembagian bilangan dua angka.  Menghitung pembagian dengan cara pengurangan berulang

1, 2,

3, 4, 5

 Menghitung pembagian secara cepat (bilangan terbagi paling besar 100).

6, 7,

8, 9, 10

 Mengubah bentuk pembagian menjadi perkalian dan sebaliknya 11, 12, 13, 14, 15  Memecahkan masalah

sehari-hari yang berhubungan dengan pembagian dalam bentuk soal cerita.

16, 17, 18, 19, 20


(45)

45 H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Data observasi diperoleh dihitung kemudian di deskripsikan menggunakan paparan sederhana. Adapun rincian cara analisis data dari teknik tes dan non tes adalah sebagai berikut.

1. Analisis Hasil Tes

Tes dilakukan pada pertemuan di akhir siklus sesuai kisi-kisi materi pembagian bilangan cacah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan operasi hitung pembagian bilangan cacah menggunakan kartu domi numbers sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah direncanakan. Hasil tes pada akhir siklus I dibandingkan dengan siklus II dan begitu seterusnya, jika mengalami peningkatan maka dapat diasumsikan bahwa penggunaan kartu domi numbers dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi operasi hitung pembagian bilangan cacah. Adapun rubrik penilaian pada instrumen tes bentuk uraian non-objektif adalah sebagai berikut.

a. Siswa menjawab soal dengan benar, tepat dan lengkap mendapat skor 2.

b. Siswa menjawab soal benar tetapi kurang tepat mendapat skor 1. c. Siswa tidak menjawab soal mendapat skor 0.

Untuk menghitung ketuntasan belajar menggunakan rumus:


(46)

46 Keterangan :

NP : nilai persen yang dicari atau diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa

SM : skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 : bilangan tetap

Ngalim Purwanto (2010 : 102) Selanjutnya, untuk mencari rerata kelas dari tes hasil belajar dapat dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :

∑ x : jumlah seluruh skor N : banyaknya siswa

Nana Sudjana (2009: 109) Siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai nilai yang ditetapkan yaitu lebih dari 65 ( > 65 ). Penelitian ini menunjukkan perbaikan, jika 90% atau lebih dari jumlah siswa mendapatkan nilai melebihi KKM.

2. Analisis Data Observasi

Lembar observasi sebagai hasil pengamatan terhadap guru dan siswa dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif berupa kalimat, akan tetapi lembar observasi siswa menggunakan perhitungan skor terlebih dahulu kemudian data yang diperoleh tetap digambarkan dengan kata-kata dan kalimat. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar


(47)

47

peningkatan yang terjadi. Berikut ini tabel indikator keberhasilan kecakapan akademik selama pembelajaran.

Tabel 6. Tabel Indikator Keberhasilan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran

Persentase ketuntasan Klasifikasi

> 80 Sangat Baik

> 60 – 80 Baik

> 40 – 60 Cukup

> 20 – 40 Kurang

< 20 Sangat Kurang

(Eko Putro Widiyoko 2010: 242)

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila terdapat minimal 90% dari jumlah siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu nilai 65 pada mata pelajaran matematika SD Negeri Dawung, Tegalrejo, Magelang. Skor pada aktivitas guru dan siswa yang diperoleh mencapai lebih dari 80% dengan klasifikasi baik atau sangat baik.


(48)

48 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Tahap Prasiklus

Tahapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan tindakan penelitian adalah sebagai berikut.

a. Observasi awal dan wawancara dengan guru kelas II SD Negeri Dawung pada tanggal 22 November 2013. Observasi dilakukan untuk mengamati kondisi siswa secara langsung pada saat pembelajaran matematika. Wawancara digunakan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi pembagian bilangan cacah sebelum pelaksanaan tindakan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan ternyata masih banyak siswa yang belum menguasai materi pembagian bilangan cacah seperti yang diuraikan pada latar belakang masalah dan bahkan kasus ini sering terjadi pada tahun-tahun ajaran sebelumnya. Selanjutnya peneliti mengamati nilai ulangan harian tahun ajaran sebelumnya yang terkait dengan materi pembagian dan ternyata nilai yang ditunjukkan masih banyak siswa yang memang memperoleh nilai kurang memuaskan.

b. Mengadakan tes prasiklus kepada seluruh siswa kelas II tentang operasi hitung pembagian bilangan cacah. Peneliti meminta bantuan guru kelas II untuk mengadakan tes pra siklus yang


(49)

49

dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2014. Hasil tes prasiklus dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Nilai Tes Prasiklus Siswa Kelas II No Absen Inisial Nilai Kriteria

1. BS 45 Belum Tuntas

2. FD 80 Tuntas

3. GR 45 Belum Tuntas

4. NS 57,5 Belum Tuntas

5. NH 50 Belum Tuntas

6. NO 75 Tuntas

7. AD 65 Tuntas

8. AS 50 Belum Tuntas

9. CT 60 Belum Tuntas

10. EI 57,5 Belum Tuntas

11. FL 60 Belum Tuntas

12. HS 70 Tuntas

13. JA 40 Belum Tuntas

14. NA 85 Tuntas

15. ZI 65 Tuntas

16. NA 87,5 Tuntas

17. AS 75 Tuntas

Rata-rata 62,7

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas II belum menguasai materi pembagian bilangan cacah dengan baik. Jika dilihat melalui persentase hasil nilai tes prasiklus, sekitar 52,9% siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil tes tersebut yang mendasari peneliti untuk mengadakan perbaikan nilai kepada siswa kelas II untuk meningkatkan prestasi belajarnya menggunakan kartu domi numbers (domino).


(50)

50 2. Deskripsi Tindakan Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Setelah peneliti menemukan permasalahan dalam materi pembagian bilangan cacah pada siswa kelas II, maka peneliti melakukan perencanaan tindakan, yaitu:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan oleh kompetensi dasar dan indikator yang sudah ditentukan secara tematik. RPP juga menggunakan langkah pembelajaran EEK (Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi). RPP juga dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing.

2) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi untuk guru dan siswa yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

3) Menyiapkan empat set media kartu domi numbers yang berhubungan dengan pembagian secara cepat.

4) Menyiapkan soal evaluasi, LKS dan soal tes siklus 1 untuk mengukur kemampuan siswa terkait materi pembagian bilangan cacah. Soal evaluasi dan LKS diberikan pada setiap pertemuan, sedangkan soal tes siklus 1 diberikan pada pertemuan tersendiri setelah pertemuan akhir siklus I.

5) Mengadakan pertemuan dengan guru sebelum tindakan dilaksanakan mengenai langkah-langkah pembelajaran yang


(51)

51

menggunaan media kartu domi numbers pada materi pembagian bilangan cacah serta memberikan segala perangkat pembelajaran yang dibutuhkan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Deskripsi langkah-langkah tindakan pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 dan 2 adalah sebagai berikut.

1) Pertemuan 1

Pada pertemuan 1 pembelajaran matematika di tematikkan dengan bahasa Indonesia. Materi matematika dengan indikator menghitung pembagian dengan cara pengurangan berulang dan menghitung pembagian secara cepat (bilangan terbagi paling besar 100), dan indikator bahasa Indonesia adalah mendengarkan dongeng dan menjawab pertanyaan sesuai isi dongeng secara lisan. Penelitian ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 14 Maret 2014 dimulai setelah kegiatan senam bersama yaitu pukul 08.00 – 09.00 WIB dan dilanjutkan setelah istirahat pukul 09.30 – 10.00 WIB. Waktu yang direncanakan dalam pembelajaran ini yaitu 3 x 30 menit atau 90 menit. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan 1 adalah sebagai berikut. a) Guru membuka pelajaran dengan salam.

b) Guru melakukan absensi kehadiran siswa dan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.


(52)

52

c) Siswa mendengarkan apersepsi terkait materi dari guru berupa pertanyaan lisan. Pertanyaan yang diberikan bermula dari dongeng yang dibacakan oleh guru.

d) Siswa mendengarkan penjelasan materi pembagian bilangan cacah yang disampaikan oleh guru di depan kelas. Materi yang dijelaskan mencakup indikator menghitung pembagian dengan cara pengurangan berulang dan menghitung pembagian secara cepat (bilangan terbagi paling besar 100). Siswa juga diberikan pertanyaan berupa soal pembagian yang terkait dengan kehidupan sehari-harinya oleh guru untuk dijawab secara lisan.

e) Guru memperkenalkan permainan kartu domi numbers kepada siswa dengan menunjukkan kartu dan bercerita secara singkat mengenai asal mula kartu.

f) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-langkah permainan kartu domi numbers kepada siswa disertai dengan contoh di depan kelas. Siswa nampak cukup antusias dengan media kartu domi numbers, tetapi siswa lebih mengenal kartu domi numbers dengan sebutan kartu domino.

g) Guru mempersilahkan siswa untuk membentuk kelompok secara heterogen dengan anggota 4-5 siswa, sehingga terdapat 4 kelompok yang dapat dibentuk.


(53)

53

h) Setiap kelompok mendapat satu set kartu domi numbers sejumlah 28 kartu bersama dengan LKS.

i) Guru membagikan satu set kartu domi numbers sejumlah 28 kartu kepada tiap kelompok bersama dengan LKS.

j) Siswa melakukan permainan kartu domi numbers dengan bimbingan guru. Permainan dimulai dengan mengocok kartu dan membagikan pada setiap anggota kelompok sebanyak 4 buah kartu kartu yang tersisa ditumpuk ditengah para pemain. Kemudian masing-masing anggota kelompok melakukan “hompimpah” untuk membuat urutan permainan. Kartu sisa yang paling atas dibuka sebagai pertanyaan awal yang harus dijawab oleh siswa pada urutan pertama. Jika urutan pertama tidak memiliki kartu jawaban soal maka siswa tersebut harus mengambil satu kartu sisa yang tersedia begitu seterusnya hingga semua kartu habis atau sudah tidak ada kartu yang sesuai untuk dipasangkan. Siswa yang habis kartunya atau yang memiliki kartu paling sedikit pemenangnya. Siswa tampak masih kebingungan dan meminta bantuan guru. Ada dua kelompok yang masih harus dibimbing oleh guru dari awal permainan hingga akhir. Agar lebih mempermudah siswa dalam menghitung pembagian, guru mempersilahkan para siswa untuk


(54)

54

menghitung pembagian tersebut dengan cara pengurangan berulang di buku masing-masing.

k) Siswa bekerjasama mengerjakan soal yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan bimbingan guru. Akan tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok yang diberikan.

l) Karena keterbatasan waktu, Siswa langsung mengerjakan latihan soal. Soal yang diberikan terkait dengan materi yang diajarkan pada pertemuan tersebut.

m) Guru memberikan tindak lanjut terhadap materi yang diajarkan. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah atau PR dengan tujuan agar siswa bisa belajar dengan lebih giat.

2) Pertemuan 2

Setelah pertemuan pertama dilaksanakan, peneliti bersama guru mendiskusikan langkah kegiatan pembelajaran yang belum tercapai dengan membagi waktu secara efisien. Dalam pertemuan kedua peneliti menggabungkan materi matematika, pendidikan kewarganegaraan dan bahasa Indonesia. Indikator matematika yaitu mengubah bentuk pembagian menjadi perkalian dan sebaliknya, dan memecahkan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan pembagian dalam bentuk soal cerita, materi pendidikan kewarganegaraan


(55)

55

yaitu menjelaskan sikap yang baik dalam musyawarah serta materi bahasa indonesia dengan indikator mendengarkan dongeng dan menjawab pertanyaan sesuai isi dongeng secara lisan. Walaupun dalam RPP tiga materi yang berbeda diintegrasikan, materi yang lebih ditonjolkan adalah materi matematika. Penelitian ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 15 Maret 2014 pada pukul 07.30 – 09.00 WIB atau 3 x 30 menit. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut.

a) Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan salam.

b) Guru melakukan absensi kehadiran siswa dan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. c) Siswa Siswa mendengarkan apersepsi terkait materi dari

guru melalui pertanyaan secara lisan. Pertanyaan yang diberikan guru cukup memancing beberapa siswa untuk menyampaikan pendapatnya. Kemudian guru membacakan teks dongeng yang berjudul “Musyawarah Para Binatang”. Guru membacakan dongeng tersebut, kemudian siswa diminta untuk menyimaknya. Semua siswa tampak tertarik dan menyimak dongeng yang dibacakan oleh guru. Setelah itu guru memberikan pertanyaan secara lisan terkait dengan dongeng yang telah dibacakan. Banyak siswa yang angkat tangan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh


(56)

56

guru. Dalam pertanyaan tersebut juga termuat pertanyaan yang berhubungan dengan pembagian bilangan cacah. d) Siswa mendengarkan penjelasan materi pembagian bilangan

cacah yang disampaikan oleh guru di depan kelas secara singkat. Materi yang dijelaskan mencakup mata pelajaran bahasa Indonesia dan matematika. Indikator tentang mengubah bentuk pembagian menjadi perkalian dan sebaliknya menggunakan bantuan tabel perkalian yang ditempel di papan tulis dan membagikan tabel perkalian kepada tiap siswa agar lebih jelas. Sambil mengamati tabel, siswa diberikan pertanyaan oleh guru, misalnya 24 dibagi 8 sama dengan 3 maka bentuk perkaliannya adalah 8 dikali 3 sama dengan 24 atau 3 dikali 8 sama dengan 24.

e) Guru kembali memperkenalkan permainan kartu domi numbers kepada siswa dengan menunjukkan kartu. Beberapa siswa cukup antusias dengan kartu tersebut dengan maju ke depan.

f) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-langkah permainan kartu domi numbers kepada siswa disertai dengan contoh di depan kelas. Siswa nampak cukup antusias dengan media kartu domi numbers dan tidak sabar ingin segera memaminkannya.


(57)

57

g) Siswa membentuk kelompok seperti yang sudah terbentuk pada pertemuan sebelumnya. Siswa segera memposisikan diri untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing. h) Setiap kelompok mendapat satu set kartu domi numbers

sejumlah 28 kartu bersama dengan LKS.

i) Guru membagikan satu set kartu domi numbers sejumlah 28 kartu kepada tiap kelompok bersama dengan LKS.

j) Siswa melakukan permainan kartu domi numbers dengan bimbingan guru. Guru memberikan waktu kurang lebih 20 menit untuk melakukan permainan kartu domi numbers. Permainan dimulai dengan mengocok kartu dan membagikan pada setiap anggota kelompok sebanyak 4 buah kartu kartu yang tersisa ditumpuk ditengah para pemain. Kemudian masing-masing anggota kelompok melakukan “hompimpah” untuk membuat urutan permainan. Kartu sisa yang paling atas dibuka sebagai pertanyaan awal yang harus dijawab oleh siswa pada urutan pertama. Jika urutan pertama tidak memiliki kartu jawaban soal maka siswa tersebut harus mengambil satu kartu sisa yang tersedia begitu seterusnya hingga semua kartu habis atau sudah tidak ada kartu yang sesuai untuk dipasangkan. Siswa yang habis kartunya atau yang memiliki kartu paling sedikit pemenangnya. Siswa tampak masih kebingungan dan


(58)

58

meminta bantuan guru. Ada dua kelompok yang masih harus dibimbing oleh guru dari awal permainan hingga akhir.

k) Siswa bekerjasama mengerjakan soal yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan bimbingan guru. Seperti pertemuan sebelumnya masih ada beberapa siswa yang tidak berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok yang diberikan. Kemudian guru menegur siswa tersebut untuk ikut serta dalam mengerjakan soal.

l) Siswa bersama dengan guru membahas hasil LKS secara bersama-sama dengan menukarkan kelompok satu dengan kelompok lainnya.

m) Siswa bersama dengan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dipelajari.

n) Siswa mengerjakan latihan soal. Soal yang diberikan terkait dengan materi yang diajarkan pada pertemuan tersebut. o) Guru memberikan tindak lanjut terhadap materi yang

diajarkan berupa PR dan memberikan nasihat kepada siswa yang belum aktif saat pembelajaran berlangsung.

c. Hasil Tes Siklus I

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah tindakan dilakukan melalui evaluasi yang dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 21 Maret 2014. Tes yang dilakukan mencakup


(59)

59

empat indikator yang telah dicantumkan dalam Bab III. Hasil tes evaluasi dapat dilihat melalui tabel di bawah ini.

Tabel 8. Hasil Tes Siklus I

No Absen Inisial Nilai Kriteria

1. BS 62,5 Belum Tuntas

2. FD 85 Tuntas

3. GR 50 Belum Tuntas

4. NS 77,5 Tuntas

5. NH 55 Belum Tuntas

6. NO 85 Tuntas

7. AD 70 Tuntas

8. AS 72,5 Tuntas

9. CT 75 Tuntas

10. EI 62,5 Belum Tuntas

11. FL 72,5 Tuntas

12. HS 87,5 Tuntas

13. JA 72,5 Tuntas

14. NA 100 Tuntas

15. ZI 67,5 Tuntas

16. NA 95 Tuntas

17. AS 90 Tuntas

Rata-rata 75,3

Nilai Tertinggi 100

Nilai terendah 50

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 13 siswa yang memenuhi kriteria KKM dengan persentase sebesar 76,4%, dan ada 4 siswa yang belum memenuhi kriteria KKM yang ditentukan. d. Hasil Observasi

Peneliti mengamati jalannya kegiatan pembelajaran menggunakan kartu domi numbers melalui lembar observasi. Lembar observasi tersebut meliputi lembar observasi terhadap siswa dan lembar observasi terhadap guru. Hal yang diamati pada lembar observasi siswa mencakup respon siswa pada kegiatan awal


(60)

60

hingga kegiatan akhir. Lembar observasi guru juga mencakup langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dari kegiatan awal hingga akhir.

Pemberian skor pada lembar observasi guru kelas II ( Bapak Eka Rahma, S.Pd) dilakukan oleh observer lain dengan bantuan peneliti secara langsung. Pemberian skor terhadap siswa secara keseluruhan juga dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan 1 diperoleh skor 16 dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 19. Jadi total skor yang diperoleh adalah 35 dengan persentase 87,5% (baik). Hal tersebut menunjukkan bahwa langkah kegiatan yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran sudah sesuai dan berhasil mengajar dengan baik. Hasil skor yang ditunjukkan pada observasi siswa juga menunjukkan kriteria baik yaitu dengan jumlah perolehan skor pada pertemuan 1 sebanyak 680 dan pada pertemuan kedua 787. Jadi total skor yang diperoleh sebesar 1467 dengan persentase sebesar 71,9%. Hal ini menunjukkan respon siswa dalam kegiatan pembelajaran baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 146 (hasil observasi guru) dan halaman 148 (hasil observasi siswa).

e. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti bersama dengan guru kelas II mengevaluasi kekurangan yang terjadi selama kegiatan


(1)

79

164-165), yaitu guru dalam mengajarkan materi pembagian kepada siswa SD perlu dilakukan dengan banyak berlatih memecahkan masalah pembagian sederhana. Disamping menggunakan tabel perkalian, guru juga dapat dapat memodifikasi kartu domino atau pun kartu bridge dengan menuliskan soal-soal tentang fakta dasar pembagian ini ke dalamnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan kartu domi numbers dapat meningkatkan prestasi belajar materi pembagian bilangan cacah pada siswa kelas II di SD Negeri Dawung.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah penggunaan kartu domi numbers dapat meningkatkan prestasi belajar materi pembagian bilangan cacah pada siswa kelas II di SD Negeri Dawung. Peneliti bersama dengan guru kelas II sudah berusaha semaksimal mungkin agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Adapun keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Hasil pekerjaan siswa berupa evaluasi tidak bisa dibahas di dalam kelas bersama siswa karena keterbatasan waktu.

2. Penelitian ini lebih menekankan pada penilaian kognitif, sehingga penilaian afektif dan psikomotor belum maksimal. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya dapat dikembangkan penilaian afektif dan psikomotor.


(2)

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu domi numbers dapat meningkatkan prestasi belajar materi pembagian bilangan cacah pada siswa kelas II di SD Negeri Dawung. Pembelajaran matematika menggunakan media kartu domi numbers yang telah dilakukan melibatkan siswa secara aktif melalui permainan kartu secara berkelompok. Dalam kelompok tersebut setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk berlatih menjawab soal latihan yang ada pada setiap kartu domi numbers yang tersedia. Pada setiap akhir siklus, siswa telah diberikan soal evaluasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa pada materi pembagian bilangan cacah.

Keberhasilan penelitian ini dapat dilihat melalui peningkatan hasil tes yang telah dilakukan kepada seluruh siswa kelas II. Sebelum dikenai tindakan diketahui ada 9 siswa (47,05%) yang belum mencapai batas KKM, kemudian setelah dikenai tindakan siklus I meningkat menjadi 4 siswa (23,52%) yang belum mencapai batas KKM dan dilanjukan tindakan siklus II. Pada siklus II mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu seluruh siswa sudah mencapai KKM, dengan persentase seluruhnya sebesar 100%. Tingkat keaktifan siswa pada saat pembelajaran


(3)

81

sebesar 71,9% kemudian terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 86,5%.

B. Saran

1. Bagi Guru

a. Pembelajaran matematika hendaknya guru menggunakan alat bantu/media mengajar yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik untuk mendukung dalam penyampaian materi.

b. Guru hendaknya mengelola pembelajaran yang melibatkan siswa aktif, baik melalui kegiatan yang bersifat kelompok maupun individu, seperti permainan kartu domi numbers.

2. Bagi Sekolah

a. Sekolah seyogyanya dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung pembelajaran.

b. Sekolah perlu membina kerjasama yang baik dengan orang tua siswa sehingga dapat mewujudkan pendidikan yang lebih baik. 3. Bagi Siswa

a. Siswa perlu melatih keterampilan operasi hitung seperti melakukan permainan kartu domi numbers atau mengerjakan latihan soal. b. Siswa perlu belajar lebih giat agar prestasi belajarnya juga dapat


(4)

82 4. Bagi peneliti

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya. Kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini juga dapat menjadi acuan perbaikan untuk mendapatkan penelitian yang lebih baik.


(5)

83

Azhar Arsyad. (1997). Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Conny R. Semiawan. (2008). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah

Dasar. Jakarta: Indeks.

Eko Putro Widiyoko. (2010). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Lisnawaty Simanjuntak. (1992). Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Rineka Cipta.

Marsigit. Revitalisasi Pendidikan Matematika. Jurnal FPMIPA. Hlm. 1-18. Diakses tanggal 27 Mei 2014 pukul 11.48 WIB.

Muchar A. Karim. et al. (1996). Pendidikan Matematika 1. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana & Ahmad Rivai. (2005). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Ngalim Purwanto. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta:

Departeman Pendidikan Nasional Rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Rita Eka Izzaty. et al. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY

Press.

Rochiati Wiriaatmadja. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rostina Sundayana. (2013). Media Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta.


(6)

84

Sri Subarinah. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas Tim Penulis. (2007). Model Silabus Tematik Sekolah Dasar Kelas 2. Jakarta: PT

Grasindo.

Van De Walle, John A. (2007). Sekolah Dasar dan Menengah Matematika Pengembangan Pengajaran. (Alih bahasa: Gugi Sagara S.T dan Lemeda Simarmata, S.T). Jakarta: Erlangga.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN CACAH MELALUI ALAT PERAGA.

0 0 61

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi pembagian menggunakan media papan pembagian pada kelas III SD Negeri Denggung tahun pelajaran 2015/2016.

2 34 357

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DALAM TOPIK GAYA MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA SISWA KELAS IV SD NEGERI DONOROJO KECAMATAN TEGALREJO

1 26 24

Materi Bilangan Cacah Matematika Kelas IV SD

0 29 36

Pemanfaatan Media Permainan Kartu Angka dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika dalam Operasi Hitung Bilangan Cacah Di SD (Studi di Kelas II SD Negeri Girimargo 1 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen).

0 7 190

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BILANGAN POSITIF NEGATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT SISWA KELAS IV SD NEGERI DELEGAN II PRAMBANAN.

0 0 176

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI PENGURANGAN PADA BILANGAN CACAH DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS 1A SD NEGERI SAMIRONO KABUPATEN SLEMAN.

0 2 260

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS III SD NEGERI DAWUNG TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG.

0 1 185

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR NlLAl TEMPAT DENGAN PRESTASI BELAJAR OPERAS1 BILANGAN CACAH SlSWA KELAS IV SD NEGERI KODYA PADANG

0 4 77

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI URUTAN BILANGAN MELALUI METODE DEMONSTRASI MENGGUNAKAN MEDIA KARTU BILANGAN DI KELAS IV SD NEGERI 1 ASINAN

0 0 13