Evaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia - USD Repository

EVALUASI KERASIONALAN IKLAN OBAT TANPA RESEP PADA TAYANGAN ACARA UNTUK IBU-IBU DI EMPAT STASIUN TELEVISI SWASTA NASIONAL INDONESIA SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

  Oleh : Kartikaningtyas Yunari NIM : 998114029

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

HALAMAN PERSEMBAHAN

  

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara

kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat.

  ( QS : 58 : 11) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

  (QS : 94 : 5) Hidup tidak akan pernah bebas dari tantangan, tetapi kemampuan kita untuk menghadapi tantangan akan terus berkembang.

  (John Gray) Kusadari bahwa Allah membuat segala sesuatunya indah tepat pada waktunya. Kumengerti bahwa aku dan segala sesuatu yang melekat dalam diriku, hidupku dan semua peristiwa dalam perjalanan menuju masa sekarang, adalah yang terbaik dari Allah. Aku selalu berbahagia untuk keberhasilan dalam hidup orang lain, dan aku tidak perlu iri dengan diri dan hidup orang lain, karena aku menyukai diri dan pribadiku, juga menyukai hidup dan kisah hidupku, yang kuyakini unik, indah, dan penuh makna.

  (Kartika, terinspirasi dari beberapa karya) Kupersembahkan untuk:

Bapak – Ibuku sebagai tanda hormat dan baktiku,

  Kakak – kakakku yang selalu kusayang,

Almamaterku tercinta

  

INTISARI

Penelitian ini bertujuan mengetahui profil dan kerasionalan iklan obat

tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di empat stasiun televisi.

Penelitian non eksperimental (observasional) ini dikerjakan dengan rancangan

deskriptif non analitik.

  Pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung iklan selama dua

minggu meliputi jenis acara, waktu tayang, jenis produk, jenis iklan, frekuensi,

serta kelengkapan informasi dan klaim indikasi iklan obat tanpa resep. Kriteria

Etik Promosi Obat-WHO (1988) digunakan sebagai dasar evaluasi kerasionalan

kelengkapan informasi iklan, sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan No.

386/1994 untuk kerasionalan kelengkapan informasi iklan dan kerasionalan klaim

indikasi iklan bersama mekanisme kerja zat aktif. Analisis data menggunakan

metode statistik deskriptif.

  Hasil penelitian menunjukkan terdapat 6,4% iklan obat tanpa resep yang

paling banyak ditayangkan pada acara sinetron (64,7%). Iklan tersebut lebih

banyak terdiri dari golongan obat bebas terbatas (78,8%), kelas terapi obat

  ® analgesik (sakit kepala, demam) (23,6%), jenis obat Mixagrip Flu & Batuk

(8,6%), obat untuk konsumen dewasa (92,5%), dan obat produksi Konimex

(16,5%). Dari 53 jenis obat, tidak ada yang kelengkapan informasi iklannya

rasional berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO (1988), tetapi 18,9%

rasional menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/1994. Semua iklan

mencantumkan nama dagang dan indikasi, zat aktif (22,6%), peringatan-perhatian

(92,4%), nama industri farmasi (88,7%), efek samping (20,8%), tetapi tidak ada

yang mencantumkan kontraindikasi dan alamat industri farmasi. Iklan yang klaim

indikasinya rasional sebanyak 58,5%.

  Kata kunci : kerasionalan, iklan, obat tanpa resep, televisi

  

ABSTRACT

This research aims to identify the profile and the rationality of non-

prescription drug advertisement on ladies’ program broadcast in four television

stations. This non-experimental (observational) research is conducted by using

non-analytical descriptive design.

  Data collection is conducted by using direct observation on the

advertisement for two weeks, including the types of program, product,

advertisement, presentation time, frequency, as well as information completeness

and indication claim of non-prescription drug advertisement. The WHO Ethical

Criteria for Medicinal Drug Promotion (1988) is used as the base of evaluating the

rationality of advertisement information completeness, while the Decree of Health

Minister No. 386/1994 is used to evaluate the rationality of advertisement

indication claim as well as working mechanism of active substance. Data is

analyzed by using a descriptive statistic method.

  The results of research show that there are 6.4% non-prescription drug

advertisement mostly broadcasted in electronic cinema (64.7%). That

advertisement more consisted of limited over-the-counter drugs (78.8%), the

therapeutic class of analgesic drugs (headache, fever) (23.6%), drug of Mixagrip

  ®

Flu & Batuk (8.6%), drug to adult consumers (92.5%), and drug produced by

Konimex (16.5%). Among 53 non-prescription drugs, there is no drug whose

advertisement information completeness is rational based on the WHO Ethical

Criteria for Medicinal Drug Promotion (1988), but 18.9% of it are rational

according to the Decree of Health Minister No. 386/1994. All the advertisements

include trademark and indication, an active substance (22.6%), precaution-

warning (92.4%), the name of pharmaceutical industry (88.6%), side effect

(20.8%), but there is no advertisement including contraindication and the address

of pharmaceutical industry. Advertisements whose indication claims rational are

58.5%.

  

Keywords : rationality, advertisement, non-prescription drugs, television

  

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunianya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

  

Evaluasi Kerasionalan Iklan Obat Tanpa Resep pada Tayangan Acara

untuk Ibu-ibu di Empat Stasiun Televisi Swasta Nasional Indonesia”.

  Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan semangat, bimbingan, arahan, dan petunjuk selama penulisan skripsi.

  

2. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk selama penulisan skripsi.

  

3. Bapak Drs. Sulasmono, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk skripsi ini.

  

4. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk skripsi ini.

  

5. Seluruh dosen pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang

telah membimbing penulis selama kuliah, dan seluruh karyawan terkait atas

  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………... i

  

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………. v

  

INTISARI…………………………………………………………………… vi

ABSTRACT …………………………………………………………………. vii

PRAKATA………………………………………………………………….. viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………... x

DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xiii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xviii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xx

BAB I. PENGANTAR…………………………………………………........

  1 A. Latar Belakang…………………………………………………………..

  1 B. Permasalahan……………………………………………………………

  5 C. Keaslian Penelitian………………………………………………………

  5 D. Manfaat Penelitian………………………………………………………

  6 1. Manfaat teoritis……………………………………………………...

  6

  2. Manfaat praktis………………………………………………………

  7 E. Tujuan…………………………………………………………………...

  7

  A. Pengobatan Sendiri dan Masalah Informasi Obat Tanpa Resep………...

  8 B. Pengobatan Rasional dengan Obat Tanpa Resep………………………..

  11 C. Obat Tanpa Resep……………………………………………………….

  13 D. Televisi Sebagai Salah Satu Media Iklan………………………………..

  17 E. Tinjauan tentang Iklan dan Promosi…………………………………….

  19

  1. Perbedaan iklan dengan promosi……………………………………

  19 2. Promosi menurut WHO……………………………………………..

  19 3. Definisi iklan………………………………………………………...

  20 4. Media iklan………………………………………………………….

  20

  5. Tujuan iklan…………………………………………………………

  21 6. Fungsi iklan………………………………………………………….

  21 F. Peraturan Periklanan Bidang Obat………………………………………

  21 G. Perilaku Konsumen terhadap Iklan……………………………………...

  26 H. Wanita sebagai Penanggung Jawab Pemilihan Obat untuk Keluarga…...

  27 I. Keterangan Empiris……………………………………………………...

  28 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………..

  29 A. Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………………………

  29 B. Definisi Operasional…………………………………………………….

  29 C. Subyek Penelitian………………………………………………………..

  32 D. Tata Cara Penelitian……………………………………………………..

  33 1. Tahap perencanaan…………………………………………………..

  33 2. Tahap pengambilan data…………………………………………….

  33

  E. Tata Cara Analisis Hasil………………………………………………...

  34 F. Kesulitan Penelitian……………………………………………………..

  36 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………...

  37 A. Profil Jenis Iklan………………………………………………………...

  37

  1. Distribusi frekuensi jenis iklan pada masing-masing stasiun televisi

  37

  2. Distribusi frekuensi jenis iklan pada keempat stasiun televisi………

  38 B. Profil Iklan Obat Tanpa Resep…………………………………………..

  40 1. Jenis acara…………………………………………………………...

  41 2. Kelas terapi………………………………………………………….

  43 3. Golongan obat……………………………………………………….

  45 4. Jenis obat…………………………………………………………….

  46 5. Sasaran konsumen obat……………………………………………...

  50 6. Produsen……………………………………………………………..

  51 C. Evaluasi Kerasionalan Kelengkapan Informasi Iklan Obat Tanpa Resep

  54 D. Evaluasi Kerasionalan Klaim Indikasi Iklan Obat Tanpa Resep………..

  72 E. Rangkuman Pembahasan………………………………………………..

  88 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………

  94 A. Kesimpulan……………………………………………………………...

  94 B. Saran……………………………………………………………………..

  95 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

  96 LAMPIRAN………………………………………………………………… 101

BIOGRAFI PENULIS……………………………………………………… 151

  

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A,

  B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis acara…………………………………………………...

  41 Tabel II. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan kelas terapi…………………………………………………..

  43 Tabel III. Distribusi frekuensi iklan obat bebas pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis obat………………………………………………………….

  47 Tabel IV. Distribusi frekuensi iklan obat bebas terbatas pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis obat…………………………………………………….

  48 Tabel V. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis obat………………………………………………………….

  49 Tabel VI. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan produsen……..

  53 Tabel VII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat analgesik (nyeri otot dan tulang) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)……………………………..

  56 Tabel VIII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)……………………………..

  57 Tabel IX. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat gizi dan darah tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)………………………………………………………...

  58 Tabel X. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran cerna (diare) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………………..

  59 Tabel XI. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran cerna (maag) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………………..

  59 Tabel XII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran nafas (asma) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………………..

  59 Tabel XIII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran nafas (batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………………..

  60 Tabel XIV. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran nafas (batuk, pilek) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………

  60 Tabel XV. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran nafas (flu) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………………..

  61 saluran nafas (flu, batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………

  62 Tabel XVII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat topikal kulit (infeksi jamur) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)……………………………..

  63 Tabel XVIII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat topikal mata tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)……………………………………………………

  63 Tabel XIX. Persentase kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B,

C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)……………….

  69 Tabel XX. Persentase kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)...

  70 Tabel XXI. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat analgesik (nyeri otot dan tulang) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………

  73 Tabel XXII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat analgesik (sakit kepala, demam) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………

  74 Tabel XXIII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat gizi dan darah tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)………………………………………………………...

  76 Tabel XXIV. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)……………………………………………………

  78 Tabel XXV. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran cerna (maag) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)……………………………………………………

  78 Tabel XXVI. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (asma) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)……………………………………………………

  79 Tabel XXVII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)................................................................................

  80 Tabel XXVIII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (batuk, pilek) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………………..

  81 Tabel XXIX. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (flu) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)………………………………………………………...

  82 Tabel XXX. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (flu, batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………………..

  84 Tabel XXXI. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat topikal kulit (infeksi jamur) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu- ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………………..

  85 mata tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006).......................................................................................

  86 Tabel XXXIII. Persentase kerasionalan klaim indikasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)………...

  87 Tabel XXXIV. Kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)………………………………..

  93

  

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Prinsip-prinsip kerasionalan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep……………………………………………………..

  12 Gambar 2. Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk ibu- ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)……………………………….

  38 Gambar 3. Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk ibu- ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)……………………………………

  39 Gambar 4. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis acara…………………………………………………………...

  42 Gambar 5. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan kelas terapi…………………………………………………………...

  44 Gambar 6. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B,

C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan golongan obat………………………………………………….

  45 acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan golongan obat…………………………………………….........................

  46 Gambar 8. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan sasaran konsumen……………………………………………...

  50 Gambar 9. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan sasaran konsumen……………………………………………...............

  51

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Jadwal tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………........ 101 Lampiran 2. Jadwal tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi B selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………........ 103 Lampiran 3. Jadwal tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi C selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………........ 104 Lampiran 4. Jadwal tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………........ 106 Lampiran 5. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………………………............. 108

  Lampiran 6. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi B selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………………………............. 115 Lampiran 7. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi C selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………………………............. 119

  Lampiran 8. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi D selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………………………………………............. 125

  tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A selama dua minggu (periode Juli 2006)………………………….............. 131 Lampiran

  10. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi B selama dua minggu (periode Juli 2006)………………………….............. 137 Lampiran

  11. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi C selama dua minggu (periode Juli 2006)………………………….............. 140 Lampiran

  12. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi D selama dua minggu (periode Juli 2006)………………………….............. 143 Lampiran 13. Data kelengkapan informasi dan klaim indikasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)..... 148

  

Lampiran 14. Komposisi zat aktif 53 jenis obat tanpa resep.......................... 150

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pengobatan sendiri didefinisikan sebagai suatu tindakan mengobati

  

sendiri dengan obat tanpa resep yang dilakukan secara tepat dan bertanggung

jawab (Holt dan Hall, 1990). Sekarang ini, masyarakat berusaha mengatasi sendiri

masalah kesehatannya yang bersifat sederhana dan umum diderita dengan obat

tanpa resep yang banyak tersedia di pasaran. Faktor penyebabnya karena lebih

murah dan lebih praktis, selain itu masyarakat sering merasa kondisi sakitnya

belum memerlukan pemeriksaan tenaga kesehatan (Anonim, 2005). Harga obat

yang melambung tinggi dan biaya pelayanan kesehatan yang semakin mahal, juga

meningkatkan pengobatan sendiri di kalangan masyarakat (Anonim, 2002a).

  Obat tanpa resep adalah obat-obat yang termasuk golongan obat bebas,

obat bebas terbatas , serta obat wajib apotek yaitu obat keras yang dapat diperoleh

tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek (Anonim, 2005). Obat

wajib apotek memang dapat diserahkan tanpa resep dokter, tetapi termasuk obat

keras atau obat daftar G (gevaarlijk), oleh karena itu tidak termasuk dalam

penelitian ini. Obat tradisional yaitu bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran

dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992), oleh WHO juga dimasukkan dalam

  

diresepkan oleh dokter, akibat selalu bersandar pada kaidah alamiah. Keberadaan

obat tradisional masih diperdebatkan akibat tidak sedikit yang keamanan dan

khasiatnya hanya berdasarkan pengalaman turun temurun tanpa dibuktikan secara

ilmiah (Marlinda, 2003a). Obat tradisional tidak termasuk obat tanpa resep dalam

penelitian ini. Iklan obat tradisional memiliki pedoman tersendiri dalam

Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, terpisah dari pedoman

periklanan obat bebas yang mengatur iklan obat bebas dan obat bebas terbatas.

  Obat tanpa resep yang termasuk dalam penelitian ini adalah obat bebas

dan obat bebas terbatas. Kriteria obat dalam kategori ini antara lain adalah telah

terbukti secara ilmiah menunjukkan manfaat klinis, sangat diperlukan untuk

menanggulangi kesakitan yang banyak dijumpai di masyarakat, dan relatif aman.

  

Penggunaan secara benar obat-obat golongan ini seharusnya bisa sangat

membantu masyarakat dalam melakukan pengobatan sendiri yang aman dan

efektif, namun seringkali pengobatan sendiri menjadi sangat boros karena

mengkonsumsi obat-obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah bisa

berbahaya karena penggunaan yang tidak sesuai aturan pakai. Obat bebas dan obat

bebas terbatas tidak berarti bebas efek samping, sehingga pemakaiannya harus

sesuai dengan indikasi, dosis, lama pemakaian yang benar, disertai dengan

pengetahuan pengguna tentang risiko efek samping dan kontraindikasinya

(Suryawati, 1997).

  Masyarakat perlu dibantu dengan informasi obat tanpa resep yang

obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan untuk melakukan pengobatan sendiri

  

industri farmasi, yang paling banyak dijumpai oleh masyarakat. Perlu dilakukan

upaya-upaya untuk mengendalikan informasi komersial, agar informasi yang

disediakan benar atau dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, tidak

menyembunyikan risiko pengobatan, serta tidak menyesatkan atau mengarahkan

pengguna kepada persepsi keliru yang mengakibatkan penggunaan obat secara

keliru (Suryawati,1997).

  Survei oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tahun 1992

menunjukkan iklan obat melalui media televisi menduduki peringkat pertama

dalam mempengaruhi konsumen obat (Anonim,1997a). Hal ini terjadi karena

setiap hari masyarakat banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi,

yaitu 60% responden sebuah penelitian menonton televisi dalam sehari antara 1-5

jam bahkan hingga lebih dari 5 jam pada 30% responden (Widanenci, 2007). Iklan

televisi juga lebih besar pengaruhnya terhadap konsumen karena mengandung

unsur hiburan, serta gambar yang disajikan lebih menarik (Wiwik,1993). Kondisi

ini diperkuat lagi dengan sifat iklan televisi yang disajikan berulang-ulang (Ashaf,

1995). Dinyatakan oleh Anief (1985) bahwa frekuensi iklan juga berpengaruh

terhadap konsumsi obat oleh masyarakat.

  Televisi swasta nasional merupakan salah satu sarana yang digunakan

produsen obat untuk mengiklankan produknya, karena memiliki jaringan pemirsa

yang sangat luas (Yulia, 1993). Berdasarkan survei Persatuan Perusahaan

Periklanan Indonesia (PPPI) tahun 2002, pendapatan iklan televisi terbanyak

masih dipegang oleh RCTI, Indosiar, SCTV, dan TPI. Menyusul kemudian Trans

  

stasiun televisi swasta nasional Indonesia dalam penelitian ini memiliki

pendapatan iklan yang tinggi menurut data tahun 2002, program acaranya sudah

sangat dikenal oleh pemirsa karena lebih awal berdiri, dan banyak menayangkan

acara untuk ibu-ibu. Data terbaru dari Nielsen Media Research, setelah penelitian

ini dilakukan, menunjukkan bahwa selama tahun 2006 telah terjadi perubahan

besar urutan belanja iklan di televisi, dari yang paling tinggi adalah kelompok

RCTI, TPI, Global TV, kelompok Trans TV dan TV 7, kelompok ANTV dan

Lativi, diikuti stasiun-stasiun televisi yang masih berdiri sendiri yaitu SCTV,

Indosiar, serta Metro TV (Harto, Ratnasari, Saragih, dan Mudjiono, 2006).

  Berdasarkan pemantauan dan evaluasi Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) tahun 2003, iklan obat di televisi dinilai banyak yang tidak

layak tayang karena memberikan informasi yang berlebihan dan menyesatkan

(Danto, 2004). Kondisi tersebut sangat disayangkan, karena tingkat pengetahuan

kaum ibu dalam pengobatan sendiri belum menunjang keamanan dan keefektifan

pengobatan, sehingga dalam pemilihan obat tanpa resep masih sangat mudah

dipengaruhi oleh informasi dari produsen obat yang disebarkan melalui iklan di

berbagai media (Marlinda, 2003b). Sehubungan dengan hal itu, idealnya wanita

(kaum ibu) yang menjadi penanggung jawab dalam pemilihan obat untuk keluarga

sebaiknya selalu menambah pengetahuan mengenai obat-obatan agar dalam

memilih obat tidak mudah terpengaruh oleh iklan (Marlinda, 1995). Apalagi

terdapat kecenderungan di masyarakat bahwa wanita lebih suka menggunakan

obat tanpa resep daripada laki-laki (Holt dan Hall, 1990).

  Berkaitan dengan hal- hal tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian

tentang evaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk

ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia.

B. Permasalahan

  

1. Seperti apa profil iklan pada tayangan acara untuk ibu-ibu di empat stasiun

televisi swasta nasional Indonesia yang meliputi jenis iklan dan frekuensi iklan?

  

2. Seperti apa profil frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk

ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia berdasarkan klasifikasi jenis acara, kelas terapi, golongan obat, jenis obat, sasaran konsumen obat, dan produsen?

  

3. Bagaimana kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-

ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia yang meliputi kerasionalan kelengkapan informasi iklan berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO (1988) dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, serta kerasionalan klaim indikasi iklan berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994?

C. Keaslian Penelitian

  Sejauh informasi yang diterima penulis, telah terdapat beberapa

penelitian tentang iklan obat di televisi, seperti Penilaian Iklan Obat Flu di