Strategi komunikasi stasiun televisi lokal dalam meningkatkan eksistensi. (studi pada cahaya televisi (Ctv) Banten).

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI STASIUN TELEVISI LOKAL

DALAM MENINGKATKAN EKSISTENSI.

(Studi Pada Cahaya Televisi (CTV) Banten).

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Ummul Fauziah Rahmah

NIM: 108051000100

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M


(2)

(3)

(4)

Assalammualaikum, Wr Wb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah penyusun skripsi dengan judul

“Strategi Komunikasi Stasiun Televisi Lokal Dalam Meningkatkan Eksistensi. (Studi Pada

Cahaya Televisi (CTV) Banten.” dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah benar-benar murni hasil karya asli peneliti, tanpa adanya duplikasi hasil karya orang lain.

2. Adapun apabila peneliti mengutip tulisan dan karya ilmiah orang lain, peneliti telah mencantumkannya dalam bentuk referensi, baik footnote ataupun daftar pustaka. 3. Apabila dikemudian hari terjadi hal-hal yang merugikan orang lain, atau terbukti

peneliti menduplikasi karya orang lain, peneliti siap menerima konsekuensinya dan saksi akademis yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian lembar pernyataan ini dibuat, diharapkan dapat dipergunakan dengan semestinya. Terima Kasih.

Wassalamualaikum, Wr Wb

Jakarta, 1 Februari 2013 Peneliti,

Ummul Fauziah Rahmah NIM:108051000100


(5)

i

ABSTRAK Ummul Fauziah Rahmah

NIM: 1080051000100

Strategi Komunikasi Stasiun Televisi Lokal Dalam Meningkatkan Eksistensi. (Studi Pada Cahaya Televisi (CTV) Banten.

Cahaya Televisi (CTV) Banten merupakan televisi lokal yaitu sebagai stasiun televisi dengan jangkauan terbatas di suatu daerah tertentu. Keberadaannya dimungkinkan berdasarkan amanat Undang-undang Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 pada Bagian Keempat tentang Lembaga Penyiaran Publik, Pasal 14 ayat (3), yang menyatakan bahwa di daerah provinsi, kabupaten, atau kota dapat didirikan Lembaga Penyiran Publik lokal. Seiring dengan globalisasi yang menuntut kecepatan informasi, dibutuhkan kehadiran berbagai media informasi di tengah-tengah masyarakat. Berbagai informasi tentang daerah yang tidak terekspose oleh media nasional mendasari kehadiran media televisi lokal di berbagai daerah. Kehadiran televisi lokal menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan. Sehingg perlu adanya perkembangan Cahaya Televisi Banten dalam menarik minat penonton masyarakat setempat.

Berdasarkan pernyataan di atas maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah Bagaimana strategi Cahaya Televisi (CTV) Banten dalam meningkatkan eksistensi sebagai televisi lokal di daerah Banten? Bagaimana komunikasi eksternal dan internal yang dilakukan Cahaya Televisi (CTV) Banten dalam meningkatkan eksistensi sebagai televisi lokal di daerah Banten?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dengan menggambarkan dan menjelaskan keadaan yang sebenarnya kemudian menuangkannya ke dalam penulisan dalam bentuk kata-kata dan bukan angka atau statistik. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi

Untuk memungkinkan organisasi atau perusahaan mencapai tujuan perlu adanya suatu strategi yang dirancang dalam jangka panjang. Tahapan-tahapan dalam strategi pada stasiun Cahaya Tv Banten dengan melakukan Perumusan Strategi, Implementasi Strategi dan Evaluasi Strategi. Adapun juga sesuai dengan Teori Performa Komunikatif (Fred David). Untuk menunjang perkembangan stasiun televisi lokal ini termasuk faktor dari internal maupun eksternal.

Proses atau kegiatan yang dilakukan secara internal dapat dilihat on-air dari program-program acara yang memberikan informasi khususnya daerah Banten, menghibur, mengenai kesenian ataupun menampilkan budaya setempat. Sedangkan proses yang dilakukan Cahaya Tv Banten secara eksternal bagaimana CTV Banten ini mempromosikan kepada khalayak dan menjalin kerja sama kepada client atau perusahaan swasta lainnya.


(6)

ii Bismillahrirahmanirrahim

Alhadulillahi rabbil „alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Sujud syukur dipanjatkan kehadirat Illahi Rabbi, atas segala kemurahan, cinta kasih dan sayang-Nya serta banyak memberikan rahmat dan karunia-Nya tak terhingga yang senantiasa diberikan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, denga usaha dan tekad yang kuat akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Meskipun cukup banyak kendala-kendala, hambatan-hambatan dan rintangan yang penulis hadapi di tengah jalan, baik itu berupa malas, lalai dan sombong. Yang terkadang menjadi beban penulis dan penghambat proses, tapi itu semua penulis jadikan pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Namun atas izin allah SWT semua hambatan dan rintangan dapat diatasi dan diselesaikan.

Terselesaikannya skripsi ini, sungguh suatu anugerah terindah yang punulis rasakan. Namun anugerah tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya proses dan dukungan, baik moriil maupun materil. Maka untuk itulah, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dengan usaha dan kerja keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “STRATEGI KOMUNIKASI STASIUN TELEVISI LOKAL DALAM MENINGKATKAN EKSISTENSI, (Studi Kasus Cahaya Televisi (CTV) Banten).”


(7)

iii

Skripsi ini diajukan guna melengkapi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam pendidikan Strata Satu Program Studi Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi baik moril, materiil maupun spiritual khususnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan, MA, Pembantu Dekan I Bidang Akademik Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan II Bidang Admistrasi Umum Drs. Mahmud Jalal, MA, serta Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Studi Rizal, L.K,MA. 2. Drs Jumroni, M. Silaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,

dan Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, M. Ag selaku pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi guna mencapai hasil skripsi yang lebih baik.

4. Para Bapak/Ibu dosen Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu, pengajaran serta dedikasinya selam penulis mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan dari awal semester hingga saat ini. Semoga jasa-jasa beliau tidak akan terlupakan.

5. Seluruh staff karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(8)

iv penulisan skripsi.

6. Ibu Dina (General Menager), Pak Hendra (Produser News), Pak Mory (Asisten Produser News), Ibu Novi (divisi Marketing) dan seluruh crew CTV Banten yang namanya tidak bisa disebutin satu-persatu dan tidak mengurangi rasa hormat penulis, yang telah meluangkan waktu dan membantu kelengkapan data. Untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Orang tua ayahanda Drs. Dalizar Putra (Almarhum) dan ibunda Delmis tercinta yang terus “menyuruh dan mengingatkan” akan skripsi, tak pernah lelah menyusupkan Do’anya di setiap tetesan air matanya untuk penulis dan yang terpenting dukungan moril, materil & spiritual disaat penulis mengalami kesulitan.

8. Saudara-saudara, etek, kakak & adik (adawiyah) yang tak bosen untuk selalu memberikan semangat dan juga dukungannya.

9. Teman-teman seperjuangan KPI Angkatan 2008 terutama khususnya KPI D yang selalu bersama-sama menemani dikala suka dan duka, berdiskusi dan berjuang bersama dalam menempuh pendidikan dibangku kuliah. 10.Dan berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis mendoakan dengan mengharap ridho Allah SWT, semoga segala doa, bantuan, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan tanpa mengurang rasa hormat penulis, amal ibadah kalian dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.


(9)

v

Semoga skripsi ini dapast memberikan kontribusi positif bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan maka dengan terbuka penulis menerima kritik dan saran yang dapt membangun.

Jakarta, 24 Januari 2013

Ummul Fauziah Rahmah


(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 10

1. Jenis Penelitian ... 10

2. Sumber Data ... 11

3. Subjek dan Objek Penelitian ... 11

4. Waktu dan Tempat Penelitian ... 12

5. Tahapan Penelitian ... 12

a. Teknik Pengumpulan Data ... 12

b. Teknik Pengolahan Data ... 14

c. Teknik Analisis Data ... 14

F. Sitematika Penulisan. ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Konseptualisasi Strategi ... 17

1. Pengertian Strategi ... 17

2. Tahapan-tahapan Strategi ... 21

3. Manfaat Strategi ... 25

4. Ciri-ciri Strategi ... 25

B. Konseptualisasi Komunikasi ... 27

C. Fungsi Strategi Komunikasi ... 29

D. Komunikasi Massa ... 30

1. Pengertian Komunikasi Massa ... 30


(11)

vii

E. Media Massa ... 34

F. Televisi ... 34

1. Pengertian Televisi ... 34

2. Sejarah Televisi. ... 35

3. Televisi Lokal... 36

4. Karakter Televisi Lokal... 37

G. Teori Performa Komunikasi ... 38

H. Pengertian Eksistensi ... 42

BAB III GAMBARAN UMUM CAHAYA TELEVISI BANTEN (CTV BANTEN) A. Sejarah Berdirinya. ... 43

1. Latar Belakang berdirinya CTV Banten ... 43

2. Tujuan Pendirian CTV Banten. ... 45

B. Visi dan Misi CTV Banten ... 46

C. Lokasi CTV Banten... 46

D. Jangkauan Siaran ... 47

E. Profil Pemirsa. ... 47

F. Profil Owner Stasiun Tv Lokal Cahaya Televisi Bante ... 47

G. Program-program Acara CTV Banten ... 48

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Komunikasi Cahaya Televisi (CTV Banten) Dalam Meningkatkan Eksistensinya Sebagai Televisi Lokal. Penyiaran Yang Berbasiskan Stasiun Lokal ... 60

1. Formulasi/Perumusan Strategi. ... 60

2. Implementasi Strategi... 61

3. Evaluasi Strategi... 70

B. Teori Performance ... 72

C. Dimensi-dimensi Komunikasi Dalam Kehidupan Organisasi: Komunikasi Internal dan Komunikasi Eksternal Yang Dilakukan Cahaya TV Banten Sebagai Peningkatan Kinerja. ... 76


(12)

viii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran. ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Revolusi informasi dan komunikasi zaman ini melahirkan peradaban baru yaitu kehidupan yang tidak dibatasi lagi oleh ruang dan waktu. Salah satu trend dalam masyarakat modern sekarang adalah bagaimana membangun dunia secara universal, merangkum dunia menjadi satu. Lewat dunia informasi dan komunikasi pula, segala persoalan-persoalan global dunia akan dibahas bersama, akan dipikirkan bersama yang semuanya bertujuan membangun kondisi-kondisi kehidupan yang menyenangkan.

Salah seorang pakar komunikasi Abdul Muis, dalam tulisannya di majalah Analisis CSIS (1991) menyebutkan; kemajuan teknologi komunikasi dan informasi menghadirkan aneka ragam saluran (media) yang kian lama kian canggih dan memungkinkan segala macam kejadian.

“Ciri dari perkembangan teknologi komunikasi adalah adanya media komunikasi modern yang bersifat massal, media komunikasi modern yang bersifat massal menurut Jalaluddin Rahkmat, yaitu komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.”1

“Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak, media elektronik maupun media internet), sebab awal

1

Jalaluddin Rahkmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003), cet Ke-3, h. 189


(14)

perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of communication (media komunikasi massa).”2

“Media secara etimologi dilihat dari bahasa Latin yaitu, „medium’ yang berarti alat perantara. Sedangkan secara terminologi media adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat komunikasi seperti; koran, majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk perantara untuk mencapai tujuan tertentu. Media adalah alat atau sarana, sedangkan Massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas.”3

Salah satu contoh media massa adalah televisi, televisi adalah salah satu media hiburan dan informasi yang berkembang pesat di Indonesia dan di Dunia. Televisi saat ini telah berkembang dengan sangat pesat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Televisi menjadi sarana masyarakat untuk mendapatkan informasi, pendidikan dan hiburan.

Sejarah pertelevisian di Indonesia dimulai pada tahun 1962 ketika untuk pertama kalinya TVRI mengudara sejak saat itu sampai dengan tahun 1987, otomatis TVRI adalah satu-satunya saluran televisi di Indonesia. Pada tahun 1987, dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor:190A/KEP/Menpen/1987 tentang Siaran Saluran Terbatas, maka peluang munculnya stasiun TVswasta terbuka.

Dimulai dari RCTI yang diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1989, SCTV pada tanggal 24 Agustus 1990, TPI atau sekarang dikenal dengan MNC TV pada tanggal 23 Januari1991, Anteve pada tanggal 7 Maret 1993, Indosiar

2

Nuruddin, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), 3

Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet Ke-3, hal. 726.


(15)

3

pada tanggal 11 Januari 1995. Kemudian setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran berdiri stasiunTV7 atau yang sekarang bernama Trans 7 pada tanggal 22 Maret 2000, Metro TV pada tanggal25 November 2000, Trans TV pada tanggal 25 November 2001, Lativi atau yang sekarang TV One pada tanggal 17 Januari 2002, dan Global TV pada tanggal 5 Oktober 2002.

Televisi Lokal adalah stasiun televisi dengan jangkauan terbatas di suatu daerah tertentu. Keberadaannya dimungkinkan berdasarkan amanat Undang-undang Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 pada Bagian Keempat tentang Lembaga Penyiaran Publik, Pasal 14 ayat (3), yang menyatakan bahwa di daerah provinsi, kabupaten, atau kota dapat didirikan Lembaga Penyiran Publik Lokal.4Seiring dengan globalisasi yang menuntut kecepatan informasi, dibutuhkan kehadiran berbagai media informasi di tengah-tengah masyarakat. Berbagai informasi tentang daerah yang tidak terekspose oleh media nasional mendasari kehadiran media televisi lokal di berbagai daerah. Kehadiran televisi lokal menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan.

Di kutip dari sebuah lembaga "Mengembangkan potensi daerah, menghormati pluralisme, toleransi & perdamaian" Asosiasi Televisi Lokal Idonesia atau ATVLI didirikan sebagai wadah berkumpulnya stasiun-stasiun televisi lokal di Indonesia guna memperjuangkan kepentingan para anggotanya dan kepentingan masyarakat lokal untuk mendapatkan informasi, serta kepentingan seluruh elemen bangsa sebagai bagian yang utuh dalam kerangka

4

http://id.shvoong.com/humanities/film-and-theater-studies/2281049-pengertian-televisi-dan-sejarahnya/#ixzz1x6XfFzz8/diakses pada tgl 15-09-2012.


(16)

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip desentralisasi juga berlaku bagi media penyiaran televisi. Spirit otonomi daerah yang bermartabat membutuhkan media penyiaran televisi lokal. Media penyiaran televisi lokal adalah cermin bagi penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Media Penyiaran televisi lokal adalah pentas hidup dan permanen bagi tumbuh dan berkembangnya budaya lokal sebagai asset Nasional.

Selaras atas amanah Forum Televisi Lokal Indonesia yang dideklarasikan di UNAIR Surabaya pada tanggal 18 Juni 2002 dan hasil Kongres Bali tentang Pendeklarasian Asosiasi Televisi Lokal Indonesia pada tanggal 26 Juli 2002; yang antara lain menegaskan bahwa "atas dasar semangat, keinginan bersama yang luhur, keyakinan yang kuat untuk mewujudkan spirit Otonomi Daerah yang Bermartabat di Indonesia bersama Media Televisi Lokal, serta kerinduan untuk memenuhi hak asasi manusia setiap orang Indonesia yang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala saluran yang tersedia sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 28 UUD 1945 ". Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran juga menjadi payung hukum bagi keberadaan televisi lokal, sebagai paradigma baru dan menunjang proses demokratisasi penyiaran.5

Beragam program acara yang disajikan televisi lokal mulai dari berita, musik dan hiburan, program kesenian dan kebudayaan, hingga potensi

5


(17)

5

ekonomi lokal memungkinkan masyarakat untuk dapat memilih program acara yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Program acara bernuansa lokal menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat masyarakat menonton televisi lokal.

Salah satunya televisi lokal yaitu, Cahaya Televisi (CTV) Banten Lokal dan merupakan televisi pertama di wilayah Banten. Cahaya Televisi (CTV) Banten mempunyai visi kedepan yaitu menjadi salah satu pusat kebudayaan dan ekonomi yang kuat, visi CTV Banten dapat mewujudkan fungsi lembaga penyiaran sebagai media informasi, media penidikan, media hiburan dan perekat sosial yang dapat dilihat dari adanya keberagamana program siaran yang disesuaikan dengan segmentasi masyarakat di daerah Banten.

Cahaya Televisi Banten adalah Lembaga Penyiaran Swasta penyelenggara jasa penyiaran yang berbasiskan stasiun lokal di Banten yang sah, yang cakap, yang layak dan patut serta memenuhi kriteria dan persyaratan yang diharuskan oleh Undang-undang No 32 Tahun 2002.

Target pemirsa Tv lokal adalah masyarakat lokal di mana stasiun Tv lokal tersebut bersiaran. Peran ideal stasiun Tv lokal adalah untuk melestarikan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal. Dengan target pemirsa dan peran tersebut, maka potensi pasar Tv lokal sangat terbatas, jika dibandingkan dengan stasiun-stasiun Tv Nasional yang telah lebih dulu bersiaran. Tetapi fenomena menjamurnya stasiun-stasiun Tv lokal itu kini mulai luntur, bahkan beberapa stasiun Tv lokal satu persatu mulai ada yang rontok dan gulung tikar. Hal ini sama seperti yang dialami oleh penggunaan interkom dan radio amatir


(18)

pada era tahun 1980-an yang muncul bak jamur di musim hujan, tapi perlahan hilang yang disebabkan karena berbagai faktor. Artinya ada faktor-faktor yang mempengaruhi stasiun-stasiun Tv lokal tidak mampu untuk bersaing dengan stasiun-stasiun Tv Nasional ataupun tv lainnya dan kemudian perlahan-lahan gulung tikar karena mengalami kerugian. Faktor-faktor tersebut bisa saja berupa kue iklan yang memang sebagian besar hanya terserap oleh stasiun-stasiun Tv Nasional, pemodalan yang tidak mencukupi untuk investasi dan operasional, potensi pasar yang kecil, program siaran yang kurang menarik, dan lain-lain.6

Maka berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik mengadakan penelitian yang bertempat di stasiun televisi lokal yang berjudul “Strategi Komunikasi Stasiun Televisi Lokal Dalam Meningkatkan Eksistensi: (Studi Pada Cahaya Televisi (CTV) Banten)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. 1. Pembatasan Masalah.

Kehadiran televisi lokal menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat setempat untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan. Dalam penulisan ini, peneliti mencoba untuk membatasi permasalahan, agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dan pelebaran dalam pembahasannya nanti. Maka peneliti membatasinya hanya pada Strategi Komunikasi televisi Cahaya Televisi (CTV) Banten dalam meningkatkan eksistensi televisi lokal yang mampu memberikan tayangan informasi dan juga kebudayaan lokal setempat.

6


(19)

7

2. Perumusan Masalah.

Dari batasan masalah tersebut peneliti memberikan rumusan masalahnya yaitu:

a) Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan Cahaya Televisi (CTV) Banten dalam meningkatkan eksistensinya sebagai televisi lokal di daerah Banten?

b) Bagaimana komunikasi eksternal dan internal yang dilakukan Cahaya Televisi (CTV) Banten dalam meningkatkan eksistensinya sebagai televisi lokal di daerah Banten?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam peneltian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui strategi komunikasi baik secara internal maupun eksternal, yang diterapkan Cahaya Televisi (CTV) Banten dalam upaya meningkatkan eksistensinya khusus sebagai televisi lokal.

b. Untuk menjelaskan kontribusi yang dilakukan stasiun televisi Cahaya Televisi (CTV) Banten sebagai penyiaran lokal, sebagai upaya meningkatkan eksistensi di mata masyarakat setempat/lokal.

c. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dilakukan CTV Banten dalam upaya meningkatkan eksistensinya khusus sebagai televisi lokal.


(20)

2. Manfaat Penelitian.

a. Akademis.

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah dan diharapkan dapat memperkaya di bidang kajian Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dalam penemuan kaidah ataupun mengenai cara strategi komunikasi yang di terapkan oleh televisi lokal yaitu salah satunya stasiun Cahaya Televisi (CTV) Banten.

b. Praktis.

Menambah wawasan keilmuan penulis disamping itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan titik tolak untuk penelitian yang lebih mendalam, baik di lokasi yang sama maupun dilokasi lain. Dengan demikian, secara berangsur-angsur perbendaharaan informasi yang sistematik tentang strategi komunikasi dapat dijadikan bahan untuk merumuskan teori dan model penelitian di bidang itu. Dan bisa dijadikan pedoman atau referensi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka Tri Drama Perguruan Tinggi.

D. Tinjauan Pustaka.

Sebelum mengadakan suatu penelitian untuk penyusunan skripsi ini, maka langkah awal penulis tempuh adalah dengan mengadakan tinjauan pustaka terlebih dahulu melalui beberapa hasil penelitian yang membahas tentang strategi komunikasi. Agar terhindar dari kesamaan penelitian dengan


(21)

9

skripsi-skripsi sebelumnya yang dilihat di perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai berikut:

1. Strategi Komunikasi Direktorat Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri dalam Citra Islam Indonesia di Dunia Internasional, skripsi ini tentang menerangkan langkah-langkah yang dilakukan diplomasi publik dalam membangun citra islam di dunia internasional.

2. Strategi Komunikasi Marketing Radio Dakta 107 fm Dalam Meningkatkan Eksistensi di kalangan Pendengar. Arini Rosdaian 2011 KPI. Tentang meningkatkan eksistensinya terhadap para pendengar.

3. Strategi BMT al-Kautsar Dakta Dlam Mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah di Bekasi oleh Herva Octaviana Jurusan Management. Skripsi ini fokus terhadap apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT).

4. Strategi Komunikasi Dalam Membangun Citra Positif Perusahaan (studi kasus di PT Aneka Tambang Emas UBPE Pongkor tbk) siti sofiyah efriyanti Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah. Skripsi ini membahas mengenai bagaimana strategi penyebaran informasi yang digunakan tambang emas UBPE Pongkor.

5. Strategi Komunikasi Ikatan Musara Gayo dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggotanya di Jakarta oleh Hadi Sutrisno Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Skripsi ini lebih kepada meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.


(22)

6. Strategi komunikasi badan narkotika provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba mahasiswa Badru Tamam Al wahdi Komunikasi Penyiaran Islam.

Namun adanya kesamaan dan juga perbedaan dari skripsi terdahulu. Kesamaannya yaitu, membahas Strategi Komunikasi sedangkan perbedaannya yaitu, terletak pada subjeknya yaitu; televisi Lokal CTV Banten. Setelah melihat dari beberapa skripsi di perpustakaan, maka penulis membuat judul tentang Strategi Komunikasi Stasiun Televisi Lokal Dalam Meningkatkan Eksistensi. Studi Kasus Cahaya Televisi (CTV) Banten.

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati. Kark dan Miller memberikan pengertian penelitian kualitatif sebagai tradisi penelitian yang tergantung pada pengamatan sesuai dengan orang-orang disekitar objek penelitian dalam bahasa dan peristilahan sendiri.7

“Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasikan dan mengklasifikasikan suatu fenomena atau

7

Lexy J.Meloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), edisi revisi cet. Ke-26, hal 3


(23)

11

kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.”8

Berdasarkan beberapa definis diatas, penelitian melakukan penelitian dengan menguraikan fakta-fakta yang didapat dan berdasarkan hasil dari penelitian dilapangan, kemudian diolah, dikaji dan dianalisis agar dapat menghasilkan suatu kesimpulan.

2. Sumber Data.

Adapaun sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu,

Data Primer diproleh melalui prose penelitian langsung dari partisipan atau sasaran penelitian, yaitu langsung dari informan bagian penanggung jawab/ setiap divisi masing-masing dan crew di CTV Banten.

Data Sekunder adalah data yang diproleh dari catatan-catatan atau dokumen yang terkait dengan penelitian dari lembaga yang diteliti ataupun referensi dan buku-buku dari perpustakaan.

3. Subjek dan Objek Penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah stasiun televisi Cahaya Televisi (CTV) Banten sedangkan yang menjadi objek adalah strategi komunikasi CTV Banten dalam meningkatkan eksistensi sebagai televisi lokal.

8

Prof. Dr. Syamsir Salam, MS dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial,


(24)

4. Waktu dan Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di stasiun televisi Cahaya Televisi (CTV) Banten, Jalan Wana Mulya no.17 karang mulya, Karang Tengah – Kota Tangerang 15157 Banten Indonesia. Adapun waktu penelitiannya yaitu bulan Juli-Februari.

5. Tahapan Penelitian.

a. Teknik Pengumpulan Data.

Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

1) Observasi.

Observasi menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya berjudul prosedur penelitian komuniksi yaitu, pengamatan dan pencacatan yang sistematik terhadap gejala-gejala yang diteliti. Pengamatan langsung dengan menggunkan seluruh panca indera (melihat, mendengar dan merasakan) dan pencatatan secara sistematis gejala-gejala yang terjadi dilapangan penelitian9 dan juga observasi ini berupa kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidik dan riset. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi secara langsung dengan mengamati langsung mengenai strategi yang dilakukan Cahaya Televisi (CTV) Banten dan program-program yang disiarkan untuk menarik perhatian khalayak khususnya di daerah setempat.

9

Indriati Yuliastiani, Ragam Penelitian Kualitatif:Penelitian Lapangan, (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), hal 16


(25)

13

2) Wawancara.

Wawancara adalah salah satu untuk mengumpulkan (memproleh) informasi langsung tentang beberapa jenis data10yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yang ingin digali. Prosesnya dapat dilakukan secara langsung dengan bertatap muka (face to face) dengan narasumber. Wawancara dalam pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan responden atau beberapa pihak pada stasiun Cahaya Televisi (CTV) Banten diantaranya adalah General Manager, Divisi Marketing, Crew, Penanggung Jawab Pemograman, dan Produser yang masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang berhubungan langsung dengan penyusunan program acara pada stasiun televisi Cahaya Televisi (CTV) Banten untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan laporan penelitian. Pada penelitian ini menggunakan wawancara untuk pengumpulan data. Wawancara ini dilakukan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, baik yang telah digariskan maupun yang nantinya muncul secara spontan dan dilakukan kepada sumber atau pihak yang telah ditentukan.

3) Dokumentasi.

Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, naskah, teks matesri, dokumen ataupun arsip-arsip, yang terkait dengan pembahasan penelitian ini. Dari dokumentasi tersebut, nantinya penulis gunakan untuk mengumpulkan data

10


(26)

dengan mempelajari bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis dalam mencari informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian.

b. Teknik Pengolahan Data.

Setelah data-data diperoleh, maka selanjutnya yang akan dilakukan adalah mengolah data-data yang dikumpulkan. Pengolahan data tersebut agar dapat diketahui bahwa data-data yang disediakan sudah lengkap dan dinyatakan baik sehingga mudah dalam melakukan analisis data.

c. Teknik Analisis Data.

Dalam hal teknik analisis data ini yakni menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber dengan hasil yang diproleh dari dari pengamatan penelitian di lapangan. Penulis akan melakukan penyederhanaan data dan mengolah data dengan cara mengorganisir informasi yang didapat selama observasi, kemudian membuat serta mencatat keseluruhan informasi data yang diperoleh dan membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteks.

“Analisis data adalah proses penyusunan data agar bisa ditafsirkan dan memberikan makna. Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis data yang meliputi kegiatan reduksi data, reduksi yaitu menganalisis sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap


(27)

15

akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.”11 Dan yang terakhir berdasarkan dan merujuk pada buku paduan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi).

F. Sistematika Penulisan.

Penulisan skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis membaginya menjadi lima bab yang pada tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub bab. Adapaun sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian; (jenis penelitian, sumber data, subjek dan objek penelitian, waktu dan tempat penelitian). Berikutnya tahapan penelitian yaitu teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data.

BAB II LANDASAN TEORI

Pertama konseptualisasi strategi; (pengertian strategi, tahapan-tahapan strategi, manfaat strategi dan ciri-ciri strategi). Kedua konseptualisasi komunikasi. Ketiga fungsi strategi komunikasi. Keempat komunikasi massa; (pengertian komunikasi massa dan fungsi komunikasi massa). Kelima media massa. Keenam televisi; (pengertian televisi, sejarah televisi, televisi lokal dan karakter

11

A.Pius. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), cet ke-1


(28)

televisi lokal). Ketujuh teori performa komunikasi. Kedelapan pengertian eksistensi.

BAB III GAMBARAN UMUM CAHAYA TELEVISI BANTEN (CTV) BANTEN.

Bab ini memuat tentang Sejarah Berdirinya Cahaya Televisi (CTV) Banten yang terdiri dari latar belakang berdirinya CTV Banten & tujuan pendirian Cahaya Televisi Banten, Visi dan Misi CTV Banten, lokasi CTV Banten, jangkauan siaran, profil pemirsa dan program-program acara CTV Banten.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Strategi komunikasi Cahaya Televisi (CTV) Banten dalam meningkatkan eksistensinya sebagai televisi lokal, penyiaran yang berbasiskan stasiun lokal; (formulasi/perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi). Teori performance. Dimensi-dimensi komunikasi dalam kehidupan organisasi; komunikasi internal dan komunikasi eksternal yang dilakukan CTV Banten sebagai peningkatan kinerja dan manfaat strategi komunikasi.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran-saran berkaitan dengan strategi komunikasi stasiun televisi lokal yaitu Cahaya Televisi (CTV) Banten dalam meningkatkan eksistensi di daerah Banten.


(29)

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konseptualisasi Strategi 1. Pengertian Strategi.

“Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Strategos” (stratus yakni militer atau memimpin) yang berarti “Generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang, konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang dimana jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang.”1

“Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi komunikasi perlu disusun secara luwes, sehingga taktik operasional komunikasi dapat segera disesuaikan dengan faktor-faktor yang berpengaruh.”2

“Sedangkan dalam buku Management Strategi (Strategic Management) dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.”3

1

Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management, Back to Basic Approach, (Jakarta: PT.Grafindo Utama, 2003) hal. 19

2

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya), 2004 Cet Ke-6, hal 28 & 33.

3

Fred David, Strategic Management, (Jakarta: Salemba Empat), 2004 Buku satu Edisi 10, hal 5.


(30)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “strategi” adalah a. Taktik tipuan dalam pertempuran atau peperangan.

b. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan.

c. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran. Sedangkan strategi dalam pengertian terminologi menurut pendapat oleh beberapa pakar komunikasi, untuk mengetahui lebih jelas pengertian strategi, penulis mengedapankan pengertian strategi, antara lain:

a. Faulkner dan Johnson sebagaimana dikutip Triton PB menjelaskan bahwa; Strategi memperhatikan dengan sungguh-sungguh arah jangka panjang dan cakupan organisasi. Strategi juga secara kritis memperhatikan dengan sungguh-sungguh posisi organisasi itu sendiri dengan memperhatikan lingkungan dan secara khusus memperhatikan pesaingnya. Strategi memperhatikan secara sungguh-sungguh pengadaan keunggulan kompetitif, yang secara ideal berkelajutan sepanjang waktu, tidak dengan manuver teknis, tetapi dengan menggunakan perspektif jangka secara keseluruh.4

b. Dalam ilmu komunikasi, Onong Uchjana Efendi mengatakan strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan, akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja

4


(31)

19

melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.5

c. Menurut William F. Glueck bahwa strategi adalah rencana yang dipersatukan, komperhensif, terintergrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan bahwa sasaran perusahaan akan dicapai dengan pelaksanaan tepat oleh organisasi itu.6

Definisi lain juga diutarakan oleh Din Syamsudin, menurut beliau strategi mengandung arti diantaranya:

a. Rencana dan cara seksama untuk mencapai tujuan.

b. Seni dalam menyiasati pelaksanaan rencana atau program untuk mencapai tujuan.

c. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam keberhasilan.7

Sedangkan Syarif Usman mendefinisikan strategi sebagai kebijakasanaan menggerakkan dan membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya dan kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan. Dalam rangka menyusun suatu strategi, diperlukan suatu pemikiran yang lugas dan rasional dengan memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi strategi tersebut. Beliau mengatakan bahwa dalam penyusunan strategi ada 5 faktor yang diperlukan yaitu:

5

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi,Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet Ke-1, H. 32

6

William F. Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 1987), edisi Ke-2, h. 24

7

Din Syamsudin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Logos, 2000), h. 127


(32)

1. Tujuan, baik tujuan jangka panjang (tujuan akhir atau tujuan jangka pendek/tujuan sementara).

2. Ilmu medan (situasi dan kondisi). 3. Kekuatan-kekuatan.

4. Kebijaksanaan pemimpin. 5. Pemimpin.8

Dalam strategi mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijikan, program dan kegiatan yang nyata dengan mengantisipasi perkembangannya. Kurangnya penerapan dalam strategi yang telah direncanakan gagal. Akan tetapi penetapan strategi dengan baik dapat mengkokohkan strategi menjadi lebih efektif.

“Perspektif mengenai apa yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi, dan juga dari perspektif mengenai apa yang pada akhirnya dilakukan oleh sebuah pengorganisasi, apakah tindakannya sejak semula memang sudah demikian direncanakan atau tidak.

Dari perspektif yang pertama, strategi adalah program yang luas untuk mendefinisikan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya. Kata „program’ dalam definisi ini menyiratkan adanya peran yang aktif, yang disadari dan yang rasional, yang dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi perusahaan/organisasi.

Dan perspektif yang kedua, strategi adalah pola tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Dalam definisi ini, setiap organisasi mempunyai suatu strategi walaupun

8

Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam, (Jakarta: Firma Djakarta, tt), cet Ke-1, h. 6


(33)

21

tidak harus selalu efektif, sekalipun strategi tiu tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Artinya, setiap organisasi mempunyai hubungan dengan lingkungannya yang dapat diamati dan dijelaskan.”9

Karena strategi adalah sebagai suatu alat untuk mencapai suatu tujuan perusahaan, strategi memiliki beberapa sifat yaitu:

a. Menyatu (unified), yaitu menyatu seluruh bagian-bagian dalam perusahaan.

b. Menyeluruh (comprehensive), yaitu mencakup seluruh aspek dalam perusahaan.

c. Integral (integrated), yaitu strategi akan cocok/ sesuai dari seluruh tinggkatan.10

2. Tahapan-tahapan Strategi.

Untuk melaksanakan strategi maka dibutuhkan tahapan-tahapan di dalamnya. Secara garis besar strategi melalui tiga tahapan yaitu:

a. Perumusan Strategi.

Langkah yang pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk didalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.

9

James A.F.Stoner, Manajemen, (Jakarta: Elangga, 1990), edisi kedua revisi, cet Ke-2, hal 139

10

Agustinus Sri Wahyuni, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Strategik, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), cet Ke-I, h. 16.


(34)

b. Implementasi kegiatan.

Setelah kita memilih dan merumuskan strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tsersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi. Tanpa adanya komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang sangat jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan melalui struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.

c. Evaluasi.

Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat dipelukan untuk memastikan sasaran yang telah dicapai. Ada tiga macam mendasar untuk mengevaluasi strategi:

1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang


(35)

23

diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai. 2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang akan diharapkan

dengan kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi induvidual dan menyimak kemajuan yang dibuat ke arah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi harus dapat diukur dengan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi.

3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang ada ditinggalkan atau harus merumuskan kembali strategi yang baru. Tindakan korektif diperuntukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.11

Jadi sebuah perusahaan perlu memformulasikan strategi untuk mengambil dari keuntungan dari peluang eksternal dan menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Untuk alasan ini, identifikasi, monitor dan evaluasi peluang dan ancaman eksternal adalah penting untuk keberhasilan.

Strategi yang disusun, dikosentrasikan dan dikonsepsikan dengan baik, dapat membuahkan pelaksanaan yang disebut dengan strategi. Oleh

11


(36)

karena itu, untuk mencapai strategi yang sesuai harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Strenght (kekuatan).

Memperhitungkan kekuatan yang dimiliki dan biasanya menyangkut manusia, dana serta beberapa piranti yang dimilikinya.

2) Weakness (kelemahan).

Jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam perusahaan, yang dimaksud adalah keterbatasan atau kekurangan sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Memperhitungkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki dan menyangkut aspek-aspek sebagaimana kekuatan.

3) Opportunity (peluang).

Yakni berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi perusahaaan serta, melihat seberapa besar peluang yang mungkin tersedia di luar, sehingga peluang yang sangat kecilpun dapat dicapai. 4) Threast (ancaman).

Yakni faktor lingkungan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Memperhitungkan kemungkinan ancaman, baik dari luar maupun dari dalam. Ancaman ini perlu diketahui oleh organisasi secara baik. Dengan mengetahui ancaman, organisasi diharapkan dapat mengambil langkah-langkah awal agar ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan.12

12Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.77


(37)

25

3. Manfaat Strategi

Strategis memungkinkan suatu organisasi untuk proaktif dalam membentuk masa depannya; memungkinkan perusahaan/organisasi untuk memulai dan memengaruhi (bukan hanya merespon terhadap) aktivitas-dengan demikian memiliki control terhadap nasibnya.

Secara historis manfaat utama strategis telah membantu organisasi memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunkan pendekatan yang lebih sistematik, logis dan rasional untuk pilihan strategi. Hal ini secara jelas menjadi manfaat utama dari manajemen strategis, tetapi penelitian mengindikasikan bahwa proses, bukan keputusan atau dokumen, adalah kontribusi manajemen strategis yang lebih penting. Pada suatu strategi di dalamnya tentu adanya komunikasi karena, komunikasi adalah kunci untuk kesuksesan manajemen strategis.13

4. Ciri-Ciri Strategi.

a. Wawasan waktu(time horizon). Pada umunya, kata strategi dipergunakan untuk menggambarkan kegiatan yang meliputi cakrawala waktu yang jauh di depan, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan juga waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya.

b. Damapak (impact). Walaupun hasil akhirnya dengan mengikuti suatu strategi tertentu tidak langsung terlihat untuk jangka waktu yang lama, dampak akhirnya akan sangat berarti.

13


(38)

c. Pemusatan upaya (concertration of effort). Sebuah strategi yang efektif biasanya mengaharuskan pemusatan kegiatan upaya atau perhatian terhadap rentang sasaran yang sempit. Dengan memfokuskan perhatian pada kegiatan yang diplih ini, secara implisit kita mengurangi sumber daya yang tersedia untuk kegiaan lainnya.

d. Pola keputusan (pattern of decisions). Walaupun sebagai perusahaan hanya perlu mengambil sejumlah kecil keputusan utama untuk menerapkan strategi pilihannya, kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sedertan keputusan tentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya mereka mengikuti suatu pola yang konsisten.

e. Peresapan (pervasiveness). Sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiaatan yang luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengahruskan semua tingkatan perusahaan bertindak, secara naluri, dengan cara-cara yang akan memperkuat strategi.

Kelima ciri ini jelas menunjukkan bahwa strategi perusahaan merupakan inti tempat semua kegiatan utama lainnya berputar. Strategi bersifat janglan panjang dan luas cakupannya. Ia meresapi dan mengendalikan semua tindakan penting organisasi. Dan ia merupakan faktor penting, penentu keberhasilan atau kegiatan sebuah organisasi dikemudian hari. 14

14


(39)

27

B. Konseptualisasi Komunikasi. Pengertian komunikasi.

Kata atau istilah “komunikasi” merupakan terjemahan dari bahasa inggris communication yang dikembangkan di Amerika Serikat. Communication berasal dari kata latin communicatio yang juga nersumber dari kata communis yang berarti sama, maksudnya sama makna.

Pengertian komunikasi secara etimologi, isitilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.15

Dalam pergaulan hidup manusia di mana masing-masing induvidu satu sama lain beraneka ragam itu terjadi interaksi. Saling mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan pribadi masing-masing. Terjadilah saling mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk percakapan. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan anatarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

“Dalam „bahasa’ komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message). Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communication) sedangkan orang yang meneriman pernyataan diberi komunikan (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi

15

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya), 2004 Cet Ke-6, hal 3


(40)

terdiri dari dua aspek. Pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa.”16

Menurut para ahli mendefinisikan komunikasi:17

1. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1994:6) yaitu “a process by which a

source transmits a message to a receiver through some channel.”

Komunikasi adalah suatu proses di mana sumber mentransimisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran.

2. Hoveland (1948:371), Janis & Kelley (1953) yaitu “the process by whic an induvidual (the communicator) transmits stimult (usually verbal syimbol) to modify, the behavior og orther induvidu.” Komunikasi adalah melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalm bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya.

3. Carl I. Hovland mengatakan bahwa komunikasi; proses dimana seseorang (komunikator menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang-orang lain (komunikan).18

4. Arni Muhammad, komunikasi ialah suatu proses dimana induvidu dalam hubungannya dengan induvidu lainnya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat guna memberikan informasi.19

16

Onong Uchjana, Ilmu, Toeri, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2003), hal 27

17

Marheini Fajar, ILMU KOMUNIKASI (Teori & Praktek), (Jakarta: Graha Ilmu, 2009), hal 31

18

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press), 2007, hal 19 19


(41)

29

Mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya The Structure and Function of Communication in Society yaitu, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut:

Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswell di atas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

1. Komunikator (communicator, source, sender). 2. Pesan (message).

3. Media (channel).

4. Komunikan (communcant, receiver, recipient). 5. Efek (effect, influence).20

C. Fungsi Strategi Komunikasi.

Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Lebih-lebih dalam kegiatan komunikasi massa, tanpa strategi yang semakin modern yang kini banyak dipergunakan di negara-negara yang sedang berkembang karena mudahnya diperoleh dan relatif mudahnya dioperasionalkan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Dengan demikian, strategi komunikasi baik secara makro (planed multimedia strategy) yang mempunyai fungsi pada:

20

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi ( Teori dan Praktek), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 10


(42)

1. Menyebarkan pesan komunikasi yang bersifat informatif persuasif dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.

2. Menjembatani “culture gap” akibat kemudahan diperoleh dan dioperasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.21

D. Komunikasi Massa.

1. Pengertian Komunikasi Massa.

Komunikasi massa muncul pertama kali pada akhir tahun 1930-an memiliki banyak pengertian. Meminjam istilah yakni menurut Defleur dan Dennis McQuail (1985) bahwa komunikasi massa adalah proses di mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas dan terus-menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat memengaruhi khalayal-khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara.22

Menurut Ardianto dan Erdinaya (2004:3) komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi-

21

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 28

22


(43)

31

keduanya dikenal sebagai media elektronik sedangkan surat kabar dan majalah keduanya disebut sebagai media cetak, serta media film.23

Sedangkan definisi menurut Pool (dalam Wiryanto, 2000: 3) bahwa komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran menggunkan media massa seperti, surat kabar, majalah, radio, televisi atau film.24

Dari pengertian di atas, peneliti memahami bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa dimana komunikatornya bersifat melembaga, pesannya bersifat umum dan komunikannya anonim dan heterogen.

Teori komunikasi digunakan untuk menjelaskan bahwa televisi adalah bagian dari komunikasi massa. “Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Perlu diketahui massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan prilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa disini menunjukan kepada khalayak, audien, penonton, atau pembaca.”25

23

Ardianto, Elvinaro & Erdinaya, Liluati Komala, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Sembiosa Rekatam Media, h.3

24

Wiriyanto, Teori Komunikasi Massa,(Jakarta: PT Grasindo), h. 3. 25

Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), cet.1, h 11-12


(44)

Sedangkan menurut Joseph, menampilkan definisinya mengenai komunikasi massa dengan lebih tegas yakni sebagai berikut:26

a. Komunikasi massa adalah komunikasi massa yang ditujukan kepada massa, khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefiniskan. b. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkn oleh

pemancar-pemancar yang audio dan visual.

c. massa akan lebih mudah dan lebih egois bila didefinisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita.

2. Fungsi Komunikasi Massa.

a. Surveillance (pengawasan).

Menunjukan pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik diluar maupun didalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut Handling of News.

b. Correlation (penghuubung).

Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagai fungsi diidentifikasikan sebagai fungsi editorial atau propaganda.

c. Transmission.

Menunjukan fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari

26

John Vivian, Teori Komunikasi Massa; Edisi ke Delapan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 56


(45)

33

anggota-anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan.

d. Entertaiment.

Menunjukan pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang dimaksud untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efekefek tertentu.27

e. To Persuade (meyakinkan).

Menurut Da Vito (1996), fungsi meyakinkan atau persuasi ini berbentuk: mengukuhkan atau memperkuat sikap, nilai dan kepercayaan seseorang, mengubah sikap, kepercayaan dan nilai seseorang, menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu dan memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu.28

Dari berbagai fungsi komunikasi massa yang telah ditemukan di atas menunjukan betap besar peran media massa dalam menompang kehidupan masyarakat serta membangun dan menambah wawasan baru serta menjadikan media sebagau suatu media pembelajran dan juga sebagai media untuk mendapatkan informasi tidak terbatas ruang dan waktu.

27

Morrison, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2010), cet.1, h. 8-9 28

Ardianto, Elvinaro dan Lukita, Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Media, 2007), cet.1, h. 15


(46)

E. Media Massa.

Media massa adalah meia komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakese oleh masyarakat secara massal pula.29

Media secara etimologi dilihat dari bahasa Latin yaitu, „medium’ yang berarti alat perantara. Sedangkan secara terminologi media adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat komunikasi seperti; koran, majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk perantara untuk mencapai tujuan tertentu. Media adalah alat atau sarana, sedangkan Massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepaa masyarakat luas.30

Media massa lokal adalah media massa yang isi kandungan beritanya mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dimana media massa tersebut dikelola. Keberadaan media massa lokal ini sangat penting dalam kehidupan masyarakat setempat karena dapat mempengaruhi irama kehidupan sosial dan menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat terutama sebagai sumber pesan yang bermanfaat untuk menghadapi lingkungan luas (adaptive function).31

F. Televisi.

1. Pengertian televisi.

“Media televisi pada hakekatnya merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang

29

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), h 72

30

Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet Ke-3, hal. 726.

31


(47)

35

dipancarkan secara cepat, berurutan, dan diiringi unsur radio. Televisi juga dapat diartikan sebagai media yang dapat mendominasi komunikasi massa karena sifatanya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak.”32

Televisi terdiri dari “tele” yang berarti jauh dari bahasa Yunani dan “visio” (vision) yang berarti penglihatan. Segi “jauhnya” diusahakan oleh prinsip radio dan segi “penglihatanya” oleh gambar.33 Dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan. Televisi memiliki daya tarik menampilkan gambar hidup yang dapat memberikan kesan mendalam pada pemirsa.

Menurut Effendy (1989: 361), television atau televisi merupakan komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui kawat maupun secara elektro megnetik tanpa kawat.

2. Sejarah Televisi

Sejarah pertelevisian di Indonesia dimulai pada tahun 1962 ketika untuk pertama kalinya TVRI mengudara sejak saat itu sampai dengan tahun 1987, otomatis TVRI adalah satu-satunya saluran televisi di Indonesia. Pada tahun 1987, dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor:190A/KEP/Menpen/1987 tentang Siaran Saluran Terbatas, maka peluang munculnya stasiun tv swasta terbuka.

32

Riswandi, Dasar-dasar Penyiaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 2. 33

Onong Uchjana, Ilmu, Toeri, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2003), h. 174


(48)

Dimulai dari RCTI yang diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1989, SCTV pada tanggal 24 Agustus 1990, TPI atau sekarang dikenal dengan MNC TV pada tanggal 23 Januari1991, Anteve pada tanggal 7 Maret 1993, Indosiar pada tanggal 11 Januari 1995. Kemudian setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran berdiri stasiunTV7 atau yang sekarang bernama Trans 7 pada tanggal 22 Maret 2000, Metro TV pada tanggal25 November 2000, Trans TV pada tanggal 25 November 2001, Lativi atau yang sekarang TV One pada tanggal 17 Januari 2002, dan Global TV pada tanggal 5Oktober 2002.

Media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat sumber dayamanusia. Selain memberikan manfaat ekonomi bagi para pemasang iklan, televisi juga memberikan manfaat lainnya mulai dari pendidikan, sosial, budaya, sampai dengan politik.

3. Televisi Lokal.

Sesuai dengan UU No.32 Tahun 2002 tentang penyiaran, televisi lokal adalah televisi yang bersiaran dengan wilayah jangkauan siaran terbatas atau dibatasi (pada suatu wilayah tertentu).

Secara garis besar misi dari tv lokal adalah menyiarkan semua hal terkait kearifan lokal dan hal ini merupakan salah satu solusi yang diharapkan masyarakat dalam rangka menyeimbangkan arus informasi dari pusat ke daerah.

Kehadiran televisi lokal di Indonesia secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama yaitu, pada masa orde baru hingga


(49)

37

reformasi (1995-1998), dimana beberapa stasiun tv lokal telah muncul, namun hanya untuk memenuhi kebutuhan komunitas tertentu.

Pada fase kedua yakni, pesca reformasi (1998) hingga tahun (2001), selain televisi lokal yang sebelumnya telah hadir, juga muncul beberapa televisi lokal baru khususnya wilayah Sumatra, Jawa dan Kalimantan.

Dan fase ketiga tahun 2001-2006. Ini adalah fase “booming” bagi televisi lokal di Indonesia, karena pada masa ini, spirit otonomi daerah semakin kuat dan banyak pengusaha atau pemodal didaerah mulai berkiprah di bisnis televisi lokal.34

4. Karakter Televisi lokal.

Dalam buku This Businness Of Television (Blumenthal-Goodenough, 1998:16-18) televisi lokal memiliki karakter sebagai berikut: a. Stasiun televisi lokal awalnya dimiliki oleh pengusaha lokal yang sukses. Mereka ingin memiliki stasiun televisi karena stasiun tv merupakan aset media yang sangat berharga.

b. Stasiun televisi lokal biasanya tergabung dalam sebuah grup media yang bisa terdiri dari radio atau surat kabar.

c. Stasiun televisi lokal berafiliasi dengan stasiun televisi lokal lain atau dengan jaringan berdasarkan kebutuhan. Televisi lokal membutuhkan program untuk mengisi jadwal mereka yang dapat dipenuhi oleh jaringan tanpa ada persyaratan untuk membayar secara tunai.

34


(50)

G. Teori Performa Komunikasi.

Menurut Pacanowsky dan O’Donnell Trujillo (1982) performa komunikasi (communication performance) adalah metafora yang menggambarkan proses simbolik dari pemahaman akan prilaku manusia dalam sebuah organisasi. Performa organisasi sering kali memiliki unsur teatrikal, di mana baik supervisor maupun karyawan memilih untuk mengambil peranan atau bagian tertentu dalam organisasi mereka.35

1. Performa ritual.

Semua performa komunikasi yang terjadi secara teratur dan berulang disebut performa ritual (ritual performance). Ritual terdiri dari atas empat jenis personal,tugas, sosial dan organisasi. Ritual personal (personal ritual) mencakup semua hal yang anda lakukan secara rutin, ditempat kerja. Misalnya, banyak anggota organisasi secara teratur mengecek esan suara atau email mereka ketika mereka bekerja tiap hari.

Ritual tugas (task ritual) adalah perilaku rutin yang dikaitkan dengan pekerjaan seseorang. Ritual tugas membantu menyelesaikan pekerjaan. Misalnya, ritual tugas sesorang karyawan di Departemen Kendaran Bermotor termasuk mengeluarkan ujian mata dan tertulis, mengambil foto dari calon pengemudi, melasnakan ujian mengemudi, memverifikasi asuransi mobil dan menerima pembayaran.

Ritual Sosial (social ritual) adalah rutinitas verbal dan nonverbal yang biasanya mempertimbangkan interaksi dengan orang lain. Misalnya, beberapa anggota organisasi berkumpul bersama untuk menghabiskan

35

Richard West & Lynn. H.Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi,(Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 325


(51)

39

waktu bersama di bar paa hari jum’at untuk merayakan akhir pekan. Ritual sosial juga dapat mencakup perilaku nonverbal di dalam organisasi, di dalam organisasi termasuk jumat kasual dan penghargaan karyawan terbaik bulan ini. Yang terakhir, yaitu ritual organisasi (organizational ritual) adalah kegiatan perusahaan yang sering dilakukan seperti rapat devisi, rapat fakultas dan bahkan piknik perusahaan seperti yang diikuti oleh Fran Callahan.

2. Performa Sosial.

Performa sosial (social performance) merupakan perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk mendorong kerja sama diantara anggota organisasi. Pepatah mengatakan “hal kecil memulai hal yang besar” berhubungan langsung dengan performa ini baik dengan senyum atau sapaan „selamt pagi’, menciptakan suatu rasa kekeluargaan sering kali merupakan bagian dari budaya organisasi.

Akan tetapi, sering kali sangat sulit untuk bersikap sopan. Ketika suasana sedang tegang, sungguh merupakan hal yang sulit dan terkadang menjadi tidak tulus untuk tersenyum dan mengucapkan „selamat pagi’ pada orang lain. Kebanyakan organisasi menginginkan untuk mempertahankan prilaku yang profesional, bahka dimasa sulit, dan performa sosial membantu tercapainya hal ini.

3. Performa Politis.

Ketika budaya organisasi mengomunikasikan performa politis (political performance), budaya ini sedang menjalankan kekuasaan atau kontrol. Mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dan kontrol


(52)

merupakan ciri dari kehidupan korporat di Amerika Serikat. Walaupun demikian, karena kebanyak organisasi bersifat hierarki, harus ada seseorang dengan kekuasaan untuk mencapai segala sesuatu dan memiliki cukup control untuk mempertahankan dasar-dasar yang ada.

Ketika anggota organisasi terlibat dalam performa politis, mereka mengomunikasin keinginan untuk memengaruhi orang lain. Hal ini bukanlah selalu merupakan hal yang buruk. Misalnya, pengalaman sekelompok perawat di Rumah Sakit Spiring Valley. Selam bertahun-tahun, para perawat cukup puas dengan status kelas dua mereka bila dibandingkan dengan para dokter. Baru-baru ini, para perawat memutuskan untuk menyuarakan perlakuan ini. Mereka berbicara pada para dokter, kepada staff medis lainnya dan kepada pasien. Dalam hal ini, mereka sedang menjalankan lebih banyak kekuasaan terhadap pekerjaan mereka. Performa politis budaya mereka berpusat pada pengakuan akan kompetensi mereka sebagai tenaga medis profesional dan untuk komitmen mereka terhadap misi dari rumah sakit tersebut. Tujuan mereka adalah untuk dilegitimasi di rumah sakit oleh para dokter, rekan kerja dan para pasien. Performa mereka, tak diragukan lagi sangat penting dalam membanungan budaya organisasi yang berbeda.

4. Performa Enkulturasi.

Performa enkulturasi (enculturation performance) merujuk pada bagaimana anggota mendapatkan pengetahuan dan keahlian untuk dapat menjadi anggota organisasi yang mampu berkontribusi. Performa-performa ini dapat berupa sesuatu yang peran maupun hati-hati dan


(53)

41

performa ini mendemonstrasikan kompetisi seseorang anggota dalam sebuah organisasi. Misalnya, beberapa performance akan dilakukan untuk mengenkulturasi Fran ke dalam posisinya yang baru. Ia akan mengamati dan mendengarkan kolega-koleganya menampilkan pemikiran dan perasaan mereka terhadap beberapa isu; diantaranya jam kerja, diskon karyawan dan newsletter perusahaan, Fran akan memulai untuk mengetahui budaya organisasi tersebut.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, performa ini dapat saling tumpah tindih. Sangat mungkin karenanya, unutk menganggap performa sosial sebagai performa ritual. Misalnya, memberikan salam „selamat pagi’ kepada seseorang rekan sekerja atau membuatkan kopi untuk seseorang lain di hari berikutnya. Dalam contoh ini, tindakan kesopanan dianggap personal (dan bahkan tugas ritual). Oleh karenanya, performa tersebut dapat menjadi sosial maupun ritual. Selain itu, performa dapat muncul dari keputusan yang dibuat secara sadar untuk melakukan apa yang dipikirkan atau dirasakan mengenai suatu isu, seperti dalam contoh kita mengenal para perawat Rumah Sakit Spiring Valley. Atau performa ini dapat menjadi lebih intuitif, seperti, di dalam contoh kita mengenai Fran Callahan. Jelaslah bahwa Pancanowsky dan O’Donnell Trujillo yakin bahwa performa komunikatif sangat penting bagi budaya suatu organisasi.36

36Ibid


(54)

H. Pengertian Eksistensi. Eksistensi

Apa sih eksistensi itu? perlu ga sih?

Eksistensi bisa kita kenal juga dengan satu kata yaitu keberadaan. dimana keberadaan yang di maksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. eksistensi ini perlu “diberikan” orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaan (atau sesuai dengan judul : eksistensi) kita diakui. Tentu akan terasa sangat tidak nyaman ketika kita ada namun tidak satupun orang menganggap kita ada, oleh karena itu pembuktian akan keberadaan kita dapat dinilai dari berapa orang yang menanyakan kita atau setidaknya merasa sangat membutuhkan kita jika kita tidak ada.

Masalah keperluan akan nilai eksistensi ini sangat penting, karena ini merupakan pembuktian akan hasil kerja kita (performa) kita di dalam suatu lingkungan. Perkuliahan misalnya, dosen akan lebih mengenal dan mengetahui keberadaan kita setelah dosen tahu performa kita baik (dengan nilai yang bagus, aktif, dan komunikatif) dan cenderung sedikit memperhatikan orang-orang yang pasif.

Dalam suatu keorganisasian eksistensi hanya perlu dilakukan dengan sebuah apresiasi terhadap kerja seseorang. apresiasi yang sangat sederhana, yaitu ucapan terima kasih. Hanya itu, hanya sebuah ucapan terima kasih yang mampu membuat seseorang yang merasakan keberadaannya, merasakan eksistensinya. Namun kadang, ketika semua sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing kita lupa akan masalah kecil ini. ucapan terima kasih.37

37


(55)

43

BAB III

GAMBARAN UMUM CAHAYA TELEVISI (CTV) BANTEN.

A. Sejarah Berdirinya Stasiun Cahaya Televisi (CTV) Banten.

1. Latar belakang berdirinya Stasiun Cahaya Televisi (CTV) Banten.

Tanggal 17 Oktober 2000, Presiden Abdurahman Wahid mengesahkan UU No. 23 Tahun 2000 tentang Propinsi Banten. Satu bulan setelah pengesahan itu, pada tanggal 18 Nopember 2000 dilakukan peresmian Propinsi Banten dan pelantikan Pejabat Gubernur H. Hakamudin Djamal untuk menjalankan pemerintah propinsi sementara waktu itu sebelum terpilihnya Gubernur Banten definitif.

Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2001 jumlah penduduk Propinsi Banten 780.217 yang sebagian besar bekerja pada sektor pertanian. Adapun daerah yang sudah berorientasi pada kegiatan industri adalah ibukota Kabupaten dan Kota Tangerang serta Cilegon. Selain itu di Kabupaten Tangerang penduduknya paling banyak bekerja di sektor perdagangan, hotel resatorant, angjutan, bank dan jasa lainnya.

Sebagai propinsi yang usianya terglong muda, Banten terus membangun di berbagai sektor. Selain letaknya yang strategis berbatasan langsung dengan Ibukota Jakarta, Banten juga memiliki potensi sebagai daerah tujuan wisata, industri, pertanian serta hunian keluarga.

Menyadari akan potensi di berbagai sektor tersebut, maka dibutuhkan suatu panduan informasi dari dan untuk masyarakat Banten


(56)

maupun masyarakat luar secara global. Selain itu dibutuhkan juga saran yang dapat menjembatani hubungan antara masyarakat Banten dengan pemerintah daerah setempat. Dalam konteks tersebut, industri televisi diyakini sebagai media yang menampilkan informasi, berita, dan hiburan secara audio visual. Industri televisi juga mendapat agent of change yang berperan penting di era informatika serta globalisasi saat ini.

Di latar belakangi kebutuhan tersebut, hadirlah Cahaya Televisi Indonesia yaitu Cahaya Televisi (CTV) Banten.

Cahaya Televisi (CTV) Banten lahir pad tanggal 1 Januari 2004 adalah stasiun televisi pertama di Provinsi Banten, Indonesia. Beropersi pada channel 26 UHF, meliputi wilayah siar Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Cilegon, dengan kekuatan sinyal mencapai 10 Kilowatt. Cahaya Televisi Banten memiliki motto Pendidikan bagi keluarga. Hot hits internasional.

Cahaya Televisi (CTV) Banten siaran 18 jam setiap hari. Mulai pukul 06.00 WIB sampai dengan 00.00 WIB. Ada beberapa program musik, diantaranya hot hits pop asli, hot hits intenasional dan program-program olahraga CTV SPORT. Cahaya Televisi (CTV) Banten adalah televisi swasta pertama di Provinsi ini, dengan populasi penduduk mencapai 8 juta jiwa. Timbul pertanyaan apakah Cahaya Televisi Banten bisa sukses tentu saja jawabnya bisa karena Cahaya Televisi Banten mempunyai program-program yang sangat bagus dan sangat disenangi oleh pemirsa.


(57)

45

Cahaya Televisi (CTV) Banten menyajikan program-program acara News, Musik, Infomercial, Kesehatan, Religi, Features, Hiburan, Kuliner, Anak-Anak dengan sajian acara yang informative, menghibur serta mendidik. Cahaya Televisi (CTV) Banten telah memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki pengalaman di bidang media dan penyiaran.

Pemancar, stasiun dan kantor operasional yang menyatu sebagai sebuah kesungguhan untuk menjadi media informasi dan hiburan bagi keluarga, yang membawa pencerahan dan kemajuan.

2. Tujuan Pendirian Cahaya Televisi (CTV) Banten.

Maksud pendirian Cahaya Televisi (CTV) Banten memberikan pilihan alternative tayangan-tayangan program untuk keluarga di tengah maraknya program-program yang tidak memberi wacana pendidikan kehidupan keluarga seutuhnya dengan tujuan agar stasiun Cahaya Televisi (CTV) Banten ikut mengambil bagian untuk membangun keluarga Banten khususnya dan Indonesia pada umumnya untuk menjadi keluarga yang bahagia lahir dan bathin, sehingga mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara.


(58)

B. Visi dan Misi Cahaya Televisi Banten. 1. Visi.

Cahaya Bagi Keluarga.

Berpartisipasi memberikan informasi positif yang mendukung pemerintah dalm menanamkan pikiran positif terutama bagi generasi muda serta mendukung pembangunan di provinsi Banten.

2. MISI.

a. Cahaya Televisi Banten menjadi sahabat bagi keluarga yang menyajikan tayangan bermutu dan mengandung nilai-nilai positif serta menambah wawasan.

b. Cahaya Televisi Banten mengangkat kebersamaan di tengah keanekaragaman budaya dan mendukung pembangunan daerah serta mendidik generasi muda untuk kemajuan bangsa.

C. Lokasi Cahaya Televisi Banten.

Faktor lokasi menjadi sangat penting dalam menjalankan kegiatan usaha. Berdasarkan kepentingan tersebut Cahaya Televisi (CTV) Banten sebagai lembaga penyiaran yang menyelenggarakan kegiatan usaha penyiaran telah menetapkan lokasi strategis dan tidak mengganggu kepentingan umum yaitu di jalanWana Mulya 7 Ciledug Karang Tengah/Mulya Banten sebagai studio dan kantor penyiarannya.

Dalam menjalankan usahanya di bidang penyiaran televisi swasta berbasis lokal di Banten dan sekitarnya. Maka PT Cahaya Televisi Indonesia


(59)

47

(CTV Banten) telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Nomor 1039/PK/XII/2004.

D. Jangkauan Siaran.

Siaran Cahaya Televisi (CTV) Banten menjangkau area yang sedang bertumbuh pesat dan pembangunan & perekonomian. Meliputi Provinsi Banten yang terdiri dari Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Jakarta, Bogor, Depok serta Bekasi.

E. Profil Pemirsa.

Pria dan wanita.

1. Pra sekolah hingga dewasa. 2. Menikah dan belum menikah.

3. Profesional dengan daya beli menengah ke atas.

4. Menginginkan informasi dan hiburan yang bisa memberi pengaruh positif terhadap kehidupan berkeluarga.

F. Profil Owner Stasiun Tv Lokal Cahaya Televisi Banten.

Nama lengkap : Bpk. Bambang Santoso Jabatan dalam perusahaan : Direktur Utama

Tempat/tanggal lahir : Yogyakarta/ 09 Juli 1963 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen


(60)

G. Program-program Acara Tv Banten.

NEWS

Hallo Banten

Program berita yang memberitakan mengenai kejadian kejadian yang

terjadi di Provinsi Banten & sekitarnya. Durasi 30 Menit Segmentasi Penonton Semua Umur Tayang

Senin - sabtu pkl 06.00 WIB

Hallo Jakarta

Program berita yang memberitakan mengenai kejadian kejadian yang

terjadi di Ibu Kota Jakarta & sekitarnya. Durasi 30 Menit Segmentasi Penonton Semua Umur Tayang

Senin - jumat, pkl 21.30 WIB

Hallo Tangerang

Program berita yang Memberitakan mengenai

kejadian-kejadian yang terjadi di Tangerang & sekitarnya. Durasi 30 Menit Segmentasi Penonton Semua Umur Tayang

Senin - jumat, pkl 18.25 WIB

Hallo Kampus

“Hallo KampusNews”, program ini

mengajak para

mahasiswa/I untuk dapat langsung berkreatifitas dalam meliput content berita, maupun dalam membawakan Diharapkan dengan adanya acara ini mahasiswa dapat lebih berfikir secara Kreatif,

Fokus Dunia Durasi 25 Menit\ Segmentasi Penonton Semua Umur Tayang

Sabtu, pkl 19.25 WIB

Dunia Kita

Program tayangan yang menampilkan info lengkap mancanegara. Durasi 30 Menit Segmentasi Penonton Semua Umur


(61)

49

Edukatif, dan Informatif.

Format Program

Live dan taping

Genre Program

News

Durasi

30 Menit

On Air Schedule

Daily ( Mon – Fri ) 17.00 – 17.30 WIB

Target Audience

Remaja & Umum

Setting

Studio

Tayang

Sabtu - minggu, pkl 09.30 WIB

MUSIC

Hot Hits Ten

Program musik live yang menampilkan 10 tangga lagu terfavorit pilihan pemirsa. Penonton dapat meminta lagu juga mengirimkan salam dengan cara sms : HHT (spasi) nama

Band/penyanyi (spasi) salam kirim ke 6288.

Durasi

60 Menit

Segmentasi Penonton

Remaja

Tayang

Senin - jumat, pkl 17.00 WIB

Hot Hits Pagi

Program musik yang menampilkan video klip lagu-lagu dari bandIndonesia. Durasi 30 Menit Segmentasi Penonton Remaja Tayang

Senin - kamis, pkl 05.30 WIB

Hot Hits Siang

Program musik yang menampilkan video klip lagu-lagu dari band Indonesia.

Durasi

30 Menit

Segmentasi Penonton


(62)

Hot Hits Sore

Program musik yang menampilkan video klip lagu-lagu dari band Indonesia.

Durasi

55 Menit, 2 segmen

Segmentasi Penonton

Remaja

Tayang

Sabtu, pkl 17.00 WIB Sabtu, pkl 18.00 WIB

Hot Hits Malam

Program musik yang menampilkan video klip lagu-lagu dari band Indonesia. Durasi 30 Menit Segmentasi Penonton Remaja Tayang

Kamis, pkl 22.30 WIB Minggu, pkl 18.25 WIB

Hot Hits Atensi

Acara music yang menampilkan video klip music dengan

mengadaptasi acara music yang biasa ada diradio maka acara ini dikemas sama seperti acara music yg sering ada diradio.

Format Acara

- Video Klip

- Voice over (dubber) sebagai penyiar

- Penonton dapat meminta lagu juga mengirimkan salam dengan cara sms : - HHA(spasi)nama Band/penyanyi(spasi)sala m kirim ke 6288

Durasi

30 Menit ( 2 segment) , +/- 6 video klip

Segmentasi Penonton

Remaja

Tayang

Minggu, pkl 19.25 WIB

Nyanyian Anak Bangsa

Acara musik yang mengkhususkan diri pada musik indie. Untuk info terbaru seputar lagu indie Anda bisa


(63)

51 mengunjungi www.nabmusik.tv. Segmentasi Penonton Remaja Tayang

Senin - jumat,pkl 07.00 WIB

Sabtu - minggu, pkl 19.50 WIB

Senin - minggu, pkl 24.00 WIB

KESEHATAN

Solusi Sehat Program tayangan kesehatan yang membahas berbagai macam pengobatan. Durasi 60 Menit Segmentasi Penonton Semua Umur Tayang

Senin - kamis, pkl 20.35 WIB

Senin - rabu, pkl 22.00 WIB

Sabtu - minggu, pkl 20.35 WIB

Jumat - minggu, pkl 22.00 WIB Jendela Sehat Program tayangan kesehatan yang membahas berbagai macam pengobatan Durasi 30 Menit Segmentasi Penonton Semua Umur Tayang

Sabtu, pkl 17.30 WIB Sabtu, pkl 23.30 WIB Minggu, pkl 09.00 WIB Minggu, pkl 18.00 WIB


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Manajemen Media Penyiaran Televisi Swasta Lokal (Studi Tentang Strategi Manajemen Media Di Stasiun Padangtv Dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal )

17 192 223

PENGEMBANGAN PROGRAM ACARA CHATZONE(Studi Terhadap Manajemen Program Acara di Stasiun Televisi Lokal Agropolitan Televisi Kota Batu)

0 39 2

Strategi kreatif Produser dalam mempertahankan eksistensi Program Dakwah Mamah & AA ber-Aksi di Stasiun Televisi Indonesia

19 169 110

STRATEGI POSITIONING TELEVISI LOKAL (Studi Deskriptif Tentang Strategi Positioning Radar Tasikmalaya Televisi Sebagai Televisi Lokal di Tasikmalaya Dalam Meningkatkan Jumlah Penonton)

0 6 113

TINJAUAN UMUM STASIUN TELEVISI STASIUN TELEVISI SWASTA LOKAL DI YOGYAKARTA.

1 6 57

PERENCANAAN STRATEGIK MEDIA TELEVISI DALAM PERSAINGAN DI INDUSTRI MEDIA TELEVISI LOKAL Studi pada PT. Padang Media Televisi.

0 6 19

Strategi Pemberdayaan SDM Televisi Lokal Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Program Siaran Bidang Kesehatan Dan Lingkungan Pada Stasiun Televisi Lokal Di Jawa Barat.

0 4 16

Manajemen Media Penyiaran Televisi Swasta Lokal (Studi Tentang Strategi Manajemen Media Di Stasiun Padangtv Dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal )

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Manajemen Media Penyiaran Televisi Swasta Lokal (Studi Tentang Strategi Manajemen Media Di Stasiun Padangtv Dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal )

0 3 46

MANAJEMEN MEDIA PENYIARAN TELEVISI SWASTA LOKAL (Studi Tentang Strategi Manajemen Media di Stasiun PadangTV dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal ) TESIS

0 1 13