HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN MUHADHOROH DENGAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK PADA SANTRI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN MUHADHOROH
DENGAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK
PADA SANTRI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN
TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DIAN FAISHAL RAHMAN
111 11 220
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
i
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN MUHADHOROH
DENGAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK
PADA SANTRI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN
TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DIAN FAISHAL RAHMAN
111 11 220
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
۟ وا َو ََل َتحْ َز ُن
۟ َو ََل َت ِه ُن
ٌن
َ وا َوأَن ُت ُم ْٱْلَعْ لَ ْو َن إِن ُكن ُتم م ُّْؤ ِم ِن
“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati,
sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.”
(Ali Imron 139)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya, saya
persembahkan skripsi ini kepada:
1.
Bapak dan Ibu, yang tidak pernah berhenti mendo‟akan untuk
kesuksesanku.
2.
Ibu Muna Erawati, M.si, yang telah membimbing skripsi ini mulai
dari awal hingga akhir dengan penuh kesabaran.
3.
Mas Najib, Memet dan saudara-saudara N 90.
4.
Teman-teman Pendidikan Agama Islam Angkatan 2011, khususnya
PAI F.
5.
Aero.net yang memberi fasilitas dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa
tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabatsahabatnya dan orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Hubungan Antara
Intensitas Bimbingan Muhadhoroh Dengan Kepercayaan Diri Berbicara Di
Depan Publik Pada Santri Kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam
Surakarta”.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga
dan juga selau Dosen Pembimbing Akademik.
viii
4. Ibu Muna Erawati, M.si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai
ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
6. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan
serta bantuan.
7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing
serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga
dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima
disisi Allah SWT.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna
bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 31 Maret 2016
Penulis
Dian Faishal Rahman
NIM : 11111220
ix
ABSTRAK
Rahman, Dian Faishal. 2016. Hubungan Antara Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
dengan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik Santri Kelas 1 KMI
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta. Skripsi Fakultas Tarbiyah. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:
Muna Erawati, M.Si.
Kata kunci : intensitas bimbingan muhadhoroh, kepercayaan diri berbicara di depan
publik.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan antara intensitas
bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri
kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta. Rumusan masalah yang ingin
diketahui dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana intensitas bimbingan muhadhoroh
santri kelas 1 Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta? (2) Bagaimana kepercayaan
diri santri kelas 1 KMI dalam berbicara di depan publik? (3) Adakah hubungan antara
intensitas bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik
santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kuantitatif, jenis
penelitian berupa korelasional, dan tekhnik pengumpulan data menggunakan dokumentasi
dan angket, sebanyak 61 santri terlibat sebagai responden.
Hasil dari penelitian varibael intensitas bimbingan muhadhoroh diperoleh data 23
(37,7%) responden memiliki tingkat intensitas tinggi, 35 (57,4%) responden memiliki
tingkat intensitas sedang, dan 3 (4,9%) memiliki tingkat intensitas yang rendah.
Sedangkan hasil dari variabel kepercayaan diri berbicara di depan publik diperoleh data 5
(8,20%) responden memiliki tingkat kepercayaan diri sangat baik, 12 (19,70%) responden
memiliki tingkat kepercayaan diri baik, 26 (42,60%) responden memiliki tingkat
kepercayaan diri sedang, 12 (19,70%) responden memiliki tingkat kepercayaan diri
kurang, dan 6 (9,80%) responden memiliki tingkat kepercayaan diri sangat kurang. Hasil
analisis penelitian menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara intensitas
bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri
kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam, hal ini dibuktikan dengan ro 0,5529 yang
dikonsultasikan dengan harga r tabel baik pada taraf kesalahan 1% (0,3223) atau 5%
(0,4800) yang memiliki arti ro lebih besar dari r tabel.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL ...........................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO .......................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..........................................................
v
MOTTO .............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ..........................................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
6
D. Hipotesis Penelitian...........................................................................
6
E. Kegunaan Penelitian .........................................................................
6
F. Definisi Operasional..........................................................................
7
G. Metode Penelitian..............................................................................
9
H. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 15
A. Intensitas Bimbingan Muhadhoroh .................................................. 15
1. Pengertian Intensitas Bimbingan Muhadhoroh .......................... 15
2. Dasar Bimbingan Muhadhoroh ................................................... 18
3. Tujuan Bimbingan Muhadhoroh ................................................. 21
4. Fungsi Bimbingan Muhadhoroh ................................................. 22
B. Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ................................... 23
1. Pengertian Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ........... 23
2. Faktor-faktot Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ....... 25
xi
3. Ciri-ciri Sikap Percaya Diri......................................................... 28
4. Upaya-upaya untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara di
Depan Publik ............................................................................... 29
5. Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik30
C. Hubungan Intensitas Bimbingan Muhadhoroh dengan Kepercayaan
Diri Berbicara di Depan Publik ......................................................... 31
BAB III HASIL PENELITIAN .......................................................................... 37
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 37
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ............... 37
2. Identitas Sekolah ........................................................................ 38
3. Letak Geografis ........................................................................... 39
4. Visi dan Misi ............................................................................... 39
5. Motto dan Panca Jiwa ................................................................ 40
6. Organisasi Sekolah ..................................................................... 42
7. Data Pendidik KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ............. 44
8. Data Santri Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ........................... 46
9. Data Sarana dan Prasarana ......................................................... 47
10. Daftar Responden ....................................................................... 47
B. Penyajian Data ................................................................................. 50
BAB IV ANALISIS DATA ................................................................................ 56
A. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ............................................ 56
B. Analisis Pendahuluan ....................................................................... 60
C. Analisis Hipotesis ............................................................................ 62
D. Pembahasan ...................................................................................... 65
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 66
A. Kesimpulan....................................................................................... 66
B. Saran-saran ....................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 Indikator Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ................................ 11
TABEL 1.2 Indikator Kepercayaan Diri Berbicara di Dipan Publik .................. 11
TABEL 3.1 Data Pendidik KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ................. 44
TABEL 3.2 Data Santri KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ....................... 46
TABEL 3.3 Data Responden............................................................................... 48
TABEL 3.4 Daftar Jawaban Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ....................... 51
TABEL 3.5 Daftar Jawaban Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ....... 54
TABEL 4.1 Hasil Analisa Soal Angket Intensitas Bimbingan Muhadhoroh .... 57
TABEL 4.2 Hasil Analisa Butir Soal Angket Kepercayaan Diri Berbicara di
Depan Publik ...................................................................................................... 58
TABEL 4.3 Reabilitas Instrumen ....................................................................... 59
TABEL 4.4 Interval Tingkat Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ...................... 60
TABEL 4.5 Interval Tingkat Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ...... 61
TABEL 4.6 Koefisien Pengaruh Bimbingan Muhadhoroh (X) Terhadap
Kepercayaan Diri Berbicara Di Depan Publik (Y) ............................................ 62
TABEL 4.7 Nilai Product Momen ...................................................................... 64
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pesantren adalah lembaga yang dikatakan merupakan proses wajar
perkembangan sistem pendidikan nasional (Madjid, 1997). Pesantren atau
orang-orang lebih sering menyebutnya dengan istilah pondok, menurut
kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti kata : Asrama atau tempat
santri-santri belajar mengaji. Lebih luasnya pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar,
dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan
agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada
dibawah kedaulatan dari leadher ship seorang atau beberapa orang kiai
dengan ciri-ciri khas
yang bersifat karismatik serta independen dalam
segala hal (Arifin, 1991 : 240).
Pesantren merupakan salah satu pendidikan klasikakal
yang
berkembang di Indonesia. Namun karena memiliki kekurangan ketidak
jelasan masa santri belajar dan juga kurikulum yang terukur, pada tahun
1926 K.H Imam Zarkasy mewacanakan sebuah pesantren moderen yaitu
perpaduan metode pengajaran yang bersifat klasikal dengan pelajaran yang
bersifat vokasional seperti kesenian, keterampilan, olah raga dan pramuka
(Burhanudin, 2006 : 72). Pesantren Moderen Gontor merupakan penggagas
sistem pembelajaran KMI (Kulliatul Mu’alimin al-Islamiyah) yaitu jenjang
1
2
pendidikan menengah selama enam tahun (setingkat dengan SMP dan
SMA).
Berbagai jenis kegiatan juga mulai diperkenalkan di pondok
pesantren, salah satunya dengan mengadakan pelatihan muhadhoroh sebagai
salah satu metode pengkaderan muballigh dengan tujuan untuk membina
santri-santri agar menjadi muballigh yang profesional. Untuk mengatasi
problematika dakwah dimasa yang akan datang perlu dipersiapkan
regenerasi baru yaitu seorang orator yang profesional. Untuk mencetak
kader orator ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti mendirikan
lembaga ataupun organisasi yang mengacu pada Islam sebagai sistem nilai
dan kepemimpinan. Pembentukan kader pendakwah yang merupakan salah
satu tujuan didirikannya pesantren, dimana pesantren-pesantren tersebut
mengupayakan peningkatan kemampuan santri menjadi seorang orator yang
professional dengan mengadakan suatu kegiatan khusus yaitu pelatihan
khitobah. Dengan adanya tujuan tersebut, diharapkan para santri-santrinya
mampu menjadi orator yang profesional dan mampu mengamalkan ilmu nya
di masyarakat.
Di Solo, terdapat sebuah pondok pesantren dengan menggunakan
sistem pesantren moderen. Pesantren tersebut adalah Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam. Berdiri pada 14 Juni 1986 Pesantren ini di prakarsai oleh :
KH. Naharussurus, Hj. Muttaqiyah, Ustad H. M. Halim dan Ustad M. Wazir
Tamami. Pesantren ini terletak di Jln. KH. Samanhudi, No. 3 Tegalsari,
Bumi, Laweyan, Surakarta.
3
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam memiliki serangkaian kegiatan
ektrakulikuler, namun kegiatan-kegiatan ini bersifat harus diikuti oleh
semua santri, yaitu : Pramuka, Muhadhoroh (pidato tiga bahasa) dan
Kegiatan
Kebahasaan.
Kepramukaan
bertujuan
untuk
pendidikan
kemandirian dan pendidikan sosial. Kegiatan muhadhoroh untuk pendidikan
dakwah. Dan Kegiatan Kebahasaan untuk menambahpembelajaran santri
dalam mengenal bahasa asing (Arab dan Inggris).
Kegiatan muhadhoroh adalah kegiatan berlatih pidato atau kegiatan
berbicara di depan umum atau bisa dikatakan sebagai publick speaking yang
dilakukan sitap minggunya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan santri khususnya dalam hal berpidato juga berdakwah, untuk
mengasah keberanian dan juga mental santri dalam berbicara dihadapan
banyak orang. Terlebih dalam Islam berdakwah merupakan sesuatu yang
juga harus dilakukan seorang muslim. Yaitu mengajak orang lain untuk
berbuat baik. Seperti yeng terkandung dalam surat An-Nahl ayat 125 yang
berbunyi :
ًُِ أَحْ َسن
َ ك ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْوعِ َظ ِة ْال َح َس َن ِة َو َجاد ِْلهُم ِبالَّتًِ ه
َ ٌل َر ِّب
ِ ْاد ُع إِلِى َس ِب
ٌِن
َ ض َّل َعن َس ِبٌلِ ِه َوه َُو أَعْ لَ ُم ِب ْال ُم ْه َتد
َ ك ه َُو أَعْ لَ ُم ِب َمن
َ إِنَّ َر َّب
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl : 125)
4
Dalam kegiatan ekstrakulikuler muhadhoroh diperlukan bimbingan
untuk memudahkan santri dalam mempersiapkan diri berlatih berpidato.
Walaupun orang-orang yang akan dihadapi sudah sering bertemusapa
namun masalah-masalah seperti malu, minder, gugup, dan kurang percaya
diri menjadi serangkaian masalah yang sering dihadapi ketika hendak
berbicara di depan umum. Maka perlu pelatihan dan juga bimbingan untuk
menumbuhankan mental kepercayan diri para santri dalam berbicara di
depan publik. Dan kegiatan muhadhoroh ini sebagai sarana para santri
melatih mental mereka dalam berbicara di depan publik. Terlebih untuk
santri kelas 1 KMI yang baru mulai mengikuti kegiatan ini. Mereka perlu
untuk menyesuaikan dan juga lebih menyiapkan diri untuk dapat mengikuti
kegiatan ini. Bimbingan dari kakak-kakak kelas sebagai pembimbing juga
akan sangat membatu para santri dalam mengembangkan rasa percaya diri
mereka.
Karena muhadhoroh merupakan kegiatan yang baru bagi santri kelas 1
KMI, kegiatan ini akan mengasah kepercayaan diri mereka untuk dapat
berbicara di depan orang banyak, karena sebagian atau bahkan kebanyakan
dari mereka belum pernah berpidato atau berorasi di depan orang banyak.
Untuk itu kegiatan ini memerlukan bimbingan supaya santri dapat lebih
percaya diri berbicara di depan publik. Percaya diri disini berarti tidak lagi
canggung atau minder untuk berbicara didepan publik.
Percaya diri berarti yakin pada kemampuan diri sendiri (Angelis,
2005 : 42). Ketika santri sudah yakin dengan kemampuan diri sendiri yang
5
dimiliki, maka perasaan-perasaan minder, malu, ataupun takut untuk
berbicara di depan orang banyak akan musnah. Rasa percaya diri inilah
yang diperlukan untuk berbicara formal di depan orang banyak. Untuk
mendapatkan antusias dari para pendengar. Sehingga pesan-pesan yang
disampaikan dapat sampai maksutnya pada para pendengar.
Dari uraian diatas mendorong kami sebagai penulis untuk lebih jauh
mengetahui pengaruh keikutsertaan santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler muhadhoroh terhadap
pengembangan rasa kepercaya diri berbicara di depan publik. Dengan
melakukan penelitian yang judul HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS
BIMBINGAN MUHADHOROH
DENGAN KEPERCAYAAN DIRI
BERBICARA DI DEPAN PUBLIK PADA SANTRI KELAS 1 KMI
PONDOK PESANTREN TA‟MIRUL ISLAM SURAKARTA
B.
Rumusan Penelitian
1.
Bagaimana intensitas bimbingan muhadhoroh pada santri kelas 1
KMI di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
2.
Bagaimana kepercayaan diri berbicara di depan publik santri kelas 1
KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
3.
Adakah hubungan antara intensitas bimbingan muhadhoroh dengan
kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
6
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui intensitas bimbingan muhadhoroh kelas 1 KMI di
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
2.
Untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri berbicara di depan publik
santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
3.
Untuk mengetahui hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh
dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1
KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta
D.
Hiptotesis Penelitian
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang
kebenarannya masih harus diuji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang
diperoleh dari tinjauan pustaka (Martono, 2011 : 63).
Dalam hal ini kami sebagai penulis menyimpulkan
jawaban
sementara dari penelitian ini yang nantinya dapat diuji kebenarannya secara
empiris bahwa : Terdapat hubungan yang positif antara intensitas
bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik
pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta.
E.
Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini, kami harapkan dapat memberi manfaat
secara teoritis maupun praktis
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang
meningkatkan motifasi rasa percaya diri dalam kegiatan ektrakulikuler pada
7
Pondok Pesantren Moderen. Dan menjadikan motivasi bagi kalangan
akademisi
yang
akan
mengadakan
penelitian
dalam
kegiatan
ekstrakulikuler.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi santri diharapkan dapat menjadikannya sebagai informasi
dalam mengembangkan kepercayaan diri berbicara di depan
publik.
b.
Bagi pembimbing kegiatan muhadhoroh dapat digunakan
sebagai masukan dan panduan dalam meningkatkan kualitas
bimbingan yang diberikan kepada para santri. Sehingga dapat
memaksimalkan potensi yang dimiliki para santri.
D.
Definisi Operasional
Untuk lebih mudah dalam menentukan arah penelitian ini, penulis
memfokuskan judul penelitian ini menjadi :
1.
Intensitas Bimbingan Muhahoroh
Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Bimbingan
mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan
menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara
aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya (Walgito, 2010 : 6)
Muhadhoroh berasal dari kata hadhoro-yahdhuru yang berarti
menghadiri. Muhadhoroh dalam kitab Ushulu at-Tarbiyah wa at-Ta’lim
memiliki arti yang luas yaitu penjelasan sesuatu dengan cara lisan tanpa
adanya diskusi dan keikutsertaan pendengar dengan pemateri, kecuali hanya
8
untuk
mendengarkan
memperbolehkan
dan
pendengar
mencatat
untuk
hal-hal
bertanya
yeng
penting,
selama
tanpa
penjelasan.
Muhadhoroh bisa juga diartikan sebagai pidato yaitu pengungkapan pikiran
dalam bentuk kata-kata yang ditunjukkan kepada orang banyak, atau
wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khayalak, dengan maksud
agar pendengar dari pidato tadi dapat mengetahui, memahami, menerima
serta diharapkan bersedia melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan
kepada mereka (Rumpoko, 2012 : 12). Muhadhoroh lebih mudahnya adalah
kegiatan berpidato atau berbicara di depan orang banyak.
Dari dua uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa bimbingan
muhadhoroh
adalah bantuan yang diberikan kepada santri untuk
mempersiapkan diri berbicara atau berorasi di depan orang banyak.
2.
Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling
(2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang
yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan
sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri
negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup
diri.
Seperti yang diutarakan oleh Lauter bahwa kepercayaan diri
merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri
sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas
untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas
9
perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki
dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri
sendiri.
Dari uraian diatas, penulis artikan sebagai keyakinan terhadap
kemampuan yang dimiliki diri sendiri dalam mengekspresikan potensi yang
dimiliki. Untuk dapat percaya diri berbicara di depan orang banyak setiap
individu harus yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, dan percaya akan
potensi yang dimiliki di dalam dirinya sendiri. Kepercayaan diri berbicara di
depan publik adalah suatu sikap yakin atas kemampuan diri untuk berbicara
di depan orang banyak.
E.
Metode Penelitian
1.
Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini kami sebagi penulis menggunakan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini berjenis korelasional untuk mengetahui adakah
hubungan positif dan signifikan dari intensitas bimbingan muhadhoroh
(variabel x) dengan kepercayaan diri santri (variabel y) di Pondok Pesatren
Ta‟mirul Islam Surakarta.
2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang akan digunakan sebagai tempat penelitian ini adalah
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakata. Pesantren ini terlatak di tengah
Kota Surakarta tepatnya dijalan KH. Samanhudi No. 3 Tegalsari, Bumi
Laweyan, Surakarta.
Waktu yang akan peneliti lakukan pada : 13 Maret 2016
10
3.
Subjek Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada
suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup
yang akan diteliti. Sempel merupakan bagaian dari populasi yang memiliki
ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti (Martono, 2011 : 74).
Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik sampling
bertujuan (purposive sampling) yaitu teknik sampling yang digunakan
oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu
di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2005 : 97).
Dalam penelitian ini, kami akan menjadikan santri kelas 1 KMI
Pondok Pesanten Ta‟mirul Islam Surakarta sebagai subjek dari penelitian
ini. Sebagai bahan pertimbangan, penelitian ini kami fokuskan pada santri
kelas 1 KMI yang terbagi dalam 4 kelas. Alasan kami peneliti
menggunakan santri kelas 1 KMI, karena pemberian bimbingan
muhadhoroh lebih difokuskan untuk santri kelas 1 KMI.
4.
Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh
data
dari
kegiatan
intensitas
bimbingan
muhadhoron dan rasa percaya diri santri, peneliti menggunakan dua metode
pengumpulan data, yaitu : metode dokumentasi dan juga penyebaran angket.
a. Dokumentasi. Adapun dokumen yang digunakan untuk memperoleh
data antara lain, dokumen sekolah, jurnal sekolah, dokumen kegiatan
ekstrakulikuler.
11
b. Angket. Angket yang digunakan adalah angket untuk mengetahui
intensitas bimbingan muhadhoroh dan angket tentang kepercayaan diri
berbicara di depan publik.
5.
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat
yang digunakan oleh peneliti
dalam
mengumpulkan data.
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket yang
terdapat dalam lampiran. Angket terdiri dari dua yaitu yang pertama tentang
intensitas mengikuti bimbingan muhadhoroh dan yang kedua angket tentang
kepercayaan diri berbicara di depan publik.
Angket pertama adalah angket tentang bimbingan muhadhoroh,
digunakan untuk mengetahui keikutsertaan santri dalam mengikuti intensitas
bimbingan muhadhoroh. Indikator yang digunakan adalah : pengembangan
diri,
pengembangan
karir
dan
kegiatan
menggembirakan
dan
menyenangkan.
Tabel 1.1
Indikator Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
No
Indikator
No Item
Jumlah
1
Pengembangan diri dan karir
1, 2, 4
3
2
Kemampuan sosial
3, 7, 8
3
3
Kegiatan yang menyenangkan
5, 6, 9
3
Angket yang kedua adalah angket tentang kepercayaan diri berbicara
di depan publik. Indikator yang digunakan adalah percaya pada kemampuan
12
diri sendiri, menjadi diri sendiri, berfikir positif, mampu mengendalikan diri dan
memiliki harapan yang realistis
Tabel 1.2
Indikator Kepercayaan Diri Berbicara di Dipan Publik
No
Indikator
No Item
Jumlah
1, 5, 9, 15, 24
5
1
Percaya pada kemampuan diri sendiri
2
Menjadi diri sendiri
4, 10, 13, 23, 25
5
3
Mampu mengendalikan diri
2, 3, 11, 21, 21
5
4
Berfikir positif
6, 12, 16, 18, 19
5
5
Memiliki harapan yang realistis
7, 8, 14, 17, 22
5
6.
Analisis Data
a.
Analisis Pendahuluan
Analisis ini digunakan untuk menghitung skor masing-masing
variabel secara terpisah, sehingga diketahui ciri-ciri masing-masing
penelitian. Untuk
analisis
persentase sebagai berikut :
Keterangan :
P : Persentase perolehan
F : Frekuensi
N : Jumlah responden
ini,
penulis menggunakan
rumus
13
pengaruh
intensitas
bimbingan
muhadhoroh
dengan
kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI,
dan sekaligus untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Analisis
yang digunakan menggunakan teknik Product Moment dengan rumus
sebagai berikut:
√
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
Keterangan :
Koefisien korelasi X dan Y
Perkalian X dan Y
X
: Variabel Intensitas Shalat Berjama‟ah
Y
:
Jumlah kuadrat variable y
Jumlah responden
Ʃ
:
Sigma (Jumlah)
Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya
hipotesis yang telah diajukan berdasarkan analisis hipotesis.
Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara variabel X dan Y
atau diperoleh nilai ha (hipotesis alternatif) dikonsultasikan pada
tabel pada taraf 5 % atau 1 %.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terbagi dalam 5 Bab yang kami uraikan sebagai berikut :
Bab I
Pendahuluan
14
Pada bab ini akan dipaparkan tentang ; latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, kegunaan penelitian,
definisi operasionan, dan sistematika penulisan.
Bab II
Landasan Teori
Pada bab ini akan dipaparkan landasan teori yang berkaitan dengan
variabel-variabel
penelitian
tentang
intensitas
bimbingan
muhadhoroh, rasa percaya diri dan juga hubungan intensitas
bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di
depan publik pada santri kelas 1 KMI.
Bab III
Laporan Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dipaparkan tentang lembaga pendidikan yang
dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam Surakarta, struktur organisasi pendidik dan
organisasi santri, ektra muhadhoroh, data responden dan data hasil
penelitian tentang hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh
dengan rasa percaya diri berbicara di depan publik pada santri
kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta
Bab IV
Analisis Data
Pada bab ini akan dipaparkan data yang penulis dapat dan hasil
penelitian.
Bab V
Penutup
Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan penelitian dan juga
saran-saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
Untuk memperoleh sebuah hasil yang maksimal dalam sebuah
kegiatan, tentunya diperlukan sebuah pengawasan dan juga bimbingan.
Pengawasan bertujuan untuk mengamati dan juga menyermati setiap
kegiatan individu, sedangkan bimbingan diperlukan untuk membantu dan
mengarahkan. Kedua kegiatan ini akan sangat membantu seseoang dalam
mengoptimalkan potensi yang dimiliki, dan juga bermanfaat untuk membatu
kendala-kendala yang dialami dalam kegiatan.
1.
Pengertian Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
Kata intensitas menurut Poerwadarminto (1982: 62) berasal dari
kata intens yang berarti kuat, hebat, giat, rutin. Menutrut Nurkholif
Hazim (2005: 191), bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang
dikerahkan untuk suatu usaha”. Jadi intensitas secara sederhana dapat
dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan
penuh semangat untuk mencapai tujuan. Perkataan intensitas sangat
erat kaitannya dengan motivasi, antara keduanya tidak dapat
dipisahkan. Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab
seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya
motivasi
sebagai
pendorong
15
pencapaian
prestasi.
16
Pengertian intensitas juga mencangkup perilaku yang bersikap
rutinitas artinya seseorang yang memiliki semangat yang tinggi maka
ia akan melakukan perbuatan secara rutin, frekuensinya tinggi maupun
serius, dimana dalam penelitian ini intensitas berkaitan dengan
kegiatan bimbingan muhadhoroh
Menurut Walgito (2010:6) Bimbingan merupakan suatu
pertolangan yang menuntun. Bimbingan mengandung pengertian
bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut,
kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara
aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya.
Menurut Sukardi (1993:3) bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu (seseorang) atau kelompok (sekelompok
orang) agar mereka itu dapat mandiri, melalui berbagai bahan,
interaksi, nasihat, gagasan, alat dan asuhan yang didasarkan atas
norma-norma yang berlaku.
Menurut Priyatno (1994:99) bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh yang ahli kepada seseorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa,
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu
dan sarana yang ada dapat dikembangkan, berdasarkan norma-norma
yang berlaku.
17
Dari uraian-uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa
pengertian bimbingan adalah sebuah upaya untuk memberikan
bantuan kepada seseorang dalam jumlah kecil ataupun banyak untuk
memaksimalkan
dalam
kemampuan yang dimiliki. Dan juga membantu
mengatasi
hambatan-hambatan
yang
dialami
dalam
mengembangan potensi diri.
Istilah muhadhoroh dalam
bahasa Arab berasal dari kata
hadhoro -yahdhuru yang berarti hadir, mendapat imbuhan mim dalam
mashdar menjadi muhadhoroh yang artinya ceramah atau pidato (alMunawir 1984:294).
Dalam bukunya Yunus Hanis mengatakan
pidato bisa disamakan dengan retorika (Yunani) atau public speaking
(Inggris). Pidato merupakan seni penyampaian berita secara lisan yang
isinya bisa berbagai macam (Yunus, 2004:7).
Dalam kitab Ushulu at-Tarbiyah wa at-Ta’lim, muhadhoroh
memiliki arti yang luas yaitu penjelasan sesuatu dengan cara lisan
tanpa adanya diskusi dan keikutsertaan pendengar dengan pemateri,
kecuali hanya untuk mendengarkan dan mencatat hal-hal yeng
penting, tanpa memperbolehkan pendengar untuk bertanya selama
penjelasan.
Muhadhoroh
bisa
juga
diartikan
sebagai
pidato
yaitu
pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditunjukkan
kepada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di
depan khayalak, dengan maksud agar pendengar dari pidato tadi dapat
18
mengetahui,
memahami,
menerima
serta
diharapkan
bersedia
melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan kepada mereka
(Rumpoko, 2012:12).
Menurut penulis muhadhoroh merupakan suatu kegiatan untuk
melatih seseorang berorasi atau berpidato di depan orang banyak.
Kegiatan
untuk
mengasah
keterampilan
seseorang
dalam
menyampaikan pesan-pesan agama ataupun orasi-orasi lainya, supaya
menjadikan seseorang lebih berani dan terampil dalam berbicara di
depan orang banyak.
Selanjutnya dari uraian tentang bimbingan dan muhadhoroh
penulis mengartikan bimbingan muhadhoroh adalah bantuan untuk
mengembangkan keterampilan seseorang dalam berbicara atau
berpidato dan juga membatu dalam menghadapi kendala-kendala yang
menghambat selama proses kegiatan.
2.
Dasar Bimbingan Muhadhoroh
a. Firman Allah dalam Al-qur‟an
اص ْوا
ِ ٌِن آ َم ُنوا َو َع ِملُوا الصَّال َِحا
َ ت َو َت َو
َ إَِلَّ الَّذOان لَفًِ ُخسْ ٍر
َ اإلن َس
ِ َّ إِنO َو ْال َعصْ ِر
صب ِْر
َّ ص ْوا ِبال
َ ِب ْال َح ِّق َو َت َوا
Artinya : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shalih dan nasehat- menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran. (al-'Ashr: 1-3)
Surat ini Allah SWT menyinggung seluruh umat manusia, seperti
yang tertera dalam ayat kedua, yaitu :” Sesungguhnya manusia itu
19
benar-benar berada dalam kerugian”. Namun dalam ayat ketiga Allah
SWT memberikan
pengecualian untuk orang-orang beriman yang
mngerjakan amal sholeh dan juga saling menasehati dalam kebaikan
dan kesabaran. Hendaknya dalam kehidupan sehari-hari sesama umat
manusia untuk salang menasehati dan juga membimbing tentang
kebaikan untuk meningkatkan kwalitas kebaikan setiap manusia.
Sebagai sesorang yang lebih dahulu memahami tentang kajian-kajian
berpidato dan juga lebih berpengalaman dalam menyampaikan pidato,
hendaknya memberikan bimbingan dan arahan kepada juniornya,
supaya menjadikan ilmu yang pernah diperoleh dapat bermanfaat bagi
orang lain. Dan juga untuk menasehati dalam kebaikan.
Dalam
menyampaikan
bimbingan
seorang
pembimbing
hendaknya menggunakan cara-cara yang baik dan juga bijak, supaya
menjadikan individu lebih mudah menyerap materi yang disampaikan.
Seperti yang tertera dalam Surat An-Nahl ayat 125 :
ًِ
َ ِّك ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْوعِ َظـــ ِة ْال َح َس َنـ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّتًِْ ه
َ ْـــل َرب
ِ ٌا ُ ْدعُ ا ِٰلـى َس ِب
ض َّل َعنْ َس ِبٌْـــلِه َوه َُو اَعْ لَ ُم ِب ْال ُم ْه َتـــــ ِدٌ َْن
َ َّْك ه َُو اَعْ لَ ُم ِب َمن
َ اَحْ َسـنُ اِنَّ َرب
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”.
20
Ayat ini menerangakan tentang ajak kepada orang lain untuk
mengikuti perintah Allah SWT dan menerangkan kebaikan. Kaitanya
dengan bimbingan muhadhoroh adalah untuk memberikan pelayanan
ataupun bantuan kepada orang lain, jika dalam proses bimbingan
dalam
maka
masalah-masalah
atau
kendala-kendala
terjadi
memeringatkan ataupun menegurnya hendaknya dengan sabar dan
baik.
b. Hadis Nabi
َّللا َقا َل أَ ْخ َب َر َنا ٌُو ُنسُ َعنْ ُّ
الزهْ ِريِّ
َح َّد َث َنا ِب ْش ُر بْنُ م َُح َّم ٍد ْال َمرْ َو ِزيُّ َقا َل أَ ْخ َب َر َنا َع ْب ُد َّ ِ
ْن ُع َم َر َرضِ ًَ َّ
صلَّى
َقا َل أَ ْخ َب َر َنا َسالِ ُم بْنُ َع ْب ِد َّ ِ
َّللا َ
َّللاُ َع ْن ُه َما أَنَّ َرسُو َل َّ ِ
َّللا َعنْ اب ِ
َّ
َّللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم ٌَقُو ُل ُكلُّ ُك ْم َراع َو َزادَ اللٌَّ ُ
ب رُ َزٌ ُ
ْق بْنُ حُ َكٌ ٍْم إِلَى
ْث َقا َل ٌُو ُنسُ َك َت َ
ٍ
رُزٌ ٌ
ب َوأَ َنا َم َع ُه ٌَ ْو َم ِئ ٍذ ِب َوادِي ْالقُ َرى َه ْل َت َرى أَنْ أ ُ َجم َِّع َو َ
ْن شِ َها ٍ
ْق َعا ِم ٌل َعلَى
اب ِ
ان َو َغٌ ِْر ِه ْم َورُ َزٌ ٌ
ب
أَرْ ٍ
ْق ٌَ ْو َم ِئ ٍذ َعلَى أَ ٌْلَ َة َف َك َت َ
ض ٌَعْ َملُ َها َوفٌِ َها َج َم َ
اع ٌة مِنْ السُّودَ ِ
َّللا ب َْن ُع َم َر
ابْنُ شِ َها ٍ
ب َوأَ َنا أَسْ َمعُ ٌَأْمُرُ هُ أَنْ ٌ َُجم َِّع ٌ ُْخ ِبرُ هُ أَنَّ َسالِمًا َح َّد َث ُه أَنَّ َعبْدَ َّ ِ
َّ
ٌَقُو ُل َسمِعْ ُ
اع َو ُكلُّ ُك ْم َمسْ ُئو ٌل َعنْ
َّللا َ
ت َرسُو َل َّ ِ
صلَّى َّللا ُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم ٌَقُو ُل ُكلُّ ُك ْم َر ٍ
اع فًِ أَهْ لِ ِه َوه َُو َمسْ ُئو ٌل َعنْ
َرعِ ٌَّ ِت ِه ْ ِ
اع َو َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ ٌَّ ِت ِه َوالرَّ جُ ُل َر ٍ
اإل َما ُم َر ٍ
ٌ
ْ
اع فًِ
َرعِ ٌَّ ِت ِه َو ْال َمرْ أَةُ َراعِ ٌَ ٌة فًِ َب ٌْ ِ
ت َز ْو ِج َها َو َمسْ ُئو َلة َعنْ َرعِ ٌَّ ِت َها َوال َخا ِد ُم َر ٍ
ال َس ٌِّ ِد ِه َو َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ ٌَّ ِت ِه َقا َل َو َحسِ ب ُ َ
ال
اع فًِ َم ِ
َم ِ
ْت أنْ َق ْد َقا َل َوالرَّ جُ ُل َر ٍ
َ
اع َو َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ ٌَّ ِت ِه (صحٌح (صحٌح
أ ِبٌ ِه َو َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ ٌَّ ِت ِه َو ُكلُّ ُك ْم َر ٍ
البخاريِ)
21
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad Al
Marwazi berkata, telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah berkata,
telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri berkata, telah
mengabarkan kepada kami Salim bin 'Abdullah dari Ibnu 'Umar
radliallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin." Al Laits menambahkan;
Yunus berkata; Ruzaiq bin Hukaim menulis surat kepada Ibnu Syihab,
dan pada saat itu aku bersamanya di Wadi Qura (pinggiran kota),
"Apa pendapatmu jika aku mengumpulkan orang untuk shalat
Jum'at?" -Saat itu Ruzaiq bertugas di suatu tempat dimana banyak
jama'ah dari negeri Sudan dan yang lainnya, yaitu di negeri Ailah-.
Maka Ibnu Syihab membalasnya dan aku mendengar dia
memerintahkan (Ruzaiq) untuk mendirikan shalat Jum'at. Lalu
mengabarkan bahwa Salim telah menceritakan kepadanya, bahwa
'Abdullah bin 'Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap
pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.
Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas
rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah
pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai
pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang
pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan
dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya
tersebut" Aku menduga Ibnu 'Umar menyebutkan: "Dan seorang lakilaki adalah pemimpin atas harta bapaknya, dan akan dimintai
pertanggung jawaban atasnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan
setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang
dipimpinnya."(Hr Bukhari)
Hadist ini singkatnya menerangkan tentang setiap manusia
adalah pengembala (pemimpin) dan setiap pengembala (pemimpin)
bertanggung jawab atas apa yang digembala (dipimpin). Salah satu
tujuan dari seorang pimimpin adalah membimbing bawahannya.
Bimbingan dari pemimpin diharapkan mampu membawa perubahan
posifit dari bawahanya.
Kaitannya dengan bimbingan muhadhoroh, arti kata pengembala
penulis artikan sebagai pembimbing yang bertanggung jawab dalam
22
membantu segala sasuatu yang menghambat perkembanagan peserta
bimbingannya. Dan juga bertanggung jawab dalam mendampingi dan
mengawasi setiap kegiatan dalam muhadhoroh, untuk mengembakan
keterampilan dalam berbicara di depan orang banyak, seperti seorang
pengembala yang bertanggung jawab atas hewan-hewan yang
digembalanya.
3.
Tujuan Bimbingan Muhadhoroh
Bimbingan Muhadhoroh dapat diartikan pula sebagai bimbingan
karir yang mana bertujuan
membantu individu memperoleh
kompetensi yang diperlukan agar dapat menemukan pejalanan
hidupnya dan mengembangkan karier ke arah yang dipilihnya secara
optimal dan memberikan gambaran yang utuh tentang persyaratan
suatu jabatan tertentu sehingga siswa dapat memahami diri, mampu
menentukan arah pilihan karir dan pada akhirnya membantu siswa
dalam merencanakan masa depannya. (Rahma , 2010).
Bimbingan dibutuhkan untuk lebih membantu setiap individu
dalam memahami kegunaan kegiatan tersebut. Adapun tujuan
bimbingan menurut Yusuf (2008) agar individu dapat :
a.
Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, pekembangan karir
serta kehidupannya dimasa yang akan datang.
b.
Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki
seoptimal mungkin.
23
c.
Menyesuaaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerja.
d.
Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian
dengan
lingkungan
pendidikan,
lingkungan
masyarakat maupun lingkungan kerja
4.
Fungsi Bimbingan Muhadhoroh
Bimbingan
muhadhoroh
juga
merupukan
bagian
dari
ektrakulikuler sekolah. Maka dalam buku Panduan Pengembangan
Diri Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
menjelaskan fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai
berikut:
a. Pengembangan diri, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial,
yaitu
fungsi
kegiatan
ekstrakurikuler
untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial
peserta didik.
c. Rekreatif,
yaitu
mengembangkan
fungsi
kegiatan
ekstrakurikuler
suasana
rileks,
menggembirakan
untuk
dan
menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses
perkembangan.
24
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
B.
Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
1.
Pengertian Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
Percaya diri (self confidence) menurut Maslow (2004:24) rasa
percaya diri diawali dari konsep diri. Percaya diri (al-tsiqqoh bi annafs) merupakan sumber potensi utama dalam kehidupan (Jannah,
2003:10). Dan berikut pengertian percaya diri menurut para ahli :
Kepercayaan diri menurut Zakiyah Darajat (1995:25) percaya
kepaada diri sendiri ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang
dilalui sejak kecil. Orang yang percaya diri dapat mengatasi segala
faktor-faktor dan situasi, mungkin frustasi, bahkan mungkin frustasi
ringan sama sekali. Tetapi sebaliknya orang yang kurang percaya diri
akan sangat peka terhadap bermacam-macam situasi yang menekan.
Menurut W.H Miskelll (Sarastika, 2014:50) percaya diri adalah
kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari
kemampuan yang dimiliki serta, serta dapat memanfaatkan secara
tepat.
Menurut Thantaway (Sarastika, 2014:50) percaya diri adalah
kondisi mental atau psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan
kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan.
Menurut Prasetyo (2014:97) Percaya diri adalah sikap dimana
individu-individu memiliki pandangan positif, namun realistis, serta
25
pandangan tentang diri dan situasi mereka. Sikap tersebut berarti
bahwa orang-orang yang percaya diri mampu menempatkan
kepercayaan terhadap kemampuan dan keputusan mereka.
Menurut Wijaya (2013:65) Percaya diri
adalah sesuatu yang
dinamis, ia bisa naik dan turun, berubah dan bekembang. Ditentukan
oleh dinamika, posisi, kondisi, dan situasi anda kala itu. Hal terpenting
yang harus dilakukian adalah menjaganya agar tetap berada ditingkat
yang optimal dan sehat. Percaya diri akan menghilangkan rasa takut
dalam diri, yang hanya akan menghambat jalannya suatu komunikasi.
Juga akan mengantar anda untuk belajar dan menjadi lebih baik.
Dari uraian para ahli di atas, kepercayaan diri penulis artikan
sebagai keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki diri sendiri dan
berani dalam mengekspresikan kemampuan yang dimiliki tersebut.
Untuk dapat percaya diri berbicara di depan orang banyak setiap
individu harus yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, dan percaya
akan potensi yang dimiliki di dalam dirinya sendiri.
2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasa Kepercayaan Diri Berbicara
di Depan Publik
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa kepercayaan diri dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Ghufron, 2010 24-27):
a. Faktor internal, meliputi:
1) Konsep Diri
26
Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali dengan
perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu
kelompok. Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan
tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai rasa rendah diri
biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya individu yang
mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.
2) Harga Diri
Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri
sendiri. Individu yang memiliki harga diri tinggi akan menilai
pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah
mengadakan hubungan dengan individu lain. Individu yang
mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai
individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima
orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi
individu yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung,
kurang percaya diri dan bias
DENGAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK
PADA SANTRI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN
TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DIAN FAISHAL RAHMAN
111 11 220
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
i
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN MUHADHOROH
DENGAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK
PADA SANTRI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN
TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DIAN FAISHAL RAHMAN
111 11 220
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
۟ وا َو ََل َتحْ َز ُن
۟ َو ََل َت ِه ُن
ٌن
َ وا َوأَن ُت ُم ْٱْلَعْ لَ ْو َن إِن ُكن ُتم م ُّْؤ ِم ِن
“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati,
sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.”
(Ali Imron 139)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya, saya
persembahkan skripsi ini kepada:
1.
Bapak dan Ibu, yang tidak pernah berhenti mendo‟akan untuk
kesuksesanku.
2.
Ibu Muna Erawati, M.si, yang telah membimbing skripsi ini mulai
dari awal hingga akhir dengan penuh kesabaran.
3.
Mas Najib, Memet dan saudara-saudara N 90.
4.
Teman-teman Pendidikan Agama Islam Angkatan 2011, khususnya
PAI F.
5.
Aero.net yang memberi fasilitas dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa
tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabatsahabatnya dan orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Hubungan Antara
Intensitas Bimbingan Muhadhoroh Dengan Kepercayaan Diri Berbicara Di
Depan Publik Pada Santri Kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam
Surakarta”.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga
dan juga selau Dosen Pembimbing Akademik.
viii
4. Ibu Muna Erawati, M.si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai
ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
6. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan
serta bantuan.
7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing
serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga
dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima
disisi Allah SWT.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna
bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 31 Maret 2016
Penulis
Dian Faishal Rahman
NIM : 11111220
ix
ABSTRAK
Rahman, Dian Faishal. 2016. Hubungan Antara Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
dengan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik Santri Kelas 1 KMI
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta. Skripsi Fakultas Tarbiyah. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:
Muna Erawati, M.Si.
Kata kunci : intensitas bimbingan muhadhoroh, kepercayaan diri berbicara di depan
publik.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan antara intensitas
bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri
kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta. Rumusan masalah yang ingin
diketahui dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana intensitas bimbingan muhadhoroh
santri kelas 1 Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta? (2) Bagaimana kepercayaan
diri santri kelas 1 KMI dalam berbicara di depan publik? (3) Adakah hubungan antara
intensitas bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik
santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kuantitatif, jenis
penelitian berupa korelasional, dan tekhnik pengumpulan data menggunakan dokumentasi
dan angket, sebanyak 61 santri terlibat sebagai responden.
Hasil dari penelitian varibael intensitas bimbingan muhadhoroh diperoleh data 23
(37,7%) responden memiliki tingkat intensitas tinggi, 35 (57,4%) responden memiliki
tingkat intensitas sedang, dan 3 (4,9%) memiliki tingkat intensitas yang rendah.
Sedangkan hasil dari variabel kepercayaan diri berbicara di depan publik diperoleh data 5
(8,20%) responden memiliki tingkat kepercayaan diri sangat baik, 12 (19,70%) responden
memiliki tingkat kepercayaan diri baik, 26 (42,60%) responden memiliki tingkat
kepercayaan diri sedang, 12 (19,70%) responden memiliki tingkat kepercayaan diri
kurang, dan 6 (9,80%) responden memiliki tingkat kepercayaan diri sangat kurang. Hasil
analisis penelitian menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara intensitas
bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri
kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam, hal ini dibuktikan dengan ro 0,5529 yang
dikonsultasikan dengan harga r tabel baik pada taraf kesalahan 1% (0,3223) atau 5%
(0,4800) yang memiliki arti ro lebih besar dari r tabel.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL ...........................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO .......................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..........................................................
v
MOTTO .............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ..........................................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
6
D. Hipotesis Penelitian...........................................................................
6
E. Kegunaan Penelitian .........................................................................
6
F. Definisi Operasional..........................................................................
7
G. Metode Penelitian..............................................................................
9
H. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 15
A. Intensitas Bimbingan Muhadhoroh .................................................. 15
1. Pengertian Intensitas Bimbingan Muhadhoroh .......................... 15
2. Dasar Bimbingan Muhadhoroh ................................................... 18
3. Tujuan Bimbingan Muhadhoroh ................................................. 21
4. Fungsi Bimbingan Muhadhoroh ................................................. 22
B. Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ................................... 23
1. Pengertian Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ........... 23
2. Faktor-faktot Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ....... 25
xi
3. Ciri-ciri Sikap Percaya Diri......................................................... 28
4. Upaya-upaya untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara di
Depan Publik ............................................................................... 29
5. Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik30
C. Hubungan Intensitas Bimbingan Muhadhoroh dengan Kepercayaan
Diri Berbicara di Depan Publik ......................................................... 31
BAB III HASIL PENELITIAN .......................................................................... 37
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 37
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ............... 37
2. Identitas Sekolah ........................................................................ 38
3. Letak Geografis ........................................................................... 39
4. Visi dan Misi ............................................................................... 39
5. Motto dan Panca Jiwa ................................................................ 40
6. Organisasi Sekolah ..................................................................... 42
7. Data Pendidik KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ............. 44
8. Data Santri Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ........................... 46
9. Data Sarana dan Prasarana ......................................................... 47
10. Daftar Responden ....................................................................... 47
B. Penyajian Data ................................................................................. 50
BAB IV ANALISIS DATA ................................................................................ 56
A. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ............................................ 56
B. Analisis Pendahuluan ....................................................................... 60
C. Analisis Hipotesis ............................................................................ 62
D. Pembahasan ...................................................................................... 65
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 66
A. Kesimpulan....................................................................................... 66
B. Saran-saran ....................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 Indikator Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ................................ 11
TABEL 1.2 Indikator Kepercayaan Diri Berbicara di Dipan Publik .................. 11
TABEL 3.1 Data Pendidik KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ................. 44
TABEL 3.2 Data Santri KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam ....................... 46
TABEL 3.3 Data Responden............................................................................... 48
TABEL 3.4 Daftar Jawaban Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ....................... 51
TABEL 3.5 Daftar Jawaban Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ....... 54
TABEL 4.1 Hasil Analisa Soal Angket Intensitas Bimbingan Muhadhoroh .... 57
TABEL 4.2 Hasil Analisa Butir Soal Angket Kepercayaan Diri Berbicara di
Depan Publik ...................................................................................................... 58
TABEL 4.3 Reabilitas Instrumen ....................................................................... 59
TABEL 4.4 Interval Tingkat Intensitas Bimbingan Muhadhoroh ...................... 60
TABEL 4.5 Interval Tingkat Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik ...... 61
TABEL 4.6 Koefisien Pengaruh Bimbingan Muhadhoroh (X) Terhadap
Kepercayaan Diri Berbicara Di Depan Publik (Y) ............................................ 62
TABEL 4.7 Nilai Product Momen ...................................................................... 64
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pesantren adalah lembaga yang dikatakan merupakan proses wajar
perkembangan sistem pendidikan nasional (Madjid, 1997). Pesantren atau
orang-orang lebih sering menyebutnya dengan istilah pondok, menurut
kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti kata : Asrama atau tempat
santri-santri belajar mengaji. Lebih luasnya pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar,
dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan
agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada
dibawah kedaulatan dari leadher ship seorang atau beberapa orang kiai
dengan ciri-ciri khas
yang bersifat karismatik serta independen dalam
segala hal (Arifin, 1991 : 240).
Pesantren merupakan salah satu pendidikan klasikakal
yang
berkembang di Indonesia. Namun karena memiliki kekurangan ketidak
jelasan masa santri belajar dan juga kurikulum yang terukur, pada tahun
1926 K.H Imam Zarkasy mewacanakan sebuah pesantren moderen yaitu
perpaduan metode pengajaran yang bersifat klasikal dengan pelajaran yang
bersifat vokasional seperti kesenian, keterampilan, olah raga dan pramuka
(Burhanudin, 2006 : 72). Pesantren Moderen Gontor merupakan penggagas
sistem pembelajaran KMI (Kulliatul Mu’alimin al-Islamiyah) yaitu jenjang
1
2
pendidikan menengah selama enam tahun (setingkat dengan SMP dan
SMA).
Berbagai jenis kegiatan juga mulai diperkenalkan di pondok
pesantren, salah satunya dengan mengadakan pelatihan muhadhoroh sebagai
salah satu metode pengkaderan muballigh dengan tujuan untuk membina
santri-santri agar menjadi muballigh yang profesional. Untuk mengatasi
problematika dakwah dimasa yang akan datang perlu dipersiapkan
regenerasi baru yaitu seorang orator yang profesional. Untuk mencetak
kader orator ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti mendirikan
lembaga ataupun organisasi yang mengacu pada Islam sebagai sistem nilai
dan kepemimpinan. Pembentukan kader pendakwah yang merupakan salah
satu tujuan didirikannya pesantren, dimana pesantren-pesantren tersebut
mengupayakan peningkatan kemampuan santri menjadi seorang orator yang
professional dengan mengadakan suatu kegiatan khusus yaitu pelatihan
khitobah. Dengan adanya tujuan tersebut, diharapkan para santri-santrinya
mampu menjadi orator yang profesional dan mampu mengamalkan ilmu nya
di masyarakat.
Di Solo, terdapat sebuah pondok pesantren dengan menggunakan
sistem pesantren moderen. Pesantren tersebut adalah Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam. Berdiri pada 14 Juni 1986 Pesantren ini di prakarsai oleh :
KH. Naharussurus, Hj. Muttaqiyah, Ustad H. M. Halim dan Ustad M. Wazir
Tamami. Pesantren ini terletak di Jln. KH. Samanhudi, No. 3 Tegalsari,
Bumi, Laweyan, Surakarta.
3
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam memiliki serangkaian kegiatan
ektrakulikuler, namun kegiatan-kegiatan ini bersifat harus diikuti oleh
semua santri, yaitu : Pramuka, Muhadhoroh (pidato tiga bahasa) dan
Kegiatan
Kebahasaan.
Kepramukaan
bertujuan
untuk
pendidikan
kemandirian dan pendidikan sosial. Kegiatan muhadhoroh untuk pendidikan
dakwah. Dan Kegiatan Kebahasaan untuk menambahpembelajaran santri
dalam mengenal bahasa asing (Arab dan Inggris).
Kegiatan muhadhoroh adalah kegiatan berlatih pidato atau kegiatan
berbicara di depan umum atau bisa dikatakan sebagai publick speaking yang
dilakukan sitap minggunya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan santri khususnya dalam hal berpidato juga berdakwah, untuk
mengasah keberanian dan juga mental santri dalam berbicara dihadapan
banyak orang. Terlebih dalam Islam berdakwah merupakan sesuatu yang
juga harus dilakukan seorang muslim. Yaitu mengajak orang lain untuk
berbuat baik. Seperti yeng terkandung dalam surat An-Nahl ayat 125 yang
berbunyi :
ًُِ أَحْ َسن
َ ك ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْوعِ َظ ِة ْال َح َس َن ِة َو َجاد ِْلهُم ِبالَّتًِ ه
َ ٌل َر ِّب
ِ ْاد ُع إِلِى َس ِب
ٌِن
َ ض َّل َعن َس ِبٌلِ ِه َوه َُو أَعْ لَ ُم ِب ْال ُم ْه َتد
َ ك ه َُو أَعْ لَ ُم ِب َمن
َ إِنَّ َر َّب
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl : 125)
4
Dalam kegiatan ekstrakulikuler muhadhoroh diperlukan bimbingan
untuk memudahkan santri dalam mempersiapkan diri berlatih berpidato.
Walaupun orang-orang yang akan dihadapi sudah sering bertemusapa
namun masalah-masalah seperti malu, minder, gugup, dan kurang percaya
diri menjadi serangkaian masalah yang sering dihadapi ketika hendak
berbicara di depan umum. Maka perlu pelatihan dan juga bimbingan untuk
menumbuhankan mental kepercayan diri para santri dalam berbicara di
depan publik. Dan kegiatan muhadhoroh ini sebagai sarana para santri
melatih mental mereka dalam berbicara di depan publik. Terlebih untuk
santri kelas 1 KMI yang baru mulai mengikuti kegiatan ini. Mereka perlu
untuk menyesuaikan dan juga lebih menyiapkan diri untuk dapat mengikuti
kegiatan ini. Bimbingan dari kakak-kakak kelas sebagai pembimbing juga
akan sangat membatu para santri dalam mengembangkan rasa percaya diri
mereka.
Karena muhadhoroh merupakan kegiatan yang baru bagi santri kelas 1
KMI, kegiatan ini akan mengasah kepercayaan diri mereka untuk dapat
berbicara di depan orang banyak, karena sebagian atau bahkan kebanyakan
dari mereka belum pernah berpidato atau berorasi di depan orang banyak.
Untuk itu kegiatan ini memerlukan bimbingan supaya santri dapat lebih
percaya diri berbicara di depan publik. Percaya diri disini berarti tidak lagi
canggung atau minder untuk berbicara didepan publik.
Percaya diri berarti yakin pada kemampuan diri sendiri (Angelis,
2005 : 42). Ketika santri sudah yakin dengan kemampuan diri sendiri yang
5
dimiliki, maka perasaan-perasaan minder, malu, ataupun takut untuk
berbicara di depan orang banyak akan musnah. Rasa percaya diri inilah
yang diperlukan untuk berbicara formal di depan orang banyak. Untuk
mendapatkan antusias dari para pendengar. Sehingga pesan-pesan yang
disampaikan dapat sampai maksutnya pada para pendengar.
Dari uraian diatas mendorong kami sebagai penulis untuk lebih jauh
mengetahui pengaruh keikutsertaan santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler muhadhoroh terhadap
pengembangan rasa kepercaya diri berbicara di depan publik. Dengan
melakukan penelitian yang judul HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS
BIMBINGAN MUHADHOROH
DENGAN KEPERCAYAAN DIRI
BERBICARA DI DEPAN PUBLIK PADA SANTRI KELAS 1 KMI
PONDOK PESANTREN TA‟MIRUL ISLAM SURAKARTA
B.
Rumusan Penelitian
1.
Bagaimana intensitas bimbingan muhadhoroh pada santri kelas 1
KMI di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
2.
Bagaimana kepercayaan diri berbicara di depan publik santri kelas 1
KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
3.
Adakah hubungan antara intensitas bimbingan muhadhoroh dengan
kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
6
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui intensitas bimbingan muhadhoroh kelas 1 KMI di
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
2.
Untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri berbicara di depan publik
santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta?
3.
Untuk mengetahui hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh
dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1
KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta
D.
Hiptotesis Penelitian
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang
kebenarannya masih harus diuji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang
diperoleh dari tinjauan pustaka (Martono, 2011 : 63).
Dalam hal ini kami sebagai penulis menyimpulkan
jawaban
sementara dari penelitian ini yang nantinya dapat diuji kebenarannya secara
empiris bahwa : Terdapat hubungan yang positif antara intensitas
bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di depan publik
pada santri kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta.
E.
Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini, kami harapkan dapat memberi manfaat
secara teoritis maupun praktis
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang
meningkatkan motifasi rasa percaya diri dalam kegiatan ektrakulikuler pada
7
Pondok Pesantren Moderen. Dan menjadikan motivasi bagi kalangan
akademisi
yang
akan
mengadakan
penelitian
dalam
kegiatan
ekstrakulikuler.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi santri diharapkan dapat menjadikannya sebagai informasi
dalam mengembangkan kepercayaan diri berbicara di depan
publik.
b.
Bagi pembimbing kegiatan muhadhoroh dapat digunakan
sebagai masukan dan panduan dalam meningkatkan kualitas
bimbingan yang diberikan kepada para santri. Sehingga dapat
memaksimalkan potensi yang dimiliki para santri.
D.
Definisi Operasional
Untuk lebih mudah dalam menentukan arah penelitian ini, penulis
memfokuskan judul penelitian ini menjadi :
1.
Intensitas Bimbingan Muhahoroh
Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Bimbingan
mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan
menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara
aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya (Walgito, 2010 : 6)
Muhadhoroh berasal dari kata hadhoro-yahdhuru yang berarti
menghadiri. Muhadhoroh dalam kitab Ushulu at-Tarbiyah wa at-Ta’lim
memiliki arti yang luas yaitu penjelasan sesuatu dengan cara lisan tanpa
adanya diskusi dan keikutsertaan pendengar dengan pemateri, kecuali hanya
8
untuk
mendengarkan
memperbolehkan
dan
pendengar
mencatat
untuk
hal-hal
bertanya
yeng
penting,
selama
tanpa
penjelasan.
Muhadhoroh bisa juga diartikan sebagai pidato yaitu pengungkapan pikiran
dalam bentuk kata-kata yang ditunjukkan kepada orang banyak, atau
wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khayalak, dengan maksud
agar pendengar dari pidato tadi dapat mengetahui, memahami, menerima
serta diharapkan bersedia melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan
kepada mereka (Rumpoko, 2012 : 12). Muhadhoroh lebih mudahnya adalah
kegiatan berpidato atau berbicara di depan orang banyak.
Dari dua uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa bimbingan
muhadhoroh
adalah bantuan yang diberikan kepada santri untuk
mempersiapkan diri berbicara atau berorasi di depan orang banyak.
2.
Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling
(2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang
yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan
sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri
negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup
diri.
Seperti yang diutarakan oleh Lauter bahwa kepercayaan diri
merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri
sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas
untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas
9
perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki
dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri
sendiri.
Dari uraian diatas, penulis artikan sebagai keyakinan terhadap
kemampuan yang dimiliki diri sendiri dalam mengekspresikan potensi yang
dimiliki. Untuk dapat percaya diri berbicara di depan orang banyak setiap
individu harus yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, dan percaya akan
potensi yang dimiliki di dalam dirinya sendiri. Kepercayaan diri berbicara di
depan publik adalah suatu sikap yakin atas kemampuan diri untuk berbicara
di depan orang banyak.
E.
Metode Penelitian
1.
Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini kami sebagi penulis menggunakan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini berjenis korelasional untuk mengetahui adakah
hubungan positif dan signifikan dari intensitas bimbingan muhadhoroh
(variabel x) dengan kepercayaan diri santri (variabel y) di Pondok Pesatren
Ta‟mirul Islam Surakarta.
2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang akan digunakan sebagai tempat penelitian ini adalah
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakata. Pesantren ini terlatak di tengah
Kota Surakarta tepatnya dijalan KH. Samanhudi No. 3 Tegalsari, Bumi
Laweyan, Surakarta.
Waktu yang akan peneliti lakukan pada : 13 Maret 2016
10
3.
Subjek Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada
suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup
yang akan diteliti. Sempel merupakan bagaian dari populasi yang memiliki
ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti (Martono, 2011 : 74).
Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik sampling
bertujuan (purposive sampling) yaitu teknik sampling yang digunakan
oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu
di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2005 : 97).
Dalam penelitian ini, kami akan menjadikan santri kelas 1 KMI
Pondok Pesanten Ta‟mirul Islam Surakarta sebagai subjek dari penelitian
ini. Sebagai bahan pertimbangan, penelitian ini kami fokuskan pada santri
kelas 1 KMI yang terbagi dalam 4 kelas. Alasan kami peneliti
menggunakan santri kelas 1 KMI, karena pemberian bimbingan
muhadhoroh lebih difokuskan untuk santri kelas 1 KMI.
4.
Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh
data
dari
kegiatan
intensitas
bimbingan
muhadhoron dan rasa percaya diri santri, peneliti menggunakan dua metode
pengumpulan data, yaitu : metode dokumentasi dan juga penyebaran angket.
a. Dokumentasi. Adapun dokumen yang digunakan untuk memperoleh
data antara lain, dokumen sekolah, jurnal sekolah, dokumen kegiatan
ekstrakulikuler.
11
b. Angket. Angket yang digunakan adalah angket untuk mengetahui
intensitas bimbingan muhadhoroh dan angket tentang kepercayaan diri
berbicara di depan publik.
5.
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat
yang digunakan oleh peneliti
dalam
mengumpulkan data.
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket yang
terdapat dalam lampiran. Angket terdiri dari dua yaitu yang pertama tentang
intensitas mengikuti bimbingan muhadhoroh dan yang kedua angket tentang
kepercayaan diri berbicara di depan publik.
Angket pertama adalah angket tentang bimbingan muhadhoroh,
digunakan untuk mengetahui keikutsertaan santri dalam mengikuti intensitas
bimbingan muhadhoroh. Indikator yang digunakan adalah : pengembangan
diri,
pengembangan
karir
dan
kegiatan
menggembirakan
dan
menyenangkan.
Tabel 1.1
Indikator Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
No
Indikator
No Item
Jumlah
1
Pengembangan diri dan karir
1, 2, 4
3
2
Kemampuan sosial
3, 7, 8
3
3
Kegiatan yang menyenangkan
5, 6, 9
3
Angket yang kedua adalah angket tentang kepercayaan diri berbicara
di depan publik. Indikator yang digunakan adalah percaya pada kemampuan
12
diri sendiri, menjadi diri sendiri, berfikir positif, mampu mengendalikan diri dan
memiliki harapan yang realistis
Tabel 1.2
Indikator Kepercayaan Diri Berbicara di Dipan Publik
No
Indikator
No Item
Jumlah
1, 5, 9, 15, 24
5
1
Percaya pada kemampuan diri sendiri
2
Menjadi diri sendiri
4, 10, 13, 23, 25
5
3
Mampu mengendalikan diri
2, 3, 11, 21, 21
5
4
Berfikir positif
6, 12, 16, 18, 19
5
5
Memiliki harapan yang realistis
7, 8, 14, 17, 22
5
6.
Analisis Data
a.
Analisis Pendahuluan
Analisis ini digunakan untuk menghitung skor masing-masing
variabel secara terpisah, sehingga diketahui ciri-ciri masing-masing
penelitian. Untuk
analisis
persentase sebagai berikut :
Keterangan :
P : Persentase perolehan
F : Frekuensi
N : Jumlah responden
ini,
penulis menggunakan
rumus
13
pengaruh
intensitas
bimbingan
muhadhoroh
dengan
kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1 KMI,
dan sekaligus untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Analisis
yang digunakan menggunakan teknik Product Moment dengan rumus
sebagai berikut:
√
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
Keterangan :
Koefisien korelasi X dan Y
Perkalian X dan Y
X
: Variabel Intensitas Shalat Berjama‟ah
Y
:
Jumlah kuadrat variable y
Jumlah responden
Ʃ
:
Sigma (Jumlah)
Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya
hipotesis yang telah diajukan berdasarkan analisis hipotesis.
Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara variabel X dan Y
atau diperoleh nilai ha (hipotesis alternatif) dikonsultasikan pada
tabel pada taraf 5 % atau 1 %.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terbagi dalam 5 Bab yang kami uraikan sebagai berikut :
Bab I
Pendahuluan
14
Pada bab ini akan dipaparkan tentang ; latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, kegunaan penelitian,
definisi operasionan, dan sistematika penulisan.
Bab II
Landasan Teori
Pada bab ini akan dipaparkan landasan teori yang berkaitan dengan
variabel-variabel
penelitian
tentang
intensitas
bimbingan
muhadhoroh, rasa percaya diri dan juga hubungan intensitas
bimbingan muhadhoroh dengan kepercayaan diri berbicara di
depan publik pada santri kelas 1 KMI.
Bab III
Laporan Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dipaparkan tentang lembaga pendidikan yang
dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam Surakarta, struktur organisasi pendidik dan
organisasi santri, ektra muhadhoroh, data responden dan data hasil
penelitian tentang hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh
dengan rasa percaya diri berbicara di depan publik pada santri
kelas 1 KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta
Bab IV
Analisis Data
Pada bab ini akan dipaparkan data yang penulis dapat dan hasil
penelitian.
Bab V
Penutup
Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan penelitian dan juga
saran-saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
Untuk memperoleh sebuah hasil yang maksimal dalam sebuah
kegiatan, tentunya diperlukan sebuah pengawasan dan juga bimbingan.
Pengawasan bertujuan untuk mengamati dan juga menyermati setiap
kegiatan individu, sedangkan bimbingan diperlukan untuk membantu dan
mengarahkan. Kedua kegiatan ini akan sangat membantu seseoang dalam
mengoptimalkan potensi yang dimiliki, dan juga bermanfaat untuk membatu
kendala-kendala yang dialami dalam kegiatan.
1.
Pengertian Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
Kata intensitas menurut Poerwadarminto (1982: 62) berasal dari
kata intens yang berarti kuat, hebat, giat, rutin. Menutrut Nurkholif
Hazim (2005: 191), bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang
dikerahkan untuk suatu usaha”. Jadi intensitas secara sederhana dapat
dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan
penuh semangat untuk mencapai tujuan. Perkataan intensitas sangat
erat kaitannya dengan motivasi, antara keduanya tidak dapat
dipisahkan. Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab
seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya
motivasi
sebagai
pendorong
15
pencapaian
prestasi.
16
Pengertian intensitas juga mencangkup perilaku yang bersikap
rutinitas artinya seseorang yang memiliki semangat yang tinggi maka
ia akan melakukan perbuatan secara rutin, frekuensinya tinggi maupun
serius, dimana dalam penelitian ini intensitas berkaitan dengan
kegiatan bimbingan muhadhoroh
Menurut Walgito (2010:6) Bimbingan merupakan suatu
pertolangan yang menuntun. Bimbingan mengandung pengertian
bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut,
kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara
aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya.
Menurut Sukardi (1993:3) bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu (seseorang) atau kelompok (sekelompok
orang) agar mereka itu dapat mandiri, melalui berbagai bahan,
interaksi, nasihat, gagasan, alat dan asuhan yang didasarkan atas
norma-norma yang berlaku.
Menurut Priyatno (1994:99) bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh yang ahli kepada seseorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa,
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu
dan sarana yang ada dapat dikembangkan, berdasarkan norma-norma
yang berlaku.
17
Dari uraian-uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa
pengertian bimbingan adalah sebuah upaya untuk memberikan
bantuan kepada seseorang dalam jumlah kecil ataupun banyak untuk
memaksimalkan
dalam
kemampuan yang dimiliki. Dan juga membantu
mengatasi
hambatan-hambatan
yang
dialami
dalam
mengembangan potensi diri.
Istilah muhadhoroh dalam
bahasa Arab berasal dari kata
hadhoro -yahdhuru yang berarti hadir, mendapat imbuhan mim dalam
mashdar menjadi muhadhoroh yang artinya ceramah atau pidato (alMunawir 1984:294).
Dalam bukunya Yunus Hanis mengatakan
pidato bisa disamakan dengan retorika (Yunani) atau public speaking
(Inggris). Pidato merupakan seni penyampaian berita secara lisan yang
isinya bisa berbagai macam (Yunus, 2004:7).
Dalam kitab Ushulu at-Tarbiyah wa at-Ta’lim, muhadhoroh
memiliki arti yang luas yaitu penjelasan sesuatu dengan cara lisan
tanpa adanya diskusi dan keikutsertaan pendengar dengan pemateri,
kecuali hanya untuk mendengarkan dan mencatat hal-hal yeng
penting, tanpa memperbolehkan pendengar untuk bertanya selama
penjelasan.
Muhadhoroh
bisa
juga
diartikan
sebagai
pidato
yaitu
pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditunjukkan
kepada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di
depan khayalak, dengan maksud agar pendengar dari pidato tadi dapat
18
mengetahui,
memahami,
menerima
serta
diharapkan
bersedia
melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan kepada mereka
(Rumpoko, 2012:12).
Menurut penulis muhadhoroh merupakan suatu kegiatan untuk
melatih seseorang berorasi atau berpidato di depan orang banyak.
Kegiatan
untuk
mengasah
keterampilan
seseorang
dalam
menyampaikan pesan-pesan agama ataupun orasi-orasi lainya, supaya
menjadikan seseorang lebih berani dan terampil dalam berbicara di
depan orang banyak.
Selanjutnya dari uraian tentang bimbingan dan muhadhoroh
penulis mengartikan bimbingan muhadhoroh adalah bantuan untuk
mengembangkan keterampilan seseorang dalam berbicara atau
berpidato dan juga membatu dalam menghadapi kendala-kendala yang
menghambat selama proses kegiatan.
2.
Dasar Bimbingan Muhadhoroh
a. Firman Allah dalam Al-qur‟an
اص ْوا
ِ ٌِن آ َم ُنوا َو َع ِملُوا الصَّال َِحا
َ ت َو َت َو
َ إَِلَّ الَّذOان لَفًِ ُخسْ ٍر
َ اإلن َس
ِ َّ إِنO َو ْال َعصْ ِر
صب ِْر
َّ ص ْوا ِبال
َ ِب ْال َح ِّق َو َت َوا
Artinya : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shalih dan nasehat- menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran. (al-'Ashr: 1-3)
Surat ini Allah SWT menyinggung seluruh umat manusia, seperti
yang tertera dalam ayat kedua, yaitu :” Sesungguhnya manusia itu
19
benar-benar berada dalam kerugian”. Namun dalam ayat ketiga Allah
SWT memberikan
pengecualian untuk orang-orang beriman yang
mngerjakan amal sholeh dan juga saling menasehati dalam kebaikan
dan kesabaran. Hendaknya dalam kehidupan sehari-hari sesama umat
manusia untuk salang menasehati dan juga membimbing tentang
kebaikan untuk meningkatkan kwalitas kebaikan setiap manusia.
Sebagai sesorang yang lebih dahulu memahami tentang kajian-kajian
berpidato dan juga lebih berpengalaman dalam menyampaikan pidato,
hendaknya memberikan bimbingan dan arahan kepada juniornya,
supaya menjadikan ilmu yang pernah diperoleh dapat bermanfaat bagi
orang lain. Dan juga untuk menasehati dalam kebaikan.
Dalam
menyampaikan
bimbingan
seorang
pembimbing
hendaknya menggunakan cara-cara yang baik dan juga bijak, supaya
menjadikan individu lebih mudah menyerap materi yang disampaikan.
Seperti yang tertera dalam Surat An-Nahl ayat 125 :
ًِ
َ ِّك ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْوعِ َظـــ ِة ْال َح َس َنـ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّتًِْ ه
َ ْـــل َرب
ِ ٌا ُ ْدعُ ا ِٰلـى َس ِب
ض َّل َعنْ َس ِبٌْـــلِه َوه َُو اَعْ لَ ُم ِب ْال ُم ْه َتـــــ ِدٌ َْن
َ َّْك ه َُو اَعْ لَ ُم ِب َمن
َ اَحْ َسـنُ اِنَّ َرب
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”.
20
Ayat ini menerangakan tentang ajak kepada orang lain untuk
mengikuti perintah Allah SWT dan menerangkan kebaikan. Kaitanya
dengan bimbingan muhadhoroh adalah untuk memberikan pelayanan
ataupun bantuan kepada orang lain, jika dalam proses bimbingan
dalam
maka
masalah-masalah
atau
kendala-kendala
terjadi
memeringatkan ataupun menegurnya hendaknya dengan sabar dan
baik.
b. Hadis Nabi
َّللا َقا َل أَ ْخ َب َر َنا ٌُو ُنسُ َعنْ ُّ
الزهْ ِريِّ
َح َّد َث َنا ِب ْش ُر بْنُ م َُح َّم ٍد ْال َمرْ َو ِزيُّ َقا َل أَ ْخ َب َر َنا َع ْب ُد َّ ِ
ْن ُع َم َر َرضِ ًَ َّ
صلَّى
َقا َل أَ ْخ َب َر َنا َسالِ ُم بْنُ َع ْب ِد َّ ِ
َّللا َ
َّللاُ َع ْن ُه َما أَنَّ َرسُو َل َّ ِ
َّللا َعنْ اب ِ
َّ
َّللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم ٌَقُو ُل ُكلُّ ُك ْم َراع َو َزادَ اللٌَّ ُ
ب رُ َزٌ ُ
ْق بْنُ حُ َكٌ ٍْم إِلَى
ْث َقا َل ٌُو ُنسُ َك َت َ
ٍ
رُزٌ ٌ
ب َوأَ َنا َم َع ُه ٌَ ْو َم ِئ ٍذ ِب َوادِي ْالقُ َرى َه ْل َت َرى أَنْ أ ُ َجم َِّع َو َ
ْن شِ َها ٍ
ْق َعا ِم ٌل َعلَى
اب ِ
ان َو َغٌ ِْر ِه ْم َورُ َزٌ ٌ
ب
أَرْ ٍ
ْق ٌَ ْو َم ِئ ٍذ َعلَى أَ ٌْلَ َة َف َك َت َ
ض ٌَعْ َملُ َها َوفٌِ َها َج َم َ
اع ٌة مِنْ السُّودَ ِ
َّللا ب َْن ُع َم َر
ابْنُ شِ َها ٍ
ب َوأَ َنا أَسْ َمعُ ٌَأْمُرُ هُ أَنْ ٌ َُجم َِّع ٌ ُْخ ِبرُ هُ أَنَّ َسالِمًا َح َّد َث ُه أَنَّ َعبْدَ َّ ِ
َّ
ٌَقُو ُل َسمِعْ ُ
اع َو ُكلُّ ُك ْم َمسْ ُئو ٌل َعنْ
َّللا َ
ت َرسُو َل َّ ِ
صلَّى َّللا ُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم ٌَقُو ُل ُكلُّ ُك ْم َر ٍ
اع فًِ أَهْ لِ ِه َوه َُو َمسْ ُئو ٌل َعنْ
َرعِ ٌَّ ِت ِه ْ ِ
اع َو َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ ٌَّ ِت ِه َوالرَّ جُ ُل َر ٍ
اإل َما ُم َر ٍ
ٌ
ْ
اع فًِ
َرعِ ٌَّ ِت ِه َو ْال َمرْ أَةُ َراعِ ٌَ ٌة فًِ َب ٌْ ِ
ت َز ْو ِج َها َو َمسْ ُئو َلة َعنْ َرعِ ٌَّ ِت َها َوال َخا ِد ُم َر ٍ
ال َس ٌِّ ِد ِه َو َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ ٌَّ ِت ِه َقا َل َو َحسِ ب ُ َ
ال
اع فًِ َم ِ
َم ِ
ْت أنْ َق ْد َقا َل َوالرَّ جُ ُل َر ٍ
َ
اع َو َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ ٌَّ ِت ِه (صحٌح (صحٌح
أ ِبٌ ِه َو َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ ٌَّ ِت ِه َو ُكلُّ ُك ْم َر ٍ
البخاريِ)
21
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad Al
Marwazi berkata, telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah berkata,
telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri berkata, telah
mengabarkan kepada kami Salim bin 'Abdullah dari Ibnu 'Umar
radliallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin." Al Laits menambahkan;
Yunus berkata; Ruzaiq bin Hukaim menulis surat kepada Ibnu Syihab,
dan pada saat itu aku bersamanya di Wadi Qura (pinggiran kota),
"Apa pendapatmu jika aku mengumpulkan orang untuk shalat
Jum'at?" -Saat itu Ruzaiq bertugas di suatu tempat dimana banyak
jama'ah dari negeri Sudan dan yang lainnya, yaitu di negeri Ailah-.
Maka Ibnu Syihab membalasnya dan aku mendengar dia
memerintahkan (Ruzaiq) untuk mendirikan shalat Jum'at. Lalu
mengabarkan bahwa Salim telah menceritakan kepadanya, bahwa
'Abdullah bin 'Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap
pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.
Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas
rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah
pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai
pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang
pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan
dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya
tersebut" Aku menduga Ibnu 'Umar menyebutkan: "Dan seorang lakilaki adalah pemimpin atas harta bapaknya, dan akan dimintai
pertanggung jawaban atasnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan
setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang
dipimpinnya."(Hr Bukhari)
Hadist ini singkatnya menerangkan tentang setiap manusia
adalah pengembala (pemimpin) dan setiap pengembala (pemimpin)
bertanggung jawab atas apa yang digembala (dipimpin). Salah satu
tujuan dari seorang pimimpin adalah membimbing bawahannya.
Bimbingan dari pemimpin diharapkan mampu membawa perubahan
posifit dari bawahanya.
Kaitannya dengan bimbingan muhadhoroh, arti kata pengembala
penulis artikan sebagai pembimbing yang bertanggung jawab dalam
22
membantu segala sasuatu yang menghambat perkembanagan peserta
bimbingannya. Dan juga bertanggung jawab dalam mendampingi dan
mengawasi setiap kegiatan dalam muhadhoroh, untuk mengembakan
keterampilan dalam berbicara di depan orang banyak, seperti seorang
pengembala yang bertanggung jawab atas hewan-hewan yang
digembalanya.
3.
Tujuan Bimbingan Muhadhoroh
Bimbingan Muhadhoroh dapat diartikan pula sebagai bimbingan
karir yang mana bertujuan
membantu individu memperoleh
kompetensi yang diperlukan agar dapat menemukan pejalanan
hidupnya dan mengembangkan karier ke arah yang dipilihnya secara
optimal dan memberikan gambaran yang utuh tentang persyaratan
suatu jabatan tertentu sehingga siswa dapat memahami diri, mampu
menentukan arah pilihan karir dan pada akhirnya membantu siswa
dalam merencanakan masa depannya. (Rahma , 2010).
Bimbingan dibutuhkan untuk lebih membantu setiap individu
dalam memahami kegunaan kegiatan tersebut. Adapun tujuan
bimbingan menurut Yusuf (2008) agar individu dapat :
a.
Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, pekembangan karir
serta kehidupannya dimasa yang akan datang.
b.
Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki
seoptimal mungkin.
23
c.
Menyesuaaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerja.
d.
Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian
dengan
lingkungan
pendidikan,
lingkungan
masyarakat maupun lingkungan kerja
4.
Fungsi Bimbingan Muhadhoroh
Bimbingan
muhadhoroh
juga
merupukan
bagian
dari
ektrakulikuler sekolah. Maka dalam buku Panduan Pengembangan
Diri Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
menjelaskan fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai
berikut:
a. Pengembangan diri, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial,
yaitu
fungsi
kegiatan
ekstrakurikuler
untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial
peserta didik.
c. Rekreatif,
yaitu
mengembangkan
fungsi
kegiatan
ekstrakurikuler
suasana
rileks,
menggembirakan
untuk
dan
menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses
perkembangan.
24
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
B.
Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
1.
Pengertian Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Publik
Percaya diri (self confidence) menurut Maslow (2004:24) rasa
percaya diri diawali dari konsep diri. Percaya diri (al-tsiqqoh bi annafs) merupakan sumber potensi utama dalam kehidupan (Jannah,
2003:10). Dan berikut pengertian percaya diri menurut para ahli :
Kepercayaan diri menurut Zakiyah Darajat (1995:25) percaya
kepaada diri sendiri ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang
dilalui sejak kecil. Orang yang percaya diri dapat mengatasi segala
faktor-faktor dan situasi, mungkin frustasi, bahkan mungkin frustasi
ringan sama sekali. Tetapi sebaliknya orang yang kurang percaya diri
akan sangat peka terhadap bermacam-macam situasi yang menekan.
Menurut W.H Miskelll (Sarastika, 2014:50) percaya diri adalah
kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari
kemampuan yang dimiliki serta, serta dapat memanfaatkan secara
tepat.
Menurut Thantaway (Sarastika, 2014:50) percaya diri adalah
kondisi mental atau psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan
kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan.
Menurut Prasetyo (2014:97) Percaya diri adalah sikap dimana
individu-individu memiliki pandangan positif, namun realistis, serta
25
pandangan tentang diri dan situasi mereka. Sikap tersebut berarti
bahwa orang-orang yang percaya diri mampu menempatkan
kepercayaan terhadap kemampuan dan keputusan mereka.
Menurut Wijaya (2013:65) Percaya diri
adalah sesuatu yang
dinamis, ia bisa naik dan turun, berubah dan bekembang. Ditentukan
oleh dinamika, posisi, kondisi, dan situasi anda kala itu. Hal terpenting
yang harus dilakukian adalah menjaganya agar tetap berada ditingkat
yang optimal dan sehat. Percaya diri akan menghilangkan rasa takut
dalam diri, yang hanya akan menghambat jalannya suatu komunikasi.
Juga akan mengantar anda untuk belajar dan menjadi lebih baik.
Dari uraian para ahli di atas, kepercayaan diri penulis artikan
sebagai keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki diri sendiri dan
berani dalam mengekspresikan kemampuan yang dimiliki tersebut.
Untuk dapat percaya diri berbicara di depan orang banyak setiap
individu harus yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, dan percaya
akan potensi yang dimiliki di dalam dirinya sendiri.
2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasa Kepercayaan Diri Berbicara
di Depan Publik
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa kepercayaan diri dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Ghufron, 2010 24-27):
a. Faktor internal, meliputi:
1) Konsep Diri
26
Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali dengan
perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu
kelompok. Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan
tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai rasa rendah diri
biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya individu yang
mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.
2) Harga Diri
Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri
sendiri. Individu yang memiliki harga diri tinggi akan menilai
pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah
mengadakan hubungan dengan individu lain. Individu yang
mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai
individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima
orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi
individu yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung,
kurang percaya diri dan bias