SINTESIS SENYAWA TURUNAN SEKUNDER DAN TERSIER p-KUMARAMIDA DAN UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI ANTI TUMOR SEL LEUKIMIA P388

  ∗

  Firdaus , N. H. Soekamto, Nur Umriani Permatasari, Seniwati, Sukarti, Makmun, Anik Agustiningsih

  Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin

  Penelitian tentang metode sintesis senyawa turunan p#kumaramida, yakni N#propil#p# kumaramida, N,N#dietil#p#kumaramida, dan piperidinil#p#kumaramida serta uji aktivitasnya terhadap sel tumor leukimia P388 telah dilakukan. Senyawa turunan p#kumaramida disintesis dari asam p#kumarat dan amina yang sesuai sebagai reaktan dengan menggunakan katalis asam borat pada kondisi refluks di dalam pelarut DMF dan atmosfir nitrogen selama 16 jam. Melalui metode tersebut maka diperoleh senyawa N#propil#p#kumaramida, N,N#dietil#p#kumaramida, dan piperidinil#p#kumaramida sebagai padatan putih dengan rendamen secara berturut#turut 37,1%, 37,90%, dan 29,84%. Senyawa hasil sintesis tersebut semuanya bersifat aktif terhadap sel tumor leukimia P388 dengan urutan kekuatan aktivitas: piperidinil#p#kumaramida (IC 5,34

  50

  6g/mL) > N,N#dietil#p#kumaramida (IC 23,50 6g/mL) > N#propil#p#kumaramida (53,56

  50

  ;g/ml). Senyawa piperidinil#p#kumaramida adalah senyawa yang paling berpotensi digunakan sebagai anti tumor

  Kata kunci: p kumaramida, Tumor, P388, IC

  propyl#p#coumaramide, N,N#diethyl#p#coumaramide, and piperidinyl#p#coumaramide as well as their activity essay to against leukimia tumor cell P388 had been done. The derivative compunds were synthesized from p#coumaric acid and suitable amines as reactans and boric acid as catalist by reflux in DMF solvent and nitrogen atmosphere for 16 hours. By this methode, N#propyl#p#coumaramide, N,N#diethyl#p#coumaramide, and piperidinyl#p# coumaramide coumponds were obtained as white solid in 37,1%, 37,90%, and 29,84% yields, respectively. All of these compounds active to against leukimia tumor cell P388 with the order of their activity strength are piperidinyl#p#coumaramide (IC 5,34 6g/mL) > N,N#diethyl#p#

  50

  coumaramide (IC 23,50 6g/mL) > N#propyl#p#coumaramide (53,56 ;g/ml). Piperidinyl#p#

  50 coumaramide compound is the most potential compound to be applied as antitumor agent.

  Key words: p Coumaramide, Tumor, P388, IC

  50

  Alamat korespondensi: firdaus_tdg@yahoo.com

  !

  Bahan#bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah asam p#kumarat p.a., dietilamin p.a., propilamin p.a., piperidina p.a., dimetil formamida p.a., H

  

(

  glass wool, plat KLT, kertas pH universal, dan akuades.

  , silika gel 7733 dan 7734, pipa kapiler, plat KLT, akuades, kertas saring Whatmann 42, pasir silica,

  2

  anhidrat p.a., gas N

  4

  2 SO

  kloroform p.a., etil asetat p.a., n#heksana p.a., aseton p.a., metanol p.a., Na

  ,

  3 p.a.

  3 BO

  ! % % & '

  Tumbuhan merupakan sumber senyawa yang potensil untuk dijadikan sebagai obat yang relatif aman dikomsumsi. Akan tetapi, metode mengisolasinya cukup rumit, perlu waktu yang lama dan bahan kimia cukup banyak sehingga perlu biaya yang tinggi; apatah lagi kandungan senyawa berpotensi obat (biasanya adalah metabolit sekunder) di dalam tetumbuhan pada umumnya sangat rendah. Ilyas (2008) berhasil mengisolasi senyawa p hidroksisinamamida atau p#kumaramida (") dari kulit akar Klein Hospita Linn. Senyawa ini memperlihatkan aktivitas yang cukup tinggi terhadap udang Artemia

  Peningkatan bioaktivitas senyawa dapat dilakukan dengan mengadakan modifikasi struktur pada molekulnya (Tang, 2005). Menurunnya kepolaran senyawa akan memudahkan senyawa tersebut melewati membran sel yang mengandung senyawa lipida (Shargel dan Yu, 1985). Proses ini dapat mengakibatkan konsentrasi senyawa yang terabsorpsi oleh sel kanker menjadi semakin besar sehingga aktivitas senyawa akan semakin tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka di dalam penelitian ini, gugus amida primer yang terdapat pada struktur p#kumaramida akan dimodifikasi menjadi gugus amida sekunder dan tersier seperti: N#propil#p# kumaramida (#), N,N#dietil#p kumaramida ( ), peperidinil#p kumaramida ($).

  9,8 ;g/mL. Akan tetapi kedua senyawa tersebut mempunyai kerangka dasar yang mirip, yaitu gugus sinnamoil. Oleh karena itu, senyawa p# kumaramida layak dijadikan kerangka dasar untuk mendapatkan senyawa aktif yang dapat dilakukan uji klinik lebih lanjut.

  50

  ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki aktivitas yang cukup kuat, meskipun belum sekuat dengan aktivitas senyawa (E)#1#[3’,4’# (metilendioksi)sinamoil]#piperidina yang diperoleh oleh Ee, et al. (2010) dari ekstrak eter akar tumbuhan Piper Ningrum L. dengan nilai IC

  50

  44,0 ;g/mL. Nilai IC

  50

  Firdaus et al. (2009) telah berhasil mensintesis senyawa p#kumaramida dari asam p#kumarat. Hasil pengujian terhadap sel tumor leukimia P388 menunjukkan senyawa p#kumaramida memiliki aktivitas biologis yang menarik, dengan IC

  = 180,53 ;g/mL) sehingga dapat diduga potensial bersifat antikanker, namun kandungan senyawa p#kumaramida dalam kulit akar K. hospita Linn sangat sedikit (± 1,6 ppm) sehingga perlu adanya upaya mensintesis senyawa tersebut.

  50

  Salina (LC

  Alat#alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat gelas refluks, hot plate magnetic stirrer, alat ukur titik leleh, lampu UV, rotary

  evaporator, kolom kromatografi, neraca

  ,' ) , -,-) ,+,',( ./ /,+

  13 C#NMR.

  1 H#NMR dan

  anhidrat p.a., kemudian didekantasi, dan filtratnya dievaporasi hingga kental. Residu kental yang diperoleh selanjutnya dituang ke dalam ke dalam silika gel 7733, lalu fraksinasi dengan KKG menggunakan eluen berturut#turut n#heksan 100%, kemudian n#heksana#etil asetat (95,5 : 0,5 %). Hasil fraksinasi ditampung tiap 10 mL di dalam botol vial dan di analisis dengan KLT dengan eluen n#hesana : etil asetat (60 : 40 %). Fraksi dengan nilai Rf yang sama digabung dan dievaporasi. Kristal yang terbentuk direkristalisasi dengan menambahkan sedikit etil asetat p.a hingga kristal larut sempurna, kemudian ditambahkan dengan n#heksan p.a hingga dengan penyaring kristal, kemudian dikeringkan pada suhu ruangan, dan diukur titik lelehnya. Selanjutnya dikarakterisasi dengan spektrofotometer FTIR, serta spektrometer

  4

  2 SO

  C selama 16 jam. Campuran reaksi didinginkan pada suhu ruangan, dan endapan yang timbul disaring dengan kertas saring Whatmann dan disisihkan. Filtrat yang diperoleh ditambahkan dengan 30 mL akuades dan diekstraksi dengan dietil eter (5 x 20 mL). Ekstrak dietil eter dicuci 1 kali dengan 30 mL larutan NaCl jenuh dan 2 x 30 mL dengan akuades. Ekstrak dikeringkan dengan Na

  

o

  dan ditambahkan lagi 20 mL dimetil formamida. Campuran diaduk dengan magnetic stirrer selama 5 menit, kemudian ditambahkan 0.3 mL (3 mmol) piperidina p.a, lalu direfluks pada suhu 146

  3

  3 BO

  DMF p.a dalam gelas kimia dan dimasukkan ke dalam labu alas bulat leher tiga, kemudian ditambahkan 0,0558 gram (0,9 mmol) H

  p#kumarat p.a dilarutkan dengan 10 mL

  Sebanyak 0,5 gram (3 mmol) asam

  13 C#NMR.

  analitik, pipa kapiler, spektrofotometer FTIR (Shimadzu seri Prestige#21, Laboratorium Terpadu Jurusan Kimia FMIPA Unhas), spektrometer NMR (500 MHz Agilent, LIPI, Serpong Banten), dan alat#alat gelas yang umum digunakan dalam laboratorium.

  H#NMR , dan

  , 1

  C sampai reaksi selesai (16 jam, dilakukan analisis dengan KLT tiap 3 jam). Campuran hasil reaksi didinginkan sampai suhu kamar, kemudian diekstraksi dengan dietileter (8 x 15 mL). Fase organik dievaporasi sampai semua dietileter menguap. Fase organik kemudian difraksinasi dengan kromatografi kolom gravitasi. Fraksi yang menunjukkan senyawa target dikristalisasi dan direkristalisasi dengan etil asetat#heksan. Selanjutnya dilakukan uji kemurnian dengan mengukur titik lelehnya dan analisis KLT. Kristal yang telah murni selanjutnya dianalisis dengan spektroskopi FTIR

  o

  Sebanyak 0,5000 gram (3 mmol) Asam p#kumarat dimasukkan ke dalam labu alas bulat leher tiga. Kemudian ditambahkan dengan 0,037 gram (0,6 mmol) asam borat dan 30 mL DMF sampai larut. Larutan tersebut ditambahkan 1,55 mL (15 mmol) dietilamin kemudian dialirkan gas Nitrogen pada sistem reaksi dan direfluks pada suhu 110

  # ,' ) , +,) ,( ./ /,+

  13 C# NMR.

  1 H#NMR , dan

  C sampai reaksi selesai (16 jam, dilakukan analisis dengan KLT tiap 3 jam). Campuran hasil reaksi didinginkan sampai suhu kamar, kemudian diekstraksi dengan dietileter (8 x 15 mL). Fase organik dievaporasi sampai semua dietileter menguap. Fase organik kemudian difraksinasi dengan kromatografi kolom gravitasi. Fraksi yang menunjukkan senyawa target dikristalisasi dan direkristalisasi dengan etil asetat#heksan. Selanjutnya dilakukan uji kemurnian dengan mengukur titik lelehnya dan analisis KLT. Kristal yang telah murni selanjutnya dianalisis dengan menggunakan spektroskopi FTIR,

  o

  propilamin kemudian dialirkan gas Nitrogen pada sistem reaksi dan direfluks pada suhu 110

  1,23 mL (15 mmol)

  Sebanyak 0,500 gram (3,0 mmol) Asam p#kumarat dimasukkan ke dalam labu alas bulat leher tiga. Kemudian ditambahkan dengan 0,037 gram (0,6 mmol) asam borat dan 30 mL DMF sampai larut. Larutan tersebut ditambahkan

  ) *+) " ,' ) , - *-,( ./ /,+

  $ 0, ,1, ) & + - )( ./* (). ,/, Semua produk sintesis yang diperoleh telah dilakukan uji aktivitasnya di Laboratorium Kimia Bahan Alam Departemen Kimia FMIPA ITB.

  ! ! ,' ) , )'2 3 4 *-,( ./ /,+

  13 C#NMR

  . Pita lain pada 669,30 cm

  #1

  berasal dari vibrasi kibasan N#H amida sekunder, dan pita tajam dengan intensitas kuat pada 837,11 cm

  #1

  menyatakan pola substitusi#1,4 pada gugus aromatik. Secara singkat data analisis FTIR produk reaksi asam p#kumarat dengan propil amina disajikan dalam Tabel 1.

  Spektrum

  1 H#NMR dan

  produk reaksi asam p#kumarat dengan propil amina secara singkat dipaparkan dalam Tabel 2.

  II pada 1627,92 cm

  Semua data dari spektrum FTIR pada Tabel 1 maupun dari

  1 H#NMR dan

  

13

C#NMR pada Tabel 2 di atas bersesuaian

  dengan struktur senyawa produk sintesis N– propil#p#kumaramida.

  ,' ) , )'2 3 +,) ,( ./ /,+

  Senyawa N,N–dietil#p#kumaramida diperoleh dari reaksi antara asam p# kumaramida dengan dietil amina juga diperoleh pada perbandingan mol reaktan 1:5 dan katalis asam borat 20% (persen mol terhadap reaktan pembatas), refluks dalam reaksi tersebut diperoleh produk berupa padatan putih dengan rendamen 37,90%, pada pemanasan akan terdekomposisi pada suhu 163

  o

  pada spektrum hasil analisis dengan spektroskopi FTIR produk reaksi ini semuanya sama dengan data di dalam Tabel 1, kecuali dengan tidak adanya pita serapan

  #1

  dan pita serapan amida

  Keberhasilan suatu reaksi sintesis sangat ditentukan oleh kondisi reaksi yang digunakan, meliputi: temperatur, waktu reaksi, perbandingan mol antara substrat dengan pereaksi. Pada reaksi sintesis ini, terlebih dahulu dilakukan penelusuran untuk mencari temperatur, waktu dan perbandingan mol yang tepat antara substrat dengan pereaksi untuk memperoleh produk yang maksimal.

  #1

  Salah satu senyawa amida hasil sintesis yang mirip dengan senyawa# senyawa target sintesis dalam penelitian ini adalah sintesis senyawa N#benzil#4# butiramida yang telah disintesis oleh Tang (2005). Di dalam sintesis tersebut, asam 4# fenilbutirat direaksikan dengan benzilamina dengan menggunakan katalis asam borat 1% mol yang direfluks di dalam pelarut toluena. Oleh karena itu, metode Tang (2005) ini telah dicoba diadopsi, namun pada reaksi sintesis senyawa N–propil# p# kumaramida ternyata toluena tidak dapat digunakan karena asam p#kumarat yang digunakan sebagai substrat memiliki kelarutan yang sangat kecil dalam pelarut toluena. Setelah dilakukan uji kelarutan, asam p#kumarat larut sempurna dalam aseton yang selanjutnya digunakan sebagai pelarut, namun dengan pelarut aseton tidak memberikan produk yang diharapkan. Hal ini diduga karena suhu titik didih aseton belum mampu mendorong reaksi tersebut dapat terjadi.

  Penggunaan pelarut DMF telah berhasil memberikan produk yang diharapkan. Pada penerapan perbandingan amina) dan katalis asam borat 20% (persen mol terhadap mol reaktan pembatas) diperoleh N–propil#p#kumaramida berupa padatan putih dengan suhu dekomposisi 171

  o C dengan rendamen sebesar 11,3%.

  Pada penerapan kuantitas propil amina yang besar yaitu pada perbandingan reaktan 1 : 5 menyebabkan peningkatan rendemen menjadi 37,1%.

  Spektrum hasil analisis dengan spektrofotometer FTIR memberikan puncak#puncak serapan kuat pada 3525,88 cm

  #1

  dan 3446,79 cm

  yang masing berasal dari vibrasi rentangan N#H dan O#H, pita serapan dengan tajam dengan intensitas rendah pada 3082 cm

  #1

  #1

  berasal dari rentang H#C tak jenuh, dan keberadaan serapan pada 1608,63 cm

  #

  1 dan 1512 cm

  #1

  mempertegas bahwa gugus tak#jenuh tersebut adalah aromatik. Serapan pada 1635,64 cm

  #1

  menyatakan keberadaan gugus tak#jenuh lain dalam senyawa tersebut, yaitu olefin. Keberadaan gugus amida di dalam senyawa tersebut ditunjukkan dengan pita serapan amida I pada 1653,00 cm

C. Pita serapan yang muncul

  #1

  N#H dan C#N#H pada 3525,88 cm dan struktur senyawa N,N–dietil#p#kumaramida

  #1 1627,92 cm . Ketidakhadiran kedua pita yang merupakan senyawa amida tersier.

  serapan tersebut sangat bersesuaian dengan Tabel 1. Data hasil analisis FTIR produk reaksi asam p#kumarat dengan propil amina

  • * , , -,

    " *( , ' )' , ( 1, , , ' ) ) '7 '8 .7.

    ) - ' 5 /

  6

  3525,88 Tajam Kuat Rentangan N#H 1635,64 Tajam Sedang Rentangan C=O Amida sekunder 1627,92 Tajam Sedang Bengkokan C#N#H 3446,79 Lebar Kuat Rentangan O#H Fenolik 3082 Tajam Lemah Rentangan H#C Tak jenuh

  sp2

  1635,64 Tajam Sedang Rentangan C=C Olefin 1608,63 dan 1512 Tajam Sedang Rentangan C=C Aromatik aromatic 2924,09 dan Tajam Sedang Rentangan H#C Alkil

  sp3

  2852,72 1456,26 Tajam sedang Guntingan CH Metilen

  2

  1375,25 Tajam sedang Guntingan CH Metil

  3

  837,11 Tajam Kuat Aromatik Aromatik tersubstitusi#1,4

  1

  13 Tabel 2. Data hasil analisis H#NMR dan C#NMR produk reaksi asam p#kumarat dengan

  propil amina

  " * , , * *'8 ,( , -) 7) ) ' - * *' 5--/6% 0./( & ,( , -) 7) ) '

  9 *' 5--/6

  #CH=CH#C=O posisi 7,305 (1H, d, J= 5,5 Hz) 6,805 137,44 (C#β)

  β, α (1H, d J = 5,5 Hz) 115,26 (C#α)

  =CH#Ar 7,07 (2H, dd, J= 6,8 Hz & 3 Hz) 128,32

  (Kopling orto/meta) 6,75 (2H, dd, J= 6,8 Hz & 3 Hz) 116, 14

  #C#terminal fenil # 129,42 C#OH aromatic 3,39 melebar, (#OH) 156,53

  C=O amida # 158,22 Rantai Alkil N#CH 6,65 q 48,92

  2

  #CH # 2,21 multiplet 28,70

  2

  #CH 2,01 t 28,70

  3

  asam borat 30% (persen mol), refluks pada

  o ,' ) , )'2 3 -,-) ,+,',( suhu 146 C di dalam pelarut DMF selama ./ /,+ 16 jam. Melalui reaksi tersebut diperoleh

  produk berupa padatan putih dengan Senyawa piperidinil#p#kumaramida rendamen 29,84%, dan pada pemanasan diperoleh dari reaksi antara asam p#

  o

  akan terdekomposisi pada suhu 185 C. kumaramida dengan piperidin pada

  Hasil analisis spektroskopi FTIR (Tabel 3), perbandingan mol reaktan 1:1 dan katalis

  1

  13 serta data H#NMR dan C#NMR (Tabel 4) struktur senyawa piperidinil#p#kumaramida.

  produk sintesis ini telah bersesuaian dengan Tabel 3. Data hasil analisis FTIR produk reaksi asam p#kumarat dengan piperidin

  • * , , -, *( , ' )' , ( 1, , , ' ) ) '7 '8 .7. " ) - ' 5 /

  6

  1653,00 Tajam Sedang Rentangan C=O 3448,50 Lebar Kuat Rentangan O#H Fenolik 3082,25 Tajam Lemah Rentangan H#C Tak jenuh

  sp2

  1627,92 Tajam Sedang Rentangan C=C Olefin 1608,63 dan Tajam Sedang Rentangan C=C Aromatik 1512,19 aromatic 2920,23 dan Tajam Sedang Rentangan H#C Alkil

  sp3

  2848,86 1456,26 Tajam sedang Guntingan CH Metilen

  2

  1381,03 Tajam sedang Guntingan CH Metil

  3

  833,25 Tajam Kuat Aromatik Aromatik tersubstitusi#1,4 Olefin konfigurasi trans

  1

  13 Tabel 4. Data hasil analisis H#NMR dan C#NMR produk reaksi asam p#kumarat dengan

  piperidin

  " ,( , ) 7) ) ' ! " * , , * *'8 *' ,( , ) 7) ) ' 9 5--/6 5--/6

  C=O # 158,42 C#OH aromatik 5,02 dan 5,00 melebar 156,59

  #CH=CH# posisi β 7,00 # 7,20 145,03 =CH# orto 7,25 # 7,23 136,94

  #C#terminal fenil # 128,56 #CH=CH# posisi α 6,71 # 6,73 116,24

  =CH# meta 6,68 # 6,67 115,96 CH posisi αpiperidinil ~ 3,35 # 3,36 ~ 47,00#49,00

  2 CH posisi βpiperidinil ~ 2,00 – 2,20 41,00

  2 CH posisi#γpiperidinil ~ 1,25 #1,50 26,89

  2

  memiliki > N#propil#p#kumaramida dengan nilai IC berturut#turut adalah 5,34 6g/mL,

  0, ,1, ) & + - )( ./*

  50 (). )/, 23,50 ;g/ml, dan 53,56 ;g/ml. Senyawa

  Semua produk sintesi yang piperidinil#p#kumaramida memiliki diperoleh telah dilakukan uji aktivitasnya aktivitas anti sel tumor yang lebih kuat terhadap sel tumor leukimia P388 di daripada senyawa (E)#1#[3’,4’# Laboratorium Kimia Bahan Alam (metilendioksi)sinamoil]#piperidina dengan Departemen Kimia FMIPA ITB. nilai IC 9,8 ;g/ml (Ee, et al., 2010).

  50 Berdasarkan nilai IC –nya, maka urutan Apabila dibandingkan lebih lanjut dengan

  50

  kekuatan aktivitasnya: piperidinil#p# nilai IC p#kumamida yang diperoleh oleh

  50

  kumaramida > N,N#dietil#p#kumaramida Firdaus et al. (2009) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan nilai IC

  50

  ITB atas kerja samanya dalam menguji aktivitas, pihak Laboratorium Kimia Puspitek Serpong atas kerjasamanya dalam melakukan analisis spektroskopi NMR, dan pihak Laboratorium Terpadu Jurusan Kimia

  dipulikasikan, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

  Metabolit Sekunder dari Ekstrat Etilasetat Kulit Akar Tumbuhan Kleinhovia hospita Linn. (Paliasa) dan Uji Toksitasnya Terhadap Artemia salina Leach, Tesis tidak

  Ilyas, A., 2008, Isolasi dan Idenfikasi

  oleh Fasih dan Siti Syamsiah, 2004, Edisi II, Universitas Airlangga Press, Surabaya

  Biofarmasetika dan Farmakokinetika, Diterjemahkan

  A., 1988,

  Shargel, L., and Yu,

  Chemica Acta,:Vol. # : 2

  Firdaus, Soekamto, N. H., dan Karim, A., 2009, Sintesis Senyawa p# Hidroksinamamida dari Asam p# Hidroksisinamat Melalui Reaski Esterifikasi dan Amonolisis, J.

  Piper Nigrum, Molecules, "; : 2398# 2404.

  Ee, G. C. L., Lim, C. M., Rahmani, M., Shaari, and Bong, C. F. J., 2010, Pellitorine, a Potential Anti#Cancer Lead Compound against HL60 and MCT#7 Cell Lines and Microbial Transformation of Piperine from

  :

  FMIPA Unhas atas kerjasamanya dalam melakukan analisis spektroskopi FTIR.

  Terima kasih yang takterhingga penulis sampaikan kepada Rektor Unhas atas perkenannya memberi dana penelitian melalui Hibah Penelitian Unggulan Program Studi, pihak Laboratorium Kimia Bahan Alam Departemen Kimia FMIPA

  golongan senyawa#senyawa p# kumaramida meningkat dari amida primer, sekunder, dan ke tersier.

  9 !

  Diantara ketiga senyawa tersebut, senyawa piperidinil#p#kumaramida yang paling berpotensil untuk diterapkan sebagai anti tumor.

  50 53,56 ;g/ml).

  23,50 6g/mL) > N#propil#p#kumaramida (IC

  50

  5,34 6g/mL) > N,N#dietil#p# kumaramida memiliki (IC

  50

  C di dalam pelarut DMF dan atmosfir nitrogen selama 16 jam. Ketiga senyawa hasil sintesis tersebut bersifat aktif terhadap sel tumor leukimia P388 dengan urutan kekuatan keaktifan adalah piperidinil#p#kumaramida (IC

  o

  C sampai 146

  o

  kumaramida, N,N#dietil#p#kumaramida, dan piperidinil#p#kumaramida dapat disintesis dari asam p#kumarat dengan amina primer dan sekunder yang sesuai menggunakan katalis basa pada kondisi refluks pada suhu antara 110

  p#kumaramida, yaitu N#propil#p#

  Berdasarkan bahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa senyawa turunan

  Tang, P., 2005, Boroc Acid Catalyzed Amide Formation From Carboxylic Acid and Amines:N#Benzyl#4# PheylButyramide, Organic Syntheses, Vol. 81, 262.