View of HUBUNGAN LAMANYA HEMODIALISA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI RSU KABUPATEN TANGERANG

  

HUBUNGAN LAMANYA HEMODIALISA DENGAN KUALITAS HIDUP

PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI RSU KABUPATEN TANGERANG

  Lastri Mei Winarni*Ridwan**

  • * Progam Studi S1 Keperawatan, STIKes Yatsi

    Email : meidilastri@gmail.com

  

Abstrak

Lamanya hemodialisa dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 53 responden didapatkan distribusi frekuensi

lamanya hemodialisa baru sebanyak 15 orang (28,3%), lamanya hemodialisa sedang sebanyak 10 orang (18,9%), dan

kelompok lamanya hemodialisa lama sebanyak 28 orang (52,8%). Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis dari hasil

penelitian terhadap 53 responden didapatkan distribusi frekuensi kualitas hidup cukup sebanyak 31 orang (58,5%),

kualitas hidup baik sebanyak 22 orang (41,5%) dan tidak ada satupun responden memiliki kualitas hidup kurang Tujuan

penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal

kronis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan secara

cross sectional. Lokasi penelitian di RSU Kabupaten Tangerang. Tehnik pengambilan sampel adalah Simple Random

Sampling berjumlah 53 responden. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan uji chi-square didapat p-value 0,694

dimana nilai tersebut > α (0,05), hal ini menunjukkan Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan antara lamanya

hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis di RSU Kabupaten Tangerang 2016. Kesimpulan

penelitian adalah tidak terdapat hubungan antara lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal

kronis.. Kata Kunci : lamanya hemodialisa dan kualitas hidpu pasien gagal ginjal kronis.

  

Abstract

Hemodialysis duration of the results of research conducted 53 respondents obtained frequency distribution of new

hemodialysis as many 15 people (28,3%), duration of medium hemodialysis as many 10 people (18,9%) and duration of

long group hemodialysis as many 28 people (52,8%). Quality of life patients with chronic renal failure of the results

conducted 53 respondents obtained frequency distribution quite quality of life as many 31 people (58,5%), good quality

of life as many 22 people (41,5%) and none of respondents have less quality of life. Purpose of research for to know

duration of hemodialysis with the quality of life patients with chronic renal failure. Research Methods used in this

research is descriptive correlation with cross sectional. Research sites in RSU Kabupaten Tangerang. The sampling

technique is simple random sampling with a total sample 53 respondents. Result showed by chi-square test p-value

0,694 obtained where value > α (0,05), it is Ho accepted, which means there is no relationship between duration of

hemodilysis with the quality of life pattients with chronic renal failure in RSU Kabupaten Tangerang 2016. Conclusions

from the study there is no relationship duration of hemodilysis with the quality of life pattients with chronic renal

failure..

  Keyword : Duration of hemodyalisis and quality of lfe pattients with chronic renal failure Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266

  PENDAHULUAN

  Gagal ginjal kronis telah menjadi masalah kesehatan utama di dunia dengan pravalensi yang terus meningkat. Penyakit ginjal mencakup berbagai penyakit dan gangguan yang mempengaruhi ginjal. Sebagian besar, penyakit ginjal menyerang unit penyaringan ginjal, nefron dan merusak kemampuan untuk menghilangkan limbah dan kelebihan cairan. Gangguan tersebut akan menimbulkan kerusakan secara progresif dan menahun pada berbagai perangkat fungsional di dalam ginjal, sehingga secara sistem, ginjal tidak lagi menjalankan fungsinya dengan sebagaimana mestinya dalam hal penyaringan darah, pengaturan pembuangan limbah tubuh, penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna bagi tubuh, maupun dalam memproduksi berbagai hormon tertentu

  1 .

  Penyakit gagal ginjal kronis di Amerika Serikat yang tediri dari 11% populasi atau 19,2 juta orang mengidap gagal ginjal kronis (Black & Hawks, 2014: 308). Gagal ginjal kronis juga menjadi masalah utama di negara- negara berkembang seperti Asia Tenggara. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara berkembang lainnya, insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk per tahun.

  Berdasarkan data yang ada di bagian rekam medis di RSU Kabupaten Tangerang, tercatat 299 klien selama Januari-April 2015 yang menderita gagal ginjal kronis. Jadi, setiap bulannya rata-rata sekitar 75 klien dengan gagal ginjal kronik yang di rawat di RSU Kabupaten Tangerang (Laporan Tahunan Rekam Medis Pasien Hemodialisa di Instalasi Rawat Inap).

  Pengobatan bagi penderita gagal ginjal kronis, umumnya dilakukan dengan pemberian terapi hemodialisis (HD) yang lebih dikenal dengan cuci darah sebagai pengganti tugas ginjal yang telah rusak agar tetap mampu mempertahankan fungsi tubuh sehari-hari. Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang telah dilaksanakan di rumah sakit rujukan.

  3 Gagal ginjal kronis dan terapinya secara

  signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien dan anggota keluarga. Ada banyak stressor dan perubahan hidup. Banyak perawatan yang diperlukan bagi pasien yang menjalani dialisis beserta keluarganya berkaitan dengan aspek psikososial dialisis. Pasien yang menerima perawatan dialisis sering merasakan perasaan yang bertentangan. Mereka menyadari bahwa terapi hemodialisis mengikat hidup mereka. Masalah psikosial yang umum terjadi mencakup perubahan bentuk tubuh, ketergantungan pada mesin dialisis, dan ketidakpastian akan masa depan. Perasaan pribadi pasien akan kelemahan dan hadirnya arteriovenous fistula (AVF) serta peralatan dialsis adalah pengingat tetap akan penyakit, hubungan dengan kerabat dan teman, pekerjaan, serta peran komunitas dan tanggung jawab sering berubah. Kebutuhan pasien akan kemandirian terus diancam oleh ketergantungan terhadap peralatan dialisis dan penyedia perawatan. Kualitas hidup pasien dengan end-stage renal disease (ESRD) secara positif dipengaruhi oleh transplantasi, terapi eritropoietin, dukungan sosial, dan pandangan positif terhadap kehidupan, serta kemampuan fungsional termasuk bekerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari

  4 .

  Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25 Mei 2016 di RSU Kabupaten Tangerang di ruang hemodialisa, berdasarkan data rekam medis terhitung sebanyak 111 orang yang menjalani terapi hemodialisis. Pasien rata-rata menjalani terapi hemodialisis sebanyak 2 kali dalam seminggu selama 4-5 jam per kunjungan dan pasien rata-rata sudah lama menjalani terapi hemodialisis tersebut. Hasil wawancara dengan pasien yang sedang melakukan cuci darah mengatakan bahwa pasien rata-rata rutin melakukann cuci darah, apabila terlambat melakukan cuci darah akan mengalami gejala seperti lemas, pusing dan biasanya sesak nafas. Kegiatan dan kemampuan pasien untuk beraktivitas/bekerja juga terganggu dan terbatasi. Berdasarkan permasalahan terkait dengan terapi hemodialisa denga kualitas hidup, maka penting dilakukan penelitian ini, guna mengetahui hubungan lamanya hemodialisa dengan kulitas hidup pasien gagal ginjal kronis.

METODOLOGI PENELITIAN

  (n-53) Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa dari 53 responden sebagian besar rata-rata pada umur 51-65 tahun sebanyak 30 orang (56,7%).

  100

  53 13,2 22,6 56,7 7,5

  4

  30

  12

  7

  Total

  4 20-35 36-50 51-65 >65

  3

  2

  1

  No Umur Jumlah (n) Persentase (%)

  Jenis Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel satu dengan variabel yang lainnya. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui hubungan lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup pasien dengan gagal ginjal kronis di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2016.

  Lokasi dan Waktu Penelitian

  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Ruang Hemodialisa RSU

  HASIL PENELITIAN Analisa Univariat Tabel 5.1

  Hasil uji reliabilitas instrument tentang kualitas hidup menghasilkan nilai cronbach alpha sebesar 0,927 dan 0,921. .

  . Dimana diperoleh r hitung 0,673 sampai dengan 0,785, jadi item petanyaan yang valid sebanyak 8 pertanyaan dan yang tidak valid sebanyak 3 pertanyaan. Dalam hal tersebut, peneliti membuang 3 pertanyaan yang tidak valid tersebut, sehingga total pertanyaan yang valid tentang instrumen kualitas hidup sebanyak 31 item pertanyaan.

  7

  23 pertanyaan tentang kualitas hidup yang valid dan 11 pertanyaan yang tidak valid. Namun, peneliti tidak membuang pertanyaan yang tidak valid tersebut, sehingga peneliti melakukan uji validitas dengan 10 responden terhadap 11 pertanyaan yang tidak valid tersebut. Didapatkan df=10-2= 8, jadi besar df 0,632

  Uji validitas instrumen menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan tingkat kemaknaan 5%, sehingga didapatkan angka r tabel=0,444. Hasil uji validitas diperoleh r hitung 0,512 sampai dengan 0,793, didapatkan

  Uji validitas dan reliabilitas

  . Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan pasien gagal ginjal kronis yang sedang melakukan terapi hemodialisis di ruang Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang yang berjumlah 111 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang sedang menjalani terapi hemodialisa di RSU Kabupaten Tangerang. Sampel yang harus diambil adalah 53 orang. Tekhnik pengambilan sampel yaitu menggunakan tekhnik random sampling, Pengambilan sampel ini dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi.

  5

  Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

  Populasi dan sampel

  Penelitian ini telah dilakukan di RSUD Kabupaten Tangerang. Waktu pengambilan data telah dilaksanakan pada Bulan Mei 2016.

  KabupatenTangerang Tahun 2016

Tabel 5.3 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Distribusi Frequensi Berdasarkan

  

Berdasarkan Pendidikan di Ruang Pekerjaan Responden di Ruang

Hemodialisa RSU Kabupaten Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang Tangerang Tahun 2016

  

Tahun 2016 (n=53)

(n=53) No Pekerjaan Jumlah Persentase No Pendidikan Jumlah Persentase (n) (%) (n) (%)

  1 15 28,3

  IRT

  1 SD 16 30,2

  2 Swasta/Buruh 11 20,8

  2 SMP 11 20,8

  3 Wiraswasta 6 11,3

  3 SMA 21 39,5

  4 PNS 3 5,7

  4 PT 3 5,7

  5 Pensiunan 5 9,4

  5 Tidak 2 3,8

  6 Tidak bekerja 13 24,5 Sekolah

  Total 53 100 Total 53 100 Tabel 5.5

  Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa dari

  Distribusi Frekuensi Responden

  53 responden sebagian besar adalah

  Berdasarkan Lamanya Hemodialisa di

  berpendidikan SMA sebanyak 21 orang

  Ruang Hemodialisa RSU Kabupaten

  (39,5%) dan yang tidak sekolah sebanyak 2

  Tangerang orang (3,8%). Tahun 2016 (n=53) Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden No Lamanya Jumlah Persentase HD (n) (%) Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang

  1 Baru (<12 15 28,3 Tahun 2016 bln)

  (n=53)

  2 Sedang (12- 10 18,9 No Jenis Jumlah Persentase (%) 24 bln)

  3 Lama (>24 28 52,8 Kelamin (n) bln)

  1 Laki-laki 24 45,3 Total 53 100

  2 Perempuan 29 54,7

  Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 53 responden sebagian besar pasien

  Total 53 100

  dalam kategori lama menjalani HD yaitu sebanyak 28 orang (52,8%). Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa dari 53 responden mayoritas jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 29 orang (54,7%), dan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (45,3%).

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Respondn Berdasarkan Kualitas Hidup di Ruang Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2016 (n=53)

  22

  53 100

  28 100 Total 31 58,5 22 41,5

  10 100 Lama 16 57,1 12 42,9

  4 Sedang 7 70,0 3 30,0

  Baru 8 53,3 7 46,7 15 100 0,69

  To tal Persent ase (%)

  Cukup Baik Tota l Perse ntase (%)

  P- Valu e

  Kualitas Hidup To tal Persent ase

  53 58,5 41,5 100 Lama HD

  31

  Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 53 responden kualitas hidup pasien sebagian besar memiliki kualitas hidup cukup yaitu sebanyak 31 orang (58,5%),dan tidak ada satupun responden memiliki kualitas hidup kurang.

  Cukup Baik Total

  2

  1

  No Kualitas Hidup Jumlah (n) Persentase (%)

  responden mayoritas jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 29 orang (54,7%), dan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (45,3%). Hasil penelitian yang tidak sama dilakukan oleh Nurchayati (2011), dimana jumlah responden yang menjalani HD di RS Yogyakarta sebanyak 62,5% berjenis kelamin laki-laki. Hal yang tidak sama juga dilakukan oleh penelitian lain bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani HD di RS. Dr. M. Djamil Padang sebagian besar adalah laki-laki (67,6%) dibandingkan dengan perempuan (32,4%). Responden lebih banyak yang laki-laki

  7. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 53

  . Hal ini selaras dengan hasil penelitian, jika dilihat dari usia pada umumnya dengan meningkatnya umur, maka kualitas hidup akan menurun. Usia juga erat hubungannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup. Sesuai dengan teori, sesudah usia 40 tahun akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus secara progresif hingga usia 70 tahun, kurang lebih dari 50% dari normalnya

  6

  Berdasarkan uji statistik chi-square dan didapat P-Value sebesar 0,694 dimana nilai tersebut > α (0,05), maka Ho : diterima , yang berarti tidak ada hubungan antara lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis di RSU Kabupaten Tangerang. Dilihat dari distribusi frekuensi umur, sebagian besar responden dalam penelitian ini berada pada rentang umur 51-65 tahun yaitu sebanyak 40 orang (56,6%). Hasil penelitian oleh Dewi (2015), sebagian besar responden penelitiannya berada pada rentang umur 41-60 tahun sebanyak 32 orang (53,3%), kelompok umur 20-40 tahun sebanyak 17 orang (28,3%), dan kelompok umur lebih dari 60 tahun sebanyak 11 orang (18,3%) sedangkan hasil penelitian lain menunjukkan responden yang berumur tua lebih banyak yaitu 51 orang (53,7%) dibandingkan umur yang lebih muda yaitu 44 orang (46,3%) dengan umur rata-rata pasien yang menjalani HD akibat GGK berusia 44,82 tahun

3 Kurang

  Berdasarkan tabel 5.7 di atas menunjukkan analisa bivariat antara hubungan lamanya hemodalisa dengan kualitas hidup hasil crosstabulation dari 53 responden yaitu lamanya hemodialisa baru dengan kualitas hidup cukup sebanyak 8 orang (53,3%) dan kualitas hidup baik sebanyak 7 orang (46,7%), untuk lamanya hemodialisa sedang dengan kualitas hidup cukup sebanyak 7 orang (70,0%) dan kualitas hidup baik sebanyak 3 orang (30,0%), sedangkan lamanya hemodialisa lama dengan kualitas hidup cukup sebanyak 16 orang (57,1%) dan kualitas hidup baik sebanyak 12 orang (42,9%).

Tabel 5.7 Hasil crosstabulation hubungan lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup (n=53) kemungkinan disebabkan oleh gaya hidup responden laki-laki yang suka merokok dan minum kopi, responden laki-laki umumnya diawali oleh penyakit hipertensi dan beberapa juga oleh stroke, dimana penyakit tersebut dapat disebabkan oleh merokok dan konsumsi kafein

  8

  . Pasien yang menjalani HD seringkali merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya, biasanya pasien akan mengalami masalah keuangan dan kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan 13.

  15 .

  Jangka waktu terlama responden menjalani HD adalah 168 bulan, sedangkan yang terpendek adalah 4 bulan. Hemodialisa terapi pengganti ginjal yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal. Seseorang yang telah divonis menderita gagal ginjal kronis harus menjalani terapi pengganti ginjal seumur hidup dan salah satu pilihannya adalah hemodialisa

  14 .

  . Hasil penelitian yang serupa dilakukan oleh penelitian lain bahwa responden telah menjalni hemodialisis rata-rata 29, 37 bulan

  13

  Hasil penelitian menjukkan bahwa dari 53 responden dengan lamanya hemodialisa baru sebanyak 15 orang (28,3%), lamanya hemodialisa sedang sebanyak 10 orang (18,9%), dan kelompok lamanya hemodialisa lama sebanyak 28 orang (52,8%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain dengan hasil penelitian lamanya hemodialisa yang kelompok baru sebanyak 11 responden atau (18,3%), lamanya hemodialisa yang kelompok sedang sebanyak 8 responden atau (13,3%) dan lamanya hemodialisa kelompok lama sebanyak 41 responden atau (68,3%)

  12

  . Hal ini tidak sesuai yang dilakukan hasil penelitian ini, dimana pada hasil penelitian sebagian responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang (54,7%). Pada dasarnya dijelaskan di beberapa literature bahwa pasien gagal ginjal kronis tidak dipengaruhi antara laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama untuk menderita gagal ginjal kronis

  Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 53 responden dengan pekerjaan IRT sebanyak 15 orang (28,3%), Swasta/Buruh 11 orang (20,8%), Wiraswasta 6 orang (11,3%), PNS 3 orang (5,7%),Pensiunan 5 orang (9,4%), dan yang tidak bekerja sebanyak 13 orang ( 24,5%). Hasil penelitian ini dikarenakan sebagian besar sampel responden yang berjenis perempuan sehingga sebagaian besar responden bekerja sebagai IRT (28,3%). Pada umumnya responden yang tidak beraktivitas/bekerja, pekerjaan/kegiatan yang dilakukannya sehari-hari hanya duduk-duduk, nonton, tidur, makan dan tidak ada lagi aktivitas yang lain disebabkan oleh tenaga mereka sudah tidak kuat lagi dan responden merasa cepat lelah

  11 .

  . Dalam tinjauan teori tidak dijelaskan keterkaitan antara pendidikan dengan kejadian penyakit ginjal maupun pasien yang telah menjalani terapi hemodialisis. Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan yang dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan yang akan dan harus dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya. Semakin tinggi pendidikan seseorang kesadaran untuk mencari pengobatan dan perawatan akan masalah kesehatan yang dialaminya juga akan semakin tinggi

  10

  Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 53 responden dengan pendidikan SD sebanyak 16 orang (30,2%), SMP 11 orang (20,8%), SMA 21 orang (39,6%), PT sebanyak 3 orang (5,7%) dan yang tidak sekolah sebanyak 2 orang (3,8%). Hasil penelitian yang sama juga dilakukan penelitian lain dimana sebagian besar responden berpendidikan tinggi terdiri dari SMA & PT (73,5%), sedang berpendidikan rendah terdiri dari SD & SMP (26,5%)

  9 .

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 53 responden kualitas hidup cukup sebanyak 31 orang (58,5%), kualitas hidup baik sebanyak 22 orang (41,5%) dan tidak ada satupun responden memiliki kualitas hidup kurang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan lain dengan hasil mayoritas responden memiliki kualitas hidup sedang sebanyak 45 responden atau (75,0%) dan responden yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 15 responden atau ( 25,0%)

  16

  Semakin lama pasien menjalani terapi hemodialisis, kepatuhannya terhadap terapi hemodialisis semakin berkurang dan mulai beralih ke pengobatan alternatif, sehingga terapi ginjal tidak efisien. Lamanya HD bisa mengakibatkan responden bosan dan sebaliknya kualitas hidup semakin menurun, hal ini dikarenakan adanya beberapa kondisi komorbiditas yang dialami responden dan beberapa penyakit penyerta lainnya

  HD Superior for Phospate Lowering

  Pentasada Media Edukasi 3. Charnow, JA. (2010). Study: Nocturnal

  Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Buku 3 Edisi Bahasa Indonesia . Jakarta:

  html pada tanggal 28 Februari 2016 2. Black, J.M. & Hawks, J.H. 2014,

  Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Tentang Hemodialisa dengan Kepatuhan Pelaksanaan Hemodialisa . Diakses dari http://ilhamrohmat.com/2010/01proposal.

  Anees, 2011. Hubungan Tingkat

  Referensi 1.

  Penelitian ini menunjukkan Tidak ada hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis di RSU Kabupaten Tangerang dengan nilai p value 0,694. Maka daripada itu Peneliti menganjurkan pasien untuk melaksanakan terapi hemodialisis secara teratur serta menawarkan dialisis di rumah dan motivasi kepada pasien sehingga kualitas hidup psien diharapkan semakin baik.

  23 .

  22 .

  . Hasil penelitian lain didapatkan sebagian besar responden memiliki kualitas hidup kurang yaitu 26 orang (86,7%), sedangkan responden yan memiliki kualitas hidup baik lebih sedikit yaitu 3 orang (13,3%)

  . Namun, penelitian lain menemukan sebaliknya bahwa semakin lama penderita gagal ginjal kronis menjalani terapi hemodialisis maka, penderita gagal ginjal kronis semakin dapat beraptasi dengan segala aktifitas rutin yang dijalaninya sehingga hal tersebut akan mendukung kualitas penderita gagal ginjal tersebut

  21

  . Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan dengan pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya, karena kualitas hidup merupakan suatu yang bersifat subyektif

  20

  Hasil penelitian menunjukkan analisa bivariat antara hubungan lamanya hemodalisa dengan kualitas hidup hasil crosstabulation dari 53 responden yaitu lamanya hemodialisa baru dengan kualitas hidup cukup sebanyak 8 orang (53,3%) dan kualitas hidup baik sebanyak 7 orang (46,7%), untuk lamanya hemodialisa sedang dengan kualitas hidup cukup sebanyak 7 orang (70,0%) dan kualitas hidup baik sebanyak 3 orang (30,0%), sedangkan lamanya hemodialisa lama dengan kualitas hidup cukup sebanyak 16 orang (57,1%) dan kualitas hidup baik sebanyak 12 orang (42,9%). Berdasarkan uji statistik chi-square dan didapat P-Value sebesar 0,694 dimana nilai tersebut > α (0,05), maka Ho : diterima , yang berarti tidak ada hubungan antara lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis di RSU Kabupaten Tangerang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain dengan nilai p value = 0,371 yang mengatakan bahwa dimana tidak ada hubungan yang bemakna antara lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup responden

  19 .

  Ini membuktikan bahwa hemodialisa merupakan terapi untuk memaksimalkan kualitas hidup pasien. Ketika 90 % atau lebih fungsi ginjal bermasalah, maka hanya transplantasi dan hemodialisis yang dianjurkan untuk memperpanjang dan memaksimalkan kualitas hidup pasien atau Health Realeted Quality of Life

  18 .

  , penelitian lain menunjukkan didapatkan hasil jumlah responden yang hidupnya kurang berkualitas sebanyak 45 orang (47,4%) dan yang berkualitas baik sebanyak 50 orang (52,6%)

  17

KESIMPULAN DAN SARAN

  dalam

  Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R & D . Bandung:

  15. Smeltzer, S.C, & Bare, B.G, 2002.

  Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 .

  EGC: Jakarta 16. Suciadi, L.P. 2010. Anda Bertanya,

  Dokter Menjawab: Kesehatan Ginjal Dan Saluran Kemih . Jakarta: PT Bhuana

  Ilmu Populer 17. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang &

  Alwi Idrus. 2006. Buku Ajar Ilmu

  Penyakit Dalam . Jakarta: Fakultas

  Kedokteran Universitas Indonesia 18. Sugiyono.2011.

  ALFABETA 19. Suryarinilsih, Y. 2010. Hubungan

  pada tanggal 28 Februari 2016 14. Sapri, Akhmad, 2008. Asuhan Gagal

  Penambahan Berat Badan Antara Dua Waktu Dialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di RS Dr. M. Djamil Padang. Tesis

  20. Suwitra, Ketut, 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

  Jilid 1, Edisi IV , Jakarta. Pusat Penerbitan

  Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 596-599 21. Syamsir, A & Hadibroto, I. 2007. Vita

  Health: Gagal Ginjal . Jakarta : Gramedia

  Pustaka Utama 22. Yartin, 2012. Faktor-faktor yang

  Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Undata Palu . Skripsi

  23. Yuliaw, A. 2009. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kualitas Hidup Dimensi Fisik Pasien Gagal Ginjal Kronik di RS Dr. Kariadi Semarang. Diakses dari

  digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtpuni mus-gdl-annyyuliaw-5289-2-bab2.pdf

  Ginjal Kronik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan dalam Mengurangi Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung . Skripsi

  http://www.sahabatginjal.com/display.art icles.aspx/artid

  http://www.renalandurologynews.com

  Masyrakat Universitas Indonesia 9. Jones, J & Fix, B. 2009. Seri Panduan

  diakses tanggal 28 Februari 2016 4. Desita, 2010. Pengaruh Dukungan

  Keluarga Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP HAM Medan . Tesis

  5. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2 Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan .

  Jakarta: Salemba Medika 6. Ferrans, C.E & Powers, M. Description of the quality of life index (QLI), 25

  Februari 2016. http://www.uic.edu/orgs/qli.

  7. Dewi, S.P, 2015. Hubungan Lamanya

  Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta . Naskah

  Publikasi 8. Hastono, S.P.2007. Analisa Data

  Kesehatan . Depok: Fakultas Kesehatan

  Klinis: Perawatan Kritis . Penerbit

  Diakses dari

  Erlangga 10. Notoatmodjo, S. 2012. Metedologi

  Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka

  Cipta 11. Nurchayati, Sofiana. 2011. Analisis

  Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap dan Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas . Depok: FIK UI. Tesis

  12. Prodjosudjadi, W. & Suharjdono, A.

  (2009). End-stage renal disease in Indonesia, Division of Nephrology and

  Hypertension, Departement of Internal Medicine, University of Indonesia .

  Vol.16, p. S133-36.

  13. Sahabat ginjal, 2009. Delapan faktor resiko mendeteksi penyakit ginjal kronik.

  pada tanggal 28 Februari 2016