EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMK NEGERI 17 SAMARINDA

  

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF

TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN

BIOLOGI DI SMK NEGERI 17 SAMARINDA

  Disusun oleh:

  Desy Sukma Risalahwati Nim : 1505016001

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARMAN 2016

  LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

  Judul Penelitian :

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMK NEGERI 17 SAMARINDA

  Disusun oleh:

  Desy Sukma Risalahwati Nim : 1505016001

  Samarinda,

  Disetujui Oleh: Diketahui Oleh:

  Penguji, Pembimbing, .......................................... ...................................

  Guru Besar FKIP Biologi Unmul . .............................

  2

KATA PENGANTAR

  Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penulis dalam menyusun proposal statistik ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.

  Tidak menutup kemungkinan bahwa penulisan proposal ini banyak terdapat kekurangan yang mendasar disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan penulis, dimana penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan bekal ilmu pengetahuan yang penulis miliki untuk mencapai hasil yang lebih baik.

  Di dalam penulisan proposal ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan yang mendukung dari berbagai pihak baik itu berupa saran-saran dan masukan, maka penulis akan banyak mengalami kesulitan dan hambatan yang cukup berarti. Bantuan dan bimbingan tersebut merupakan faktor pendukung yang sangat penting dan bermanfaat bagi penulis.

  Samarinda, Februari 2016 Penulis

  

DAFTAR ISI

  Kata Pengantar ...................................................................................................i Daftar Isi ......................................................................................................... ii

  BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

  1.3 Batasan Masalah…………………………….…………………………… 4

  1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................... 4

  1.5 Manfaat Penelitian………….…………………………………………… 4

  1.6 Hipotesis………………………………………………………............... 5

  BAB II Tinjauan Pustaka……........................................................................ 6

  2.1 Metode Pembelajaran Berfikir Induktif.................................................... 6

  2.2 Pengertian Belajar...................................................................................... 9

  2.3 Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran Biologi …………………………….. 10

  2.4 Aktivitas Belajar…………………………………………………………. 12

  BAB III Metodologi Penelitian..………………….………………………..... 14

  3.1 Metode Penelitian……………………………...………………………… 14

  3.2 Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………. 14

  3.3 Variabel Penelitian ……………………………..………………………... 15

  3.4 Populasi dan Sampel………………………….………………………….. 15

  3.5 Prosedur Penelitian ………………………………………………………. 16

  3.6 Teknik Analisa dan Pengumpulan Data…………………………………. 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Dewasa ini dibutuhkan pembelajaran yang melibatkan pengalaman langsung. Pembelajaran tersebut menuntut siswa untuk lebih aktif dalam menggali pengetahuan melalui pengamatan dan pembelajaran langsung. Begitu juga pada pembelajaran Biologi yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas,2006 : 484).

  Dalam proses penemuan diharapkan siswa mampu berperan aktif menggali pengetahuan yang mereka miliki, dengan memprediksi terhadap pola- pola apa yang mungkin dapat diamati, kegiatan pengamatan atau observasi, serta kegiatan yang dapat melatih retorika siswa yaitu mengkomunikasikan atau menjelaskan keterkaitan antara prediksi dan hasil observasi pada orang lain. Kegiatan dalam proses penemuan tersebut akan membentuk pembelajaran bermakna bagi siswa. Dimana dalam pembelajaran tersebut siswa benar- benar memahami ilmu tersebut. Tidak hanya sekedar hafalan. Sehingga diharapkan dapat membantu tercapainya kompetensi dasar Biologi.

  Untuk mencapai kompetensi dasar Biologi siswa tidak hanya dituntut dalam penguasaan materi, namun juga keterampilan berpikir induktif. Karena di dalam pembelajaran Biologi begitu banyak fenomena-fenomena alam dan masalah-masalah yang berhubungan dengan alam dan makhluk hidup. Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, maka disetiap materi yang diajarkan siswa terlebih dahulu akan disajikan fakta-fakta dan permasalahan- permasalahan yang nantinya siswa sendiri yang akan menemukan jawabannya dan menyimpulkannya (berpikir induktif).

  Makna dari berpikir induktif itu sendiri menurut Markman & Gentner (dalam Santrock 2010) yakni mengambil kesimpulan (membentuk konsep) tentang semua anggota suatu kategori berdasarkan observasi dari beberapa anggota. Dalam berpikir induktif terbentuk sebuah proses berpikir. Dimulai dari pengidentifikasian data, pengelompokan, sehingga terbentuk suatu konsep, menginterpretasi dan menyimpulkan data serta menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam situasi permasalahan. Oleh karena itu dalam pembelajaran Biologi dibutuhkan kegiatan pembelajaran berupa pengalaman langsung siswa yang mencakup proses identifikasi, pengelompokan, interpretasi, menyimpulkan data serta aplikasi prinsip sesuai dengan permasalahannya.

  Untuk merealisasikan kegiatan tersebut proses pembelajaran yang langsung sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, model pembelajaran yang digunakan guru kurang efektif untuk menanamkan konsep pengetahuan dan pengalaman pada diri siswa. Pembelajaran yang ada masih cenderung konvensional dan verbalisme. Dimana peran siswa dalam pembelajaran masih minim. Hal ini berdampak pada terhambatnya keaktifan dan kreatifitas siswa. Sehingga berdampak pula pada perkembangan keterampilan berpikir induktif siswa.

  Pernyataan tersebut didukung oleh kenyataan di lapangan, yakni di SMK N17 Samarinda. Berdasarkan observasi dan uji coba instrumen berpikir induktif yang telah dilakukan peneliti, didapati proses pembelajaran yang berlangsung belum menunjukkan pasrtisipasi aktif siswa secara menyeluruh. Siswa cenderung pasif dan berperan sebagai objek dalam pembelajaran, hanya mendengarkan dan menulis informasi dari guru, kemampuan berpikir terasa kurang dikembangkan, interaksi antara guru dengan siswa masih kurang dan cenderung satu arah, hal ini dikarenakan guru mendominasi kegiatan pembelajaran dan kurang adanya variasi pembelajaran sehingga pembelajaran yang berlangsung kurang begitu menarik perhatian siswa. Hal ini diperkuat oleh hasil uji coba instrumen keterampilan berpikir induktif diperoleh 35,09% siswa tuntas dengan nilainya >80 yang merupakan KKM pelajaran Biologi. Sedangkan sisanya 64,10% belum tuntas karena nilainya masih dibawah KKM.

  Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di atas menunjukkan bahwa masih mendominasinya peran guru dalam kegiatan pembelajaran yang berdampak pada rendahnya keaktifan siswa dan juga rendahnya keterampilan berpikir induktif siswa di kelas XII SMK N 17 Samarinda. Maka dari itu perlu adanya perbaikan dan perubahan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru agar pembelajaran yang ada terkemas menarik dan melibatkan siswa secara aktif serta dapat merangsang kemampuan berpikir siswa, khususnya berpikir induktif dan juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk meningkatkan keterampilan berpikir induktif siswa dengan menerapkan model pembelajaran berpikir induktif.

  Adapun tujuan dari penelitian yang menerapkan model pembelajaran sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan aktivitas guru dalam pembelajaran; (2) Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran; (3) Mendeskripsikan keterampilan berpikir Induktif siswa setelah pembelajaran, (4) Mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah pembelajaran (5) Mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran berpikir induktif.

  Upaya peningkatan keterampilan berpikir induktif siswa yang dilakukan peneliti yaitu dengan menerapkan model pembelajaran berpikir induktif yang merupakan karya besar Hilda Taba. Suatu strategi mengajar yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengolah informasi (Uno,2009:12). Beberapa teori yang melandasi berpikir induktif diantaranya yaitu teori piaget dan teori konstruktivisme yang menjelaskan tentang belajar bermakna.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh penerapan metode pembelajaran berfikir induktif terhadap aktivitas dan hasil belajar pada materi Ekologi untuk kelas XII SMK N 17 Samarinda”?

  1.3 Batasan Masalah

  Masalah yang diteliti pada penelitian ini dibatasi hanya pada aktivitas dan hasil belajar Biologi siswa kelas XII SMK N 17 Samarinda akan lebih baik apabila menggunakan metode pembelajaran berfikir induktif.

  1.4 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Metode pembelajaran berfikir induktif terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas

  XII SMK N 17 Samarinda.

  1. Bagi Siswa Diharapkan penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran berfikir induktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

  2. Bagi Guru Diharapkan metode pembelajaran berfikir induktif dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru dalam memilih metode dan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar.

  3. Bagi Penulis Memberikan pengetahuan kepada peneliti dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode berfikir induktif.

  4. Bagi Sekolah Menjadi masukan bagi penelitian yang sejenis pada topik dari bidang ilmu pengetahuan yang berbeda dan membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan hasil belajar di sekolah.

1.6 Hipotesis

  Ho: Penggunaan metode pembelajaran berfikir induktif tidak memiliki pengaruh hasil belajar pada mata pelajaran Biologi. Ha: Penggunaan metode pembelajaran berfikir induktif memiliki pengaruh hasil belajar pada mata pelajaran Biologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Pembelajaran Berfikir Induktif

  Pada dasarnya strategi pembelajaran dapat dilihat melalui dua sudut pandang yaitu pertama siswa dipandang sebagai objek belajar dalam hal ini pembelajaran menuntut keaktifan guru. Kedua siswa sebagai subjek dan obyek belajar, siswa dituntut keaktifannya dalam proses belajar . Strategi Induktif dan Deduktif ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan.

  Model berfikir induktif dirancang dan dikembangkan oleh Hilda Toba dengan tujuan untuk mendorong para pelajar menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep dan menjajagi berbagai cara yang dapat menjadikan para pelajar lebihterampil dalam menyingkap dan mengoraganisasikan informasi dan dalam melakukan pengetesan hipotesis yang melukiskan antar hal. Pada pendekatan induktif dimulai d e n g a n memberikan bermacam-macam contoh. Dari contoh- contoh tersebut siswa mengerti keteraturan dan kemudian mengambil keputusan yang bersifat umum.

  Strategi induktif dinamakan juga strategi pembelajaran dari khusus ke umum. pada strategi induktif bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkrit atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar.

  Strategi pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi- informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola- pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tadi. Biasanya pembelajaran dilakukan dengan cara eksperimen, diskusi, dan demonstrasi.

  Ciri-ciri dari strategi pembelajaran induktif adalah :

  1. Penekanan pada keterampilan berpikir dan tujuan-tujuan afektif

  2. Berstruktur rendah

  3. Penggunaan waktu yang kurang efisien 4. Memberi kesempatan yang banyak untuk belajar sewaktu-waktu.

  Strategi induktif dikembangkan atas dasar beberapa karakteristik sebagai berikut:

  1. Kemampuan berpikir dapat diajarkan. dalam seting kelas, bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu.

  3. Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful).

  Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan ini memerlukan strategi pembelajaran tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan tersebut.

  Langkah-langkah yang harus Anda tempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu: 1. guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif 2. guru menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh,

  3. guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat perkiraan, 4. menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut.

  Kelebihan Strategi Pembelajaran Induktif adalah sebagai berikut:

  1. Pada strategi pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

  2. Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru. keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses Tanya jawab tersebut. Kelemahan Model Pembelajaran Induktif adalah sebagai berikut:

  1. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran hampir sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi.

  2. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.

  3. Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat- syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara sempurna.

  4. Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat berkembang optimal.

  5. Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam mengontrol proses belajar siswa.

  6. Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru.

  7. Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada akan dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari: 1. rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, 2. analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan, dan 3. jenis materi pelajaran yang akan dikomunikasikan. Atas beberapa pertimbangan mengenai pemilihan strategi pembelajaran di atas maka alasan untuk memilih pembelajaran induktif adalah sebagai berikut : Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.

2.2 Pengertian Belajar

  Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2010:2). Menurut (Djamarah, 2002:13) pengertian belajar sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, Belajar dapat pula diartikan sebagai suatu proses adanya perubahan pada diri sendiri dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pengalamannya, daya reaksinya, dan aspek-aspek lain yang ada pada individu. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku secara keseluruhan.

2.3 Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran Biologi

  Hasil belajar merupakan proses akhir dari kegiatan belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran sangat menentukan hasil belajar. Hasil belajar siswa ialah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar. Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan belajar, maka perlu dilakukan usaha berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik (Sudijono, 2011:32). Menurut Dimyati dan Mujiono (2002:12), hasil belajar adalah proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran. Tujuan hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata atau simbol, Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu akibat atau suatu hasil dari kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti pengalaman belajar, biasanya dilihat dari hasil nilai tes akhir yang diberikan oleh guru. Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian hasil yang diproleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh sebab itu, tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan penilaian hasil belajar. Tindakan penilaian dapat berupa tes awal dan tes akhir.

2.3.1 Tes Awal

  Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan dan dikuasai siswa. Tes dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada siswa. Karena itu butir-butir soal dibuat yang mudah-mudah. Tes awal dapat dilaksanakan, baik secara tertulis atau secara lisan (Sudijono, 2011:69). Jika dalam tes awal itu semua siswa telah menguasai materi yang ditayangkan dalam tes dengan baik, maka materi yang telah ditayangkan dalam tes awal itu tidak akan diajarkan lagi, Jika materi yang dapat dipahami oleh para pendidik baru sebagian saja, maka yang akan diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh siswa.

  Tes awal dilakukan sebelum memulai proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Pendapat lain mengatakan bahwa hasil tes awal berfungsi untuk:

  1) Menentukan kesiapan siswa yaitu sejauh mana siswa telah memiliki 2) Menentukan bagian-bagian mana dari materi yang telah dikuasai siswa 3) Menentukan efektifitas materi setelah dilaksanakan tes akhir dan seberapa pengetahuan siswa meningkat dengan adanya materi

  (perbedaan skor tes awal dan tes ahir) 4) Mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk menata materi yang sesuai dengan kesiapan siswa

2.3.2 Tes akhir

  Menurut (Sudijono, 2010:70) tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal dengan cara demikian maka akan dapat diketaui apakah hasil tes akhir lebih baik, ataukah lebih jelek dari pada tes awal. Jika hasil tes akhir lebih baik dari pada tes awal maka dapat di artikan bahwa program pengajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik-baiknya.

  Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar merupakan dasar-dasar untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran. Menurut (Hamalik, 2007:30) bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti

2.4 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan aktivitas yang berupa fisik mapun mental.

  Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait, sebagai contoh orang itu sedang belajar dengan membaca. Secara fisik kelihatan bahwa seseorang sedang belajar menghadapi suatu buku, tetapi mungkin fikiran dan mentalnya tidak setuju dengan buku yang dibaca. Ini menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental. Macam-macam aktivitas antara lain, visual activities (Aktivitas Visual) seperti membaca, percobaan. Oral activities (Kegiatan Lisan) seperti memberi saran, Mendengarkan) seperti mendengarkan uraian percakapan diskusi.

  Writing activities (Kegiatan Menulis) seperti menulis. Drawing activities (Kegiatan Menggambar) seperti menggambar membuat grafik, peta diagram. Motoric activities (Kegiatan Motorik) seperti melakukan percobaan. Mental activities (Kegiatan Mental) seperti mengingat memecahkan soal, menganalisis,

  mengambil keputusan. Emotional activities (Kegiatan Emosional) seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang gugup (Nasution, 2000:91)

  Menurut (Slameto, 2010: 6), mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar efektif siswa pula. Belajar disini adalah suatu aktivitas mencari, menemukan, dan melihat pokok masalah. Menurut (Kunandar, 2007:4 ), aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran.

  Menurut (Gulo, 2004: 23) belajar adalah aktivitas manusia dimana semua potensi manusia dikerahkan. Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental intelektual, tetapi uga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Menurut (Suryosubroto, 2009:2) belajar aktif memungkinkan siswa mendapat pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri cara belajar mengajar demikian mendiring siswa untuk bertanya bila mengalami kesulitan, selain itu prinsip siswabelajar aktif dan mengembangkan kemampuan kognitif, keterampilan manual kreatifitas dan logika berfikir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperiment design). Dengan desain Pretest-Posttets Control Group Design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan ekperimen.

  Quasi-eksperiment design, digunakan karena pada kenyataanya sulit untuk

  mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian (Sugiyono, 2012:116). Pada penelitian ini diberikan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas sampel, kelas pertama diberi perlakuan berupa metode diskusi kelompok tutor sebaya dan kelas ini disebut kelas eksperimen. Kelas kedua yaitu kelas kontrol menggunakan pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah yaitu metode ceramah. Kedua kelas ini diberikan tes awal dan ter akhir. Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1

Table 3.1 Desain Penelitian

  Kelompok Tes awal Tindakan Tes akhir Eksperimen O1 T1 O2 Kontrol O3 O4

  Keterangan :

  1

  = tes awal kelas eksperimen

  2

  = tes akhir kelas eksperimen

  3

  = tes awal kelas Kontrol

  4

  = tes akhir kelas Kontrol

1 T = kelas dengan pembelajaran metode pembelajaran berpikir induktif

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian a.

  Tempat penelitian di SMK N 17 Samarinda b. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 - 23 bulan September 2017 semester satu (ganjil) tahun pelajaran 2017/2018.

  3.3 Variabel Penelitian

  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas a.

  Variabel bebas: penggunaan metode pembelajaran berpikir induktif b. Variable terikat: Aktivitas dan Hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi

  3.4 Populasi dan Sampel

  3.4.1 Populasi yang digunakan adalah kelas XII semester ganji tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari empat kelas di SMK N 17 Samarinda.

  3.4.2 Keempat kelas ini satu kelas digunakan uji pendahuluan, tiga kelas di uji normalitas dan homogenitas berdasarkan nilai ulangan harian sebelumnya.

  Dari ketiga kelas ini untuk pengambilan sampel ditentukan secara simple

  random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan

  secara undian (Sugiono, 2012:120) Jumlah kelas yang diacak berjumlah tiga kelas. Masing- masing kelas ditulis di dalam kertas dimasukkan kedalam botol, dikocok kemudian dikeluarkan satu, dengan catatan kelas yang pertama sekali keluar yaitu kelas eksperimen, keluar kedua yaitu kelas kontrol. Jadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas

  XII.3 kelas eksperimen. XII.4 kelas kontrol, yang berjumlah 62 orang, dengan perincian sebagai berikut.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian SMK N 17 Samarinda

  Perempuan No Kelas Laki - Laki Jumlah

  1 X3 17 siswa 17 siswa 31 siswa

  2 X4 16 siswa 15 siswa 31 siswa Jumlah 62 siswa

3.5 Prosedur penelitian

  Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.

  Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .

  b.

  Menyiapkan instrumen tes hasil belajar dalam menggunakan pembelajaran berpikir induktif, menyiapkan angket observasi, observasi dilakukan untuk melihat pelaksanaan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan sejak awal proses pembelajaran.

  c.

  Menyiapkan LKS untuk pembelajaran berpikir induktif

  3.5.2 Tahap Pelaksanaan

  a. guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif.

  b. guru menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh,

  c. guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat perkiraan, d. menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut .

  3.5.1 Tahap Persiapan a.

3.5.3 Tahap Penyelesaian a.

  Menghitung homogenitas untuk mengetahui varians kedua sampel homogen atau tidak

  c.

  Menguji hipotesis dengan menggunakan uji- t d. Menyimpulkan apakah H

  o

  ditolak atau H

  a

  diterima e. Membahas dan menyimpulkan hasil penelitian

  b.

  Menganalisis data aktivitas dan hasil belajar.

3.6 Teknik Analisa dan Pengumpulan Data

3.6.1 Analisa Data Tes

  Hasil belajar diproleh dari penjumlahan skor jawaban setiap siswa, rumus untuk menentukan nilai tes awal dan tes akhir adalah sebagai berikut Hs= skor yang diperoleh siswa x 100 %

  Skor maksimal (Sugiyono, 2010:75) Persentasi siswa yang tuntas belajar secara klasikal menggunakan rumus

  P= X x 100 % N

  Keterangan : P = Persentasi ketuntasan hasil belajar X = Jumlah siswa yang telah belajar tuntas N = Jumlah siswa keseluruhan Peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah implementasi dengan menggunakan berfikir induktif dihitung gain dari setiap nilai. Gain yang diproleh dinormalisasi oleh selisih antara skor maksimal dengan skor tes awal rumus yang digunakan adalah

  Gain normalisasi= skor tes akhir – skor tes awal skor maksimal

  • – skor tes awal Nilai dari normalisasi gain kemudian di kategorika pada Tabel 3.3 di bawah ini

Tabel 3.3 Kategori Normalisasi Gain

  Nilai Indeks Gain Kategori

  • 0.7 Tinggi

  0.3 – 0.7 Sedang

  < 0.3 Rendah

3.6.2 Analisis data Observasi

  Observasi dilakukan untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berfikir induktif. Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi secara langsung, yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan secara sistematik, pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Untuk mengelola dan menganalisa data dalam penelitian ini, maka peneliti memperolehnya dengan cara sebagai berikut. Menganalisis aktivitas siswa, pengelolaan kelas pada pembelajaran biologi digunakan metode desktiptif yaitu dengan mempersentasekan dari hasil lembar observasi. observer hanya memegang check-list untuk mencari indikator yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel yang dicari, maka observer hanya tinggal membubuhkan tanda check (\l) di tempat yang sesuai.

  Adapun deskriptor-deskriptornya sebagai berikut: di modifikasi dari : ( Handayani, 2006)

  Indikator 1 : memusatkan perhatian selama KBM berlangsung 1.

  Siswa menulis penjelasan guru 2. Aktif mengerjakan soal yang diberikan 3. Siswa melaksanakan tugas sesuai perintah guru

  Indikator 2 : memberikan tanggapan selama KBM berlangsung 1. mengajukan pertanyaan 2. menjawab pertanyaan dengan jelas dan tepat 3. mengemukakan pendapat

  Indikator 3 : minat yang besar mengikuti pembelajaran pada saat guru menerapkan metode berfikir induktif

  1.

  memberi tanggapan pada teman sekelompoknya 2. merespon pertanyaan yang dilemparkan 3. berani menjawab pentanyaan yang diajukan

  Indikator 4 : penilaian proses dan hasil belajar 1. kesesuain jawaban dari pertanyaan yang diajukan

  Untuk menghitung persentase dari jumlah skor variabel menggunakan rumus : NP = R x 100% (Arikunto, 2006: 76) SM

  Keterangan : NP ; nilai persentase yang dicari R ; skor mentah yang diperoleh SM; skor maksimum ideal yang ditentukan

Tabel 3.4 Kategori penilaian aktivitas belajar siswa Persentase Kategori

  86 - 100 76 – 85 Sangat Tinggi

  Tinggi

  66

  Cukup Tinggi 46 – 65 Rendah

  • – 75

  Sangat Rendah

  • – 45

3.6.3 Uji Normalitas

  Di dalam menguji apakah data tersebut terdistribusi normal atau tidak, untuk uji normalitas data kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu: menggunakan SPSS dengan statistik One-Sample Kolmogorov Smirnov Test. Adapun rumusan uji normalitas penelitian ini dengan taraf signifikan 5% (a

  :

  = 0,05) sebagai berikut : Ho : Distribusi data normal Ha : Distribusi data tidak normal Kriteria pengujian hipotesis :

  • Jika signifikan < 0,05 maka H0 di tolak
  • Jika signifikan ≥ 0,05 maka Ho di terima

3.6.4 Uji Homogenitas Data

  Uji homogenitas ini dilakukan untuk membuktikan kesamaan variasi dua kelompok yang membentuk sampel tersebut. Uji homogenitas penelitian ini

  2

  menggunakan pengujian homogenitas Chi-Square (X ) dengan taraf signifikan 5% (a=0,05). Adapun rumusan uji homogenitas penelitian ini sebagai berikut :

  Ho : Distribusi data homogen Ha : Distribusi data tidak homogen Kriteria pengujian hipotesis :

  2

  • 2

  2 Jika X hitung > X tabel maka H0 di tolak

  • 3.6.5

  2 Jika X hitung ≤ X tabel maka H0 di terima

  Uji Hipotesis o

  Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah H diterima atau tidak dan jika data berdistribusi normal dan homogen. Analisis data tersebut dilakukan untuk menguji hipotesis, sebagai berikut :

  Ho : Penggunaan metode pembelajaran berfikir induktif tidak memiliki pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran Biologi. Ha : Penggunaan metode pembelajaran berfikir induktif memiliki pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran Biologi.

  Untuk pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan statistik uji t, dengan taraf signifikan 5% (a = 0,05). Dimana perhitungan menggunakan SPSS dengan statistik Independent Samples Test. Berikut ini kriteria pengujian hipotesis.

  • hitung tabel

  Jika t ≤ t maka Ho diterima. Jika t

  • hitung > t tabel maka Ho ditolak.

  Jika thitung > ttabel maka signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode pembelajaran berfikir induktif dan sebaliknya Jika

  tabel maka tidak signifikan. Sedangkan untuk menentukan t tabel dapat dilihat

  thitung ≤ t pada tabel statistik (terlampir) pada signifikan 5% (a = 0,05). Dengan derajat

  1

  2

  kebebasan (df) = n + n - 2. Berdasarkan taraf signifikan :

  • Jika taraf signifikan > 0,05 maka Ho diterima.
  • Jika taraf signifikan ≤ 0,05 maka Ho ditolak.