BERITA ACARA PERSIDANGAN PADA PENGADILAN

BERITA ACARA PERSIDANGAN PADA PENGADILAN AGAMA
Oleh :
Drs. H. Abu Amar, SH.,MH.

I. Pendahuluan
Sifat acara pemeriksaan perkara di hadapan persidangan Pengadilan di
Indonesia berdasarkan Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) untuk Jawa
dan Madura dan Rechtsreglement Buitengewesten (RBg) untuk luar Jawa dan
Madura, dilakukan secara lisan (mondelinge procedure).
Acara dengan lisan berarti, bahwa pemeriksaan perkara dilakukan dengan
cara kontak langsung berupa tanya jawab dengan lisan antara hakim dengan para
pihak atau kuasanya di muka persidangan. Hakim juga mendengarkan sendiri
keterangan saksi- saksi yang diajukan oleh para pihak, keterangan saksi ahli
apabila diperlukan dan lain-lainnya.
Bahkan Hakim dalam setiap perkara perdata, apabila kedua belah pihak
hadir di persidangan, wajib mendamaikan kedua belah pihak. (Pasal 154 RBg /
130 HIR). Hakim juga berhak untuk memberikan penerangan (penasehatan)
kepada kedua belah pihak mengenai cara berperkara atau upaya hukum yang dapat
ditempuh agar supaya perkara berjalan baik dan teratur. (Pasal 156 RBg / 132
HIR). Kewajiban mendamaikan dan memberikan penasehatan tersebut tentu saja
dilakukan secara lisan.

Atas dasar sifat acara pemeriksaan seperti itu, maka hakim dalam
melaksanakan tugas pokoknya memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang
diajukan oleh para pencari keadilan kepadanya, memerlukan seseorang untuk
membantu mencatat hasil pemeriksaannya. Undang-undang menentukan bahwa
pekerjaan tersebut diberikan kepada Panitera atau seorang yang ditugaskan
melakukan pekerjaan Panitera yang berkewajiban membantu Hakim dengan
menghadiri dan mencatat jalannya sidang pengadilan. Berdasarkan catatan yang
dibuat oleh Panitera disusun berita acara persidangan, yang sangat berguna bagi
Hakim dalam menyusun putusan pengadilan. Oleh karena pentingnya berita acara
persidangan, maka pembuatan / penyusunannya harus dilakukan dengan cermat,
teliti dan hati-hati, agar nilainya benar-benar terjaga.

1

II. Pengertian Berita Acara Persidangan
Berita acara disebut juga proces verbaal, artinya laporan yang dibuat oleh
polisi / pegawai penuntut umum (dalam perkara pidana) mengenai waktu
terjadinya, tempatnya, keterangan-keterangan dan petunjuk-petunjuk lainnya
mengenai suatu perkara / peristiwa. Dalam perkara perdata adalah laporan yang
dibuat oleh pejabat umum yang diberi kewenangan untuk itu mengenai waktu

terjadinya, tempatnya, keterangan-keterangan dan petunjuk-petunjuk lainnya
tentang suatu perkara.
Adapun persidangan dalam pembahasan ini, pengertiannya adalah
persidangan yang diselenggarakan oleh pengadilan untuk melakukan pemeriksaan
terhadap perkara perdata yang diajukan oleh pihak penggugat.
Dengan demikian, pengertian berita acara persidangan adalah laporan
tertulis yang dibuat oleh pegawai / pejabat umum pengadilan, dalam hal ini
panitera, tentang waktu dan tempat persidangan serta keterangan-keterangan dan
petunjuk lainnya sehubungan persidangan suatu perkara.
Berita acara persidangan mempunyai kedudukan penting dalam proses
pemeriksaan perkara. Bentuknya telah ditentukan oleh undang-undang dan dibuat
oleh pegawai umum yang diberikan kewenangan untuk itu, dalam hal ini panitera
pengadilan.

III. Dasar Hukum Berita Acara Persidangan
Dasar hukum pembuatan berita acara persidangan diatur dalam peraturan
perundang-undangan antara lain sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal
11 ayat (3).
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah

diubah dengan Perubahan Kedua yaitu Undang-undang Nomor 50 Tahun
2009, Pasal 97 dan penjelasannya.
3. Reglement Buitengewesten (RBg) Pasal 197 atau Het Herziene Indonesisch
Reglement (HIR) pasal 186.
4. Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor KMA/032/SK/IV/2006 tanggal 4
April 2006 tentang Pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan
Administrasi Pengadilan.

2

5. Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor 145/ KMA/SK/VIII/2007 tanggal 29
Agustus 2007 tentang Memberlakukan Buku IV Pedoman Pelaksanaan
Pengawasan Di Lingkungan Badan-Badan Peradilan

IV. Pembuatan, Kedudukan dan Fungsi Berita Acara Persidangan
Pembuatan berita acara persidangan dilakukan oleh panitera. Ketentuan
tentang hal itu diatur dalam RBg Pasal 197 ayat (1) atau HIR pasal 186 ayat (1)
dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Pasal 97 beserta penjelasannya.
Meskipun demikian, tanggung jawab utama pembuatan berita acara
persidangan tersebut tetap berada pada Ketua Majelis Hakim. Oleh karena itu

untuk menghindarkan kesulitan dan demi kelancaran penyelesaian perkara,
dengan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 5 Tahun 1959 tanggal 20 April
1959 dan Nomor 690/K/651/M/1962 tanggal 7 Maret 1962, Mahkamah Agung
memberi instruksi supaya Hakim mendikte Panitera yang bersidang dalam
membuat berita acara persidangan dan putusan.
Berita acara persidangan mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam proses pemeriksaan perkara di pengadilan. Berita acara persidangan,
merupakan catatan resmi persidangan yang dibuat oleh panitera selaku pejabat
yang berwenang, dan ditandatangani oleh Hakim dan Panitera Pengganti yang
bersangkutan, maka pada berita acara persidangan itu melekat kekuatan autentik,

artinya apa yang diterangkan di dalamnya tentang kebenarannya tidak bisa
dibantah oleh siapapun, kecuali dapat dibuktikan yang sebaliknya berdasarkan
keputusan pidana yang berkekuatan hukum tetap. (Putusan MA-RI No. 901
K/Sip/1974 tanggal 18 Pebruari 1976).

Agar berita acara persidangan mencapai nilai sebagai sebuah akta autentik,
maka harus dipenuhi suatu syarat formil yaitu ditandatangani oleh Hakim Ketua
Majelis dan Panitera yang bersidang, sebagaimana diatur dalam RBg Pasal 197
ayat (3) atau HIR pasal 186 ayat (3) jo Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989

Pasal 62 ayat (3).
Adapun mengenai fungsi dari berita acara persidangan adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai dasar Hakim dalam menyusun putusan.
Putusan pengadilan adalah suatu pernyataan yang oleh Hakim sebagai pejabat
negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan terbuka
3

untuk umum, bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan sengketa antar
para pihak. Putusan pengadilan diambil oleh Hakim setelah melalui
pertimbangan hukum yang matang atas fakta kejadian dan fakta hukum yang
diperoleh dalam pemeriksaan perkara, pemeriksaan perkara mana wajib dicatat
oleh Panitera / Panitera Pengganti yang ditugaskan membantu Hakim dalam
persidangan. Dengan demikian berita acara persidangan yang dibuat
berdasarkan catatan persidangan, merupakan landasan / dasar bagi Hakim
dalam membuat / menyusun putusan. Oleh karena itu putusan pengadilan
harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan berita acara persidangan.
2. Sebagai landasan menilai kebenaran putusan dalam pemeriksaan perkara
tingkat banding.
Pemeriksaan perkara tingkat banding pada hakekatnya adalah pemeriksaan

ulangan, yaitu mengulangi kembali pemeriksaan perkara yang telah dilakukan
oleh pengadilan tingkat pertama sejak awal sampai dengan putusan, termasuk
di dalamnya surat gugatan, jawab menjawab, jalannya pemeriksaan dalam
persidangan sampai dengan adanya putusan Hakim, yang dituangkan dalam
berita acara persidangan pengadilan tingkat pertama. Dengan demikian berita
acara persidangan itu mempunyai fungsi yang sangat menentukan sebagai
landasan menilai kebenaran putusan pengadilan tingkat pertama bagi
pemeriksaan perkara pada tingkat banding.
3. Sebagai bagian dari dokumentasi pengadilan.
Salah satu faktor pendukung tertib administrasi perkara adalah arsip berkas
perkara. Seperti diketahui bahwa arsip, in casu arsip berkas perkara,
mempunyai beberapa nilai antara lain nilai dokumentasi, artinya dapat
memberikan gambaran tentang peristiwa atau kejadian pada masa lalu.
Berita acara persidangan merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari sebuah berkas perkara, maka berita acara persidangan
pemeriksaan sebuah perkara, juga mempunyai fungsi dokumentasi yaitu,
untuk dapat mengetahui gambaran tentang jalannya pemeriksaan perkara yang
bersangkutan.
4. Sebagai rujukan membuat pengganti putusan, jika asli putusan rusak atau
hilang.

Berita acara persidangan memuat antara lain putusan yang diucapkan oleh
hakim dalam persidangan. Apabila asli putusan rusak atau hilang, maka
4

rujukan untuk membuat salinan / duplikatnya sebagai bukti pengganti asli
putusan itu adalah berita acara persidangan, yang padanya melekat nilai
autentik.
5. Sebagai bahan informasi ilmu pengetahuan.
Selain mempunyai fungsi dokumentasi, berita acara persidangan juga
mempunyai fungsi informasi ilmu pengetahuan, sebab sebuah berkas perkara
termasuk di dalamnya berita acara persidangan, dapat memberikan informasi
kepada pembacanya tentang ilmu pengetahuan, dalam hal ini tentunya ilmu
hukum berkenaan dengan hukum formil maupun materiil yang dipergunakan
oleh Majelis Hakim ketika memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang
bersangkutan.

V. Isi Berita Acara Persidangan
Sumber utama berita acara persidangan adalah muatan pemeriksaan
perkara oleh Hakim, yang dilakukan secara lisan dan langsung. Lisan artinya
dengan cara tanya jawab antara Hakim dan para pihak dan saksi-saksi. Langsung

artinya berhadapan atau kontak personal. Oleh karena itu diperlukan kejelian dan
ketelitian Panitera Pengganti untuk merekam pemeriksaan perkara di hadapan
persidangan. Pada masa lalu agar dapat merangkum pemeriksaan yang dilakukan
oleh Hakim dalam persidangan seorang Panitera / Panitera Pengganti dituntut
mampu menulis cepat dengan menggunakan stenografi. Pada masa sekarang untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kekeliruan dan kekhilafan, kiranya tidak
berlebihan dan dapat dibenarkan apabila Panitera Pengganti menggunakan tape
recorder.
Dalam pemeriksaan perkara di hadapan persidangan, Hakim wajib
menerapkan asas pemeriksaan perkara perdata, yang tentang hal ini harus pula
dipahami oleh Panitera / Panitera Pengganti yang bertugas membantu Hakim
dalam persidangan, antara lain :
1. Asas persidangan terbuka untuk umum. (Pasal 13 Undang-undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman).
2. Asas Hakim wajib mendamaikan para pihak berperkara. (Pasal 154 RBg /
Pasal 130 HIR).
3. Asas audi et alteram partem. (Pasal 4 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman).
5


4. Asas imparsialitas. (Pasal 4 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman).
Adapun isi atau materi muatan berita acara persidangan bagi lingkungan
Peradilan Agama, sebagaimana diatur dalam Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas
dan Administrasi Peradilan Agama Edisi Revisi 2010 halaman 31, pada garis
besarnya terdiri dari hari, tanggal, tempat, susunan persidangan dan pihak yang
hadir serta jalannya pemeriksaan perkara dengan jelas dan lengkap.
Secara rinci berita acara persidangan tersebut harus berisi hal-hal pokok
yang terjadi dalam persidangan yang dirangkaikan dalam ungkapan kalimatkalimat, dengan variable sebagaimana contoh berikut :
1. Judul dan Nomor Perkara.
a. Pada persidangan pertama :
BERITA ACARA PERSIDANGAN
Nomor : ..... / Pdt.G / 20.. / PA .....
b. Pada persidangan lanjutan, di bawah nomor perkara ditambahkan kata
lanjutan.
BERITA ACARA PERSIDANGAN
Nomor : ..... / Pdt.G / 20.. / PA .....
lanjutan
2. Penyebutan tentang pengadilan yang memeriksa perkara dan tentang hari,
tanggal, bulan, dan tahun persidangan.

Pengadilan Agama ................. yang memeriksa perkara tertentu dalam
tingkat pertama pada hari .................. tanggal ........................... 20.., dalam perkara
..................... antara :
3. Identitas dan kedudukan pihak dalam perkara.
a. Jika Penggugat mengajukan gugatannya sendiri.
.................... bin ........................, umur .... tahun, agama Islam, pekerjaan
.................... bertempat tinggal di ............................ RT ...... RW ......., Desa
.................... Kecamatan ........................., Kabupaten / Kota ..................,
selanjutnya disebut Penggugat,
Lawan
.................... bin ........................, umur .... tahun, agama Islam, pekerjaan
.................... bertempat tinggal di ............................ RT ...... RW ......., Desa
.................... Kecamatan ........................., Kabupaten / Kota ..................,
selanjutnya disebut Tergugat,
6

b. Jika Penggugat memberikan kuasa dalam berperkara, maka ditambahkan
kalimat sebagai berikut :
yang dalam hal ini diwakili oleh kuasanya .................., Advokad / Pengacara yang
beralamat dan berkantor di ............, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal

................... terdaftar pada Register kepaniteraan Pengadilan Agama ...................
tanggal .................
c. Jika Tergugat memberikan kuasa dalam berperkara, maka ditambahkan
kalimat sebagai berikut :
yang dalam hal ini diwakili oleh kuasanya .................., Advokad / Pengacara yang
beralamat dan berkantor di ............, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal
................... terdaftar pada Register kepaniteraan Pengadilan Agama ...................
tanggal .................
4. Susunan Majelis Hakim dan Panitera sidang.
a. Dalam persidangan pertama :
Susunan persidangan adalah sebagai berikut :
Drs. ...................................., SH., MH
Dra. Hj. ..............................., SH.
............................................, SAg., SH.,
............................................, SHI.,

sebagai Hakim Ketua
sebagai Hakim Anggota
sebagai Hakim Anggota
sebagai Panitera Pengganti

b. Dalam persidangan lanjutan, apabila tidak ada pergantian Majelis Hakim.
5. Pernyataan sidang dibuka dan terbuka untuk umum.
Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua,
maka para pihak dipanggil masuk ke ruang persidangan.
6. Keterangan kehadiran dan ketidakhadiran para pihak atau kuasanya.
a. Dalam hal Penggugat dan Tergugat hadir di persidangan.
Penggugat / Kuasa Penggugat hadir menghadap sendiri ke persidangan.
Tergugat / Kuasa Tergugat hadir menghadap sendiri ke persidangan.
b. Dalam hal masing-masing pihak didampingi oleh kuasanya :
Penggugat hadir menghadap sendiri ke persidangan dengan didampingi oleh
Kuasanya.
Tergugat hadir menghadap sendiri ke persidangan dengan didampingi oleh
Kuasanya.
c. Dalam hal masing-masing pihak diwakili oleh kuasanya :
Untuk kepentingan Penggugat telah hadir kuasanya.
Untuk kepentingan Tergugat telah hadir kuasanya.
7

d. Dalam hal Penggugat tidak hadir, Tergugat hadir dan mohon keputusan,
diterangkan sebagai berikut :
Penggugat / Kuasa Penggugat tidak hadir menghadap sendiri ke persidangan.
Tergugat / Kuasa Tergugat hadir menghadap sendiri ke persidangan.
Tergugat kemudian mohon keputusan.
e. Dalam hal Tergugat tidak hadir, Penggugat hadir dan mohon keputusan,
diterangkan sebagai berikut :
Penggugat / Kuasa Penggugat hadir menghadap sendiri ke persidangan.
Tergugat / Kuasa Tergugat tidak hadir menghadap sendiri ke persidangan.
Penggugat kemudian mohon putusan.
f. Dalam hal Penggugat atau Tergugat tidak hadir
Penggugat / Tergugat tidak hadir dan tidak menyuruh orang lain untuk menghadap
sebagai wakilnya, meskipun ia menurut relaas panggilan tanggal ................. yang
telah dibacakan di persidangan, telah dipanggil secara sah dan patut.
7. Pernyataan penundaan persidangan pada hari, tanggal, bulan, tahun, jam yang
telah ditentukan, dengan alasan :
a. Karena ketidakhadiran salah satu pihak Penggugat atau Tergugat atau
kedua belah pihak, dan Majelis Hakim memandang perlu untuk menunda
persidangan,

maka

Majelis

Hakim

melalui

Panitera

Pengganti

memerintahkan kepada Juru Sita Pengganti untuk memanggil lagi pihak
yang tidak hadir, serta memerintahkan pihak yang hadir untuk menghadap
persidangan pada hari dan tanggal yang telah ditentukan tanpa dipanggil
lagi.
Penggugat / Tergugat tidak datang menghadap persidangan, namun Majelis
Hakim sesuai ketentuan pasal 150 RBg / 126 HIR, akan memanggil lagi yang
bersangkutan, dan kemudian menunda persidangan pada hari ............ tanggal
.............. jam ....., dengan memerintahkan kepada Juru Sita Pengganti melalui
Panitera Pengganti memanggil Penggugat / Tergugat agar hadir pada hari dan
tanggal persidangan yang telah ditetapkan, serta memerintahkan kepada Tergugat
/ Penggugat agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.
b. Para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui
mediasi berdasarkan ketentuan Perma Nomor 1 Tahun 2008.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai dengan hari .......
tanggal ................ untuk memberi kesempatan para pihak menempuh proses
mediasi tersebut, dengan memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat atau
kuasanya dan mediator agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil
lagi, untuk melaporkan hasil mediasinya.

8

c. Untuk melaksanakan tahapan proses pemeriksaan perkara dengan agenda
penyampaian jawaban Tergugat, replik Penggugat, duplik Tergugat,
pembuktian, kesimpulan, dan musyawarah Majelis Hakim dan lainlainnya, disertai penjelasan perintah kepada para pihak untuk hadir dalam
persidangan tanpa dipanggil lagi atau akan dipanggil lagi melalui juru sita.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai dengan hari .......
tanggal ................ dengan agenda .............., dan memerintahkan kepada
Penggugat / Tergugat atau kuasanya agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa
dipanggil lagi.
d. Untuk memberikan kesempatan kepada Penggugat / Tergugat mengajukan
alat bukti.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai dengan hari .......
tanggal ................ untuk memberikan kesempatan kepada Penggugat / Tergugat
mengajukan alat pembuktian, dan memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat
atau kuasanya agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.
e. Untuk keperluan Majelis Hakim mendengarkan keterangan Saksi Ahli.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai dengan hari .......
tanggal ................ untuk meminta pendapat seorang ahli ............... , dan kemudian
memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat atau kuasanya agar hadir dalam
persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.
f. Untuk keperluan Majelis Hakim melakukan Pemeriksaan Setempat.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai dengan hari .......
tanggal ................ untuk terlebih dahulu melakukan pemeriksaan setempat, dan
kemudian memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat atau kuasanya agar hadir
dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.
Pada pemeriksaan perkara di mana Hakim menunda persidangan pada waktu
yang telah ditentukan, maka langsung diikuti dengan pernyataan penutupan
sidang.
8. Dalam persidangan pertama dan lanjutan yang dihadiri para pihak, memuat
keterangan bahwa majelis hakim telah melakukan upaya mendamaikan para
pihak, berdasarkan ketentuan Pasal 154 RBg / Pasal 130 HIR.
Ketua berusaha untuk mendamaikan para pihak, tetapi tidak berhasil.
9. Keterangan tentang pelaksanaan mediasi.
a. Majelis Hakim memerintahkan kepada para pihak untuk melakukan
mediasi dengan menjelaskan prosedur mediasi sesuai Perma Nomor 1
9

Tahun 2008, dan menunda proses persidangan untuk memberikan
kesempatan para pihak menempuh proses mediasi.
Ketua Majelis Hakim menjelaskan kepada para pihak atau kuasanya bahwa
berdasarkan ketentuan Perma Nomor 1 Tahun 2008, para pihak wajib mengikuti
prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi. Ketua Majelis Hakim kemudian
memerintahkan kepada para pihak melaksanakan mediasi.
Selanjutnya Ketua Majelis mempersilahkan para pihak meninggalkan ruang sidang
untuk memberi kesempatan para pihak berunding memilih mediator. Persidangan
di skors.
Beberapa saat kemuadian skorsing dinyatakan dicabut, para pihak dipersilahkan
masuk ke ruang sidang. Para pihak kemudian menyampaikan kepada Majelis
bahwa mereka telah berhasil/gagal memilih mediator. (pilih salah satu, berhasil
atau gagal).
b. Apabila para pihak berhasil memilih mediator.
Ketua Majelis Hakim kemudian membuat penetapan tentang mediator yang dipilih
yaitu ...................... dan memberitahukan kepadanya untuk segera melaksanakan
tugas.
c. Apabila para pihak gagal memilih mediator, diterangkan sebagai berikut :
Ketua Majelis Hakim kemudian menunjuk mediator dari hakim bukan pemeriksa
pokok perkara yang bersertifikat (jila tidak ada, dari hakim pemeriksa pokok
perkara dengan atau tanpa sertifikat) pada Pengadilan Agama ..............., dan
membuat penetapan tentang mediator yang ditunjuk tersebut serta
memberitahukan kepadanya untuk segera melaksanakan tugas.
10. Dalam persidangan berikutnya keterangan mengenai laporan para pihak
tentang pelaksanaan mediasi.
a. Apabila mediasi berhasil, isi kesepakatan dikuatkan dalam bentuk akta
perdamaian. Berita acara persidangan diawali dengan judul berita acara
persidangan, nomor perkara dan keterangan lanjutan, setelah keterangan
tentang kehadiran para pihak atau kuasanya, kemudian diterangkan sebagai
berikut :
Atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, mediator menyampaikan pernyataan tertulis
kepada Majelis Hakim, bahwa upaya mediasi telah berhasil.
Para pihak kemudian menyampaikan hasil kesepakatan secara tertulis yang
ditandatangai oleh para pihak / kuasanya dan mediator. Selanjutnya para pihak
mohon kepada Majelis Hakim untuk dikuatkan dalam Akta Perdamaian.
b. Apabila para pihak tidak menghendaki Akta Perdamaian, tetapi ada
kesepakatan untuk pencabutan gugatan atau menyatakan perkara telah

10

selesai sebagaimana dimuat dalam kesepakatan tertulis, diterangkan
sebagai berikut :
Para pihak kemudian menyampaikan hasil kesepakatan secara tertulis yang
ditandatangani oleh para pihak dan mediator. Selanjutnya para pihak mohon
kepada Majelis Hakim untuk mencabut gugatannya / menyatakan perkaranya telah
selesai.
Majelis Hakim kemudian memberikan Penetapan mengabulkan permohonan
pencabutan gugatan.
c. Apabila mediasi gagal, diterangkan sebagai berikut :
Atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, mediator menyampaikan pernyataan tertulis
tertanggal ................ kepada Majelis Hakim, yang menyatakan bahwa upaya
mediasi yang dilaksanakan pada tanggal ............... telah gagal.
Ketua Majelis Hakim kemudian menyatakan untuk melanjutkan pemeriksaan
perkara ini.
11. Pernyataan sidang dilakukan tertutup untuk umum dalam hal undang-undang
menentukan bahwa pemeriksaan perkara yang bersangkutan dilakukan dalam
sidang tertutup untuk umum, misalnya dalam pemeriksaan permohonan cerai
talak dan atau gugatan perceraian.
Selanjutnya Ketua Majelis Hakim menyatakan, karena persidangan ini untuk
memeriksa perkara permohonan cerai talak / gugatan cerai, maka persidangan
dinyatakan tertutup untuk umum.
12. Pembacaan surat gugatan.
a. Apabila Penggugat tetap pada isi gugatannya.
Lalu dibacakan surat gugatan (catatan gugatan secara lisan), yang atas
pertanyaan Ketua Majelis Hakim, Penggugat menyatakan tetap pada isi
gugatannya.
b. Apabila ada perubahan surat gugatan, dibuat pernyataan sebagai berikut :
Lalu dibacakan surat gugatan, yang atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim,
Penggugat menyatakan ada perubahan/tambahan pada surat gugatannya,
perubahan/tambahan surat gugatan mana kemudian disampaikan oleh Penggugat
kepada Majelis Hakim.
c. Apabila ada perubahan catatan gugatan secara lisan, dibuat pernyataan
sebagai berikut :
Lalu dibacakan catatan gugatan secara lisan.
Ketua Majelis Hakim kepada Penggugat :
Apakah ada perubahan / tambahan
pada gugatan sdr ?
11

Ya, ada perubahan dan akan saya
sampaikan secara lisan, yaitu :
a. ..........
b. ..........
c. Dst ....
13. Pemeriksaan pihak-pihak berkaitan dengan jawaban, replik dan duplik.
Atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, Tergugat / Kuasanya atau Penggugat /
Kuasanya menyatakan telah siap dengan jawaban / replik / dupliknya secara tertulis.
Tergugat / Kuasanya atau Penggugat / Kuasanya kemudian menyerahkannya kepada
Majelis Hakim dan tembusan / foto copynya kepada pihak lawan.
(Apabila dipandang perlu, Ketua Majelis dapat mempersilahkan Tergugat / Kuasanya
atau Penggugat / Kuasanya untuk membacakan jawaban / replik / duplik / kesimpulan
tersebut).
14. Pemeriksaan alat-alat bukti surat dan saksi-saksi serta tanggapan pihak lawan.
Sesuai dengan agenda persidangan yang telah ditetapkan oleh Majelis Hakim,
persidangan pada hari ini memasuki tahap pembuktian.
Atas pertanyaan Ketua Majelis, Penggugat menyatakan telah siap dengan bukti surat,
yang kemudian diserahkan kepada Majelis Hakim disertai dengan aslinya.
Majelis Hakim kemudian memeriksa bukti surat tersebut dan setelah dicocokkan,
ternyata sesuai dengan aslinya, selanjutnya diberi kode P.1, P.2, P.3 dst.
Majelis Hakim lalu memberikan kesempatan kepada pihak Tergugat untuk memeriksa
dan bukti surat tersebut.
Ketua Majelis Hakim kepada Tergugat :
Apakah ada tanggapan terhadap bukti
surat Tergugat ?
Ya, saya akan menanggapi sebagai berikut :
a. Bukti P.1 ...................
b. Bukti P.2 ...................
c. Dst............................
Selanjutnya Penggugat juga menyatakan bahwa ia telah siap dengan saksi-saksinya
dan mohon kepada Majelis Hakim saksi tersebut didengar keterangannya.
Maka dipanggil masuklah saksi-saksi Penggugat ke dalam ruang persidangan yaitu :
Saksi I
: ..................... bin ...................., umur ... tahun, agama Islam, pekerjaan
......................, bertempat tinggal di RT ..... RW ....., Desa .....................,
Kecamatan ......................., Kota/Kabupaten .............................
Saksi II
: ..................... bin ...................., umur ... tahun, agama Islam, pekerjaan
......................, bertempat tinggal di RT ..... RW ....., Desa .....................,
Kecamatan ......................., Kota/Kabupaten .............................
Atas pertanyaan Ketua Majelis para saksi menerangkan, bahwa mereka masingmasing kenal dengan para pihak yang berperkara, tidak ada hubungan keluarga
sedarah maupun semenda dan tidak ada hubungan pekerjaan dengan mereka.
Sesudah bersumpah menurut cara agama Islam, para saksi menyatakan akan
menerangkan yang sebenarnya dan tidak lain dari yang sebenarnya.
Para saksi kemudian memberikan keterangan secara terpisah sebagai berikut :
12

Ketua Majelis Hakim kepada saksi I :
Sejak kapan saudara kenal dengan
Penggugat dan Tergugat ?
Saya kenal dengan Penggugat sejak .........
dan kenal dengan Tergugat sejak
................
Dst .......................
Atas keterangan Saksi I tersebut Tergugat menyatakan keberatan dan menolaknya.
Ketua Majelis Hakim kepada saksi I :
Sejak kapan saudara kenal dengan
Penggugat dan Tergugat ?
Saya kenal dengan Penggugat sejak .........
dan kenal dengan Tergugat sejak
................
Dst ..................
Atas keterangan Saksi I tersebut Tergugat menyatakan keberatan dan menolaknya,
karena .......................
15. Keterangan saksi ahli jika ada.
Untuk memperoleh kejelasan mengenai perkara yang disengketakan, maka dipanggil
masuk menghadap ke persidangan, seorang ahli .................... yaitu :
................... bin ..................., umur ..., agama Islam, pekerjaan ..................,
bertempat tinggal di Desa / Kelurahan..............., Kecamatan ..................,
Kabupaten / Kota ..................
Atas pertanyaan Ketua Majelis saksi menerangkan, bahwa ia tidak kenal dengan para
pihak yang berperkara, tidak ada hubungan keluarga sedarah maupun semenda dan
tidak ada hubungan pekerjaan dengan mereka.
Sesudah bersumpah menurut cara agama Islam, maka saksi ahli menyatakan akan
menerangkan yang sebenarnya yakni menurut ilmu pengetahuannya.
Ketua Majelis Hakim kepada saksi ahli :
Sebagi seorang ahli ............... bagaimana
pendapat sdr tentang .......................... ?
Menurut pengetahuan saya, tentang hal
tersebut adalah sebagai berikut :
1. .....
2. .....
16. Pernyataan sidang terbuka untuk umum sebelum pernyataan penundaan hari
sidang dan pembacaan putusan, apabila pemeriksaan perkara ybs berdasarkan
ketentuan undang-undang harus dilakukan dalam persidangan tertutup untuk
umum, misalnya dalam perkara perceraian.
Selanjutnya persidangan dinyatakan terbuka untuk umum.
17. Pembacaan putusan.
a. Dalam hal pada persidangan pertama Penggugat tidak hadir, Tergugat
mohon putusan dan dikabulkan, lalu Majelis Hakim menjatuhkan putusan.
13

Maka Majelis hakim memutuskan untuk memulai pemeriksaan perkara ini. dan
selanjutnya Majelis Hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut :
Mengadili :
- Menggugurkan gugatan Penggugat
- Dst ......
b. Dalam hal pada persidangan pertama Tergugat tidak hadir, Penggugat
mohon putusan dan dikabulkan, lalu Majelis Hakim menjatuhkan putusan.
Majelis hakim memutuskan untuk memulai pemeriksaan perkara ini. Kemudian
dibacakan surat gugatan dan atas pertanyaan Hakim, Penggugat menyatakan
tetap pada gugatannya. Selanjutnya Penggugat mohon keputusan, dan berikutnya
Majelis Hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut :
Mengadili :
- Menyatakan bahwa Tergugat telah dipanggil secara patut tetapi tidak hadir ;
- Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek ;
- Dst ......
c. Dalam hal Penggugat dan Tergugat hadir, atau salah satu diantara
Penggugat atau Tergugat tidak hadir, setelah perkara melalui seluruh
tahapan pemeriksaan.
Majelis Hakim berusaha untuk mendamaikan para pihak namun tidak berhasil.
Kemudian Ketua Majelis menjelaskan tentang agenda persidangan pada hari ini
adalah pembacaan hasil musyawarah Majelis Hakim.
Selanjutnya Ketua Majelis Hakim membacakan putusan yang amarnya berbunyi
sebagai berikut :
MENGADILI
- Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian.
- Menyatakan ..........
- Menghukum...........
- Membebankan kepada Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara yang
sampai dengan saat ini diperhitungkan sebesar Rp. .........,- ( ......................).
18. Pernyataan persidangan ditutup.
Sesudah itu, persidangan dinyatakan ditutup.
19. Penandatanganan berita acara persidangan oleh ketua majelis dan panitera /
panitera pengganti.
Demikian berita acara persidangan ini dibuat, yang ditandatangani oleh Ketua Majelis
Hakim dan Panitera Pengganti.
Catatan :
Hal-hal pokok sebagaimana uraian di atas, dalam rangkaian pembuatan berita
acara persidangan penggunaannya disesuaikan dengan variable situasi tahapan
persidangan, apakah persidangan yang pertama atau lanjutan atau terakhir.

14

VI. Susunan Kalimat dan Format Berita Acara Persidangan
Seperti telah disebutkan di muka, metode / cara pemeriksaan perkara di
hadapan persidangan Pengadilan di Indonesia dilakukan secara lisan (mondelinge
procedure). Yang berarti pemeriksaan perkara dilakukan dengan cara kontak
langsung berupa tanya jawab dengan lisan antara Hakim dengan para pihak
maupun para saksi di muka persidangan.
Tentang format penyusunan berita acara persidangan tidak dijumpai dalam
peraturan perundang-undangan. Pada mulanya format putusan tergantung kepada
ketrampilan dan selera masing-masing Panitera sidang maupun petunjuk Hakim
yang memeriksan perkara, sehingga terdapat berbagai macam bentuk yang
bervariasi. Oleh karena itu pada tahun 1957, dengan maksud untuk memperoleh
kesatuan (keseragaman), Mr. M.H. Tirtaamidjaja seorang Hakim Agung pada
Mahkamah Agung RI, telah menyusun sebuah buku Kumpulan Formulir-formulir
untuk Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung, yang berisi
contoh-contoh tentang surat gugatan, permohonan, berita acara, penetapanpenetapan, putusan dan lain-lain. Buku ini kemudian dikembangkan dilingkungan
badan-badan peradilan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Panitera / Panitera Pengganti dalam membuat berita acara persidangan
yang diambil dari catatan persidangan, dapat menyusun dengan cara :
1. Menggunakan kalimat langsung (direct), yakni kalimat tanya jawab langsung
antara majelis hakim dengan para pihak, para saksi dan lain-lain, dikutip
secara utuh oleh panitera pengganti dalam berita acara persidangan.
2. Menggunakan kalimat tidak langsung (indirect), maksudnya adalah kalimat
tanya jawab antara majelis hakim dengan para pihak atau para saksi, disusun
dengan kalimat berita / bertutur oleh panitera pengganti dalam berita acara
persidangan.
Dalam praktek pembuatan berita acara selama ini, lazimnya dilakukan dengan
bentuk gabungan dari kedua cara tersebut.
Adapun format penyusunan berita acara dengan menggunakan kalimat
langsung ada dua macam yakni :
1. Format balok, yaitu pengetikan dengan membagi halaman kertas menjadi dua
bagian, bagian kiri untuk pertanyaan, sedangkan bagian kanan untuk jawaban
2. Format iris talas, yaitu pengetikan dengan membagi halaman kertas menjadi
dua bagian sebagaimana format balok, namun bagian pertanyaan semakin
15

kebawah semakin menyempit, sedangkan bagian jawaban semakin ke bawah
semakin melebar.
Ada beberapa hal sangat penting yang harus diperhatikan oleh Hakim /
Ketua Majelis dan Panitera / Panitera Pengganti dalam membuat / menyusun
berita acara persidangan yaitu :
1. Hakim / Ketua Majelis bertanggung jawab atas pembuatan dan kebenaran
berita acara persidangan dan menandatanganinya sebelum sidang berikutnya.Panitera / Panitera Pengganti yang ikut bersidang wajib membuat berita
acara persidangan yang memuat segala sesuatu yang terjadi di persidangan,
yaitu mengenai susunan persidangan, siapa-siapa yang hadir, serta jalannya
pemeriksaan perkara tersebut dengan lengkap dan jelas.
2. Berita acara persidangan merupakan catatan segala peristiwa hukum yang
terjadi selama persidangan berlangsung, maka hal-hal yang ditulis dalam
berita acara persidangan hanyalah peristiwa hukum yang relevan saja dengan
pemeriksaan perkara yang bersangkutan, dan menggunakan bahasa hukum.
3. Jika terdapat kesalahan, kekurangan dalam penulisan / pengetikan kata-kata
atau kalimat, sehingga diperlukan pencoretan, penambahan dan penggantian ,
tidak boleh ditutup dengan tipp ex, tetapi harus dilakukan renvooi atau
perbaikan berupa pencoretan, penambahan dan penggantian kata-kata atau
kalimat dengan cara :
a. Kata-kata atau kalimat yang salah dicoret, kemudian diberi kode s.dic. (sah
dicoret) ;
b. Pada tempat terdapat kekurangan kata-kata atau kalimat diberi tanda V,
selanjutnya tambahan kata-kata atau kalimat itu ditulis pada tempat kosong
disampingnya dengan diberi pula tanda V dan diberi kode s.dit. (sah
ditambah) ;
c. Kata-kata atau kalimat yang perlu diganti dicoret, selanjutnya kata-kata
atau kalimat penggantinya ditulis pada tempat kosong disampingnya
dengan diberi kode s. dig. (sah diganti) ;
d. Semua renvooi tersebut pada huruf a, b dan c dibubuhi paraf oleh Panitera
yang bersidang ;
4. Nomor urut berita acara sidang harus dibuat secara bersambung dari sidang
pertama sampai sidang terakhir. Jawaban, replik, duplik, dan kesimpulan tertulis

16

menjadi kesatuan berita acara persidangan dan diberi nomor urut halaman. (Buku
II Edisi Revisi 2010, hal. 31).

5. Isi dari jawaban, replik, duplik dan kesimpulan disisipkan dalam berita acara
persidangan. Sedangkan alamat tujuan, pendahuluan dan penutupnya di coret
menyilang dengan format huruf Z.
6. Berita acara pada persidangan terdahulu harus sudah selesai diketik untuk
ditandatangani oleh Ketua Majelis dan Panitera yang bersidang sebelum
sidang berikutnya.
7. Pada waktu musyawarah semua berita acara persidangan harus sudah selesai
diketik dan ditandatangani oleh Ketua Majelis dan Panitera yang bersidang,
sehingga dapat dipakai sebagai bahan musyawarah oleh Majelis Hakim yang
bersangkutan dalam menyusun putusan.
8. Perkembangan suatu perkara yang disidangkan, harus dilaporkan oleh Panitera
Pengganti kepada Panitera dan dicatat dalam buku register yang disediakan
untuk itu.
9. Apabila Ketua Majelis dan/atau Panitera Pengganti berhalangan menandatangani Berita Acara Persidangan dan / atau putusan, maka Berita Acara
Persidangan atau putusan tersebut ditandatangani oleh Hakim Anggota senior
dalam majelis tersebut atau panitera. Ketua Pengadilan membuat keterangan di
bawah tanda tangan anggota majelis atau panitera tersebut. (Pasal 198 RBg /
187 HIR).

VII.

Penutup
Berita acara persidangan sebagai landasan dalam menyusun putusan oleh

hakim, harus dapat menggambarkan proses jalannya persidangan pemeriksaan sebuah
perkara. Dari sebuah berita acara persidangan, akan dapat diketahui apakah majelis
hakim yang memeriksa perkara telah memenuhi ketentuan hukum formil dalam
pemeriksaan perkara. Oleh sebab itu dalam pembuatan berita acara persidangan harus
dilakukan secara hati-hati, cermat dan teliti, agar nilai autentik berita acara
persidangan tetap terjaga.

Jayapura, 3 September 2012
17

Daftar Bacaan :
1. Abdul Manan, Dr. H., SH.,Sip., MHum dan Ahmad Kamil, Drs. SH., MHum.,
Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Pola
Administrasi Kepaniteraan pada Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi
Agama, Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Peradilan Agama, Mahkamah
Agung RI, Jakarta, 2007.
2. Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Peradilan Agama, Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Administrasi Dalam Lingkungan Peradilan Agama, Mahkamah Agung
RI, Jakarta, 2010.
3. Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, Himpunan Peraturan Perundangundangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, Departemen Agama, Jakarta,
2003.
4. F. Agsya, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009, Asa
Mandiri, Jakarta, 2010.
5. Fokus Media, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman dan Mahkamah Agung,
Edisi revisi 2009, Fokus Media, Bandung, 2009.
6. Simorangkir, JCT., SH., Kamus Hukum, Aksara Baru, Jakarta, 1987.
7. Tirtaamidjaja, Mr.M.H., Kumpulan Formulir-formulir Untuk Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung, Penerbit Fasco Jakarta, 1957
8. Yahya Harahap, M., SH., Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Cetakan Pertama,
Jakarta, 2005.
9. Yahya Harahap, M., SH., Kekuasaan Pengadilan Tinggi dan Proses Pemeriksaan
Perkara Perdata Dalam Tingkat Banding, Sinar Grafika, Cetakan Pertama,
Jakarta, 2006.

18

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124