LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN C
LAPORAN PENDAHULUAN PADA
PASIEN DENGAN CA RECTI
Juniartha Semara Putra
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN CA RECTI
I. KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN CARSINOMA RECTI
Carsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum. Keganasan ini
banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan yang terbanyak adalah adenoma
carsinoma 65%. Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar)
atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker
colorectal adalah adenocarcinoma(kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta
melepaskan lendir dan cairan lainnya).
B. ETIOLOGI
Pada dasarnya penyebab timbulnya carsinoma recti sampai sekarang belum diketahui,
tetapi ada beberapa faktor yang menjadi pendukung timbulnya kanker recti, seperti: polipotus,
familial, defisiensi imonologik, kolitis, Ulserasi, granulomatis kolitis. Insiden keganasan ini
diberbagai daerah berbeda dan ternyata ada hubungannya dengan faktor lingkungan terutama
kebiasaan makan (diit). Masyarakat yang diitnya rendah selulosa tinggi protein hewani dan
lemak mempunyai insiden yang tinggi terjadinya kanker recti, sebaliknya masyarakat yang
diitnya banyak mengandung serat, insiden terjadinya carsinoma recti rendah.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah
teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus
inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).
Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon
atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar
Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat
terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker
di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk terkena kanker colorectal.
Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar,
khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak
dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena
kanker colorectal.
Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua.
Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun
ke atas.
C. PATOFISIOLOGI
Proses keganasan mulai dari dalam sel-sel yang melapisi dinding usus. Tumor terjadi pada
daerah yang berbeda-beda di dinding usus besar dalam proposi perkiraan berikut 16% pada
kolon asenden, 8% pada kolon transversal, 20% – 30% pada kolon desenden dan sigmoid, serta
40% – 50% pada rektum.
Hampir semua kanker rektum berkembang dari polip ademotosa. Kanker biasanya tumbuh
tidak terdeteksi hingga gejala-gejala secara perlahan-lahan dan sifatnya berbahaya terjadi. Secara
lokal kanker rektum biasanya menyebar lebih kedalam lapisan-lapisan dinding perut, yang
dimulai dari orang-orang lain yang berdekatan. Kanker ini membesar atau menyebar melalui
sistim sirkulasi yang masuk dari pembuluh-pembuluh darah. Tempat-tempat metastase yang lain
adalah termasuk kelenjar-kelenjar adrenal, ginjal, kulit, tulang dan otot.
Disamping penyebaran secara langsung melalui sistim sirkulasi dan lymphatik, kanker
rektum juga menyebar melalui peredaran peritoneal. Penyebaran terjadi ketika kanker diangkat
dan sel-sel kanker berpisah dari kanker dan menuju lubang peritonial.
D. TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda yang mungkin dialami pada pasien dengan carsinoma recti, kembung, feses
yang kecil atau bentuk pita, adanya mukus dan darah yang segar pada fases.
Gejala tergantung dari lokalisasi, jenis keganasan penyebaran dan komplikasi yang terjadi.
Jenis pertumbuhan adenocarsinoma rektum sangat lembat, diperkirakan untuk mencapai dua kali
lipat membutuhkan waktu 620 hari dan biasanya bersifat asimlomatik. Kanker yang terletak pada
rektum dapat menimbulkan tenesmus dan keinginan defakasi yang terus menerus.
Metastase besarnya kelenjar regional dahulu yang sulit diraba dari luar. Metastase kehati
menimbulkan pembesaran hati yang berbenjol-benjol, nyeri tekan dan juga bisa terjadi ikterus.
Metas tase ke paru-paru dapat menimbulkan batuk, akan tetapi hal ini jarang terjadi.
E. JENIS KLASIFIKASI
Dokter membagi kanker colorectal berdasarkan stadium berikut:
1. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau rektum.
Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
2. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum
tumbuh menembus dinding.
3. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau
rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker
belum menyebar ke kelenjar getah bening,
4. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi belum
menyebar ke bagian tubuh yang lain.
5. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paruparu.
6. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali setelah
periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali
dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi :
Kelas A
: Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B
Kelas C
: Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
: Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D
: Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 )
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibat adanya kanken rektum adalah :
a. Terjadinya osbtruksi pada daerah pelepasan
b. Terjadinya perforasi pada usus
c. Pembentukan pistula pada kandung kemih atau vagina.
Karsinoma rektum dapat menyebabkan terjadinya ulserasi atau perdarahan, menimbulkan
obstruksi bila membesar, atau menembus vagina (invasi) keseluruh dinding usus dan kelenjarkelenjar regional. Adapun komplikasi selain terjadinya obstruksi, perforasi yaitu pendarahan dan
penyebaran ke organ yang berdekatan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan
1. Pemeriksaan laboratorium:
Tinja
CEA (Carcino-embryonic
anti-gen)
2. Pemeriksaan radiologis
3. Endoskopi dan biopsi
Tujuan/Interpretasi Hasil
Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja
(makroskopis/mikroskopis)
Kurang bermakna untuk diagnosis awal
karena hasilnya yang tidak spesifik serta
dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi
bermanfaat dalam mengevaluasi dampak
terapi dan kemungkinan residif atau
metastase.
-Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda
(double contrast) untuk melihat gambaran lesi
secara radiologis.
-Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat
kelainan struktur dari rektum sampai Recti.
Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis
tumor secara patologi-anatomis.
-Diperlukan untuk mengtahui adanya
metastasis ke hati.
4. Ultrasonografi
H. PENATALAKSANAAN
1) Pilihan utama pada kanker rektum adalah dengan jalan pembedahan kolostomi
a.
Pengertian Colostomi
Sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli melalui dinding abdomen ke dalam kolom
iliaka atau asenden yang bersifat sementara atau permanen untuk mengeluarkan feses.
Lubang yang dibuat melalui dinding abdoimen ke dalam kolon iliaka atau asenden tempat
untuk mengeluarkan fases. Pembukaan sementara atau permanen dari usus besar melalui
dinding perut untuk mengeluarkan tinja. Kolostomi adalah tindakan pembedahan dimana
sebagian usus besar dijahitkan pada dinding perut, dimana lubangnya dibuat sedemikian rupa
sehingga tinja terdorog untuk keluar.
Kolostomi adalah membuat lubang yang bersifat sementara atau tetap pada usus besar
menembus permukaan abdomen sebagai pemindahan jalan keluar fecers. Lokasi anatominya
pada colon cicenden, transversal atau sigmoid, kolotomi dikerjakan pada penyakit peradangan,
cacat bawaan, kanker, obser, fistula, onstruksi dan perforasi.
b. Jenis-jenis kolostomi
kolostomi yang dilakukan ada 2 macam yaitu :
a) Kolostomi Permanen
Jenis kolostomi dilakukan bila kolon atau rectum pasien dibuang, karena ada kanker pada kolon
atau rectum. Kolostomi ini disebut juga dengan kolostomi ujung atau single barrel karena
dilakukan pada salah satu ujung dari kolon dan kolostomi ini mempunyai satu lubang.
b) Kolom Temporer
Kolostomi ini bersifat hanya sementara dan dilakukan untuk mengalihkan facces, untuk
kemudian ditutup kembali. Kolostomi ini terdiri dari 2 lussing atau double barrel.
c.
Indikasi dilakukan Kolostomi
Tindakan kolostomi seringdilakukan pada pasien dengan difertikulitis yang sudah
komplikasi seperti pendarahan hebat, perforasi dan obses, sehingga untuk mengalihkasn jalannya
feces dilakukan kolostomi.
Kolostomi sering dilakukan pada pasien dengan karsinoma kolon. Karsinima tersebut
dapat memenuhi atau melingkari kolon menyebabkan obstruksi pada kolon, akhirnya penderita
mengalami kesulitan untuk buang air besar atau kostipasi usus.
d. Komplikasi Kolostomi
Suatu tindakan pada pembedahan yang dilakukan pada pasien tidak jarang akan
menimbulkan komplikasi.
a) Obstruksi, terjadi karena perlengketan atau sumbatan oleh makanan.
b)
Infeksi pada luka, merupakan suatu komplikasi dari tindakan kolostomi yang sering terjadi,
karena terkontaminasi oleh tinja yang mengandung bakteri.
c)
Retraksi stoma penyekat antara kantong atau kolostomi bagian dengan stoma, juga karena
adanya jaringan sekat yang terbentuk disekitar stoma yang mengkerut
2) Radiasi
Radiasi pasca bedah diberikan jika:
a. sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
b. ada metastasis ke kelenjar limfe regional
c. masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis jauh.
(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3) Pemberian obat Sitostatika
a. inoperabel
b. operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika muskularis
propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
1. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut. Pemberian berikutnya
pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus.
2. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
3. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya
lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian, harus diawasi
kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil
yang memuaskan.
II.
FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
a) Kelemahan, kelelahan/keletihan
b)
Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
c) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi:
Gejala:
Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3. Integritas ego:
Gejala:
a) Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum
alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
b) Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
c)
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Gejala:
Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
a) Perubahan bising usus, distensi abdomen
b) Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5. Makanan/cairan:
Gejala:
a)
Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan
pengawet)
b) Anoreksia, mual, muntah
c) Intoleransi makanan
Tanda:
Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit
7. Keamanan:
Gejala:
Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8. Interaksi social
Gejala:
a) Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
b) Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
Riwayat kanker dalam keluarga
Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
b) Prioritas Keperawatan
1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.
III.
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder
terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
Peningkatan bunyi usus/peristaltik
Peningkatan defekasi cair
Perubahan warna feses
Nyeri/kram abdomen
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
Peningkatan bunyi usus
Konjungtiva dan membran mukosa pucat
Mual, muntah, diare
3.
Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan,
status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma)
Ditandai dengan:
Eksaserbasi penyakit tahap akut
Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
Iritabel
Fokus perhatian menyempit
4.
Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif
(penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak
adekuat)
Ditandai dengan:
Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas
Menyatakan diri tidak berharga
Depresi dan ketergantungan
5.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
Tidak akurat mengikuti instruksi
Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah
6.
Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. Saraf, infiltrasi saraf atau suplai
vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen terapi saraf kanker.
Ditandai dengan :
keluhan nyeri
memfokuskan pada diri sendiri/ penyempitan fokus
distraksi/ perilaku berhati-hati
gelisah, respons autonomik
IV.
1.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus
sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah -Defekasi
baring siapkan alat yang diperlukan tanpa
RASIONAL
tiba-tiba dapat
tanda
dekat tempat tidur, pasang tirai dan diantisipasi
segera buang feses setelah defekasi).
2.
Tingkatkan/pertahankan
cairan per oral.
terjadi
sehingga
dengan
perlu
menyiapkan
keperluan klien.
asupan -Mencegah
timbulnya
maslah
kekurangan cairan.
3. Ajarkan tentang makanan-minuman -Membantu klien menghindari agen
yang dapat memperburuk/mencetus- pencetus diare.
kan diare.
4.
-Menilai perkembangan maslah.
Observasi dan catat frekuensi -Mengantisipasi tanda-tanda bahaya
defekasi, volume dan karakteristik perforasi
feses.
5.
dan
peritonitis
yang
memerlukan tindakan kedaruratan.
Observasi
demam,
letargi,
leukositosis,
protein
serum,
kelesuan.
takikardia, -Antibiotika
untuk
penurunan membunuh/menghambat
ansietas
dan pertumbuhan agen patogen biologik,
antikolinergik
untuk
menurunkan
6. Kolaborasi pemberian obat-obatan peristaltik usus dan menurunkan
sesuai program terapi (antibiotika, sekresi digestif, kortikosteroid untuk
2.
antikolinergik, kortikosteroid).
menurunkan proses inflamasi.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Pertahankan tirah baring selama fase -Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
akut/pasca terapi
mencegah penurunan kalori dan simpanan
2. Bantu perawatan kebersihan rongga energi.
mulut (oral hygiene).
3.
-Meningkatkan kenyamanan dan selera
Berikan diet TKTP, sajikan dalam makan.
bentuk
yang
sesuai
perkembangan -Asupan kalori dan protein tinggi perlu
kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi diberikan untuk mengimbangi status
biasa)
hipermetabolisme klien keganasan.
4. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai -Pemberian preparat zat besi dan vitamin
indikasi (roborantia)
B12 dapat mencegah anemia; pemberian
5. Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi asam folat mungkin perlu untuk mengatasi
parenteral.
defisiensi karen amalbasorbsi.
-Pemberian peroral mungkin dihentikan
sementara untuk mengistirahatkan saluran
3.
cerna.
Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status
kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis
(proses neoplasma).
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Orientasikan klien dan orang terdekat -Informasi yang tepat tentang situasi yang
terhadap prosedur rutin dan aktivitas dihadapi
yang diharapkan.
klien
dapat
menurunkan
kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan
2. Eksplorasi kecemasan klien dan berikan sekitar dan membantu klien mengantisipasi
umpan balik.
3.
dan menerima situasi yang terjadi.
Tekankan bahwa kecemasan adalah -Mengidentifikasi
faktor
masalah yang lazim dialami oleh banyak pencetus/pemberat masalah kecemasan dan
orang dalam situasi klien saat ini.
4.
Ijinkan
klien
(significant
ditemani
others)
menawarkan solusi yang dapat dilakukan
keluarga klien.
selama
fase -Menunjukkan bahwa kecemasan adalah
kecemasan dan pertahankan ketenangan wajar dan tidak hanya dialami oleh klien
lingkungan.
satu-satunya dengan harapan klien dapat
5. Kolaborasi pemberian obat sedatif.
memahami dan menerima keadaanya.
6. Pantau dan catat respon verbal dan non -Memobilisasi
verbal
klien
yang
menunjukan mencegah
sistem
perasaan
pendukung,
terisolasi
dan
kecemasan.
menurunkan kecemsan.
-Menurunkan
kecemasan,
memudahkan
istirahat.
4.
-Menilai perkembangan masalah klien.
Koping individu tak efektif (koping menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d intensitas dan
pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian,
kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat).
1.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
Bantu klien mengembangkan -Penderita kanker tahap dini dapat hidup
strategi pemecahan masalah yang survive dengan mengikuti program terapi
sesuai didasarkan pada kekuatan yang tepat dan dengan pengaturan diet dan
pribadi dan pengalamannya.
aktivitas yang sesuai
2. Mobilisasi dukungan emosional -Dukungan
SO
dapat
membantu
dari orang lain (keluarga, teman, meningkatkan spirit klien untuk mengikuti
tokoh agama, penderita kanker program terapi.
lainnya)
3.
-Terapi psikiatri mungkin diperlukan pada
Kolaborasi
terapi keadaan depresi/agresi yang berat dan lama
medis/keperawatan psikiatri bila sehingga dapat memperburuk keadaan
klien
mengalami
depresi/agresi kesehatan klien.
yang ekstrim.
-Menilai perkembangan masalah klien.
4. Kaji fase penolakan-penerimaan
klien terhadap penyakitnya (sesuai
5.
teori Kubler-Ross)
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Kaji tingkat pengetahuan klien/orang -Proses pembelajaran sangat dipengaruhi
terdekat
dan
belajar klien.
kemampuan/kesiapan
oleh kesiapan fisik dan mental klien.
-Meningkatkan pengetahuan klien tentang
2. Jelaskan tentang proses penyakit, masalah yang dialaminya.
penyebab/faktor risiko, dan dampak -Meningkatkan partisipasi dan kemandirian
penyakit terhadap perubahan status klien untuk mengikuti program terapi.
kesehatan-sosio-ekonomi,
fungsi- -Penderita kanker yang mengikuti program
peran dan pola interaksi sosial klien.
terapi yang tepat dengan status gizi yang
3. Jelaskan tentang terapi pembedahan, adekuat meningkatkan kualitas hidupnya.
radiasi dan kemoterapi serta efek
samping yang dapat terjadi
4. Tekankan pentingnya mempertahankan asupan nutrisi dan cairan yang
adekuat.
6. Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. saraf, infiltrasi saraf atau suplai
vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen terapi saraf
kanker.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Tanyakan pasien tentang nyeri. -Membantu dalam evaluasi gejala nyeri
Tentukan
karakteristik
nyeri.
Buat karena kanker. Penggunaan skala rentang
rentang intensitas pada skala 0 – 10.
membantu pasien dalam mengkaji tingkat
2. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi
nyeri pasien
keefektifan analgesik, meningkatkan
3. Catat kemungkinan penyebab nyeri control nyeri
patofisiologi dan psikologi.
-Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/
4. Dorong menyatakan perasaan tentang non verbal dapat memberikan petunjuk
nyeri.
derajat
nyeri,
kebutuhan/
keefektifan
5. Berikan tindakan kenyamanan. Dorong intervensi.
dan
ajarkan
relaksasi
penggunaan
teknik -Insisi posterolateral lebih tidak nyaman
untuk pasien dari pada insisi anterolateral.
Selain itu takut, distress, ansietas dan
kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat
mengganggu kemampuan mengatasinya
-Takut/
masalah
dapat
meningkatkan
tegangan otot dan menurunkan ambang
persepsi nyeri.
-Meningkatkan relaksasi dan pengalihan
perhatian.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
I Putu Juniartha Semara Putra
PASIEN DENGAN CA RECTI
Juniartha Semara Putra
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN CA RECTI
I. KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN CARSINOMA RECTI
Carsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum. Keganasan ini
banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan yang terbanyak adalah adenoma
carsinoma 65%. Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar)
atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker
colorectal adalah adenocarcinoma(kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta
melepaskan lendir dan cairan lainnya).
B. ETIOLOGI
Pada dasarnya penyebab timbulnya carsinoma recti sampai sekarang belum diketahui,
tetapi ada beberapa faktor yang menjadi pendukung timbulnya kanker recti, seperti: polipotus,
familial, defisiensi imonologik, kolitis, Ulserasi, granulomatis kolitis. Insiden keganasan ini
diberbagai daerah berbeda dan ternyata ada hubungannya dengan faktor lingkungan terutama
kebiasaan makan (diit). Masyarakat yang diitnya rendah selulosa tinggi protein hewani dan
lemak mempunyai insiden yang tinggi terjadinya kanker recti, sebaliknya masyarakat yang
diitnya banyak mengandung serat, insiden terjadinya carsinoma recti rendah.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah
teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus
inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).
Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon
atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar
Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat
terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker
di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk terkena kanker colorectal.
Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar,
khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak
dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena
kanker colorectal.
Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua.
Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun
ke atas.
C. PATOFISIOLOGI
Proses keganasan mulai dari dalam sel-sel yang melapisi dinding usus. Tumor terjadi pada
daerah yang berbeda-beda di dinding usus besar dalam proposi perkiraan berikut 16% pada
kolon asenden, 8% pada kolon transversal, 20% – 30% pada kolon desenden dan sigmoid, serta
40% – 50% pada rektum.
Hampir semua kanker rektum berkembang dari polip ademotosa. Kanker biasanya tumbuh
tidak terdeteksi hingga gejala-gejala secara perlahan-lahan dan sifatnya berbahaya terjadi. Secara
lokal kanker rektum biasanya menyebar lebih kedalam lapisan-lapisan dinding perut, yang
dimulai dari orang-orang lain yang berdekatan. Kanker ini membesar atau menyebar melalui
sistim sirkulasi yang masuk dari pembuluh-pembuluh darah. Tempat-tempat metastase yang lain
adalah termasuk kelenjar-kelenjar adrenal, ginjal, kulit, tulang dan otot.
Disamping penyebaran secara langsung melalui sistim sirkulasi dan lymphatik, kanker
rektum juga menyebar melalui peredaran peritoneal. Penyebaran terjadi ketika kanker diangkat
dan sel-sel kanker berpisah dari kanker dan menuju lubang peritonial.
D. TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda yang mungkin dialami pada pasien dengan carsinoma recti, kembung, feses
yang kecil atau bentuk pita, adanya mukus dan darah yang segar pada fases.
Gejala tergantung dari lokalisasi, jenis keganasan penyebaran dan komplikasi yang terjadi.
Jenis pertumbuhan adenocarsinoma rektum sangat lembat, diperkirakan untuk mencapai dua kali
lipat membutuhkan waktu 620 hari dan biasanya bersifat asimlomatik. Kanker yang terletak pada
rektum dapat menimbulkan tenesmus dan keinginan defakasi yang terus menerus.
Metastase besarnya kelenjar regional dahulu yang sulit diraba dari luar. Metastase kehati
menimbulkan pembesaran hati yang berbenjol-benjol, nyeri tekan dan juga bisa terjadi ikterus.
Metas tase ke paru-paru dapat menimbulkan batuk, akan tetapi hal ini jarang terjadi.
E. JENIS KLASIFIKASI
Dokter membagi kanker colorectal berdasarkan stadium berikut:
1. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau rektum.
Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
2. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum
tumbuh menembus dinding.
3. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau
rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker
belum menyebar ke kelenjar getah bening,
4. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi belum
menyebar ke bagian tubuh yang lain.
5. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paruparu.
6. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali setelah
periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali
dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi :
Kelas A
: Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B
Kelas C
: Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
: Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D
: Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 )
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibat adanya kanken rektum adalah :
a. Terjadinya osbtruksi pada daerah pelepasan
b. Terjadinya perforasi pada usus
c. Pembentukan pistula pada kandung kemih atau vagina.
Karsinoma rektum dapat menyebabkan terjadinya ulserasi atau perdarahan, menimbulkan
obstruksi bila membesar, atau menembus vagina (invasi) keseluruh dinding usus dan kelenjarkelenjar regional. Adapun komplikasi selain terjadinya obstruksi, perforasi yaitu pendarahan dan
penyebaran ke organ yang berdekatan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan
1. Pemeriksaan laboratorium:
Tinja
CEA (Carcino-embryonic
anti-gen)
2. Pemeriksaan radiologis
3. Endoskopi dan biopsi
Tujuan/Interpretasi Hasil
Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja
(makroskopis/mikroskopis)
Kurang bermakna untuk diagnosis awal
karena hasilnya yang tidak spesifik serta
dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi
bermanfaat dalam mengevaluasi dampak
terapi dan kemungkinan residif atau
metastase.
-Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda
(double contrast) untuk melihat gambaran lesi
secara radiologis.
-Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat
kelainan struktur dari rektum sampai Recti.
Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis
tumor secara patologi-anatomis.
-Diperlukan untuk mengtahui adanya
metastasis ke hati.
4. Ultrasonografi
H. PENATALAKSANAAN
1) Pilihan utama pada kanker rektum adalah dengan jalan pembedahan kolostomi
a.
Pengertian Colostomi
Sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli melalui dinding abdomen ke dalam kolom
iliaka atau asenden yang bersifat sementara atau permanen untuk mengeluarkan feses.
Lubang yang dibuat melalui dinding abdoimen ke dalam kolon iliaka atau asenden tempat
untuk mengeluarkan fases. Pembukaan sementara atau permanen dari usus besar melalui
dinding perut untuk mengeluarkan tinja. Kolostomi adalah tindakan pembedahan dimana
sebagian usus besar dijahitkan pada dinding perut, dimana lubangnya dibuat sedemikian rupa
sehingga tinja terdorog untuk keluar.
Kolostomi adalah membuat lubang yang bersifat sementara atau tetap pada usus besar
menembus permukaan abdomen sebagai pemindahan jalan keluar fecers. Lokasi anatominya
pada colon cicenden, transversal atau sigmoid, kolotomi dikerjakan pada penyakit peradangan,
cacat bawaan, kanker, obser, fistula, onstruksi dan perforasi.
b. Jenis-jenis kolostomi
kolostomi yang dilakukan ada 2 macam yaitu :
a) Kolostomi Permanen
Jenis kolostomi dilakukan bila kolon atau rectum pasien dibuang, karena ada kanker pada kolon
atau rectum. Kolostomi ini disebut juga dengan kolostomi ujung atau single barrel karena
dilakukan pada salah satu ujung dari kolon dan kolostomi ini mempunyai satu lubang.
b) Kolom Temporer
Kolostomi ini bersifat hanya sementara dan dilakukan untuk mengalihkan facces, untuk
kemudian ditutup kembali. Kolostomi ini terdiri dari 2 lussing atau double barrel.
c.
Indikasi dilakukan Kolostomi
Tindakan kolostomi seringdilakukan pada pasien dengan difertikulitis yang sudah
komplikasi seperti pendarahan hebat, perforasi dan obses, sehingga untuk mengalihkasn jalannya
feces dilakukan kolostomi.
Kolostomi sering dilakukan pada pasien dengan karsinoma kolon. Karsinima tersebut
dapat memenuhi atau melingkari kolon menyebabkan obstruksi pada kolon, akhirnya penderita
mengalami kesulitan untuk buang air besar atau kostipasi usus.
d. Komplikasi Kolostomi
Suatu tindakan pada pembedahan yang dilakukan pada pasien tidak jarang akan
menimbulkan komplikasi.
a) Obstruksi, terjadi karena perlengketan atau sumbatan oleh makanan.
b)
Infeksi pada luka, merupakan suatu komplikasi dari tindakan kolostomi yang sering terjadi,
karena terkontaminasi oleh tinja yang mengandung bakteri.
c)
Retraksi stoma penyekat antara kantong atau kolostomi bagian dengan stoma, juga karena
adanya jaringan sekat yang terbentuk disekitar stoma yang mengkerut
2) Radiasi
Radiasi pasca bedah diberikan jika:
a. sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
b. ada metastasis ke kelenjar limfe regional
c. masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis jauh.
(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3) Pemberian obat Sitostatika
a. inoperabel
b. operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika muskularis
propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
1. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut. Pemberian berikutnya
pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus.
2. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
3. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya
lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian, harus diawasi
kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil
yang memuaskan.
II.
FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
a) Kelemahan, kelelahan/keletihan
b)
Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
c) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi:
Gejala:
Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3. Integritas ego:
Gejala:
a) Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum
alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
b) Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
c)
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Gejala:
Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
a) Perubahan bising usus, distensi abdomen
b) Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5. Makanan/cairan:
Gejala:
a)
Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan
pengawet)
b) Anoreksia, mual, muntah
c) Intoleransi makanan
Tanda:
Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit
7. Keamanan:
Gejala:
Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8. Interaksi social
Gejala:
a) Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
b) Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
Riwayat kanker dalam keluarga
Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
b) Prioritas Keperawatan
1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.
III.
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder
terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
Peningkatan bunyi usus/peristaltik
Peningkatan defekasi cair
Perubahan warna feses
Nyeri/kram abdomen
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
Peningkatan bunyi usus
Konjungtiva dan membran mukosa pucat
Mual, muntah, diare
3.
Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan,
status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma)
Ditandai dengan:
Eksaserbasi penyakit tahap akut
Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
Iritabel
Fokus perhatian menyempit
4.
Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif
(penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak
adekuat)
Ditandai dengan:
Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas
Menyatakan diri tidak berharga
Depresi dan ketergantungan
5.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
Tidak akurat mengikuti instruksi
Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah
6.
Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. Saraf, infiltrasi saraf atau suplai
vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen terapi saraf kanker.
Ditandai dengan :
keluhan nyeri
memfokuskan pada diri sendiri/ penyempitan fokus
distraksi/ perilaku berhati-hati
gelisah, respons autonomik
IV.
1.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus
sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah -Defekasi
baring siapkan alat yang diperlukan tanpa
RASIONAL
tiba-tiba dapat
tanda
dekat tempat tidur, pasang tirai dan diantisipasi
segera buang feses setelah defekasi).
2.
Tingkatkan/pertahankan
cairan per oral.
terjadi
sehingga
dengan
perlu
menyiapkan
keperluan klien.
asupan -Mencegah
timbulnya
maslah
kekurangan cairan.
3. Ajarkan tentang makanan-minuman -Membantu klien menghindari agen
yang dapat memperburuk/mencetus- pencetus diare.
kan diare.
4.
-Menilai perkembangan maslah.
Observasi dan catat frekuensi -Mengantisipasi tanda-tanda bahaya
defekasi, volume dan karakteristik perforasi
feses.
5.
dan
peritonitis
yang
memerlukan tindakan kedaruratan.
Observasi
demam,
letargi,
leukositosis,
protein
serum,
kelesuan.
takikardia, -Antibiotika
untuk
penurunan membunuh/menghambat
ansietas
dan pertumbuhan agen patogen biologik,
antikolinergik
untuk
menurunkan
6. Kolaborasi pemberian obat-obatan peristaltik usus dan menurunkan
sesuai program terapi (antibiotika, sekresi digestif, kortikosteroid untuk
2.
antikolinergik, kortikosteroid).
menurunkan proses inflamasi.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Pertahankan tirah baring selama fase -Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
akut/pasca terapi
mencegah penurunan kalori dan simpanan
2. Bantu perawatan kebersihan rongga energi.
mulut (oral hygiene).
3.
-Meningkatkan kenyamanan dan selera
Berikan diet TKTP, sajikan dalam makan.
bentuk
yang
sesuai
perkembangan -Asupan kalori dan protein tinggi perlu
kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi diberikan untuk mengimbangi status
biasa)
hipermetabolisme klien keganasan.
4. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai -Pemberian preparat zat besi dan vitamin
indikasi (roborantia)
B12 dapat mencegah anemia; pemberian
5. Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi asam folat mungkin perlu untuk mengatasi
parenteral.
defisiensi karen amalbasorbsi.
-Pemberian peroral mungkin dihentikan
sementara untuk mengistirahatkan saluran
3.
cerna.
Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status
kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis
(proses neoplasma).
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Orientasikan klien dan orang terdekat -Informasi yang tepat tentang situasi yang
terhadap prosedur rutin dan aktivitas dihadapi
yang diharapkan.
klien
dapat
menurunkan
kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan
2. Eksplorasi kecemasan klien dan berikan sekitar dan membantu klien mengantisipasi
umpan balik.
3.
dan menerima situasi yang terjadi.
Tekankan bahwa kecemasan adalah -Mengidentifikasi
faktor
masalah yang lazim dialami oleh banyak pencetus/pemberat masalah kecemasan dan
orang dalam situasi klien saat ini.
4.
Ijinkan
klien
(significant
ditemani
others)
menawarkan solusi yang dapat dilakukan
keluarga klien.
selama
fase -Menunjukkan bahwa kecemasan adalah
kecemasan dan pertahankan ketenangan wajar dan tidak hanya dialami oleh klien
lingkungan.
satu-satunya dengan harapan klien dapat
5. Kolaborasi pemberian obat sedatif.
memahami dan menerima keadaanya.
6. Pantau dan catat respon verbal dan non -Memobilisasi
verbal
klien
yang
menunjukan mencegah
sistem
perasaan
pendukung,
terisolasi
dan
kecemasan.
menurunkan kecemsan.
-Menurunkan
kecemasan,
memudahkan
istirahat.
4.
-Menilai perkembangan masalah klien.
Koping individu tak efektif (koping menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d intensitas dan
pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian,
kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat).
1.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
Bantu klien mengembangkan -Penderita kanker tahap dini dapat hidup
strategi pemecahan masalah yang survive dengan mengikuti program terapi
sesuai didasarkan pada kekuatan yang tepat dan dengan pengaturan diet dan
pribadi dan pengalamannya.
aktivitas yang sesuai
2. Mobilisasi dukungan emosional -Dukungan
SO
dapat
membantu
dari orang lain (keluarga, teman, meningkatkan spirit klien untuk mengikuti
tokoh agama, penderita kanker program terapi.
lainnya)
3.
-Terapi psikiatri mungkin diperlukan pada
Kolaborasi
terapi keadaan depresi/agresi yang berat dan lama
medis/keperawatan psikiatri bila sehingga dapat memperburuk keadaan
klien
mengalami
depresi/agresi kesehatan klien.
yang ekstrim.
-Menilai perkembangan masalah klien.
4. Kaji fase penolakan-penerimaan
klien terhadap penyakitnya (sesuai
5.
teori Kubler-Ross)
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Kaji tingkat pengetahuan klien/orang -Proses pembelajaran sangat dipengaruhi
terdekat
dan
belajar klien.
kemampuan/kesiapan
oleh kesiapan fisik dan mental klien.
-Meningkatkan pengetahuan klien tentang
2. Jelaskan tentang proses penyakit, masalah yang dialaminya.
penyebab/faktor risiko, dan dampak -Meningkatkan partisipasi dan kemandirian
penyakit terhadap perubahan status klien untuk mengikuti program terapi.
kesehatan-sosio-ekonomi,
fungsi- -Penderita kanker yang mengikuti program
peran dan pola interaksi sosial klien.
terapi yang tepat dengan status gizi yang
3. Jelaskan tentang terapi pembedahan, adekuat meningkatkan kualitas hidupnya.
radiasi dan kemoterapi serta efek
samping yang dapat terjadi
4. Tekankan pentingnya mempertahankan asupan nutrisi dan cairan yang
adekuat.
6. Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. saraf, infiltrasi saraf atau suplai
vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen terapi saraf
kanker.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Tanyakan pasien tentang nyeri. -Membantu dalam evaluasi gejala nyeri
Tentukan
karakteristik
nyeri.
Buat karena kanker. Penggunaan skala rentang
rentang intensitas pada skala 0 – 10.
membantu pasien dalam mengkaji tingkat
2. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi
nyeri pasien
keefektifan analgesik, meningkatkan
3. Catat kemungkinan penyebab nyeri control nyeri
patofisiologi dan psikologi.
-Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/
4. Dorong menyatakan perasaan tentang non verbal dapat memberikan petunjuk
nyeri.
derajat
nyeri,
kebutuhan/
keefektifan
5. Berikan tindakan kenyamanan. Dorong intervensi.
dan
ajarkan
relaksasi
penggunaan
teknik -Insisi posterolateral lebih tidak nyaman
untuk pasien dari pada insisi anterolateral.
Selain itu takut, distress, ansietas dan
kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat
mengganggu kemampuan mengatasinya
-Takut/
masalah
dapat
meningkatkan
tegangan otot dan menurunkan ambang
persepsi nyeri.
-Meningkatkan relaksasi dan pengalihan
perhatian.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
I Putu Juniartha Semara Putra