MODEL PEMBELAJARAN DAN TEMATIK SD

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD
A. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal Sekolah Dasar
Anak yang berada di kelas awal Sekolah Dasar (SD) adalah anak yang
berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang
pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang.
Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong
sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD
biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah
mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat
dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat
menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat
memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial
anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat
menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi
dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat
mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi,
sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar
dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD
ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan

obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan
kata,

senang

berbicara,

memahami sebab

akibat

dan berkembangnya

pemahaman terhadap ruang dan waktu.
Menurut teori kognitif Piaget, Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan
operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku
belajar sebagai berikut:
1. Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi
ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara
serentak,

2. Mulai berpikir secara operasional,
3. Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan
benda-benda,

4. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip
ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat,
5. Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan
berat.
Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan
belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
1. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang
konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik,
dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil
belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga
lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Integratif

Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang
dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah
konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang
deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
3. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara
bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan
logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman
materi .
B. Pembelajaran Tematik
Sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia awal Sekolah Dasar
tersebut maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya
dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau
memadukan

beberapa

Kompetensi


Dasar

(KD)

dan

indikator

dari

kurikulum/Standar Isi (SI) dari beberapa mapel menjadi satu kesatuan untuk

dikemas dalam satu tema. Menurut Lukmanul Hakiim (2011:212), pembelajaran
tematik

merupakan

suatu


model

dan

strategi

pembelajaran

yang

mengintegrasikan berbagai mata pelajaran atau sejumlah disiplin ilmu melalui
pemaduan area isi, keterampilan, dan sikap ke dalam suatu tema tertentu.. Tema
adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.
Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, Siswa
mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama, Pemahaman terhadap materi
pelajaran lebih mendalam dan berkesan, Kompetensi dasar dapat dikembangkan
lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi
siswa, Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas, Siswa lebih bergairah belajar karena
dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu
kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran
lain
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para
tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran
haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan
konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema,
sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain
itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat

membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang
masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).

C. Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan Pembelajaran tematik mencakup:
1.

Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh

tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme.
Aliran progresivisme yang memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan,
suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.
Aliran konstruktivisme yang melihat pengalaman langsung siswa (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini,
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia
mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena,
pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu
saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh
masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi,

melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa
yang

diwujudkan

oleh

rasa

ingin

tahunya

sangat

berperan

dalam

perkembangan pengetahuannya.

Aliran humanisme yang melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya,
potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
2. Landasan psikologis.
Dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi
perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan
diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang
diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai
dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan
kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut
disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
3. Landasan yuridis.
Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau
peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah
dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan

tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan

pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab
V Pasal 1-b).
D. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai

suatu

model

pembelajaran,

pembelajaran

tematik

memiliki

karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student
centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih

banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih
banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan

pengalaman

langsung,

Pembelajaran

tematik

dapat

memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences).
Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran tematik
pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling
dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran. Pembelajaran tematik
menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu
siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana
guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa
dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa
diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai
dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
E. Manfaat Pembelajaran Tematik
Menurut Tim Puskur dalam Sukayati dan Sri Wulandari (2009:15), ada
beberapa manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan pembelajaran tematik.
1.

Banyak materi-materi yang tertuang dalam beberapa mapel mempunyai
keterkaitan konsep, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
utuh.

2.

Peserta didik mudah memusatkan perhatian karena beberapa mapel
dikemas dalam satu tema yang sama.

3.

Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi beberapa mapel dalam tema yang sama.

4.

Pembelajaran tematik melatih peserta didik untuk semakin banyak
membuat hubungan beberapa mapel, sehingga mampu memproses
informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya, dan memungkinkan
berkembangnya jaringan konsep.

5.

Menghemat waktu karena beberapa mapel dikemas dalam suatu tema dan
disajikan secara terpadu dalam alokasi pertemuan-pertemuan yang
direncanakan. Waktu yang lain dapat digunakan untuk pemantapan,
pengayaan, pembinaan keterampilan, dan remidial.

F.

Rambu-rambu Pembelajaran Tematik

Menurut Tim Puskur dalam Sukayati dan Sri Wulandari (2009:16), ada beberapa
rambu yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
sebagai berikut:
1. Tidak semua mapel dapat dipadukan atau dikaitkan.
2. KD yang tidak dapat dipadukan atau diintegrasikan jangan dipaksakan
untuk dipadukan. Akan lebih baik bila dibelajarkan secara sendiri-sendiri.
3. KD yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik
melalui tema lain maupun disajikan secara mandiri.

4. Untuk peserta didik kelas I dan II kegiatan ditekankan pada kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
5. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik peserta didik,
minat, lingkungan, daerah setempat, dan cukup problematik atau populer.
G. Implikasi Pembelajaran Tematik
1. Implikasi bagi guru dan peserta didik
a.

Bagi guru
Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam

menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih
kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan
utuh.
b.

Bagi peserta didik
Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang

dalam

pelaksanaannya

dimungkinkan

untuk

bekerja

baik

secara

individual, kelompok, atau klasikal.
Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang
bervariasi

secara

aktif,

misalnya:

melakukan

diskusi

kelompok,

mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.
2. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
a. Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa
baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari,
menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik
dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan
berbagai sarana dan prasarana belajar.
b.

Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik
yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan
pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di
lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).

c. Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media
pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang abstrak.

d. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat
menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masingmasing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan
buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.
3. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan
pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan
ruang tersebut meliputi: ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang
sedang dilaksanakan, susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah
disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung,
peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet,
kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam
kelas maupun di luar kelas, dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk
memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber
belajar, alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya
kembali.
4. Implikasi terhadap Pemilihan metode.
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam
pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan
dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran,
tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.
H. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
1. Langkah pertama: pemetaan KD
Pemetaan KD dapat diartikan sebagai mempelajari dan memahami
SK, KD, dan indikator yang telah disusun dari beberapa mapel untuk
kelas dan semester yang sama dari kelas I, II, dan III SD yang dapat
dihubungkan dengan naungan suatu tema. Dalam hal ini guru harus
benar-benar mengkaji secara baik kemungkinan adanya beberapa mapel
yang dapat disatukan. Tahap-tahap pada kegiatan pemetaan adalah
sebagai berikut:
a. Menjabarkan SK dan KD ke dalam indikator. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam mengembangkan indikator adalah

indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, dan
dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau
dapat diamati (lebih terinci lihat pada modul pengembangan
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)).
b. Mengidentifikasi dan menganalisis SK, KD, dan indikator. Lakukan
identifikasi dan analisis untuk setiap SK, KD, dan indikator yang
cocok untuk suatu tema sehingga semua SK, KD, dan indikator
terbagi

habis.

Guru

tidak

perlu

memaksakan

diri

untuk

melaksanakan pembelajaran tematik bila KD yang ada pada
beberapa
dipaksakan

mapel

tidak

mungkin

akan

sulit

mencapai

digabungkan,
tujuan

karena

kompetensi

bila
yang

diharapkan. KD dari setiap mapel yang tidak bisa dikaitkan dalam
satu tema pembelajaran tematik maka harus dibuatkan silabus
tersendiri sesuai dengan mapelnya dan juga diajarkan secara
mandiri.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menggabungkan beberapa
mapel melalui pembelajaran tematik diantaranya sebagai berikut.
Menggabungkan minimal dua mapel untuk diajarkan secara tematik,
sehingga tidak perlu memaksakan untuk menggabungkan sebanyak
mungkin mapel. Hal ini dilakukan untuk memudahkan guru dalam
mengelola pembelajaran, agar pelaksanaan pembelajaran tematik benarbenar sesuai dengan tujuannya yaitu terjadi jaringan konsep antar mapel.
Mengambil satu KD dari masing-masing mapel (yang dapat dikaitkan)
untuk dijaringkan dengan suatu tema. Mengambil satu KD dari masingmasing mapel, namun hanya beberapa indikator saja pada KD tersebut
yang dijaringkan dengan suatu tema.
2. Langkah kedua: menentukan tema
Tentukan suatu tema yang dapat mempersatukan KD dan indikator
dari beberapa mapel. Jadi tema ditentukan setelah guru mempelajari KD
dan indikator dari SI beberapa mapel. Tema yang dipilih sebaiknya tidak
asing bagi kehidupan peserta didik baik di rumah maupun di sekolah. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tema.

a. Beberapa prinsip dalam memilih tema yaitu dari yang diketahui ke
yang belum diketahui, dari yang dekat ke yang jauh, dari yang
sederhana ke yang rumit, dari yang konkrit ke yang abstrak.
b. Tidak ada ketentuan jumlah tema dalam satu semester.
c. Beberapa tema yang telah dipilih pada satu semester dapat dipilih
lagi pada semester berikutnya atau tahun berikutnya.
d. Pemilihan tema perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik, minat, lingkungan daerah setempat, dan cukup problematik
atau populer.
e. Alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran untuk sebuah tema tidak
tertentu, tergantung kepadatan dan keluasan materi dari mapelmapel yang dipadukan.
Contoh tema yang dapat dipilih antara lain:
- diri sendiri

- tumbuh-tumbuhan

- binatang

- keluarga

- permainan

- transportasi

- lingkungan

- peristiwa

- kegiatan sehari-hari

3. Langkah ketiga: menyusun jaring tema
Menyusun jaring tema berarti memadukan beberapa KD dari mapelmapel yang sesuai dengan tema yang dipilih. Dengan adanya jaring tema
ini akan terlihat kaitan antara tema yang dipilih dengan KD dari beberapa
mapel yang disatukan.
4. Langkah keempat: menyusun silabus
Menyusun silabus berdasarkan jaring tema yang telah direncanakan
dan dari silabus tersebut dapat disusun pula RPP. Pada panduan
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) komponen dari silabus meliputi:
identitas mata pelajaran atau tema, SK, KD, materi pelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu
dan sumber belajar.
5. Langkah kelima: menyusun RPP
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun
RPP. Rencana pelaksanaan pembelajaran ini merupakan rincian dari
silabus yang telah disusun sebelumnya. Komponen dari RPP adalah:

a.

Identitas mapel meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, mata
pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan,

b.

SK dari bebarapa mapel yang dipadukan,

c.

KD dan indikator dari beberapa mapel yang dipadukan,

d.

Indikator pencapaian kompetensi,

e.

Tujuan pembelajaran,

f.

Materi ajar,

g.

Alokasi waktu,

h.

Metode pembelajaran,

i.

Kegiatan pembelajaran yang terdiri dari pendahuluan, inti dan
penutup,

j.

Penilaian hasil belajar, dan

k.

Alat dan sumber belajar.

REFERENSI
Sukayati & Sri Wulandari. 2009. Pembelajaran Tematik di SD. Yogyakarta:
PPPPTK Matematika.
Hakiim, Lukmanul. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. CV. Wacana
Prima.
Sudrajat,

Akhmad.

2008.

Pembelajaran

Tematik.

(Online)

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/13/pembelajaran-tematik-dikelas-awal-sekolah-dasar/, diakses tanggal 2 Januari 2013).
Implementasi
Pelaksanaan pembelajaran tematik ini kadang masih banyak mengalami
masalah dan hambatan. Dalam pelaksanaannya, tidak dapat berjalan sesuai
dengan ketentuan Standar Isi, karena guru-guru mengalami kesulitan dalam
menyusun silabus sesuai dengan Standar Isi. Selain itu, guru-guru mengalami
kesulitan mengalokasikan waktu yang harus dipergunakan dalam seminggu,
karena tidak ada ketentuan alokasi waktu untuk setiap tema yang ditetapkan.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata
pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam
pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran.

Banyak guru yang masih merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran
tematik ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan
secara intensif tentang pembelajaran tematik sehingga guru mengalami kesulitan
mengintegrasikan beberapa mata pelajaran. Disamping itu, guru juga masih sulit
meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan
mata pelajaran/bidang studi. Dimana dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan
secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu.