MAKALAH ABORSI DI KALANGAN REMAJA INDONE

MAKALAH

ABORSI
DI KALANGAN REMAJA INDONESIA
Penyebab, Fenomena, Akibat, dan Upaya Penanganan
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
MASALAH SOSIAL KONTEMPORER
Dosen :

Dra. Kormauli Simanihuruk, M. Si

Disusun oleh :

Kelas 4-C REHSOS
Joko Setiawan
(08.04.100)

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2011
KATA PENGANTAR

1|Page

Bismillahirrohmaanirrohiim,,,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah semesta alam yang telah
memberikan

rahmat dan hidayah-Nya

kepada

kita

semua

sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahlimpahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kepada keluarganya, para sahabat,
tabi’it dan tabi’im serta dapat sampai kepada kita selaku
umatnya hingga akhir zaman nanti.

Makalah ini berisikan mengenai pemaparan tentang “Aborsi di
Kalangan Remaja Indonesia” sebagai bentuk pemarapan dari
sudut pandang masalah kontemporer yang ada di Indonesia.
Tema ini menarik karena pada kenyataannya, pelaku aborsi di
kalangan remaja ini dari tahun ke tahun senantiasa meningkat.
Nah, dengan adanya pembahasan antar mahasiswa, diharapkan
nantinya dapat ditemukan satu formula yang manjur bagi pola
penanganan masalah aborsi di kalangan remaja dari sudut
pandang seorang Pekerja Sosial.
Ucapan terima kasih saya haturkan kepada Ibunda Dra. Kormauli
Simanihuruk, M.Si selaku dosen Mata Kuliah Masalah Sosial
Kontemporer karena atas arahan dan petunjuk dari beliau-lah
makalah ini dapat disusun dengan baik.
Pepatah lama mengatakan bahwa

tak ada gading yang tak

retak, begitu pula dengan makalah yang telah disusun ini
tentunya masih menyimpan kesalahan dan kekurangan di sanasini dikarenakan kurang luasnya referensi atau bahkan kurang
jelinya penulis untuk menangkap isu-isu detil dari sebuah

fenomena yang muncul. Karenanya, kritik dan saran yang

2|Page

membangun sangat dibutuhkan bagi perbaikan penyusunan
makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. PENGERTIAN ……………………………………………………

1

B. LATAR BELAKANG ………………………………………………

3

C. PENYEBAB……………………………………………………….

3


D. FENOMENA ……………………………………………………..

5

E. AKIBAT ………………………………………………………….

6

F. UPAYA PENANGANAN DAN PELAYANAN ……………………. 10
G. PENUTUP ……………………………………………………….

11

H. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………...

12

3|Page

ABORSI

DI KALANGAN REMAJA INDONESIA

A. PENGERTIAN
Dalam dunia kedokteran,

dikenal istilah

abortus, yaitu

menggugurkan kandungan, yang berarti pengeluaran hasil
konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. World Health Organization
(WHO) memberikan defnisi bahwa aborsi adalah terhentinya
kehidupan buah kehamilan di bawah 28 minggu atau berat
janin

kurang

dari


1000

gram.

Aborsi

juga

diartikan

mengeluarkaan atau membuang baik embrio atau fetus
secara prematur (sebelum waktunya). Istilah Aborsi disebut
juga Abortus Provokatus. Sebuah tindakan abortus yang
dilakukan secara sengaja.
Secara garis besar Aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian;
yakni Aborsi Spontan (Spontaneous Abortion) dan Abortus
Provokatus (Provocation Abortion). Yang dimaksud dengan
Aborsi

Spontan


yakni

Aborsi

yang

tanpa

kesengajaan

(keguguran). Aborsi Spontan ini masih terdiri dari berbagai
macam tahap yakni:
1. Abortus Iminen. Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan
Threaten

Abortion,

terancam


keguguran

(bukan

keguguran). Di sini keguguran belum terjadi, tetapi ada
tanda-tanda yang menunjukkan ancaman bakal terjadi
keguguran.
2. Abortus Inkomplitus. Secara sederhana bisa disebut Aborsi
tak lengkap, artinya sudah terjadi pengeluaran buah
kehamilan tetapi tidak komplit.

4|Page

3. Abortus Komplitus. Yang satu ini Aborsi lengkap, yakni
pengeluaran

buah

kehamilan


sudah

lengkap,

sudah

seluruhnya keluar.
4. Abortus

Insipien.

kandungan-lepas

buah

kehamilan

dari

tempatnya-


mati

di

dalam

tetapi

belum

dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal
Missed Abortion, yakni buah kehamilan mati di dalam
kandungan tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan.
Sedangkan Aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua
bagian kategori besar yakni Abortus Provokatus Medisinalis
dan Abortus Provokatus Kriminalis (kejahatan). Kita hanya
khusus melihat Abortus Provokatus Medisinalis yang terdiri
dari:
1. Dilatation dan Curettage

Jenis ini dilakukan dengan cara memasukkan semacam
pacul kecil ke dalam rahim, kemudian janin yang hidup itu
dipotong kecil-kecil, dilepaskan dari dinding rahim dan
dibuang

keluar.

Umumnya

akan

terjadi

banyak

pendarahan, cara ini dilakukan terhadap kehamilan yang
berusia 12-13 minggu.
2. Suction (Sedot)
Dilakukan dengan cara memperbesar leher rahim, lalu
dimasukkan

sebuah

tabung

ke

dalam

rahim

dan

dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat, sehinggi
bayi

dalam

rahim

tercabik-cabik

menjadi

kepingan-

kepingan kecil, lalu disedot masuk ke dalam sebuah
sebuah botol.
3. Peracunan dengan garam
Jenis ini dilakukan pada janin yang berusia lebih dari 16
minggu,

ketika

sudah

cukup

banyak

cairan

yang

5|Page

terkumpul di sekitar bayi dalam kantung anak dan larutan
garam yang pekat dimasukkan ke dalam kandungan itu.
4. Histeromi atau bedah Caesar
Jenis ini dilakukan untuk janin yang berusia 3 bulan
terakhir dengan cara operasi terhadap kandungan.
5. Prostaglandin
Jenis ini dilakukan dengan cara memakai bahan-bahan
kimia yang dikembangkan Upjohn Pharmaccutical Co.
Bahan-bahan
mengerut,

kimia

sehingga

ini
bayi

mengakibatkan
yang

hidup

itu

rahim

ibu

mati

dan

terdorong keluar.

B. LATAR BELAKANG
Dari hasil browsing, Dra. Clara Istiwidarum Kriswanto, MA,
CPBC, psikolog dari
beberapa

survei

Jagadnita Consulting, menyebutkan

yang

bisa

membuat

banyak

orang

tercengang, terutama orang tua (05/09/2011). Dari survei
yang dilakukan di Jakarta diperoleh hasil bahwa sekitar 6-20
persen

anak

SMU

dan

mahasiswa

di

Jakarta

pernah

melakukan hubungan seks pranikah. Sebanyak 35 persen
dari mahasiswa kedokteran di sebuah perguruan tinggi
swasta di Jakarta sepakat tentang seks pranikah. Dari 405
kehamilan yang tidak direncanakan, 95 persennya dilakukan
oleh remaja usia 15-25 tahun. Angka kejadian aborsi di
Indonesia mencapai 2,5 juta kasus, 1,5 juta diantaranya
dilakukan oleh remaja.
Lalu, polling yang dilakukan di Bandung menunjukkan, 20
persen dari 1.000 remaja yang masuk dalam polling pernah
melakukan, seks bebas. Diperkirakan 5-7 persennya adalah

6|Page

remaja di pedesaan. Sebagai catatan, jumlah remaja di
Kabupaten

Bandung

sekitar

765.762.

Berarti,

bisa

diperkirakan jumlah remaja yang melakukan seks bebas
sekitar 38-53 ribu. Kemudian, sebanyak 200 remaja putri
melakukan seks bebas, setengahnya kedapatan hamil dan 90
persen dari jumlah itu melakukan aborsi.
C. PENYEBAB
Banyak faktor yang mendorong para remaja melakukan
tindakan aborsi terhadap kandungannya.Namun, hal yang
paling banyak adalah dikarenakan pergaulan bebas yang
dimulai dengan aktivitas “pacaran”. Pada awalnya, perilaku
pacaran di kalangan remaja ini masih dianggap “normal” dan
sudah wajar, apalagi jika dipandang dari sisi psikologis bahwa
kebutuhan akan diperhatikan dan memperhatikan lawan jenis
ini mulai nampak sejak menginjak akil baligh. Namun dengan
melihat fenomena yang terjadi pada saat ini, banyak normanorma yang telah dilanggar dan seakan-akan para pasangan
muda-mudi tersebut telah menganggap dirinya sebagai
pasangan yang abadi. Mulai dari memberikan perhatian yang
berlebihan, seringnya berduaan, saling berkontak secara fsik
(sentuhan, ciuman, maupun berpelukan) hingga berlanjut
kepada tindakan asusila, yakni melakukan hubungan seksual
pra nikah. Hal ini bukanlah sesuatu bentuk kekhawatiran saja,
melainkan memang sebuah kenyataan yang terjadi pada
masyarakat kita. Buktinya dapat kita lihat dengan adanya
pemaparan hasil survei dari Jagatnita Consulting tersebut di
atas.
Jika lebih jauh lagi kita telusuri, sebenarnya pacaran bukanlah
satu-satunya variable atas mencuatnya kasus Aborsi di

7|Page

kalangan remaja. Tapi kontrol keluarga (orang tua) dan
kontrol sosial masyarakat yang pada era modern ini semakin
melemah dan berkurang. Masing-masing menganggap bahwa
itu adalah urusan masing-masing pribadi yang tak boleh
dicampurtangani

oleh

siapapun.

Hal

ini

cukup

memprihatinkan karena memperlihatkan pemikiran warga
masyarakat yang mulai mengerucut pada “individualistis”
dan

“liberal”.

Padahal

norma

agama

telah

jelas

memerintahkan untuk mengantisipasi mengenai pergaulan
yang bebas di kalangan manusia, “Katakanlah kepada lakilaki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan
memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi
mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat“ (Q.S An Nur 30) dan juga dilanjutkan “Dan
katakanlah kepada para perempuan yang beriman agar
mereka

menjaga

pandangannya,

dan

memelihara

kemaluannya . . . . “ (Q.S An Nur 31)
D. FENOMENA
Berikut ini akan dipaparkan mengenai contoh kasus perilaku
aborsi oleh kalangan remaja/mahasiswa.
Polisi

Karanganyar

Gerebek

Mahasiswi

Sedang

Aborsi
Rabu, 13 Desember 2006 | 20:42 WIB
TEMPO Interaktif, Karanganyar: Polres Karanganyar
menangkap dan menahan empat orang pelaku praktek
aborsi. Empat orang tersebut adalah Ny Tarwiyati (56)
pensiunan perawat RSUD Dr Moewardi dan pembantunya
Sri Yuliati sertia duapasangan muda di luar nikah, Putri
Asrini (19) dengan Rionanda Ayen Purwiyanto (21) yang
ditangkap

di

tempat

praktek

Tarwati

di

kompleks
8|Page

perumahan

dosen

UNS

Ngringo,

Kecamatan

Jaten.

Sementara, Putri yang menjadi pasien aborsi saat ini
dalam keadaan kritis dan terpaksa dirawat di rumah sakit
Kartini Karanganyar.
Menurut

Kapolres

Karanganyar

AKBP

Rikwanto,

penangkapan tersebut dilakukan Selasa (12/12) dinihari
ketika

Tarwiyati

tengah

menggugurkan

kandungan

seorang mahasiswi semester III di salah satu perguruan
tinggi swasta terkenal di Sukoharjo.
Ketika polisi melakukan penggrebekan, proses aborsi
tersebut baru saja selesai dilakukan. "Aborsi dilakukan
dengan memberikan suntikan sebanyak dua kali kepada
pasien," kata Rikwanto, Rabu (13/12)
Kasat

Reskrim

Polres

Karanganyar

AKP

Wuryanto

mengatakan tersangka mengenakan biaya Rp 3 juta
untuk melakukan aborsi. Tarwiyati diduga sudah lama
melakukan praktik abrosi bahkan saat yang bersangkutan
masih bekerja sebagai bidan RS Moewardi Solo. Namun
Tarwiyati mengaku baru sekali itu melakukannya atas
permintaan PA. "Boleh saja dia mengaku seperti itu, tapi
kami memiliki keyakinan praktek aborsi tidak hanya sekali
ini dilakukan,"kataWuryanto.
Sementara itu, Tarwiyati mengaku kalau dirinya bersedia
menggugurkan kandungan Putri Asrini karena merasa
kasihan. Dia mengenal PA karena dia adalah teman kuliah
salah satu anaknya. Dia mengatakan anaknya bercerita
kepada Putri Asrini kalau ibunya adalah seorang bidan
yang mungkin dapat membantunya. Namun versi lain

9|Page

menyebutkan, Tarwiyati menggunakan jasa perantara
untuk mencari pasien.
Saat ini polisi belum bisa memeriksa Putri Asrini karena
kondisi yang bersangkutan masih kritis setelah janin
dalam kandungannya dikeluarkan paksa. Dia dirawat di
RSUD Kartini, Karanganyar, dengan penjagaan ketat dari
petugas.

Sejumlah

sumber

menyebutkan,

Tarwiyati

setelah pensiun dari tenaga medis di RSUD Moewardi
Solo, dia sehari-hari masih buka praktek sebagai bidan
namun tidak memasang papan nama sebagaimana bidan
desa lainnya. "Praktek aborsi itu sudah banyak yang tahu,
dari mulut ke mulut," kata seorang tetangga Tarwiyati.

E. AKIBAT
Tindakan-tindakan Aborsi dapat mengakibatkan hal-hal yang
negatif pada tubuh kita, yang meliputi dimensi jasmani dan
psikologis. Akibat-akibatnya yakni:
1. Segi Jasmani
-

Tindakan kuret pada Aborsi bisa menimbulkan efekefek pendarahan atau infeksi, dan apabila dikerjakan
bukan oleh dokter ahlinya maka alat-alat kuret yang
dipakai mungkin tembus sampai ke perut dan dapat
mendatangkan kematian.

-

Infeksi di rahim dapat menutup saluran tuba dan
menyebabkan kemandulan.

-

Penyumbatan pembuluh darah yang terbuka oleh
gelembung udara, karena banyak pembuluh darah
yang terbuka pada luka selaput lendir rahim dan
gelembung udara bisa masuk ikut beredar bersama
aliran darah dan apabila tiba pada pembuluh darah
10 | P a g e

yang lebih kecil, yaitu pada jantung, paru-paru, otak
atau ginjal, maka bisa mengakibatkan kematian.
-

Perobekan

dinding

dimasukkan

ke

rahim

dalamnya

oleh
akan

alat-alat

yang

mengakibatkan

penumpukan darah dalam rongga perut yang makin
lama makin banyak yang menyebabkan kematian.
-

Penanganan

Aborsi

yang

tidak

steril

bisa

mengakibatkan keracunan yang membawa kepada
kematian.
-

Menstruasi menjadi tidak teratur.

-

Tubuh menjadi lemah dan sering keguguran

2. Segi Psikologis
-

Pihak

wanita:

Setelah

seorang

wanita

melakukan

tindakan Aborsi ini, maka ia akan tertindih perasaan
bersalah yang dapat membahayakan jiwanya. Kalau
tidak secepatnya ditolong, maka ia akan mengalami
depresi berat, frustrasi dan kekosongan jiwa.
-

Pihak pria: Rasa tanggung jawab dari si pria yang
menganjurkan Aborsi akan berkurang, pandangannya
tentang nilai hidup sangat rendah; penghargaannya
terhadap anugerah Allah menjadi merosot.

3. Segi Hukum
KUHP di Indonesia yang diberlakukan sejak 1918 tidak
membenarkan tindakan Aborsi dengan dalih apapun.
Aborsi dianggap tindak pidana yang dapat dikenakan
hukuman, yang diatur dalam pasal 283, 299, 346 hingga
349 dan 535)
Selain hal yang disebutkan di atas, ada akibat yang lebih
buruk

dan

biasa

disebut

dengan

PAS

(Post

Abortion

Syndrome). Post Abortion Syndrome adalah istilah yang

11 | P a g e

dipakai untuk menggambarkan sekumpulan gejala fsik dan
psikis yang terjadi paska terjadinya aborsi. PAS merupakan
gangguan stress dan traumatik yang biasanya terjadi ketika
seorang

perempuan

yang

post-abortive

tidak

dapat

menghadapi respon emosional yang dihasilkan akibat trauma
aborsi.

PAS

terjadi

berbeda-beda

pada

setiap

orang

tergantung berat atau tidaknya gejala yang terjadi, PAS
dianggap telah berat ketika kondisi seorang perempuan postabortive

sudah

mengarah

pada

gejala

yang

dapat

mengganggu kelangsungan hidupnya ataupun keselamatan
dirinya.
PAS dapat terjadi tidak lama setelah aborsi atau bisa saja
baru muncul ke permukaan beberapa bulan hingga bertahuntahun kemudian. Banyak perempuan yang takut untuk
membicarakannya karena merasa malu telah melakukan
aborsi. Hal inilah yang kemudian membuat trauma tersebut
terpendam di bawah alam sadar mereka hingga mereka tidak
menyadari bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi mereka
dalam

berpikir,

berperilaku

dan

bahkan

mempengaruhi

kesehatan reproduksi mereka di kemudian hari.
Post Abortion Syndrome tidak hanya terjadi pada perempuan
post-abortive, namun juga pada laki-laki post-abortive, dalam
arti pasangan perempuan post-abortive yang juga berperan
penting dalam membuat pilihan aborsi. Namun pada lelaki
post-abortive biasanya gejalanya ringan berupa gangguan
emosi ringan seperti rasa malu, perasaan bersalah, bersedih
dan menyesal. Perempuan post-abortive bisa mengalami
gejala lebih berat karena mereka secara langsung baik itu
fsik ataupun emosi langsung berhubungan dengan trauma
aborsi.

12 | P a g e

Dr. Anne Speckhard, Ph.D. Pada studinya mengenai Post
Abortion Syndrome menemukan beberapa fakta seputar efek
aborsi terhadap perempuan:
Kejadian yang berhubungan dengan Aborsi:
-

23% berhalusinansi yang berhubungan dengan aborsi

-

35% merasa di datangi/melihat bayi yang telah di
aborsi

-

54% bermimpi buruk yang berhubungan dengan aborsi

-

69% merasakan “kegilaan”

-

73% mengalami fash back memori ketika terjadi aborsi

-

81% mengalami perasaan seakan bayi tersebut masih
ada

Masalah perilaku yang sering terjadi pasca Aborsi:
-

61% meningkatkan penggunaan alcohol

-

65% memiliki dorongan untuk bunuh diri

-

69% mengalami gangguan seksual

-

73% mengalami fash back memori ketika terjadi aborsi

-

77% mengalami kesulitan untuk berkomunikasi

-

81% sering menangis

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami hal-hal seperti berikut ini:
-

Kehilangan harga diri (82%)

-

Berteriak-teriak histeris (51%)

-

Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)

-

Ingin melakukan bunuh diri (28%)

-

Mulai

mencoba

menggunakan

obat-obat

terlarang

(41%)
-

Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

13 | P a g e

F. UPAYA PENANGANAN DAN PELAYANAN
Membendung perilaku aborsi tidaklah semudah membalikkan
kedua telapak tangan. Hal ini diperlukan kerjasama lintas
sektoral secara komprehensif dan berkelanjutan. Tentu saja
dimulai dari hal terkecil yang bersifat pencegahan hingga
pertolongan

pasca

aborsi.

Upaya-upaya

dan

pelayanan

tersebut dapat kita rangkum dalam penjelasan berikut ini:
1. Memberikan edukasi seks di kalangan remaja. Hal ini
dikarenakan masih banyaknya para remaja kita yang
mempelajari fungsi reproduksi para sudut “kenikmatan”
nya saja tanpa memandang efek-efek negatif di kemudian
hari. Maka harapannya dengan pemahaman yang tepat
dan

lengkap,

maka

remaja

akan

dapat

membuat

keputusan yang tepat untuk menjaga kesucian dirinya
masing-masing.
2. Menanamkan kembali nilai-nilai moral sosial dan juga
keagamaan akan penting dan mulianya untuk menjaga
kehormatan diri. Kebanyakan, para remaja ini karena
memang semenjak kecil sudah dijauhkan oleh normanorma yang mengatur hubungan antar laki-laki dan
perempuan sedangkan media gencar mempromosikan
tayangan-tayangan

yang

mengedepankan nafsu

berbau

seksualitas

semata. Ditambah

dengan

lagi

akses

pornograf yang dapat dengan mudah didapatkan melalui
internet via komputer maupun handphone.
3. Menguatkan kembali kontrol sosial di masyarakat. Tidak
dipungkiri yang menjadikan remaja bebas melakukan apa
saja adalah karena semakin melemahnya kontrol sosial

14 | P a g e

dari lingkungan keluarga maupun masyarakat. Misalkan
saja ada sepasang pelaku “pacaran” yang diperbolehkan
orang tuanya berdua-duaan di dalam kamar. Meskipun
tidak terjadi perzinahan di sana, namun itu dapat memicu
untuk melakukan tindakan-tindakan yang “lebih” untuk
dilakukan pada lain kesempatan dan lain tempat. Begitu
juga kontrol dari masyarakat itu penting ketika melihat
ada pasangan muda-mudi yang menginap di kamar kostan
dan bahkan terjadi berhari-hari. Hal ini sudah barang tentu
dapat

semakin

mendorong

terjadinya

penyimpangan

perilaku dalam artian melakukan tindakan-tindakan yang
seharusnya baru boleh dilakukan oleh pasangan suami
isteri yang resmi.
4. Para pelaku yang telah melakukan aborsi juga tak dapat
dipandang sebelah mata. Mereka mempunyai hak untuk
dapat kita tolong karena bisa saja hal telah mereka
lakukan tersebut adalah suatu kekhilafan yang tak ingin
diulanginya lagi. Maka, bagi para penyandang PAS, dapat
kita tolong dengan memberikan pelayanan konseling serta
dukungan

sosial untuk dapat bangkit kembali menjalani

kehidupan secara normal dengan diiringi taubat yang
sebenar-benarnya (taubat nasukha).
G. PENUTUP
Pada akhirnya, dapat kita katakan bahwa perilaku aborsi di
kalangan

remaja

ini

senantiasa

terus

meningkat

dan

bervariasi untuk persebaran usianya. Hal ini tentu menjadi
suatu keprihatinan bagi kita semua yang ujung-ujungnya
menjadi sebuah momok yang “mengerikan” bagi rupa
generasi muda penerus bangsa Indonesia di kemudian hari.

15 | P a g e

Mau dibawa kemana masa depan bangsa Indonesia jika
kondisi para pemuda-pemudinya saat ini adalah mereka yang
hidupnya bebas tanpa kontrol yang signifkan dari berbagai
pihak dan selanjutnya adalah penjajahan yang terus menerus
“abadi” di bumi Indonesia dalam bentuk bukan penjajahan
fsik melainkan penjajahan di bidang “mode”, “ekonomi”,
“pendidikan”, “keilmuan”, hingga “akhlak dan moralitas”.

H. DAFTAR PUSTAKA
http://abortus.blogspot.com/2007/08/post-abortion-syndromei.html diakses pada 05 September 2011
http://indo-comunity.blogspot.com/2011/03/10-fakta-menariktentang-aborsi.html diakses pada 05 September 2011
http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/17/aborsi-danpergaulan-bebas-remaja-yang-mengkwatirkan/ diakses pada
05 September 2011
http://www.aborsi.org/tindakan.htm

diakses

pada

05

September 2011
http://www.kabarinews.com/article.cfm?articleID=1809
diakses pada 05 September 2011
http://www.korantempo-online.com/article.kasus-aborsi-disolo diakses pada 05 September 2011
http://indo-comunity.blogspot.com/2011/03/10-fakta-menariktentang-aborsi.html diakses pada 05 September 2011

16 | P a g e