BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Fungsi Supervisi Kepala Ruangan dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

  20

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Pelayanan keperawatan merupakan kunci utama dalam pelayanan rumah sakit. Secara kuantitas perawat merupakan jumlah tenaga terbanyak dan berada di samping pasien selama 24 jam (Gillies, 1994). Pengelolaan pelayanan keperawatan membutuhkan sistem manajemen yang tepat untuk mengarahkan seluruh sumber daya keperawatan yang ada untuk dapat menghasilkan pelayanan keperawatan yang prima dan berkualitas (Marquis & Huston, 2010). Proses manajemen keperawatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Pelaksanaan fungsi manajemen tersebut harus didukung oleh manajer yang mampu untuk melaksanakan fungsi manajemen untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan yang terbaik (Swanburg, 2010).

  Manajemen harus mengakui dan menerima bahwa sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategis dalam organisasi. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan manusia (Siagian, 2009). Produktivitas kerja adalah keinginan manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan di segala bidang (Sutrisno, 2012). Produktivitas sangat penting bagi daya saing jangka panjang dalam organisasi.

  Produktivitas dalam keperawatan dihubungkan dengan efesiensi dan keefektifan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Kepala ruangan dapat meningkatkan produtivitas perawat pelaksana dengan memberikan motivasi

  (Swanburg, 2010). Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya (Siagian, 2009). Efisien yaitu tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya), mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna (KBBI, 2014).

  Menurut Royal College of Nursing (RCN) (2007), produktivitas harus dimulai dengan kualitas perawatan pasien, penyakit, nilai dan yang mewakili peningkatan kesehatan pasien. Produktivitas dalam keperawatan bersifat kompleks, penting bagi perawat manajer untuk memahami tentang produktivitas karena akan berdampak pada perawatan pasien dan masa kerja perawat. Produktivitas merupakan salah satu dari sepuluh indikator dalam pemberian asuhan keperawatan (Zoschack, 2010).

  Produktivitas kerja dapat diukur berdasarkan hasil kerja perawat meliputi absensi, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, cedera, pendapatan, namun dalam penelitian hal ini jarang digunakan. Ukuran produktivitas kerja perawat yang sebenarnya adalah hasil kesehatan bagi pasien melalui peningkatan

  

Bed of Rate (BOR) dan Long of Stay (LOS. Mengukur produktivitas kerja perawat

  merupakan masukan bagi mutu pelayanan keperawatan. Input, proses dan hasil ukur adalah merupakan umpan balik yang memungkinkan manajer mengambil

  22

  keputusan untuk meningkatkan produktivitas perawat dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien (North & Hughes, 2012).

  Menurut National Service Health (NHS, 2012), peningkatan produktivitas kerja perawat dapat dilakukan melalui peningkatan jumlah tenaga perawat yang dapat memberikan lebih banyak waktu untuk memenuhi kebutuhan pasien.

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huton dan Gates (2008), menyatakan bahwa kepuasan dengan supervisor berhubungan positif dengan produktivitas kerja. Studi lain mengemukakan bahwa lingkungan kerja memiliki peran penting dalam peningkatan produktivitas perawat (Harwood, Ridley, Wilson, Laschinger, 2010).

  Menurut Wegman dan McGee dalam Ledvak dan Buck (2008), perawat yang kurang terlatih adalah merupakan masalah yang signifikan yang mempengaruhi produktivitas kerja. Mengatasi hal ini manajer ataupun kepala ruangan diharapkan mampu melaksanakan perannya sebagai perencana, pelatih, pengarah dan pengevaluasi serta sebagai role model yang dapat dilakukan pada saat pelaksanaan supervisi.

  Menurut Deming dalam Robbins (2010) menyatakan bahwa manajer bukan pekerja, manajer berperan melakukan supervisi sebagai sumber utama peningkatan produktivitas. Supervisi merupakan salah satu standar dari praktek profesional dalam organisasi. Supervisi adalah suatu strategi tata kelola untuk meningkatkan kemampuan praktisi baik dari kualitas maupun kompetensi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Dawson, Phillips dan Leggat, 2012). Bush (2005) mengemukaan bahwa ada tiga fungsi utama supervisi yaitu: (1) Fungsi formatif, meliputi proses edukatif untuk mengembangkan keterampilan, ( 2) Fungsi restorative, yaitu memberikan dukungan profesional yang terus-menerus untuk mengurangi stress dan kelelahan, (3) Fungsi normative , meliputi fungsi manajerial untuk perbaikan, peningkatan dan pengendalian kualitas praktek profesional pelayanan keperawatan.

  Supervisi berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan ataupun permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang perawatan (Suyanto, 2008).

  Driscoll (2008), mengemukakan pandangan bahwa jika pelaksanaannya benar maka supervisi klinis adalah pendorong terbesar dalam memajukan keunggulan dalam perawatan. Meskipun demikian, kurangnya pemahaman dikombinasikan dengan ketidak percayaan oleh perawat masih dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan supervisi kepada mereka yang membutuhkannya.

  Pelaksananaan supervisi masih sering dianggap sebagai salah satu hal yang membuat perawat tidak nyaman, masih menganggap mencari kesalahan dari perawat itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut pelaksanaan supervisi perlu dilakukan dengan baik dengan membina hubungan interpersonal. Supervisi bertujuan untuk pengembangan staf dalam hal ini memberikan dukungan kepada

  24

  staf, membantu perawat untuk dapat bekerja lebih efektif dan memberikan wawasan kepada perawat (Lynch & Happel, 2008). Seorang pelaksana supervisi harus memiliki kompetensi yang meliputi pengetahuan dan keterampilan. Supervisor harus memahami konsep teoritis serta bagaimana cara untuk menerapkannya.

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Berggren dan Severinsson (2012) pada 15 perawat teregistrasi menyatakan bahwa pelaksanaan supervisi dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam pengambilan keputusan. Penelitian yang juga dilakukan Gonge & Buus (2011), di Denmark dengan menggunakan

  Manchester Clinical Supervision Scale (MCSS) pada 136 sampel di 9 bangsal

  psikiatri dan 4 pusat kesehatan mental dinyatakan bahwa pelaksanaan supervisi berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat psikiatri dan meningkatkan produktivitas kerja. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Frimpong, Helleringer, Williams, Yeji dan Phillips (2011), menunjukkan bahwa kegiatan supervisi dapat meningkatkan produktivitas kerja perawat. Supervisees (penerima supervisi) yang mendapatkan dukungan dari supervisor (pelaksana supervisi) menunjukkan bahwa produktivitas kerjanya lebih tinggi dari pada yang tidak mendapat dukungan dari supervisor. Pelaksanaan supervisi tidak hanya dilakukan di rumah sakit namun diseluruh area pelayanan keperawatan baik di rumah sakit maupun di komunitas (Estes, 2013).

  Penelitian yang dilakukan oleh Mulyono, Hamzah dan Abdullah (2013) di Rumah sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon pada 32 sampel di ruang rawat inap diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara supervisi dengan kinerja perawat, sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Liunkendage Tahuna pada delapan ruang rawat inap dengan 69 responden dengan menggunakan uji chi-square diketahui bahwa ada hubungan antara supervisi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana (Tampilang, 2013).

  Pelaksanaan supervisi melibatkan perawat manajer dan perawat pelaksana, kegiatan supervisi yang baik dapat meningkatkan produktivitas kerja perawat.

  Kepala ruangan sebagai manajer lini pertama harus mampu melaksanakan supervisi dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara informal yang dilakukan pada tanggal 07 Februari 2014 kepada 5 kepala ruangan dan 6 perawat pelaksana di ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Pirngadi Medan bahwa supervisi dilakukan oleh kepala ruangan berupa orientasi pada perawat baru, mengarahkan perawat apabila belum mampu dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan, merencanakan kegiatan ruangan seperti penyusunan jadwal dinas. Kepala ruangan melaksanaan supervisi belum terjadwal dan waktu belum ditentukan. Namun perencanaan, pembimbingan, dan pengawasan tetap dilaksanakan sesuai dengan tugas sebagai kepala ruangan. Pengukuran produktivitas dilaksanakan berdasarkan DP3.

1.2. Permasalahan

  Kepala ruangan merupakan jabatan yang cukup penting dan strategis, secara manajerial peran kepala ruangan ikut menentukan keberhasilan pelayanan keperawatan. Kepala ruangan adalah manajer operasional yang merupakan

  26

  pimpinan yang secara langsung mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu. Diantara peran kepala ruangan adalah sebagai perencana, pelatih, pembimbing, pengarah dan pengevaluasi yang dapat dilakukan melalui supervisi.

  Kepala ruangan harus mampu melaksanakan supervisi yang bertujuan untuk mempertahankan perencanaan yang telah ada agar dapat dipastikan bahwa perencanaan tersebut dapat dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Pelaksanaan supervisi melibatkan peran aktif dari seluruh perawat yang ada.

  Fungsi supervisi merupakan suatu proses yang dilaksanakan oleh kepala ruangan untuk mengawasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan supervisi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Fungsi supervisi meliputi fungsi formatif (peningkatan pengetahuan dan keterampilan), restorative (memberikan dukungan), dan normative (mengendalikan kualitas palayanan keperawatan) untuk membantu perawat pelaksana dalam pemberian pelayanan keperawatan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja perawat pelaksana.

  Produktivitas kerja merupakan pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan yang dihasilkan oleh perawat meliputi efektifitas dan efisiensi.

  Efektifitas adalah kemampuan melaksanakan tugas dengan benar sesuai dengan prosedur dan standar sedangkan efisiensi adalah kemampuan melaksanakan tugas dengan cepat dan tanggap sehingga dapat menghemat secara ekonomis.

  Berdasarkan fenomena dan permasalahan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan fungsi supervisi kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit?

1.3. Tujuan Penelitian

  Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan fungsi supervisi kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di RSUD dr. Pirngadi Medan.

  Tujuan khusus dari penelitian ini meliputi: 1. Mengidentifikasi fungsi supervisi kepala ruangan yang meliputi fungsi formatif, restoratif, dan normatif di RSUD dr. Pirngadi Medan.

  2. Mengidentifikasi produktivitas kerja perawat pelaksana yang meliputi efektivitas dan efisiensi di RSUD dr. Pirngadi Medan.

  3. Mengidentifikasi hubungan fungsi supervisi kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di RSUD dr. Pirngadi Medan.

  1.4. Hipotesis

  Ada hubungan signifikan antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di rumah sakit.

  1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1.

  Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan bagi rumah sakit khususnya kepada administrator keperawatan dalam penyusunan kebijakan

  28

  pelaksanaan supervisi kepala ruangan serta upaya peningkatan produktivitas kerja perawat pelaksana.

  1.5.2. Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai fakta dilapangan dalam pembelajaran terkait kondisi manajemen keperawatan khususnya tentang fungsi supervisi kepala ruangan dan produktivitas kerja perawat pelaksana yang dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu keperawatan.

  1.5.3. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dan referensi oleh peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan fungsi supervisi dan produktivitas kerja perawat pelaksana di rumah sakit.

Dokumen yang terkait

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Burnout Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

21 206 87

Hubungan Fungsi Supervisi Kepala Ruangan dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

10 149 126

Analisis Peran Kepala Ruangan dalam Pelaksanaan Fungsi Manajemen Keperawatan; Persepsi Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

8 159 90

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Burnout Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

0 0 25

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Burnout Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Motivasi Perawat dan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

0 0 11

Analisis Peran Kepala Ruangan dalam Pelaksanaan Fungsi Manajemen Keperawatan; Persepsi Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

0 1 18

1. Permohonan menjadi responden 2. Lembar persetujuan 3. Instrument penelitian - Hubungan Fungsi Supervisi Kepala Ruangan dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

0 0 18

Hubungan Fungsi Supervisi Kepala Ruangan dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

0 2 7

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1.Supervisi 2.1.1. Pengertian Supervisi - Hubungan Fungsi Supervisi Kepala Ruangan dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

0 1 34