PEMETAAN KUALITAS UDARA DAN PENGAMATAN U
PEMETAAN KUALITAS UDARA DAN PENGAMATAN UNSUR-UNSUR
METEOROLOGIS KECAMATAN BLIMBING, KOTA MALANG
Untuk Memnuhi Tugas Mata kuliah Hidrometeorologi Terapan yang di bimbing oleh:
Ferriyati Masitoh, S.Si, M.Si
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Nama
Ahmad Hamdani Afro
Ahmad Saikhu
Alistiqomah
Fajar Setio Nuryanto
Fatma Roisatin Nadhiroh
Imam Mahmudi
M. Arif Oktifani
Meidika
Moh. Farid
Qonita Azzahra
NIM
130722607349
130722616082
130722607356
130722616101
130722616093
130722607355
130722616072
130722616086
130722607350
130722607352
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DESEMBER 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan iklim global yang menjadi perhatian masyarakat dunia adalah
gejala global warming (panas dunia)
yang diketahui terjadi sebagai akibat dari
penipisan lapisan ozon di lapisan stratosfer. Lapisan ozon berfungsi menyerap radiasi
surya terutama sinar ultraviolet sebelum mencapai permukaan meningkatnya suhu
udara di permukaan bumi,dan menimbulkan gejala global warming (panas dunia).
Suhu udara permukaan adalah salah satu unsur cuaca yang merupakan besaran fisis
terukur dan dapat menerangkan keadaan cuaca di suatu tempat. Hal tersebut
dikarenakan suhu udara bersifat dinamis dan sangat di pengaruhi oleh unsur-unsur
cuaca lainnya seperti curah hujan, kelembaban udara, intensitas radiasi dan tekanan
udara.
Transportasi adalah salah satu sumber penyebab polusi udara di daerah
perkotaan dan sector yang paling signifikan dalam menyumbang karbon monoksida
di udara. Pertumbuhan jumlah kepemilikan transportasi seperti motor dan mobil
memberikan dampak yang cukup tinggi terhadap lingkungan. Dari sektor transportasi
merupakan sumber terbesar pencemaran di daerah perkotaan, yaitu sebesar 60%
disebabkan karea tingginya jumlah kendaraan bermotor yang begerak dalam kota
(Soedono,2011).
Selain itu juga pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di suatu
wilayah
akan
meningkatkan
bertambahnya
permukiman,
transportasi,
dan
perindustrian dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri baik berupa
sarana dan prasarana. Selain itu kemajuan teknologi dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas dan kenyamanan kehidupan akan memberikan dampak
negative diantaranya adalah kerugian bagi keseimbangan lingkungan hidup, salah
satunya adalah sulitnya untuk memperoleh udara yang berkualitas baik dan bersih.
Kecamatan Blimbing merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara
Kota Malang dengan luas wilayah sebesar 17,76 km 2, yang terdiri dari 11 Kelurahan
dengan ketinggian rata-rata antara 440 – 525 mdpl. Dengan jumlah penduduk sebesar
185.187 jiwa dan terdapat empat kelompok industry, diantaranya adalah industri
rotan yang terletak di Kelurahan Balearjosari, industri mebel yang terletak di daerah
Jalan Piranha Atas, industri Batik Malangan yang berada di Jalan Candi Jago dan
industri keripik tempe yang berada di daerah Sanan.
Dengan banyaknya jumlah penduduk dan kawasan industri di Kecamatan
Blimbing, maka perlu dilakukan pemetaan kualitas udara untuk mengetahui daerah
mana saja yang memiliki kualitas udara buruk yang dapat merusak lingkungan hidup.
Dengan mempertimbangkan unsur meteorologis berupa suhu, kecepatan angin,
kebisingan serta jumlah kendaraan yang melewati daerah tersebut dalam kurun waktu
satu minggu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antar faktor meteorologis di Kecamatan Blimbing, Kota
Malang?
2. Bagaimana hubungan antara faktor meteorologis dengan kualitas udara di
Kecamatan Blimbing, Kota Malang?
3. Bagaimana pengaruh kualitas udara dengan kondisi lingkungan di Kecamatan
Blimbing, Kota Malang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antar faktor meteorologis di Kecamatan Blimbing,
Kota Malang.
2. Untuk mengetahui hubungan antara faktor cuaca dengan kualitas udara di
Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas udara terhadap kondisi lingkungan di
Kecamatan Blimbing, Kota Malang
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas udara akibat pengaruh
unsur-unsur meteorologis agar dapat memperoleh data tentang data unsur
meteorologis
dan upaya yang dilakukan pada daerah tersebut , oleh karena itu
manfaat yang diperoleh antara lain adalah :
1. Bagi mahasiswa, dapat menjadi sarana untuk memperdalam dan memperluas
pengetahuan khususnya mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi mengenahi pengaruh kualitas udara
terhadap kesehatan masyarakat
3. Bagi pemerintah, dapat mengambil kebijakan untuk mencari solusi dari
permasalahan tersebut.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Pemetaan kualitas udara dan unsur-unsur meteorolis ini dilakukan di
Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Dengan luas wilayahnya adalah 17,76 km 2
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kedungkandang dan Pakis Kabupaten
Malang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kedungkandang Kabupaten
Malang, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang.
BAB II
LANDASAN TEORI
Atmosfer merupakan selubung bumi yang terdiri atas berbagai gas dan
memiliki berbagai aktivitas. Salah satu hal yang terjadi dalam atmosfer adalah
kondisi cuaca. Cuaca terjadi karena panas matahari membuat air dan udara bergerak
di sekitar bumi pada lapisan troposfer. Rotasi bumi menyebabkan perubahan cuaca
harian di bumi atas berbagai parameter cuaca, misalnya: temperatur udara,
kelembapan, kecepatan angin, penyinaran matahari, dan tekanan udara. Cuaca harian
di suatu tempat akn berbeda dengan tempat lainnya karena kondisi lingkungan.
Kondisi lingkungan yang dimaksud antara lain: Lingkungan Alamiah : ketinggian
topografi, keberadaan dan kondisi vegetasi; Lingkungan Buatan : penggunaan lahan,
keberadaan dan kondisi bangunan, kerapatan bangunan, keberadaan industri, kondisi
jalan raya, kondisi penutup lahan; Lingkungan sosial: intensitas berkendaraan dan
emisi kendaraan, aktivitas pembakaran sampah.
Pengamatan unsur-unsur meteorologis menjadi hal yang sangat penting untuk
mengetahui kondisi meteorologis di suatu tempat serta berbagai kemungkinan yang
mempengaruhinya. Pengamatan unsur-unsur meteorologis yang secara dilakukan
spasiotemporal akan dapat di petakan untuk kemudian dianalisis. Hasil analisis
tersebut secara lebih lanjut, dapat digunakan sebagai salah satu faktor pendukung
dalam membuat kabijakan lingkungan terutama yang berkaitan dengan kualitas udara
serta berbagai kondisi unsur-unsur meteorologinya.
Tak hanya itu, atmosfer juga merupakan tempat penyimpanan dari semua
pencemar baik berupa gas, cair, maupun padat, sehingga berpotensi dalam terjadinya
pencemaran udara yang dapat membahayakan kehidupan. Pencemaran udara lokal
biasanya dapat dihamburkan dan dapat dihindari sebagai akibat adanya sirkulasi
udara, akan tetapi masih mempunyai kemungkinan bahan pencemar tersebut akan di
endapkan di tempat lainnya. Peranan atmosfer dalam pencemaran udara adalah
bertindak sebagai pengecer konsentrasi pencemar atau bertindak sebagai pencemar
udara. Demikian pula, ada kalanya bertindak sebgai sumber pendauran atau
pencampuran kembali bahan pencemar.
2.1 Udara Ambien
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfer
yang berada di dalam wilayah yuridiksi. Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya (PP RI No.41, 1999). Sedangkan dalam Peraturan Gubernur DIY No. 8
Tahun 2010 tentang Program Langit Biru tahun 2009 – 2013, adanya kegiatan
makhluk hidup komposisi udara alami berubah. Jika perubahan komposisi udara
alami melebihi konsentrasi tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya, maka udara tersebut dikatakan telah tercemar.
2.2 Pencemaran Udara
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan
meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah
mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor, namun
sayangnya kita tidak dapat memilih udara yang kita hirup. Jika terjadi pencemaran
udara yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke
dalam udara maka sejak itulah manusia akan menerima dampak yang ditimbulkan
oleh pencemar udara tersebut (Gusnita, 2012). Pencemaran udara ialah adanya bahan
atau zat asing yang terdapat di udara dalam jumlah yang dapat menyebabkan
perubahan komposisi atmosfer dari keadaan normal (Sunu, 2001; Dewi, 2004;
Kadyarsi, 2006).
Pencemaran udara di daerah perkotaan cenderung semakin hari semakin
meningkat terutama daerah dengan kepadatan lalulintas yang cukup tinggi serta di
lokasi industri. Tingginya konsumsi penggunaan bahan bakar yang berasal dari
minyak, maka potensi pencemaran udara juga semakin tinggii karena udara akan
tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran (Sunu, 2001; Dewi, 2004; Kadyarsi,
2006).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya pencemaran udara dapat disebabkan oleh
berbagai macam hal, terutama bersumber dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Bintarto (1983) dalam Kadyarsi (2006) menyatakan bahwa udara dicemarkan oleh:
(1) Kendaraan bermotor yang banyak memadati jalanan kota. (2) Emisi atau kotoran
melalui asap pabrik yang sudah banyak terdapat di kota dan sekitarnya. (3) Kepadatan
penduduk dan pembakaran sampah. (4) Pembukaan daerah melalui tebang dan bakar
yang mengakibatkan udara dipenuhi oleh carbon monoxide, nitrogen oxide dan sulfur
oxide.
2.3 Kartografi
Peta sebagai sumber informasi keruangan (spasial) adalah amat penting dalam
setiap
kegiatan
perencanaan,
pelaksanaan,
pemantauan
pembangunan,
dan
pemerintahan. Ini berarti peta memiliki pera strategis dalam perumusan kebijakan
pembangunan nasional. Dengan peta berbagai aktivitas pembangunan kewilayahan
dapat dipadukan, dievaluasi dan ditata ulang. Dengan peta pula segala informasi
sumberdaya alam dan potensi wilayah dapat dipadukan untuk mendukung proses
perencanaan yang matang dan bijaksana (Kadyarsi, 2006).
Peta merupakan gambaran unsur-unsur atau kenampakan abstrak, yang dipilih
dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan atau benda-benda
angkasa,
dan
umumnya
digambarkan
pada
suatu
bidang
datar
dan
diperkecil/diskalakan (Roobinson, et al.,1995 dalam Kadyarsi, 2006). Peta dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: (a) peta topografi, menyajikan kenampakan fisik
dan artificial (kultural dan hasil budaya manusia) di permukaan bumi; (b) charts,
peta-peta untuk kepentingan navigasi, seperti peta jalur penerbangan, peta arah angin,
peta jalan darat, dan (c) peta tematik, peta yang mencerminkan hal-hal khusus.
2.4 Unsur-unsur Meteorologis
2.4.1 Suhu Udara
Temperatur adalah suatu ukuran untuk tingkat panas suatu benda. Suhu suatu
benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut untuk mentransfer
panas atau menerima panas, dari benda satu ke benda yang lain. Distribusi suhu di
dalam atmosfer sangat bergantung terutama pada keadaan radiasi matahari, oleh
sebab itu suhu udara selalu mengalami perubahan (Swarinoto, 2003 dalam Fadholi,
2013).
Temperatur udara permukaan bumi merupakan salah satu unsur penting yang
diamati oleh pengamat cuaca (Meteorological Station maupun Climatological
Station). Dalam meteorologi yang dimaksud dengan suhu udara permukaan adalah
suhu udara pada ketinggian 1.25 sampai dengan 2 meter dari permukaan tanah. Suhu
udara berbanding terbalik dengan kerapatan udaranya (Soepangkat, 1994 dalam
Fadholi, 2013). Pada lapisan troposfer dimana suhu menurun terhadap ketinggian
maka besarnya kerapatan udara berbeda untuk setiap ketinggian (level).
2.4.2 Tekanan Udara
Tekanan menggambarkan gaya per satuan luas pada suatu ketinggian tertentu.
Dimana tekanan udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
menentukan kerapatan udara selain daripada suhu udara. Ketinggian kerapatan udara
(density height) adalah suatu ketinggian dalam atmosfer standar ICAO, dimana
kerapatan udaranya sesuai dengan kerapatan udara pada suatu tempat tertentu
(Soepangkat, 1994 dalam Fadholi, 2013).
Pada umumnya makin tinggi suatu ketinggian dari permukaan laut, tekanan
udaranya semakin berkurang, karena jumlah molekul dan atom yang ada di atasnya
berkurang. Dengan demikian dapat kita katakana bahwa tekanan udara menurun
terhadap ketinggian, begitu juga dengan kerapatan udara (Fadholi, 2013).
2.4.3 Kecepatan Angin
Kecepatan angin di daerah tropik biasanya lebih rendah daripada yang dialami
di daerah iklim sedang. Arah mata angin dipengaruhi oleh angin muson. Gerakan
vertikal atmosfer secara klimatologi sangat penting karena dapat menghasilka awan
dan endapan, tetapi besarnya sangat kecil jika dibandingkan dengan gerakan atmosfer
secara horizontal. Angin adalah udara yang bergerak dimana arahnya sejajar dengan
permukaan bumi. Sedangkan gerakan udara secara vertikal lebit tepat disebut arus
(currents). Angin biasanya disebabkan oleh perbedaan tekanan udara horizontal. Jika
terjadi perbedaan tekanan horzontal, maka ada gradient tekanan. Gaya gradient
tekanan ini yang menyebabkan gerakan udara dari tekanan tinggi ke tekanan rendah
(Tyasyono, 1992; Setiawan, 2009).
Kecepatan angin ditunjukkan oleh kecuraman gradien tekanan atau kecepatan
perubahan tekanan. Jika gradien tekanan curam maka angin cepat dan bila gradien
tekanan lemah maka angin juga lemah. Angin selalu dinamakan dari arah dari mana
angin datang. Misalnya angin dari selatan yang berhembus ke utara disebut angin
selatan, angin dari laut ke darat disebut angin lau dan sebagainya (Setiawan, 2009).
2.4.4 Kelembaban Udara
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat
dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembababn nisbi (relatif) maupun defisit
tekanan uapa air (Handoko, 1995). Kandungan uap air udara di daerah tropik
biasanya lebih besar daripada di daerah iklim sedang. Variasi musiman sangat kecil
dan kelembaban relatif selalu di atas 80%. Kandungan uap air di udara yang besar
dan variasi suhu harian yang besar menyebabkan pembentukan embun menjadi suatu
yang umum bagi daerah tropik (Setiawan, 2009).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelembapan Udara :
1. Ketinggian Tempat
Apabila semakin tinggi tempat maka tingkat kelembapannya juga tinggi karena
suhunya rendah dan sebaliknya semakin rendah tempatnya suhunya semakin tinggi
dan kelembapannyapun semakin rendah.
2. Kerapatan Udara
Kerapatan udara ini juga berkaitan dengan suhu dimana kerapatan udara pada
daerah tertentu maka kelembapannyapun tinggi. Sedangkan apabila kerapatan
disuatu daerah renggang maka tingkat kelembapannya akan rendah.
3. Tekanan Udara
Tekanan udara juga mempengaruhi kelembapan udara dimana tekanan udara pada
suatu daerah tinggi maka kelembapannya juga akan tinggi, hal ini di sebabkan
karena lapangan udaranya yang rendah.
4. Radiasi Matahari
Dimana adanya radiasi matahari ini menyebabkan terjadinya penguapan air di
udara yang tingkatnya tinggi , sehingga kelembapan udaranya semakin besar
5. Angin
Adanya angin ini memudahkan proses penguapan yang terjadi pada air laut yang
menguap ke udara . Besarnya tingkat kelembapan ini dapat berubah menjadi air
dan terjadi pembentukan awan.
6. Suhu
Apabila suhu tinggi maka kelembapannya akan rendah dan sebaliknya apabila
suhu rendah maka kelembapannya akan tinggi . Dimana suhu dan kelembapan
berkaitan dengan ketinggian suatu tempat .
7. Kerapatan Vegetasi
Jika tumbuhan dengan kerapatan yang sangat rapat maka kelembapannya akan
tinggi hal ini disebabkan karena adanya seresah yang menutup permukaan tanah
sangat besar sehingga mempengaruhi kelembapannya. Dan sebaliknya apaila
kerapatannya jarang serta seresah yang menutupi tanah sedikit maka
kelembapannya juga akan rendah .
2.5 Kebisingan
Kebisingan (noise) adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau
mengganggu.Gangguan bunyi hingga tingkat tertentu dapat diadaptasi oleh fisik,
namun syaraf dapat terganggu.Ambang bunyi adalah intensitas bunyi sanagt lemah
yang masih dapat didengar telinga manusia, berenergi 10-12 W/m².ambang bunyi ini
disepakati mempunyai tingkat bunyi 0 dB. Ambang sakit adalah kekuatan bunyi yang
menyebabkan sakit pada telinga manusia, berenergi 1 W/m² (Metawati, 2013).
Nilai ambang batas kebisingan (NAB) adalah intensitas kebisingan tertinggi
dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh manusia tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu yang cukup lama atau
terus menerus. Penting untuk diketahui bahwa di dalam menetapkan standar NAB
pada suatu level atau intensitas tertentu, tidak akan menjamin bahwa semua orang
yang terpapar pada level tersebut secara terus menerus akan terbebas dari gangguan
pendengaran, karena hal itu tergantung pada respon masing-masing individu
(KepMenLH No. 48, 1996; Bachtiar, 2013).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Kecamatan Blimbing terletak di bagian utara wilayah Kota Malang dengan luas
wilayah 17,76 Km² yang terdiri dari 11 Kelurahan, yang sebagian wilayahnya dilalui
Sungai Brantas. Lokasi penelitian ini ada 28 grid, dimana satu gridnya terdapat 5 titik
dan satu gerid memiliki luas 1 km2. Berikutadalah peta lokasi penelitian:
Kecamatan Blimbing dengan luas wilayahnya 17,76 km2
dan jumlah
penduduknya adalah sebesar 183.400 jiwa yang memiliki batas-batas tertentu, yaitu
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Kedungkandang dan Pakis Kabupaten Malang,
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kedungkandang Kabupaten Malang,
dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. (BPS
Kecamatan Blimbing,2013)
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari hari Sabtu sampai hari Jum’at bulan
Desember 2015. Berikut adalah tabel dari proses penelitian mulai dari pengumpulan
data sampai dengan pembuatan laporan.
Table 1.1 Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pembuatan file
pendukung praktikum
Meeting
Survey Lapangan
Survey Lapangan
Persiapan Alat
Koordinasi dengan
Off G
Praktikum Lapangan
Pengumpulan Data
Hari, Tanggal
Kegiatan
Senin, 23
November 2015
Senin, 23
November 2015
Senin - Selasa, 2324 November 2015
Kamis, 26
November 2015
Jum’at, 27
November 2015
Minggu, 29
November 2015
Senin,30 November
2015 – 4 Desember
2015
Kamis, 3 Desember
2015
Sabtu – Jum’at, 5 –
11 Desember 2015
Rabu – Sabtu, 9 –
12 Desember 2015
Uraian Kegiatan
Pengumpulan data pendukung
- Shp Administrasi
- Shp Jaringan jalan
- Shp jaringan sungai
- Citra satelit
Pembuatan titik pengamatan
Pembuatan jadwal kegiatan, table
pengamatan, job description, ketercapaian
kegiatan, laporan kegiatan harian dan rincian
struktur kerja
Meeting persiapan Survey dan membahas
alat
Survey ke lapangan untuk menentukan titik
Melanjutkan Survey ke lapangan untuk
menentukan titik
Kesepakatan untuk download aplikasi
Kesepakatan tentang alat dan brefing untuk
praktikum
Praktikum Lapangan sesuai dengan titik dan
grid masing-masing
Pengumpulan data tahap II dan tahap II
Analisis Data
Sabtu, 12 Desember
2015
Analisis data yang di peroleh
Diskusi dengan Off G
Minggu, 13
Desember 2015
Kamis - Jum’at,
tanggal 10 – 18
Desember 2015
Diskusi dengan Off G serta menukarkan data
yang telah diperoleh
Pembuatan laporan penelitianserta output
dari penelitian
Pembuatan Laporan
C. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Alat yang Digunakan
1. Sound Level Meter
2. Penghitung angka manual (counter)
3. Termometer udara
4. Anemometer
5. GPS
b) Data Pendukung
1. Peta Administrasi Kecamatan Blimbing
2. Peta Jaringan Sungai (menyesuaikan)
3. Peta Jaringan Jalan
4. Peta Penggunaan Lahan
5. Peta Penutup Lahan
6. Peta Sebaran Permukiman
7. Peta Sebaran Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
c) Parameter Unsur Meteorologis
1. Suhu
: oT Celcius
2. Tekanan Udara
: Po (milibar dan tekanan atmosfer)
3. Kecepatan Angin : U2 mph
4. Kebisingan Suara : dB
5. Jumlah Kendaraan : Mobil/Motor
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti. Observasi dalam
penelitian ini adalah observasi langsung yaitu penelitian dan pengamat melihat dan
mengamati secara langsung, kemudian mencatat lokasi dimana titik penelitian itu
berada yang ada di Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan bantuan GPS.
2. Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat, alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan HP Android, karena
keterbatasan alat. Sehingga hasil yang digunakan tidak begitu akurat. Dan data
tersebut tidak begitu dapat dipercaya dan dijadikan sebagai bahan untuk pengambilan
keputusan. Aplikasi yang digunakan adalah Sound Level Meter, Zyphrus Wind Meter,
Thermometer, Counter.
E. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Populasi
Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari obyek penelitian yang dapat
berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap
hidup, dan sebagainya, sehingga obyek-obyek ini dapat menjadi sumber data
penelitian (Bungin, 2011 dalam Yustisa,2015).
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Kecamatan Blimbing Kota Malang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Sangadji dan
Sopiah, 2010 dalam Yustisa,2015). Noor (2011) mendefinisikan juga sampel sebagai
sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah metode random sampling dimana jumlah sampel ditentukan secara
acak, satu grid dalam peta diambil 5 sampel untuk digunakan penelitian, dan dalam
penentuan titik sampel tersebut dilakukan secara acak dan merata, sehingga dalam
satu wilayah Kecamatan Blimbing ini terdapat 140 sampel.
F. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan suatu tahap mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar agar dapat . memudahkan dalam
menentukan tema dan dapat merumuskan hipotesa kerja yang sesuai dengan dataData
yang digunakan dalam penelitian merupakan data primer, data berasal dari penelitian
dilapangan. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif adalah penelitian yang mendeskripsikan data apa adanya dan
menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hubungan Antar Unsur Meteorologi
1. Hubungan Antara Jumlah Kendaraan dengan Suhu
Kebutuhan akan transportasi timbul karena adanya kebutuhan manusia.
Transportasi dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan yang memungkinkan
perpindahan manusia atau barang sari satu tempat ke tempat lain. Adanya transportasi
yang sudah maju saat ini dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan,
sebab emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dapat memperburuk kualitas
lingkungan. Emisi dari berbagai gas dan partikel dar kegiatan tansportasi ke dalam
atmosfer menimbulkan berbagai problem menurunnya mutu lingkungan. Pada
umumnya pertambahan jumlah kendaraan akan mengakibatkan pertambahan pula
dalam dampak lingkungan yang negatif. Pertambahan volume lalu lintas juga akan
mengakibatkan bertambahnya suhu sehingga dianggap menurunkan kualitas
lingkungan.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan data yang telah diperoleh dari hasil
pengukuran lapangan, pada titik-titik dengan volume kendaraan tinggi maka suhunya
juga akan semakin tinggi. Namun, ada faktor lain yang mempengaruhi meningkatnya
suhu yaitu intensitas matahari. Pada kondisi berawan jumlah kendaraan tidak akan
mempengaruhi suhu secara signifikan, sebab penyinaran matahari berkurang.
Misalnya saja pada cuaca cerah, pada titik pengamatan yang berada di Jalan Ahmad
Yani (Malang-Pasuruan) pada pagi hari dengan jumlah kendaraan 669 unit memiliki
suhu 26.2oC. Sedangkan pada titik yang sama saat siang hari jumlah kendaraan relatif
menurun yaitu 614 unit tercatat suhu meningkat hingga 32oC.
2. Hubungan Antara Waktu dengan Suhu
Waktu pengukuran akan mempengaruhi hasil pengukuran suhu. Adanya
perbedaan suhu saat pengamatan pagi, siang dan sore hari sebagian besar dipengaruhi
oleh intensitas matahari. Lamanya penyinaran matahari tergantung pada posisi bumi
terhadap matahari. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa waktu penelitian
dilakukan pada musim penghujan dan lokasi penelitian terletak di sebelah selatan
garis ekuator. Sehingga lama waktu siang dan malam hari tidak jauh berbeda.
Pada pagi hari suhu akan lebih rendah dibandingkan dengan siang hari. Suhu
tertinggi akan berada pada siang hari dan suhu pada sore hari akan kembali turun
bahkan dapat lebih rendah dibandingkan dengan suhu di pagi hari. Hal tersebut
dibuktikan pada titik pengamatan yang terletak di Jalan Terusan Sulfat, pada pagi hari
suhu tercatat 27,8oC, 32,8 oC pada siang hari dan 26,5 oC pada sore hari. Namun, ada
faktor lain yang dapat mempengaruhi suhu, pada waktu yang sama di lokasi berbeda
dengan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Seperti halnya titik pengamatan yang
terletak di JNE Blimbing dengan lokasi di tepi jalan utama dan volume kendaraan
cenderung lebih padat, pada pagi hari suhu tercatat 27 oC, siang mencapai 30,1 oC.
Berbeda dengan lokasi pengamatan yang berada di Perumahan Jalan Panji Suroso. Di
titik tersebut berada agak jauh dari jalan utama dan relatif sepi, maka suhunya pun
lebih rendah dibandingkan dengan yang berada di JNE Blimbing, yaitu 26,7 oC pada
pagi hari dan 28,4 oC pada siang hari. Selain kondisi lingkungan, alat yang digunakan
juga akan mempengaruhi keakuratan pada data yang diperoleh, seperti yang
seharusnya menggunakan termometer tapi diganti dengan menggunakan android.
3. Hubungan Antara Waktu dengan Jumlah Kendaraan dan Kebisingan
Pada saat aktivitas manusia yang memerlukan mobilitas dari satu tempat ke
tempat lain meningkat, maka bisa dipastikan jumlah kendaraan juga meningkat. Hal
ini dikarenakan kendaraan sebagai alat transportasi, sedangkan meningkatnya jumlah
kendaraan akan menyebabkan kebisingan yang dipengaruhi oleh suara mesin
kendaraan yang berrlalu lalang juga akan meningkat. Misalnya pada jam-jam kerja
jumlah kendaraan akan meningkat, seperti waktu tersibuk saat pagi antara pukul
06.30-07.30, siang hari saat jam-jam istirahat pukul 12-13 serta sore hari ketika jam
kerja berakhir. Namun, hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh waktu efektif untuk
beraktivitas, tapi juga jalan yang digunakan. Walaupun, jam-jam padat beraktivitas,
pada jalan yang bukan merupakan jalan utama akan tetap normal dan tidak akan
terjadi kemacetan, sehingga tingkat kebisingan juga tidak akan tinggi. Namun, untuk
jalan-jalan utama atau jalan raya volume kendaraan akan meningkat bahkan terjadi
kemacetan pada jam-jam tersibuk dan tingkat kebisingan akan semakin tinggi.
Pernyataan di atas dapat dibuktikan berdasarkan data di beberapatitik
pengamatan, antara lain di Jalan Sunandar Priyo Sudarmo pada pagi hari jumlah
kendaraan mencapai 231 unit yang melalui jalan tersebut dengan kebisingan rata-rata
mencapai 80,9dB. Pada siang hari jumlah kendaraan menurun menjadi 99 unit dengan
kebisingan 76,4dB dan pada sore hari jumlah kendaraan 194 unit dan rata-ata
kebisingan 81dB. Berbeda dengan kondisi di titik pengamatan yang berada di
Perumahan Candi Agung. Daerah ini tergolong sepi dan bukan merupakan jalan
utama, pada pagi hari jumlah kendaraan hanya 7 unit dengan waktu pengamatan
selama 5 menit, rata-rata kebisingan hanya 61,4dB. Sedangkan pada siang hari,
jumlah kendaraan hanya 13 unit dan kebisingan 67,5dB, pada sore hari jumlah
kendaraan dengan lama waktu pengamatan yang sama hanya berjumlah 16 unit dan
tingkat kebisingan rata-rata 77dB.
4. Hubungan Antara Waktu dengan Kecepatan Angin
Pada dasarnya waktu tidak selalu mempengaruhi kecepatan angin secara
signifikan. Sebab, faktor lain seperti banyak tidaknya pepohonan atau bangunan lebih
mempengaruhi kecepatan angin, dan adanya bangunan-bangunan atau pepohonan
besar merupakan dapat memperlambat laju kecepatan angin. Selain itu, kecepatan
angin dipengaruhi langsung oleh kelembaban udara. Pada penelitian yyang telah
dilakukan tidak terdapat pengambilan data kelembaban udara, karena keterbatasan
alat yang digunakan. Apabila hanya menggunakan data suhu yang dapat
mempengaruhi kelembaban dan kemudian mempengaruhi kecepatan angin, hasil
yang diperoleh tidak akurat. Sehingga tidak dapat dinyatakan bahwa waktu
dilakukannya pengukuran dapat mempengaruhi kecepatan angin.
B. Hubungan Antara Faktor Meteorologis dengan Kualitas Udara di
Kecamatan Blimbing, Kota Malang
Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama
pencemaran udara di daerah perkotaan. Menurut Soedomo,dkk, 1990, transportasi
darat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap setengah dari total emisi
SPM10, untuk sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOx di daerah perkotaan, dengan
konsentrasi utama terdapat di daerah lalu lintas yang padat, dimana tingkat
pencemaran udara sudah dan/atau hampir melampaui standar kualitas udara ambient.
Sejalan dengan itu pertumbuhan pada sektor transportasi, yang diproyeksikan
sekitar 6% sampai 8% per tahun, pada kenyataannya tahun 1999 pertumbuhan jumlah
kendaraan di kota besar hampir mencapai 15% per tahun. Dengan menggunakan
proyeksi 6-8% maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1
kali konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0
kali pada tahun 2018 (World Bank, 1993 cit KLH, 1997). Pada tahun 2020 setengah
dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara
perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor.
Pada praktikum kali ini faktor meteorologis yang mempengaruhi kualitas udara
di Kecamatan Blimbing adalah adalah kecepatan angin dan jumlah kendaraan.
Kecepatan angin dapat mempengarui kualitas udara di suatu wilayah, karena
dengan adanya polusi udara yang disebabkan oleh adanya jumlah kendaraan maka
polusi akan tersebar. Polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor dapat menjadi
permasalahan yang serius apabila jumlah kendaraan bermotor semakin tinggi.
Menurut Sinaga, dkk (2006) Pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan
bermotor menurut tempat dan sumbernya termasuk dalam pencemaran udara bebas
dan bersumber dari kegiatan manusia. Pencemar yang ditimbulkan.
Buangan kendaraan bermotor dapat berupa CO (Karbon monoksida), Partikulat
Matter, dan NO2 (Nitrogen Dioksida). Emisi kendaraan bermotor dimana sebagian
besar kendaraan bermotor ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM) berupa
Premix, Premium atau Solar yang mengandung timah hitam (Leaded) berperan
sebagai penyumbang polusi cukup besar terhadap kualitas udara dan kesehatan.
Kecepatan angin rerata harian ternyata berpusat di kelurahan Purwantoro dan
Bunulrejo. Tingginya kecepatan angin tersebut bisa difaktori oleh aktifitas manusia
yang terpusat di kedua daerah tersebut. Nilai kecepatan angin sebesar 6,1 – 15 juga
disebabkan oleh sibuknya lalu lintas yang ada sehingga, efek dari kendaraan yang
melintas dengan cepat menyebabkan angin bergerak lebih cepat. Hal tersebut
berbanding terbalik apabila dilihat pada hasil pengukuran di daerah perumahan atau
perkampungan dan sawah. Nilai kecepatan angin hanya tersebar antara 1,0 – 3,4.
Pada kondisi seperti ini kecepatan angina menunjukkan keadaan yang sebenarnya
tanpa dipengaruhi oleh pergerakan kendaraan yang membuat angina disekitar menjadi
lebih kencang.
Dengan diketahuinya kecepatan angin, maka dapat diketahui persebaran polusi
berpusat di daerah Prwantoro dan Bunulrejo. Sehingga persebaran kualitas udara
yang ada di Kecamatan Blimbing dapat diketahui dengan melihat peta persebaran
angina di Kecamatan Blimbing.
C. Pengaruh kualitas udara terhadap kondisi lingkungan di Kecamatan
Blimbing, Kota Malang
Udara merupakan kebutuhan primer bagi manusia dan semua benda hidup yang
di bumi ini. Apabila tercemar, maka yang lainnya akan menerima dampaknya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor
41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara dikatakan bahwa :
Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan
manusia serta mahluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian
fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta
perlindungan bagi mahluk hidup lainnya.
Agar udara dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi pelestarian
lingkungan hidup, maka perlu dipelihara, dijaga dan dijamin mutunya melalui
pengendalian pencemaran udara.
Ini berarti bahwa walaupun ada aktifitas pembangunan, dampaknya pada
kualitas udara tetap harus ditekan seminimal mungkin, sehingga apa yang diharapkan
dari PP No. 41 Tahun 1999 tetap terwujud.
Kualitas udara mempengaruhi kondisi lingkungan di suatu tempat. Jika kualitas
udara buruk, maka akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan tersebut dan
dampaknya pada kesehatan manusia. Pada penelitian yang dilakukan di Kecamatan
Blimbing, Kota Malang ini ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas udara,
diantaranya adalah jumlah kendaraan dan kecepatan angin.
Banyaknya kendaraan yang melewati suatu tempat akan berpengaruh terhadap
tingkat polusi di suatu wilayah, semakin banyak kendaraan yang lewat maka polusi
udara akan semakin tinggi, sedangkan semakin sedikit kendaraan yang melewati
maka polusi udara juga rendah. Jumlah kendaraan tidak hanya mempengaruhi pada
udara saja, melainkan juga pada kebisingan. Dan kebisingan ini juga akan
mempengaruhi kondisi lingkungan serta kenyamanan manusia dalam menjalankan
aktivitasnya.
Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di kota-kota
besar. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau
membahayakan kesehatan.
Dampak dari kebisingan di lingkungan perumahan terhadap kesehatan
masyarakat antara lain gangguan komunikasi, gangguan psikologis, keluhan dan
tindakan demonstrasi, sedangkan keluhan somatik, tuli sementara dan tuli permanen
merupakan dampak yang dipertimbangkan dari kebisingan dilingkungan kerja/
industri.
Hasil dari pengamatan di lapangan, rata-rata kebisingan di Kecamatan Sukun
paling tinggi adalah 80 dB. Ini masuk pada skala intensitas kebisingan kuat.
Sedangkan menurut KepMen LH No. 48/MNLH/11/1996 baku mutu tingkat
kebisingan maksimun yang dianjurkan sebesar 55 dB untuk perumahan dan
permukiman, untuk bandar udara sebesar 70 dB, dan untuk kawasan di lingkungan
kesehatan seperti sekolah, tempat ibadah, dan lian-lain adalah 55 dB.
Pengaruh kebisingan pada 55 – 65 dBALeq terhadap kesehatan antara lain
berupa gangguan kenyamanan, gangguan komunikasi, gangguan konsentrasi dan
menimbulkan rasa kesal.
Selain itu jumlah kendaraan yang lwat akan berpengaruh terhadap tingkat
polusi di daerah tersebut. Banyaknya kendaraan bermotor dapat memberikan dampak
terhadap polusi udara. Polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor dapat menjadi
permasalahan yang serius apabila jumlah kendaraan bermotor semakin tinggi.
Menurut Sinaga, dkk (2006) Pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan
bermotor menurut tempat dan sumbernya termasuk dalam pencemaran udara bebas
dan bersumber dari kegiatan manusia. Pencemar yang ditimbulkan buangan
kendaraan bermotor dapat berupa CO (Karbon monoksida), Partikulat Matter, dan
NO2 (Nitrogen Dioksida). Emisi kendaraan bermotor dimana sebagian besar
kendaraan bermotor ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM) berupa Premix,
Premium atau Solar yang mengandung timah hitam (Leaded) berperan sebagai
penyumbang polusi cukup besar terhadap kualitas udara dan kesehatan.
Penyebaran polusi di pengaruhi oleh angin, dengan adanya arah angin dan
kecepatan angina dapat diketahui pusat polusi udara, yang mana polusi udara tersebut
dapat mempengaruhi kualitas udara serta kesehatan dan lingkungan.
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan dilapangan serta analisis peta
didapatkan hasil seperti yang ada di peta. Pada pagi hari, kecepatan angin rerata
harian ternyata berpusat di kelurahan Purwantoro dan Bunulrejo. Tingginya
kecepatan angin tersebut bisa difaktori oleh aktifitas manusia yang terpusat di kedua
daerah tersebut. Nilai kecepatan angin sebesar 6,1 – 15 juga disebabkan oleh
sibuknya lalu lintas yang ada sehingga, efek dari kendaraan yang melintas dengan
cepat menyebabkan angina bergerak lebih cepat. Hal tersebut berbanding terbalik
apabila dilihat pada hasil pengukuran di daerah perumahan atau perkampungan dan
sawah. Nilai kecepatan angin hanya tersebar antara 1,0 – 3,4. Pada kondisi seperti ini
kecepatan angin menunjukkan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh
pergerakan kendaraan yang membuat angina disekitar menjadi lebih kencang.
Di siang hari terjadi perubahan walaupun tidak signifikan dari data yang
pertama. Penurunan tingkat kecepatan angin disebabkan karena pada pukul 12.00 –
14.00 WIB, aktifitas di jalan mengalami penurunan hampir di Kecamatan Blimbing
secara global. Penurunan tersebut ditandai oleh perubahan warna pada Kecamatan
Blimbing atau zona pengukuran kea arah yang lebih rendah. Sedangkan pada sore
hari terjadi kenaikan kecepatan angina kembali secara makro. Faktor yang
mempengaruhi perubahan tersebut karena meningkat kembali aktifitas sore sebagai
tanda bahwa berakhirnya segala aktifitas baik sekolah maupun bekerja.
Semakin banyaknya kendaraan yang lewat serta banyaknya keramaian di suatu
daerah maka dapat mempengaruhi suhu di daerah tersebut. Jika daerahnya padat dan
ramai kendaraan maka suhu udara akan cenderung tinggi, jika daerahnya sepi dan
kendaraan jaran ada yang lewat maka suhunya akan rendah.
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan nilai rerata suhu harian pada
pagi hari di Kecamatan Blimbing menunjukan bahwa, suhu rerata tertinggi harian
berada di perbatasan Kelurahan Bunulrejo dan Purwantoro. Dengan suhu sebesar 28,5
– 29 oC. Terdapat 5 titik dengan suhu tertinggi yang tersebar 2 titik di kelurahan
bunulrejo, 1 titik besar di kelurahan blimbing dan 2 titik di kelurahan arjosari. Secara
global kelurahan Blimbing dan purwantoro memiliki persebaran suhu mulai 26 - 29
o
C. Kelurahan Kedung-Kandang, Purwodadi, Pandanwangi, dan Bunulrejo memiliki
sebaran suhu yang lebih rendah daripada kelurahan yang lainnya. Sedangkan pada
kelurahan Jodipan, Ksatrian, dan Polehan persebaran suhunya berada di tengahtengah atau sedang. Tinggi rendahnya suhu udara yang didapatkan dapat diliha dari
waktu pengambilan data. Pada pagi hari rentang waktu yang valid yaitu antara pukul
06.00 – 08.00 WIB. Walaupun interval waktu pengukuran data hanya 2 jam, data
yang akan didapatkan dilapangan akan mengalami perbedaan. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh sudut datangnya sinar matahari antara pukul 06.00 akan berbeda
dengan pukul 07.00 – 08.00 WIB. Sehingga dapat ditoleransi apabila terdapat
persebaran suhu dengan selisih suhu terendah dan suhu tertinggi pada pagi hari
sebesar 3,4 OC. Faktor lain yang menyebabkan tingginya suhu udara di lokasi tersebut
yaitu lokasi pengukuran berada di tepi jalan raya. Dimana aktifitas jalan raya sedang
sibuk dan padat. Jumlah kendaraan yang melintas juga mempengaruhi kenaikan suhu
udara akibat dari pelepasan panas dari asap kendaraan.
Lokasi yang memiliki suhu rerata harian pagi yang tinggi dapat disimpulkan
memiliki keterlintasan jalan yang sangat sibuk dan padat, bisa jadi merupakan jalan
utama sehingga banyak kendaraan yang melintas. Selain itu, banyaknya gedung yang
terbangun tanpa diimbangi dengan vegetasi yang mampu menyerap panas di udara
juga dapat mempengaruhi melalui pantulan sinar matahari kembali ke atmosfer.
Sedangkan daerah yang pada pagi hari memiliki suhu lebih rendah bisa jadi
keterlintasan jalan tidak padat seperti lokasi lainnya.
Rerata suhu harian pada siang hari ternyata banyak menampilkan sebaran titiktitik dengan suhu terendah. Hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi di pagi
hari yang menampilkan titik titik suhu tertinggi. Munculnya kondisi seperti di atas
dapat disebabkan oleh menurunnya aktifitas keterlintasan jalan. Sehingga polutan dari
asap kendaraan tidak terlalu banyak yang lepas di udara. Pemusatan suhu tinggi yang
ada di Kecamatan Blimbing pada siang hari berpusat di Kelurahan Arjosari,
Purwodadi dan sebagian Kelurahan Purwantoro. Tingginya suhu rerata harian yang
ada di 3 Kelurahan tersebut disebabkan oleh terdapatnya jalan utama kota Malang
yang banyak dilalui oleh kendaraan yang akan masuk atau keluar kota. Selain itu di
Kelurahan Arjosari terdapatnya terminal bus yang sangat sibuk. Adanya percabangan
jalan utama dan fly over di daerah ini juga mempengaruhi tingginya suhu udara. Hal
tersebut disebabkan oleh jumlah asap kendaraan yang lepas diudara lebih banyak,
kondisi lingkungan yang kurang vegetasi peredam panas yang ditanam disepanjang
jalan, seperti tanaman trembesi, keterlintasan jalan yang sangat sibuk dan padat,
terdapatnya kantor-kantor kepemerintahan dan perumahan.
Di mulai dari kelurahan balearjosari, polowijen, arjosari dan sebagian
purwantoro terjadi perubahan warna. Perubahan tersebut terjadi disebabkan karena
faktor suhu yang semakin naik di siang hari akibat dari sudut datangnya sinar
matahari cenderung tegak lurus dengan bumi serta padatnya aktifitas di jalan yang
menyumbang panas melalui polusi asap kendaraan.
Selama pengukuran di lapangan ternyata semakin sore kondisi suhu di udara
mengalami kenaikan. Hal tersebut dapat dilihat melalui perluasan zona berwarna
merah yang berarti suhu udara semakin tinggi. Perubahan tersebut meluas ke
kelurahan balearjosari, padahal semula hanya di sebagian kelurahan arjosari,
purwodadi dan polowijen. Perluasan zona berwarna merah atau semakin luasnya
daerah yang mengalami kenaikan suhu selain disebabkan oleh faktor lamanya
penyinaran saat siang hari, juga dilatarbelakangi oleh faktor kembali tingginya angka
keterlintasan jalan dan jumlah kendaraan yang melintas. Keadaan ini hampir sama
dengan kondisi di pagi hari. Hal tersebut terjadi karena antara pukul 16.00-18.00
segala aktifitas sekolah, dan bekerja telah usai.
Suhu
senantiasa
mengalami
kenaikan
dan
penurunan.
Hal
tersebut
dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, bisa dipengaruhi oleh padatnya kegiatan
manusia yang mampu menyumbangkan panas di udara, kurangnya vegetasi yang
mmapu membantu dalam peredaman dan penyerapan panas di udara, dan kondisi
permukaan bumi yang kini banyak terbangun menyebabkan terjadinya pantulan sinar
matahari kembali ke atmosfer dengan nilai yang lebih tinggi. Fluktuasi suhu udara
secara murni disebabkan oleh sudut datangnya sinar matahari dan intensitas
penyinaran matahari ke permukaan bumi.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kualitas udara di Kecamatan
Blimbing lumayan buruk, karena dipengaruhi oleh beberapa factor dinataranya adalah
banyaknya kendaraan yang melewati daerah tersebut serta banyaknya industry di
daerah tersebut, akan tetapi hal tersebut dapa diatasi dengan banyaknya pula vegetasi
yang ada di Kecamatan Blimbing, sehingga buruknya kualitas udara dapat berkurang.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimplkan bahwa:
1. Faktor meteorologis yang ada dalam penelitian, termasuk jumlah kendaraan
dengan suhu, waktu dengan suhu, waktu dengan jumlah kendaraan dan
kebisingan,waktu dengan kecepatan angina saling mempengaruhi satu sama
lain yang dapat menyebabkan kualitas udara baik atau buruk.
2. Kualitas udara di Kecamatan Blimbing yang paling buruk adalah di daerah
Purwantoro, karena banyak kendaraan bermotor yang melewati daerah
tersebut.
3. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kualitas udara di Kecamatan
Blimbing lumayan buruk, karena dipengaruhi oleh beberapa factor
dinataranya adalah banyaknya kendaraan yang melewati daerah tersebut serta
banyaknya industry di daerah tersebut, akan tetapi hal tersebut dapa diatasi
dengan banyaknya pula vegetasi yang ada di Kecamatan Blimbing, sehingga
buruknya kualitas udara dapat berkurang.
DAFTAR RUJUKAN
Bachtiar,
Vera
Surtia,
dkk.2013.Analisis
Tingkat
Kebisingan
dan
Usaha
Pengendalian pada Unit Produksi pada Suatu Industri di Kota Batam. Jurnal
Teknik Lingkungan UNAND 10 (2): 85 – 93.
Fadholi, Akhmad.2013.Study Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara terhadap
Penerbangan di Bandara H.A.S Hananjoeddin Buluh Tumbang Belitung
Periode 1980 – 2010. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) 3 (1):1
– 10.
Gusnita, Dessy.2012.Pencemar Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan Upaya
Penghapusan Bensisn Bertimbal. Berita Dirgantara 13 (2) : 95 – 101.
Kadyarsi, Ibnu.2006.Pemetaan Kualitas Udara Kota Surakarta. Forum Geografi 20
(1): 86-98.
Metawati, Nur, dkk.2013.Evaluasi Pemenuhan Standar Tingkat Kebisingan Kelas di
SMPN 23 Bandung. INVOTEC 9 (2): 145 – 156.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
Setiawan, Eko.2009.Kajian Hubungan Unsur Iklim terhadap Produktivitas Cabe Jamu
(Piper retrofractum Vahl) di Kabupaten Sumenep. AGROVIGOR 2 (1):1 – 11.
Sinaga, Ferdinan M, dkk.2006.Pengaruh Bahan Bakar Transportasi terhadap
Pencemaran Udara dan Solusinya.Paper Kebijakan Energi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
METEOROLOGIS KECAMATAN BLIMBING, KOTA MALANG
Untuk Memnuhi Tugas Mata kuliah Hidrometeorologi Terapan yang di bimbing oleh:
Ferriyati Masitoh, S.Si, M.Si
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Nama
Ahmad Hamdani Afro
Ahmad Saikhu
Alistiqomah
Fajar Setio Nuryanto
Fatma Roisatin Nadhiroh
Imam Mahmudi
M. Arif Oktifani
Meidika
Moh. Farid
Qonita Azzahra
NIM
130722607349
130722616082
130722607356
130722616101
130722616093
130722607355
130722616072
130722616086
130722607350
130722607352
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DESEMBER 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan iklim global yang menjadi perhatian masyarakat dunia adalah
gejala global warming (panas dunia)
yang diketahui terjadi sebagai akibat dari
penipisan lapisan ozon di lapisan stratosfer. Lapisan ozon berfungsi menyerap radiasi
surya terutama sinar ultraviolet sebelum mencapai permukaan meningkatnya suhu
udara di permukaan bumi,dan menimbulkan gejala global warming (panas dunia).
Suhu udara permukaan adalah salah satu unsur cuaca yang merupakan besaran fisis
terukur dan dapat menerangkan keadaan cuaca di suatu tempat. Hal tersebut
dikarenakan suhu udara bersifat dinamis dan sangat di pengaruhi oleh unsur-unsur
cuaca lainnya seperti curah hujan, kelembaban udara, intensitas radiasi dan tekanan
udara.
Transportasi adalah salah satu sumber penyebab polusi udara di daerah
perkotaan dan sector yang paling signifikan dalam menyumbang karbon monoksida
di udara. Pertumbuhan jumlah kepemilikan transportasi seperti motor dan mobil
memberikan dampak yang cukup tinggi terhadap lingkungan. Dari sektor transportasi
merupakan sumber terbesar pencemaran di daerah perkotaan, yaitu sebesar 60%
disebabkan karea tingginya jumlah kendaraan bermotor yang begerak dalam kota
(Soedono,2011).
Selain itu juga pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di suatu
wilayah
akan
meningkatkan
bertambahnya
permukiman,
transportasi,
dan
perindustrian dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri baik berupa
sarana dan prasarana. Selain itu kemajuan teknologi dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas dan kenyamanan kehidupan akan memberikan dampak
negative diantaranya adalah kerugian bagi keseimbangan lingkungan hidup, salah
satunya adalah sulitnya untuk memperoleh udara yang berkualitas baik dan bersih.
Kecamatan Blimbing merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara
Kota Malang dengan luas wilayah sebesar 17,76 km 2, yang terdiri dari 11 Kelurahan
dengan ketinggian rata-rata antara 440 – 525 mdpl. Dengan jumlah penduduk sebesar
185.187 jiwa dan terdapat empat kelompok industry, diantaranya adalah industri
rotan yang terletak di Kelurahan Balearjosari, industri mebel yang terletak di daerah
Jalan Piranha Atas, industri Batik Malangan yang berada di Jalan Candi Jago dan
industri keripik tempe yang berada di daerah Sanan.
Dengan banyaknya jumlah penduduk dan kawasan industri di Kecamatan
Blimbing, maka perlu dilakukan pemetaan kualitas udara untuk mengetahui daerah
mana saja yang memiliki kualitas udara buruk yang dapat merusak lingkungan hidup.
Dengan mempertimbangkan unsur meteorologis berupa suhu, kecepatan angin,
kebisingan serta jumlah kendaraan yang melewati daerah tersebut dalam kurun waktu
satu minggu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antar faktor meteorologis di Kecamatan Blimbing, Kota
Malang?
2. Bagaimana hubungan antara faktor meteorologis dengan kualitas udara di
Kecamatan Blimbing, Kota Malang?
3. Bagaimana pengaruh kualitas udara dengan kondisi lingkungan di Kecamatan
Blimbing, Kota Malang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antar faktor meteorologis di Kecamatan Blimbing,
Kota Malang.
2. Untuk mengetahui hubungan antara faktor cuaca dengan kualitas udara di
Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas udara terhadap kondisi lingkungan di
Kecamatan Blimbing, Kota Malang
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas udara akibat pengaruh
unsur-unsur meteorologis agar dapat memperoleh data tentang data unsur
meteorologis
dan upaya yang dilakukan pada daerah tersebut , oleh karena itu
manfaat yang diperoleh antara lain adalah :
1. Bagi mahasiswa, dapat menjadi sarana untuk memperdalam dan memperluas
pengetahuan khususnya mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi mengenahi pengaruh kualitas udara
terhadap kesehatan masyarakat
3. Bagi pemerintah, dapat mengambil kebijakan untuk mencari solusi dari
permasalahan tersebut.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Pemetaan kualitas udara dan unsur-unsur meteorolis ini dilakukan di
Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Dengan luas wilayahnya adalah 17,76 km 2
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kedungkandang dan Pakis Kabupaten
Malang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kedungkandang Kabupaten
Malang, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang.
BAB II
LANDASAN TEORI
Atmosfer merupakan selubung bumi yang terdiri atas berbagai gas dan
memiliki berbagai aktivitas. Salah satu hal yang terjadi dalam atmosfer adalah
kondisi cuaca. Cuaca terjadi karena panas matahari membuat air dan udara bergerak
di sekitar bumi pada lapisan troposfer. Rotasi bumi menyebabkan perubahan cuaca
harian di bumi atas berbagai parameter cuaca, misalnya: temperatur udara,
kelembapan, kecepatan angin, penyinaran matahari, dan tekanan udara. Cuaca harian
di suatu tempat akn berbeda dengan tempat lainnya karena kondisi lingkungan.
Kondisi lingkungan yang dimaksud antara lain: Lingkungan Alamiah : ketinggian
topografi, keberadaan dan kondisi vegetasi; Lingkungan Buatan : penggunaan lahan,
keberadaan dan kondisi bangunan, kerapatan bangunan, keberadaan industri, kondisi
jalan raya, kondisi penutup lahan; Lingkungan sosial: intensitas berkendaraan dan
emisi kendaraan, aktivitas pembakaran sampah.
Pengamatan unsur-unsur meteorologis menjadi hal yang sangat penting untuk
mengetahui kondisi meteorologis di suatu tempat serta berbagai kemungkinan yang
mempengaruhinya. Pengamatan unsur-unsur meteorologis yang secara dilakukan
spasiotemporal akan dapat di petakan untuk kemudian dianalisis. Hasil analisis
tersebut secara lebih lanjut, dapat digunakan sebagai salah satu faktor pendukung
dalam membuat kabijakan lingkungan terutama yang berkaitan dengan kualitas udara
serta berbagai kondisi unsur-unsur meteorologinya.
Tak hanya itu, atmosfer juga merupakan tempat penyimpanan dari semua
pencemar baik berupa gas, cair, maupun padat, sehingga berpotensi dalam terjadinya
pencemaran udara yang dapat membahayakan kehidupan. Pencemaran udara lokal
biasanya dapat dihamburkan dan dapat dihindari sebagai akibat adanya sirkulasi
udara, akan tetapi masih mempunyai kemungkinan bahan pencemar tersebut akan di
endapkan di tempat lainnya. Peranan atmosfer dalam pencemaran udara adalah
bertindak sebagai pengecer konsentrasi pencemar atau bertindak sebagai pencemar
udara. Demikian pula, ada kalanya bertindak sebgai sumber pendauran atau
pencampuran kembali bahan pencemar.
2.1 Udara Ambien
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfer
yang berada di dalam wilayah yuridiksi. Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya (PP RI No.41, 1999). Sedangkan dalam Peraturan Gubernur DIY No. 8
Tahun 2010 tentang Program Langit Biru tahun 2009 – 2013, adanya kegiatan
makhluk hidup komposisi udara alami berubah. Jika perubahan komposisi udara
alami melebihi konsentrasi tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya, maka udara tersebut dikatakan telah tercemar.
2.2 Pencemaran Udara
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan
meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah
mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor, namun
sayangnya kita tidak dapat memilih udara yang kita hirup. Jika terjadi pencemaran
udara yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke
dalam udara maka sejak itulah manusia akan menerima dampak yang ditimbulkan
oleh pencemar udara tersebut (Gusnita, 2012). Pencemaran udara ialah adanya bahan
atau zat asing yang terdapat di udara dalam jumlah yang dapat menyebabkan
perubahan komposisi atmosfer dari keadaan normal (Sunu, 2001; Dewi, 2004;
Kadyarsi, 2006).
Pencemaran udara di daerah perkotaan cenderung semakin hari semakin
meningkat terutama daerah dengan kepadatan lalulintas yang cukup tinggi serta di
lokasi industri. Tingginya konsumsi penggunaan bahan bakar yang berasal dari
minyak, maka potensi pencemaran udara juga semakin tinggii karena udara akan
tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran (Sunu, 2001; Dewi, 2004; Kadyarsi,
2006).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya pencemaran udara dapat disebabkan oleh
berbagai macam hal, terutama bersumber dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Bintarto (1983) dalam Kadyarsi (2006) menyatakan bahwa udara dicemarkan oleh:
(1) Kendaraan bermotor yang banyak memadati jalanan kota. (2) Emisi atau kotoran
melalui asap pabrik yang sudah banyak terdapat di kota dan sekitarnya. (3) Kepadatan
penduduk dan pembakaran sampah. (4) Pembukaan daerah melalui tebang dan bakar
yang mengakibatkan udara dipenuhi oleh carbon monoxide, nitrogen oxide dan sulfur
oxide.
2.3 Kartografi
Peta sebagai sumber informasi keruangan (spasial) adalah amat penting dalam
setiap
kegiatan
perencanaan,
pelaksanaan,
pemantauan
pembangunan,
dan
pemerintahan. Ini berarti peta memiliki pera strategis dalam perumusan kebijakan
pembangunan nasional. Dengan peta berbagai aktivitas pembangunan kewilayahan
dapat dipadukan, dievaluasi dan ditata ulang. Dengan peta pula segala informasi
sumberdaya alam dan potensi wilayah dapat dipadukan untuk mendukung proses
perencanaan yang matang dan bijaksana (Kadyarsi, 2006).
Peta merupakan gambaran unsur-unsur atau kenampakan abstrak, yang dipilih
dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan atau benda-benda
angkasa,
dan
umumnya
digambarkan
pada
suatu
bidang
datar
dan
diperkecil/diskalakan (Roobinson, et al.,1995 dalam Kadyarsi, 2006). Peta dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: (a) peta topografi, menyajikan kenampakan fisik
dan artificial (kultural dan hasil budaya manusia) di permukaan bumi; (b) charts,
peta-peta untuk kepentingan navigasi, seperti peta jalur penerbangan, peta arah angin,
peta jalan darat, dan (c) peta tematik, peta yang mencerminkan hal-hal khusus.
2.4 Unsur-unsur Meteorologis
2.4.1 Suhu Udara
Temperatur adalah suatu ukuran untuk tingkat panas suatu benda. Suhu suatu
benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut untuk mentransfer
panas atau menerima panas, dari benda satu ke benda yang lain. Distribusi suhu di
dalam atmosfer sangat bergantung terutama pada keadaan radiasi matahari, oleh
sebab itu suhu udara selalu mengalami perubahan (Swarinoto, 2003 dalam Fadholi,
2013).
Temperatur udara permukaan bumi merupakan salah satu unsur penting yang
diamati oleh pengamat cuaca (Meteorological Station maupun Climatological
Station). Dalam meteorologi yang dimaksud dengan suhu udara permukaan adalah
suhu udara pada ketinggian 1.25 sampai dengan 2 meter dari permukaan tanah. Suhu
udara berbanding terbalik dengan kerapatan udaranya (Soepangkat, 1994 dalam
Fadholi, 2013). Pada lapisan troposfer dimana suhu menurun terhadap ketinggian
maka besarnya kerapatan udara berbeda untuk setiap ketinggian (level).
2.4.2 Tekanan Udara
Tekanan menggambarkan gaya per satuan luas pada suatu ketinggian tertentu.
Dimana tekanan udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
menentukan kerapatan udara selain daripada suhu udara. Ketinggian kerapatan udara
(density height) adalah suatu ketinggian dalam atmosfer standar ICAO, dimana
kerapatan udaranya sesuai dengan kerapatan udara pada suatu tempat tertentu
(Soepangkat, 1994 dalam Fadholi, 2013).
Pada umumnya makin tinggi suatu ketinggian dari permukaan laut, tekanan
udaranya semakin berkurang, karena jumlah molekul dan atom yang ada di atasnya
berkurang. Dengan demikian dapat kita katakana bahwa tekanan udara menurun
terhadap ketinggian, begitu juga dengan kerapatan udara (Fadholi, 2013).
2.4.3 Kecepatan Angin
Kecepatan angin di daerah tropik biasanya lebih rendah daripada yang dialami
di daerah iklim sedang. Arah mata angin dipengaruhi oleh angin muson. Gerakan
vertikal atmosfer secara klimatologi sangat penting karena dapat menghasilka awan
dan endapan, tetapi besarnya sangat kecil jika dibandingkan dengan gerakan atmosfer
secara horizontal. Angin adalah udara yang bergerak dimana arahnya sejajar dengan
permukaan bumi. Sedangkan gerakan udara secara vertikal lebit tepat disebut arus
(currents). Angin biasanya disebabkan oleh perbedaan tekanan udara horizontal. Jika
terjadi perbedaan tekanan horzontal, maka ada gradient tekanan. Gaya gradient
tekanan ini yang menyebabkan gerakan udara dari tekanan tinggi ke tekanan rendah
(Tyasyono, 1992; Setiawan, 2009).
Kecepatan angin ditunjukkan oleh kecuraman gradien tekanan atau kecepatan
perubahan tekanan. Jika gradien tekanan curam maka angin cepat dan bila gradien
tekanan lemah maka angin juga lemah. Angin selalu dinamakan dari arah dari mana
angin datang. Misalnya angin dari selatan yang berhembus ke utara disebut angin
selatan, angin dari laut ke darat disebut angin lau dan sebagainya (Setiawan, 2009).
2.4.4 Kelembaban Udara
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat
dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembababn nisbi (relatif) maupun defisit
tekanan uapa air (Handoko, 1995). Kandungan uap air udara di daerah tropik
biasanya lebih besar daripada di daerah iklim sedang. Variasi musiman sangat kecil
dan kelembaban relatif selalu di atas 80%. Kandungan uap air di udara yang besar
dan variasi suhu harian yang besar menyebabkan pembentukan embun menjadi suatu
yang umum bagi daerah tropik (Setiawan, 2009).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelembapan Udara :
1. Ketinggian Tempat
Apabila semakin tinggi tempat maka tingkat kelembapannya juga tinggi karena
suhunya rendah dan sebaliknya semakin rendah tempatnya suhunya semakin tinggi
dan kelembapannyapun semakin rendah.
2. Kerapatan Udara
Kerapatan udara ini juga berkaitan dengan suhu dimana kerapatan udara pada
daerah tertentu maka kelembapannyapun tinggi. Sedangkan apabila kerapatan
disuatu daerah renggang maka tingkat kelembapannya akan rendah.
3. Tekanan Udara
Tekanan udara juga mempengaruhi kelembapan udara dimana tekanan udara pada
suatu daerah tinggi maka kelembapannya juga akan tinggi, hal ini di sebabkan
karena lapangan udaranya yang rendah.
4. Radiasi Matahari
Dimana adanya radiasi matahari ini menyebabkan terjadinya penguapan air di
udara yang tingkatnya tinggi , sehingga kelembapan udaranya semakin besar
5. Angin
Adanya angin ini memudahkan proses penguapan yang terjadi pada air laut yang
menguap ke udara . Besarnya tingkat kelembapan ini dapat berubah menjadi air
dan terjadi pembentukan awan.
6. Suhu
Apabila suhu tinggi maka kelembapannya akan rendah dan sebaliknya apabila
suhu rendah maka kelembapannya akan tinggi . Dimana suhu dan kelembapan
berkaitan dengan ketinggian suatu tempat .
7. Kerapatan Vegetasi
Jika tumbuhan dengan kerapatan yang sangat rapat maka kelembapannya akan
tinggi hal ini disebabkan karena adanya seresah yang menutup permukaan tanah
sangat besar sehingga mempengaruhi kelembapannya. Dan sebaliknya apaila
kerapatannya jarang serta seresah yang menutupi tanah sedikit maka
kelembapannya juga akan rendah .
2.5 Kebisingan
Kebisingan (noise) adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau
mengganggu.Gangguan bunyi hingga tingkat tertentu dapat diadaptasi oleh fisik,
namun syaraf dapat terganggu.Ambang bunyi adalah intensitas bunyi sanagt lemah
yang masih dapat didengar telinga manusia, berenergi 10-12 W/m².ambang bunyi ini
disepakati mempunyai tingkat bunyi 0 dB. Ambang sakit adalah kekuatan bunyi yang
menyebabkan sakit pada telinga manusia, berenergi 1 W/m² (Metawati, 2013).
Nilai ambang batas kebisingan (NAB) adalah intensitas kebisingan tertinggi
dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh manusia tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu yang cukup lama atau
terus menerus. Penting untuk diketahui bahwa di dalam menetapkan standar NAB
pada suatu level atau intensitas tertentu, tidak akan menjamin bahwa semua orang
yang terpapar pada level tersebut secara terus menerus akan terbebas dari gangguan
pendengaran, karena hal itu tergantung pada respon masing-masing individu
(KepMenLH No. 48, 1996; Bachtiar, 2013).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Kecamatan Blimbing terletak di bagian utara wilayah Kota Malang dengan luas
wilayah 17,76 Km² yang terdiri dari 11 Kelurahan, yang sebagian wilayahnya dilalui
Sungai Brantas. Lokasi penelitian ini ada 28 grid, dimana satu gridnya terdapat 5 titik
dan satu gerid memiliki luas 1 km2. Berikutadalah peta lokasi penelitian:
Kecamatan Blimbing dengan luas wilayahnya 17,76 km2
dan jumlah
penduduknya adalah sebesar 183.400 jiwa yang memiliki batas-batas tertentu, yaitu
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Kedungkandang dan Pakis Kabupaten Malang,
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kedungkandang Kabupaten Malang,
dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. (BPS
Kecamatan Blimbing,2013)
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari hari Sabtu sampai hari Jum’at bulan
Desember 2015. Berikut adalah tabel dari proses penelitian mulai dari pengumpulan
data sampai dengan pembuatan laporan.
Table 1.1 Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pembuatan file
pendukung praktikum
Meeting
Survey Lapangan
Survey Lapangan
Persiapan Alat
Koordinasi dengan
Off G
Praktikum Lapangan
Pengumpulan Data
Hari, Tanggal
Kegiatan
Senin, 23
November 2015
Senin, 23
November 2015
Senin - Selasa, 2324 November 2015
Kamis, 26
November 2015
Jum’at, 27
November 2015
Minggu, 29
November 2015
Senin,30 November
2015 – 4 Desember
2015
Kamis, 3 Desember
2015
Sabtu – Jum’at, 5 –
11 Desember 2015
Rabu – Sabtu, 9 –
12 Desember 2015
Uraian Kegiatan
Pengumpulan data pendukung
- Shp Administrasi
- Shp Jaringan jalan
- Shp jaringan sungai
- Citra satelit
Pembuatan titik pengamatan
Pembuatan jadwal kegiatan, table
pengamatan, job description, ketercapaian
kegiatan, laporan kegiatan harian dan rincian
struktur kerja
Meeting persiapan Survey dan membahas
alat
Survey ke lapangan untuk menentukan titik
Melanjutkan Survey ke lapangan untuk
menentukan titik
Kesepakatan untuk download aplikasi
Kesepakatan tentang alat dan brefing untuk
praktikum
Praktikum Lapangan sesuai dengan titik dan
grid masing-masing
Pengumpulan data tahap II dan tahap II
Analisis Data
Sabtu, 12 Desember
2015
Analisis data yang di peroleh
Diskusi dengan Off G
Minggu, 13
Desember 2015
Kamis - Jum’at,
tanggal 10 – 18
Desember 2015
Diskusi dengan Off G serta menukarkan data
yang telah diperoleh
Pembuatan laporan penelitianserta output
dari penelitian
Pembuatan Laporan
C. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Alat yang Digunakan
1. Sound Level Meter
2. Penghitung angka manual (counter)
3. Termometer udara
4. Anemometer
5. GPS
b) Data Pendukung
1. Peta Administrasi Kecamatan Blimbing
2. Peta Jaringan Sungai (menyesuaikan)
3. Peta Jaringan Jalan
4. Peta Penggunaan Lahan
5. Peta Penutup Lahan
6. Peta Sebaran Permukiman
7. Peta Sebaran Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
c) Parameter Unsur Meteorologis
1. Suhu
: oT Celcius
2. Tekanan Udara
: Po (milibar dan tekanan atmosfer)
3. Kecepatan Angin : U2 mph
4. Kebisingan Suara : dB
5. Jumlah Kendaraan : Mobil/Motor
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti. Observasi dalam
penelitian ini adalah observasi langsung yaitu penelitian dan pengamat melihat dan
mengamati secara langsung, kemudian mencatat lokasi dimana titik penelitian itu
berada yang ada di Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan bantuan GPS.
2. Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat, alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan HP Android, karena
keterbatasan alat. Sehingga hasil yang digunakan tidak begitu akurat. Dan data
tersebut tidak begitu dapat dipercaya dan dijadikan sebagai bahan untuk pengambilan
keputusan. Aplikasi yang digunakan adalah Sound Level Meter, Zyphrus Wind Meter,
Thermometer, Counter.
E. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Populasi
Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari obyek penelitian yang dapat
berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap
hidup, dan sebagainya, sehingga obyek-obyek ini dapat menjadi sumber data
penelitian (Bungin, 2011 dalam Yustisa,2015).
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Kecamatan Blimbing Kota Malang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Sangadji dan
Sopiah, 2010 dalam Yustisa,2015). Noor (2011) mendefinisikan juga sampel sebagai
sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah metode random sampling dimana jumlah sampel ditentukan secara
acak, satu grid dalam peta diambil 5 sampel untuk digunakan penelitian, dan dalam
penentuan titik sampel tersebut dilakukan secara acak dan merata, sehingga dalam
satu wilayah Kecamatan Blimbing ini terdapat 140 sampel.
F. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan suatu tahap mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar agar dapat . memudahkan dalam
menentukan tema dan dapat merumuskan hipotesa kerja yang sesuai dengan dataData
yang digunakan dalam penelitian merupakan data primer, data berasal dari penelitian
dilapangan. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif adalah penelitian yang mendeskripsikan data apa adanya dan
menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hubungan Antar Unsur Meteorologi
1. Hubungan Antara Jumlah Kendaraan dengan Suhu
Kebutuhan akan transportasi timbul karena adanya kebutuhan manusia.
Transportasi dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan yang memungkinkan
perpindahan manusia atau barang sari satu tempat ke tempat lain. Adanya transportasi
yang sudah maju saat ini dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan,
sebab emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dapat memperburuk kualitas
lingkungan. Emisi dari berbagai gas dan partikel dar kegiatan tansportasi ke dalam
atmosfer menimbulkan berbagai problem menurunnya mutu lingkungan. Pada
umumnya pertambahan jumlah kendaraan akan mengakibatkan pertambahan pula
dalam dampak lingkungan yang negatif. Pertambahan volume lalu lintas juga akan
mengakibatkan bertambahnya suhu sehingga dianggap menurunkan kualitas
lingkungan.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan data yang telah diperoleh dari hasil
pengukuran lapangan, pada titik-titik dengan volume kendaraan tinggi maka suhunya
juga akan semakin tinggi. Namun, ada faktor lain yang mempengaruhi meningkatnya
suhu yaitu intensitas matahari. Pada kondisi berawan jumlah kendaraan tidak akan
mempengaruhi suhu secara signifikan, sebab penyinaran matahari berkurang.
Misalnya saja pada cuaca cerah, pada titik pengamatan yang berada di Jalan Ahmad
Yani (Malang-Pasuruan) pada pagi hari dengan jumlah kendaraan 669 unit memiliki
suhu 26.2oC. Sedangkan pada titik yang sama saat siang hari jumlah kendaraan relatif
menurun yaitu 614 unit tercatat suhu meningkat hingga 32oC.
2. Hubungan Antara Waktu dengan Suhu
Waktu pengukuran akan mempengaruhi hasil pengukuran suhu. Adanya
perbedaan suhu saat pengamatan pagi, siang dan sore hari sebagian besar dipengaruhi
oleh intensitas matahari. Lamanya penyinaran matahari tergantung pada posisi bumi
terhadap matahari. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa waktu penelitian
dilakukan pada musim penghujan dan lokasi penelitian terletak di sebelah selatan
garis ekuator. Sehingga lama waktu siang dan malam hari tidak jauh berbeda.
Pada pagi hari suhu akan lebih rendah dibandingkan dengan siang hari. Suhu
tertinggi akan berada pada siang hari dan suhu pada sore hari akan kembali turun
bahkan dapat lebih rendah dibandingkan dengan suhu di pagi hari. Hal tersebut
dibuktikan pada titik pengamatan yang terletak di Jalan Terusan Sulfat, pada pagi hari
suhu tercatat 27,8oC, 32,8 oC pada siang hari dan 26,5 oC pada sore hari. Namun, ada
faktor lain yang dapat mempengaruhi suhu, pada waktu yang sama di lokasi berbeda
dengan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Seperti halnya titik pengamatan yang
terletak di JNE Blimbing dengan lokasi di tepi jalan utama dan volume kendaraan
cenderung lebih padat, pada pagi hari suhu tercatat 27 oC, siang mencapai 30,1 oC.
Berbeda dengan lokasi pengamatan yang berada di Perumahan Jalan Panji Suroso. Di
titik tersebut berada agak jauh dari jalan utama dan relatif sepi, maka suhunya pun
lebih rendah dibandingkan dengan yang berada di JNE Blimbing, yaitu 26,7 oC pada
pagi hari dan 28,4 oC pada siang hari. Selain kondisi lingkungan, alat yang digunakan
juga akan mempengaruhi keakuratan pada data yang diperoleh, seperti yang
seharusnya menggunakan termometer tapi diganti dengan menggunakan android.
3. Hubungan Antara Waktu dengan Jumlah Kendaraan dan Kebisingan
Pada saat aktivitas manusia yang memerlukan mobilitas dari satu tempat ke
tempat lain meningkat, maka bisa dipastikan jumlah kendaraan juga meningkat. Hal
ini dikarenakan kendaraan sebagai alat transportasi, sedangkan meningkatnya jumlah
kendaraan akan menyebabkan kebisingan yang dipengaruhi oleh suara mesin
kendaraan yang berrlalu lalang juga akan meningkat. Misalnya pada jam-jam kerja
jumlah kendaraan akan meningkat, seperti waktu tersibuk saat pagi antara pukul
06.30-07.30, siang hari saat jam-jam istirahat pukul 12-13 serta sore hari ketika jam
kerja berakhir. Namun, hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh waktu efektif untuk
beraktivitas, tapi juga jalan yang digunakan. Walaupun, jam-jam padat beraktivitas,
pada jalan yang bukan merupakan jalan utama akan tetap normal dan tidak akan
terjadi kemacetan, sehingga tingkat kebisingan juga tidak akan tinggi. Namun, untuk
jalan-jalan utama atau jalan raya volume kendaraan akan meningkat bahkan terjadi
kemacetan pada jam-jam tersibuk dan tingkat kebisingan akan semakin tinggi.
Pernyataan di atas dapat dibuktikan berdasarkan data di beberapatitik
pengamatan, antara lain di Jalan Sunandar Priyo Sudarmo pada pagi hari jumlah
kendaraan mencapai 231 unit yang melalui jalan tersebut dengan kebisingan rata-rata
mencapai 80,9dB. Pada siang hari jumlah kendaraan menurun menjadi 99 unit dengan
kebisingan 76,4dB dan pada sore hari jumlah kendaraan 194 unit dan rata-ata
kebisingan 81dB. Berbeda dengan kondisi di titik pengamatan yang berada di
Perumahan Candi Agung. Daerah ini tergolong sepi dan bukan merupakan jalan
utama, pada pagi hari jumlah kendaraan hanya 7 unit dengan waktu pengamatan
selama 5 menit, rata-rata kebisingan hanya 61,4dB. Sedangkan pada siang hari,
jumlah kendaraan hanya 13 unit dan kebisingan 67,5dB, pada sore hari jumlah
kendaraan dengan lama waktu pengamatan yang sama hanya berjumlah 16 unit dan
tingkat kebisingan rata-rata 77dB.
4. Hubungan Antara Waktu dengan Kecepatan Angin
Pada dasarnya waktu tidak selalu mempengaruhi kecepatan angin secara
signifikan. Sebab, faktor lain seperti banyak tidaknya pepohonan atau bangunan lebih
mempengaruhi kecepatan angin, dan adanya bangunan-bangunan atau pepohonan
besar merupakan dapat memperlambat laju kecepatan angin. Selain itu, kecepatan
angin dipengaruhi langsung oleh kelembaban udara. Pada penelitian yyang telah
dilakukan tidak terdapat pengambilan data kelembaban udara, karena keterbatasan
alat yang digunakan. Apabila hanya menggunakan data suhu yang dapat
mempengaruhi kelembaban dan kemudian mempengaruhi kecepatan angin, hasil
yang diperoleh tidak akurat. Sehingga tidak dapat dinyatakan bahwa waktu
dilakukannya pengukuran dapat mempengaruhi kecepatan angin.
B. Hubungan Antara Faktor Meteorologis dengan Kualitas Udara di
Kecamatan Blimbing, Kota Malang
Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama
pencemaran udara di daerah perkotaan. Menurut Soedomo,dkk, 1990, transportasi
darat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap setengah dari total emisi
SPM10, untuk sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOx di daerah perkotaan, dengan
konsentrasi utama terdapat di daerah lalu lintas yang padat, dimana tingkat
pencemaran udara sudah dan/atau hampir melampaui standar kualitas udara ambient.
Sejalan dengan itu pertumbuhan pada sektor transportasi, yang diproyeksikan
sekitar 6% sampai 8% per tahun, pada kenyataannya tahun 1999 pertumbuhan jumlah
kendaraan di kota besar hampir mencapai 15% per tahun. Dengan menggunakan
proyeksi 6-8% maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1
kali konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0
kali pada tahun 2018 (World Bank, 1993 cit KLH, 1997). Pada tahun 2020 setengah
dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara
perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor.
Pada praktikum kali ini faktor meteorologis yang mempengaruhi kualitas udara
di Kecamatan Blimbing adalah adalah kecepatan angin dan jumlah kendaraan.
Kecepatan angin dapat mempengarui kualitas udara di suatu wilayah, karena
dengan adanya polusi udara yang disebabkan oleh adanya jumlah kendaraan maka
polusi akan tersebar. Polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor dapat menjadi
permasalahan yang serius apabila jumlah kendaraan bermotor semakin tinggi.
Menurut Sinaga, dkk (2006) Pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan
bermotor menurut tempat dan sumbernya termasuk dalam pencemaran udara bebas
dan bersumber dari kegiatan manusia. Pencemar yang ditimbulkan.
Buangan kendaraan bermotor dapat berupa CO (Karbon monoksida), Partikulat
Matter, dan NO2 (Nitrogen Dioksida). Emisi kendaraan bermotor dimana sebagian
besar kendaraan bermotor ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM) berupa
Premix, Premium atau Solar yang mengandung timah hitam (Leaded) berperan
sebagai penyumbang polusi cukup besar terhadap kualitas udara dan kesehatan.
Kecepatan angin rerata harian ternyata berpusat di kelurahan Purwantoro dan
Bunulrejo. Tingginya kecepatan angin tersebut bisa difaktori oleh aktifitas manusia
yang terpusat di kedua daerah tersebut. Nilai kecepatan angin sebesar 6,1 – 15 juga
disebabkan oleh sibuknya lalu lintas yang ada sehingga, efek dari kendaraan yang
melintas dengan cepat menyebabkan angin bergerak lebih cepat. Hal tersebut
berbanding terbalik apabila dilihat pada hasil pengukuran di daerah perumahan atau
perkampungan dan sawah. Nilai kecepatan angin hanya tersebar antara 1,0 – 3,4.
Pada kondisi seperti ini kecepatan angina menunjukkan keadaan yang sebenarnya
tanpa dipengaruhi oleh pergerakan kendaraan yang membuat angina disekitar menjadi
lebih kencang.
Dengan diketahuinya kecepatan angin, maka dapat diketahui persebaran polusi
berpusat di daerah Prwantoro dan Bunulrejo. Sehingga persebaran kualitas udara
yang ada di Kecamatan Blimbing dapat diketahui dengan melihat peta persebaran
angina di Kecamatan Blimbing.
C. Pengaruh kualitas udara terhadap kondisi lingkungan di Kecamatan
Blimbing, Kota Malang
Udara merupakan kebutuhan primer bagi manusia dan semua benda hidup yang
di bumi ini. Apabila tercemar, maka yang lainnya akan menerima dampaknya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor
41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara dikatakan bahwa :
Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan
manusia serta mahluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian
fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta
perlindungan bagi mahluk hidup lainnya.
Agar udara dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi pelestarian
lingkungan hidup, maka perlu dipelihara, dijaga dan dijamin mutunya melalui
pengendalian pencemaran udara.
Ini berarti bahwa walaupun ada aktifitas pembangunan, dampaknya pada
kualitas udara tetap harus ditekan seminimal mungkin, sehingga apa yang diharapkan
dari PP No. 41 Tahun 1999 tetap terwujud.
Kualitas udara mempengaruhi kondisi lingkungan di suatu tempat. Jika kualitas
udara buruk, maka akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan tersebut dan
dampaknya pada kesehatan manusia. Pada penelitian yang dilakukan di Kecamatan
Blimbing, Kota Malang ini ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas udara,
diantaranya adalah jumlah kendaraan dan kecepatan angin.
Banyaknya kendaraan yang melewati suatu tempat akan berpengaruh terhadap
tingkat polusi di suatu wilayah, semakin banyak kendaraan yang lewat maka polusi
udara akan semakin tinggi, sedangkan semakin sedikit kendaraan yang melewati
maka polusi udara juga rendah. Jumlah kendaraan tidak hanya mempengaruhi pada
udara saja, melainkan juga pada kebisingan. Dan kebisingan ini juga akan
mempengaruhi kondisi lingkungan serta kenyamanan manusia dalam menjalankan
aktivitasnya.
Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di kota-kota
besar. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau
membahayakan kesehatan.
Dampak dari kebisingan di lingkungan perumahan terhadap kesehatan
masyarakat antara lain gangguan komunikasi, gangguan psikologis, keluhan dan
tindakan demonstrasi, sedangkan keluhan somatik, tuli sementara dan tuli permanen
merupakan dampak yang dipertimbangkan dari kebisingan dilingkungan kerja/
industri.
Hasil dari pengamatan di lapangan, rata-rata kebisingan di Kecamatan Sukun
paling tinggi adalah 80 dB. Ini masuk pada skala intensitas kebisingan kuat.
Sedangkan menurut KepMen LH No. 48/MNLH/11/1996 baku mutu tingkat
kebisingan maksimun yang dianjurkan sebesar 55 dB untuk perumahan dan
permukiman, untuk bandar udara sebesar 70 dB, dan untuk kawasan di lingkungan
kesehatan seperti sekolah, tempat ibadah, dan lian-lain adalah 55 dB.
Pengaruh kebisingan pada 55 – 65 dBALeq terhadap kesehatan antara lain
berupa gangguan kenyamanan, gangguan komunikasi, gangguan konsentrasi dan
menimbulkan rasa kesal.
Selain itu jumlah kendaraan yang lwat akan berpengaruh terhadap tingkat
polusi di daerah tersebut. Banyaknya kendaraan bermotor dapat memberikan dampak
terhadap polusi udara. Polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor dapat menjadi
permasalahan yang serius apabila jumlah kendaraan bermotor semakin tinggi.
Menurut Sinaga, dkk (2006) Pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan
bermotor menurut tempat dan sumbernya termasuk dalam pencemaran udara bebas
dan bersumber dari kegiatan manusia. Pencemar yang ditimbulkan buangan
kendaraan bermotor dapat berupa CO (Karbon monoksida), Partikulat Matter, dan
NO2 (Nitrogen Dioksida). Emisi kendaraan bermotor dimana sebagian besar
kendaraan bermotor ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM) berupa Premix,
Premium atau Solar yang mengandung timah hitam (Leaded) berperan sebagai
penyumbang polusi cukup besar terhadap kualitas udara dan kesehatan.
Penyebaran polusi di pengaruhi oleh angin, dengan adanya arah angin dan
kecepatan angina dapat diketahui pusat polusi udara, yang mana polusi udara tersebut
dapat mempengaruhi kualitas udara serta kesehatan dan lingkungan.
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan dilapangan serta analisis peta
didapatkan hasil seperti yang ada di peta. Pada pagi hari, kecepatan angin rerata
harian ternyata berpusat di kelurahan Purwantoro dan Bunulrejo. Tingginya
kecepatan angin tersebut bisa difaktori oleh aktifitas manusia yang terpusat di kedua
daerah tersebut. Nilai kecepatan angin sebesar 6,1 – 15 juga disebabkan oleh
sibuknya lalu lintas yang ada sehingga, efek dari kendaraan yang melintas dengan
cepat menyebabkan angina bergerak lebih cepat. Hal tersebut berbanding terbalik
apabila dilihat pada hasil pengukuran di daerah perumahan atau perkampungan dan
sawah. Nilai kecepatan angin hanya tersebar antara 1,0 – 3,4. Pada kondisi seperti ini
kecepatan angin menunjukkan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh
pergerakan kendaraan yang membuat angina disekitar menjadi lebih kencang.
Di siang hari terjadi perubahan walaupun tidak signifikan dari data yang
pertama. Penurunan tingkat kecepatan angin disebabkan karena pada pukul 12.00 –
14.00 WIB, aktifitas di jalan mengalami penurunan hampir di Kecamatan Blimbing
secara global. Penurunan tersebut ditandai oleh perubahan warna pada Kecamatan
Blimbing atau zona pengukuran kea arah yang lebih rendah. Sedangkan pada sore
hari terjadi kenaikan kecepatan angina kembali secara makro. Faktor yang
mempengaruhi perubahan tersebut karena meningkat kembali aktifitas sore sebagai
tanda bahwa berakhirnya segala aktifitas baik sekolah maupun bekerja.
Semakin banyaknya kendaraan yang lewat serta banyaknya keramaian di suatu
daerah maka dapat mempengaruhi suhu di daerah tersebut. Jika daerahnya padat dan
ramai kendaraan maka suhu udara akan cenderung tinggi, jika daerahnya sepi dan
kendaraan jaran ada yang lewat maka suhunya akan rendah.
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan nilai rerata suhu harian pada
pagi hari di Kecamatan Blimbing menunjukan bahwa, suhu rerata tertinggi harian
berada di perbatasan Kelurahan Bunulrejo dan Purwantoro. Dengan suhu sebesar 28,5
– 29 oC. Terdapat 5 titik dengan suhu tertinggi yang tersebar 2 titik di kelurahan
bunulrejo, 1 titik besar di kelurahan blimbing dan 2 titik di kelurahan arjosari. Secara
global kelurahan Blimbing dan purwantoro memiliki persebaran suhu mulai 26 - 29
o
C. Kelurahan Kedung-Kandang, Purwodadi, Pandanwangi, dan Bunulrejo memiliki
sebaran suhu yang lebih rendah daripada kelurahan yang lainnya. Sedangkan pada
kelurahan Jodipan, Ksatrian, dan Polehan persebaran suhunya berada di tengahtengah atau sedang. Tinggi rendahnya suhu udara yang didapatkan dapat diliha dari
waktu pengambilan data. Pada pagi hari rentang waktu yang valid yaitu antara pukul
06.00 – 08.00 WIB. Walaupun interval waktu pengukuran data hanya 2 jam, data
yang akan didapatkan dilapangan akan mengalami perbedaan. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh sudut datangnya sinar matahari antara pukul 06.00 akan berbeda
dengan pukul 07.00 – 08.00 WIB. Sehingga dapat ditoleransi apabila terdapat
persebaran suhu dengan selisih suhu terendah dan suhu tertinggi pada pagi hari
sebesar 3,4 OC. Faktor lain yang menyebabkan tingginya suhu udara di lokasi tersebut
yaitu lokasi pengukuran berada di tepi jalan raya. Dimana aktifitas jalan raya sedang
sibuk dan padat. Jumlah kendaraan yang melintas juga mempengaruhi kenaikan suhu
udara akibat dari pelepasan panas dari asap kendaraan.
Lokasi yang memiliki suhu rerata harian pagi yang tinggi dapat disimpulkan
memiliki keterlintasan jalan yang sangat sibuk dan padat, bisa jadi merupakan jalan
utama sehingga banyak kendaraan yang melintas. Selain itu, banyaknya gedung yang
terbangun tanpa diimbangi dengan vegetasi yang mampu menyerap panas di udara
juga dapat mempengaruhi melalui pantulan sinar matahari kembali ke atmosfer.
Sedangkan daerah yang pada pagi hari memiliki suhu lebih rendah bisa jadi
keterlintasan jalan tidak padat seperti lokasi lainnya.
Rerata suhu harian pada siang hari ternyata banyak menampilkan sebaran titiktitik dengan suhu terendah. Hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi di pagi
hari yang menampilkan titik titik suhu tertinggi. Munculnya kondisi seperti di atas
dapat disebabkan oleh menurunnya aktifitas keterlintasan jalan. Sehingga polutan dari
asap kendaraan tidak terlalu banyak yang lepas di udara. Pemusatan suhu tinggi yang
ada di Kecamatan Blimbing pada siang hari berpusat di Kelurahan Arjosari,
Purwodadi dan sebagian Kelurahan Purwantoro. Tingginya suhu rerata harian yang
ada di 3 Kelurahan tersebut disebabkan oleh terdapatnya jalan utama kota Malang
yang banyak dilalui oleh kendaraan yang akan masuk atau keluar kota. Selain itu di
Kelurahan Arjosari terdapatnya terminal bus yang sangat sibuk. Adanya percabangan
jalan utama dan fly over di daerah ini juga mempengaruhi tingginya suhu udara. Hal
tersebut disebabkan oleh jumlah asap kendaraan yang lepas diudara lebih banyak,
kondisi lingkungan yang kurang vegetasi peredam panas yang ditanam disepanjang
jalan, seperti tanaman trembesi, keterlintasan jalan yang sangat sibuk dan padat,
terdapatnya kantor-kantor kepemerintahan dan perumahan.
Di mulai dari kelurahan balearjosari, polowijen, arjosari dan sebagian
purwantoro terjadi perubahan warna. Perubahan tersebut terjadi disebabkan karena
faktor suhu yang semakin naik di siang hari akibat dari sudut datangnya sinar
matahari cenderung tegak lurus dengan bumi serta padatnya aktifitas di jalan yang
menyumbang panas melalui polusi asap kendaraan.
Selama pengukuran di lapangan ternyata semakin sore kondisi suhu di udara
mengalami kenaikan. Hal tersebut dapat dilihat melalui perluasan zona berwarna
merah yang berarti suhu udara semakin tinggi. Perubahan tersebut meluas ke
kelurahan balearjosari, padahal semula hanya di sebagian kelurahan arjosari,
purwodadi dan polowijen. Perluasan zona berwarna merah atau semakin luasnya
daerah yang mengalami kenaikan suhu selain disebabkan oleh faktor lamanya
penyinaran saat siang hari, juga dilatarbelakangi oleh faktor kembali tingginya angka
keterlintasan jalan dan jumlah kendaraan yang melintas. Keadaan ini hampir sama
dengan kondisi di pagi hari. Hal tersebut terjadi karena antara pukul 16.00-18.00
segala aktifitas sekolah, dan bekerja telah usai.
Suhu
senantiasa
mengalami
kenaikan
dan
penurunan.
Hal
tersebut
dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, bisa dipengaruhi oleh padatnya kegiatan
manusia yang mampu menyumbangkan panas di udara, kurangnya vegetasi yang
mmapu membantu dalam peredaman dan penyerapan panas di udara, dan kondisi
permukaan bumi yang kini banyak terbangun menyebabkan terjadinya pantulan sinar
matahari kembali ke atmosfer dengan nilai yang lebih tinggi. Fluktuasi suhu udara
secara murni disebabkan oleh sudut datangnya sinar matahari dan intensitas
penyinaran matahari ke permukaan bumi.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kualitas udara di Kecamatan
Blimbing lumayan buruk, karena dipengaruhi oleh beberapa factor dinataranya adalah
banyaknya kendaraan yang melewati daerah tersebut serta banyaknya industry di
daerah tersebut, akan tetapi hal tersebut dapa diatasi dengan banyaknya pula vegetasi
yang ada di Kecamatan Blimbing, sehingga buruknya kualitas udara dapat berkurang.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimplkan bahwa:
1. Faktor meteorologis yang ada dalam penelitian, termasuk jumlah kendaraan
dengan suhu, waktu dengan suhu, waktu dengan jumlah kendaraan dan
kebisingan,waktu dengan kecepatan angina saling mempengaruhi satu sama
lain yang dapat menyebabkan kualitas udara baik atau buruk.
2. Kualitas udara di Kecamatan Blimbing yang paling buruk adalah di daerah
Purwantoro, karena banyak kendaraan bermotor yang melewati daerah
tersebut.
3. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kualitas udara di Kecamatan
Blimbing lumayan buruk, karena dipengaruhi oleh beberapa factor
dinataranya adalah banyaknya kendaraan yang melewati daerah tersebut serta
banyaknya industry di daerah tersebut, akan tetapi hal tersebut dapa diatasi
dengan banyaknya pula vegetasi yang ada di Kecamatan Blimbing, sehingga
buruknya kualitas udara dapat berkurang.
DAFTAR RUJUKAN
Bachtiar,
Vera
Surtia,
dkk.2013.Analisis
Tingkat
Kebisingan
dan
Usaha
Pengendalian pada Unit Produksi pada Suatu Industri di Kota Batam. Jurnal
Teknik Lingkungan UNAND 10 (2): 85 – 93.
Fadholi, Akhmad.2013.Study Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara terhadap
Penerbangan di Bandara H.A.S Hananjoeddin Buluh Tumbang Belitung
Periode 1980 – 2010. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) 3 (1):1
– 10.
Gusnita, Dessy.2012.Pencemar Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan Upaya
Penghapusan Bensisn Bertimbal. Berita Dirgantara 13 (2) : 95 – 101.
Kadyarsi, Ibnu.2006.Pemetaan Kualitas Udara Kota Surakarta. Forum Geografi 20
(1): 86-98.
Metawati, Nur, dkk.2013.Evaluasi Pemenuhan Standar Tingkat Kebisingan Kelas di
SMPN 23 Bandung. INVOTEC 9 (2): 145 – 156.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
Setiawan, Eko.2009.Kajian Hubungan Unsur Iklim terhadap Produktivitas Cabe Jamu
(Piper retrofractum Vahl) di Kabupaten Sumenep. AGROVIGOR 2 (1):1 – 11.
Sinaga, Ferdinan M, dkk.2006.Pengaruh Bahan Bakar Transportasi terhadap
Pencemaran Udara dan Solusinya.Paper Kebijakan Energi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.