HIMPUNAN PEKERJAAN JALAN DI INDONESIA
HIMPUNAN PEKERJAAN JALAN INDONESIA
MAKALAH
Oleh :
Jefri Herdi Triyanto
M1C115008
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia“. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Keteknikan.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Keteknikan yakni Bapak Budi yang telah banyak
meluangkan waktu guna memberikan bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah
ini.
2. kedua orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan baik secara moril maupun materil
selama proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah
ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Jambi, 02 Desember 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai mahluk sosial tentu manusia tidak dapat
hidup sendiri. Mereka akan saling ketergantungan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati.
Manusia memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu
hidup dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia disebut juga social
animal atau hewan sosial. Karena sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai dua hasrat
atau keinginan pokok yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain dan keinginan
untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Manusia merupakan makhluk yang bersegi jasmaniah dan rohaniah. Segi rohaniah
manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Apabila diserasikan, akan menghasilkan kehendak
yang kemudian menjadi sikap tindak. Sikap tindak itulah yang kemudian menjadi landasan
gerak segi jasmaniah manusia.
Hubungan kesinambungan antara manusia dengan manusia lainnya akan menghasilkan
pola pergaulan yang dinamakan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial terjadi
hubungan antar manusia (lebih dari 1 pelaku). Proses tersebutlah yang mejadi awal
terbentuknya kelompok sosial. Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia
yang hidup bersama. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.
Sifat dan struktur kelompok sosial berbeda-beda. Ada yang terbentuk dengan di sengaja,
atau tidak disengaja. Ada yang terorganisir, ada yang tidak. Ada kelompok yang terikat
secara lahiriah dan ada yang terikat secara batin. Dan banyak lagi perbedaan-perbedaan yang
terdapat pada kelompok sosial. Perbedaan tersebut disebabkan karena sifat kelompok sosial
yang dinamis atau sering berubah-ubah setiap waktu.
Berkenaan dengan latar belakang diatas, maka perlu disusun makalah yang mampu
menjadi pendoman bagi mahasiswa Sipil untuk lebih peka dan mengkaji lebih dalam
berkenaan dengan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat khususnya mengenai
proyek atau pekerjaan jalan yang sering kita temui dalam kehidupan Ketekniksipilan. Oleh
sebab itu saya menulis sebuah makalah berkenaan dengan salah satu organisasi umum di
Indonesia tentang Teknik Sipil yang berjudul “Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu acuan berdasarkan pada latar belakang masalah diatas
sehingga penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia?
2. Bagaimana dasar pembentukan Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia?
3. Bagaimana klasifikasi Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia?
4. Seperti apa kerjasama di Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia?
5. Siapa saja yang berkecimpung dalam Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia?
C. Tujuan Makalah
1.
Mendeskripsikan tentang pengertian Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia.
2.
Mendeskripsikan tentang dasar pembentukan Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia.
3.
Mendeskripsikan tentang klasifikasi Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia.
4.
Mendeskripsikan tentang kerjasama di Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia.
5.
Mendeskripsikan siapa saja yang berkecimpung di Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang terkait dengan pembahasan
yang ada dalam makalah ini.
1. Secara teoretis, hasil studi pustaka ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pembaca mengenai sejarah perkembangan, visi & misi, kode etik & kaidah tata laku, AD /
ART, bentuk lambang, susunan majelis kehormatan HPJI, susunan dewan penasehat HPJI,
dan susunan dewan pengurus pusat HPJI.
2. Secara praktis, ini diharapkan dapat membantu semua pihak dalam membentuk
kelompok-kelompok sosial yang teratur, sehingga kelompok-kelompok tersebut bukan
hanya sebagai wadah interaksi atau pergaulan saja, tetapi dapat bermanfaat dan
mensejahterakan setiap anggotanya.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif.
Data dalam makalah ini dikumpulkan dan diolah menggunakan studi pustaka dengan
mengumpulkan berbagai informasi dan referensi dari berbagai sumber yang sesuai dengan
tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teoretis
1. Sejarah Perkembangan
Untuk menciptakan sinergi di antara para ahli, di bentuklah sebuah organisasi profesi
di bidang jalan 39 tahun yang lalu, dengan nama Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia
yang disingkat HPJI, yang diprakarsai oleh DR. Ir. Poernomosidhi Hadjisarosa, Ir. Suryatin
Sastromijoyo dan beberapa tokoh yang terhormat lainnya.
Himpunan sebagai wadah bagi pengembangan profesi dan keahlian di bidang jalan
dituntut pengabdian yang terbaik HPJI kepada masyarakat bangsa dan negara melalui setiap
anggota sesuai bidang profesi masing-masing untuk mewujudkan pembinaan jaringan jalan
diseluruh tanah air Indonesia.
Organisasi HPJI telah berkembang dengan terbentuknya 33 Dewan Pengurus Daerah
diseluruh Indonesia yang semuanya kini sudah mandiri, dengan harapan dapat memberikan
kontribusi bagi pemerintah daerah.
Dari aspek kualitas keanggotaan HPJI berkembang pesat dimulai dari 150 orang pada
tahun 1975, kini berkembang menjadi lebih dari 22.000 anggota yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Di dalamnya di tingkat nasional, HPJI juga berkiprah di tingkat Internasional seperti
dalam organisasi The Road Engineering Association Asian and Australasia (REAAA) yang
berpusat di Kuala Lumpur, International Road Federation (IRF) yang berpusat di Washington
DC, Permanent International Association and Road Congresses (PIARC) yang kemudian
disebut World Road Association (WRA) yang berpusat di Paris dan International Tunnelling
Association (ITA) yang berpusat di Netherland.
Sumbangsih pemikiran HPJI pun tidak hanya tertuang dalam 2.097 makalah ilmiah,
yang dibahas dalam Konferensi nasional maupun makalah ilmiah yng dibahas dalam
Konferensi Regional, tetapi juga turut memberikan masukan positif dalam menyusun UU
tentang Jasa Konstruksi yang disahkan tahun 1999, termasuk dalam pembentukan Lembaga
Jasa Konstruksi.
Sebagai Asosiasi Profesi HPJI sejak 2 Mei 2002 telah mendapatkan penetapan
akreditasi oleh LPJK Nasional, melalui keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Nasional no. 28/KPTS/LPJK/D/V/2002, untuk kemudian terakreditasi pula 28
Dewan Pengurus Daerah HPJI dan saat ini telah melaksanakan program sertifikasi keahlian
Jalan dan Jembatan. Selanjutnya, di dalam perkembangannya HPJI terus bersinergi dengan
program LPJK-N. Realisasi program sertifikasi DPD telah membuahkan hasil yang cukup
baik yaitu ahli pelaksana sebanyak lebih dari 13.400 orang dan ahli pengawas sebanyak lebih
dari 10.200 orang serta ahli perencana sebanyak lebih dari 3.500 orang.
HPJI sejak awal menyadari benar akan pentingnya komunikasi antar anggota serta
desiminasi dan sosialisasi kegiatan dan terobosan pemikiran para anggota, sehingga
diterbitkan Majalah Jalan dan Transportasi pada bulan november tahun 1982, 7 tahun setelah
berdirinya HPJI. Tema yang dipilih pada edisi perdana ketika itu adalah Jalan Sebagai
Struktur Wilayah. HPJI telah berhasil menerbitkan sebanyak 115 edisi yang didistribusikan
kepada para anggota HPJI sampai ke Kabupaten/Kodya di seluruh Indonesia
Lantas bagaimana visi dan misi HPJI dalam meningkatkan kiprah dan perannya dalam
mengisi pembangunan nasional kedepan ? Dalam usia lebih dari tiga puluh lima tahun ini
HPJI tentu mampu dan mandiri dalam mengemban kewajiban sesuai dengan tujuan dan usaha
Himpunan, namun demikian tantangan yang menghalang kedepan tentu tidak semakin ringan
sejalan dengan perkembangan zaman dalam era globalisasi.
2. Visi & Misi
a) Visi HPJI
Terwujudnya Profesionalisme Anggota HPJI sebagai Pelaku Ahli Bidang Jalan Dan
Jembatan sehingga :
Kompeten dan Taat dalam menerapkan Kaidah Kaidah Mutu
Berpola Tindak yang mencerminkan Penghayatan Mendalam terhadap Kode Etik
HPJI
Mampu Memenangkan Persaingan dalam Pasar Global dengan fasilitasi HPJI
sebagai Asosiasi Profesi yang Efektif, Efisien dan Mandiri
b)Misi HPJI
Langkah selanjutnya HPJI akan merekrut dan mendobrak sistematis yang sesuai kriteria
agar masuk dalam anggota himpunan, seperti:
Regulator/Pemerintah
Badan Litbang
Instansi Urusan Jalan
Perguruan Tinggi
Publik
3. Kode Etik & Kaidah Tata Laku
Sebagai standar moral bagi setiap anggota yang tergabung dalam organisasi profesi
HPJI, disusunlah PRINSIP DASAR tentang norma dan nilai luhur yang disepakati bersama
untuk menjadi pegangan, dihayati, dan harus selalu dijunjung tinggi dalam melaksanakan
kegiatan profesi sebagaimana berikut ini :
a) Prinsip Dasar.
Menjunjung tinggi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk kesejahteraan umat manusia
secara berkelanjutan.
Bekerja secara profesional untuk kepentingan masyarakat, bangsa, negara dan
organisasi.
Meningkatkan pengetahuan dan kompetensi serta menjunjung tinggi martabat
profesinya.
Selanjutnya Prinsip Dasar di atas dijabarkan lebih lanjut dalam KODE ETIK berikut ini.
b) Kode Etik HPJI.
Anggota HPJI wajib bertindak konsekuen, jujur dan adil dalam menjalankan
profesinya.
Anggota HPJI wajib menghormati profesi lain dan tidak boleh merugikan nama
baik serta profesi orang lain.
Anggota HPJI wajib memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan tidak
merugikan kepentingan umum khususnya yang menyangkut lingkungan.
Anggota HPJI setia dan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Anggota HPJI harus bersedia memberi bimbingan dan pelatihan untuk peningkatan
profesionalisme sesama anggota.
Anggota HPJI wajib memenuhi baku kinerja dan tanggung jawab profesi dengan
integritas tinggi dan tidak akan menerima pekerjaan di luar bidang keahlian
teknisnya.
Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi martabat profesi, bersikap terhormat, dapat
dipercaya, dan bertanggung jawab secara profesional berazaskan kaidah keilmuan,
kepatutan dan kejujuran intelektual.
Anggota HPJI dengan menggunakan pengetahuan & keahlian yang dimilikinya
wajib menyampaikan pendapat dan pernyataan dengan jujur berdasarkan bukti dan
tanpa membedakan
c) Kaidah Umum Tata Laku.
Pedoman umum ini merupakan penjabaran Kode Etik yang dapat dipakai sebagai
panduan secara umum untuk menghadapi situasi dan kondisi beragam yang timbul disuatu
saat dalam menjalankan tugas profesi.
Setiap anggota organisasi profesi harus tunduk dan menjunjung tinggi kode etik
organisasi. Kode etik HPJI harus menjiwai setiap langkah para anggota HPJI dalam
mengemban tugas-tugas keprofesionalannya. Tindak keprofesionalannya bercirikan antara
lain :
Kejujuran (honesty)
Keadilan (fairness)
Satunya pikiran, ucapan dan tindakan (integrity)
Dapat dipertanggungjawabkan (accountability)
Kebertanggung-jawaban (responsibility)
Kesetiaan kepada bangsa dan negara (loyalty)
Tepat janji (committed)
Menghormati orang lain (respect to other)
Mengutamakan kepentingan masyarakat (community)
Menjanjikan karya terbaik (pursuit of excellence)
Mendukung perkembangan ilmu pengetahuan
Mengupayakan dan menjaga pelestarian lingkungan.
Pedoman umum ini memuat kaidah-kaidah dalam hubungan-hubungan pelaksanaan
tugas anggota HPJI dengan masyarakat, rekan seprofesi dan profesi lain yang terkait serta
hubungan dengan pemberi tugas.
4. AD / ART
Bahwa sesungguhnya pengabdian kepada bangsa dan negara adalah kewajiban setiap
warga negara Indonesia yang harus dilaksanakan dan dikembangkan menurut bidang profesi,
ketrampilan kerja dan keakhlian kerja masing-masing untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional.
Bahwa prasarana transportasi, khususnya jalan, jembatan, terowongan jalan, landasan
terbang dan jalan rel, sebagai prasarana penting dalam pembangunan dan kehidupan bangsa,
pada hakekatnya mempunyai peran yang penting dalam usaha memenuhi kebutuhan
masyarakat, mewujudkan keseimbangan tingkat pertumbuhan antar daerah guna meratakan
hasil-hasil pembangunan, memantapkan komunikasi sebagai alat pemersatu bangsa,
memantapkan usaha pertahanan dan keamanan nasional serta keandalan ketahanan nasional
dan mewujudkan Wawasan Nusantara, yang secara keseluruhan mempunyai arti penting bagi
kesejahteraan bangsa dan negara. Karena itu, usaha pengembangan prasarana transportasi
serta peningkatan dan pembinaan kemampuan profesi, ketrampilan kerja dan keahlian kerja
di bidang prasarana transportasi di Indonesia perlu ditetapkan sebagai tujuan pengabdian dan
dharma bakti kepada bangsa dan negara.
Bahwa untuk mencapai kinerja pengembangan prasarana transportasi secara berdaya
guna dan berhasil guna yang menyertakan berbagai profesi, ketrampilan kerja dan keakhlian
kerja diperlukan pengertian yang mendalam tentang peranan, tugas dan kewajiban menurut
profesi, ketrampilan kerja dan keakhlian kerja masing-masing serta disadari perlunya
keserasian dalam memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan untuk selanjutnya dengan
semangat gotong royong digalang dan dikerahkan sebagai usaha bersama guna
didharmabaktikan kepada pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu, menyadari akan pentingnya peranan pengembangan prasarana
transportasi dalam pembangunan negara dan bangsa Indonesia, maka dengan rakhmat Tuhan
Yang Maha Esa dihimpunlah berbagai profesi, ketrampilan kerja dan keakhlian kerja yang
menyangkut berbagai aspek pengembangan prasarana transportasi dalam wadah asosiasi
profesi ini dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :
BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Nama asosiasi profesi ini adalah 'HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA',
disingkat HPJI dengan terjemahan resmi dalam bahasa Inggris 'INDONESIAN ROAD
DEVELOPMENT ASSOCIATION' disingkat IRDA.
Pasal 2
Waktu
HPJI didirikan di Jakarta pada tanggal 5 September 1975 untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan.
Pasal 3
Tempat Kedudukan
1.
HPJI pusat berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia.
2.
Di setiap Propinsi dapat dibentuk HPJI tingkat daerah yang berkedudukan di ibukota
Propinsi.
3.
Di setiap Kabupaten/Kota dapat ditetapkan Koordinator Kabupaten/Kota yang
berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota sebagai bagian dari kepengurusan HPJI tingkat
daerah.
BAB II
AZAS, TUJUAN DAN USAHA
Pasal 4
Azas
HPJI berazaskan Panca Sila.
Pasal 5
Tujuan
HPJI bertujuan :
1.
membina dan meningkatkan profesionalisme anggotanya di bidang pengembangan
prasarana transportasi;
2.
memperjuangkan kepentingan dan aspirasi anggota.
Pasal 6
Usaha
Untuk mencapai tujuan tersebut pada pasal 5, HPJI melakukan usaha-usaha :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
menegakkan kode etik HPJI dan kaidah tata laku profesi HPJI dalam pelaksanaan
tugas anggota.
meningkatkan dan mengembangkan prasarana transportasi dalam keilmuan dan
pemakaiannya.
membantu usaha pengembangan dan peningkatan pengetahuan, keakhlian dan
ketrampilan serta kemantapan sistem pengusahaan di bidang prasarana transportasi bagi
anggota-anggotanya;
mengadakan kerjasama dengan organisasi-organisasi regional maupun internasional
yang berkecimpung dalam masalah pengembangan prasarana transportasi;
menyelenggarakan konferensi, lokakarya, simposium, seminar atau pertemuanpertemuan ilmiah lainnya yang diadakan menurut keperluan;
menyelenggarakan publikasi di bidang pengembangan prasarana transportasi, baik
untuk keperluan di dalam organisasi maupun untuk masyarakat luas;
mengembangkan pusat data, pertukaran informasi dan pengembangan ide-ide baru
bagi anggotanya yang berhubungan dengan masalah pengembangan prasarana
transportasi;
menyelenggarakan sertifikasi di bidang pengembangan prasarana transportasi bagi
anggota perorangan untuk mendapat pengakuan dan penghargaan berdasarkan
kemampuan profesionalnya;
memberikan penghargaan kepada anggotanya atas jasa, karya serta dedikasi yang
tinggi dalam usaha pembinaan dan pengembangan organisasi HPJI.
memberikan penghargaan kepada perorangan atas karya yang bernilai tinggi dan
berdaya guna luas di bidang prasarana transportasi.
membantu advokasi di bidang pengembangan prasarana transportasi bagi anggota;
dan usaha-usaha lain yang dianggap perlu.
BAB III
KODE ETIK DAN LAMBANG ORGANISASI
Pasal 7
Kode Etik
Dalam menjalankan profesinya setiap anggota HPJI terikat pada Kode Etik dan Kaidah Tata
Laku HPJI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.
Pasal 8
Lambang Organisasi
HPJI memiliki lambang organisasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Anggaran Dasar ini.
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 9
Jenis Anggota
(1) Anggota HPJI terdiri atas :
a.
b.
c.
d.
anggota biasa;
anggota luar biasa;
anggota mahasiswa, dan
anggota kehormatan.
(2) Syarat-syarat tentang keanggotaan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 10
Hak dan Kewajiban Anggota
Hak dan kewajiban anggota ialah :
a.
setiap anggota biasa dan anggota kehormatan mempunyai hak suara dalam rapat
umum daerah, hak dipilih menjadi peserta penuh dalam Rapat Umum Nasional/Rapat
Umum Nasional Istimewa, hak memilih dan dipilih sebagai anggota pengurus Dewan
Pengurus Daerah, dan hak dipilih sebagai anggota pengurus Dewan Pengurus Pusat;
b.
setiap anggota biasa berhak untuk mengajukan permohonan sertifikasi keahlian di
bidang jembatan, terowongan jalan, landasan terbang, dan jalan rel sesuai dengan
kualifikasinya;
c.
setiap anggota biasa yang telah memiliki sertifikat keahlian, berhak mencantumkan
nama HPJI dibelakang namanya, dan berhak untuk memperoleh perlindungan dan
d.
e.
f.
g.
h.
pembelaan dalam melaksanakan tugas profesinya sepanjang tidak bertentangan atau
melanggar ketentuan dan peraturan/perundangan yang berlaku;
setiap anggota mempunyai hak untuk turut serta dalam segala kegiatan HPJI;
setiap anggota kecuali anggota mahasiswa, berhak untuk memperoleh perlindungan
dan pembelaan dalam melaksanakan tugas profesinya sepanjang tidak bertentangan atau
melanggar ketentuan dan peraturan/perundangan yang berlaku;
setiap anggota berhak membela diri dalam prosedur pengenaan sanksi organisasi atas
dirinya;
setiap anggota mempunyai kewajiban untuk menjunjung tinggi nama baik HPJI,
melaksanakan kode etik dan kaidah tata laku profesi; dan
setiap anggota berkewajiban untuk menghormati, menaati dan melaksanakan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah dari HPJI.
Pasal 11
Berakhirnya Keanggotaan
Keanggotaan berakhir karena:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
permintaan sendiri;
meninggal dunia;
diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri;
diberhentikan tidak dengan hormat,
anggota luar biasa badan hukum, perusahaan atau organisasi dinyatakan bubar,
anggota mahasiswa pada saat yang bersangkutan telah berubah status
kemahasiswaannya oleh sebab telah menyelesaikan studi atau oleh sebab sebab lainnya.
BAB V
BENTUK DAN SIFAT ORGANISASI
Pasal 12
Bentuk dan Sifat Organisasi
(1) Bentuk organisasi HPJI adalah himpunan yang terbuka dan terdesentralisasi.
(2) Sifat organisasi HPJI adalah organisasi profesi, independen dan non partai politik.
BAB VI
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 13
Perangkat Organisasi
HPJI mempunyai perangkat organisasi yang terdiri atas :
a. di tingkat nasional :
1.
2.
Rapat Umum Nasional;
Dewan Pengurus Pusat disingkat DPP
3.
4.
Majelis Kehormatan; dan
Dewan Penasehat DPP.
b. di tingkat daerah :
1.
2.
3.
Rapat Umum Daerah;
Dewan Pengurus Daerah disingkat DPD; dan
Dewan Penasehat DPD.
(1)
(2)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pasal 14
Rapat Umum Nasional
Rapat Umum Nasional adalah perangkat organisasi tertinggi HPJI.
Rapat Umum Nasional bertugas :
menetapkan Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI;
mengevaluasi pertanggungjawaban pelaksanaan program dan pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja HPJI;
menetapkan pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja HPJI, termasuk
pedoman dalam menerapkan besarnya uang pangkal dan uang iuran serta perbandingan
pembagian penerimaan uang pangkal dan uang iuran untuk alokasi DPP dan DPD
untuk selama 4 (empat) tahun;
memilih seorang Ketua Umum merangkap Ketua Formatur dan 2 (dua) anggota Tim
Formatur untuk menyusun DPP;
mengesahkan DPP yang disusun Tim Formatur; dan
menetapkan anggota Majelis Kehormatan yang diusulkan DPP.
(3) Rapat Umum Nasional diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun.
(4) Rapat Umum Nasional dihadiri oleh :
a. Utusan daerah sebagai peserta penuh yang masing-masing mempunyai 1 (satu) hak
suara ditetapkan oleh rapat DPD; setiap HPJI tingkat daerah yang mempunyai jumlah
anggota 500 (lima ratus) orang atau kurang diwakili oleh minimum 5 (lima) utusan;
untuk HPJI tingkat daerah yang mempunyai anggota lebih dari 500 (lima ratus), jumlah
utusan daerah sebagai peserta penuh ditetapkan dengan rumus 5+(Jumlah anggota-500)/
200 dibulatkan ke atas;
b. pengurus DPP HPJI sebagai peserta penuh yang tidak mempunyai hak suara kecuali
bilamana yang bersangkutan ditetapkan sebagai utusan daerah;
c. anggota HPJI bukan utusan daerah yang berminat hadir dalam Rapat Umum Nasional
sebagai peserta peninjau dengan terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada panitia penyelenggara Rapat Umum Nasional; dan
d. undangan-undangan lain yang ditetapkan DPP HPJI sebagai peserta peninjau.
(5) Rapat Umum Nasional dipimpin oleh Pimpinan Sidang yang dipilih dari antara peserta
penuh;
(6) Rapat Umum Nasional Istimewa dapat diadakan untuk menyelesaikan masalah
mendesak dan semata-mata dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah tersebut;
(7) Rapat Umum Nasional Istimewa dapat diselenggarakan apabila diusulkan oleh lebih
dari ½ (setengah) jumlah DPD, atau diputuskan oleh DPP dalam rapat yang dihadiri oleh
lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota DPP;
(8) Rapat Umum Nasional/Rapat Umum Nasional Istimewa adalah sah jika dihadiri oleh
lebih dari ½ (setengah) jumlah utusan daerah peserta penuh.
Pasal 15
Rapat Umum Daerah
(1)
Rapat Umum Daerah adalah perangkat organisasi tertinggi HPJI di daerah.
(2)
Rapat Umum Daerah bertugas :
a.
menetapkan Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI tingkat daerah sejalan
dengan Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI;
b. mengevaluasi pertanggungjawaban pelaksanaan program dan pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja HPJI tingkat daerah;
c. menetapkan pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja HPJI tingkat
daerah selama 4 (empat) tahun;
d. memilih seorang Ketua merangkap sebagai Ketua Formatur dan 2 (dua) anggota Tim
Formatur untuk menyusun DPD; dan
e. mengesahkan DPD yang disusun oleh Tim Formatur.
(3) Rapat Umum Daerah diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun.
(4) Rapat Umum Daerah dihadiri oleh :
a. anggota biasa dan anggota kehormatan sebagai peserta penuh yang masing-masing
mempunyai 1 (satu) hak suara;
b. anggota luar biasa dan anggota mahasiswa yang berminat hadir dalam Rapat Umum
Daerah sebagai peserta peninjau dengan terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada
panitia penyelenggara Rapat Umum Daerah; dan
c. undangan-undangan lain yang ditetapkan DPD sebagai peserta peninjau.
(5) Rapat Umum Daerah dipimpin oleh Pimpinan Sidang yang dipilih dari antara peserta
penuh.
(6) Rapat Umum Daerah Istimewa dapat diadakan untuk menyelesaikan masalah mendesak
dan semata-mata dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
7) Rapat Umum Daerah Istimewa dapat diselenggarakan apabila diusulkan oleh DPD dalam
rapat yang dihadiri oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota DPD, atau diusulkan
oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota biasa dan anggota kehormatan;
(8) Rapat Umum Daerah/Rapat Umum Daerah lstimewa adalah sah jika dihadiri oleh lebih
dari ½ (setengah) jumlah anggota biasa di daerah tersebut.
Pasal 16
Dewan Pengurus Pusat
(1) HPJI tingkat pusat dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP).
(2) DPP sekurang-kurangnya terdiri atas :
1. Ketua Umum;
2. Ketua;
3. Sekretaris Umum;
4. Sekretaris;
5.
6.
Bendahara; dan
Anggota Pengurus.
(3) Ketua Umum dapat dipilih kembali untu I (satu) kali masa bakti
(4) DPP yang ditetapkan mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
(5) DPP mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya kepada Rapat Umum Nasional pada
akhir masa bakti.
(6) DPP dapat melengkapi struktur kepengurusan sesuai dengan kebutuhan.
(7) Rapat DPP diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 (tiga) bulan.
Pasal 17
Dewan Pengurus Daerah
(1) Di setiap daerah propinsi yang telah mempunyai jumlah anggota biasa dan anggota
kehormatan minimum 20 dua puluh) orang, dapat dibentuk HPJI tingkat daerah.
(2) HPJI tingkat daerah dipimpin oleh Dewan Pengurus Daerah (DPD).
(3) DPD sekurang-kurangnya terdiri atas :
1. Ketua;
2. Sekretaris;
3. Bendahara;
4. Koordinator Wilayah Kabupaten/Kota; dan
5. Anggota Pengurus.
(4) DPD juga mewakili DPP dalam pelaksanaan tugas pengurus pusat di daerah.
(5) DPD yang ditetapkan mempunyai masa bakti 4 (empat) tahun.
(6) DPD mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya kepada Rapat Umum Daerah pada
akhir masa bakti.
(7) DPD dapat melengkapi struktur kepengurusan sesuai dengan kebutuhan.
(8) Rapat DPD diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 (tiga) bulan.
Pasal 18
Majelis Kehormatan HPJI
(1) Majelis Kehormatan HPJI adalah perangkat organisasi HPJI yang menyangkut
penegakan Kode Etik HPJI dan berfungsi mengambil keputusan-keputusan mengenai kasuskasus yang menyangkut Kode Etik untuk dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Pusat HPJI.
(2) Anggota Majelis Kehormatan HPJI harus memenuhi persyaratan :
a. berpengalaman luas dalam menjalankan profesinya di salah satu atau lebih bidang
pengembangan prasarana transportasi;
b. tidak mempunyai cacat dalam profesi dan hukum;
c. mempunyai kepribadian dan integritas yang tidak meragukan; dan
d. tidak pernah merugikan nama baik HPJI.
(3) Anggota Majelis Kehormatan HPJI bertanggung jawab kepada Rapat Umum Nasional ;
(4) Majelis Kehormatan HPJI terdiri atas sekurang-kurangnya tiga orang dan sebanyakbanyaknya tujuh orang ;
(5) Masa bakti Majelis Kehormatan HPJI sama dengan masa bakti Dewan Pengurus Pusat.
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 19
Dewan Penasehat DPP
Dewan Penasehat DPP adalah perangkat organisasi HPJI tingkat pusat yang berfungsi
memberikan saran-saran dan atau nasehat-nasehat kepada DPP.
Anggota Dewan Penasehat DPP ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat
Dewan Penasehat DPP dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari antara anggotanya.
Masa bakti Dewan Penasehat DPP adalah sama dengan masa bakti DPP yang
mengangkatnya.
Pasal 20
Dewan Penasehat DPD
(1) Dewan Penasehat DPD adalah perangkat organisasi HPJI tingkat daerah yang berfungsi
memberikan saran-saran dan atau nasehat-nasehat kepada DPD.
(2) Anggota Dewan Penasehat DPD ditetapkan oleh Dewan Pengurus Daerah
(3) Dewan Penasehat DPD dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih di antara anggotanya.
(4) Masa bakti Dewan Penasehat DPD adalah sama dengan masa bakti DPD yang
mengangkatnya.
Pasal 21
Badan Tetap
(1) Badan Pelaksana Kepengurusan dan Badan Tetap lain dapat dibentuk baik oleh DPP
maupun oleh DPD untuk membantu pelaksanaan tugas-tugasnya.
(2) Setiap Badan Tetap yang dibentuk dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif yang
profesional dan bekerja secara penuh waktu untuk suatu jangka waktu yang tertentu,
diangkat/diberhentikan dan bertanggung jawab kepada DPP/DPD.
Pasal 22
Forum dan Komite
(1) Forum adalah wadah komunikasi antar anggota atau antar pengurus dan anggota untuk
membahas masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama, dapat dibentuk dan atau
diselenggarakan secara ad hoc oleh DPP maupun DPD.
(2) Komite adalah wadah untuk menggarap pendalaman spesialisasi keilmuan yang sama,
dibentuk oleh DPD maupun DPP sesuai dengan berbagai minat spesialisasi anggota.
(3) Kepengurusan Forum dan Komite merupakan kelengkapan DPP/DPD yang
mengangkatnya.
BAB VII
PERBENDAHARAAN
Pasal 23
Perolehan dan Perimbangan Keuangan
(1) Keuangan HPJI diperoleh dari :
1.
2.
3.
uang pangkal;
uang iuran;
sumbangan-sumbangan yang sah dan tidak bertentangan dengan azas serta tujuan
HPJI; dan
4. usaha-usaha dan pendapatan-pendapatan lain yang sah dan tidak bertentangan dengan
azas serta tujuan HPJI.
(2) Besar uang pangkal dan uang iuran ditetapkan oleh DPP berdasarkan pedoman yang
ditetapkan Rapat Umum Nasional dengan mempertimbangkan hak untuk layanan yang wajib
diberikan kepada berbagai jenis keanggotaan.
BAB VIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 24
Pengaturan dalam Anggaran Rumah Tangga
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini dapat diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar ini.
(2) Anggaran Rumah Tangga ditetapkan oleh Rapat Umum Nasional.
BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 25
Syarat Perubahan
(1) Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah di dalam, dan sudah harus diacarakan dalam
Rapat Umum Nasional, atau dalam Rapat Umum Nasional Istimewa yang diselenggarakan
untuk keperluan tersebut;
(2) Rancangan usul perubahan ditetapkan dalam rapat DPP atau diusulkan oleh sekurangkurangnya ½ (setengah) jumlah DPD;
(3) Keputusan diambil melalui permufakatan atau jika sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga)
dari jumlah hak suara peserta penuh yang hadir dalam Rapat Umum Nasional menyetujui
usul perubahan Anggaran Dasar tersebut pada waktu pemungutan suara yang dilakukan
khusus untuk itu.
BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 26
Syarat Pembubaran
(1) Pembubaran HPJI hanya dapat diputuskan dalam Rapat Umum Nasional lstimewa yang
khusus diadakan untuk maksud tersebut atas usul tertulis oleh sekurang-kurangnya 2/3
(dua pertiga) jumlah DPD dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari
seluruh jumlah utusan daerah peserta penuh yang ditetapkan DPD.
(2) Keputusan pembubaran diambil jika sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah
hak suara utusan daerah peserta penuh yang hadir menyetujui ditetapkannya pembubaran
HPJI pada waktu pemungutan suara yang dilakukan khusus untuk itu.
BAB XI
PENUTUP
Pasal 27
Aturan Peralihan
Penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sebagai akibat adanya perubahan Anggaran
Dasar ini harus diselesaikan DPP dan DPD selambat-lambatnya 365 (tiga ratus enam puluh
lima) hari kalender setelah tanggal ditetapkannya perubahan Anggaran Dasar HPJI.
Anggaran Dasar HPJI disahkan untuk pertama kali dalam Rapat Umum Anggota HPJI ke-1
di Jakarta tanggal 23 Juli 1979 dan perubahan-perubahannya dilakukan :
Pertama
:
dalam Rapat Umum Anggota ke-6 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 30
November 1990;
Kedua : dalam Rapat Umum Anggota ke-8 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
23 Desember 1997;
Ketiga : dalam Rapat Umum Anggota ke-9 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7
Agustus 1998;
Keempat : dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-1 yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 4 Oktober 2000.
Kelima : dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-2 yang diselenggarakan di Denpasar
pada tanggal 17 Juli 2002.
Keenam : dalam Rapat Umum Nasional ke-10 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
6 dan 9 Oktober 2003.
Lampiran 1
Anggaran Dasar Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia
ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA
BAB I
USAHA
Pasal 1
Usaha
(1) Kegiatan usaha yang diatur dalam Anggaran Dasar HPJI diselenggarakan dengan acuan
sebagai berikut :
a.
konferensi teknik jalan, jembatan, terowongan jalan, landasan terbang dan jalan rel
serta lokakarya, simposium, seminar atau pertemuan ilmiah lainnya dapat
diselenggarakan baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun di tingkat internasional;
b.
publikasi diterbitkan secara berkala, berisi tulisan ilmiah serta hasil karya yang berhubungan dengan prasarana transportasi, termasuk tulisan dari anggotanya, berita
organisasi dan ringkasan kertas kerja dari konferensi, lokakarya, simposium, seminar, dan
pertemuan-pertemuan ilmiah lainnya;
c.
sertifikasi profesi diselenggarakan di bidang prasarana transportasi, dalam lingkup
jalan, jembatan, terowongan jalan, landasan terbang dan jalan rel, untuk mendukung
pengakuan atas kompetensi anggota disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan bidang usaha
di tingkat nasional dan internasional.
(2) Selain usaha-usaha yang diuraikan dalam Anggaran Dasar HPJI, kegiatan usaha dapat
pula mencakup :
a.
keikutsertaan pada simposium, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya yang diadakan
oleh himpunan lain, baik di dalam negeri maupun di luar negeri; dan
b.
kunjungan serta kegiatan lainnya yang bermanfaat bagi pengembangan prasarana
transportasi
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
Anggota Biasa
Anggota biasa ialah warga negara Indonesia yang aktif di bidang pengembangan prasarana
transportasi baik yang berkualifikasi profesional maupun yang berkualifikasi terampil.
Pasal 3
Anggota Luar Biasa
Anggota luar biasa ialah :
a.
warga negara Indonesia dan asing yang berminat dalam masalah pengembangan dan
atau pemanfaatan prasarana transportasi
b.
lembaga/institut di dalam dan di luar negeri yang membina ilmu untuk pengembangan
jalan dan atau pemanfaatan prasarana transportasi
c.
badan dan perusahaan asing yang berminat dalam pengembangan dan atau
pemanfaatan prasarana transportasi di Indonesia; dan
d.
badan-badan hukum, perusahaan-perusahaan dan organisasi di Indonesia dengan
kegiatan yang menyangkut masalah pengembangan dan atau pemanfaatan prasarana
transportasi
Pasal 4
Anggota Kehormatan
(1) Anggota kehormatan adalah perorangan baik warga negara Indonesia maupun warga
negara asing yang memiliki perhatian secara konsisten dan memiliki reputasi dalam usaha
pembinaan profesi/keahlian dan/atau pengembangan ilmu di bidang prasarana transportasi;
(2) Yang dapat diangkat menjadi anggota kehormatan adalah :
a. anggota biasa atau anggota luar biasa perorangan yang memenuhi syarat-syarat :
a.
sangat berjasa terhadap perkembangan organisasi HPJI dan/atau usaha pencapaian
tujuan HPJI
b.
telah menjadi anggota HPJI sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun secara berturut-turut
c.
tidak pernah tercela karena melakukan pelanggaran ketentuan-ketentuan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik dan peraturan-peraturan HPJI yang berlaku;
d.
mempunyai kepribadian serta reputasi yang baik di dalam masyarakat luas; dan
e.
bersedia untuk diangkat sebagai anggota kehormatan.
b. bukan anggota yang memenuhi syarat-syarat :
a.
mempunyai perhatian yang sangat besar dan telah berjasa terhadap usaha dan
perkembangan HPJI
b.
mempunyai kepribadian serta reputasi yang baik di dalam masyarakat luas
c.
bersedia untuk diangkat sebagai anggota kehormatan.
Pasal 5
Anggota Mahasiswa
Anggota mahasiswa adalah perorangan warga negara Indonesia yang berstatus mahasiswa
aktif strata satu dan atau diploma di bidang ilmu prasarana transportasi.
Pasal 6
Hak Anggota
(1) Setiap anggota berhak :
a.
menghadiri konferensi, lokakarya, simposium, seminar dan pertemuan yang diadakan
oleh HPJI; dan
b.
memperoleh terbitan dan edaran yang dikeluarkan HPJI.
(2) Setiap anggota berhak untuk mewakili HPJI dalam konferensi, lokakarya, simposium,
seminar dan pertemuan yang diadakan himpunan lain baik di dalam maupun di luar negeri
atas dasar keputusan DPP/DPD.
(3) Setiap anggota biasa dan anggota kehormatan berhak dipilih sebagai anggota DPP dalam
Rapat Umum Nasional dan berhak memilih dan dipilih sebagai anggota DPD dalam Rapat
Umum Daerah; dikecualikan bagi anggota kehormatan warga Negara asing tidak mempunyai
hak dipilih menjadi Ketua Umum DPP/Ketua DPD
(4) Setiap anggota berhak memperoleh perlakuan yang sama dengan anggota lain sesuai
dengan status keanggotaannya.
(5) Setiap anggota berhak memperoleh kartu anggota sesuai ketentuan yang berlaku.
(6) Setiap anggota biasa yang memiliki sertifikat berhak untuk mengajukan permohonan
penambahan klasifikasi dan peningkatan kualifikasi di bidang jalan, jembatan, terowongan
jalan, landasan terbang dan jalan rel.
Pasal 7
Kewajiban Anggota
(1)
a. Setiap anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota mahasiswa berkewajiban membayar
uang pangkal dan uang iuran.
b. Anggota kehormatan dibebaskan dari kewajiban membayar uang pangkal dan uang iuran.
(2) Setiap anggota berkewajiban menjaga kelangsungan hidup organisasi dan mendukung
pencapaian tujuan HPJI, antara lain dengan mengupayakan untuk :
a.
menghadiri Rapat Umum Daerah;
b.
menghadiri konferensi, lokakarya, simposium, seminar, dan pertemuan yang diadakan
oleh HPJI;
c.
membuat kertas kerja dan karya ilmiah tentang pengembangan jalan yang dapat
diterbitkan oleh HPJI;
d.
memberikan kontribusi yang konstruktif untuk HPJI.
Pasal 8
Prosedur Penerimaan Anggota
(1) Permintaan untuk menjadi anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota mahasiswa,
adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Calon anggota harus mengisi formulir pendaftaran yang disediakan untuk maksud itu
dan diajukan kepada DPD.
Calon anggota harus mendapat rekomendasi dari minimum 2 (dua) orang anggota
biasa/anggota kehormatan
Khusus untuk menjadi anggota luar biasa, diperlukan pula pernyataan bahwa calon
menaruh minat dalam pengembangan prasarana transportasi
Khusus untuk anggota mahasiswa dipersyaratkan mendapat rekomendasi dan atau
surat keterangan dari institusi perguruan tinggi tentang status sebagai mahasiswa resmi
dan terdaftar.
Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah formulir pendaftaran diterima, DPD harus
sudah menetapkan dapat diterima atau tidaknya calon anggota tersebut.
Dalam hal calon anggota dapat diterima, maka keputusan DPD tersebut harus
disahkan oleh DPP selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah keputusan DPD diterima
oleh DPP.
DPP/DPD dapat menolak permintaan untuk menjadi anggota, jika calon tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal (2) dan Pasal (3) ART.
(2)
a.
Keputusan pengesahan penerimaan anggota tersebut sudah harus disampaikan oleh
DPD kepada yang bersangkutan secara tertulis selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah
tanggal pengesahan.
b.
Keanggotaan mulai berlaku sejak tanggal dipenuhinya kewajiban pembayaran uang
pangkal dan uang iuran tahun pertama.
3) Setiap anggota perorangan berkewajiban melaporkan perubahan alamat kepada DPD
setempat dan DPD propinsi yang bersangkutan jika alamat baru berada di propinsi lain.
4) Setiap anggota perusahaan berkewajiban melaporkan perubahan data organisasi kepada
DPD setempat.
Pasal 9
Prosedur Pengangkatan Anggota Kehormatan
a.
Pengangkatan anggota kehormatan dilakukan oleh DPP setelah mendapat persetujuan
dari Rapat Umum Daerah atau Rapat Umum Nasional.
b.
Usul pengangkatan anggota kehormatan dilakukan oleh DPP dan/atau DPD di tempat
kedudukan anggota/bukan anggota yang bersangkutan.
c.
Usul pengangkatan tersebut dalam ayat b di atas harus dilengkapai dengan alas analasan yang memenuhi syarat-syarat tersebut dalam pasal 4 ART
Pasal 10
Berakhirnya Keanggotaan
1) Keanggotaan berakhir karena tidak dipenuhinya kewajiban membayar uang iuran selama
2 (dua) tahun secara berturut-turut.
2) Anggota yang hendak berhenti dari HPJI atas permintaan sendiri wajib memberitahukan
secara tertulis kepada DPD sebulan sebelumnya.
3) Keanggotaan mahasiswa berakhir pada saat yang bersangkutan telah menyelesaikan
studinya, atau karena status kemahasiswaanya berakhir oleh sebab lainnya.
4) Dalam hal anggota mahasiswa berakhir karena telah menyelesaikan studinya, yang
bersangkutan berhak untuk menjadi anggota biasa dengan mengajukan permohonan kembali.
Perubahan keanggotaan tersebut tidak mewajibkan yang bersangkutan untuk membayar uang
pangkal.
BAB III
PENGHARGAAN DAN SANKSI
Pasal 11
Tanda Penghargaan
(1) Penghargaan berbentuk Anugerah HPJI dapat diberikan kepada perorangan yang
memiliki prestasi luar biasa di bidang prasarana transportasi. Syarat-syarat dan ketentuan
mengenai pemberian Anugerah HPJI ini beserta calon penerimanya, disusun oleh DPP,
diajukan dalam Rapat Umum Nasional untuk mendapatkan pertimbangan, persetujuan dan
pengesahan.
(2) Penghargaan berbentuk pengangkatan sebagai anggota kehormatan diberikan kepada
perorangan yang memnuhi syarat seperti diatur dalam Anggaran Rumah Tangga pasal 4 dan
pasal 9
(3) Penghargaan HPJI dapat diberikan kepada perorangan atau institusi atau badan usaha
yang telah berhasil menyelenggarakan program HPJI dengan memuaskan. Penetapan
penerima penghargaan ditetapkan secara musyawarah berdasarkan pencapaian program kerja
yang dilaksanakan baik ditingkat DPD maupun DPP, dan disahkan oleh DPP.
Pasal 12
Sanksi Organisasi
(1) Apabila anggota tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur Pasal 10 Anggaran
Dasar dan Pasal 6 Anggaran Rumah Tangga dapat dikenakan sanksi organisasi berupa :
a.
teguran tertulis maksimum 3 (tiga) kali;
b.
pembekuan status keanggotaan;
c.
pemberhentian status keanggotaan; atau
d.
pencabutan Sertifikat Profesi.
(2) Sebelum menetapkan sanksi organisasi, Majelis Kehormatan HPJI harus mendengar
terlebih dahulu pembelaan dari anggota yang dimaksud dan keterangan dari pihak-pihak lain.
(3) Keputusan sanksi organisasi tentang pelanggaran Kode Etik dilaksanakan oleh DPP
setelah ditetapkan oleh Majelis Kehormatan HPJI.
BAB IV
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 13
Pengiriman Undangan Rapat Umum Nasional
(1) Undangan untuk Rapat Umum Nasional harus disampaikan kepada utusan daerah
peserta penuh melalui DPD secara tertulis sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum
rapat diselenggarakan dan harus memuat keterangan tentang waktu, tempat dan acara rapat.
(2) Dalam keadaan mendesak, DPP dapat mengirimkan undangan selambat-lambatnya 1
(satu) minggu sebelum diselenggarakan rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Utusan daerah yang berhalangan hadir pada Rapat Umum Nasional dapat memberikan
kuasa hak suaranya secara tertulis kepada utusan lain dari daerah yang sama.
Pasal 14
Pengiriman Undangan Rapat Umum Daerah
(1) Undangan untuk Rapat Umum Daerah harus disampaikan kepada anggota biasa secara
tertulis sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum rapat diselenggarakan dan harus
memuat keterangan tentang waktu, tempat dan acara rapat.
(2) Dalam keadaan mendesak, DPD dapat mengirimkan undangan selambat-lambatnya 1
(satu) minggu sebelum diselenggarakan rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Anggota yang berhalangan hadir pada Rapat Umum Daerah dapat memberikan kuasa hak
suaranya secara tertulis kepada anggota lainnya yang bukan anggota DPD.
Pasal 15
Rapat Kerja
(1) Rapat Kerja Nasional berfungsi memberikan rekomendasi dan masukan-masukan kepada
DPP serta merupakan forum komunikasi antara DPP dan DPD.
(2) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh ketua umum DPP, para ketua DPD serta para anggota
DPP dan peserta peninjau lain yang ditetapkan oleh DPP.
(3) Rapat Kerja Nasional diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa
bakti kepengurusan.
(4) Rapat Kerja Nasional memberikan rekomendasi kepada DPP tentang :
a.
langkah-langkah yang perlu diambil yang berkaitan dengan pelaksanaan Garis Besar
Kebijakan dan Program HPJI; dan
b.
masalah-masalah lain yang dipandang perlu.
(5) Rapat Kerja Nasional adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah DPD.
(6) Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh ketua DPD, para anggota DPD, para anggota HPJI di
daerah yang bersangkutan dan undangan yang ditetapkan oleh DPD.
(7) Rapat Kerja Daerah diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa bakti
kepengurusan untuk :
a.
b.
membahas perkembangan organisasi di tingkat daerah;
menyusun usulan dan saran mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingan
organisasi guna diajukan kepada DPP.
(8) Rapat Kerja Daerah adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota
biasa di daerah tersebut.
Pasal 16
Hak dan Kewenangan Pengurus
(1) Ketua Umum/Sekretaris Umum DPP atau Ketua/Sekretaris DPD secara bersama-sama
berhak untuk mewakili dan mengikat HPJI baik di dalam maupun di luar pengadilan dan
berwewenang melakukan segala perbuatan pemilikan dan segala perbuatan pengurusan untuk
dan atas nama HPJI.
(2) Hak-hak yang dimaksud dalam ayat (1) dibatasi oleh tindakan-tindakan yang
memerlukan pengesahan terlebih dahulu dari rapat DPP/ DPD yaitu dalam hal-hal sebagai
berikut :
a.
Mendapatkan atau melepaskan barang yang tak bergerak dan atau hak-hak atas tanah
dan bangunan-bangunan.
b.
Meminjamkan uang atas nama HPJI senilai Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah)
atau lebih.
c.
Menggadaikan atau rnempertanggungkan dengan cara lain kekayaan HPJI.
d.
Mengikat HPJI sebagai penjamin (borg atau avalis).
e.
Mendirikan/ikut mengambil bagian dan/atau menyelenggarakan perusahaan atau
badan hukum lain.
Pasal 17
Tata Kerja Kepengurusan
Tata kerja kepengurusan ditetapkan oleh DPP/DPD, berisikan :
a.
b.
c.
Uraian tugas dan tanggung jawab setiap anggota Dewan Pengurus.
Baku kinerja setiap anggota Dewan Pengurus.
Sanksi bagi anggota Dewan Pengurus yang tidak dapat memenuhi baku kinerja dan
prosedur pengenaan sanksi.
Pasal 18
Kewajiban Penyusunan Anggaran Tahunan Pendapatan dan Belanja
(1) DPP dan DPD berkewajiban menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahunan HPJI
selama masa bakti.
(2) Anggaran tahun pertama harus sudah selesai selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
terhitung tanggal ditetapkannya DPP/DPD.
Pasal 19
Rapat dan Pimpinan Rapat Dewan Pengurus
(1) Rapat-rapat DPP maupun DPD membicarakan segala sesuatu yang menjadi tugas,
kewajiban dan tanggung-jawab DPP/DPD.
(2) Rapat DPP dipimpin oleh Ketua Umum dan apabila Ketua Umum berhalangan hadir rapat
dipimpin oleh salah seorang yang ditunjuk dari antara Ketua.
(3) Rapat DPP adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota DPP.
(4) Rapat DPD dipimpin oleh Ketua dan apabila Ketua berhalangan, rapat dipimpin oleh
salah seorang yang ditunjuk dari antara pengurus DPD yang hadir.
(5) Rapat DPD adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota DPD
Pasal 20
Berakhirnya Keanggotaan DPP dan DPD
(1) Keanggotaan DPP dan DPD berakhir oleh karena :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
berhenti sebagai anggota HPJI;
atas permintaan sendiri;
meninggal dunia;
diberhentikan dengan hormat;
diberhentikan tidak dengan hormat; atau
berakhirnya masa bakti DPP/DPD yang bersangkutan.
(2) Seorang anggota DPP/DPD dapat dibebaskan sementara dari tugasnya oleh rapat
DPP/DPD, disebabkan karena :
a.
berhalangan karena sakit atau karena tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya;
atau
b.
melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga atau tindakan-tindakan lainnya yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Pembebasan tugas yang disebabkan hal-hal sebagai tersebut ayat (2) huruf b. berlaku
paling lama 3 (tiga) bulan.
Pasal 21
Penggantian Anggota Dewan Pengurus
(1) Penggantian anggota pengurus DPP/DPD yang berakhir karena sebagaimana tersebut
dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 20 huruf a, b, c, d dan e dilaksanakan melalui rapat
DPP/DPD.
(2) Penggantian anggota DPP/DPD sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) tidak perlu
disahkan melalui Rapat Umum Nasional/Daerah.
Pasal 22
Kuorum Rapat Perangkat Organisasi
(1) Bilamana rapat perangkat organisasi tidak memenuhi kuorum sebagaimana diatur dalam
ketentuan Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (8) dan Pasal 15 Ayat (8) dan Anggaran Rumah
Tangga Pasal 15 Ayat (5) dan (8) serta Pasal 19 Ayat (3) dan (5), maka rapat tersebut ditunda
setiap 20 (dua puluh) menit dengan waktu penundaan paling lama 60 (enam puluh) menit.
(2) Sesudah penundaan 60 menit kuorum belum juga tercapai, maka rapat dapat terus
diselenggarakan dan segala ketetapan yang diambil adalah sah.
Pasal 23
Keputusan Rapat Perangkat Organisasi
Keputusan rapat perangkat organisasi diambil :
a.
b.
Dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Apabila kata sepakat sebagaimana dimaksud dalam butir (a) tidak dapat dicapai, maka
keputusan diambil atas dasar jumlah suara terbanyak di antara peserta rapat yang hadir
dan memiliki hak suara dalam rapat tersebut.
BAB V
PERBENDAHARAAN
Pasal 24
Usaha Pengumpulan Dana
Untuk maksud tertentu DPP/DPD dapat mengadakan usaha-usaha untuk pengumpulan dana
yang sah dan tidak bertentangan dengan azas dan tujuan HPJI.
BAB VI
PERATURAN TAMBAHAN
Pasal 25
Peraturan DPP/DPD
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga
dapat diatur dalam peraturan-peraturan DPP/DPD.
(2) Peraturan-peraturan tersebut Ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan ketentuanketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
BAB VII
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 26
Syarat Perubahan
(1) Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diubah di dalam , dan sudah harus diacarakan
dalam Rapat Umum Nasional, atau dalam apat Umum Nasional Istimewa yang
diselenggarakan untuk keperluan tersebut.
(2) Rancangan usul perubahan ditetapkan dalam rapat DPP atau diusulkan oleh sekurangkurangnya ½ (setengah) jumlah DPD.
(3) Keputusan diambil melalui permufakatan atau jika sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga)
dari jumlah hak suara peserta penuh yang hadir dalam Rapat Umum Nasional menyetujui
usul perubahan Anggaran Rumah Tangga tersebut pada waktu pemungutan suara yang
dilakukan khusus untuk itu.
BAB VIII
PENUTUP
Pasal 27
Aturan Peralihan
(1) Penyesuaian dan perubahan yang d
MAKALAH
Oleh :
Jefri Herdi Triyanto
M1C115008
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia“. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Keteknikan.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Keteknikan yakni Bapak Budi yang telah banyak
meluangkan waktu guna memberikan bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah
ini.
2. kedua orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan baik secara moril maupun materil
selama proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah
ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Jambi, 02 Desember 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai mahluk sosial tentu manusia tidak dapat
hidup sendiri. Mereka akan saling ketergantungan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati.
Manusia memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu
hidup dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia disebut juga social
animal atau hewan sosial. Karena sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai dua hasrat
atau keinginan pokok yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain dan keinginan
untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Manusia merupakan makhluk yang bersegi jasmaniah dan rohaniah. Segi rohaniah
manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Apabila diserasikan, akan menghasilkan kehendak
yang kemudian menjadi sikap tindak. Sikap tindak itulah yang kemudian menjadi landasan
gerak segi jasmaniah manusia.
Hubungan kesinambungan antara manusia dengan manusia lainnya akan menghasilkan
pola pergaulan yang dinamakan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial terjadi
hubungan antar manusia (lebih dari 1 pelaku). Proses tersebutlah yang mejadi awal
terbentuknya kelompok sosial. Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia
yang hidup bersama. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.
Sifat dan struktur kelompok sosial berbeda-beda. Ada yang terbentuk dengan di sengaja,
atau tidak disengaja. Ada yang terorganisir, ada yang tidak. Ada kelompok yang terikat
secara lahiriah dan ada yang terikat secara batin. Dan banyak lagi perbedaan-perbedaan yang
terdapat pada kelompok sosial. Perbedaan tersebut disebabkan karena sifat kelompok sosial
yang dinamis atau sering berubah-ubah setiap waktu.
Berkenaan dengan latar belakang diatas, maka perlu disusun makalah yang mampu
menjadi pendoman bagi mahasiswa Sipil untuk lebih peka dan mengkaji lebih dalam
berkenaan dengan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat khususnya mengenai
proyek atau pekerjaan jalan yang sering kita temui dalam kehidupan Ketekniksipilan. Oleh
sebab itu saya menulis sebuah makalah berkenaan dengan salah satu organisasi umum di
Indonesia tentang Teknik Sipil yang berjudul “Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu acuan berdasarkan pada latar belakang masalah diatas
sehingga penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia?
2. Bagaimana dasar pembentukan Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia?
3. Bagaimana klasifikasi Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia?
4. Seperti apa kerjasama di Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia?
5. Siapa saja yang berkecimpung dalam Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia?
C. Tujuan Makalah
1.
Mendeskripsikan tentang pengertian Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia.
2.
Mendeskripsikan tentang dasar pembentukan Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia.
3.
Mendeskripsikan tentang klasifikasi Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia.
4.
Mendeskripsikan tentang kerjasama di Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia.
5.
Mendeskripsikan siapa saja yang berkecimpung di Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang terkait dengan pembahasan
yang ada dalam makalah ini.
1. Secara teoretis, hasil studi pustaka ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pembaca mengenai sejarah perkembangan, visi & misi, kode etik & kaidah tata laku, AD /
ART, bentuk lambang, susunan majelis kehormatan HPJI, susunan dewan penasehat HPJI,
dan susunan dewan pengurus pusat HPJI.
2. Secara praktis, ini diharapkan dapat membantu semua pihak dalam membentuk
kelompok-kelompok sosial yang teratur, sehingga kelompok-kelompok tersebut bukan
hanya sebagai wadah interaksi atau pergaulan saja, tetapi dapat bermanfaat dan
mensejahterakan setiap anggotanya.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif.
Data dalam makalah ini dikumpulkan dan diolah menggunakan studi pustaka dengan
mengumpulkan berbagai informasi dan referensi dari berbagai sumber yang sesuai dengan
tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teoretis
1. Sejarah Perkembangan
Untuk menciptakan sinergi di antara para ahli, di bentuklah sebuah organisasi profesi
di bidang jalan 39 tahun yang lalu, dengan nama Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia
yang disingkat HPJI, yang diprakarsai oleh DR. Ir. Poernomosidhi Hadjisarosa, Ir. Suryatin
Sastromijoyo dan beberapa tokoh yang terhormat lainnya.
Himpunan sebagai wadah bagi pengembangan profesi dan keahlian di bidang jalan
dituntut pengabdian yang terbaik HPJI kepada masyarakat bangsa dan negara melalui setiap
anggota sesuai bidang profesi masing-masing untuk mewujudkan pembinaan jaringan jalan
diseluruh tanah air Indonesia.
Organisasi HPJI telah berkembang dengan terbentuknya 33 Dewan Pengurus Daerah
diseluruh Indonesia yang semuanya kini sudah mandiri, dengan harapan dapat memberikan
kontribusi bagi pemerintah daerah.
Dari aspek kualitas keanggotaan HPJI berkembang pesat dimulai dari 150 orang pada
tahun 1975, kini berkembang menjadi lebih dari 22.000 anggota yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Di dalamnya di tingkat nasional, HPJI juga berkiprah di tingkat Internasional seperti
dalam organisasi The Road Engineering Association Asian and Australasia (REAAA) yang
berpusat di Kuala Lumpur, International Road Federation (IRF) yang berpusat di Washington
DC, Permanent International Association and Road Congresses (PIARC) yang kemudian
disebut World Road Association (WRA) yang berpusat di Paris dan International Tunnelling
Association (ITA) yang berpusat di Netherland.
Sumbangsih pemikiran HPJI pun tidak hanya tertuang dalam 2.097 makalah ilmiah,
yang dibahas dalam Konferensi nasional maupun makalah ilmiah yng dibahas dalam
Konferensi Regional, tetapi juga turut memberikan masukan positif dalam menyusun UU
tentang Jasa Konstruksi yang disahkan tahun 1999, termasuk dalam pembentukan Lembaga
Jasa Konstruksi.
Sebagai Asosiasi Profesi HPJI sejak 2 Mei 2002 telah mendapatkan penetapan
akreditasi oleh LPJK Nasional, melalui keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Nasional no. 28/KPTS/LPJK/D/V/2002, untuk kemudian terakreditasi pula 28
Dewan Pengurus Daerah HPJI dan saat ini telah melaksanakan program sertifikasi keahlian
Jalan dan Jembatan. Selanjutnya, di dalam perkembangannya HPJI terus bersinergi dengan
program LPJK-N. Realisasi program sertifikasi DPD telah membuahkan hasil yang cukup
baik yaitu ahli pelaksana sebanyak lebih dari 13.400 orang dan ahli pengawas sebanyak lebih
dari 10.200 orang serta ahli perencana sebanyak lebih dari 3.500 orang.
HPJI sejak awal menyadari benar akan pentingnya komunikasi antar anggota serta
desiminasi dan sosialisasi kegiatan dan terobosan pemikiran para anggota, sehingga
diterbitkan Majalah Jalan dan Transportasi pada bulan november tahun 1982, 7 tahun setelah
berdirinya HPJI. Tema yang dipilih pada edisi perdana ketika itu adalah Jalan Sebagai
Struktur Wilayah. HPJI telah berhasil menerbitkan sebanyak 115 edisi yang didistribusikan
kepada para anggota HPJI sampai ke Kabupaten/Kodya di seluruh Indonesia
Lantas bagaimana visi dan misi HPJI dalam meningkatkan kiprah dan perannya dalam
mengisi pembangunan nasional kedepan ? Dalam usia lebih dari tiga puluh lima tahun ini
HPJI tentu mampu dan mandiri dalam mengemban kewajiban sesuai dengan tujuan dan usaha
Himpunan, namun demikian tantangan yang menghalang kedepan tentu tidak semakin ringan
sejalan dengan perkembangan zaman dalam era globalisasi.
2. Visi & Misi
a) Visi HPJI
Terwujudnya Profesionalisme Anggota HPJI sebagai Pelaku Ahli Bidang Jalan Dan
Jembatan sehingga :
Kompeten dan Taat dalam menerapkan Kaidah Kaidah Mutu
Berpola Tindak yang mencerminkan Penghayatan Mendalam terhadap Kode Etik
HPJI
Mampu Memenangkan Persaingan dalam Pasar Global dengan fasilitasi HPJI
sebagai Asosiasi Profesi yang Efektif, Efisien dan Mandiri
b)Misi HPJI
Langkah selanjutnya HPJI akan merekrut dan mendobrak sistematis yang sesuai kriteria
agar masuk dalam anggota himpunan, seperti:
Regulator/Pemerintah
Badan Litbang
Instansi Urusan Jalan
Perguruan Tinggi
Publik
3. Kode Etik & Kaidah Tata Laku
Sebagai standar moral bagi setiap anggota yang tergabung dalam organisasi profesi
HPJI, disusunlah PRINSIP DASAR tentang norma dan nilai luhur yang disepakati bersama
untuk menjadi pegangan, dihayati, dan harus selalu dijunjung tinggi dalam melaksanakan
kegiatan profesi sebagaimana berikut ini :
a) Prinsip Dasar.
Menjunjung tinggi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk kesejahteraan umat manusia
secara berkelanjutan.
Bekerja secara profesional untuk kepentingan masyarakat, bangsa, negara dan
organisasi.
Meningkatkan pengetahuan dan kompetensi serta menjunjung tinggi martabat
profesinya.
Selanjutnya Prinsip Dasar di atas dijabarkan lebih lanjut dalam KODE ETIK berikut ini.
b) Kode Etik HPJI.
Anggota HPJI wajib bertindak konsekuen, jujur dan adil dalam menjalankan
profesinya.
Anggota HPJI wajib menghormati profesi lain dan tidak boleh merugikan nama
baik serta profesi orang lain.
Anggota HPJI wajib memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan tidak
merugikan kepentingan umum khususnya yang menyangkut lingkungan.
Anggota HPJI setia dan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Anggota HPJI harus bersedia memberi bimbingan dan pelatihan untuk peningkatan
profesionalisme sesama anggota.
Anggota HPJI wajib memenuhi baku kinerja dan tanggung jawab profesi dengan
integritas tinggi dan tidak akan menerima pekerjaan di luar bidang keahlian
teknisnya.
Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi martabat profesi, bersikap terhormat, dapat
dipercaya, dan bertanggung jawab secara profesional berazaskan kaidah keilmuan,
kepatutan dan kejujuran intelektual.
Anggota HPJI dengan menggunakan pengetahuan & keahlian yang dimilikinya
wajib menyampaikan pendapat dan pernyataan dengan jujur berdasarkan bukti dan
tanpa membedakan
c) Kaidah Umum Tata Laku.
Pedoman umum ini merupakan penjabaran Kode Etik yang dapat dipakai sebagai
panduan secara umum untuk menghadapi situasi dan kondisi beragam yang timbul disuatu
saat dalam menjalankan tugas profesi.
Setiap anggota organisasi profesi harus tunduk dan menjunjung tinggi kode etik
organisasi. Kode etik HPJI harus menjiwai setiap langkah para anggota HPJI dalam
mengemban tugas-tugas keprofesionalannya. Tindak keprofesionalannya bercirikan antara
lain :
Kejujuran (honesty)
Keadilan (fairness)
Satunya pikiran, ucapan dan tindakan (integrity)
Dapat dipertanggungjawabkan (accountability)
Kebertanggung-jawaban (responsibility)
Kesetiaan kepada bangsa dan negara (loyalty)
Tepat janji (committed)
Menghormati orang lain (respect to other)
Mengutamakan kepentingan masyarakat (community)
Menjanjikan karya terbaik (pursuit of excellence)
Mendukung perkembangan ilmu pengetahuan
Mengupayakan dan menjaga pelestarian lingkungan.
Pedoman umum ini memuat kaidah-kaidah dalam hubungan-hubungan pelaksanaan
tugas anggota HPJI dengan masyarakat, rekan seprofesi dan profesi lain yang terkait serta
hubungan dengan pemberi tugas.
4. AD / ART
Bahwa sesungguhnya pengabdian kepada bangsa dan negara adalah kewajiban setiap
warga negara Indonesia yang harus dilaksanakan dan dikembangkan menurut bidang profesi,
ketrampilan kerja dan keakhlian kerja masing-masing untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional.
Bahwa prasarana transportasi, khususnya jalan, jembatan, terowongan jalan, landasan
terbang dan jalan rel, sebagai prasarana penting dalam pembangunan dan kehidupan bangsa,
pada hakekatnya mempunyai peran yang penting dalam usaha memenuhi kebutuhan
masyarakat, mewujudkan keseimbangan tingkat pertumbuhan antar daerah guna meratakan
hasil-hasil pembangunan, memantapkan komunikasi sebagai alat pemersatu bangsa,
memantapkan usaha pertahanan dan keamanan nasional serta keandalan ketahanan nasional
dan mewujudkan Wawasan Nusantara, yang secara keseluruhan mempunyai arti penting bagi
kesejahteraan bangsa dan negara. Karena itu, usaha pengembangan prasarana transportasi
serta peningkatan dan pembinaan kemampuan profesi, ketrampilan kerja dan keahlian kerja
di bidang prasarana transportasi di Indonesia perlu ditetapkan sebagai tujuan pengabdian dan
dharma bakti kepada bangsa dan negara.
Bahwa untuk mencapai kinerja pengembangan prasarana transportasi secara berdaya
guna dan berhasil guna yang menyertakan berbagai profesi, ketrampilan kerja dan keakhlian
kerja diperlukan pengertian yang mendalam tentang peranan, tugas dan kewajiban menurut
profesi, ketrampilan kerja dan keakhlian kerja masing-masing serta disadari perlunya
keserasian dalam memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan untuk selanjutnya dengan
semangat gotong royong digalang dan dikerahkan sebagai usaha bersama guna
didharmabaktikan kepada pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu, menyadari akan pentingnya peranan pengembangan prasarana
transportasi dalam pembangunan negara dan bangsa Indonesia, maka dengan rakhmat Tuhan
Yang Maha Esa dihimpunlah berbagai profesi, ketrampilan kerja dan keakhlian kerja yang
menyangkut berbagai aspek pengembangan prasarana transportasi dalam wadah asosiasi
profesi ini dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :
BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Nama asosiasi profesi ini adalah 'HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA',
disingkat HPJI dengan terjemahan resmi dalam bahasa Inggris 'INDONESIAN ROAD
DEVELOPMENT ASSOCIATION' disingkat IRDA.
Pasal 2
Waktu
HPJI didirikan di Jakarta pada tanggal 5 September 1975 untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan.
Pasal 3
Tempat Kedudukan
1.
HPJI pusat berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia.
2.
Di setiap Propinsi dapat dibentuk HPJI tingkat daerah yang berkedudukan di ibukota
Propinsi.
3.
Di setiap Kabupaten/Kota dapat ditetapkan Koordinator Kabupaten/Kota yang
berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota sebagai bagian dari kepengurusan HPJI tingkat
daerah.
BAB II
AZAS, TUJUAN DAN USAHA
Pasal 4
Azas
HPJI berazaskan Panca Sila.
Pasal 5
Tujuan
HPJI bertujuan :
1.
membina dan meningkatkan profesionalisme anggotanya di bidang pengembangan
prasarana transportasi;
2.
memperjuangkan kepentingan dan aspirasi anggota.
Pasal 6
Usaha
Untuk mencapai tujuan tersebut pada pasal 5, HPJI melakukan usaha-usaha :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
menegakkan kode etik HPJI dan kaidah tata laku profesi HPJI dalam pelaksanaan
tugas anggota.
meningkatkan dan mengembangkan prasarana transportasi dalam keilmuan dan
pemakaiannya.
membantu usaha pengembangan dan peningkatan pengetahuan, keakhlian dan
ketrampilan serta kemantapan sistem pengusahaan di bidang prasarana transportasi bagi
anggota-anggotanya;
mengadakan kerjasama dengan organisasi-organisasi regional maupun internasional
yang berkecimpung dalam masalah pengembangan prasarana transportasi;
menyelenggarakan konferensi, lokakarya, simposium, seminar atau pertemuanpertemuan ilmiah lainnya yang diadakan menurut keperluan;
menyelenggarakan publikasi di bidang pengembangan prasarana transportasi, baik
untuk keperluan di dalam organisasi maupun untuk masyarakat luas;
mengembangkan pusat data, pertukaran informasi dan pengembangan ide-ide baru
bagi anggotanya yang berhubungan dengan masalah pengembangan prasarana
transportasi;
menyelenggarakan sertifikasi di bidang pengembangan prasarana transportasi bagi
anggota perorangan untuk mendapat pengakuan dan penghargaan berdasarkan
kemampuan profesionalnya;
memberikan penghargaan kepada anggotanya atas jasa, karya serta dedikasi yang
tinggi dalam usaha pembinaan dan pengembangan organisasi HPJI.
memberikan penghargaan kepada perorangan atas karya yang bernilai tinggi dan
berdaya guna luas di bidang prasarana transportasi.
membantu advokasi di bidang pengembangan prasarana transportasi bagi anggota;
dan usaha-usaha lain yang dianggap perlu.
BAB III
KODE ETIK DAN LAMBANG ORGANISASI
Pasal 7
Kode Etik
Dalam menjalankan profesinya setiap anggota HPJI terikat pada Kode Etik dan Kaidah Tata
Laku HPJI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.
Pasal 8
Lambang Organisasi
HPJI memiliki lambang organisasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Anggaran Dasar ini.
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 9
Jenis Anggota
(1) Anggota HPJI terdiri atas :
a.
b.
c.
d.
anggota biasa;
anggota luar biasa;
anggota mahasiswa, dan
anggota kehormatan.
(2) Syarat-syarat tentang keanggotaan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 10
Hak dan Kewajiban Anggota
Hak dan kewajiban anggota ialah :
a.
setiap anggota biasa dan anggota kehormatan mempunyai hak suara dalam rapat
umum daerah, hak dipilih menjadi peserta penuh dalam Rapat Umum Nasional/Rapat
Umum Nasional Istimewa, hak memilih dan dipilih sebagai anggota pengurus Dewan
Pengurus Daerah, dan hak dipilih sebagai anggota pengurus Dewan Pengurus Pusat;
b.
setiap anggota biasa berhak untuk mengajukan permohonan sertifikasi keahlian di
bidang jembatan, terowongan jalan, landasan terbang, dan jalan rel sesuai dengan
kualifikasinya;
c.
setiap anggota biasa yang telah memiliki sertifikat keahlian, berhak mencantumkan
nama HPJI dibelakang namanya, dan berhak untuk memperoleh perlindungan dan
d.
e.
f.
g.
h.
pembelaan dalam melaksanakan tugas profesinya sepanjang tidak bertentangan atau
melanggar ketentuan dan peraturan/perundangan yang berlaku;
setiap anggota mempunyai hak untuk turut serta dalam segala kegiatan HPJI;
setiap anggota kecuali anggota mahasiswa, berhak untuk memperoleh perlindungan
dan pembelaan dalam melaksanakan tugas profesinya sepanjang tidak bertentangan atau
melanggar ketentuan dan peraturan/perundangan yang berlaku;
setiap anggota berhak membela diri dalam prosedur pengenaan sanksi organisasi atas
dirinya;
setiap anggota mempunyai kewajiban untuk menjunjung tinggi nama baik HPJI,
melaksanakan kode etik dan kaidah tata laku profesi; dan
setiap anggota berkewajiban untuk menghormati, menaati dan melaksanakan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah dari HPJI.
Pasal 11
Berakhirnya Keanggotaan
Keanggotaan berakhir karena:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
permintaan sendiri;
meninggal dunia;
diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri;
diberhentikan tidak dengan hormat,
anggota luar biasa badan hukum, perusahaan atau organisasi dinyatakan bubar,
anggota mahasiswa pada saat yang bersangkutan telah berubah status
kemahasiswaannya oleh sebab telah menyelesaikan studi atau oleh sebab sebab lainnya.
BAB V
BENTUK DAN SIFAT ORGANISASI
Pasal 12
Bentuk dan Sifat Organisasi
(1) Bentuk organisasi HPJI adalah himpunan yang terbuka dan terdesentralisasi.
(2) Sifat organisasi HPJI adalah organisasi profesi, independen dan non partai politik.
BAB VI
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 13
Perangkat Organisasi
HPJI mempunyai perangkat organisasi yang terdiri atas :
a. di tingkat nasional :
1.
2.
Rapat Umum Nasional;
Dewan Pengurus Pusat disingkat DPP
3.
4.
Majelis Kehormatan; dan
Dewan Penasehat DPP.
b. di tingkat daerah :
1.
2.
3.
Rapat Umum Daerah;
Dewan Pengurus Daerah disingkat DPD; dan
Dewan Penasehat DPD.
(1)
(2)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pasal 14
Rapat Umum Nasional
Rapat Umum Nasional adalah perangkat organisasi tertinggi HPJI.
Rapat Umum Nasional bertugas :
menetapkan Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI;
mengevaluasi pertanggungjawaban pelaksanaan program dan pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja HPJI;
menetapkan pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja HPJI, termasuk
pedoman dalam menerapkan besarnya uang pangkal dan uang iuran serta perbandingan
pembagian penerimaan uang pangkal dan uang iuran untuk alokasi DPP dan DPD
untuk selama 4 (empat) tahun;
memilih seorang Ketua Umum merangkap Ketua Formatur dan 2 (dua) anggota Tim
Formatur untuk menyusun DPP;
mengesahkan DPP yang disusun Tim Formatur; dan
menetapkan anggota Majelis Kehormatan yang diusulkan DPP.
(3) Rapat Umum Nasional diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun.
(4) Rapat Umum Nasional dihadiri oleh :
a. Utusan daerah sebagai peserta penuh yang masing-masing mempunyai 1 (satu) hak
suara ditetapkan oleh rapat DPD; setiap HPJI tingkat daerah yang mempunyai jumlah
anggota 500 (lima ratus) orang atau kurang diwakili oleh minimum 5 (lima) utusan;
untuk HPJI tingkat daerah yang mempunyai anggota lebih dari 500 (lima ratus), jumlah
utusan daerah sebagai peserta penuh ditetapkan dengan rumus 5+(Jumlah anggota-500)/
200 dibulatkan ke atas;
b. pengurus DPP HPJI sebagai peserta penuh yang tidak mempunyai hak suara kecuali
bilamana yang bersangkutan ditetapkan sebagai utusan daerah;
c. anggota HPJI bukan utusan daerah yang berminat hadir dalam Rapat Umum Nasional
sebagai peserta peninjau dengan terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada panitia penyelenggara Rapat Umum Nasional; dan
d. undangan-undangan lain yang ditetapkan DPP HPJI sebagai peserta peninjau.
(5) Rapat Umum Nasional dipimpin oleh Pimpinan Sidang yang dipilih dari antara peserta
penuh;
(6) Rapat Umum Nasional Istimewa dapat diadakan untuk menyelesaikan masalah
mendesak dan semata-mata dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah tersebut;
(7) Rapat Umum Nasional Istimewa dapat diselenggarakan apabila diusulkan oleh lebih
dari ½ (setengah) jumlah DPD, atau diputuskan oleh DPP dalam rapat yang dihadiri oleh
lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota DPP;
(8) Rapat Umum Nasional/Rapat Umum Nasional Istimewa adalah sah jika dihadiri oleh
lebih dari ½ (setengah) jumlah utusan daerah peserta penuh.
Pasal 15
Rapat Umum Daerah
(1)
Rapat Umum Daerah adalah perangkat organisasi tertinggi HPJI di daerah.
(2)
Rapat Umum Daerah bertugas :
a.
menetapkan Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI tingkat daerah sejalan
dengan Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI;
b. mengevaluasi pertanggungjawaban pelaksanaan program dan pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja HPJI tingkat daerah;
c. menetapkan pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja HPJI tingkat
daerah selama 4 (empat) tahun;
d. memilih seorang Ketua merangkap sebagai Ketua Formatur dan 2 (dua) anggota Tim
Formatur untuk menyusun DPD; dan
e. mengesahkan DPD yang disusun oleh Tim Formatur.
(3) Rapat Umum Daerah diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun.
(4) Rapat Umum Daerah dihadiri oleh :
a. anggota biasa dan anggota kehormatan sebagai peserta penuh yang masing-masing
mempunyai 1 (satu) hak suara;
b. anggota luar biasa dan anggota mahasiswa yang berminat hadir dalam Rapat Umum
Daerah sebagai peserta peninjau dengan terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada
panitia penyelenggara Rapat Umum Daerah; dan
c. undangan-undangan lain yang ditetapkan DPD sebagai peserta peninjau.
(5) Rapat Umum Daerah dipimpin oleh Pimpinan Sidang yang dipilih dari antara peserta
penuh.
(6) Rapat Umum Daerah Istimewa dapat diadakan untuk menyelesaikan masalah mendesak
dan semata-mata dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
7) Rapat Umum Daerah Istimewa dapat diselenggarakan apabila diusulkan oleh DPD dalam
rapat yang dihadiri oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota DPD, atau diusulkan
oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota biasa dan anggota kehormatan;
(8) Rapat Umum Daerah/Rapat Umum Daerah lstimewa adalah sah jika dihadiri oleh lebih
dari ½ (setengah) jumlah anggota biasa di daerah tersebut.
Pasal 16
Dewan Pengurus Pusat
(1) HPJI tingkat pusat dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP).
(2) DPP sekurang-kurangnya terdiri atas :
1. Ketua Umum;
2. Ketua;
3. Sekretaris Umum;
4. Sekretaris;
5.
6.
Bendahara; dan
Anggota Pengurus.
(3) Ketua Umum dapat dipilih kembali untu I (satu) kali masa bakti
(4) DPP yang ditetapkan mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
(5) DPP mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya kepada Rapat Umum Nasional pada
akhir masa bakti.
(6) DPP dapat melengkapi struktur kepengurusan sesuai dengan kebutuhan.
(7) Rapat DPP diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 (tiga) bulan.
Pasal 17
Dewan Pengurus Daerah
(1) Di setiap daerah propinsi yang telah mempunyai jumlah anggota biasa dan anggota
kehormatan minimum 20 dua puluh) orang, dapat dibentuk HPJI tingkat daerah.
(2) HPJI tingkat daerah dipimpin oleh Dewan Pengurus Daerah (DPD).
(3) DPD sekurang-kurangnya terdiri atas :
1. Ketua;
2. Sekretaris;
3. Bendahara;
4. Koordinator Wilayah Kabupaten/Kota; dan
5. Anggota Pengurus.
(4) DPD juga mewakili DPP dalam pelaksanaan tugas pengurus pusat di daerah.
(5) DPD yang ditetapkan mempunyai masa bakti 4 (empat) tahun.
(6) DPD mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya kepada Rapat Umum Daerah pada
akhir masa bakti.
(7) DPD dapat melengkapi struktur kepengurusan sesuai dengan kebutuhan.
(8) Rapat DPD diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 (tiga) bulan.
Pasal 18
Majelis Kehormatan HPJI
(1) Majelis Kehormatan HPJI adalah perangkat organisasi HPJI yang menyangkut
penegakan Kode Etik HPJI dan berfungsi mengambil keputusan-keputusan mengenai kasuskasus yang menyangkut Kode Etik untuk dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Pusat HPJI.
(2) Anggota Majelis Kehormatan HPJI harus memenuhi persyaratan :
a. berpengalaman luas dalam menjalankan profesinya di salah satu atau lebih bidang
pengembangan prasarana transportasi;
b. tidak mempunyai cacat dalam profesi dan hukum;
c. mempunyai kepribadian dan integritas yang tidak meragukan; dan
d. tidak pernah merugikan nama baik HPJI.
(3) Anggota Majelis Kehormatan HPJI bertanggung jawab kepada Rapat Umum Nasional ;
(4) Majelis Kehormatan HPJI terdiri atas sekurang-kurangnya tiga orang dan sebanyakbanyaknya tujuh orang ;
(5) Masa bakti Majelis Kehormatan HPJI sama dengan masa bakti Dewan Pengurus Pusat.
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 19
Dewan Penasehat DPP
Dewan Penasehat DPP adalah perangkat organisasi HPJI tingkat pusat yang berfungsi
memberikan saran-saran dan atau nasehat-nasehat kepada DPP.
Anggota Dewan Penasehat DPP ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat
Dewan Penasehat DPP dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari antara anggotanya.
Masa bakti Dewan Penasehat DPP adalah sama dengan masa bakti DPP yang
mengangkatnya.
Pasal 20
Dewan Penasehat DPD
(1) Dewan Penasehat DPD adalah perangkat organisasi HPJI tingkat daerah yang berfungsi
memberikan saran-saran dan atau nasehat-nasehat kepada DPD.
(2) Anggota Dewan Penasehat DPD ditetapkan oleh Dewan Pengurus Daerah
(3) Dewan Penasehat DPD dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih di antara anggotanya.
(4) Masa bakti Dewan Penasehat DPD adalah sama dengan masa bakti DPD yang
mengangkatnya.
Pasal 21
Badan Tetap
(1) Badan Pelaksana Kepengurusan dan Badan Tetap lain dapat dibentuk baik oleh DPP
maupun oleh DPD untuk membantu pelaksanaan tugas-tugasnya.
(2) Setiap Badan Tetap yang dibentuk dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif yang
profesional dan bekerja secara penuh waktu untuk suatu jangka waktu yang tertentu,
diangkat/diberhentikan dan bertanggung jawab kepada DPP/DPD.
Pasal 22
Forum dan Komite
(1) Forum adalah wadah komunikasi antar anggota atau antar pengurus dan anggota untuk
membahas masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama, dapat dibentuk dan atau
diselenggarakan secara ad hoc oleh DPP maupun DPD.
(2) Komite adalah wadah untuk menggarap pendalaman spesialisasi keilmuan yang sama,
dibentuk oleh DPD maupun DPP sesuai dengan berbagai minat spesialisasi anggota.
(3) Kepengurusan Forum dan Komite merupakan kelengkapan DPP/DPD yang
mengangkatnya.
BAB VII
PERBENDAHARAAN
Pasal 23
Perolehan dan Perimbangan Keuangan
(1) Keuangan HPJI diperoleh dari :
1.
2.
3.
uang pangkal;
uang iuran;
sumbangan-sumbangan yang sah dan tidak bertentangan dengan azas serta tujuan
HPJI; dan
4. usaha-usaha dan pendapatan-pendapatan lain yang sah dan tidak bertentangan dengan
azas serta tujuan HPJI.
(2) Besar uang pangkal dan uang iuran ditetapkan oleh DPP berdasarkan pedoman yang
ditetapkan Rapat Umum Nasional dengan mempertimbangkan hak untuk layanan yang wajib
diberikan kepada berbagai jenis keanggotaan.
BAB VIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 24
Pengaturan dalam Anggaran Rumah Tangga
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini dapat diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar ini.
(2) Anggaran Rumah Tangga ditetapkan oleh Rapat Umum Nasional.
BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 25
Syarat Perubahan
(1) Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah di dalam, dan sudah harus diacarakan dalam
Rapat Umum Nasional, atau dalam Rapat Umum Nasional Istimewa yang diselenggarakan
untuk keperluan tersebut;
(2) Rancangan usul perubahan ditetapkan dalam rapat DPP atau diusulkan oleh sekurangkurangnya ½ (setengah) jumlah DPD;
(3) Keputusan diambil melalui permufakatan atau jika sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga)
dari jumlah hak suara peserta penuh yang hadir dalam Rapat Umum Nasional menyetujui
usul perubahan Anggaran Dasar tersebut pada waktu pemungutan suara yang dilakukan
khusus untuk itu.
BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 26
Syarat Pembubaran
(1) Pembubaran HPJI hanya dapat diputuskan dalam Rapat Umum Nasional lstimewa yang
khusus diadakan untuk maksud tersebut atas usul tertulis oleh sekurang-kurangnya 2/3
(dua pertiga) jumlah DPD dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari
seluruh jumlah utusan daerah peserta penuh yang ditetapkan DPD.
(2) Keputusan pembubaran diambil jika sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah
hak suara utusan daerah peserta penuh yang hadir menyetujui ditetapkannya pembubaran
HPJI pada waktu pemungutan suara yang dilakukan khusus untuk itu.
BAB XI
PENUTUP
Pasal 27
Aturan Peralihan
Penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sebagai akibat adanya perubahan Anggaran
Dasar ini harus diselesaikan DPP dan DPD selambat-lambatnya 365 (tiga ratus enam puluh
lima) hari kalender setelah tanggal ditetapkannya perubahan Anggaran Dasar HPJI.
Anggaran Dasar HPJI disahkan untuk pertama kali dalam Rapat Umum Anggota HPJI ke-1
di Jakarta tanggal 23 Juli 1979 dan perubahan-perubahannya dilakukan :
Pertama
:
dalam Rapat Umum Anggota ke-6 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 30
November 1990;
Kedua : dalam Rapat Umum Anggota ke-8 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
23 Desember 1997;
Ketiga : dalam Rapat Umum Anggota ke-9 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7
Agustus 1998;
Keempat : dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-1 yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 4 Oktober 2000.
Kelima : dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-2 yang diselenggarakan di Denpasar
pada tanggal 17 Juli 2002.
Keenam : dalam Rapat Umum Nasional ke-10 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
6 dan 9 Oktober 2003.
Lampiran 1
Anggaran Dasar Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia
ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA
BAB I
USAHA
Pasal 1
Usaha
(1) Kegiatan usaha yang diatur dalam Anggaran Dasar HPJI diselenggarakan dengan acuan
sebagai berikut :
a.
konferensi teknik jalan, jembatan, terowongan jalan, landasan terbang dan jalan rel
serta lokakarya, simposium, seminar atau pertemuan ilmiah lainnya dapat
diselenggarakan baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun di tingkat internasional;
b.
publikasi diterbitkan secara berkala, berisi tulisan ilmiah serta hasil karya yang berhubungan dengan prasarana transportasi, termasuk tulisan dari anggotanya, berita
organisasi dan ringkasan kertas kerja dari konferensi, lokakarya, simposium, seminar, dan
pertemuan-pertemuan ilmiah lainnya;
c.
sertifikasi profesi diselenggarakan di bidang prasarana transportasi, dalam lingkup
jalan, jembatan, terowongan jalan, landasan terbang dan jalan rel, untuk mendukung
pengakuan atas kompetensi anggota disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan bidang usaha
di tingkat nasional dan internasional.
(2) Selain usaha-usaha yang diuraikan dalam Anggaran Dasar HPJI, kegiatan usaha dapat
pula mencakup :
a.
keikutsertaan pada simposium, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya yang diadakan
oleh himpunan lain, baik di dalam negeri maupun di luar negeri; dan
b.
kunjungan serta kegiatan lainnya yang bermanfaat bagi pengembangan prasarana
transportasi
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
Anggota Biasa
Anggota biasa ialah warga negara Indonesia yang aktif di bidang pengembangan prasarana
transportasi baik yang berkualifikasi profesional maupun yang berkualifikasi terampil.
Pasal 3
Anggota Luar Biasa
Anggota luar biasa ialah :
a.
warga negara Indonesia dan asing yang berminat dalam masalah pengembangan dan
atau pemanfaatan prasarana transportasi
b.
lembaga/institut di dalam dan di luar negeri yang membina ilmu untuk pengembangan
jalan dan atau pemanfaatan prasarana transportasi
c.
badan dan perusahaan asing yang berminat dalam pengembangan dan atau
pemanfaatan prasarana transportasi di Indonesia; dan
d.
badan-badan hukum, perusahaan-perusahaan dan organisasi di Indonesia dengan
kegiatan yang menyangkut masalah pengembangan dan atau pemanfaatan prasarana
transportasi
Pasal 4
Anggota Kehormatan
(1) Anggota kehormatan adalah perorangan baik warga negara Indonesia maupun warga
negara asing yang memiliki perhatian secara konsisten dan memiliki reputasi dalam usaha
pembinaan profesi/keahlian dan/atau pengembangan ilmu di bidang prasarana transportasi;
(2) Yang dapat diangkat menjadi anggota kehormatan adalah :
a. anggota biasa atau anggota luar biasa perorangan yang memenuhi syarat-syarat :
a.
sangat berjasa terhadap perkembangan organisasi HPJI dan/atau usaha pencapaian
tujuan HPJI
b.
telah menjadi anggota HPJI sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun secara berturut-turut
c.
tidak pernah tercela karena melakukan pelanggaran ketentuan-ketentuan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik dan peraturan-peraturan HPJI yang berlaku;
d.
mempunyai kepribadian serta reputasi yang baik di dalam masyarakat luas; dan
e.
bersedia untuk diangkat sebagai anggota kehormatan.
b. bukan anggota yang memenuhi syarat-syarat :
a.
mempunyai perhatian yang sangat besar dan telah berjasa terhadap usaha dan
perkembangan HPJI
b.
mempunyai kepribadian serta reputasi yang baik di dalam masyarakat luas
c.
bersedia untuk diangkat sebagai anggota kehormatan.
Pasal 5
Anggota Mahasiswa
Anggota mahasiswa adalah perorangan warga negara Indonesia yang berstatus mahasiswa
aktif strata satu dan atau diploma di bidang ilmu prasarana transportasi.
Pasal 6
Hak Anggota
(1) Setiap anggota berhak :
a.
menghadiri konferensi, lokakarya, simposium, seminar dan pertemuan yang diadakan
oleh HPJI; dan
b.
memperoleh terbitan dan edaran yang dikeluarkan HPJI.
(2) Setiap anggota berhak untuk mewakili HPJI dalam konferensi, lokakarya, simposium,
seminar dan pertemuan yang diadakan himpunan lain baik di dalam maupun di luar negeri
atas dasar keputusan DPP/DPD.
(3) Setiap anggota biasa dan anggota kehormatan berhak dipilih sebagai anggota DPP dalam
Rapat Umum Nasional dan berhak memilih dan dipilih sebagai anggota DPD dalam Rapat
Umum Daerah; dikecualikan bagi anggota kehormatan warga Negara asing tidak mempunyai
hak dipilih menjadi Ketua Umum DPP/Ketua DPD
(4) Setiap anggota berhak memperoleh perlakuan yang sama dengan anggota lain sesuai
dengan status keanggotaannya.
(5) Setiap anggota berhak memperoleh kartu anggota sesuai ketentuan yang berlaku.
(6) Setiap anggota biasa yang memiliki sertifikat berhak untuk mengajukan permohonan
penambahan klasifikasi dan peningkatan kualifikasi di bidang jalan, jembatan, terowongan
jalan, landasan terbang dan jalan rel.
Pasal 7
Kewajiban Anggota
(1)
a. Setiap anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota mahasiswa berkewajiban membayar
uang pangkal dan uang iuran.
b. Anggota kehormatan dibebaskan dari kewajiban membayar uang pangkal dan uang iuran.
(2) Setiap anggota berkewajiban menjaga kelangsungan hidup organisasi dan mendukung
pencapaian tujuan HPJI, antara lain dengan mengupayakan untuk :
a.
menghadiri Rapat Umum Daerah;
b.
menghadiri konferensi, lokakarya, simposium, seminar, dan pertemuan yang diadakan
oleh HPJI;
c.
membuat kertas kerja dan karya ilmiah tentang pengembangan jalan yang dapat
diterbitkan oleh HPJI;
d.
memberikan kontribusi yang konstruktif untuk HPJI.
Pasal 8
Prosedur Penerimaan Anggota
(1) Permintaan untuk menjadi anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota mahasiswa,
adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Calon anggota harus mengisi formulir pendaftaran yang disediakan untuk maksud itu
dan diajukan kepada DPD.
Calon anggota harus mendapat rekomendasi dari minimum 2 (dua) orang anggota
biasa/anggota kehormatan
Khusus untuk menjadi anggota luar biasa, diperlukan pula pernyataan bahwa calon
menaruh minat dalam pengembangan prasarana transportasi
Khusus untuk anggota mahasiswa dipersyaratkan mendapat rekomendasi dan atau
surat keterangan dari institusi perguruan tinggi tentang status sebagai mahasiswa resmi
dan terdaftar.
Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah formulir pendaftaran diterima, DPD harus
sudah menetapkan dapat diterima atau tidaknya calon anggota tersebut.
Dalam hal calon anggota dapat diterima, maka keputusan DPD tersebut harus
disahkan oleh DPP selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah keputusan DPD diterima
oleh DPP.
DPP/DPD dapat menolak permintaan untuk menjadi anggota, jika calon tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal (2) dan Pasal (3) ART.
(2)
a.
Keputusan pengesahan penerimaan anggota tersebut sudah harus disampaikan oleh
DPD kepada yang bersangkutan secara tertulis selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah
tanggal pengesahan.
b.
Keanggotaan mulai berlaku sejak tanggal dipenuhinya kewajiban pembayaran uang
pangkal dan uang iuran tahun pertama.
3) Setiap anggota perorangan berkewajiban melaporkan perubahan alamat kepada DPD
setempat dan DPD propinsi yang bersangkutan jika alamat baru berada di propinsi lain.
4) Setiap anggota perusahaan berkewajiban melaporkan perubahan data organisasi kepada
DPD setempat.
Pasal 9
Prosedur Pengangkatan Anggota Kehormatan
a.
Pengangkatan anggota kehormatan dilakukan oleh DPP setelah mendapat persetujuan
dari Rapat Umum Daerah atau Rapat Umum Nasional.
b.
Usul pengangkatan anggota kehormatan dilakukan oleh DPP dan/atau DPD di tempat
kedudukan anggota/bukan anggota yang bersangkutan.
c.
Usul pengangkatan tersebut dalam ayat b di atas harus dilengkapai dengan alas analasan yang memenuhi syarat-syarat tersebut dalam pasal 4 ART
Pasal 10
Berakhirnya Keanggotaan
1) Keanggotaan berakhir karena tidak dipenuhinya kewajiban membayar uang iuran selama
2 (dua) tahun secara berturut-turut.
2) Anggota yang hendak berhenti dari HPJI atas permintaan sendiri wajib memberitahukan
secara tertulis kepada DPD sebulan sebelumnya.
3) Keanggotaan mahasiswa berakhir pada saat yang bersangkutan telah menyelesaikan
studinya, atau karena status kemahasiswaanya berakhir oleh sebab lainnya.
4) Dalam hal anggota mahasiswa berakhir karena telah menyelesaikan studinya, yang
bersangkutan berhak untuk menjadi anggota biasa dengan mengajukan permohonan kembali.
Perubahan keanggotaan tersebut tidak mewajibkan yang bersangkutan untuk membayar uang
pangkal.
BAB III
PENGHARGAAN DAN SANKSI
Pasal 11
Tanda Penghargaan
(1) Penghargaan berbentuk Anugerah HPJI dapat diberikan kepada perorangan yang
memiliki prestasi luar biasa di bidang prasarana transportasi. Syarat-syarat dan ketentuan
mengenai pemberian Anugerah HPJI ini beserta calon penerimanya, disusun oleh DPP,
diajukan dalam Rapat Umum Nasional untuk mendapatkan pertimbangan, persetujuan dan
pengesahan.
(2) Penghargaan berbentuk pengangkatan sebagai anggota kehormatan diberikan kepada
perorangan yang memnuhi syarat seperti diatur dalam Anggaran Rumah Tangga pasal 4 dan
pasal 9
(3) Penghargaan HPJI dapat diberikan kepada perorangan atau institusi atau badan usaha
yang telah berhasil menyelenggarakan program HPJI dengan memuaskan. Penetapan
penerima penghargaan ditetapkan secara musyawarah berdasarkan pencapaian program kerja
yang dilaksanakan baik ditingkat DPD maupun DPP, dan disahkan oleh DPP.
Pasal 12
Sanksi Organisasi
(1) Apabila anggota tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur Pasal 10 Anggaran
Dasar dan Pasal 6 Anggaran Rumah Tangga dapat dikenakan sanksi organisasi berupa :
a.
teguran tertulis maksimum 3 (tiga) kali;
b.
pembekuan status keanggotaan;
c.
pemberhentian status keanggotaan; atau
d.
pencabutan Sertifikat Profesi.
(2) Sebelum menetapkan sanksi organisasi, Majelis Kehormatan HPJI harus mendengar
terlebih dahulu pembelaan dari anggota yang dimaksud dan keterangan dari pihak-pihak lain.
(3) Keputusan sanksi organisasi tentang pelanggaran Kode Etik dilaksanakan oleh DPP
setelah ditetapkan oleh Majelis Kehormatan HPJI.
BAB IV
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 13
Pengiriman Undangan Rapat Umum Nasional
(1) Undangan untuk Rapat Umum Nasional harus disampaikan kepada utusan daerah
peserta penuh melalui DPD secara tertulis sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum
rapat diselenggarakan dan harus memuat keterangan tentang waktu, tempat dan acara rapat.
(2) Dalam keadaan mendesak, DPP dapat mengirimkan undangan selambat-lambatnya 1
(satu) minggu sebelum diselenggarakan rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Utusan daerah yang berhalangan hadir pada Rapat Umum Nasional dapat memberikan
kuasa hak suaranya secara tertulis kepada utusan lain dari daerah yang sama.
Pasal 14
Pengiriman Undangan Rapat Umum Daerah
(1) Undangan untuk Rapat Umum Daerah harus disampaikan kepada anggota biasa secara
tertulis sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum rapat diselenggarakan dan harus
memuat keterangan tentang waktu, tempat dan acara rapat.
(2) Dalam keadaan mendesak, DPD dapat mengirimkan undangan selambat-lambatnya 1
(satu) minggu sebelum diselenggarakan rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Anggota yang berhalangan hadir pada Rapat Umum Daerah dapat memberikan kuasa hak
suaranya secara tertulis kepada anggota lainnya yang bukan anggota DPD.
Pasal 15
Rapat Kerja
(1) Rapat Kerja Nasional berfungsi memberikan rekomendasi dan masukan-masukan kepada
DPP serta merupakan forum komunikasi antara DPP dan DPD.
(2) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh ketua umum DPP, para ketua DPD serta para anggota
DPP dan peserta peninjau lain yang ditetapkan oleh DPP.
(3) Rapat Kerja Nasional diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa
bakti kepengurusan.
(4) Rapat Kerja Nasional memberikan rekomendasi kepada DPP tentang :
a.
langkah-langkah yang perlu diambil yang berkaitan dengan pelaksanaan Garis Besar
Kebijakan dan Program HPJI; dan
b.
masalah-masalah lain yang dipandang perlu.
(5) Rapat Kerja Nasional adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah DPD.
(6) Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh ketua DPD, para anggota DPD, para anggota HPJI di
daerah yang bersangkutan dan undangan yang ditetapkan oleh DPD.
(7) Rapat Kerja Daerah diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa bakti
kepengurusan untuk :
a.
b.
membahas perkembangan organisasi di tingkat daerah;
menyusun usulan dan saran mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingan
organisasi guna diajukan kepada DPP.
(8) Rapat Kerja Daerah adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota
biasa di daerah tersebut.
Pasal 16
Hak dan Kewenangan Pengurus
(1) Ketua Umum/Sekretaris Umum DPP atau Ketua/Sekretaris DPD secara bersama-sama
berhak untuk mewakili dan mengikat HPJI baik di dalam maupun di luar pengadilan dan
berwewenang melakukan segala perbuatan pemilikan dan segala perbuatan pengurusan untuk
dan atas nama HPJI.
(2) Hak-hak yang dimaksud dalam ayat (1) dibatasi oleh tindakan-tindakan yang
memerlukan pengesahan terlebih dahulu dari rapat DPP/ DPD yaitu dalam hal-hal sebagai
berikut :
a.
Mendapatkan atau melepaskan barang yang tak bergerak dan atau hak-hak atas tanah
dan bangunan-bangunan.
b.
Meminjamkan uang atas nama HPJI senilai Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah)
atau lebih.
c.
Menggadaikan atau rnempertanggungkan dengan cara lain kekayaan HPJI.
d.
Mengikat HPJI sebagai penjamin (borg atau avalis).
e.
Mendirikan/ikut mengambil bagian dan/atau menyelenggarakan perusahaan atau
badan hukum lain.
Pasal 17
Tata Kerja Kepengurusan
Tata kerja kepengurusan ditetapkan oleh DPP/DPD, berisikan :
a.
b.
c.
Uraian tugas dan tanggung jawab setiap anggota Dewan Pengurus.
Baku kinerja setiap anggota Dewan Pengurus.
Sanksi bagi anggota Dewan Pengurus yang tidak dapat memenuhi baku kinerja dan
prosedur pengenaan sanksi.
Pasal 18
Kewajiban Penyusunan Anggaran Tahunan Pendapatan dan Belanja
(1) DPP dan DPD berkewajiban menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahunan HPJI
selama masa bakti.
(2) Anggaran tahun pertama harus sudah selesai selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
terhitung tanggal ditetapkannya DPP/DPD.
Pasal 19
Rapat dan Pimpinan Rapat Dewan Pengurus
(1) Rapat-rapat DPP maupun DPD membicarakan segala sesuatu yang menjadi tugas,
kewajiban dan tanggung-jawab DPP/DPD.
(2) Rapat DPP dipimpin oleh Ketua Umum dan apabila Ketua Umum berhalangan hadir rapat
dipimpin oleh salah seorang yang ditunjuk dari antara Ketua.
(3) Rapat DPP adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota DPP.
(4) Rapat DPD dipimpin oleh Ketua dan apabila Ketua berhalangan, rapat dipimpin oleh
salah seorang yang ditunjuk dari antara pengurus DPD yang hadir.
(5) Rapat DPD adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota DPD
Pasal 20
Berakhirnya Keanggotaan DPP dan DPD
(1) Keanggotaan DPP dan DPD berakhir oleh karena :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
berhenti sebagai anggota HPJI;
atas permintaan sendiri;
meninggal dunia;
diberhentikan dengan hormat;
diberhentikan tidak dengan hormat; atau
berakhirnya masa bakti DPP/DPD yang bersangkutan.
(2) Seorang anggota DPP/DPD dapat dibebaskan sementara dari tugasnya oleh rapat
DPP/DPD, disebabkan karena :
a.
berhalangan karena sakit atau karena tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya;
atau
b.
melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga atau tindakan-tindakan lainnya yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Pembebasan tugas yang disebabkan hal-hal sebagai tersebut ayat (2) huruf b. berlaku
paling lama 3 (tiga) bulan.
Pasal 21
Penggantian Anggota Dewan Pengurus
(1) Penggantian anggota pengurus DPP/DPD yang berakhir karena sebagaimana tersebut
dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 20 huruf a, b, c, d dan e dilaksanakan melalui rapat
DPP/DPD.
(2) Penggantian anggota DPP/DPD sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) tidak perlu
disahkan melalui Rapat Umum Nasional/Daerah.
Pasal 22
Kuorum Rapat Perangkat Organisasi
(1) Bilamana rapat perangkat organisasi tidak memenuhi kuorum sebagaimana diatur dalam
ketentuan Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (8) dan Pasal 15 Ayat (8) dan Anggaran Rumah
Tangga Pasal 15 Ayat (5) dan (8) serta Pasal 19 Ayat (3) dan (5), maka rapat tersebut ditunda
setiap 20 (dua puluh) menit dengan waktu penundaan paling lama 60 (enam puluh) menit.
(2) Sesudah penundaan 60 menit kuorum belum juga tercapai, maka rapat dapat terus
diselenggarakan dan segala ketetapan yang diambil adalah sah.
Pasal 23
Keputusan Rapat Perangkat Organisasi
Keputusan rapat perangkat organisasi diambil :
a.
b.
Dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Apabila kata sepakat sebagaimana dimaksud dalam butir (a) tidak dapat dicapai, maka
keputusan diambil atas dasar jumlah suara terbanyak di antara peserta rapat yang hadir
dan memiliki hak suara dalam rapat tersebut.
BAB V
PERBENDAHARAAN
Pasal 24
Usaha Pengumpulan Dana
Untuk maksud tertentu DPP/DPD dapat mengadakan usaha-usaha untuk pengumpulan dana
yang sah dan tidak bertentangan dengan azas dan tujuan HPJI.
BAB VI
PERATURAN TAMBAHAN
Pasal 25
Peraturan DPP/DPD
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga
dapat diatur dalam peraturan-peraturan DPP/DPD.
(2) Peraturan-peraturan tersebut Ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan ketentuanketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
BAB VII
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 26
Syarat Perubahan
(1) Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diubah di dalam , dan sudah harus diacarakan
dalam Rapat Umum Nasional, atau dalam apat Umum Nasional Istimewa yang
diselenggarakan untuk keperluan tersebut.
(2) Rancangan usul perubahan ditetapkan dalam rapat DPP atau diusulkan oleh sekurangkurangnya ½ (setengah) jumlah DPD.
(3) Keputusan diambil melalui permufakatan atau jika sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga)
dari jumlah hak suara peserta penuh yang hadir dalam Rapat Umum Nasional menyetujui
usul perubahan Anggaran Rumah Tangga tersebut pada waktu pemungutan suara yang
dilakukan khusus untuk itu.
BAB VIII
PENUTUP
Pasal 27
Aturan Peralihan
(1) Penyesuaian dan perubahan yang d