PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA GLO

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DI
INDONESIA, GLOBALISASI DAN EKONOMI
KREATIF
Faktor Penyebab Keberagaman Budaya di Indonesia
Keberagaman budaya terbentuk bukan dengan sendirinya. Faktor utama
pembentuk keberagaman adalah manusia yang memiliki kebudayaan tersebut. Selain
itu masih ada faktor lain. Berikut ini Faktor Penyebab Keberagaman Budaya di
Indonesia yaitu sebagai berikut.
1. Faktor Historis atau Sejarah
Dalam pelajaran sejarah, kita telah mengetahui bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia sekarang ini berasal dari Yunan, yaitu suatu wilayah di Cina bagian selatan
yang pindah ke pulau-pulau di Nusantara. Perpindahan ini terjadi secara bertahap
dalam waktu dan jalur yang berbeda. Ada kelompok mengambil jalur barat melalui
selat Malaka menuju pulau Sumatra dan Jawa. Adapun kelompok lainnya mengambil
jalan ke arah timur, yaitu melalui kepulauan Formosa atau Taiwan, di sebelah selatan
Jepang, menuju Filipina dan kemudian meneruskan perjalanan ke Kalimantan. Dari
Kalmantan ada yang pindah ke Jawa dan sebagian lagi ke pulau Sulawesi.
Selain itu Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah terutama dalam hal rempah-rempah sehingga banya negara-negara asing
ingin menjajah, seperti Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perbedaan jalur
perjalanan, proses adaptasi di beberapa tempat persinggahan yang berbeda, serta

perbedaan pengalaman dan pengetahuan itulah yang menyebabkan timbulnya
pperbedaan suku bangsa dengan budaya yang beranekaragam di Indonesia.
2. Faktor Pengaruh Keterbukaan Terhadap Kebudayaan Asing

1
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

Globalisasi merupakan proses penting dalam penyebaran budaya dalam
masyarakat dunia terutama Indonesia dengan sistem demokrasinya menjadikan
negara ini merupakan negara yang terbuka. Dengan keterbukaan tersebut, masyarakat
mudah menerima budaya yang datang dari luar meski sering terjadi benturan budaya
asing dengan budaya lokal. Masuknya budaya asing inilah salah satu faktor
memperkaya budaya dan membuat masyarakat menjadi masyarakat multikultural.
Bangsa Indonesia adalah contoh bangsa yang terbuka. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya pengaruh asing dalam membentuk keanekaragaman masyarakat di seluruh
wilayah Indonesia.
Pengaruh asing pertama yang mewarnai sejarah kebudayaan Indonesia adalah
ketika orang-orang India, Cina, dan Arab mendatangi wilayah Indonesia, disusul oleh
kedatangan bangsa Eropa. Bangsa-bangsa tersebut datang membawa kebudayaan
yang beragam. Daerah-daerah yang relatif terbuka, khususnya daerah pesisir, paling

cepat mengalami perubahan. Dengan semakin baiknya sarana dan prasarana
transportasi, hubungan antarkelompok masyarakat semakin intensif dan semakin
sering pula mereka melakukan pembaruan. Adapun daerah yang terletak jauh dari
pantai umumnya hanya terpengaruh sedikit sehingga berkembang corak budaya yang
khas pula.
3. Faktor Geografis
Indonesia juga memiliki letak geografis yang strategis yaitu diantara dua
benua dan dua samudra sehingga Indonesia dijadikan sebagai jalur perdagangan
internasional. Oleh karena sebagai jalur perdagangan, banyak negara-negara asing
datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang, seperti Cina, India, Arab, dan negaranegara Eropa. Selain itu, Indonesia adalah negara yang terdiri dari pulau-pulau yang
satu sama lain dihubungkan oleh laut dangkal yang sangat potensial. Selain itu,
bentuk pulau-pulau itu memperlihatkan relief yang beraneka ragam. Perbedaanperbedaan lainnya menyangkut curah hujan, suhu dan kelembaban udara, jenis tanah,
serta flora dan fauna yang berkembang di atasnya.

2
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

Perbedaan-perbedaan kondisi geografis ini telah melahirkan berbagai suku
bangsa, terutama yang berkaitan dengan pola kegiatan ekonomi mereka dan
perwujudan kebudayaan yang dihasilkan untuk mendukung kegiatan ekonomi

tersebut, misalnya nelayan, pertanian, kehutanan, perdagangan, dan lain-lain.
4. Faktor Fisik dan Geologis
Kalau dilihat dari struktur geologis, Indonesia terletak di antara tiga lempeng
yang berbeda yaitu Asia, Australia, dan Pasifik. Kondisi ini menjadikan Indonesia
menjadi negara berpulau-pulau dan memiliki beberapa tipe geologi, seperti tipe
Asiatis, tipe peralihan, dan tipe Australis. Dengan berpulau-pulau, kehidupan
masyarakat setiap pulau berbeda-beda sesuai dengan kondisi pulaunya. Masyarakat
yang berada di pulau kecil akan mengalami kesulitan sumber daya alam dan pulau
besar memiliki sumber daya alam yang banyak. Hal ini membuat budaya setiap pulau
berbeda pula.
5. Faktor Iklim yang Berbeda
Selain memiliki berbagai pulau di Indonesia yang memengaruhi kebudayaan
masyarakat, iklim juga sangat memengaruhi kebudayaan di Indonesia. Orang yang
berada di daerah pegunungan dengan iklim sejuk membentuk kebudayaan msayarakat
yang ramah. Adapun orang yang berada di tepi pantai yang memiliki iklim panas
membentuk kontrol emosi seseorang lebih cepat marah.

Dampak Keragaman Budaya di Indonesia
Keragaman budaya dalam ilmu Antropologi dinamakan sebagai diversitas.
Negara dengan keanekaragaman budaya seperti Indonesia jika ditanggapi dengan

sikap memandang perbedaan, dapat menimbulkan dampak negatif. Sebaliknya, bila
keanekaragaman tersebut dikelola dengan semestinya, akan menjadi kekuatan
tersendiri.
Di dalam keberagaman budaya sebenarnya terkandung potensi disintegrasi,
konflik, dan separatisme sebagai dampak dari negara kesatuan yang bersifat

3
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

multietnik dan struktur masyarakat Indonesia yang majemuk dan plural. Menurut
David Lockwood konsensus dan konflik merupakan dua sisi mata uang karena
konsensus dan konflik adalah dua gejala yang melekat secara bersama-sama di dalam
masyarakat. Menurut Samuel Huntington, Indonesia adalah negara yang mempunyai
potensi disintegrasi paling besar setelah Yugoslavia dan Uni Soviet pada akhir abad
ke-20.
Menurut Clifford Geertz apabila bangsa Indonesia tidak mampu mengelola
keanekaragaman etnik, budaya, dan solidaritas etniknya maka Indonesia akan
berpotensi pecah menjadi negara-negara kecil. Misalnya, potensi disintegrasi akibat
gerakan Organisasi Papua Merdeka yang menginginkan kemerdekaan Provinsi Papua
dari Indonesia.

Pola kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi dua.
Pertama, diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan adat istiadat (custom
differentiation) karena adanya perbedaan etnik, budaya, agama, dan bahasa. Kedua,
diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan struktural (structural differentiation)
yang disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan untuk mengakses potensi
ekonomi dan politik antar etnik yang menyebabkan kesenjangan sosial antar etnik.
Namun, kemajemukan masyarakat tidak selalu menunjukkan sisi negatif saja.
Pada satu sisi kemajemukan budaya masyarakat menyimpan kekayaaan budaya dan
khazanah tentang kehidupan bersama yang harmonis apabila integrasi masyarakat
berjalan dengan baik. Selain itu, keberagaman budaya juga bisa menarik banyak turis
ke Indonesia sehingga devisa negara bertambah.
Keberagaman budaya juga akan Membentuk Masyarakat yang Toleran.
Keberagaman budaya dalam setiap daerah tentu memiliki berbagai macam perbedaan.
Karena berada di satu atap yang sama yaitu NKRI, mau tidak mau masyarakatnya
berkewajiban untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan dalam perbedaan. Hal ini
menjadi lumrah bagi warga Indonesia karena sudah terbiasa dengan kehadiran suku
bangsa lain yang tinggal menetap di daerah yang bukan asalnya. Interaksi masyarakat
yang toleran tentu merupakan bentuk hubungan sosial yang dapat dengan mudah
terbentuk dengan sendirinya.


4
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

Pada sisi lain, kemajemukan selalu menyimpan dan menyebabkan terjadinya
potensi konflik antaretnik yang bersifat laten (tidak disadari) maupun manifes (nyata)
yang disebabkan oleh adanya sikap etnosentrisme, primordialisme, dan kesenjangan
sosial.
Pola etnopolitic conflict dapat terjadi dalam dua dimensi, yaitu pertama,
konflik di dalam tingkatan ideologi. Konflik ini terwujud dalam bentuk konflik antara
sistem nilai yang dianut oleh pendukung suatu etnik serta menjadi ideologi dari
kesatuan sosial. Kedua, konflik yang terjadi dalam tingkatan politik. Konflik ini
terjadi dalam bentuk pertentangan dalam pembagian akses politik dan ekonomi yang
terbatas dalam masyarakat.
Perbedaan kesejarahan, geografis, pengetahuan, ekonomi, peranan politik, dan
kemampuan untuk mengembangkan potensi kebudayaannya sesuai dengan kaidah
yang dimiliki secara optimal sering menimbulkan dominasi etnik dalam struktur
sosial maupun struktur politik, baik dalam tingkat lokal maupun nasional. Dominasi
etnik tersebut pada akhirnya melahirkan kebudayaan dominan (dominant culture) dan
kebudayaan tidak dominan (inferior culture) yang akan melahirkan konflik antaretnik
yang berkepanjangan.

Dominasi

etnik

dan

kebudayaan

dalam

suatu

masyarakat

apabila

dimanfaatkan untuk kepentingan golongan selalu melahirkan konflik yang bersifat
horizontal dan vertikal. Ciri khas masyarakat majemuk seperti keanekaragaman suku
bangsa telah menghasilkan adanya potensi konflik antarsuku bangsa dan antara
pemerintah dengan suatu masyarakat suku bangsa. Potensi-potensi konflik tersebut

merupakan permasalahan yang ada seiring dengan sifat suku bangsa yang majemuk.
Selain itu, pembangunan yang berjalan selama ini menimbulkan dampak berupa
terjadinya ketimpangan regional (antara Pulau Jawa dengan luar Jawa), sektoral
(antara sektor industri dengan sektor pertanian), antar ras (antara pribumi dan
nonpribumi), dan antarlapisan (antara golongan kaya dengan golongan miskin).



Pengaruh Positif Keragaman Budaya di Indonesia

5
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

1) Kenekaragaman kebudayaan sangat menarik dan dapat dijadikan sebagai
objek pariwisata.
2) Keanekaragaman

budaya

daerah


dapat

membantu

meningkatkan

pengembangan budaya yang ada pada tingkat nasional.
3) Meningkatnya ilmu etnografi secara signifikan di Indonesia.
4) Tertanamnya sikap ntuk saling menghormati dan menghargai antar suku yang
berbeda.
5) Munculnya kesadaran untuk melakukan kerjasama antar daerah dan antar
budaya yang menumbuhkan kesadaran nasional.



Pengaruh Negatif Keragaman Budaya di Indonesia

1) Adanya pandangan stereotif atau gambaran subjektif terhadap ciri-ciri suku
bangsa lain.

2) Timbul kecurigaan antar suku bangsa.
3) Adanya potensi konflik antarsuku dan hambatan pergaulan antarsuku karena
perbedaan SARA, bahasa dan juga kebudayaan.
4) Banyaknya suku bangsa yang ingin menerapkan hukum adatnya.

Manfaat Keragaman Budaya
Budaya Indonesia, negara di Asia Tenggara yang disebut negara kepulauan
paling besar didunia. Masyarakat Indonesia termasuk juga berbentuk heterogen serta
mempunyai budaya yang beragam macam. Keberagaman budaya di Indonesia juga di
pengaruhi oleh keadaan geografis yang ada. Dengan jumlah masyarakat yang
menjangkau sekitaran 200 juta orang lebih, masyarakat Indonesia menyebar di
semasing pulau serta memiliki keunikan budayanya sendiri. Warisan budaya yang
berkembang di Indonesia, datang dari beragam jenis etnis, suku, serta bhs di beberapa
daerah yang menebar di tanah nusantara.
Keberagaman budaya yang dipunyai oleh negara Indonesia, jadi jati diri
bangsa. Bangsa Indonesia di kenal jadi bangsa yang unik, karna dapat hidup rukun

6
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi


dalam satu negara yang terbagi dalam beragam budaya. Banyak faedah yang didapat
dari sini, salah satunya :
1. Menumbuhkan sikap nasionalisme
Ketidaksamaan budaya yang ada juga akan membuat rasa cinta tanah air,
karna keanekaragam budaya yaitu satu kekayaan yang dipunyai satu bangsa.
Bukan sekedar hasil tambang, komoditi export yang memengaruhi pendapatan
negara. Aspek budaya juga jadi daya tarik serta kekayaan yang dapat dipunyai
satu bangsa. Budaya mengajarkan kita juga akan nilai-nilai leluhur yang
mempunyai kekhasan serta manfaatnya semasing.
Saat kita melihat kalau keanekaragaman budaya yaitu satu kekayaan, jadi
dengan sendirinya kita juga akan berupaya melindungi kekayaan kita itu. Hingga
rasa nasionalisme, sikap mempunyai serta menghormati kekayaan bangsa juga
akan muncul didalam diri.
2. Jati diri bangsa di mata internasional
Dengan kemajemukan budaya yang ada dapat jadi jati diri diri satu bangsa.
Kita ketahui kalau bangsa australia yaitu bangsa aborogin, hal tersebut yaitu satu
diantara jati diri negara australian di mata dunia. Kita ketahui kalau alat musik
gitar akustik yaitu ciri musik latin dari Amerika selatan. Itu juga dapat jadi
keunikan satu bangsa.
Oleh karenanya, faedah keberagaman budaya Indonesia ini membuat
indonesia mempunyai banyak artefak budaya yang dapat memperkenalkan negara
kita pada dunia internasional. Dengan keanekaragam budaya juga pastinya
melahirkan beragam jenis inspirasi yang bermanfaat untuk pembangunan bangsa
serta negara.
3. Alat pemersatu bangsa
Dengan memiliki beragam bhs daerah, tidak mengakibatkan bangsa Indonesia
terpecah iris tetapi malah menaikkan kekayaan perbendaharaan bhs. Karna

7
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

kekhasan ini yaitu kekayaan yang mana tak ada negara beda yang mempunyai
keanekaragaman budaya seperti Indonesia. Bhineka Tunggal Ika yaitu lambang
kerukunan yang berada di Indonesia serta begitu menarik di mata dunia.
4. Jadi ikon pariwisata
Dengan melestarikan keberagaman budaya yang ada, bisa jadi magnet dalam
bagian pariwisata. Peninggalan waktu dulu mual dari bangunan, tarian, bhs, serta
artefak budaya yang lain dapat di sulap jadi object wisata yang dapat
menghadirkan wisatawan yang bukan sekedar domestik tetapi juga wisatawan
asing. Pemakaian di bagian pariwisata ini otomatis bisa tingkatkan devisa negara.
5. Menaikkan Pendapatan Nasional
Hal semacam ini yaitu dampak dari faedah keberagaman budaya dalam bagian
pariwasata bisa menghadirkan wisatawan asing serta domestik. Bila dikelola oleh
negara, jadi object pariwisata itu keuntungannya juga akan masuk ke kas negara.
Oleh karenanya pendapatan kita didalam APBN juga akan jadi bertambah serta
dapat dipakai untuk pembangunan bangsa.
6. Memupuk sikap toleransi
Banyak sekali lagi faedah yang bisa kita rasakan dari keberagaman budaya di
Indonesia. Dengan terdapatnya multikulturalisme (macam budaya), diinginkan
mempertebal sikap toleransi serta rasa tolong membantu dan nasionalisme kita.
7. Sumber pengetahuan untuk dunia
Budaya yaitu nilai-nilai yang dipunyai satu orang-orang serta dilembagakan
dalam satu bentuk artefak budaya yang dapat di nikmati oleh orang-orang serta
generasi penerusnya. Dengan artefak budaya kita juga akan mengetahui nilai-nilai
orang-orang di waktu kemarin. Hal semacam ini begitu perlu untuk jadikan
sumber pengetahuan. Untuk sejarawan serta budayawan, artefak budaya sangat

8
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

perlu serta mesti dilestarikan. Karna satu artefak budaya dari waktu dulu dapat
jadi sumber info bernilai.

Sejarah Asal Mula Keragaman Budaya di Indonesia
Asal-muasal bangsa Indonesia bermula pada saat periode zaman es akhir
(20.000 – 14.000 tahun yang lalu), ketika pada jaman es, samudera di sekitar kutub
membeku, sehingga mengakibatkan volume air di wilayah khatulistiwa berkurang.
Akibatnya, laut wilayah Indonesia jatuh hingga 135 meter dengan laju penurunan 7-9
mm per tahun. Sumatera, Jawa, dan Kalimantan menyatu menjadi satu daratan yang
terhubung

langsung

dengan

benua

Asia.

Daratan

ini

disebut

sebagai

Dangkalan/Paparan Sunda. Hal yang sama terjadi di wilayah timur tepatnya di Nusa
Tenggara. Laut di wilayah mereka jatuh dan membuat wilayah ini menyatu dengan
Australia membentuk apa yang disebut sebagai Paparan Sahul.
Di sebelah barat dan selatan paparan Sunda dibatasi oleh rangkaian
pegunungan berapi yang membentang dari Sumatera hingga Jawa. Laut Jawa dan
Selat Karimata yang mengering berubah menjadi padang rumput terbuka, dataran
banjir, dan rawa-rawa. Hutan yang ada tidak terlalu lebat karena iklim cenderung
kering akibat penumpukan es yang besar di belahan utara dan selatan Bumi.
Papapan Sunda adalah sebuah daratan yang luas. Sungai-sungai begitu
panjang. Sungai Kapuas dan sungai Musi misalnya, bermuara di Laut China Selatan,
jauh di utara dekat Vietnam sana. Sementara itu, sungai-sungai dari Jawa dan
Kalimantan Tengah dan Selatan bermuara di Laut Flores. Di bagian muara ke Laut
Flores, sungai muncul berliku-liku karena platform yang penuh rawa. Wilayah ini
penuh dengan reptil seperti ular dan buaya sehingga kemungkinan besar tidak dihuni
manusia.
Manusia menghuni wilayah Paparan Sunda yang ada dalam segitiga
Sumatera-Jawa-Kalimantan. Masyarakat ini berasal dari daratan benua Asia, masuk
lewat Thailand atau Semenanjung Malaya. Mereka menghuni wilayah khususnya di
tepian sungai besar. Di sini mereka berburu mamalia, burung, dan ikan dengan alatalat sederhana seperti tombak kayu dan sebagainya yang termasuk barang-barang dari

9
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

kayu atau batu yang tidak terlalu keras. Hal ini disebabkan sumber utama batu yang
umumdigunakan dalam peradaban zaman batu seperti batu untuk bahan dasar kapak,
parang, dan mata panah terdapat hanya di satu titik yaitu di daerah Bangka Belitung.
Masyarakat ini disebut masyarakat Austro-Melanesia dan telah hidup di
wilayah ini bahkan sebelum zaman es terjadi. Masyarakat Austro-Melanesia ini telah
tinggal setidaknya sejak 35 ribu tahun lalu. Jadi leluhur orang Indonesia yang pertama
dapat dipandang berasal dari masyarakat Austro-Melanesia ini. Karena udara yang
kering dan banyaknya padang rumput, kebakaran hutan kerap terjadi. Wilayah
Kalimantan merupakan wilayah yang paling sering mendapat kebakaran hutan dan
Masyarakat Austro-Melanesia yang tinggal di Kalimantan Timur terdorong untuk
mengungsi menyeberang ke Sulawesi, tepatnya di Tonasa dan Kapposang.
Ketika zaman es berakhir (14.000-6.000 tahun yang lalu), kutub kembali
mencair dan air kembali memenuhi lautan yang kering. Air laut memasuki Paparan
Sunda dan memisahkan Kalimantan dengan Sumatera dan Jawa yang masih menyatu
dan akhirnya terpisah oleh Selat Sunda. Masyarakat Austro-Melanesia yang tinggal di
paparan terpaksa menyebar ke dalam tiga arah. Ke Sumatera di barat mereka menjadi
leluhur Batak dan Minang. Ke Jawa di selatan mereka menjadi leluhur orang Sunda
dan Jawa. Ke Kalimantan di timur, mereka menjadi leluhur orang Dayak. Mereka
masuk ke pulau-pulau baru ini lewat sungai-sungai besar. Mereka pada umumnya
tinggal di gua-gua besar di pegunungan seperti di wilayah Bandung, Yogyakarta, dan
Kalimantan Timur. Ketika jumlah populasi telah besar, gua tidak cukup menampung,
dan mereka menyebar ke sekeliling. Indonesia dipenuhi hutan lebat karena masuknya
nutrisi dari kutub dan berubahnya iklim menjadi lebih hangat.
Pada saat zaman es berakhir, sekelompok masyarakat pelaut dari Yunan, Cina
Selatan datang ke Indonesia. Dikatakan masyarakat pelaut karena mereka datang
dengan melindasi perairan selat antara Yunan, Cina Selatan (Taiwan), kepulauan
Philipina, dan Laut Sulawesi. Mereka datang ke Indonesia dalam tiga aliran.
Aliran pertama berpisah di Pulau Palawan Philipina mengambil jalur ke Sabah
di Kalimantan. Mereka berasimilasi dengan masyarakat Austro-Melanesia yang telah
ada lebih dahulu sehingga masyarakat Dayak yang ada sekarang dapat dipandang

10
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

sebagai campuran antara Austro-Melanesia dan orang pelaut ini. Gelombang kedua
berpisah dengan aliran ketiga di wilayah Sangir Talaud. Dari Mindanau mereka
menyeberang ke Sangir Talaud lalu mengambil dua arah. Arah pertama menuju ke
Sulawesi Utara terus ke selatan memenuhi seluruh Sulawesi seperti Buton dan Bugis.
Masyarakat pelaut yang mencapai wilayah Sulawesi Selatan berasimilasi dengan
penduduk Austro-Melanesia yang telah lebih dahulu hadir dari Kalimantan. Mereka
dapat dipandang sebagai leluhur Bugis. Karena konflik, kompetisi, atau letusan
gunung, mereka meneruskan perjalanan dari Sulawesi menuju Takabonerate,
menyeberangi Laut Flores, dan tiba di Nusa Tenggara, tepatnya di Flores. Flores
merupakan wilayah yang sering diterjang tsunami dan kemungkinan ini pula yang
mendorong mereka untuk menyeberang lebih jauh ke selatan yaitu ke Pulau Sumba
dan ke Timor.
Arah kedua menyeberang ke Halmahera menuju ke Papua. Mereka pertama
mendarat di wilayah Papua Utara. Papua Utara dan Selatan dihalangi oleh
Pegunungan Jayawijaya yang tinggi dan tertutup salju. Seiring semakin
menghangatnya iklim, salju tertarik menuju puncak dan jalan lembah menuju ke
selatan terbuka. Mereka sebagian menyeberang ke selatan dan memenuhi Papua
Selatan. Menariknya catatan prasejarah mengenai penemuan cara membuat api
ditemukan di Danau Hogayaku, Papua dan berasal dari 14 ribu tahun yang lalu.
Pada zaman resen (6.000 tahun yang lalu – sekarang), seluruh pulau besar di
Indonesia relatif telah berpenghuni. Masyarakat pelaut dan Austro-Melanesia telah
berasimilasi sehingga membentuk berbagai kebudayaan unik di seluruh penjuru
Nusantara. Penyebaran ini didukung oleh teknologi pelayaran yang baik. Sebagian
dari masyarakat pelaut menyebar hingga ke Australia dan berasimilasi dengan
penduduk Aborigin yang telah tinggal lama di sana, mungkin juga berasal dari
Austro-Melanesia. Mereka juga menyebar ke Selandia Baru dan mungkin menjadi
leluhur orang Maori. Ke barat, mereka menyeberang hingga ke Afrika Timur. Di
Madagaskar misalnya, ditemukan bahasa yang memiliki kemiripan dengan bahasa
daerah salah satu etnik Dayak di Kalimantan. Diduga masyarakat Dayak telah
menyebar dan mengkoloni Madagaskar sejak abad ketiga sebelum masehi.

11
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

Masyarakat Dayak yang tinggal di pesisir Kalimantan (barat dan utara) pada
masa 1500 tahun lalu menjadi leluhur orang Melayu di Sumatera dan Semenanjung
Malaya. Mereka menyeberang karena didorong oleh perdagangan dan teknologi
pelayaran yang cukup maju.

Perkembangan Keragaman Budaya di Indonesia Menurut Unsur
Kebudayaan
1. Keberagaman Bahasa
Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia (Australia-Asia).
Gorys Keraf membagi rumpun bahasa ini ke dalam sub – rumpun :


Bahasa



bahasa

Austronesia

Barat

atau

Bahasa



Bahasa

Indonesia/Melayu yang meliputi :
a. Bahasa – bahasa Hesperonesia (Indonesia barat) meliputi: bahasa
Minahasa, Aceh, gayo, Batak, Minangkabau, Melayu, Melayu Tengah,
Lampung, Nias, Mentawai, Jawa, Sunda, Madura, Dayak, Bali Sasak,
Gorontalo, Toraja, Bugis-Makasar, Bima, Manggarai, Sumba, Sabu.
b. Bahasa – bahasa Indonesia Timur yang meliputi : bahasa Timor-Ambon,
Sula Bacan, Halmahera Selatan-Irian Barat.


Bahasa – bahasa Austronesia Timur atau Polinesia yang meliputi :

a. Bahasa – bahasa Melanesia (Melanesia dan Pantai Timur Irian).
Melanesia (dari bahasa Yunani “pulau hitam”) adalah sebuah wilayah yang
memanjang dari Pasifik barat sampai ke Laut Arafura, utara dan timur
laut Australia.
b. Bahasa – bahasa Heonesia (Bahasa Polinesia dan Mokronesia).
2. Sistem Pengetahuan dan Teknologi atau Peralatan Hidup

12
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

Pada masa prasejarah yang berlangsung selama beberapa juta tahun yang lalu
merupakan masa yang terpanjang yang dilalui manusia dalam sejarah kehidupannya.
Keadaan alam yang tidak stabil serta silih berganti dalam bentuk fisik, iklim dan
sebaginya telah dihadapi oleh manusia yang terus mengalami perkembangan akal
budinya.
Tingkat penghidupan yang mula-mula bersifat sangat sederhana itu berangsurangsur mengalami kemajuan sesuai dengan pengalaman yang diperoleh manusia dari
masa ke masa, dapat dilihat dari kemajuan cara mereka membuat alat. Kemajuan
dalam masa kehiduapan manusia yang panjang itu sangat lambat dan memperlihatkan
juga ketergantungan kepada alam lingkungannya. Berikut ini merupakan masa-masa
yang terjadi pada masa prasejarah :
o Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
Corak kehidupan Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana (plestosen) tidak dapat diikuti kembali seluruhnya diberbagai tempat,
kecuali beberapa aspek saja. Terutama segi teknologis masa-masa hidup berburu
tingkat sederhana ini dapat dijangka kembali hasil karya manusia yang tersisa.
Khususnya benda-benda peninggalan yang dibuat dengan batu dalam berbagai
bentuk. Teknologi manusia yang pada tingkat permulaan mengutamakan segi praktis,
sesuai dengan pengguanaan saja. Pada tingkat ini di Indonesia hanya dikenal dua
macam bentuk pokok , yaitu teknik perkakas batu yang disebut tradisi kapak
perimbas, alat serpih dan alat tulang.
Kapak perimbas
Tradisi kapak perimbas di Indonesia ternyata mempunyai persebaran yang
luas dan khusus berkembang ditempat yang banyak mengandung bahan batuan yang
sesuai untuk pembuatannya.
Penelitian terhadap tradisi paleolitik di Indonesia dimulai pada tahun 1935,
(ketika von koenigswald menemukan alat-alat batu di daerah punung (kabupaten
pacitan), didasar kali baksoko. Alat-alat tersebut pada umumnya berbentuk besar,

13
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

massif dan kasar buatanya dengan menggunakan teknik pembenturan, kulit batunya
masih melekat pada permukaan khususnya pada bagian untuk berpegang dan tajaman
yang berliku atau bergerigi. Tradisi kapak perimbas yang ditemukan di punung ini
kemudian dipandang sebagai tingkat perkembangan budaya batu yang terawal di
Indonesia.
Alat serpih
Di dalam konteks perkembangan alat-lat batu tingkat plastosen di Indonesia
sering kali alat serpih ditemukan bersama-sama dengan kapak perimbas. Tradisi alat
serpih menghasilkan perkakas yang berbentuk sederhana dengan memperlihatkan
kerucut pukul yang jelas. Bahan batuan yang umum digunakan adalah beberapa jenis
batuan tufa dan gamping kersikan serta batuan endap. Alat tersebut digunakan
sebagai penggaruk atau serut penusuk dan pisau
Alat tulang
Pembuatan alat tulang pada tingkat plestosen sementara ini hanya diketahui di
ngandong, alat-alat berupa sudip dan mata tombak yang bergerigi pada kedua belah
sisinya. Lat-alat dari tanduk menjangan memperlihatkan bagian yang diruncingkan.
Duri ikan pari di temukan pula dan benda ini mungkin diguanakan sebagai tombak.
o Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Pada Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut (pasca
plestosen) berkembang tiga tradisi pokok pembuatan alat di Indonesia, yaitu tradisi
serpih bilah, tradisi alat tulangdan tradisi kapak genggam Sumatra.
Serpih bilah
Di Indonesia tradisi ini meninjol pada kala pasca plestosen. Teknik pembuatan
alat-alatnya melanjutkan pada masa sebelumnya, tetapi bentuk alat-alatnya tampak
lebih maju dalam berbagai corakuntuk bermacam kegunaan. Kadang-kadang
bentuknya kecil melalui teknik pengerjaan yang rumit. Pemangkasa sekunder, yaitu

14
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

pengerjaan serpih setelah dilepaskan dari batu intinya, seringkali diutamakan menuju
ke bentuk alat-alat yang diperlukan. Bahan batu yang dipakai untuk membuat
diantaranya ialah kalsedon, batu andesit, gamping dan sebagainya.

Kapak genggam Sumatra
Di Indonesia kapak genggam sumatera ditemukan tersebar dipantai timur
Sumatera Utara, beberapa buah kapak genggam Sumatera berbentuk lonjong yang
dikerjakan hanya pada satu sisi beserta kapak pendek.
o Masa bercocok tanam
Masa bercocok tanam amat penting dalam sejarah perkembangan masyakat
dan peradaban di Indonesia, karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa
penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Berbagai macam tumbuhan dan
hewan mulai dipelihara. Cara untuk memanfaatkan hutan belukar denagn menebang
dan embakar pohon-pohon dan belukar mulai diekmbangkan sehinggah karenanya
terciptalah lading-ladangyang meberikan hasil pertanian, meskipun sifatnya masih
sederhana, untuk memenuhi kebutuahn hewani kegiatan berburu dan menagkap ikan
terus dilakukan disamping mata pencahriaan bercocok tanam.
Beliung persegi
Diantara alat-alat batu yang paling menonjol dari masa bercocok tanam di
Indonesia ialah beliung persegi. Pada umumnya beliung ini berbentuk memanjang
dengan penampang lintang persegi, seluruh bagiannya diupam halus-halus, kecuali
pada bagian pangkalnya sebagai tempat ikatan tangkai dan biasanya digunakan untuk
pengerjaan kayu.
Kapak lonjong

15
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

Kapak ini bentuk umumnya lonjong dan dengan pangkal agak runcing dan
melebar pada bagian tajaman. Bagian diasah dari dua arah dan menghasilkan bentuk
tajaman yang simetris. Disinalh bedanya dengan beliung persegi yang tidak memiliko
tajaman simetris. Teknik pembuatanya melalui penyerpihan segumpal batuatau
langsung dari kerakal yang sudah sesuai bentuk,diupam halus setelah permukaan batu
diratakan dengan teknik pemukulan beruntun.
Mata panah
Bentuk mata panah pada umumnya segitiga dengan bagian basis bersayap dan
cekung. Ada pula yang cembung atau kadang-kadang rat tak bersayap. Ukuran
panjang antara 3-6 cm, lebar basis 2-3 cm, dengan ketebalan rata-rata 1 cm. bahanya
dari batu gmaping, seluruh permukaannya dikerjakan dengan amat teliti. Dibagian
ujung dan tajamannya ditatah dari dua arah sehinggah menghasilkan tajaman yang
bergerigi atau berlku dan tajam.
Gerabah
Teknik pembuatan gerabah padamasa ini masih sangat sederhana, segala
sesuatu nya dikerjkan dengan tangan dan teknik tatp batu.
o Masa perundagian
Pada masa ini teknologi pembuatan benda benda jauh lebih tinggih tingkatnya
dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal tersebut mulai dengan penemuan baru
berupa teknik peleburan, pencampuran, penempaan dan pencetakan jenis-jenis
logam.. sebelumtingkat-tingkat teknik itu dikenal, rupanya telah dikenal tembaga dan
emas. Kedua macam logam ini sangat mudah di lebur karena titik leburna tidak
begitu tinggi. Tembaga yang mula-mula ditemukan dapat dibuat jadi benda dalam
berbagai bentuk yang membutuhkan sedikit pengetahuan penuangan. Sesuai dengan
kemajuan pengetahuan, ditemukan antara timah dan tembaga yang ternay
menghasilkan benda-benda yang lebih kuat, bahan campran inilah yang membentuk
perunggu.

16
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

Benda-benda perunggu
Jenis benda perunggu yang dikenal di Indonesia ialah nekara, berbagai jens
kapak, bejana, boneka, perhiasan dan senjata.Teknik pembuatan benda perunggu ada
2 macam yakni teknik setungkup dan cetakan lilin.
Teknik cetakan setungkup menggunakn dua cetakan yang dapat ditangkupkan,
cetakan diberi lubang pada bagian atas dan dari lubang ini dituangkan logam yang
sudah mencair kedalam cetakan. bial perunggu sudah dingin cetakan dibuka dan
selesailah pengerjaannya.
Teknik cetakan lilin memperguanakan bentuk bendanya yang terlebih dahulu
dibuat dari lilin yang berisi tanah liat sebagai intinya, berbentuk lilin dihias menurut
keprluan, pola hiasnya dicapkan pada permukaan lilin dengan cetakan. Bentuk lilin
ini lau dibungkus dengan tanah liat lunak, pada bagian atas dan bawah diberi lubang.
Dari lubang atas dituangkan perunggu cair dan dari lubang bawah mengalirlah lilin
yang meleleh. Bial perunggu sudah dingin, cetakan dipecah Untuk mengambil
bendanya yang sudah jadi. Cetakan seperti ini hanya bisa dipakai sekali saja.
Benda-benda besi
Berbeda dengan benda perunggu, penemuan benda besi terbatas jumlahnya,
seringkali bendabesi ditemukan sebgai bekal kubur. Jenis benda besi bisa
digolongkan sebagai keperluan shari-hari dan senjata.
Gerabah
Dalam masa perundagian, pembuatan gerabah telah mencapai tingkat yang
lebih maju dari pada masa sebelumnya.
o Teknologi pada Masa Purba
Kontak antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Hindu-Buddha yang
berasal dari India telah menghasilkan kekayaan seni Indonesia yang beragam.
Pengaruh itu berlangsung cukup lama yaitu dari abad pertama tarikh masehi sampai

17
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

abad ke-15. pengaruh kebudayaan tersebut sangat terasa di daerah Jawa, Sumatra,
Bali, bahkan sampai sebagian Kalimantan. Setelah agama Islam masuk sejak abad ke13, hanya bali yang sampai saat ini masih kental mengembangkan seni dan
kebudayaan India. Wilayah lain yang masih terlihat budaya hindunya adalah jawa,
terutama Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Di daerah-daerah tersebut
tersebar peninggalan-peninggalan sejarah dari masa pengaruh Hindu-Buddha yang
bisa kita jadikan petunjuk dalam mempelajari perkembangan iptek pada masa itu.
Berikut ini merupakan perkembangan iptek pada masa purba yang terjadi di
Indonesia :
Arsitektur
Dalam perkembangan arsitektur di Indonesia banyak ditemukan candi-candi
sebagai bangunan keagamaan.Pada umumnya candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki
candi, tubuh candi, dan atap candi. Candi melambangkan macrocosmos atau alam
semesta yang terbagi menjadi alam bawah sadar (bhurloka, kamadatu) tempat
manusia masih dipengaruhi nafsu, alam antara (bhuwarloka, rupadatu) tempat
manusia telah meninggalkan keduniawian, dan alam atas (swarloka, arupadatu)
tempat dewa-dewa.
Peletakan candi bibagi menjadi beberapa tipe, diantara lain tunggal, berkelompok,
berkelompok memusat, dan berjenjang ke belakang dalam kelompok besar maupun
kecil. Peletakan pengelompokan candi diduga terkait dengan keadaan sosial politik
masyarakat pada zaman itu. Misalnya gugusan candi Prambanan terdiri atas candi
induk di pusat yang dikelilingi oleh candi perwara yang teratur. Yang menunjukan
adanya sistem pemerintahan yang memusat. Sementara candi-candi tua di Dieng dam
Gedong Songo mempunyai pola bebas yang menggambarkan pola pemerintahan yang
federal.
Bangunan biara pada masa kuno juga dikelompokkan sebagai pembangunan
candi. Bangunan yang dulu diperkirakan sebagai biara dan masih tersisa sampai saat
ini adalah candi sari dan candi plaosan. Bangunan tersebut memiliki karakteristik
yang mirip dengan candi-candi pda umumnya. Bedanya adalah biar memiliki denah

18
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

persegi panjang, memiliki jendela dan berlantai dua. Sebagai bangunan sakral maka
fungsinya adalah sebagai hunian untuk fungsi sakral misalnya tempat meditasi.
Teknologi Astronomi
Selain menunjukan kemampuan rancangan bangunan nenek moyang
indonesia yang mengagumkan, penepatan stupa terawang dan relif candi Borobudur
juga menunjukan renguasaan terhadap ilmu perbintangan atau astronomi. Hasil
penelitian tim arkeoastronomi dari ITB terhadap Candi Borobudur menunjukan
bahwa stupa utama Candi Borobudur berfungsi sebagai alat penanda waktu yang
memanfaatkan matahari.. stupa utama yang merupakan stupa terbesar terletak di
pusat candi di tanggat ke-10 atau tingkat tertinggi.
Stupa utama dikelilingi 72 stupa terawang yang membentung lintasan
lingkaran di tingkat 7, 8, dan 9. Bentuk dasar ketiga tingkat itu ditambah tingkat 10
adalah lingkaran, bukan persegi empat sama sisi seperti bentuk dasar pada tingkat 1
hingga tingkat 6. Jumlah stupa terawang pada tigkat 7, 8, dan 9 secara berurutan
adalah 32 stupa, 24 stupa, dan 16 stupa. Jatuhnya bayangan stupa utama pada pucuk
stupa terawang tertentu pada tingkatan tertentu menunjukan awal musim atau mangsa
tertentu sesuai pranatamangsa (sistem peritungan musim jawa).
Sejumlah relif di Candi Borobudur menunjukan kemampuan nenek moyang
bangsa Indonesia dalam penguasaan ilmu perbintangan. Salah satunya ditunjukan
dengan gambar perahu pelaut dalam berbagai ukuran di dinding candi. Gambar
perahu menunjukan mereka sebagai pelaut. Untuk mampu mengarungi lautan
dibutuhkan kemampuan navigasi (menentukan arah) yang panduan utamanya
bintang-bintang di langit. Salah satu bintang yang menjadi penunjuk arah adalah
bintang Polaris, yaitu bintang yang terletak tepat di atas kutub utara bumi sehingga
disebut bintang utara. Polaris menjadi acuan bangsa-bangsa di belahan bumi utara.
Nama bintang ini banyak disebut dalam manuskip umat Buddha.
Sebelum tahun 800, Polaris dapat dilihat di Nusantara di sekitar Borobudur.
Bintang terang ini mudah diamati karena hanya bergerak di sekitar horizontal (ufuk
langit). Tetapi sejak tahun 800 sampai sekarang posisi Polaris semakin di bawah

19
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

horizon akibat gerak presesi atau gerak bumi pada sumbunya sambil beredar
mengelilingi matahari, sehingga bintang utara tidak mungkin lagi di lihat di
Nusantara. Akibatnya para pelaut mebcari bintang penanda utara lain, yaitu rasi ursa
mayor (beruang besar). Apabila dua bintang paling terang dalam rasi ini yaitu dubhe
dan merak ditarik garis lurus akan mengarah ke polaris. Ursa mayor adalah penanda
arah utara selain polaris.
Pentingnya rasi ursa mayor ini ditunjukan oleh relif bulat-bulat kecil pada
tingkat ke-4 candi Borobudur di sisi utara dan mrnghadap ke utara. Tujuh bulatan
kecil itu diapit oleh lingkaran besar yang diduga sebagai matahari dan bulan sabit
yang dipastikan merupakan symbol bulan. Dari bumi, ursa mayor terlihat sebagai
tujuh bintang terang.
Pengetahuan mengenai perbintangan pada zaman Hindu-Buddha diterapkan
pula dalam sistem pertanggalan. Pada prasasti-prasasti dari masa jawa kuno telah
disebutkan adanya nama-nama bintang dan gugusan bintang-bintang atau rasi
(zodiak). Nama gugusan bintang atau rasi ini juga diuraikan dalam kitab sastra jawa
kuno. Kedua belas rasi tersebut adalah :mina, mesa, wrsabha, mithuna, karka, simha,
kanya, tula, wrscika, dganu, makara, dan kumbha. Lambing-lambang zodiak di atas
dapat di temukan padabenda-benda perunggu yang berasal dari zaman Majapahit,
seperti yang ditemukan di beberapa tempat di Jawa Timur. Kebanyakan dari mangkuk
petunggu tersebut berangka tahun antara 1321-1430.
Penampakan bintang-bintang di langit dalam pengetahuan perbintangan
tradisional selain dimanfaatkan sebagai pedoman penentu arah kususnya dalam
pelayaran, juga digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui berbagai gejala alam
seperti

cuaca,

datangnya

pergantian

musim

kemarau

dan

musim

hujan.

Pranatamangsa atau sistem perhitungan musim jawa dijadikan sebagai acuan
bercocok tanam.
Sistem Pertanggalan Tradisional
Sistem pertanggalan diperkenalkan oleh pendatang dari India menjelang abad
ke-5 M. bukti kertulis mengenai sistem pertanggalan pertama kali terdapat salam

20
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

prasati tugu yang dikeluarkan oleh raja Purnawarna. Dalam prasasti tersebut telah
menyebutkan unsure-unsur pertanggalan, yaitu tanggal 8 paruh gelap, bulan Phalguna
dan tanggal 13 paruh-terang bulan caitra. Namun angka tahunnya tidak disebutkan.
Dalam prasasti Canggal yang dikeluarkan raja Sanjaya tertulis unsur pertanggalan
“13 paro-terang bulan kartika tahun saka 645”.
Unsur-unsur

pertanggalan

pada

masa

Hindu-Buddha

mengalami

perkembangan dari masa ke masa. Menurut Carparis semakin muda masanya,unsureunsur itu semakin berkembang dan semakin kompleks sehingga dapat dibagi menjadi
4 fase perkembangan. Fase I (sebelum 900 S) memiliki 5 unsur pertanggalan. Fase II
(900-1000 S) memiliki 10 unsur pertanggalan, fase III (1000-1250 S) memiliki 14
unsur pertanggalan, fase IV (sesudah 125 S) memiliki 15 unsur pertanggalan.
Unsur-unsur terpenting dalam sistem pertanggalan masa Hindu-Buddha selain
angka tahun saka adalah sebagai berikut :
Hari (wara) terdiri dari sistem atau siklus hari dalam satu minggu, meliputi :


Pancawara : pahing, pon, wagai, kalowon umanis



Sadwara : tunglai (daun, tumbuhan), haryang (manusia mati), kurukung
(binatang mati), paniruan (ikan mati), was (burung), dan mawulu (biji-bijian).



Saptawara : aditya (mimggu), soma (senin), anggara (selasa), Buddha (rabu),
wrhaspari (kamis), suirka (jumat), sanaiscara (sabtu).

Tanggal (titi)
Dalam sistem pertanggalan Hindu-Buddha hanya dikenal tanggal 1-15 dalam
setiap bulan. Dalam satu bulan ada dua bagian atau paro pertanggalan yaitu 1-15
suklapaksa (paruh terang) yaitu ketika bulan terang terang sejak bulan berbentuk sabit
awal hingga bulan purnama dan tanggal 1-15 krsnapaksa yaitu ketika bulan memudar
sejak setelah bulan purnama sampai kembali ke bulan sabit hingga menghilang.
Bulan (masa)
Nama-nama bulan dalam satu tahun adalah Caitra, Waishaka, Jyestha, Asadha,
Srawana, Badrawada, Asuji, Kartika, Margasira, Posya, Magha, Palguna.

21
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

Wuku
Ada 30 wuku dalam satu tahun, yaitu sinta, landep, wukir, kurantil, tolu,
gumbreg, wariga, warigadyan, julungwangi, sungsang, dungulan (galungan),
kuningan, langkir, mandasiya, pujut, Pahang, kuruwelut, marakeh, tembir,
madangkungan, matal, puye, manahil, prng-bakat, bala, hungu, wayang, kawula,
dukut, watugunung,
Sebagai pengaruh Hindu dan perkembangannya budayanya hingga kini masih
dapat ditemui sistem petungan empat-lima dalam masyarakat jawa dalam menentukan
bibit, bobot, bebet yaitu tiap hari pasaran memiliki nilai baik (neptu) dan sifat yang
menyertainya. Petungan pasaran (angka hari pasaran atau neptu) bagi sebagian
masyarakat jawa digunakan dalam perwayangan. Contoh: legi (putihan, neptu 5)
diasosiasikan putih atau baik tokoh gunawan wibisono, pahing (arbitan, neptu 9)
bermakna marah, tokoh dasamuka, pon (kuningan, neptu 7) bermakna nafsu birahi,
tokoh sarpokenoko, wage (cemengan, neptu 4), siasosiasikan hitam, marah, alumah,
tokoh kumbokarno, dan kliwon (mancawarna, neptu 8) merupakan campuran dari
empat warna atau sifat sebagai ego keseluruhan sifat manusia yang ada dalam badan
wadag. Perhitungan tersebut menunjukan keuntungan dan kerugian bila seseorang
melaksanakan sesuatu yang bernilai ghaib, misalnya pernikahan, mendirikan rumah,
atau berdagang.
o Teknologi pada Masa Madya
llmu pengetahuan sudah berkembang sejak zaman Yunani. Pada zaman
kejayaan Islam, ilmu pengetahuan berkembang pesat, baik yang berupa penemuan
baru maupun penyempurnaan dari penemuan-penemuan zaman Yunani. Pada zaman
Renaisans, dengan berpijak pada ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat di
dunia muslim, bangsa Eropa mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejak
saat itu Eropa menjadi pusat pengembangan iptek. Selanjutnya, bangsa Eropa yang
bermigrasi ke benua Amerika membawa kemajuan iptek lebih pesat di benua
tersebut.Ilmu pengetahuan serta teknologi selalu mengalami perkembangan mulai

22
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

dari zaman pra-sejarah hingga sampai sekarang ini.Zaman madya adalah tahapan
perkembangan manusia pada masa pra sejarah antara zaman batu tua dengan zaman
batu muda. Kehidupan manusia purba pada masa ini tidak begitu berbeda dengan
masa-masa sebelumnya berburu atau mengumpulkan makanan merupakan cirinya.
Tetapi manusia pada masa ini sudah mulai memiliki tempat tinggal semi tetap serta
sudah melakukan bercocok tanam tetapi masih sederhana. Tempat tinggal manusia
pada masa ini kebanyakan mempunyai lokasi di tepi pantai dan di goa-goa, karena
banyak ditemukannya bekas-bekas kebudayaan zaman ini di lokasi-lokasi tersebut.
Pada jaman Madya.
Kebudayaan Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh agama Islam melainkan
juga agama Kristen (Katolik dan Protestan), lain hanya di Bali yang memang
bertahan dengan agama yang lama. Namun pada kenyataannya, yang memberi corak
khusus dan perkembangannya mengubah Kebudayaan Indonesia hanyalah pengaruhpengaruh dari agama Islam. Agama Kristen pengaruhnya hanya lapangan agama dan
hidup keagamaan dan tidak menghasilkan ciptaan-ciptaan yang memberi ciri tertentu
kepada Kebudayaan Indonesia jaman Madya. Lain juga dengan agama Hindu/Budha
pada jaman Purba menentukan corak dan sifat kebudayaan Indonesia dan berlangsung
di Bali menghadapi desakan agama Islam, dalam jaman madya perannya yaitu
pembentukan kebudayaan baru yang tumbuh dan berkembang karena pengaruh Islam.
Berbeda dari agama Kristen dan agama lama di Bali, Islam lebih besar dan meluas
pengaruhnya atas hidup dan alam pikiran bangsa Indonesia seumumnya.
Kebanyakan penduduk di Indonesia beragama Islam. Para ahli berpendapat
bahwa agama Islam mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M. Agama dan
kebudayaan Islam masuk Indonesia melalui para pedagang yang berasal dari Arab,
Persia, dan Gujarat (India), dan Cina. Agama Islam berkembang dengan pesat di
tanah air. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam dan
peninggalan-peninggalan sejarah Islam di Indonesia. Agama dan kebudayaan Islam
mewariskan banyak sekali peninggalan sejarah. Peninggalan-peninggalan sejarah
bercorak Islam antara lain masjid, kaligrafi, karya sastra, dan tradisi keagamaan. Pada
awal abad ke 15, kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan, bahkan pada tahun

23
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

1478 mengalami keruntuhan. Banyak daerah yang berusaha melepaskan diri dari
kerajaan Majapahit. Pada tahun 1500, Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama
di Jawa. Berkembangnya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam ini kemudian
disusul berdirinya Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Di luar Jawa juga
banyak berkembang kerajaan yang bercorak Islam seperti Kesultanan Ternate,
Kesultanan Gowa, dan kesultanan Banjar. Melalui kerajaan-kerajaan bercorak Islam
itulah, agama Islam makin berkembang pesat dan tersebar di berbagai wilayah
Indonesia. Agama Islam tidak hanya dianut oleh penduduk di daerah pantai saja,
tetapi sudah menyebar ke daerah-daerah pedalaman.
Perkembangnya kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia telah menambah
khasanah budaya nasional Indonesia, serta ikut memberikan dan menentukan corak
kebudayaan bangsa Indonesia. Akan tetapi karena kebudayaan yang berkembang di
Indonesia sudah begitu kuat di lingkungan masyarakat maka berkembangnya
kebudayaan Islam tidak menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah
ada. Dengan demikian terjadi akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan
yang sudah ada. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul apabila suatu
kelompok manusia kebudayaan tertentu diharapkan dengan unsur-unsur dari
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing
itu lambat laun diterima dan tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri.Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di
Indonesia. Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak
kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya
Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi kebudayaan karena
percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi yang melahirkan kebudayaan
baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Hasil proses akulturasi antara kebudayaan
praIslam dengan ketika Islam masuk tidak hanya berbentuk fisik kebendaan seperti
seni bangunan, seni ukir atau pahat, dan karya sastra tetapi juga menyangkut pola
hidup dan kebudayaan non fisik lainnya. Beberapa contoh bentuk akulturasi akan
ditunjukkan pada paparan berikut.

24
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

Masjid
Arti kata sebenarnya dari masjid adalah tempat sujud, yaitu tempat orang
bersembahyang menurut hukum Islam. Dari masjid-masjid di Indonesia (zaman
madya) ada berbagai hal yang menarik perhatian dan corak khusus :
Pertama adalah atapnya yaitu atap yang melingkupi ruang bujur sangkar.
Kubah atau atap masjid, yang boleh dikata menjadi ciri dari seni bangunan Islam
tidak terdapat disini. Adapun atapnya itu berupa atap tumpeng, yaitu atap yang
bersusun, semakin ke atas semakin kecil sedangkan tingkatan yang paling atas
berbentuk limas. Jumlah tumpeng itu selalu ganjil, biasanya 3 dan ada kalanya juga
sampai 5 seperti pada masjid Banten. Ada pula yang tumpangnya 2, tapi yang
demikian itu dinamakan tumpeng satu, jadi angka gasal pula. Atap tumpeng sampai
kini masih lazim didapatkan di Bali.
Hal kedua yang menarik perhatian dari masjid Indonesia adalah (pada
mulanya) tidak adanya Menara, tempat muadzin menyerukan adzannya pada tiap kali
menyeru waktu sholat. Di Indonesia pemberitahuan waktu sholat disamping seruan
adzan juga dengan pemukulan bedug atau tabuh. Meskipun menara itu bukan bagian
yang harus ada, namun dalam seni bangunan Islam selalu merupakan tambahan yang
memberi keindahan.
Hal yang ketiga yang menarik perhatian adalah mengenai letaknya dari
masjid-masjid itu. Di ibukota kerajaan atau tempat kedudukan seorang adipati masjid
itu biasa didirikan sedekat mungkin dengan istana. Selain di dekat istana letak masjid
biasanya ditentukan oleh sesuatu tempat yang keramat yaitu di tempat seorang raja
atau wali dimakamkan. Sayang bahwa masjid makam itu umumnya sudah berkali-kali
mengalami perubahan, baik karena tambahan bangunan atau perbaikan. Disamping
unsur jaman purba yang dilanjutkan, banyak pula unsur daerah yang ikut serta
memberi bentuknya kepada masjid.
Makam
Menurut peraturan Islam, jika seseorang meninggal (kecuali mati syahid),
mayatnya dimandikan agar bersih kemudian dibungkus dengan kafan yaitu kain putih

25
Bahan Ajar Geografi (Portofolio) : Nabila Aulia K. SMAN 12 Bekasi

yang tidak dijahit. Di dalam kubur mayat itu diletakkan membujur Utara-Selatan dan
miring ke kanan, agar mukanya menghadap ke Barat (kiblat). Pada hari-hari ke-3 ke7 ke-40 ke-100 dan ke-1000 sesudah meninggalnya seseorang diadakan selamatan
dimaksudnya sebagai pengantar rokhnya ke hadirat Ilahi. Selamatan-selamatan
seperti ini unsur dari jaman purba yang hidup terus sesuai dengan Craddha sampai
hari ke-1000 adalah upacara terakhir. Pada umumnya pemakaman letaknya di atas
lereng sebuah bukit, tetapi banyak pula yang di tanah di datar saja. Contoh makam
yang tertua berasal dari jaman Majapahit (Troloyo, Pase dan Makam Maulana Malik
Ibrahim) tidak menunjukan cara pembagian halaman dan juga tidak diberi cungkub.
Mungkin unsur jaman purba itu hanya hidup berkenaan dengan candi sedangkan
dalam jaman madya makam itu menggantikan kedudukan candi. Mengenai makammakam tua yang semuanya berasal dari jaman purba. Makam jaman purba yang
diberi cungkub ialah makam Fatimah binti Maimun di Leran (tahun 1082) sebagai
makam putri suwari atau Puteri Cempa. Cungkup-cun