UPAYA ITALIA DALAM MENGATASI KRISIS EKON

Upaya Mario Monti dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Italia (Salmiah)

UPAYA ITALIA DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI PADA MASA
PEMERINTAHAN PM.MARIO MONTI
SALMIAH1
NIM. 0802045177
Abstract:
The global crisis is an event where all economic sectors in the world market
collapse and affect other sectors around the world. As a result of the global
crisis that occurred in the U.S., has a great impact on European countries, one
of which is Greece and the economic crisis in Greece have a negative impact on
the economy of Italy. Domino Effect financial crisis Italy is feared may extend
not only the European region and even globally. Process of domino effect
Italian financial crisis is expected to come from the banking system of
interrelated and complex in Europe. Italy's economic crisis deepened, the
country's debt is very high reaching up to € 1.9 trillion ($ 2.6 trillion) or equal
to 120% of the Italian GDP. Government policy is needed in the face of the
global crisis. Various ways continue to save the country from a prolonged crisis,
as did the Italian government Silvio Berlusconi, who served as Prime Minister
Mario Monti before. Because of the lack of supervision and failure of several
attempts to overcome Berlusconi in Italy's public debt which in turn Berlusconi

resigned as prime minister and was replaced by Mario Monti. To minimizing
the economic crisis in Italy, Monti implement macroeconomic policy which
contains the fiscal and monetary policy.
Keywords: Italian crisis, Berlusconi, Monti, Macro Economics
Pendahuluan
Italia adalah sebuah negara kesatuan yang berbentuk republik dengan bentuk
parlementer terletak di Eropa Selatan. Italia adalah anggota pendiri Komunitas
Eropa, Uni Eropa (UE), dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Negara ini
dikenal baik atas sektor ekonomi bisnis yang inovatif dan berpengaruh atas sektor
pertanian yang berkarakter industrial dan berdaya saing tinggi (Italia adalah
1

Mahasiswa Program S1 Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Mulawarman. Email: Salmiah2690@gmail.com
207

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor (2), 2013: 463-476

penghasil anggur terbesar di dunia), dan atas desain busana, peralatan, industri,
otomobil bermutu tinggi dan kreatif.

Italia merupakan salah satu negara maju dengan angka GDP US $2.055 triliun
pada tahun 2010, yang terdiri dari sektor jasa 72,8%, industri 25,3% dan sektor
pertanian 1,9%. Nilai untuk GNI Italia pada tahun 2010 adalah US $35,700.00,
selama 48 tahun nilai untuk indicator ini telah berfluktuasi antara US $35,760.00
pada tahun 2008 dan US $960,00 pada tahun 1962.
(http://www.indexmundi.com/facts/italy/gni-per-capita)
Negara ini menjadi eksportir terbesar ke-7 di dunia pada tahun 2009, perdagangan
terdekat Italia adalah dengan negara-negara lain di Uni Eropa, yang
menyumbangkan kira-kira 59% keseluruhan perdagangannya. Mitra-mitra dagang
Uni Eropa terbesar, dalam hal proporsi pasar, adalah Jerman (12,9%), Perancis
(11,4%), dan Spanyol (7,4%). Pariwisata adalah salah satu sektor yang
menguntungkan dan tercepat tumbuh bagi ekonomi nasional: dengan 43,6 juta
wisatawan internasional yang tiba dan penerimaan total ditaksir sebesar $38,8 juta
pada tahun 2010, Italia adalah negara tersering dikunjungi ke-5 dan peraih
pariwisata tertinggi di dunia. (http://www.economist.com/node/21557390)
Meskipun banyak capaian-capaian penting ini, saat ini Italia mengalami
permasalahan dalam perkembangan perekonomiannya. Menurut badan statistik
Uni Eropa, Eurostat, utang publik Italia berada pada angka 116% dari PDB pada
tahun 2010, menempati peringkat rasio utang terbesar ke-2 setelah Yunani
(sebesar 126,8%). (http://www.economist.com/node/21538178) Utang terbesar

Italia terdapat pada utang publik Italia yang dimiliki oleh subjek-subjek nasional,
dan hal tersebut merupakan suatu perbedaan besar antara Italia dan Yunani. Selain
itu, standar kehidupan Italia memiliki kesenjangan utara dan selatan yang cukup
signifikan, rata-rata PDB perkapita di Italia bagian utara jauh melebihi rata-rata
Uni Eropa, sedangkan banyak region di Italia Selatan berada jauh di bawah ratarata. (http://www.economist.com/node/21556297)
Krisis ekonomi Italia tahun 2011 secara internal berawal dari utang publik yang
mencapai 1,9 triliun euro (USD2,6 triliun) atau 120 persen dari PDB Italia, dan
secara eksternal disebabkan karena pengaruh krisis ekonomi di Yunani dan
dampak dari krisis ekonomi global pada tahun 2008. Imbal hasil obligasi Italia
diukur tinggi menyentuh 7% atau tertinggi kedua di Eropa setelah Yunani yang
sebesar 25%. Tingginya imbal hasil obligasi ini karena besarnya resiko pasar yang
harus diserap oleh investor jika membeli surat utang negara tersebut. (jurnal Lela
Nurlaela Wati, krisis Yunani)
Perekonomian Italia di bawah pemerintahan Silvio Berlusconi sebagai Perdana
Menteri Italia mengalami kelambatan dalam perkembangannya. Kebijakan yang
208

Upaya Mario Monti dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Italia (Salmiah)

dilakukan oleh pemerintahan Berlusconi melalui Menteri Keuangan Giulio

Tremonti tidak berjalan dengan semestinya dimana tujuan kebijakan itu untuk
menyediakan sumber daya ekonomi bagi masyarakat miskin di Italia. Pengawasan
yang tidak optimal dan tidak maksimal terhadap utang publik mengakibatkan
negara Italia yang merupakan salah satu negara penting dalam perkonomian zona
Euro di Eropa mengalami krisis ekonomi. Krisis ekonomi ini selain dipicu
permasalahan utang publik juga diakibatkan pada kebijakan pemerinahan
Berlusconi yang cenderung monopoli di beberapa industri ekonomi sehingga
mengakibatkan kurang sehatnya persaingan ekonomi. Kebijakan ekonomi liberal
yang diterapkan oleh Italia sangat bergantung dari persaingan sehat dari pelaku
ekonomi. Kini Italia tengah menghadapi krisis ekonomi domestik yang sangat
cukup serius. Meski demikian Italia menghadapi problema dan tekanan dari
kalangan pemimpin Uni Eropa yang mendesak perbaikan ekonomi demi
menyelamatkan zona Euro.
Kondisi ini menyebabkan Silvio Berlusconi tidak mendapatkan kepercayaan
penuh dari parlemen Italia dan mitra koalisi politiknya, sehingga Silvio
Berlusconi mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri. Sementara pengunduran
diri Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi presiden Italia Giorgio Napolitano
menyatakan akan segera memilih pengganti dan menyusun pemerintahan baru,
dan kandidat terkuat untuk menggantikan Berlusconi adalah Mario Monti yaitu
mantan komisioner Uni Eropa.

Krisis ekonomi Italia telah berdampak besar pada perekonomian global terutama
pada kawasan zona Euro yang pada umumnya negara – negara di kawasan Eropa
yang tergabung dalam Uni Eropa menggunakan mata uang Euro. Seperti halnya
pemangkasan prediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara pengguna mata uang
euro atau zona euro tahun 2012 dari 1,8% menjadi hanya 0,5% . Selain itu krisis
ekonomi italia sangat berdampak buruk bagi rakyat Italia terutama terhadap
generasi muda Italia yang mencari pekerjaan. Krisis ekonomi ini sebagai masalah
utama yang menjadi masalah utama pemerintah Italia dibawah pemerintahan P.M.
Mario Monti dimana krisis ekonomi ini menyebabkan angka pengangguran
meningkat beberapa tahun terakhir dengan angka 9,8 % yang umumnya terjadi
pada generasi muda Italia yang baru lulus dari universitas di Italia. Pemuda Italia
memiliki beban dari krisis yang ditimbulkan dan hampir sebagian besar pemuda
Italia yang berusia 15 dan 24 tahun mengalami kesulitan dalam mencari
pekerjaan.
(www.tradingeconomics.com/italy/unemployment-rate)
Alasan penulis dalam penelitian ini yaitu karena jika kebijakan revormasi yang
diterapkan Mario Monti tidak berjalan dengan baik maka Italia akan mengalami
krisis ekonomi yang cukup serius dan mempengaruhi perekonomian global,
209


eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor (2), 2013: 463-476

dimana yang kita ketahui Italia sebelumnya perekonomiannya berada diurutan ke8 secara global dan negara urutan ke-4 di Eropa.
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu, tujuan dari penelitian ini
adalah menjelaskan dan menganalisis tentang upaya Italia dalam mengatasi krisis
ekonomi pada masa pemerintahan PM.Mario Monti.
Landasan Teori dan Konseptual
1. Konsep Krisis Ekonomi
Menurut Andre Gunder Frank bahwa krisis ekonomi adalah unsur essensial dan
bagian yang integral dari sistem perekonomian di bawah kapitalis. Setiap negara
yang dilanda krisis ekonomi berusaha untuk dapat mencari jalan keluar agar
segera terlepas dari krisis ekonomi, menurut Andre Gunder Frank, tindakan yang
dibutuhkan oleh suatu negara untuk keluar dari krisis adalah suatu proses
transformasi ekonomi, sosial dan politik pada skala nasional. (Deliarnov, 2006:34)
Sedangkan menurut Kaminsky dan Reinhart bahwa krisis ekonomi adalah
ditandai dengan adanya masalah dalam neraca keuangan dalam perekonomian
nasional. (Sarbini Sumawinata,2004:56)
Dalam indikator krisis ekonomi ada lima hal utama yang menjadi pokok
pemikiran, pertama petumbuhan ekonomi, kedua inflasi, ketiga ekspor dan impor,
keempat rasio utang terhadap PDB dan yang kelima pengangguran. (Ma’ruf

Muhammad. 2008:02)
Pengangguran bukan hanya dialami oleh negara-negara berkembang namun juga
dialami oleh negara-negara maju, namun pengangguran di negara-negara maju
jauh lebih mudah terselesaikan daripada negara-negara berkembang karena hanya
berkaitan dengan pasang surutnya business cycle bukan karena faktor kelangkaan
investasi, ledakan penduduk, ataupun sosial politik dinegara tersebut.
2. Teori Makro Ekonomi
Kebijakan makro ekonomi menurut Paul A. samuelson & William D. Nordhaus
dalam buku mereka yang berjudul macroeconomics adalah bentuk kebijakan
ekonomi yang akan diambil oleh pemerintah suatu negara akan tergantung pada
tujuan yang ingin dicapainya. Pada prinsipnya kebijakan yang diambil bertujuan
agar semua kegiatan perekonomian selalu dalam keadaan yang dapat memberikan
pertumbuhan kearah positif. (Paul A. samuelson & William D. Nordhaus,1992:77)
Ada empat kebijakan makro ekonomi yang dikenal dalam upaya meningkatkan
pendapatan nasional yaitu: (Hamdy Hady, 2004:62)
a. Kebijakan fiskal
b. Kebijakan moneter
c. Kebijakan neraca pembayaran intrnasional, dan
d. Kebijakan pada sektor riil


210

Upaya Mario Monti dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Italia (Salmiah)

Namun, dalam penelitian ini penulis hanya mengangkat dua dari kebijakan makro
ekonomi ini yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter karena dalam
menyelesaikan permasalahan perekonomian yang terjadi di Italia Monti
menerapkan kedua kebijakan tersebut.
1) Kebijakan Fiskal
Keynesian meyakini bahwa kebijakan fiskal adalah tonggak para filsuf, yaitu
jawaban atas permohonan untuk menahan siklus bisnis. Jika terjadi pengangguran,
dapat secara sederhana diselesaikan dengan meningkatkan pengeluaran dan
memotong pajak; jika inflasi mengancam, lakukan sebaliknya. (Paul A. samuelson
& William D. Nordhaus, 1992:346)
Yang dimaksud dengan kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berhubungan
dengan perubahan pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak yang disebut
sebagai kebijakan anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN), baik yang
bersifat expansif (expansionary) ataupun kontraktif (contractionary). (Hamdy
Hady, 2004:64)
2) Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dapat didefinisikan sebagai kebijakan yang berhubungan
dengan Pengendalian lembaga keuangan dan penjualan serta pembelian secara
aktif kertas- kertas berharga oleh otorita moneter sebagai usaha mempengaruhi
perubahan keadaan uang. Kebijakan moneter juga dipandang sebagai usaha
mempertahankan struktur bunga tertentu, stabilitas saham, atau untuk memenuhi
kewajiban dan komitmen tertentu lainnya. (Sritua Arief, 1996:261)
Menurut J.D. Sethi menjelaskan beberapa fungsi kebijakan moneter yaitu:
(Jhingan ML dan Dr. Guritno, 2004:77)
a. Pendirian dan perluasan lembaga keuangan
b. Kebijakan suku bunga yang cocok
c. Manajemen utang
d. Perimbangan yang tepat antara penawaran dan permintaan utang
e. Pengendalian kredit
3. Teori Regionalisme
Regionalisme menurut pendapat K.J. Holsti dan Hans J. Morgenthau merujuk
bahwa suatu kawasan didefinisikan sebagai sekumpulan negara yang memiliki
kedekatan geografis dan struktur masyarakat karena berada pada satu wilayah
tertentu. Dengan adanya kebutuhan dalam memenuhi kepentingan nasional dalam
hal sumber daya maka interdependensi menjadi sebuah kecenderungan yang tidak
dapat dipisahkan antar negara satu kawasan. (Craig A. Snyder (a), 2008:228) Dari

sinilah muncul sebuah keinginan bersama yang terdapat dalam satu region untuk
211

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor (2), 2013: 463-476

dapat menyelesaikan isu-isu yang bisa mengganggu stabilitas di kawasan. Begitu
juga yang terjadi dalam isu ekonomi di Uni Eropa. (Craig A. Snyder (b),
2008:228)
Regionalisme menurut Juanda dalam karyanya yang berjudul Kamus Hubungan
Internasional yang diterjemahkan dari The International Relation Dictionary
karya Jack C. Plano dan Roy Olton didefinisikan sebagai;
konsep mengenai bangsa yang terdapat di kawasan geografis tertentu atau bangsa
yang memiliki hirauan bersama dapat bekerja sama melalui organisasi dengan
keanggotaan terbatas untuk mengatasi masalah fungsional, militer, dan politik.
(Wawan Juanda, 1999:50-51)
Dalam satu dekade terakhir, regionalisme telah menjadi fenomena yang sangat
penting dalam hubungan internasional. Joseph S. Nye dalam buku Regionalism In
World Politics karya Luise Fawcett dan Andrew Hurner menyatakan bahwa;
“Regionalism is a concept where a group of nations interact in various aspects
and geographically connected which interdependent to economics, politics, and

social aspects.” (Louise Fawcett dan Andrew Hurnel. 2002:11)
(Regionalisme merupakan suatu paham dimana terdapat sekelompok negara yang
melakukan interaksi dalam berbagai aspek dan menempati suatu geografis tertentu
dengan ketergantungan dalam aspek ekonomi, politik, dan sosial).
Merujuk pada kedua definisi di atas, Uni Eropa dibentuk oleh negara-negara
anggota benua Eropa atas dasar penguatan ekonomi dan politik regional yang
diwujudkan lewat kerjasama setiap negara karena adanya saling ketergantungan
(interdependent) di antara negara-negara yang bersangkutan. Dalam hal ini Italia
juga memperhatikan komitmen Uni Eropa dalam membantu negara – negara
anggota Uni Eropa yang terkena krisis ekonomi termasuk Italia. Dengan adanya
komitmen yang sejak awal dibangun dalam pendirian organisasi regional Uni
Eropa maka Italia memiliki bagian untuk turut serta menjaga keadaan tetap
kondusif khususnya dalam hal perekonomian pada saat ini.
Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif, yaitu
berupaya untuk menggambarkan upaya Italia dalam mengatasi krisis ekonomi
pada masa pemerintahan PM.Mario Monti. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder, dan teknik pengumpulan data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah melalui library research yaitu berdasarkan
dari buku dan media internet. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah
kualitatif dengan metode content analysis. Teknik analisis data pada penelitian ini
menggunakan data kualitatif dengan metode analisis dan kajian sejarah yaitu
menjelaskan dan menggambarkan data bedasarkan sumber-sumber tertulis yang
212

Upaya Mario Monti dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Italia (Salmiah)

ada. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu krisis Italia dan upaya
Mario Monti dalam mengatasi krisis Italia.
Pembahasan
Setelah Perang Dunia II, Italia bertransformasi dengan cepat dari ekonomi yang
mengandalkan pertanian menjadi salah satu negara yang paling terindustrialisasi.
Negara ini dikenal baik atas sektor ekonomi bisnis yang inovatif dan
berpengaruh, atas sektor pertanian yang berkarakter industrial dan berdaya
saing (Italia adalah penghasil anggur terbesar di dunia), dan atas desain busana,
peralatan, industri, otomobil bermutu tinggi dan kreatif.
Meskipun banyak capaian-capaian penting ini, saat ini Italia mengalami
permasalahan dalam perkembangan perekonomiannya. Dalam sejarah ekonomi
Italia, rasio utang tertinggi terhadap PDB itu mencapai 121,80% pada bulan
Desember 1994 dan rekor terendah 90,50% pada bulan Desember 1988.
(www.imf.org) Selain utang negara yang sangat tinggi, pertumbuhan ekonomi
Italia juga sangat rendah dimana pada tahun 2011 hanya sekitar 0,8%.
(http://bisnis.com/articles/krisis-italia-dan-nasib-euro)
Perekonomian
Italia
meningkat menjadi 0,5% pada kuartal pertama 2013 dibandingkan kuartal
sebelumnya. Secara historis, dari tahun 1960-2013 rata-rata laju pertumbuhan
perekonomian Italia yaitu 0,64% dan rekor tertinggi terlihat pada bulan Maret
1970 yang mencapai 6% sedangkan rekor terendah yaitu -5,20% pada bulan Maret
2009. (www.tradingeconomics.com/italy/economic-growth)
Pada Februari 2012 ekspor Italia adalah senilai 31,8 miliar euro. Ekspor utama
Italia adalah mesin presisi, kendaraan bermotor (utilitaries, kendaraan mewah,
sepeda motor, skuter), bahan kimia dan barang listrik, namun ekspor negara itu
yang lebih terkenal adalah di bidang makanan dan pakaian. Pada tahun 2011
persentase ekspor Italia dengan negara-negara mitra dagangnya adalah Jerman
13%, Prancis 11,6%, Spanyol 5,9%, Inggris 5,2%, Amerika 6%, Switzerland 4,7%
. Mitra impor utama Italia adalah Jerman 16,1%, Prancis 8,8%, China 7,8%,
Belanda 5,4%, Spanyol 4,6%. Pada Februari 2012 impor Italia adalah senilai 32,9
juta euro. Impor utama Italia adalah produk-produk energi, elektronik, tembakau.
Sama seperti negara-negara Eropa lainnya yang terkena krisis, perekonomian
Italia
juga
terpuruk
karena
masalah
defisit
anggaran.
(www.tradingeconomics.com)
Efek dari krisis ekonomi Italia terhadap ekonomi UE dan perrekonomian dunia
memang sudah terasa sejak tahun 2010, bahkan laju pemulihan ekonomi dunia
akibat dari krisis ekonomi global 2008-09 yang mulai terasa sejak akhir tahun
2009 atau pada awal tahun 2010 terasa lebih lambat dari yang seharusnya.
213

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor (2), 2013: 463-476

Ekonomi UE juga sudah menunjukkan pemulihan dari krisis ekonomi global
tersebut dengan laju pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 0,5 persen pada awal
tahun 2010 kembali cenderung melemah. Demikian juga perekonomian Italia
yang sudah tumbuh positif sebesar 0,49% pada periode yang sama kelihatan mulai
kembali melemah. Pada tahun 2011, dampak dari krisis ekonomi Italia terhadap
perekonomian UE dan global semakin terasa.
Krisis Italia mengakibatkan kemiskinan anak, sedikitnya 10,3 % pasangan dengan
tiga anak atau lebih hidup dibawah garis kemiskinan pangan. Jadi, kelompok yang
berpenghasilan rendah dan menghadapi kesulitan untuk memperoleh makanan
sehat yang seimbang adalah korban dari kemiskinan pangan dan ketidak amanan
pangan. 3,5 juta jiwa hidup dibawah garis kemiskinan pangan. krisis Italia juga
berdampak buruk terhadap lapangan pekerjaan di Italia, Krisis keuangan global
memperburuk kondisi pasar tenaga kerja di Italia, dengan meningkatnya
pengangguran dari 6,2% pada 2007 menjadi 8,4% pada 2011.
(www.tradingeconomics.com/italy/unemployment-rate)
Krisis yang terjadi di Italia dan Eropa akan memberi dampak penurunan lebih
jauh pada indeks harga komoditi Internasional. Gejolak harga komoditi
disebabkan adanya pandangan negatife pasar terhadap semakin dalamnya
perlambatan ekonomi Italia dan negara-negara dunia terutama pada negara-negara
besar. Dengan melihat kembali kondisi ditahun 2008, perlambatan ekonomi dunia
dari tumbuh 5,4% di tahun 2007 menjadi hanya tumbuh 2,8% di tahun 2008 dan
turun 0,7% di tahun 2009, telah mendorong penurunan indeks harga komoditas
internasional. (Jurnal BAPPENAS).
Sektor perdagangan dalam jangka menengah panjang diperkirakan akan
mengalami penurunan terkait perlambatan pada perekonomian negara-negara
maju seperti Amerika Serikat yang diakibatkan oleh krisis ekonomi dibeberapa
negara di Eropa termasuk Italia. Resiko yang berpotensi muncul akibat
melemahnya perekonomian Italia dan negara-negara lain yang mengalami krisis
ekonomi di Eropa adalah pelemahan perdagangan tidak terlalu tinggi. Meskipun
demikian, potensi penurunan ekspor Italia akan tetap beresiko terhadap penurunan
kinerja ekspor beberapa negara yang bekerja sama dengan Italia kedepannya.
Perebutan pasar ke Asia meningkat. Persaingan sejumlah negara memperebutkan
pasar Asia akan semakin meningkat ketat menyusul penurunan permintaan dari
Eropa karena Italia manambah jumlah negara yang mengalami krisis di kawasan
Eropa dimana Italia salah satu negara penting dalam pasar kerjasama regional
yang terbentuk di Eropa yaitu UE. Pada Juli 2010 Italia dibawah kepemimpinan
Silvio Berlusconi percaya pada paket penghematan untuk memperkuat keuangan
negaranya, dan pada desember 2010 utang pemerintah Italia mencapai €1,75
214

Upaya Mario Monti dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Italia (Salmiah)

triliun dan merupakan utang terbesar di Eropa. Untuk menutupi utang tersebut
Berlusconi melakukan pinjaman dan tentu langkah ini berdampak buruk karena
dengan bertambahnya utang negara yang akan mempengaruhi segala aspek dalam
negeri.
Upaya pemeliharaan kestabilan ekonomi berada dalam lingkup tugas kebijakan
ekonomi makro, yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kedua kebijakan
tersebut menjadi tugas pemerintah Italia yaitu PM. Mario Monti dalam mengatasi
krisis ekonomi yang terjadi di negaranya yang berawal pada tahun 2011, dimana
pada tahun tersebut Italia masih dibawah kepemimpinan Silvio Berlusconi.
Langkah kebijakan yang diambil selama krisis ekonomi terfokus pada
mengembalikan kestabilan makroekonomi dan membangun kembali infrastruktur
ekonomi, khususnya disektor perbankan dan dunia usaha. Melihat kompleksnya
masalah ekonomi yang dihadapi oleh Italia, strategi umum yang diterapkan Italia
dalam mengatasi krisis ekonomi yang terjadi bertumpu pada kebijakan makro
ekonomi.
Kebijakan pertama yang Silvio Berlusconi lakukan untuk meminimalisir krisis
ekonomi di Italia yaitu dengan menerapkan untuk menyediakan sumber daya
ekonomi bagi rakyat miskin yang melalui Menteri Keuangan Giulio Tremonti
Italia.
Namun, kebijakan tersebut tidak berjalan semestinya karena adanya kenaikan
pajak produsen minyak yang harusnya dilaksanakan ketika harga minyak dunia
mencapai $ 160 per barel, terpaksa ditunda ketika harga per barel turun menjadi
$30 per barel. (http://www.jaringnews.com/ekonomi)
Kebijakan lainnya selama Berlusconi berkuasa adanya keinginan Berlusconi
untuk mereformasi pajak real estate yang merupakan sumber utama pendapatan
pemerintah daerah. Namun kebijakan ini tidak dapat berjalan dengan efisien
karena masih adanya tunggakan dari pemilik real estate di Italia. Meskipun angka
perdagangan dengan negara lain mengalami peningkatan sebesar 12,7 % namun
perekonomian domestik Italia mengalami kerapuhan, sehingga pemerintahan
Berlusconi mencoba beberapa kebijakan reformasi ekonomi. (www.the Italian
Economy Under Berlusconi)
Hal yang terpenting dari kebijakan reformasi yang diterapkan Berlusconi tersebut
adalah kebijakan reformasi yang berkenaan dengan usia pensiun ketenaga kerjaan.
Pemerintah Italia dibawah kepemimpinan Perdana Menteri Silvio Berlusconi telah
melakukan dan menerapkan kebijakan reformasi dalam hal ekonomi dengan cara
merevisi untuk memperpanjang usia pensiun pegawai menjadi 67 tahun di Italia.
Namun kebijakan P.M. Silvio Berlusconi tersebut merupakan kebijakan yang
tidak populer dikalangan parlement Italia, sehingga menyebabkan konflik dalam
215

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor (2), 2013: 463-476

koalisi politik pemerintahan Italia, dimana hal itu ditentang Umberto Bossi ketua
Partai Liga Utara yang menilai, kebijakan usia pensiun pegawai di angka 60-65
sudah tepat dan bertentangan dengan kebijakan penghematan yang sebelumnya
dikeluarkan
oleh
pemerintahan
Silvio
Berlusconi.
(http://www.jaringnews.com/ekonomi)
Berlusconi menerapkan kebijakan penghematan dengan melakukan pemotongan
anggaran, yaitu paket pemotongan sebesar 45 miliar euro direncanakan sebagai
penyeimbang anggaran untuk tahun 2013 ditujukan dengan memangkas belanja
publik dan pengurangan pekerjaan. Kebijakan ini mengakibatkan Jutaan anggota
pekerja di Italia melakukan pemogokan sebagai protes terhadap kebijakan
pemotongan anggaran Berlusconi tersebut. Karena menurut para pekerja
kebijakan tersebut justru akan memudahkan proses pemecatan pekerja. (www.the
Italian Economy Under Berlusconi)
Karena kurangnya pengawasan dan gagalnya beberapa upaya Berlusconi dalam
mengatasi masalah utang publik Italia akhirnya mengakibatkan Italia megalami
krisis ekonomi yang cukup serius setelah Yunani di Eropa. Selain itu, Berlusconi
juga cenderung monopoli di beberapa industri ekonomi sehingga mengakibatkan
Berlusconi tidak mendapatkan kepercayaan penuh dari parlemen Italia sehingga
pada akhirnya Berlusconi mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan
digantikan oleh Mario Monti yang dipercayakan untuk mengatasi krisis ekonomi
yang terjadi di Italia.
Pada saat Mario Monti menjadi perdana menteri Italia pada tanggal 16 November
2011, Monti langsung dihadapkan dengan tugas yang cukup berat karena dengan
adanya krisis ekonomi yang terjadi di Italia. Monti mengkonsolidasikan keuangan
publik berkelanjutan Italia dan Monti juga ditugaskan untuk mengembalikan
potensi pertumbuhan ekonomi. Upaya-upaya Monti dalam mengatasi krisis Italia
lebih didominasi oleh kebijakan fiskal, namun Monti tetap mengambil beberapa
kebijakan moneter yang bertujuan untuk membantu menyelamatkan lembagalembaga keuangan dalam negeri Italia dan menjaga laju inflasi yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah. (www.Jurnal Krisis Eropa)
Parlemen Italia mengadopsi serangkaian langkah-langkah penghematan darurat
yang diantaranya adalah kenaikan pajak yaitu, pajak BBM, pajak atas barangbarang mewah, pajak property (IMU), PPN+2%, serta pajak pendapatan
perusahaan. Tujuan dari kenaikan pajak ini yaitu selain untuk meningkatkan
kembali kativitas ekonomi Italia kebijakan kenaikan pajak ini juga bertujuan
untuk memperbaiki infrastruktur. (www.Italy’s economy in the euro zone crisis
and Monti’s reform agenda)
Selain kenaikan pajak dalam waktu yang bersamaan Mario Monti juga
menerapkan kebijakan-kebijakan seperti berikut, pengaturan sewa kadaster,
216

Upaya Mario Monti dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Italia (Salmiah)

reformasi pensiun dan reformasi ini paling ditentang oleh parlemen karena
dianggap sangat merugikan tenaga kerja di Italia, Monti menerapkan
meningkatkan usia pensiun, menghentikan biaya penyesuaian hidup untuk
sebagian besar tenaga kerja pensiun, serta membayar biaya pensiun berdasarkan
kontribusi pekerja bukan berdasarkan besar gaji saat pensiun. Selanjutnya, insentif
pajak penghasilan untuk investasi, Monti memberlakukan pajak penghasilan yang
sangat tinggi yaitu melebihi pajak penghasilan yang diberlakukan di Inggris,
Spanyol dan Jerman. Setelah itu Monti juga menerapkan jaminan publik untuk
pinjaman UKM dan mengurangi jumlah pegawai negeri. (www.Italy’s economy in
the euro zone crisis and Monti’s reform agenda)
Pada awal 2012 perekonomian Italia masih menunjukkan pergerakan yang
negatif, di Januari 2012 Monti menerapkan serangkain kebijakan yang disebut
dengan “Grow Italy”, reformasi-reformasi yang diterapkan dalam Grow Italy ini
antara lain, penyederhanaan dalam urusan bisnis, penghapusan tarif profesional
yaitu untuk pengacara, notaris dan apotik, beberapa liberalisasi (gas, listrik,
SPBU, asuransi, perbankan, kereta api, jalan raya, bandara dan taksi), transportasi
umum lokal gratis, obligasi proyek, dan jaminan.
Rintangan utama yang dihadapi oleh PM Mario Monti adalah masalah ketenaga
kerjaan, karena Italia masih memiliki tingkat pengagguran yang cukup tinggi
meskipun ada perubahan penurunan, namun perubahan tersebut belum cukup
signifikan. Monti dituntut untuk melakukan reformasi ketenaga kerjaan, Mario
Monti juga menegaskan akan menerapkan reformasi tenaga kerja dengan
kebijakan dualisme ketenaga kerjaan. Kebijakan ini awalnya mendapat protes
keras dari para serikat pekerja dan para pengusaha yang ada di Italia. Monti
menegaskan akan tetap menetapkan reformasi tenaga kerja meskipun dikritik oleh
serikat pekerja dan pengusaha. Kebijakan reformasi ini bertujuan untuk
merombak sistem perlindungan terhadap pegawai. Dimana akan diberikan
perlindungan yang kuat untuk “orang dalam” atau pekerja permanen dan
keamanan rendah bagi pekerja sementara atau jam kerja pendek terutama pada
pekerja yang lebih muda dan perempuan, dan reformasi disektor tenaga kerja ini
akhirnya disetujui pada bulan Juni 2012. (www.Italy’s economy in the euro zone
crisis and Monti’s reform agenda)
Upaya Monti lainnya yaitu dengan, Penambahan PPN 1% untuk item sebesar 10%
dan 21% tarif pajak penghasilan, -1%, selama 2 kurung terendah lebih sedikit
pemotongan pajak penghasilan, tapi benar-benar dibatalkan oleh parlemen. Yang
terakhir Mario Monti menerapkan pemotongan belanja negara yang diterapkan
pada Juli 2012, yang meliputi seluruh bidang pemerintahan dan bagian umum
yang bertujuan untuk memberikan pelayanan publik pada kualitas yang sama atau
bagus dan harga yang lebih rendah. (www.Italy’s economy in the euro zone crisis
and Monti’s reform agenda)
217

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor (2), 2013: 463-476

Monti juga melakukan perjalanan ke pusat-pusat kekuatan ekonomi global yang
diantaranya China, Jepang dan Korea Selatan dengan tujuan untuk meyakinkan
investor bahwa Italia juga merupakan tempat yang aman untuk berinvestasi dalam
meningkatkan ekspor suatu negara. (http://www.dw.de/negara-uni-eropa-yangtergantung-pada-dana-penyelamatan/a-16050903)
Pada 28 april 2013 Mario Monti resmi digantikan oleh Enrico Letta sedangkan
kondisi perekonomian Italia masih dalam keadaan yang belum stabil. Reformasi
perekonomian yang diterapkan oleh Monti banyak mendapat penolakan dari
masyarakat Italia, hal ini menyebabkan reformasi ekonomi Monti kurang bekerja
dengan optimal. Dari awal kepemimpinan Monti hingga diakhir jabatannya
kondisi perekonomian Italia belum ada menunjukkan perubahan yang positif
melainkan pengangguran. Tingkat pengangguran di Italia memperlihatkan
pergerakan positif dengan perubahan menurun 10%
Kesimpulan
Kebijakan makro ekonomi yang merupakan desain kebijakan reformasi ekonomi
dengan penghematan yang diterapkan oleh Mario Monti dalam menyelamatkan
perekonomian nasionalnya dari dampak krisis ekonomi yang terjadi di Italia yang
diakibatkan karena adanya krisis keuangan Eropa. Dimana kebijakan makro
ekonomi pemerintah Monti lebih ditujukan untuk penyelamatan sektor
perekonomian nasional.
Pemerintah Monti dengan otoritas moneter Italia dalam hal ini adalah kebijakan
pemotongan anggaran yaitu dengan memotong sejumlah anggaran pengeluaran
dan peningkatan pajak yang bertujuan untuk menyeimbangkan anggaran tahunan
Italia dan penurunan beban utang negara yaitu dengan menaikkan pajak
pertambahan nilai, reformasi pensiun, dan memotong administrasi publik.
Upaya Monti dalam mengatasi krisis lebih didominasi oleh kebijakan fiskal,
namun Monti tetap mengambil beberapa kebijakan moneter yang bertujuan untuk
membantu menyelamatkan lembaga-lembaga keuangan dalam negeri Italia dan
menjaga laju inflasi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Meskipun kebijakan
penghematan Mario Monti mendapat protes dari masyarakat Italia Monti tetap
menjalankan kebijakan tersebut.
Saran
Berdasarkan fakta-fakta yang ada dalam bahasan ini, penulis mencoba
memberikan saran khususnya kepada pengambil kebijakan, bahwa;
1. Sudah saatnya setiap pemerintah suatu negara, secara khusus pemerintah
negara Italia dalam bahasan ini, membenahi masalah utang luar negeri negaranya,
218

Upaya Mario Monti dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Italia (Salmiah)

yaitu dengan cara mengendalikan aktifitas pinjamannya. Meskipun utang tersebut
sebenarnya untuk tujuan baik, misalnya untuk pembukaan lapangan pekerjaan
sebagai salah satu langkah antisipatif terhadap dampak krisis ekonomi.
Pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus cerdas dalam mengambil setiap
kebijakan agar rakyat kecil (buruh, pensiunan, mahasiswa) tidak dikorbankan.
2. Setiap negara khususnya pemerintahnya harus mandiri dalam aktivitas
perekonomian negaranya dengan memanfaatkan segala potensi yang ada dalam
negaranya. Misalnya membangkitkan ekonomi mikro seperti usaha kecil dan
menengah (UKM) tidak hanya berfokus pada ekonomi makro seperti finance,
property, dsb.
3. Sebelum memutuskan untuk memiliki sistem mata uang tunggal, pemerintah
regionalism lain yang berencana melakukan penyatuan mata uang harus betulbetul memperhatikan standard dan kemampuan masing-masing negara anggota
karena setiap negara berada pada standard an kemampuan yang berbeda agar
krisis seperti krisis ekonomi Italia dan beberapa negara anggota UE tidak terjadi
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arief, Dr. Sritua. 1996. Teori Ekonomi Mikro dan Makro Lanjutan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Fawcett, Louise dan Hurnel, Andrew. 2002. “Regionalism In World Politics”.
London: Oxford University Press.
Hady, Hamdy, 2004, Ekonomi Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Juanda, Wawan. 1999, “Kamus Hubungan Internasional”. Bandung: Putra A.
Bardin.
Ma’ruf, Muhammad, 2008. Tsunami Finansial. Jakarta: PT Mizan Publika
ML, Jhingan, dan Dr. Guritno. T.2004.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus, 1992. “MACROECONOMIC
Fourteenth Edition”, Jakarta: Erlangga.

219

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor (2), 2013: 463-476

Snyder, Craig A. 2008. Contamporary Security and Strategy. Palgrave: Macmillan
Sumawinata,
Sarbini.2004.
GramediaPustakaUtama.

PolitikEkonomiKerakyatan.

Jakarta:

Internet:
Italy GNI per capita dalam, http://www.indexmundi.com/facts/italy/gni-per-capita
Data statistic dalam,
http://siteresources.worldbank.org/DATASTATISTICS/Resources/GDP_PP
P.pdf
Jurnal

Krisis
Eropa
dalam,
http//revisi-krisis-eropa---30des2011final__20111005055822__3444__0/

Italy and Euro dalam, http://www.economist.com/node/21557390
Italian economics dalam, http://www.economist.com/node/21538178
Italian economics problem dalam, http://www.economist.com/node/21556297
Data statistic dalam,
http://siteresources.worldbank.org/DATASTATISTICS/Resources/GDP_PP
P.pdf
Indeks Kualitas Hidup menurut economist intelligence unit dalam,
http://www.economist.com/media/pdf/QUALITY_OF_LIFE.pdf
Jurnal krisis Yunani dalam, http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&sqi=2&ved=0CC
wQFjAA&url=http%3A%2F%2Fstiemj.ac.id%2Fdownlot.php%3Ffile
%3D1.%2520jurnal-krisis
%2520yunani.pdf&ei=IYUeygFcXPrQf8iIDYCA&usg=AFQjCNGCvcag
ba7CbMLKEqscdaCg2hOewA&sig2=N-XhFjeZmCAtVJQlEoAlA&bvm=bv.46751780,d.bmk
Unemployment rate dalam, www.tradingeconomics.com/italy/unemployment-rate

220