MANFAAT INFORMASI AKUNTANSI DALAM INTENS

MANFAAT INFORMASI AKUNTANSI DALAM INTENSI PEMILIHAN
SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
AYU ANDIRA
Universitas Atmajaya Makassar
e-mail: andiraa958@gmail.com

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian dunia saat
ini. Banyak perusahaan yang memanfaatkan pasar modal sebagai media untuk
menyerap investasi sebagai upaya memperkuat posisi keuangannya. Pasar modal
bertindak sebagai penghubung antara investor (pemodal) dengan perusahaan ataupun
institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan. Investor merupakan
orang perorangan atau lembaga baik domestik atau non domestik yang melakukan
suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai dengan jenis investasi yang dipilihnya)
baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Dalam rangka melaksanakan kegiatan
investasi, investor perlu mengambil keputusan investasi.Keputusan investasi yang

dimaksud ialah keputusan untuk membeli, menjual, ataupun mempertahankan
kepemilikan saham (Cahyadindan Milandari, 2009; Puspitaningtyas, 2012; Vyas, 2012).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan investor untuk bertindak
dalam memilih saham yang tepat. Diantaranya seperti berita, informasi, politik, risiko,
keamanan, kebijakan, rumor, faktor eksternal (pasar global), serta pertimbangan
keyakinan pelaku pasar dalam melakukan niat untuk berinvestasi saham (Adhikara dan
Maslichah, 2013). Para investor individu di Indonesia sendiri cenderung memilih saham
berdasarkan isu atau rumor yang bersifat spekulatifini dikarenakan sebenarnya investor
mempunyai akses dan respon terhadap informasi yang ada, tetapi mempunyai
kemampuan yang terbatas dalam mengolah informasi tersebut untuk mengambil
sebuah keputusan dalam memilih saham yang tepat. Dampaknya yaitu keputusan yang
diambil oleh investor bersifat spekulatif dan hanya berpedoman pada rumor maupun
isu yang bered.

Konsep mengenai investor (individu) yang rasional dalam teori pengambilan keputusan
bermakna bahwa dalam mengambil keputusan, tindakan yang dipilih adalah tindakan
yang
akan
menghasilkan
utilitas

(utility)
tertinggi
yang
diharapkan
(Puspitaningtyas,2012; Shahzad dkk., 2013). Investor yang rasional akan melakukan
analisis dalam proses pengambilan keputusan investasi. Analisis yang dilakukan antara
lain dengan mempelajari laporan keuangan perusahaan, serta mengevaluasi kinerja
bisnis perusahaan. Tujuannya ialah keputusan investasi yang diambil akan memberikan
kepuasan (utility) yang optimal.
Pengambilan keputusan secara umum merupakan fenomena yang kompleks, meliputi
semua aspek kehidupan, mencakup berbagai dimensi, dan proses memilih dari berbagai
pilihan yang tersedia. Teori pengambilan keputusan didas ari oleh konsep kepuasan,
bahwa utilitas merupakan jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif yang dicapai,
dengan jumlahini individu dapat menentukan meningkat atau menurunnya utilitas
dalam upaya meningkatkan kepuasan. Berdasarkan konsep ini, setiap tindakan individu
bertujuan untuk memaksimalkan jumlah utilitas untuk mencapai kepuasan. Demikian
halnya, pengambilan keputusan investasi oleh investor dilakukan secara rasional dalam
rangka memaksimalkan utilitasnya. Para investor secara rata-rata memanfaatkan
informasi akuntansi keuangan sebagai pertimbangan dalam keputusan investasinya
Na’i ,

; Puspita i gtyas,
.
Pada umumnya, dalam proses pengambilan keputusan investasi, investor
mempertimbangkan faktor informasi akuntansi. Informasi akuntansi diprediksi memiliki
nilai relevansi, karena informasi akuntansi secara statistik berhubungan dengan nilai
pasar. Relevansi nilai informasi akuntansi didefinisikan sebagai kemampuan
menjelaskan (explanatory power) nilai suatu perusahan berdasarkan informasi
akuntansi. Relevansi nilai diarahkan untuk menginvestigasi hubungan empirik antara
nilai-nilai pasar saham (stock market values) dengan berbagai angka (nilai) informasi
akuntansi yang dimaksudkan untuk menilai manfaat angka-angka tersebut dalam
penilaian fundamental perusahaan (Puspitaningtyas, 2012).
Studi Adhikara dan Septiyanto (2011) mengenai perilaku investor dan manfaat
informasi akuntansi, menemukan bahwa informasi akuntansi tidak bermanfaat dalam
melakukan pengambilan keputusan karena sinyal informasi dalam laporan keuangan
tidak mampu membuat investor untuk melakukan perubahan atas keyakinan yang telah
dipegang sebelumnya. Persepsi investor tentang informasi keuangan dan non
keuangan, memotivasinya untuk merubah keyakinan awal mengenai reposisi pemilihan
saham.
Listyarti dan Suryani (2014) yang menguji faktor lain di luar norma subjektif dan
persepsi kontrol perilaku, menemukan bahwa informasi keuangan akan mempengaruhi

intensi investor dalam memilih saham maupun untuk membuat keputusan investasi.
Mereka mengungkapkan saat perusahaan menerbitkan laporan keuangan, maka

investor akan mempelajari dan menganalisisnya untuk menentukan jika hal tersebut
adalah berita baik atau buruk. Mereka juga mengungkapkan bahwa investor
menggunakan informasi keuangan untuk mempertinggi intensi mereka dalam
berinvestasi di pasar modal. Selain itu mereka juga menemukan bahwa jika investor
mengerti dan mempunyai pengetahuan lebih tentang perubahan faktor makro
ekonomi, maka mereka akan lebih percaya diri dalam memilih saham. Investor
mengerti bahwa perubahan faktor makro yang terjadi disebabkan oleh aspek lain di luar
kendali mereka, yang pada akhirnya akan berefek pada seluruh mekanisme di pasar
modal.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Adhikara dan Maslichah (2014), bahwa informasi
akuntansi merupakan kinerja laporan keuangan sebagai signal good news. Adhikara dan
Maslichah melakukan penelitian pada analis efek sebagai wakil dari investor dalam
mengelola portofolio saham mereka. Niat untuk memilih saham dibentuk dari
anteseden penyebab perilaku yaitu informasi. Informasi dapat diterima dalam bentuk
informasi keuangan maupun informasi non keuangan. Salah satu bentuk informasi
keuangan adalah informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan. Laporan
keuangan memberikan informasi kinerja keuangan, prospek, dan nilai perusahaa n serta

membentuk pengetahuan fundamental keuangan sebagai keyakinan bagi pelaku untuk
melakukan pemilihan saham unggulan. Pengetahuan tersebut mempunyai akibat positif
atau negatif dan mempengaruhi sikap untuk melakukan tindakan pemilihan saham
(positif) atau tidak melakukan tindakan pemilihan saham (negatif).

1.2. Rumusan Masalah
Menurut Prabowo (2000), pasar modal Indonesia termasuk emerging market. Ciri pasar
ini adalah: pertama, Investor melakukan reaksi terhadap informasi secara naif dan tidak
canggih (unsophisticated). Investor mempunyai kemampuan terbatas dalam
menganalisis, dan menginterpretasikan informasi yang mereka terima. Kedua, peranan
laporan keuangan sebagai pendukung pengambilan keputusan investasi belum
digunakan secara optimal dan penggunaannya relatif kecil di pasar modal Indonesia.
Ketiga, penyebaran informasi belum merata oleh investor. Sehingga, keterbatasan
investor dalam menganalisis laporan keuangan menyebabkan mereka cenderung
mencari aspek fundamental emiten dengan caranya sendiri (Adhikara dan Maslichah,
2014).
Berdasarkan hal tersebut, maka peranan analis efek diperlukan dalam melakukan
penilaian terhadap saham. Fungsinya memberi rekomendasi dan advisory kepada
investor dalam memilih saham terbaik melalui pembelian ataupun penjualan. Tujuannya
adalah untuk mengetahui dan memprediksi saham mempunyai harga wajar (fair value)

dan tidak mispriced pada waktu dan kondisi yang tertentu, serta peran rekomendasinya

sebagai referensi penting bagi para investor dalam investasi saham (Agung dkk, 2007).
Rekomendasi analis efek mempengaruhi harga saham dan indeks pasar.
Rekomendasi analis efek dibedakan dalam dua kategori, yaitu: rekomendasi berdasarkan
fundamental dan teknikal (Kontan OnLine, 14 Desember 2008). Rekomendasi
fundamental menggunakan kinerja perusahaan di masa lampau dan prospek kinerja di
masa datang. Sehingga, menyukai penggunaan model yang tidak terlalu rumit, mudah
dipahami, dan mendasarkan diri atas informasi akuntansi (Investor, 2007; Suad, 2006).
Hal ini menuntut kualitas dan keterbukaan informasi, terutama informasi akuntansi
sebagai pembentuk efisiensi pasar. Informasi ini sarat dengan isu, substansi, dan
pengetahuan yang digunakan analis efek dan user lainnya dalam pengambilan
keputusan prediksi harga saham (Hartono, 2008; SFAC No.1, 1978). Sedangkan,
rekomendasi teknikal mendasarkan penilaian pada analisis perubahan harga saham yang
bersifat investasi jangka pendek.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti mengenai
manfaat informasi dalam pemilihan saham dibursa efek indonesia yang diuangkan dalam
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh informasi akuntansi terhadap intensi investor dalam pemilihan
saham?

2. Bagaimana pengaruh norma subjektif terhadap intensi investor dalam pemilihan
saham?
3. Bagaimana pengaruh persepsi kontrol perilaku terhadap intensi investor dalam
pemilihan saham?
4. Bagaimana pengaruh informasi akuntansi terhadap beliefs revision dan risiko
unsystematic?

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka dapat diidentifikasi bahwa tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh informasi akuntansi terhadap intensi investor dalam
pemilihan saham di Bursa Efek Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh kualitas informasi akuntansi, norma subjektif, dan persepsi
kontrol perilaku terhadap Intensi investor dalam pemilihan saham?terhadap
persepsi control perilaku.
3. Menganalisis hubungan manfaat informasi akuntansi terhadap beliefs revision,
presepsi resiko unsystematic, intensi pemilihan saham

1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi saham di pasar modal.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau informasi dalam
mendukung penelitian selanjutnya tentang manfaat informasi akuntasi dalam
pemilihan saham di bursa efek.

BAB 2
KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Hubungan Manfaat Informasi Akuntasi Terhadap Intensitas Pemilihan Saham
Nilai informasi akuntansi yang berguna bagi investor secara empirik diinvestigasikan
melalui hubungan
antara data akuntansi yang di-release kepada publik dan perubahan
harga sekuritas suatu perusahaan. Jika hubungannya adalah signifikan, maka bukti
menunjukkan bahwa informasi akuntansi adalah berguna (useful) dengan respek terhadap
penilaian perusahaan. Agar dapat berguna, penyajian informasi akuntansi harus dapat
membantu investor memprediksikan hasil-hasil pengembalian investasi di masa depan
(Puspitaningtyas, 2010). Diharapkan berdasarkan informasi tersebut, investor yang rasional
dapat membuat suatu keputusan investasi yang optimal.
Keyakinan mengenai kandidat saham terpilih didasarkan atas informasi laporan
keuangan emiten diterbitkan. Meskipun analis efek mendasarkan keyakinan pada
informasi laporan keuangan, tetapi keyakinan mereka tidak sama karena perbedaan

dalam mendapatkan informasi dan kemampuan melakukan interpretasi terhadap
laporan keuangan. Pelaku mempunyai keyakinan mengenai kandidat saham terpilih
berdasarkan kinerja keuangan dari masing-masing saham. Setelah penerbitan laporan
keuangan tahun berjalan, pengguna membaca, menganalisis, dan menginterpretasikan
laporan keuangan. Sehingga, pengguna menjadi lebih tahu dari hasil analisis angka angka akuntansi dalam laporan keuangan. Implikasinya adalah pengguna memilih
saham yang memberi keyakinan atas kinerja dan prospek saham karena memberi
informasi sebagai good news, serta tidak meilih saham karema memberi informasi bad
news . Pengguna condong untuk melakukan pilihan saham melalui pembelian saham
perusahaan dengan harga saat ini ( good news) serta melakukan penjualan atau
mempertahankan saham tersebut dalam portfolionya ( bad news). Hal ini sesuai dengan
studi Hogarth a d Ei hor ’s
, Beaver
, Bar eris da Thaler
, Eipstei
(1975), Easton dan Zmijewski (1989), serta Stuerke (2005) .

2.2. Hubungan Norma Subyektif Terhadap Intensi Pemilihan Saham
Bhattachrjee (2000) menyatakan bahwa norma subyektif di pengaruhi oleh dua bentuk,
yaitu pengaruh interpersonal dan eksternal. Pengaruh interpersonal berasal dari teman,
anggota keluarga, kolega, atasan, dan individu berpengalaman, sedangkan pengaruh

eksternal adalah berasal dari pihak luar organisasi seperti media massa, opini pakar,
dan informasi non personal yang dipertimbangkan individu dalam berperilaku. Norma
subyektif mencerminkan pandangan individu terhadap keyakinan orang lain yang akan
mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku. Pengguna dalam
melakukan pengambilan keputusan pemilihan saham mendapatkan dorongan dan
motivasi dari para ahli untuk bertindak seperti apa yang mereka lakukan.
Tan dan Teo (2000) tidak menemukan hubungan norma subyektif dengan niat. Hal ini
disebabkan hubungan tersebut dipandang hanya dari pengaruh (teman, kolega, dan
keluarga) dan tidak melihat dari pengaruh eksternal. Hasil study Hsu dan Chiu (2014)
tidak mempunyai pengaruh terhadap niat untuk mengis i e-filling. Alasannya, norma
subyektif yang diharapkan tidak berpenaruh dalam membentuk minat berperilaku
karena individu lebih lebih banyak melakukan adopsi dengan melakukan meniru
(memetic).

2.3. Hubungan Presepsi Risiko Unsystematic Terhadap Intensitas Pemilihan Saham
Persepsi risiko unsystematic mencerminkan pandangan pengguna tentang potensi loss
pada item-item laporan keuangan sehingga saham perusahaan bersifat berisiko (Koonce
et al., 2004). Persepsi risiko saham menunjukkan kondisi mengkhawatirkan dari kinerja
dan prospek perusahaan yang buruk. Karena saham tidak berprospek, maka pengguna
akan melakukan evaluasi kinerja saham individu dalam portfolio. Kinerja saham individu

yang buruk akan dilepas dan dirubah dengan saham yang mempunyai kinerja dan
prospek bagus. Sehingga, niat untuk pengambilan keputusan dalam pemilihan saham
menjadi tinggi. Prediksi ini didukung dari hasil studi Chen dan Steiner (1990), serta
Gibson et al. (1997).

2.4. Hubungan Presepsi Risiko Systematic Terhadap Intensitas Pemilihan S aham.
Risiko systematis berasal dari lingkungan eksternal, seperti turbulensi ekonomi, kondisi
politik negara, perubahan dan perkembangan teknologi informasi, kebijakan
pemerintah, kondisi pasar keuangan, serta perubahan tingkat bunga yang direspon
pengguna. Sehingga, pengguna mempersepsikan lingkungan eksternal tersebut tidak
dapat diprediksi karena aspek eksternal di luar kendalinya yang akan mempengaruhi
seluruh mekanisme perdagangan saham dalam bentuk volatilitas harga saham di Bursa
Efek. Lingkungan pasar modal menjadi tidak pasti, harga sekuritas menjadi fluktuatif
serta menjadi proses yang sulit diperkirakan pengguna untuk mengantisipasi pasar yang

mengalami volatility tersebut. Kondisi tersebut memberikan pandangan ekpektasi yang
beragam sehingga pengguna mengambil keputusan dengan memegang (hold) daripada
melakukan penjualan (sell) atau pembelian (buy) saham. Hal ini sesuai dengan tujuan
utama pengguna untuk memperoleh income dalam horison waktu pencapaian kenaikan
dalam capital investment. Hasil studi ditunjukkan oleh studi Tim BEJ (1997), Luo (1999),
Kim dan Lim (1988), serta Goldberg dan Von Nitzsch (2001).
2.5. Hubungan Manfaat Informasi Akuntansi Terhadap Beliefs Revision
Fishben dan Ajzen (1975) memberikan pandangan beliefs sebagai komponen yang
berisikan pengetahuan tentang X. Komponen ini baik secara positif atau negatif terjadi
karena keikutsertaan dalam suatu X. Pengetahuan X dalam hal ini adalah opini tentang
sesuatu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Dalam konteksakuntansi,
beliefs adalah komponen yang mengupas secara kritis dalam proses pengambilan
keputusan dan menentukan perilaku pengambilan keputusan (Beaver, 1989). Peran
informasi adalah merubah keyakinan sehingga perilaku pengambilan keputusan
berubah ketika informasi baru tiba. Keyakinan investor tidak tampak. Harga saham
dapat dipandang sebagai penampakan dari proses kesetimbangan keyakinan investor.
Revisi keyakinan menunjukan investor melakukan revisi keyakinan mengenai harga
saham ketika menerima informasi dalam bentuk deviden dan earnings surprises
Hogarth da Ei hor ’s,
. Asu si ya adalah i dividu eru ah keyaki a
elalui
urutan proses anchoring dan adjustment. Keyakinan sekarang bermanfaat sebagai
keyakinan awal yang akan disesuaikan menjadi keyakinan baru dan terjadi terusmenerus secara berurutan. Teori ini juga mempertimbangkan kekuatan keyakinan awal
(anchor) dan memprediksikan bahwa anchor yang besar akan berkurang lebih banyak
oleh informasi negatif daripada anchor yang kecil, dan sebaliknya. Hal ini disebut
anchoring effect. Scott (2011) memberikan prediksi perilaku investor dalam merespon
informasi laporan keuangan, yaitu:
1. Investor mempunyai keyakinan tentang return dan risk saham emiten yang
diharapkan. Keyakinan ini didasarkan pada informasi yang tersedia di pasar, yang
meliputi harga pasar sampai sebelum laba bersih perusahaan diterbitkan. Tetapi,
keyakinan tersebut tidak sama karena berbeda dalam menempatkan informasi dan
kemampuan interpretasi.
2. Setelah penerbitan laba bersih tahun berjalan, investor akan menjadi lebih tahu
dengan menganalisa angka laba. Contohnya, jika laba bersih lebih tinggi dari yang
diharapkan, maka menjadi good news. Beberapa investor akan merivisi
keyakinannya mengenai earning power dan return di masa mendatang. Investor
lainnya yang mempunyai harapan tinggi tentang betapa seharusnya laba bersih
sekarang, menginterpretasikan laba bersih yang sama sebagai bad news. Investor
yang telah merevisi kepercayaan mereka mengenai profitabilitas return di masa
mendatang yang lebih tinggi condong untuk membeli saham perusahaan dengan
harga pasar saat ini.

Scott (2011) dan Beaver (1989) menyatakan informasi akuntansi mempunyai
kandungan informasi jika membantu investor melakukan revisi keyakinan saham dalam
proses pengambilan keputusan membeli atau menjual saham. Sehingga membantu
dalam revisi keyakinan mengenai harapan earning yang diinginkannya. Proksi harapan
pada perubahan harga dan volume perdagangan saham. Hasil studi Easton dan
Zmijewski (1989) menunjukkan untuk setiap $1 good news atau bad news dalam
pelaporan laba, analis menaikkan atau menurunkan ramalan laba kwartalan berikutnya
sebesar 34 cent diatas rata-rata dan menyatakan secara tidak langsung laporan
keuangan perusahaan adalah informatif. Stuerke (2005) menunjukkan hubungan positif
antara revisi ramalan analis setelah pengumuman laba interim dengan ERC, kekuatan
earning surprises, dan earning-returns. Hasil studi adalah manfaat pengumuman
earning berhubungan dengan informasi baru, inovasi ERC, dan ketidakpastian earnings.
Barberis dan Thaler (2003) menyatakan dalam rational expectation equilibrium bahwa
investor bersifat rasional dan consistent beliefs. Artinya, ketika investor menerima
informasi baru, investor merubah keyakinan secara benar dan membuat pilihan yang
secara normatif diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya investor memproses
informasi secara benar tetapi investor juga cukup mendapatkan informasi.
Peranan laporan keuangan dalam keputusan ekonomi memberikan sumbangan yang
bertentangan. Studi Eipsten (1975) menunjukkan 45,2% pemegang saham tidak
mendasarkan pada laporan keuangan serta menyimpulkan laporan keuangan tahunan
tidak memberikan manfaat informasi bagi pemegang saham dalam pengambilan
keputusan. Studi Chen dan Hsu (2005) menunjukkan temuan yang kontradiktif bahwa
informasi company news dan advice memberikan sumbangan lebih tinggi daripada yang
disajikan laporan keuangan dalam mengubah keyakinan dan tindakan investor. Persepsi
investor Hong Kong menyatakan bahwa kualitas relevan lebih penting daripada kualitas
reliabilitas.
2.6. Hubungan Manfaat Akuntansi Terhadap Presepsi Risiko Unsystematic
Penelitian menunjukkan manfaat informasi akuntansi berpengaruh terhadap persepsi
risiko unsystematic oleh hasil studi Beaver et al. (1970), Lee (1999), Koonce et al.
(2004), serta Capstaff (1992). Pengguna mempunyai keyakinan bahwa perusahaan
mengalami kesulitan keuangan, illikuid, kondisi keuangan mengkhawatirkan, atau
kemungkinan saham merupakan instrumen berisiko karenanya mempunyai persepsi
berisiko. Pengguna mengendalikan unsystematic risk dengan diversifikasi dari variasi
jenis perusahaan, industri, dan komposisi. Sehingga pengguna mengambil sikap
terhadap resiko berdasarkan preferensi risikonya, yaitu: risk averter, risk seeker, atau
risk neutral.
Manfaat informasi akuntansi tidak berpengaruh terhadap persepsi risiko unsystematic
oleh studi Lambert dan Verrechia (2005), serta Ferris et al. (1990). Informasi akuntansi
menunjukkan kinerja, prospek, dan nilai perusahaan. Informasi disikapi positif oleh
pengguna karena perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan dan likuid. Persepsi

pengguna menunjukkan saham perusahaan tidak berisiko dan mempunyai preferensi
risk neutral.
2.7. Hubungan Belief Revision Terhadap Intensi Pemilihan Saham
Bruns (1968) membuktikan beliefs menentukan perilaku pengambilan keputusan dalam
melakukan tindakan karena interpretasi dari informasi. Melalui pusat pemahaman
pemrosesan informasi dari cognitive seperti memori, attention, persepsi, pemikiran,
pengetahuan dan pertimbangan terjadi proses intensi pada investor untuk
mengestimasi return dari saham yang diminatinya. Investor memberikan hasil berbeda
karenaperbedaan pengetahuan dan beliefs. Wahlund dan Gunnarsson (1996)
menunjukkan intensi dipengaruhi perbedaan kapasitas kognitif dan tipe pengambilan
keputusan investasi. Perbedaan kapasitas kognitif menunjukkan keterbatasan kapasitas
memori dalam melakukan pemrosesan informasi secara berurutan. Hal ini
menunjukkan bahwa individu memahami bagaimana mengkonseptualisasikan peristiwa
dan mengartikan dengan memberikan informasi. Karena keterbatasan kognitif tersebut
maka individu akan berbeda dalam membuat pertimbangan.
Hasil studi berbeda terdapat hubungan negatif dengan menambahkan variabel ethical
beliefs untuk menjelaskan perilaku individu dalam melakukan tindakan pengambilan
keputusan (Blanthorne, 2000). Hasil studi menunjukkan ethical beliefs mempunyai
pengaruh negatif dan pengaruhnya paling besar terhadap niat berperilaku tidak patuh.

BAB 3
HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN
3.1. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil empiris di atas, maka disusunlah hipotesis sebagai
berikut :
1. Manfaat akuntansi terhadap intensi pemilihan saham.
2. Hubungan norma subyektif terhadap intensi pemilihan saham.
3. Hubungan presepsi risiko unsystematic terhadap intensi pemilihan saham.
4. Hubungan presepsi risiko systematic terhadap intensi pemilihan saham.
5. Hubungan manfaat informasi akuntasi terhadap belief revision.
6. Manfaat informasi akuntansi Terhadap Presepsi Risiko Unsystematic
7. Hubungan Belief Revision Terhadap Intensi Pemilihan Saham.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan eksplanatoris-kausalitas dalam
menjelaskan fenomena intensi dalam pemilihan saham karena penelitian ini akan
mengemukakan hungan sebab akibat antara variabel. Sumber data adalah

primer. Dimensi waktu adalah one shot study. Metode pengumpulan data adalah
survei. Data penelitian berupa data subyek analis efek yang menyatakan opini,
sikap, justifikasi, pengalaman, atau karakteristik subyek dalam pengambilan
keputusan pemilihan saham. Responden penelitian adalah analis efek. Unit
analisis adalah individu.
3.2.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian adalah analis efek pada bagian research and development
perusahaan sekuritas dan tergabung dalam Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI).
Besar ukuran sampel menurut Hair et al. (2007) adalah 5 – 10 x jumlah variabel
atau dengan estimasi maximum likelohood estimation (MLE) diantara 100 - 200.
Ukuran sampel ditentukan berdasarkan MLE adalah 178. Teknik pengambilan
sampel menggunakan simple random sampling yaitu setiap analis efek
mempunyai kesempatan sama untuk dipilih sebagai sampel.
3.2.3. Teknik Analisa
Analisis data menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan program
AMOS 4.01 untuk pengujian hipotesis 1 sampai dengan 7. Teknik ini sesuai bila
dipergunakan untuk analisis hubungan yang menggambarkan rangkaian tahapan
melalui analisis path (jalur).

3.2.4. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.2.4.1. Manfaat Informasi Akuntansi
Manfaat informasi akuntansi adalah derajat afek positif atau negatif yang
ditentukan secara langsung oleh keyakinan analis efek terhadap kualitas
informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan. Instrumen untuk
mengukur manfaat informasi akuntansi dikembangkan oleh peneliti dari SAK (IAI,
2012), Ho dan Wong (2005), serta (Arrozi dkk, 2013). Manfaat informasi
akuntansi diidentifikasi dari 5 variabel laten dan 15 variabel terukur, yaitu:
1. Relevance (IA1) terdiri dari tiga indikator, yakni prediktif, umpan balik, dan
tepat waktu.
2. Reliability (IA2) terdiri dari tiga indikator, yakni dapat diperiksa/keterujian,
Ketepatan penyimbolan, dan netral.
3. Keterbatasan (IA4) terdiri dari dua indikator, yakni Biaya dan manfaat; serta
Materialitas.
4. Kinerja (IA5) terdiri dari dua indikator, yakni kinerja jangka pendek, dan
prospek.
Instrumen manfaat informasi akuntansi dikembangkan dengan skala Likert. Skala
ini mengukur manfaat informasi dengan angka 1 menunjukkan informasi

akuntansi sangat tidak bermanfaat, serta angka 5 menunjukkan informasi
akuntansi sangat bermanfaat.
3.2.4.2. Presepsi Risiko Unsystematic
Persepsi risiko unsystematic merupakan keyakinan analis efek mengenai pos
laporan keuangan yang dipertimbangkan terjadi potensi kerugian dari hasil.
Instrumen persepsi risiko unsystematic terdiri dari 7 indikator yang
dikembangkan dari Koonce et al. (2004), yaitu:
1. Laporan keuangan menunjukkan kesulitan keuangan (RU1).
2. Kekhawatiran kondisi keuangan perusahaan (RU2).
3. Kondisi keuangan tidak dapat dikendalikan (RU3).
4. Hubungan risiko keuangan dengan waktu terjadinya (RU4).
5. Probabilitas kerugian ekonomi laporan keuangan (RU5)
6. Rugi yang saya prediksi akan terjadi pada perusahaan (RU6).
7. Risiko keuangan terjadi pada perusahaan (RU7).
3.2.4.3. Belief Revision (Revisi Keyakinan)
Revisi keyakinan adalah perubahan keyakinan awal (anchor) menjadi keyakinan
baru (adjustment) karena analis efek memperoleh informasi baru sebagai good
news atau bad news. Instrumen pengukur revisi keyakinan dikembangkan dari
Hogarth da Ei hor ’s
serta S ott
ya g terdiri dari 6 indikator,
yaitu:
1. Earnings membawa berita (RK1).
2. Return membawa kandungan informasi (RK2)
3. Deviden membawa berita (RK3)
4. Deviden membawa kandungan informasi (RK4)
5. Kinerja Price Earning Ratio mengandung informasi positif (RK5)
6. Kinerja mendorong perubahan kandidat (RK6)
Instrumen pengukuran revisi keyakinan menggunakan skala Likert. Skala ini mulai
dari angka 1 yang menunjukkan sangat tidak yakin, serta angka 5 menunjukkan
sangat yakin.
3.2.4.4. Norma Subyektif
Norma subyektif adalah persepsi analis efek tentang kekuatan pengaruh
pandangan orang disekitarnya yang ahli dalam bidang investasi keuangan yang
memotivasinya untuk melakukan pemilihan saham. Variabel norma subyektif
dikembangkan dari Chow dan Chan (2008) dan East R. (1993) dengan 4 indikator,
yaitu: Pengaruh pengamat (NS1), Pengaruh teman (NS2), Pengaruh mass media
(NS3), dan Pengaruh regulator (NS4)
Instrumen norma subyektif dibuat dengan menggunakan skala Likert yang
mengukur kekuatan keyakinan normatif untuk mentaati dalam pengambilan

keputusan investasi. Jawaban yang disediakan mulai sangat tidak mendorong (1)
sampai dengan sangat mendorong (5).
3.2.4.5. Presepsi Risiko Systematic
Resiko systematic adalah persepsi tidak dapat diprediksinya berbagai macam
aspek lingkungan eksternal mereka secara akurat. Instrumen pengukur resiko
systematic terdiri dari 5 pertanyaan yang diperoleh dengan memodifikasi
instrumen yang disusun oleh Gordon dan Narayanan (1984), serta Farid dan
Siswanto (1998). Resiko systematic diidentifikasi melalui 5 indikator, yaitu:
Ekonomi (RS1), Pemerintah (RS2), Politik (RS3), Pasar Keuangan(RS4), dan Tingkat
bunga (RS5).
Pengukuran variabel menggunakan skala Likert. Skala ini mengukur resiko
systematis dengan angka 1 menunjukkan resiko systematis sangat tidak dapat
diprediksi, serta angka 5 menunjukkan resiko systematis sangat dapat diprediksi.
3.2.4.6. Intensi Dalam Pemilihan Saham.
Intensi Pemilihan Saham merupakan niat memilih saham kandidat yang
ditentukan secara langsung dari keyakinan analis efek terhadap estimasi return
saham. Instrumen dikembangkan peneliti dari Wahlund dan Gunnarsson (1996)
dan Arrozi (2012) dengan 7 variabel terukur (indikator), yaitu: keinginan memiliki
saham dengan return tinggi, keinginan memiliki saham blue chips, keinginan
mencari informasi tentang saham yang diinginkan, keinginan merivisi kinerja
saham, keinginan mengetahui cara investasi yang baru, keinginan untuk
responsif terhadap perubahan harga saham, dan keinginan untuk responsif
terhadap perubahan tingkat bunga di pasar.
Instrumen intensi dalam pemilihan saham dikembangkan dengan menggunakan
skala Likert. Responden diminta memberikan tanggapan dengan alternatif
jawaban yang disediakan mulai sangat tidak berniat (1) sampai dengan sangat
berniat (5).

Referensi

Agung,

Ardyatmo, Harris Hadinata, dan Raymond Sondang, 2007, Menguak
Petuah Para Analis, Kontan, No 18, Tahun XI, 5 Februari 2007,
http://www.kontan-online.com"
Ajzen,
Icek, 1988. The Theory of Planned Behavior, Organizational Behavior
and Human Decision Processes, 50 (2).
Arrozi,
MF, 2010, Revisi Keyakinan Atas Sinyal Informasi Akuntansi, Jurnal
Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 10, No. 2, Desember, pp 25-51.
Arrozi,
MF., 2011, Preferensi Investor Dalam Pengambilan Keputusan
Investasi Sekuritas Di Bursa Efek Indonesia, Simposim Riset Ekonomi V,
ISEI, Oktober, Surabaya.
Ball, R. and P. Brown, 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income
Numbers, Journal of Accounting Research, pp 159-178.
Barberis, Nicholas, and Thaler, Richard, 2003, Handbook of the Economics of
Finance, Elsevier Science.
Barth, M.E., W.H. Beaver, and W.R. Landsman, 2001, The relevance of the Value
Relevance for Accounting Policy Makers: Another View, Journal of
Accounting and Economics, pp. 1-38.
Beaver, W.H., Kettler, P., and Scholes, M., 1970. The Association between market
determined and accounting determined risk measures, The
Accounting Review, Vol. 6, pp. 654 – 682.
Beaver, W.H., R. Clarke, and W.F., Wright, 1979. The Association Between
Unsystematic Security Return and The Magnitude of Earnings Forecast
Errors, Journal of Accounting Reasearch, pp. 316-340.
Beaver, W.H., 1989. Financial Reporting: An Accounting Revolution, Second
Edition, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.
BEJ, 1997. Tingkat Pengenalan Terhadap Pasar Modal Pada 7 (tujuh) Ibukota
Propinsi, Jakarta : BEJ. Resource Productivity Center Marketing &
Social Research.
Bhattacherjee, Anol, 2000, Acceptance of e-commerce services: the case of
electronic brokerages.http://www.informatik.unitrier.de/~ley/db/journals/tsmc/tsmca30.html" IEEE Transactions on
Systems, Man, and Cybernetics, Part A 30 (4): pp. 411-420.
Blanthorne, Cynthia M., 2000. The Role of Opportunity and Beliefs On Tax
Evasion: A Structural Equation Analysis. Dissertation, Arizona State
University.
Bruns, William J. Jr., 1968. Accounting Information and Decision Making: Some
Behavioral Hypoyheses, The Accounting Review, July, pp. 469-480.

Capstaff, John, 1992. The Usefulness of UK accounting and market data for
predicting the perceived risk class of securities , Accounting and
Business Research, Vol.22, No.87, pp 219-228.
Chen, S., and Hsu, K. 2005. Perceived usefulness of annual reports and other
information, Paper presented in the Research Forum Session at the
annual meeting of the American Accounting Association, San
Francisco.
Chen, Carl R and Steiner, Thomas L. 1990. Managerial Ownership and Agency
Conflict : A Nonlinier Simultaneous Equation Analysis of Managerial
Ownership, Risk Taking, Debt Policy, and Dividend Policy. The
Financial Review. Vol 34, pp. 119-136.
Chow, Wing S. and Lai Sheung Chan, 2008, Social network, social trust and shared
goals in organizational knowledge sharing, Information &
Management, Volume 45, Issue 7, November 2008, Pages 458-465,
Elsevier.
Easton, P.D., and M.E. Zmijewski, 1989. Cross Sectional Variation In The StockMarket Response to Accounting Earnings Announcement, Journal of
Accounting and Economics, July, pp 117-141.
East, Robert, 1993. Investment Decision and The Theory of Planned Behaviour,
Journal of Economic Psychologi, Vol 14, pp. 337-375.
Epstein, M.J. 1975. The usefulness of annual reports to corporate shareholders.
Los Angeles Bureau of Business and Economic Research, California
State University.