Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Pengembangan Pembelajaran Assure dalam Mengimplementasikan Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Muatan IPA Siswa Di Kelas 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian teori

  Dalam kajian teori ini berisi tentang Pendekatan saintifik, Pengembangan Pembelajaran ASSURE (Analyze Leaner, State Standars and Objacctives, Select

  

Strategies, Technology, Media, and Materials, Utillize Techology, Media, and

Material, Require Learner Participation, Evaluate and Revise),

  IPA dan hasil belajar.

2.1.1 Pengertian Pendekatan Saintifik

  Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. (Lazim,2014:1)

  Kemendikbud (2013) pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta, menyajikan/mengkomunikasikan. Menurut (Daryanto 2014:51) pendekatan saintifik dimaksudkan utnuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendektan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

  Dari beberapa pendapat diatas maka pendekatan saintifik dapat diartikan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang dirancang oleh guru agar peserta didik membangun pengetahuannya secara aktif dengan proses pembelajaran sebagai berikut: mengamati, menanya, menalar, mencoba, mencipta.

  2.1.1.1 Karakteristik Pendekatan Saintifik

  Menurut Lazim (2014:2) Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Berpusat pada siswa.

  b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

  c. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

  d. Dapat mengembangkan karakter siswa.

  2.1.1.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Pendekatan Saintifik

  Menurut Daryanto (2014:58) Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran berpusat pada siswa

  b. Pembelajaran membentuk

  students’ self concept

  c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme

  d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

2.1.1.4 Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Pendekatan Saintifik

  Menurut Zalim (2014:4). Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

a. Mengamati (observing)

  Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

  

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti

  menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

  b. Menanya (Questioning) Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan.

  Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.

  Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

  Kompetensi yang diharapkan dalam menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

  c. Menalar (Associating) Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun

  2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.

  d. Mencoba (Experimenting) Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas a) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum

  b) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan.

  c) Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya;.

  d) Melakukan dan mengamati percobaan

  e) Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data

  f) Menarik simpulan atas hasil percobaan.

  g) Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

  e. Mengkomunikasikan (Networking) Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

  Networking observing Questioning Associating Experimentil (Membentuk (Mengamati) (Menanya) (Menalar) (Mencoba)

  Jejaring)

Gambar 2.1 Bagan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik

  

Sumber: Pendekatan Pembelajaran saintifik kurikulum 2013.Daryanto(2014:59)

2.1.1.5 Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran

  Menurut Daryanto (2014:81). Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup: Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan.

  Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.

  Kegiatan penutup, ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.

2.1.2 Pengembangan Pembelajaran ASSURE

  Dalam Pengembangan Pembelajaran ASSURE akan dijelaskan beberapa hal meliputi Pengertian Pengembangan Pembelajaran ASSURE, Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran ASSURE, kelebihan pengembangan pembelajaran

  ASSURE

  2.1.2.1 Pengertian Pengembangan Pembelajaran ASSURE

  Menurut Smaldino, Lowther dan James (2011) Pengembangan Pembelajaran ASSURE adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang bisa membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi, menentukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Menurut Heinichi,Moelenda dan Russel dalam susilana dan riyana (2009:81) ASSURE mengandung makna dari masing-masing huruf, yaitu Analyze Learner , State Standards And

  

Objectives , Select Strategies, Technology, Media, And Materials,Utillize

Techology, Media, and Material, Require Learner Participation, Evaluate and

Revise.

  Dari kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa ASSURE merupakan suatu prosedur pengembangan perencanaan pembelajaran yang terdiri dari tahapan Analyze Learner , State Standards And Objectives, Select Strategies,

  

Technology, Media, And Materials,Utillize Techology, Media, and Material,

Require Learner Participation, Evaluate and Revise, dimana prinsip kerjanya

  mempertimbangkan sisi pembelajar, materi yang akan dipelajari dengan kesesuain media yang akan digunakan.

  2.1.2.2 Langkah-Langkah Pengembangan Pembelajaran ASSURE

  Dalam penerapan model pembelajaran ASSURE dalam proses belajar mengajar, Sharon dkk (2011:110) mengatakan bahwa model pembelajaran

  ASSURE memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

  a. Menganalisis Pembelajaran (Analyze Learner) Langkah pertama dalam merencanakan mata pelajaran adalah mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik pemelajar yang disesuaikan dengan hasil-hasil belajar. Informasi ini akan memandu pengambilan keputusan saat merancang mata pelajaran. Area-area kunci yang harus dipertimbangkan selama analisis pembelajaran meliputi:

  a) Karakteristik umum Menurut Slameto (2012:5) secara umum peserta didik SD senang bekerja dalam kelompok, senang merasakan atau memperagakan secara langsung.

  b) Kompetensi dasar spesifik (pengetahuan, kemampuan, dan sikap) Menurut Asrori (2009:81) karaktersitik khusus berkaitan dengan pengetahuan, skill dan sikap tertentu yang dimiliki siswa. Lebih lanjut Asrori menyatakan bahwa secara psikologi anak pada jenjang pendidikan awal menuntut informasi yang konkrit, jelas tidak verbalistik, sederhana dan diperlukan pola pembelajran yang lebih menyenangkan yang juga penting pembelajran sesuai dengan ketrampilan berfikir siswa.

  Dalam buku perkembangan peserta didik oleh Ingridwati kurnia menuliskan tahap perkembangan kognitif piaget dianatarnya tahap ketiga : konkret operasional (7-11 tahun) pada masa ini anak sudah bisa melakukan berbagai macam tugas mengkonservasi angka melalui tiga macam proses operasi yaitu:

  a) Negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi diantara kegiatan dan memahami hubungan antar keduanya

  b) Resprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik c) Identitas dalam mengenali benda-benda yang ada c) Gaya belajar.

  Menurut Asrori (2009:221) berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan meyampaikan informasi,maka cara belajar individu dapat dikelompokan kedalam tiga gaya belajar.yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditif, gaya belajar kinestetik

  Menurut DePorter & Hernacki ,(2001) dalam Asrori(2009:221) ciri-ciri perilaku belajar sesuai dengan masing —masing gaya belajar

  Ciri-ciri karakteristik perilaku gaya belajar visual:

  a) Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar b) Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual

  c) Sulit menerima instruksi verbal sehingga seringkali minta instruksi secara tertulis d) Biasanya tidak mudah tergangu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar e) Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik

  f) Merupakan pembaca yang cepat dan tekun

  g) Lebih suka membaca daripada dibacakan

  h) Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik i) Teliti dan rinci j) Mementingkan penampilan k) Dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, cenderung bersikap waspada dan membutuhkan penjelasan secara menyeluruh l) Jika sedang berbicara di telepon suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara m) Sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain n) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak” o) Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato p) Lebih tertarik pada bidang seni lukis, pahat, dan gambar daripada musik Ciri-ciri karakteristik gaya belajar auditif :

  a) Jika membaca maka lebih senang membaca dnegan suaru keras

  b) Lebih senang mendengarkan daripada membaca

  c) Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja

  d) Mudah tergangu oleh kerubutan atau suara berisik e) Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama, dan warna suara f) Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam menceritakannya g) Berbicara dalam irama yang terpola dengan baik

  h) Berbicara dengan sangat fasih i) Lebih menyukai seni musik dibandingkan seni lainnya j) Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat k) Sencang berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar l) Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi m) Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dnegan keras daripada menuliskannya n) Lebih suka humor atau gurauan lisan daipada membaca buku humor/komik

  Ciri-ciri gaya belajar kinestetik

  a) Berbicara dengan perlahan

  b) Menanggapi perhatian fisik

  c) Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka

  d) Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain

  e) Banyak gerak fisik

  f) Memiliki perkembangna otot yangbaik

  g) Belajar melalui praktek langsung

  h) Menghafalkan sesuatu dengna cara berjalan atau melihat langsung i) Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang sedang dibaca j) Senang menggunakan bahasa tubuh k) Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang l) Sulit membaca peta keuali ia memang pernah ke tempat tersebut m) Pada umumnya tulisannya kurang bagus n) Menyukai kegiatan atau permaian yang menyibukan secara fisik

  b. Menyatakan Standar dan Tujuan (State Standards And Objectives) Langkah selanjutnya adalah menyatakan standar dan tujuan belajar sespesifik mungkin. Adalah penting untuk memulai dengan kurikulum dan teknologi. Tujuan-tujuan yang dinyatakan dengan baik akan memperjelas tujuan, perilaku yang harus ditampilkan, kondisi yang perilaku atau kinerja akan diamati, dan tingkat yang pengetahuan atau kemampuan baru harus dikuasai siswa. Dalam hal ini standar dan tujuan yang digunakan bersumber dari silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) silabus kelas III tahun pelajaran 2013-2014

Tabel 2.1 Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) silabus kelas III

  

tahun pelajaran 2013-2014

  SK : 4. Menerapkan konsep energi gerak Kompetensi Materi Pokok Indikator Pencapaian Kompetensi

  Dasar dan Uraian Materi

  4.1 Mengidentifi  Macam-  Mengetahui sumber-sumber energi kaasi sumber macam yang terdapat di sekitar kita energi dan sumber adanya energi

   Menunjukan kegunaanya. energi berdasarkan pengamatan.  Pengunaan  Menjelaskan tujuan penggunaan energi. sumber energi

   Membedakan energi yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui

   Pemanfaatan  Mengetahui cara-cara penghematan cara energi energi menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari

4.2 Menerapkan

  c. Memilih Strategi, Teknologi, Media, dan Materi (Select Strategies,

  Technology, Media, And Materials)

  Setelah menganalisi pembelajar dan menyatakan standar dan tujuan belajar, kita harus membuat titik permulaan (pengetahuan, kemampuan, dan sikap terkini para siswa) dan titik akhir (tujuan belajar) dari pengajaran. Tugas kita sekarang adalah membangun jembatan diantara kedua titik tersebut dengan memilih strategi pengajaran, teknologi, dan media yang sesuai, kemudian memutuskan materi untuk menerapkan pilihan-pilihan tersebut.

  Hal diatas sejalan dengan pendapat Susilana dan Riyana (2009:70), dimana pendekatan yang digunakan dalam mengkaji media adalah bagian integral dari pendidikan yang akan sangat dipengaruhi beberapa kriteria sebagai berikut:

  

Gambar .2.2

  Sumber : Media Pembelajaran,Hakikat,Pengembangan,Pemanfaatan, dan Penilaian,Susilana dan Riyana,2009 d. Menggunakan Teknologi, Media, dan Material (Utilize Technology,

  Media And Materials)

  Tahap ini melibatkan perencanaan peran guru untuk menggunakan teknologi, media, dan material untuk membantu para siswa mencapai tujuan belajar. Dalam proses pelaksanaanya terdiri dari “5P”: mengulas (preview) teknologi, media dan material; menyiapkan (prepare) teknologi, media dan material; menyiapkan (prepare) lingkungan; menyiapkan (prepare) para pembelajar; dan memberikan (provide) pengalaman belajar.

  e. Mengharuskan Partisipasi Pembelajaran (Require Learner Parcipation) Agar efektif pengajaran sebaiknya mengharuskan keterlibatan aktif mental para pembelajar. Sebaiknya terdapat aktifitas yang memungkinkan mereka menerapkan pengetahuan atau kemampuan baru dan menrima umpan balik mengenai kesesuaian usaha mereka sebelum secara formal dinilai. Praktik mungkin melibatkan periksa mandiri para siswa, pengajaran dibantu komputer, kegiatan internet, atau kerja kelompok. Guru, komputer, para siswa lainnya, atau evaluasi mandiri mungkin memberikan umpan balik.

  f. Mengevaluasi dan Merevisi (Evaluate And Revise) Setelah melaksanakan sebuah mata pelajaran adalah penting untuk mengevaluasi dampaknya pada pembelajaran siswa. Penilaian ini sebaiknya tidak hanya memeriksa tingkat dimana para siswa telah mencapai tujuan belajar, tetapi juga memeriksa keseluruhan proses pengajaran dan dampak penggunaan teknologi dan media. Sekiranya terdapat ketidak cocokan antara tujuan belajar dan hasil-hasil siswa. Kita sebaiknya merevisi rencana mata pelajaran untuk membahas area-area pertimbangan tersebut.

2.1.2.3 Kelebihan Pengembangan Pembelajaran ASSURE

  Menurut Smaldino, Lowther, dan James (2011:173) kelebihan model pembelajaran ASSURE adalah sebagai berikut ini: a. Individualis :Komputer dan multimedia memungkinkan parasiswa mengendalikan laju dan urutan pembelajaran mereka, yang memberkan mereka b. kebutuhan khusus : komputer dan multimedia efektif untuk pembelajar khusus siswa yang beresiko, siswa dalam latar belakang budaya beragam, dan siswa dengan ketidakmampuan.

  c. Pemantauan : kemampuan komputer dalam menyimpan rekaman menjadikan pengajaran lebih terindividualisasi : guru bisa menyiapkan mata pelajaran individual untuk seluruh siswa ( terutama siswa normal istimewa) dan memantau perkembangan mereka.

  d. Manajemen informasi :Komputer dan media bisa mencakup dasar pengetahuan yang terus tumbuh yang terkait dengan ledakkan informasi.

  e. Pengalaman multisensorik : komputer dan multimedia menyediakan beragam pengalaman belajar f. Partisipasi pembelajar : R dari model assure tercapai dengan materi komputer dan multimedia karena mereka mengharuskan para pembelajar untuk terlibat dalam kegiatan

2.1.3 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam dan Pembelajarannya

2.1.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

  IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati, Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2012:136).

  Adapun Wahyana (dalam Trianto, 2012:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

  Berdasarkan pendapat diatas jadi IPA merupakan suatu ilmu yang didalamnya tidaknya terdapat sebuah fakta dan konsep tetapi juga harus disertai dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah untuk membuktikan kebenaran dari fakta dan konsep dalam IPA.

2.1.3.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

  Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur, Donosepoetro (dalam Trianto, 2012:137). Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah ataupun sebagai bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

  Sementara itu, menurut Prihantoro dkk (dalam Trianto, 2012:137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

  Dengan demikian, dari pendapat para ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam hakikat IPA terdapat 3 kompenen penting yaitu proses, produk dan prosedur yang ada didalam IPA. Selain itu hakikat IPA ini juga didukung secara khusus dalam kurikulum berbasis kompetensi.

  Secara khusus fungsi dan tujuan IPA didasarkan kurikulum berbasis kompetensi, Depdiknas (dalam Trianto, 2012:138) adalah sebagai berikut: a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

  b. Mengembangkan sikap, ketrampilan dan nilai ilmiah.

  c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.

  d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi.

  Dari pernyataan itu dapat tersebut dapat dijadikan penguat bagi hakikat

  IPA bahwa IPA bukan hanya sekedar ilmu, tetapi merupakan suatu dimensi yang memiliki kekuatan yang sangat besar karena memperlajari banyak hal yang luar biasa, misalnya tentang sistem tata surya kita.

2.1.3.3 Hakikat Pembelajaran IPA

  Menurut Trianto (2012:141) mengatakan bahwa secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat pula dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala- gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal.

  Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan diatas, maka nilai- nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut, Trianto (2012:141):

  a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah.

  b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

  c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan, Laksmi (dalam Trianto, 2012:142).

  Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:

  a. Memberikan pengetahuan kepada tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap.

  b. Menanamkan sikap hidup ilmiah. d. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuan penemunya.

  e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan, Laksmi (dalam Trianto, 2012:142)..

  Dari pembahasan diatas, maka hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut: a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

  b. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan ketergantungan, dan hubungan atara sains dan teknologi.

  c. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi.

  d. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur terbuka, benar dan dapat bekerja sama.

  e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berbikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

  f. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi, Depdiknas (dalam Trianto, 2012:143).

  Dengan demikian, semakin jelas bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditetankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan, Trianto (2012:143).

2.1.4 Hasil Belajar

  Menurut Suprijono (2011), hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil siswa yang mencakap ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi menurut Bloom, yakni hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

  Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang didapat siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran yang hasilnya meliputi tiga aspek yaitu kognitif, sikap dan psikomotor .

2.1.4.1 Ranah kognitif

  Menurut Suprihartiningrum (2014:38) Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan memcahkan masalah, seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, analissi, dan pengetahuan evaluatif.

  Menurut Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:26) mengemukakan adanya enam kelas/tingkatan aspek kognitif yaitu : a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

  b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

  c. Aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

  d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian- bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

  e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

  f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

2.1.4.1.1 Pengukuran Kognitif

  Menurut Dimyati (2006:256), bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda.

2.1.4.2 Ranah Afektif

  Ranah Afektif adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, serta mempunyai daya atau makna yang menunjukkan perasaan. Putra ( 2013:239). Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi atau nilai. Slameto (2012:194) senada dengan pendapat putra, depdiknas dalam Suprihartiningsih (2014:41) aspek afektif yang bisa dinilai disekolah yaitu sikap, minat,nilai, dan konsep diri. Dari tiga pendapat diatas maka aspek yang dapat dinilai adalah sikap,minat,nilai dan konsep diri, dari empat aspek afektif tersebut peneliti mengambil aspek sikap untuk diteliti.

  Sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek (Suprihartiningsih, 2014:42) sejalan dengan pendapat diatas, sikap menurut fishbein dan Ajzen dalam ( Slameto 2012:197) adalah suatu predoposisi yang dipelajari untuk merespon secara positifi atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Menurut Suprijono (2011:6) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah pandangan positif maupun negatif oleh peserta didik terhadap suatu objek setelah melalui proses pembelajaran.

2.1.4.2.1 Pengukuran sikap

  Menurut Asrori dalam karyanya Psikologi pembelajaran menyatakan bahwa secara operasional sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan respons reaksi dari sikapnya terhadap objek, baik berupa orang,suatu peristiwa, situasi dan lain sebagainya

  Menurut Slameto (2012:196) Instrumen sikap adalah alat ukur ranah objek. Dari beberapa teknik atau skala sikap yang dapat dipakai adalah sekala sikap likert. Asrori (2009:161) Dalam skala Likert disajikan satu seri pertanyaan pertanyaan sederhana kemudian responden yang dikur sikapnya diminta menjawabnya dengan cara memilih salah satu pilihan jawaban di antara lima pilihan jawaban yang telah disediakan yaitu:

  a. Sangat setuju

  b. Setuju

  c. Ragu-ragu

  d. Tidak setuju

  e. Sangat tidak setuju Menurut Majid (2009:213) penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai mata pelajaran yang dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut:

  a. Sikap terhadap mata pelajaran

  b. Sikap guru terhadap mata pelajaran

  c. Sikap terhadap proses pembelajran

  d. Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada

  e. Sikap berhubungan dengan nilia-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu f. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum

  Dari enam sikap diatas, peneliti mengambil sikap berhubungan dengan nilai nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu dalam hal ini sikap nilai terhadap perilaku penghematan energi.

2.1.4.3 Ranah Psikomotor

  Ranah Psikomotor menurut Putra (2013:287) adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

2.1.4.3.1Pengukuran Ranah Psikokotor

  Simpson 1956 dalam Putra (2013:287) menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan bertindak individu. Putra (2013:287) tes untuk mengukur ranah psikomotor merupakan tes untuk mengukur penampilan atau kinerja yang telah dikuasai peserta didik. Suprijono (2011:139) tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya. Penilaian kinerja merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks(Abdul Majid,2009:200)

  Putra (2013:287) ranah psikomotor yang diukur meliputi gerak refleks, gerak dasar fundamen, ketrampilan perceptual yang terkoordinasi, ketrampilan fisik, gerakan terampil dan komunikasi non diskuis. Dari beberapa pendapat diatas maka ranah psikomotor yang diukur peneliti adalah keterampilan siswa dalam melakukan percobaan pemanfaatan energi matahari.

2.2 Kajian penelitian yang relevan

  Terdapat beberapa penelitian relevan yang akan dibahas dalam kajian ini yaitu: a. Dewi (2012). Dalam Skripsinya berjudul penerapan desain sistem pembelajaran ASSURE untuk meningkatkan hasil belajar memukul bola dalam permaian kasti pada siswa kelas IV SD Negeri Purworejo Kecamatan Banjarsari Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

  Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa: 1) penerapan desain sistem pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan hasil belajar memukul bola pada siswa kelas IV SD Negeri Purworejo Kecamatan Banjarsari Surakarta, dimana hasil belajar pada prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan yang signifikan bahwa siswa yang tuntas padaprasiklus adalah 11 siswa atau 36, 67%

  siswa atau 53, 33% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 25 siswa atau 83,33%. 2) Sebagian besar siswa setuju dengan penerapan

  Kaitanya penelitian Dewi ini desain sistem pembelajaran ASSURE. dengan penelitian yang akan saya lakukan ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran Analyze Leaner, State Standars and

  Objacctives, Select Strategies, Technology, Media, and Materials, Utillize Techology, Media, and Material, Require Learner Participation, Evaluate and Revise (ASSURE)untuk meningkatkan hasil belajar dan

  sama-sama berjenis penelitian tindakan kelas ( PTK ), sedangkan perbedaannya adalah untuk mata pelajarannya adalah Olahraga.dalam penelitian yang berjenis Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan Dewi telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar olahraga siswa kelas 4.

  b. Ansrida, Dakir, dan Hidayah (2012). pengaruh penerapan model pembelajaran ASSURE terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri se-Dabin I Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013 Dalam penelitian ini dibuktikan bahwa adanya Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis pada taraf signifikansi 5%, diperoleh skor thitung > ttabel (2,031 > 1,997), sehingga H0 ditolak. Simpulan penelitian ini adalah adanya pengaruh penggunaan model ASSURE terhadap hasil belajar IPS.Kaitanya penelitian Ansrida, Dakir, dan Hidayah dan penelitian yang akan kami lakukan ini adalah sama- sama menggunakan model pembelajaran Analyze Leaner, State Standars

  and Objacctives, Select Strategies, Technology, Media, and Materials, Utillize Techology, Media, and Material, Require Learner Participation, Evaluate and Revise (ASSURE).

  c. Giarti (2012). Penerapan model pembelajaran ASSURE untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 2 Bengle Kecamatan Wonosegoro-Boyolali. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas KKM kurang 70 hanya 3 siswa dari 20 siswa (25%) dengan minat hanya 5 siswa (83%) dengan minat belajar sebesar 33%. Pada pembelajran sikus II siswa yang tuntas KKM menjadi 10 siswa (100%) dengan minat belajar sebesar (83%). Kaitanya penelitian Giarti ini dengan penelitian yang akan saya lakukan ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran Analyze Leaner, State Standars and

  Objacctives, Select Strategies, Technology, Media, and Materials, Utillize Techology, Media, and Material, Require Learner Participation, Evaluate and Revise (ASSURE)untuk meningkatkan hasil belajar dan

  sama-sama berjenis penelitian tindakan kelas ( PTK ), sedangkan perbedaannya adalah untuk mata pelajarannya adalah IPA. dalam penelitian yang berjenis Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan Dewi telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 6. Dari hasil penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan pengembangan pembelajaran ASSURE dapat mengefektifkan dan mengefisienkan pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. akan tetapi dalam penelitian yang dilakukan peneliti ada perbedaan mendasar yang dilakukan, yaitu peneliti mengintegrasikan pendekatan saintifik kedalam pengembangan pembelajaran saintifik. sehingga didapatkan tidak hanya hasil belajar siswa meningkat tapi kemampuan siswa dalam berfikir tingkat tinggi bisa didapatkan sebagai upaya siswa dalam mengembangkan dirinya lebih lanjut.

  Berdasarkan landasan teori yang sudah dipaparkan, bahwa ada asumsi bahwa pengaruh pendekatan saintifik yang diintegrasikan kedalam Pengembangan Pembelajaran ASSURE terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Artinya dalam pembelajaran, guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat maka dapat mempengaruhi hasil belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, maka guru harus mampu mengemas dan mendesain KBM sebaik mungkin dengan cara pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan siswa.

2.3 Kerangka Pikir

  Hasil observasi di SD Negeri Semowo 1 kecamatan Pabelan guru kurang yang diinginkan.guru masih terjebak pola pembelajaran yang diawali penjelasan singkat materi oleh guru, siswa diajarkan teori, pemberian contoh soal, kemudian diakhiri dengan latihan soal . Hal yang melatar belakangi kenapa pembelajaran yang dilakukan kurang maksimal adalah kurang dipahaminya RPP, hal ini berkaitan dengan RPP yang digunakan guru hanya digunakan sebagai pelengkap administrasi saja, RPP yang digunakan pun berasal dari KKG .

  Penggunaan RPP dari KKG memang bukan merupakan sebuah kesalahan akan tetapi pelaksaanan pembelajaran dengan menggunakan RPP dari KKG tanpa melakukan penyesuaian siswa dikelas yang diampunya,akan mengakibatkan pembelajaran yang dilakukan kurang sesuai dengan kondisi kelas dan siswa sehingga pada akhirnya berdampak pada pembelajaranhal ini terlihat ketika pada proses tanya jawab serta pengerjaaan soal beberapa siswa terlihat masih kebingungan dengan materi yang ada, serta jawaban yang diberikan siswa cenderung melihat pada buku materi sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Bila melihat data hasil rata-rata nilai masih terdapat 3 siwa (25%) yang belum lulus KKM dari 11 siswa yang ada. Hal ini perlu diperbaiki, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan, menciptakan iklim belajar yang serta melibatkan siswa secara efektif dalam pembelajaran yang akan berdampak pada konsep dan materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa.

  Berdasarkan kajian teori, dapat diketahui salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan penggunaan pengembangan ASSURE dalam tahapan pembuatan RPP serta penggunaan pendekatan saintifik dalam implementasi pembelajarannya.

  Pengembangan Pembelajaran ASSURE merupakan pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mempertimbangkan beberapa hal-hal yang berkaitan pembelajaran seperti penyesuaian antara karakteristik pembelajar, materi, tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik.

  Penggunaan Pendekatan saintifik akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, selain itu siswa yang pada pola lama menjadi objek belajar oleh guru beralih menjadi subjek pembelajar sehingga siswa akan tidak akan merasa tertekan dan mengganggap bahwa belajar merupakan sebuah kebutuhan siswa, hasil belajar pun juga akan tinggi bila menggunakan pendekatan saintifik.

  Dari dua penjambaran diatas maka didapatkan sebuah kesimpulan perancangan pembelajaran dengan menggunakan ASSURE sebagai upaya mewujudkan perencaanan dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien, kemudian pengimplementasian pembelajran menggunakan pendekatan saintifik maka akan didapatkan sebuah pembelajaran yang efektif efisien serta hasil belajar siswa yang tinggi dalam hal ini akan hasil belajar siswa akan meningkat.

Tabel 2.2 kerangka berfikir

  Pretest Subject

  Mengetahui hasil pretest untuk acuan Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik yang dintegrasikan model pembelajaran ASSURE

  State Standards And ObjectivesAnalyze Select Strategies, Technology, Media, And Materials Utilize Technology, Media And

  Pendekatan saintifik Materials (Analyze Learner)

  Require Learner Parcipation Revise And Evaluate Posttes

  Ada pengaruh Penerapan Pengembagnan Pembelajaran ASSURE dalam mengimplementasikan Pendektan Saintifik terhadap hasil belajar siswa

  Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar ipa kelas III yang menggunakan Pengembangan Pembelajaran ASSURE dalam mengimlementasikan pendekatan saintifik dengan hasil belajar yang menggunaakan pendekatan saintifik.

2.4 Hipotesis

  Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu: ”Pengembangan pembelajaran ASSURE dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik dapat mengefektifkan hasil belajar muatan IPA siswa di kelas 3 SD.

Dokumen yang terkait

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keaktifan dalam Pembelajaran IPA dengan Model Problem Based Learing (PBL) Siswa Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semara

0 0 27

PENINGKATAN KEAKTIFAN DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARING (PBL) SISWA KELAS 5 SDN WONOREJO 04 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keaktifan dalam Pembelajaran IPA dengan Model Problem Based Learing (PBL) Siswa Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

0 0 70

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TIPE NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Se

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TIPE NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Se

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TIPE NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Se

0 2 22

4.1.1. Rencana Tindakan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TIPE NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pring

0 1 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TIPE NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Se

0 2 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TIPE NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Se

0 1 76

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Pengembangan Pembelajaran Assure dalam Mengimplementasikan Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Muatan IPA Siswa Di Kelas 3

0 0 6