BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keaktifan dalam Pembelajaran IPA dengan Model Problem Based Learing (PBL) Siswa Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal

  Proses pembelajaran IPA di kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang masih kurang maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penggunan model pembelajaran aktif kurang maksimal. Siswa masih mengalami kendala dalam belajarnya, terlihat dari perilaku siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Sewaktu guru memberi penjelasan materi, sebagian siswa kurang memperhatikan sedangkan saat guru memberi pertanyaan untuk didiskusikan bersama, siswa hanya duduk diam. Dalam kelompok siswa terkadang bekerja sendiri dengan soal-soal yang disediakan oleh guru. Terlihat siswa yang jarang berpartisipasi aktif mengemukakan ide/gagasannya dalam menyelesaikan permasalahan.

  Hasil observasi pada mata pelajaran IPA di Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang belum sesuai yang diharapkan. Ada 19 siswa (63,3%) dari 30 siswa yang belum dapat mengikuti pembelajaran aktif sedangkan 11 siswa lainnya atau 36,7% siswa dapat mengikuti proses belajar aktif. Data keaktifan siswa secara lengkap dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:

  Tabel 10 Kondisi Siswa Pra Siklus Pembelajaran IPA di Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

  No kondisi siswa dalam pembelajaran Jumlah siswa presen tase

  6. Bermain atau ngobrol dengan teman 6 20%

  5. Duduk diam 13 43,3%

  4. Siswa yang mampu mengusulkan pemacahan masalah 2 6,7%

  3. Siswa yang mandiri dalam kegiatan belajar mengajar 4 13,3 %

  2. Siswa yang berani mengungkapkan permasalahan 2 6,7%

  1. Siswa yang berani berpendapat atau ide 3 10%

  Dari tabel 11 dapat diketahui dari 30 siswa Kelas 5 SDN

  Dari tabel 10 dapat dilihat perbandingan hasil analisa keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA pada kondisi pra siklus yang disajikan dalam tabel 11 berikut:

  Jumlah siswa 30 100%

  4. Sangat aktif - -

  3. Aktif 11 36,7%

  2. Cukup aktif - -

  1. Kurang aktif 19 63,3%

  Tabel 11 Hasil Keaktifan Pra Siklus Siswa Dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang No Kategori Jumlah siswa presentase

  Jumlah siswa 30 100%

  19 (63,3%) anak lainya belum berperan aktif dalam pembelajaran IPA. Bila disajikan dalam bentuk diagram lingkaran dapat dilihat pada gambar 6 sebagi berikut :

  36,7% aktif kurang aktif

  63,3% Gambar 6 Hasil Keaktifan Siswa Pra Siklus dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

4.1.2.1 Perencanaan Tindakan

  Sebelum melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya, peneliti dibantu guru kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang melakukan diskusi untuk mengidentifikasi dan menemukan permasalahan pembelajaran IPA yang menyebabkan keaktifan siswa masih rendah. Kemudian peneliti menuliskan rencana perbaikan tersebut dalam bentuk rencanan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL). Langkah- langkah perencanaan tindakan adalah sebagai berikut:

1. Peneliti dan guru membuat langkah-langkah perbaikan dalam bentuk rencana pembelajaran (RPP) sesuai dengan model pembelajaran PBL.

  Peneliti bersama guru juga telah menentukan indikator keaktifan pada tindakan siklus I adalah :

  3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi.

  4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

  5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis. 8)

  Menggunakan kesempatan atau menerapkan apa yang telah diperoleh dalam penyelesaian tugas atau persoalan yang dihadapinya.

  2. Peneliti menyiapkan media pembelajaran dan lembar kerja siswa.

  3. Peneliti menyiapkan instrumen pengumpulan data seperti lembar pengamatan keaktifan siswa dan lembar soal evaluasi.

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

  Siklus I terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada Selasa, 10 Maret 2015, dan Kamis, 19 Maret 2015.

1. Pertemuan I

  1) Kegiatan Awal

  Guru mengawali pembelajaran dengan melihat kesiapan siswa dalam belajar kemudian memberi salam. Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi dengan mematikan lampu di dalam ruangan kelas kemudian bertanya pada siswa, “bagaimana keadaan yang kamu lihat saat lampu kelas dimatikan? apa perbedaan di dalam pengelihatan mu saat lampu dimatikan dan lampu dinyalakan ?” Siswa tampak memperhatikan apersepsi yang disampaikan sehingga terjadi tanya jawab dan antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran

  IPA. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu mengidentifikasi sifat-sifat cahaya. 2)

  Kegiatan Inti Guru mengajak siswa untuk mengamati benda di dalam kelas yang dapat mempraktikan sifat cahaya satu persatu. Beberapa siswa ada yang memperhatikan tapi masih ada juga yang bermain atau mengobrol dengan temannya. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok kemudian menyampaikan aturan kerja kelompok, serta memberikan lembar kerja siswa pada masing-masing kelompok. Siswa terlihat gaduh saat pembagian kelompok. Setelah guru menenangkan kelas selanjutnya guru memberikan pertanyaan secara klasikal

  , “carilah sumber cahaya yang ada di dalam kelas dan diluar kelas kemudian sebutkan sifat-sifatnya !” Guru memberikan waktu 20 menit untuk meyelesaikan soal tersebut. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk mendapatkan jawabannya. Meskipun ada siswa yang tidak aktif berdiskusi dan bekerjasama dengan baik, siswa mampu menyelesaikan soal tepat waktu. Selanjutnya guru mengundi nomor kelompok tersebut dan yang keluar nomornya berani mengemukakan hasil diskusi kelompoknya.

  Guru mengecek hasil jawaban siswa. Selanjutnya kegiatan tersebut diulang- ulang dengan pertanyaan berikutnya yaitu “sebutkan contoh penerapan sifat- sifat cahaya yang sering digunakan untuk kehidupan sehari-hari !. Setelah semua pertanyaan diselesaikan guru meluruskan dan memberikan penguatan dari jawaban siswa juga memberi penilaian kelompok. Namun siswa tidak membuat catatan penting dari hasil diskusi tersebut. 3)

  Kegiatan Akhir Guru memberikan pertanyaan pada siswa, “apa yang dapat kalian simpulkan dari pembelajaran ini?” Karena tidak ada yang menjawab maka simpulan dilakukan oleh guru. Guru menutup pembelajaran.

2. Pertemuan 2

  1) Kegiatan Awal

  Guru mengawali pembelajaran dengan melihat kesiapan siswa dalam belajar kemudian memberi salam. Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya pada siswa tentang pembelajaran diberikan pada pertemuan sebelumnya. Karena tidak ada siswa yang berani menyampaikan jawaban. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. 2)

  Kegiatan Inti Guru mengajak siswa menuju kolam ikan yang ada di lapangan sekolah. Siswa mengamati ikan yang ada didalam kolam. Guru bertanya kepada siswa “ Kenapa ikan didalam kolam dapat terlihat?”,” Selain ikan apa lagi yang dapat kalian lihat didalam kolam?” ada beberapa siswa yang yang berani menjawab, walaupun jawaban mereka kurang tepat. Kemudian guru meluruskan jawaban dan menerangkan secara klasikal. Selanjutnya guru memberikan intruksi siswa untuk mengambil alat-alat yang dibawa dari rumah. Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok kemudian menyampaikan aturan kerja kelompok, Terlihat ada siswa yang masih ramai. Selanjutnya guru memberikan perintah , “segera lakukan percobaanya dan buatlah laporan percobaanmu

  !” Guru memberikan waktu 25 menit untuk menyelesaikan tugas tersebut. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk mendapatkan jawabannya. Guru membimbing kerja kelompok siswa. Selanjutnya guru meberi kesempatan kelompok yang berani mempresetasikan hasil percobaanya. Selanjutnya kegiatan tersebut diulang-ulang dengan pertanyaan berikutnya Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan guru meluruskan dan memberikan penguatan dari jawaban siswa juga memberi penilaian kelompok. Terlihat ada siswa yang mencatat hasil diskusi dan melengkapai jawaban yang belum tepat. 3)

  Kegiatan Akhir Guru memb erikan pertanyaan pada siswa, “Apa simpulan dari pembelajaran ini?” Guru menunjuk siswa tapi siswa terlihat kurang percaya diri saat menjawabnya maka guru memberikan kesempatan lagi kepada siswa yang lain. Selanjutnya guru memberikan tindak lanjut berupa evalusi. Setelah semua selesai mengerjakan soal siswa berbondong-bondong menuju tempat karya siswa untuk memajang laporan hasil percobaanya dan pembelajaran

  Pada proses pembelajaran siklus I dilakukan pengamatan keaktifan siswa, kemudian dilakukan analisa. Dalam menentukan tingkat pengukuran keaktifan siswa digunakan 4 kategori yaitu sangat aktif, aktif, cukup, dan kurang aktif. Oleh karena jumlah item 19 . Banyaknya pilihan jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai 4 maka peluang skor tertinggi adalah 4 x 19 = 76 dan skor terendah 1 x 19 = 19. Lebar interval dapat dihitung sebagai berikut: x = x = = 14,25 / 14

  Dengan demikian rentang hasil keaktifan siswa dapat dikategorikan sebagai berikut: 19 : kurang aktif

  ≤ - 33 34 : cukup ≤ - 48 49 ≤ - 63 : aktif

  64 : sangat aktif ≤ - 78

  Pada akhir proses pembelajaran siklus I dilakukan pengamatan oleh 6 observer, kemudian dilakukan analisa dan diperoleh data-data keaktifan siswa sebagai berikut:

  Tabel 12 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Rentang Kategori Jumlah Persentase Perolehan

  64 Sangat Aktif - - ≤ x 78

  49 Aktif 15 50 % ≤ x 63 34 ≤ x 48 Cukup

  5 16,7 %

  19 Kurang Aktif 10 33,3 % ≤ x 33 Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui hasil peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajara IPA. Walaupun belun ada yang masuk dalam kategori sangat aktif, tetapi dalam kategori aktif terdapat 15 siswa atau 50 %, kategori cukup aktif terdapat 5 siswa atau 16,7 % , dan dalam kategori kurang aktif mengalami penurunan dari pra siklus 19 siswa atau 63,3 % berubah menjadi 10 siswa atau 33,3 %. Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA pada

tabel 4.3 bila disajikan dalam bentuk diagram lingkaran dapat dilihat padagambar 4.2 sebagai berikut :

  33,3% 50 % 16,7 % Gambar 7 Keaktifan Siswa Siklus I dalam Pembelajaran IPA di Kelas

5 SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

  Berdasarkan tabel 11 dan 12 hasil analisis data keaktifan dalam pembelajaran IPA Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada pra siklus dan siklus I dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut :

  Tabel 13 Perbandingan Keaktifan Siswa Antara Pra Siklus dan Siklus I dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Pra siklus Siklus I Rentang Kategori Perolehan Jumlah % Jumlah %

  64 Sangat Aktif ≤ x 78

  49 Aktif 11 36,7 % 15 50 % ≤ x 63

  34

  • 19 ≤ x 33 Kurang Aktif
  • Cukup 5 16,7 %

  ≤ x 48

  19 63,3 % 10 33,3 %

  Jumlah siswa 30 100% 30 100%

  Tabel diatas terlihat jelas perbandingan pra siklus sebelum mengunakan model problem based learning pada pembelajaran IPA dan pada siklus I yang sudah menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran IPA.

  Dari tabel 13 bila disajikan dalam bentuk diagram batang dapat dilihat pada gambar 8 berikut :

  

Gambar 8 Perbandingan Keaktifan Siswa pra siklus dan Siklus I dalam

pembelajaran IPA di Kelas 5 SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

  Berdasarkan gambar 8 dapat dilihat jumlah siswa yang ada pada kategori aktif adalah 15 siswa atau 50%. Sebagai dampak keaktifan siswa dalam pembelajara IPA yang belum maksimal pada akhir proses pembelajaran IPA yang menggunakan model sisw kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan

  problem besad learning

  Pringapus Kabupaten Semarang pada siklus I saat dilakukan tes tertulis yang digunakan untuk mengukur hasil belajar masih terdapat siswa yang belum tuntas belajar dengan data sebagai berikut : siswa dengan nilai <70 sebanyak 17 (56,7%) siswa dan siswa yang sudah mencapai KKM (

  ≥70) adalah sebanyak 13 (43,3%) dengan rincian nilai 88

  • – 96 sebanyak 2 siswa (6,7%), siswa dengan nilai 79
  • – 87 sebanyak 8 siswa (26,6%), siswa dengan nilai 70 – 78 sebanyak 3 siswa (10%), siswa dengan nilai>– 69 sebanyak 5 siswa (16,7%), siswa dengan nilai 52
  • – 60 sebanyak 7 siswa (23,3%), dan siswa dengan nilai
  • – 51 sebanyak 5 (16,7%). Nilai rata-rata kelas adalah 65,56 dengan perolehan nilai terendah yaitu 43, dan nilai tertinggi yaitu 93. Dari hasil tes diatas dapat dilihat dari tabel 14 sebagai berikut :

  • – 96 2 6,7 % Tuntas
  • – 87 8 26,6 % Tuntas
  • – 78 3 10 %
  • – 69 5 16,7 % Belum Tuntas

  3

  93 Nilai Terendah

  70 Nilai Rata-rata 65,56 Nilai Tertinggi

  30 100% - KKM

  43

  6

  5 52 – 60 7 23,3 % Belum Tuntas

  61

  4

  KKM ≥ 70

  70

  79

  2

  88

  1

  • – 51 5 16,7 % Belum Tuntas Jumlah Siswa

  Data pada tabel 15 ketuntasan hasil belajar IPA siklus I bila disajikan dalam bentuk diagram lingkaran dapat dilihat dari gambar 9 sebagai berikut: NO NILAI JUMLAH Persentase KATEGORI

  2. Belum tuntas < 70 17 56,7 % Jumlah 30 100%

  1. Tuntas ≥70 13 43,3 %

  Jumlah Persentase

  No. Keterangan Siklus I

  Tabel 15 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

  Berdasarkan tabel 14 nilai siklus I menunjukkan jumlah siswa yang belum tuntas KKM (<70) sebanyak 17 (56,7%) siswa, sedangkan yang sudah tuntuas sebanyak 13 (43,3%) siswa Untuk lebih jelasnya, data ketuntasan hasil belajar IPA siklus I dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut :

  Tabel 14 Distribusi Nilai Tes Siswa Siklus I

  43

   Gambar 9 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

4.1.2.3 Refleksi

  Dari paparan hasil peneitian dan pembahasan pra siklus dan siklus I terlihat bahwa proses pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SDN Wonorejo

  04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dengan menggunakan model pembelajaran PBL telah mampu meningkatkan jumlah siswa yang aktif secara intelektual dalam pembelajaran dari 36,7 % siswa pada tahapan pra siklus menjadi 50 % pada tahapan siklus I. Karena penelitian ini belum berhasil untuk memenuhi indikator keberhasilan yaitu 87% dari keseluruhan siswa kelas 5. Dengan demikian peneliti melakukan tindakan perbaikan pada siklus II.

  Proses pembelajaran IPA siklus I belum mencapai keberhasilan disebabkan oleh beberapa aktifitas guru dan siswa yang belum sesuai dengan yang direncanakan. Kekurangan tersebut yaitu :

  1) Belum semua siswa antusias mengikuti pembelajaran karena guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

  2) Masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru karena siswa bosan dengan aktifitas di dalam kelas yang hanya mendengarkan penjelasan guru.

  3) Siswa masih kurang berlatih untuk memecahkan masalah dengan gagasanya sendiri

  , karena ketersedian sumber belajar “buku” kurang memadahi. 4)

  Siswa belum percaya diri dalam memberikan pendapat, tanggapan dan kesimpulan hasil pembelajaran, karena siswa jarang melakukan sikap sosial didalam kelas. 5)

  Siswa dalam satu kelompok belum berdiskusi dengan baik, karena jika mereka berkelompok masih mengandalkan salah satu temanya sehingga masih terdapat siswa yang belum mampu menjawab dengan benar ketika diberi pertanyaan. 6)

  Guru belum memberikan bimbingan secara maksimal dan belum secara merata dalam kelompok-kelompok diskusi. 7)

  Guru belum mengarahkan siswa untuk mencatat hal-hal penting dari hasil diskusi yang telah dikemukakan oleh kelompok lain.

  Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan proses pembelajaran pada siklus I maka direncanakan untuk melakukan proses pembelajaran pada siklus II dengan melakukan perbaikan-perbaikan.

  Perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II yaitu: 1)

  Guru akan menarik perhatian siswa agar antusia dan semangat siswa terbangun dengan cara mengajak siswa berpartisipasi langsung “melakukan percobaan” dengan objek yang akan dipelajari. 2)

  Guru memberikan rasa percaya diri kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dengan pemberian penghargaan kepada siswa yang berani mengemukakan gagasanya. 3)

  Guru akan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari kepada siswa sehingga siswa akan terarah dengan cara memberikan batas waktu untuk menjawab pertanyaan ataupun berkompetisi dalam menjawab pertanyaan.

  4) Guru akan berkeliling dan memberikan bimbingan kepada kelompok- kelompok secara maksimal, memberikan sangsi kepada siswa yang tidak ikut berdiskusi kelompok.

  5) Guru akan memberi arahan dan bimbingan kepada siswa untuk mencatat hal-hal penting dari hasil diskusi kelompok.

  6) Guru akan memberikan penjelasan lebih rinci tentang model pembelajaran PBL sehingga siswa benar-benar memahami sehingga kelompok mampu aktif berdiskusi dalam menyelesaikan tugasnya

4.1.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

  4.1.3.1 Perencanaan Tindakan

  Sebelum melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran IPA pada materi tanah, peneliti dibantu guru kelas telah melakukan diskusi untuk mengidentifikasi dan menemukan permasalahan pembelajaran IPA pada siklus I dan menentukan langkah-langkah perbaikan proses pembelajaran siklus II. Kemudian peneliti menuliskan rencana perbaikan tersebut dalam bentuk rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif PBL.

  4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

  Pelaksanaan proses pembelajaran IPA dengan model pembelajaran PBL siklus II direncanakan dalam 2 pertemuan yang dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Maret 2015 dan Kamis, 19 Maret 2015.

1. Pertemuan I

  1) Kegiatan Awal

  Guru mengawali pembelajaran dengan melihat kesiapan siswa dalam belajar kemudian memberi salam. Guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya pada siswa, “Asal mula tanah ?” Siswa tampak memperhatikan apersepsi yang disampaikan beberapa siswa menjawab dengan serentak.

  Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu proses pembentukan tanah. 2)

  Guru menunjukkan batu yang ditumbuhi lumut pada siswa. Ada beberapa siswa yang mulai penasaran lalu bertanya ”Batu benaran gak bu?”, “Kok bisa ditumbuhi lumut bagaimana caranya bu? ” . Selanjutnya melalui media tersebut guru menjelaskan secara klasikal proses pembentukan tanah. Siswa menyimak penjelasan guru dengan antusias.

  Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 6 kelompok kemudian menyampaikan aturan kerja kelompok, serta memberikan lembar percobaan siswa pada masing-masing kelompok. Siswa terlihat tertib saat pembagian kelompok. Guru memberikan waktu 15 menit untuk meyelesaikan soal percobaan tersebut. Masing-masing kelompok melakukan percobaan dan berdiskusi untuk mendapatkan jawabannya. Bimbingan guru kepada kelompok yang menemukan kesulitan mampu membuat siswa aktif berdiskusi dan bekerjasama dengan baik. Selanjutnya guru menyebutkan nama kelompok dengan berani kelompok yang disebut mengemukakan hasil diskusi didepan kelas. Guru mempersilahkan kelompok lain untuk berpendapat atau mengemukakan hasil jawaban yang berbeda dengan kelompok lain. Selanjutnya kegiatan tersebut diulang- ulang dengan bergantian kelompok. Setelah semua kelompok mendapat giliran mempresentasikan hasil percobaan dan diskusi guru meluruskan dan memberikan penguatan dari jawaban siswa juga memberi penilaian kelompok. Guru memberi arahan pada siswa untuk mencatat hal-hal penting dari hasil diskusi tersebut. Siswa merespon dengan cukup baik. 3)

  Kegiatan Akhir Guru memberikan pertanyaan pada siswa secara acak,

  “Saja yang telah kamu pelajari hari ini?” kemudian “Apa yang kamu ketahui dari proses pebentukan tanah ?’ Beberapa siswa menanggapi dengan baik. Selanjutnya melalui pertanyaan, “Jadi apa yang dapat kalian simpulkan dari pembelajaran ini?” guru bersama siswa menarik simpulan. Selanjutnya guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah. Guru menutup

  1) Kegiatan Awal

  Guru mengawali pembelajaran dengan melihat kesiapan siswa dalam belajar kemudian memberi salam. Selanjutnya guru meminta pada siswa untuk mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan sebelumnya kemudian menyampaikan apersepsi dengan bertanya,

  “Apa yang kalian gunakan untuk menaman tumbuhan? ”, “Bagaiman kondisi ta nah yang kalian gunakan?” dan “Apakah kalian tahu tanah yang subur disebut tanah apa?” Beberapa siswa terlihat berani mengemukakan jawabannya. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mengidentifikasi jenis – jenis tanah. 2)

  Kegiatan Inti Guru menunjukkan gambar-gambar lapisan tanah pada siswa. Siswa menyebutkan lapisan tanah tersebut. Kemudian dilanjutkan guru dan siswa menganalisis kandungan yanga ada pada tiap lapisan tanah. Selanjutnya siswa berkelompok dengan teman sebangkunya, kemudian guru menyampaikan aturan kerja kelompok, serta memberikan 1 lembar penelitian siswa pada masing-masing kelompok. Siswa tampak tertib.

  Guru membimbing penelitian secara klasikal, “keluarkan botol dan tanah yang sudah kalian bawa, kemudian masukan 1 gengam tanah kedalam botol

  !” Guru memberikan waktu 5 menit untuk meyelesaikan tugas tersebut. Setelah selesai setiap kelompok bergantian secara tertib untuk mengisi air kedalam botol sesuai aturan guru. Masing-masing kelompok mengamati berdiskusi untuk mendapatkan jawabannya. Bimbingan guru kepada kelompok mampu menciptakan keaktifan berdiskusi dan kerjasama yang baik antar siswa. Selanjutnya guru mempersilahkan kelompok berani mengemukakan hasil diskusinya untuk maju didepan kelas dan melaporkan dengan cara presentasi. Guru dan siswa bersama - sama mengecek hasil jawaban kelompok dan guru mempersilahkan untuk kelompok lain berpendapat dan memberi masukan. Selanjutnya kegiatan meluruskan dan memberikan penguatan dari jawaban. Siswa yang mencatat hasil diskusi. 3)

  Kegiatan Akhir Guru memberikan pertanyaan pada siswa secara acak,

  “Apa yang telah kamu pelajari?, “Apa yang kamu ketahui dari lapisan tanah ?”, “Jenis tanah apa saja yang terdapat pada lapisan tanah?”. Beberapa siswa menanggapi dengan baik. Selanjutnya guru bersama siswa menarik simpulan. Guru memberikan tindak lanjut berupa evaluasi. Guru menutup pembelajaran.

  Pada tahapan pelaksanaan pembelajaran siklus II, guru menyadari kekurangan-kekurangan pada pembelajaran siklus I. Pada kegiatan inti semua kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan. Guru membuat strategi untuk membangun semangat dan antusias dalam pembelajaran. Guru memberikan penjelasan lebih rinci tentang model pembelajaran PBL sehingga siswa dalam kelompok mampu bekerja sama dan menyelesaikan tugasnya dengan baik. Guru juga memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata serta memberikan arahan pada siswa untuk mencatat hal penting dari hasil diskusi. Guru memberikan kesempatan bertanya dan mengemukakan simpulan hasil pembelajaran.

  Hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus II dapat lakukan analisa dan diperoleh data

  • – data. Rentang hasil keaktifan siswa dalam menentukan tingkat pengukuran sudah dijelaskan seperti pada siklus I dan diperoleh data- data sebagai berikut:

   Tabel 16 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus II dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Rentang Kategori Jumlah Persentase Perolehan

  64 Sangat Aktif 8 26,7 % ≤ x 78

  19 Kurang Aktif - - ≤ x 33

  Jumlah Siswa 30 100 %

  Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui hasil peningkatan keaktifan dalam pembelajara IPA. Dalam kategori sangat aktif terdapat 8 siswa atau 26,7 %, dalam kategori aktif terdapat 19 siswa atau 63,3 %, kategori cukup aktif terdapat 3 siswa atau 10 % , dan dalam kategori kurang aktif mengalami penurunan dari siklus I terdapat 10 siswa atau 33,3 % menjadi tidak ada siswa atau 0%. Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA pada tabel 16 bila disajikan dalam bentuk diagram lingkaran dapat dilihat pada gambar 10 sebagai berikut :

  10% 26,7% 63,3 %

Gambar 4.5 Keaktifan Siswa Siklus II dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

  Berdasarkan tabel 12 dan 16 hasil analisis data keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA Kelas 5 pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel

  Perbandingan Keaktifan Siswa Antar Siklus I Dan Siklus II dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Siklus I Siklus II Rentang Kategori Perolehan Jumlah % Jumlah %

  64 Sangat Aktif - - 8 26,7 % ≤ x 78 49 ≤ x 63 Aktif

  15 50 % 19 63,3 %

  34 Cukup 5 16,7 % 3 10 % ≤ x 48

  19 10 - - 33,3 % ≤ x 33 Kurang Aktif

  Jumlah siswa 30 100% 30 100%

  Berdasarkan tabel 17 pada siklus I mengalami peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA siswa, walaupun yang mencapai kategori sangat aktif belum ada, dalam kategori aktif adalah 15 siswa atau 50 % , dalam kategori cukup sebanyak 10 siswa atau 33,3%.

  Pada siklus II, setelah pembelajaran dilakukan refleksi pada siklus I, terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA yang mencapai kategori sangat aktif adalah 8 siswa atau 26,7% dan kategori aktif adalah 19 siswa atau 63,3% sedangkan yang belum mencapai kategori aktif atau cukup sebanyak 3 siswa atau 10%. Dari data di atas bila disajikan dalam bentuk diagram batang dapat dilihat pada gambar 11 berikut :

  Gambar 11 Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

  Sebagai dampak keaktifan siswa dalam pembelajara IPA yang maksimal pada akhir proses pembelajaran IPA yang menggunakan model

  

problem besad learning siswa kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan

  Pringapus Kabupaten Semarang pada siklus II terjadi peningkatan tuntas belajar sebagai berikut : siswa dengan nilai <70 sebanyak 2 (5,13%) siswa dan siswa yang sudah mencapai KKM (≥70) adalah sebanyak 28 (93,3%) dengan rincian nilai 94

  • – 100 sebanyak 1 siswa (3,3%), siswa dengan nilai 87
  • – 93 sebanyak 4 siswa (13,3%), siswa dengan nilai 80 – 86 sebanyak 15 siswa (50%), siswa dengan nilai 73 – 79 sebanyak 8 siswa (26,7%), dan siswa dengan nila
  • – 72 sebanyak 2 siswa (6,7%). Nilai rata-rata kelas adalah 81 dengan perolehan nilai terendah yaitu 66, dan nilai tertinggi yaitu 100. Dari hasil tes diatas dapat dilihat dari tabel 18 sebagai berikut :

  Tabel 18 Distribusi Nilai Tes Siswa Siklus II

  NO NILAI JUMLAH Persentase KATEGORI

  1

  94 1 3,33% Tuntas

  • – 100

  2 87 – 93 4 13,3% Tuntas

  3

  80 15 50% Tuntas

  • – 86
Jumlah Siswa 30 100% KKM

  70 Nilai Rata-rata

  81 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah

  66 Berdasarkan tabel 4.9 nilai siklus II menunjukkan jumlah siswa yang belum tuntas KKM (<70) sebanyak 2 (6,7%) siswa, sedangkan yang sudah tuntas sebanyak 28 (93,3%) siswa. Untuk lebih jelasnya data ketuntasan hasil belajar IPA siklus I dapat dilihat pada tabel 19 sebagai berikut :

  Tabel 19 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

  Jumlah NO Kategori

  Siswa Persentase

  1 28 93,3 % Tuntas ≥ 70

  2 Belum Tuntas < 70 2 6,7 % Jumlah 30 100%

  Data pada tabel 19 ketuntasan hasil belajar IPA siklus II bila disajikan dalam bentuk diagram lingkaran dapat dilihat dari gambar 12 sebagai berikut :

Gambar 4.7 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

4.1.3.3 Refleksi

  terhadap proses dan hasil pembelajaran. Data hasil pengamatan keaktifan dalam pembelajran IPA yang dicapai siswa dari pra siklus, siklus I dan siklus

  II yaitu :

  Tabel 20

Perbandingan Peningkatan Keaktifan dalam Pelajaran IPA Siswa Kelas

  

5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pra

siklus, siklus I, dan siklus II

  Dari data tabel 20 Perbandingan peningkatan keaktifan dalam

  pelajaran IPA siswa kelas 5 SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada

gambar 4.8 sebagai berikut:

  

Kategori Pra siklus Siklus I Siklus II

Jumlah siswa

  

% Jumlah

siswa % Jumlah siswa %

  Sangat Aktif 0 % - - 8 26,7 % Aktif 11 36,7 % 15 50 % 19 63,3 %

  Cukup 0 % 5 16,7 % 3 10 % Kurang Aktif 19 63,3 % 10 33,3 % - -

  Jumlah Siswa 30 100 % 30 100 % 30 100%

  

Gambar 13 Perbandingan Peningkatan Keaktifan dalam Pelajaran IPA

Siswa Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten

Semarang pra siklus, siklus I, dan siklus II

  Dengan melihat gambar perbandingan di atas dapat dijelakan bahwa adanya peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajran IPA menggunakan model PBL dengan rincian sebagai berikut :

  Pra siklus, terdapat 11 (36,6%) anak yang berperan aktif secara intelektual dalam pembelajaran IPA, sedangkan 19 (63,3%) anak lainya belum berperan aktif dalam pembelajaran IPA.

  Siklus I, setelah pembelajaran IPA menggunkan model PBL terjadi peningkatan pada siklus I sebagai berikut : walaupun yang mencapai kategori sangat aktif belum ada, dalam kategori aktif adalah 15 siswa atau 50 % , dalam kategori cukup sebanyak 10 siswa atau 33,3%.

  Pada siklus II, setelah pembelajaran dilakukan refleksi pada siklus I, terjadi peningkatan keaktifan intelektual siswa dlam pembelajaran IPA yang mencapai kategori sangat aktif adalah 8 siswa atau 26,7% dan kategori aktif adalah 19 siswa atau 63,3% sedangkan yang belum mencapai kategori aktif atau cukup sebanyak 3 siswa atau 10%.

  Penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa sudah memenuhi indikator yaitu 87% dari keseluruhan siswa kelas 5 yang mencapai kategori aktif dengan rentangan keaktifan siswa ≤ 49 - 63 (kategori aktif). Pada siklus II terdapat 19 (63,3%) siswa dan sangat aktif terdapat 8 (26,7%) siswa ,maka penelitian ini dianggap berhasil.

  Sebagai dampak dari keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan model PBL didapatkan hasil perbandingan data hasil belajar siklus I dan siklus II, yaitu :

  Tabel 21

Perbandingan Hasil Belajar Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SDN Wonorejo

  

04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

Siklus I dan Siklus II

  79 8 26,6 %

  87 4 17,94%

  • – 87 – 93

  70 3 10 %

  80 15 12,82%

  • – 78 – 86 61 – 69

  5 16,7 % 73 – 79 8 12,82%

  52 7 23,3 %

  66 2 5,13%

  • – 60 – 72

  43 5 16,7 %

  • – 51 Jumlah

  30 100% 30 100% KKM

  70

  70 Nilai Rata-rata 65,56

  81 Nilai Tertinggi 93 100 Nilai Terendah

  43

  66 Berdasarkan tabel 21 perbandingan nilai siklus I dan siklus II menunjukkan jumlah siswa yang belum tuntas KKM (<70) dan jumlah siswa yang sudah tuntas KKM denagn rincian nilai sebagai berikut : pada siklus I saat dilakukan tes tertulis yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan nilai <70 sebanyak 17 (56,7%) siswa dan siswa yang sudah mencapai KKM

  (≥70) adalah sebanyak 13 (43,3%) dengan rincian nilai 88 – 96 sebanyak 2 siswa (6,7%), siswa dengan nilai 79 – 87 sebanyak 8 siswa (26,6%), siswa dengan nilai 70

  • – 78 sebanyak 3 siswa (10%), siswa dengan nilai 61
  • – 69 sebanyak 5 siswa (16,7%), siswa dengan nilai 52 – 60 sebanyak 7 siswa (23,3%), dan siswa dengan nilai 43 – 51 sebanyak 5 (16,7%). Nilai rata-rata kelas adalah 65,56 dengan perolehan nilai terendah yaitu 43, dan nilai tertinggi yaitu 93.

  pada siklus II terjadi peningkatan tuntas belajar siswa dengan nilai <70 sebanyak 2 (5,13%) siswa dan siswa yang sudah mencapai KKM

  (≥70) adalah sebanyak 28 (93,3%) dengan rincian nilai 94

  • – 100 sebanyak 1 siswa (3,3%), siswa dengan nilai 87
  • – 93 sebanyak 4 siswa (13,3%), siswa dengan nilai 80 – 86 sebanyak 15 siswa (50%), siswa dengan nilai 73 – 79 sebanyak 8 siswa (26,7%), dan siswa dengan nilai 66 – 72 sebanyak 2 siswa (6,7%).

  Nilai rata-rata kelas adalah 81 dengan perolehan nilai terendah yaitu 66, dan nilai tertinggi yaitu 100.

  Berdasarkan penjabaran di atas menunjukkan jumlah siswa pada siklus I yang belum tuntas KKM (<70) sebanyak 17 (56,7%) siswa, dan yang sebanyak 28 (93,3%) siswa. Untuk lebih jelasnya data ketuntasan hasil belajar

  IPA siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.13 sebagai berikut :

  Tabel 22 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II NO Kategori Siswa Persentase Siswa Persentase

  1 Tuntas 13 43,3% 28 93,3%

  2 Belum Tuntas 17 56,7% 2 6,7%

  Jumlah 30 100% 30 100%

  Berdasarkan tabel 22 dapat dilihat gambar perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa sebagai berikut :

  Gambar 14 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

  Dari paparan di atas terlihat bahwa proses pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dengan menggunakan model pembelajaran PBL telah mampu meningkatkan keaktifan siswa dari 36,7% siswa pada tahapan prasiklus menjadi 50% pada tahapan siklus I dan 90% pada tahapan siklus II. Persentase keaktifan siswa sudah memenuhi persyaratan indikator keberhasilan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL juga mampu meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa.

4.2 Pembahasan

  Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ditemukan bahwa keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu kelas di dominasi guru. Sewaktu guru memberi penjelasan materi, siswa kurang memperhatikan sedangkan saat guru memberi pertanyaan untuk didiskusikan bersama, siswa hanya duduk diam. Siswa yang belum paham dengan materi belum berani bertanya. Dalam kelompok siswa terkadang bekerja sendiri dengan soal-soal yang disediakan oleh guru. Terlihat siswa yang jarang berpartisipasi aktif mengemukakan ide/gagasannya dalam menyelesaikan permasalahan. Tingkat keaktifan siswa yang masih rendah mengakibatkan siswa yang mencapai nilai KKM yaitu = 70 adalah 13 siswa atau 43,3% dari 30 siswa, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 17 siswa atau 56,7%.

  Peningkatan keaktifan siswa didapatkan dari hasil perolehan peningkatan pra siklus, siklus I dan siklus II, yaitu jumlah keaktifan siswa pra siklus 11 (36,7%), pada siklus I menjadi 15 (50%) siswa, dan 27 (90%) pada siklus II. Indikator keberhasilan keaktifan siswa adalah rentangan keaktifan siswa

  ≤ 49 - 63 (kategori aktif). Peningkatan hasil belajar siswa sebagai dampak keaktifan didapatkan dari hasil perolehan nilai tes siklus I dan II. Pada siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai KKM ≥70 adalah 13 siswa atau 43,3% tuntas belajar IPA. Peningkatan terjadi pada siklus II menjadi 28 siswa atau 93,3%.

  Berdasarkan perolehan peningkatan keaktifan yang didapatkan pada para siklus, siklus I dan siklus II. Dapat disimpulkan menggunakan model PBL mampu menciptakan keaktifan intelektual siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Namun masih ada 3 anak yang masih belum masuk dalam kategori aktif. Adapun 3 siswa yang belum aktif tersebut susah untuk berkomunikasi dengan orang lain atau pendiam. adalah model pembelajaran kelompok untuk melakukan percobaan atau exsperimen yang melibatkan siswa untuk lebih aktif memberikan ide-ide dalam kelompoknya untuk mendapatkan jawaban yang paling tepat. Model problem based learning (PBL) dapat menciptakan pembelajaran IPA yang aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, siswa lebih aktif secara intelektual dalam diskusi dan bekerjasama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Kondisi tersebut diduga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA.

  Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yang berbunyi “peningkatan keaktifan intelektual dalam pembelajaran IPA dengan model problem based learing (PBL) Siswa kelas 5 SDN wonorejo 04 kecamatan pringapus kabupaten semarang ” terbukti.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas III SDN 1 Wulung Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas III SDN 1 Wulung Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas III SDN 1 Wulung Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 59

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Kutowinangun 07 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Kutowinangun 07 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Kutowinangun 07 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Kutowinangun 07 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Kutowinangun 07 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 104

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Pembelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keaktifan dalam Pembelajaran IPA dengan Model Problem Based Learing (PBL) Siswa Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kec

0 0 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keaktifan dalam Pembelajaran IPA dengan Model Problem Based Learing (PBL) Siswa Kelas 5 SDN Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupate

0 0 13