Makalah TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM MANA
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM MANAJEMEN
Dosen :
RAHMI SE., M.Si
Oleh:
KELOMPOK 3
SAFINATUN NAJAH
( 170602112 )
SUCI FAJRINA
(170602116 )
DEVIA CHALISA
(170602100 )
AFRIDA DIANA
(170602128 )
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR RANIRY
BANDA ACEH
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah mengenai
“ TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM MANAJEMEN“.
Makalah ini disusun berdasarkan buku Manajemen yang mencakup ruang lingkup pada
tanggung jawab social dalam manajemen ruang lingkup tersebut, semoga bagi orang yang
membaca makalah ini dapat menjadi terampil dan berkarakter.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses
belajar dan pembelajaran. Dari lubuk hati kami yang terdalam, sangat disadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mohon maaf bila ada sesuatu informasi yang
salah dan kurang lengkap.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca mengenai makalah ini,
sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.
Banda Aceh, 29 September 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1. TANGGUNG JAWAB SOSIAL
a. Arti
dari
Tanggung
Jawab
……
……………………………………………………………………………
b. Manfaat
Tanggung
Jawab
Sosial…………………….
………………………………………………
c. Etika
Manajerial
………………………………………….….
……………………………………………..
2. TANGGUNG JAWB SOSIAL DAN ETIKA
d. Pengertian
Tanggung
jawab
social
perusahaan………………………………
a. Pandangan kontra terhadap tanggung jawab social……………………..
b. Mengevaluasi kinerja sosial perusahaan………………………………
……………..
c. Strategi tanggung jawab sosial
perusahaan…………………………………………
d. Mengelola
Tanggung
Jawab
Sosial
dari
Perusahaan………………………………
e. Perubahan konsep manajerial dan tanggung jawab organisasi…………
f. Konsep Tanggung jawab organisasi
g. Lingkungan sebagai Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... .
13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, setiap manusia mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan hidup bersama di dalam sosial, serta melakukan suatu tanggung jawab yang bersosial
dimana saja. Dalam manajemen pasti memiliki tanggung jawab walaupun dimana pun mereka
berada.Tanggung jawab yang dimiliki berbeda-beda ada di perusahaan dan ada jga di organisasi.
Tanggung jawab social bukan hanya di masyarakat tetapi di manajemen terdapat juga.
Dalam manajemen juga membutuhankan tanggung jawab yang handal dan yang kuat pada
tanggung jawabnya yang telah di atur oleh suatu organisasi atau perusahaan.
Seperti penjelasan diatas, sebuah tanggung jawab social tidak ada yang sama dalam
perusahaan dan organisasi.. Karena perbedaan ini pula, bisa kita lihat dari sebuah perusahaan
ataupun organisasi pasti itu sangatlah berbeda ..
Oleh sebab itu, kami membuat makalah yang berjudul ‘’TANGGUNG JAWAB SOSIAL
DALAM MANAJEMEN ”. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih bisa memahami tentang
tanggung jawab social dalam manajemen.
B.
Rumusan Masalah
1. Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen
2. Tanggung Jawab Sosial dalam perusahaan
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Untuk mengetahui bagaimana Tanggung jawab social dalam perusahaan,organisasi
Untuk mengetahui pandangan kontra terhadap tanggumg jawab
Untuk mengetahui bagaimana mengevaluasi kinerja sosial perusahaan
Unutk mengetahui strategis tanggung jawab social perusahaan
Untuk mengetahui etika manajerial
Untuk mengetahui
Untuk mengetahui
Untuk mengetahui
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Tanggung Jawab Sosial Dan Etika
A. Arti Tanggung Jawab Sosial
Suatu ulasan kepustakaan baru – baru ini mengidentifikasi bahwa terdapat sedikitnya
sembilan arti tanggung jawab sosial. Sembilan arti tersebut bisa dikelompokkan dalam tiga
kategori umum : kewajiban sosial (socialobligation), reaksi sosial (social reaction), dan daya
tanggap sosial (social responsiveness). Menurut pandangan ini, sebuah perusahaan dapat
diterima oleh masyarakat bila perusahaan tersebut mengejar laba di dalam batas – batas
peraturan yang ditentukan oleh masyarakat. Karena masyarakat mendukung bisnis dengan
mengizinkan perusahaan itu berdiri, makan perusahaan berkewajiban untuk membayar kembali
kepada masyarakat atas hak untuk mendapat keuntungan itu. Jadi, perilakuyang sesuai dengan
hukum dalam mengejar keuntungan adalah perilaku yang bertanggung jawab kepada masyarakat,
dan perilaku apapun yang tidak sesuai dengan hukum dalam mengejar keuntungan adalah
perilaku yang tidak bertanggung jawab secara sosial.
Pandangan ini dihubungkan dengan ekonom Milton Friedman dan ekonom lainnya yang
percaya, bahwa masyarakat menciptakan perusahaan bisnis khusus dan dikhususkan untuk
mengejar tujuan – tujuan tertentu, menghasilkan berbagai barang dan jasa dan ikut serta dalam
mendukung kedudukansah bisnis ditengah – tengah masyarakat. Sebagaimana dikatakan
Friedman, “ Ada satu dan hanya satu tanggung jawab sosial bisnis untuk memakai sumber
dayanya dan menggunakan dalam berbagai aktivitas yang didesain untuk menambah
keuntungannya sepanjang bisnis itu tetap dalam aturan permainan, yang bisa diartikan sebagai,
ikut-serta dalam persaingan terbuka dan bebas tanpa penipuan dan kecurangan.”
Pendukung tanggung jawab sosial sebagai kewajiban sosial memberikan empat alasan
dalam mendukung pandangannya :
a. berbagai bisnis bertanggung jawab kepada pemegang sahamnya, pemilik
perusahaan. Jadi tangung jawab tunggal manajemen adalah untuk mengabdi
kepada kepentingan pemegang saham dengan mengelola perusahaan untuk
menghasilkan laba yang darinya pemegang saham mendapatkan manfaat.
b. berbagai aktivitas yang bertanggung secara sosial, seperti program perbaikan
sosial, seharusnya ditetapkan dengan peraturan, melalui kebijakan masyarakat,
dan melalui tindakan dan sumbangan swasta perorangan. Sebagai wakil dari
masyarakat, pemerintah (melalui perundang – undangan dan alokasi pajak
penghasilan) adalah sangat baik diperlengkapi untuk mendapatkan sifat perbaikan
sosial dan untuk merealisasikan perbaikan – perbaikan tersebut di masyarakat.
c. jika manajemen mengalokasikan laba ke berbagai akivitas perbaikan sosial, ini
merupakan penyalahgunaan wewenang nya. Manajemen membebani para
pemegang saham dengan mengambil keuntungan mereka dan membelanjakannya
pada berbagai aktivitas yang tidak bisa segera menguntungkan bagi perusahaan.
Dan manajemen melakukan begitu tanpa mendengar masukan dari pemegang
saham. Karena para manajer tidak dipilih oleh masyarakat secara resmi, mereka
berhak melakukan tindakan yang mempengaruhi masyarakat tanpa bertanggung
jawab kepada masyarakat. Lebih jauh, jenis kegiatan tanpa pencarian-keuntungan
ini bisa jadi tidak bijaksana maupun tidak bisa dilaksanakan karena para manajer
tidak dilatih untuk membuat berbagai keputusan nonekonomis.
d. berbagai tindakan manajemen tersebut mungkin berhasil pada keadaan di mana
masyarakat dirugikan. Dalam pengertian ini, biaya – biaya aktivitas sosial
menyebabkan harga barang – barang dan jasa – jasa perusahaan meningkat dan
peningkatan tersebut mungkin akan dibebankan kepada pelanggan. Jadi para
manajer akan bertindak dalam suatu cara yang berlawanan dengan kepentingan
pelanggan dan akhirnya kepentingan para pemegang saham.
Meskipun banyak orang yang tidak setuju dengan alasan ini, tanggung jawab sosial bisa
menunjuk pada perilaku yang diarahkan semata-mata (tetapi menurut hukum) ke arah pencarian
keuntungan. Seorang manajer bisa, dengan pembenaran, menyatakan bahwa dia telah dibebaskan
kewajibannya kepada masyarakat dengan menciptakan barang – barang dan jasa – jasa dan
memperoleh keuntungan di dalam batas – batas yang ditetapkan peraturan.
Arti kedua dari tanggung jawab sosial adalah perilaku yang merupakan reaksi terhadap
“norma – norma, nilai- nilai, dan harapan – harapan yang di selenggarakan masyarakat yang
berlaku sekarang.” Pandangan ini menekankan bahwa masyarakat mempunyai berbagai harapan
terhadap perilaku bisnis dan perusahaan. Sedikitnya, perusahaan harusbertanggung jawab
terhadap biaya – biaya ekologi, lingkungan dan sosial yang terjadi karena tindakannya; lebih luas
lagi perusahaan harus bereaksi dan menyumbang untuk memecahkan berbagai masalah
masyarakat (bahkan pada hal – hal yang tidak secara langsung berkaitan dengan bisnis). Suatu
interpretasi tanggung jawab sosial sebagai reaksi sosial yang agak sempit adalah bahwa tanggung
jawab sosial mencakup berbagai tindakan sukarela. Penafsiran ini bertujuan untuk membedakan
antara tindakan yang dilakukan perusahaan demi pertimbangan ekonomi atau hukum dan
tindakan yang diprakarsai secara sukarela. Jadi, pandangan ini mengimplikasikan bahwa
perusahaan yang hanya mengejar perilaku yang diwajibkan secara sosial adalah tidak
bertanggung jawab secara sosial, karena perilaku seperti itu dipaksakan, tidak sukarela. Intisari
dari pandangan tanggung jawab sosial adalah bahwa perusahaan bersifat reaktif. Permintaan
dibuat oleh kelompok tertentu, dan perusahaan bertanggung jawab secara sosial bila mereka
beraksi, apakah bersifat suka rela atau terpaksa, untuk memuaskan permintaan tersebut. Ini
berarti ketidakpuasan bagi mereka yang percaya bahwa pertanggung jawaban sosial seharusnya
menunjuk ke perilaku yang proaktif.
Menurut pandangan ini, berbagai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial adalah
bersifat antisipatif dan preventif daripada bersifat reaktif dan restoratif (pemulihan). Istilah daya
tanggap sosial semakin luas pemakaiannya dalam beberapa tahun ini untuk menunjukkan
berbagai tindakan yang berlangsung melebihi kewajiban sosial dan reaksi sosial.
Ciri – ciri dari perilaku yang bersifat tanggap secara sosial meliputi penerimaan terhadap
tuntutan masyarakat, kemauan untuk bertindak bagi kelompok apapun, antisipasi kebutuhan
masyarakat yang akan datang akan bergerak ke arah pemuasan mereka, dan mengkomunikasikan
dengan pemerintah berkenaan dengan peraturan yang ada dan antisipasi yang diinginkan oleh
masyarakat.
Pandangan daya tanggap sosial mengandung arti yang lebih luas dari tanggung jawab
sosial. Pandangan ini menempatkan para manajer dan organisasi mereka dalam suatu posisi yang
bergeser jauh dari pandangan tradisional yang semata–mata memusatkan pada cara – cara dan
tujuan ekonomi. Pendukung daya tanggap sosial umumnya menegaskan bahwa pendekatan
terhadap tanggung jawab sosial ini lebih unggul dari pandangan kewajiban sosial dan reaksi
sosial karena tiga alasan :
Pertama, berbagai aktivitas dan tujuan ekonomi bisnis dengan murni tidak bisa
dipisahkan dari aktivitas sosial dan tujuan masyarakat.
Kedua, berlawanan dengan pandangan pendukung kewajiban sosial bahwa para
manajer tidak terlatih menghadapi masalah – masalah sosial, pendukung daya
tanggap sosial menyatakan bahwa perusahaan “ adalah pemecah masalah
organisasi yang paling efektif dalam suatu masyarakat yang kapitalis.”
Ketiga, penganjur daya tanggap sosial menegaskan bahwa keterlibatan bisnis
dalam masalah – masalah sosial bukanlah penyalahgunaan wewenang,
sebagaimana pandangan kewajiban sosial. Pemegang saham merasa keberatan
mendukung bisnis mereka karena alasan – alasan sosial, dan upaya perusahaan
yang mungkin adalah untuk menerima persetujuan dari konsumen, media massa,
dan masyarakat.
Untuk mengelompokkan tindakan yang bertanggung jawab secara sosial adalah dengan
mengidentifikasi ahli waris (beneficiaries) dalam setiap tindakan. Untuk penyederhanaan, dua
kelompok umum ahli waris bisa diidentifikasikan: internal daneksternal.
1. Ahli Waris Internal
Tanggung Jawab Kepada Pelanggan Isu tanggung jawab sosial yang ditujukan kepada
pelanggan adalah relatif tetap pada satu ekstrim (seperti dalam contoh-contoh di mana
peraturan menetapkan produk yang aman) dan agak berubah-ubah pada yang lain (seperti
dalam contoh-contoh di mana terdapat harapan umum berkenaan dengan hubungan
harga-kualitas).
Tanggung Jawab Kepada Karyawan Tanggung jawab manajemen kepada karyawan
bisa dilaksanakan secara minimal dengan memenuhi syarat peraturan yang berkaitan
dengan hubungan karyawan-majikan. Peraturan seperti itu diarahkan pada masalahmasalah yang berhubungan dengan kondisi fisik pekerjaan (khususnya isu-isu
keselamatan dan kesehatan), upah dan ketentuan jam kerja, serikat pekerja dan
pembentukan serikat pekerja, dll. Arah dari berbagai peraturan tersebut adalah untuk
mendorong manajemen menciptakan tempat kerja yang aman dan produktif yang di
dalamnya hak mendasar warga negara tidak dibahayakan.
Tanggung Jawab Kepada Pemegang Saham Manajemen mempunyai suatu tanggung
jawab untuk terbuka kepada pemegang saham dalam hal penggunaan sumber daya
perusahaannyadan hasil-hasil pemanfaatannya. Hukum menjamin hak pemegang saham
terhadap informasi keuangan dan keterbukaan minimal kepada masyarakat. Hak
mendasar dari seorang pemegang saham tidaklah dijamin oleh keuntungan tetapi dijamin
oleh informasi yang dengannya sebuah keputusan invetasi yang bijaksana bisa menjadi
dasar. Tindakan akhir yang diambil seorang pemegang saham adalah menjual saham itu
dan berhenti untukmempunyai suatu kepemilikan kepentingan.
Ahli waris internal merupakan fokus dari banyak perilaku wajib sosial manajemen. Dalam
hubungannya dengan pelanggan, karyawan, dan pemegang saham, para manajer sangat dituntut
untuk bertanggung jawab secara sosial. Hubungan di antara perusahaan dan ahli waris
internalnya dibatasi oleh hukum, peraturan, dan kebiasaan agar perusahaan bertindak menurut
hukum.
2. Ahli Waris Eksternal
Ahli Waris Eksternal KhususTindakan perusahaan yang melibatkan ahli waris eksternal
khusus bisa jadi wajib, reaktif dan responsif. Tindakan wajib adalah dalam menanggapi
peraturan dan hukum anti diskriminasi. Perusahaan itu bisa dinilai tidak bertanggung
jawab secara sosial maupun hukum jika perusahaan itu melanggar peraturan-peraturan
tersebut. Sebuah perusahaan bisa dianggap bersifat reaktif secara sosial jika perusahaan
bertindak melebihi isi undang-undang yang sebenarnya.
Ahli Waris Eksternal Umum Berbagai program yang melibatkan ahli waris eksternal
seringkali dianggap bertanggung jawab secara sosial karena menjadikan perusahaan
berusaha untuk memecahkan atau mencegah masalah-masalah sosial umum. Berbagai
perusahaan telah menjalankan aksi untuk memecahkan atau mencegah masalah yang
berkaitan dengan lingkungan atau ekologi seperti polusi air, udara, dan suara serta
pembuangan limbah dan radiasi.
Ahli waris internal meliputi pelanggan, pemilik saham, dan karyawan.
Ahli waris eksternal meliputi kelompok-kelompok yang mewakili golongan
minoritas, wanita, orang cacat, dan lanjut usia.
B. Manfaat Tanggung Jawab Sosial
1. Manfaat Bagi Perusahaan
Manfaat yang jelas bagi perusahaan jika perusahaan memberikan
tanggung jawab sosial adalah munculnya citra positif dari
masyarakat akan kehadiran perusahaan di lingkungannya. Kegiatan
perusahaan dalam jangkaa panjang akan dianggap sebagai kontribusi
yang positif bagi masyarakat. Selain membantu perekonomian
masyarakat perusahaan juga akan dianggap bersama masyarakat
membantu dalam mewujudkan keadaan yang lebih baik di masa yang
akan datang. Akibatnya, perusahaan justru akan memperoleh
tanggapan yang positif setiap kali akan menawarkan sesuatu kepada
masyarakat. Perusahaan tidak saja dianggap sekedar menawarkan
produk untuk diberikan masyarakat, tetapi juga dianggap menawarkan
sesuatu yang akan membawa perbaikan bagi masyarakat.
2. Manfaat Bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial yang
dilakukan oleh perusahaan sangatlah jelas. Selain bahwa beberapa
kepentingan masyarakat diperhatikan oleh perusahaan, masyarakat
juga akan mendapatkan pandangan baru mengenai hubungan.
perusahaan dan masyarakat yang barangkali selama ini hanya sekadar
dipahami sebagai hubungan produsen-konsumen, atau hubungan
antara penjual dan pembeli saja Masyarakat akan memiliki
pandangan baru bahwa hubungan antara masyarakat dalam dunia
bisnis perlu diarahkan untuk kerja sama yang saling menguntungkan
kedua belah pihak.
3. Manfaat Bagi Pemerintah
Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi sebagai wasit
yang menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan
dunia bisnis, dalam memberikan sanksi bagi pihak yang
melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang mendapat legitimasi
untuk mengubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik akan
mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat
tersebut. Sebagian tugas pemerintah dapat dijalankan oleh anggota
masyarakat, dalam hal ini perusahaan atau organisasi bisnis.
C. Etika Manajerial
Kata etika, menurut pengertian umum, merujuk pada prinsip-prinsip perilaku yang
membedakan antara baik, buruk, benar, dan salah. Tujuan etika, atau kode etik, adalah untuk
memungkinkan individu membuat berbagai pilihan di antara perilaku-perilaku alternatif.
Perhatian terhadap peran dan permasalahan etika dalam bisnis Amerika semakin tumbuh dan
berkembang di antara para manajer dan masyarakat. Beberapa faktor telah memberi sumbangan
terhadap tumbuh perhatian ini. Pertama, skandal yang melibatkan tindakan tidak etis oleh
beberapa perusahaan besar (misalnya, NYNEX, General Electric, Shearson Lehman, dan General
Dynamics Corporation) telah dipublikasikan secara luas. Lebih 15 tahun lebih, lebih dari dua
pertiga dari 500 perusahaan Fortune pernah terlibat dalam beberapa bentuk perilaku ilegal.
Kedua, etika bisnis telah menjadi topik perhatian karena bisnis menyadari bahwa perilaku
manajemen yang menyimpang secara etis bisa merugikan perusahaan dan masyarakat sebagai
suatu keseluruhan. Shearson Lehman dan General Electric, sebagai contoh, masing-masing
membayar beberapa juta dollar sebagai hukuman dan denda kriminal terhadap perilaku jahat para
manajernya. Perilaku tidakterpuji dari beberapa bagian eksekutif kunci Drexel Burnham Lambert
tidakhanya memaksa perusahaanitu menuju kebangkrutan tetapi juga mengguncang seluruh
pasar obligasi kelas dua (junk bond). Ketiga, baik manajer maupun masyarakat umum
menyadari bahwa dinamika etika dalam pengambilan keputusan manajemen seringkali
merupakan fenomena yang rumit dan menantang; menetapkan apa yang etis dan yang tidak
sering sulit untuk dilakukan. Karena etika pengambilan keputusan manajerial seringkali rumit
dan para manajer sering sepakat terhadap apa yang merupakan keputusan etis, maka ada hal yang
perlu diperhatikan : (1) mengetahui dasar yang bisa digunakan manajer individu dalam
penentuan alternatif yang dipilih dalam pengambilan keputusan, dan (2) mengenali organisasiorganisasi yang bisa menjamin bahwa manajer mengikuti standar etik dalam pengambilan
keputusan mereka.
Standar Etika
Manajer harus mendamaikan nilai-nilai yang berlawanan dalam pengambilan keputusan.
Mereka membuat keputusan-keputusan yang memiliki konsekuensi bagi mereka sendiri,
organisasi yangmemperkerjakannya, dan masyarakat di mana mereka berada dan
organisasi itu ada.
Peran Organisasi Dalam Perilaku Etis
Berbagai pendekatan yang ditujukan bagi pengembangan pedoman perilaku etis sejauh
ini hanya memusatkan pada manajer itu sendiri. Banyak pengamat mengaskan bahwa
organisasi seharusnya memainkan suatu peran besar dalam menjamin supaya manajernya
berbuat secara etis dalam mengelola perusahaan. Meskipun tanggung jawab akhir ada di
perusahaan, sangat mengherankan bahwa hanyas sedikit organisasi yang secara
tradisional memberi manajer pedoman tentang etika dalam pengambilan keputusan. Akan
tetapi, seiring dengan meningkatnya perhatian yang diberikan terhadap etika dalam
organisasi, sejumlah besar perusahaan yang sedang tumbuh berusaha untuk memberikan
bimbingan kepada manajer mereka. Idealnya, sebuah peraturan perilaku sebaiknya
memberi karyawan petunjuk yang berkaitan dengan berbagai dilema perilaku,
menjelaskan posisi organisasi di tengah luasnya ketidakpastian yang berhubungan dengan
etika, dan mencapai serta memelihara keseluruhan peraturan yang berjalan sehingga
organisasi dipandang etis dan baik.
Daya Tanggap Etika dan Sosial
Hubungan antara standar etika dan daya tanggap sosial (social responsiveness) seorang
manajer seharusnya jelas. Etika dipakai sebagai dasar untuk menilai kebenaran dari
berbagai tindakan. Dalam beberapa hal, standar etika adalah penyaring yang menyaring
berbagai tindakan menurut kebenaran yang terkait.
2. Tanggung Jawab Sosial Dalam
a) Pengertian Tanggung jawab social perusahaan
tanggung jawab sosial perusahaan diartikan sebagai suatu kewajbandari organisasi untuk
bertindak dengan cara-cara tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan
organisasi itu sendiri maupun kepentingan dari banyak pihak luar.
pihak luar tersebut dianggap sebagai stakeholder,yakni orang -orang atau kelompok yang
dalam sedikit atau banyak hal ,terpengaruh oleh perilaku organisasi.
b) Pandangan kontra terhadap tanggung jawab social
dikalangan akademis dan kebijaksanaan publik terdapat dua pandangan yang saling bertentangan
dalam hal tanggung jawab sosial:
Pandangan klasik
beranggapan bahwa tanggung jawab manajemen dalam menjalankan bisnis adalah
memaksimalkan laba.model ''stockholder'' yang sempit ini didukung oleh Milton
friedman,seorang ahli ekonomi penganut aliran pasar bebas,yang mengatakan ''hanya
sedikit mereka yang dapat menggoyahkan hal mendasar dari masyarakat kita yang
menganggap bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tidak lain adalah menghasilkan
uang sebanyak mungkin bagi para pemegang saham".
beberapa alasan yang digunakan oleh pandangan ini dalam menentang tanggung jawab
sosial perusahaan antara lain karena tanggung jawab sosial mengurangi laba
perusaaan,meningkatkan biaya perusahaan,melemahkan tujuan bisnis,terlalu banyak
pengaruh sosial bagi perusahaan, dan pertanggung jawaban bisnis bagi masyarakat
berkurang.
pandangan social ekonomi
beranggapan bahwa setiap organisasi harus menaruh perhatian kepada kesejahteraan
sosial secara lebih luas,dan tidak hanya sekedar laba perusahaan .model yang
mendasarkan diri pada konsep "stakeholder" yang lebih luas ini didukung oleh Paul
samuelson,salah seorang ahli ekonomi terkemuka yang lain.dia mengatakan "perusahaan
besar dewasa ini,bukan hanya sebaiknya terlibat dalam tanggung jawab sosial ,namun ia
harus mencoba melakukannya secara lebih baik.beberapa alasan yang digunakan
pandangan ini dalam menyetujui tanggung jawab sosial yaitu keuntungan jangka panjang
bagi perusahaan ,cintra perusahaan yang lebih baik bagi masyarakat,bisnis mungkin
semakin menghindari peraturan,perusahaan memiliki sumber daya,perusahaan
mempunyai kewajiban etis,lingkungan yang lebih baik bagi semua orang ,dan masyarakat
menginginkannya.
c) Mengevaluasi kinerja sosial perusahaan
Banyak bidang kegiatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dan bentuk
bentuk organisasi yang lain untuk mencapai tanggung jawab sosial.hal tersebut mencakup
kepedulian akan kualitas ekologi dan lingkungan,kebenaran dalam membantu dan
melindungi konsumen,bantuan pendidikan serta pelayanan kebutuhan masyarakat,praktek
kerja yang memperhitungkan kaum minoritas,hubungan industrial yang progresif dan
bantuan terhadap karyawan,serta kedermawanan perusahaan.
pada tingkatan organisasional ,suatu audit sosial berkala dapat digunakan secara
sistematis untuk menilai dan melaporkan komitmen sumber daya organisasi pencapaian
tindakan bidang tersebut ataupun kinerja sosial di bidang bidang lain.anda boleh
menganggap bahwa audit sosial merupakan usaha untuk menilai kinerja sosial suatu
organisasi seperti audit akutansi dalam menilai kinerja finansial.suatu model yang cukup
dikenal untuk menilai kinerja sosial perusahaan dalam suatu audit sosial mencakup empat
kriteria berikut :
1.Apakah tanggung jawab ekonomi organisasi tercapai?
2.Apakah tanggung jawab hukum organisasi tercapai?
3.Apakah tanggung jawab etis organisasi tercapai?
4.Apakah tanggung jawab yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan terpenuhi?
Secara bertahap kegiatan tersebut mengarah secara sosial semakin bertanggung
jawab.tanggung jawab ekonomi suatu perusahaan tercapai apabila perusahaan tersebut
memperoleh laba lewat pemberian barang dan jasa seperti yang diinginkan oleh
konsumen .tanggung jawab hukum tercapai apabila suatu organisasi beroperasi sesuai
hukum serta menaati persyaratan dari berbagai aturan dari pihak luar.tanggung jawab etis
tercapai apabila tindakan sukarela yang dilakukannya sesuai bukan hanya dengan apa
yang diharapkan dari hukumtetapi juga dengan harapan moral dan nilai-nilai dala
masyarakat.
tingkatan tertinggi dalam kinerja sosial muncul apabila suatu tanggung jawab secara suka
rela yang dilakukan oleh perusahaan tercapai.Dalam hal ini,organisasi secara suka rela bergerak
melampaui batas ekonomi,hukum,harapan etis,untuk menjadi pemimpin dalam memajukan
kesejahteraan individu,masyarakat ,dan masyarakat secara keseluruhan.
d) Strategi tanggung jawab sosial perusahaan
secara umum ada 4 strategi :
I.
obstructionist strategy(menentang tuntutan sosial)
II.
defensive strategy(lakukan sesedikit mungkin yang diminta oleh hukum.
III.
accomodative strategy(lakukan sesedikit mungkin apa yang diharapkan dari etika)
IV.
proactive strategy(ambil kepemimpinan dalam inisiatif sosial)
e) Mengelola Tanggung Jawab Sosial dari Perusahaan
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan
dalam mengelola tanggung jawab sosialnya., sebagaimana yang
dikemukakan oleh Kreitner (1992), yaitu strategi reaktif, defensif,
proaktif, dan akomodatif.
1.
Strategi Reaktif (Reactive Social Responsibility Strategy)
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung
jawab sosial cenderung menolak atau menghindarkan diri dari
tanggung jawab sosial.
2. Strategi Defensif (Dcfensive Social Responsibility Strategy)
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur
hukum untuk menghindarkan diri atau menolak tanggung jawab sosial.
3. Strategi Akomodatif (Acommodative Social Responsibility
Strategy)
Beberapa perusahan memberikan tanggung jawab sosial berupa
pelayanan kesehatan, kebersihan, dan lain sebagainya, bukan
dikarenakan perusahaan menyadari perlunya tanggung jawab sosial,
namun dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan
sekitar akan hal tersebut. Tindakan seperti ini terkait dengan strategi
akomodatif dalam tanggung jawab sosial.
4. Strategi Proaktif (Proaktive Social Responsibility Strategy)
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi proaktif dalam tanggung
jawab sosial memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian
dari tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika
stakeholders terpuaskan, maka citra positif terhadap perusahaan akan
terbangun. Dalam jangka panjang perusahaan akan diterima oleh
masyarakat dan perusahaan tidak akan khawatir akan kehilangan
pelanggan, justru akan herpotensi untuk menambah jumlah
pelanggan akibat citra positif yang disandangnya.
f) Perubahan konsep manajerial dan tanggung jawab organisasi
Jaman kita ini telah menyaksikan perubahan penting dalam harapan masyarakat
pada lembagannya dan kepercayaan manajer pada peranannya dalam organisasi . Masa
depresi tahun 1930-an dan gerakan aktivis tahun 1960-an serta 1970-an mendorong
peningkatan kecaman pada perilaku bisnis dengan berbagai cara. Kritik-kritik ini
ditujukan pada pandangan lama yang berpendapatan bahwa bisnis harus mengejar
keuntungan saja,tanpa mempedulikan kebutuhan social.
Banyak orang,termasuk para manajer ,percaya bahwa para manajer mempunyai
tanggung jawab kepada masyarat sebagi tambahan tanggung jawabnya kepada organisasi
yang dilayaninnya.
g) Konsep Tanggung jawab organisasi
Lingkungan luar yang berubah telah menciptakan seperangkat nilai dan harapan
baru. Semakin banyak yang di harapakan dari organisasi dan para managernya tetapi
tidak ada kata sepakat tentang bagaimana tetaptnya perioritasnya.
h) Lingkungan sebagai Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi
Organisasi bisnis akan berhadapan dengan lingkungan
organisasinya, baik lingkungan yang secara langsung memengaruhi
dan dipengaruhi oleh kegiatan organisasi bisnis, maupun lingkungan
yang secara tak langsung terkait dengan organisasi bisnis. Pada
intinya, setiap organisasi atau perusahaan pada akhirnya perlu
menyadari bahwa apa pun yang dilakukannya merupakan reaksi atas
tuntutan dari lingkungan atau juga sebaliknya merupakan upaya
untuk mempengaruhi lingkungannya.
Sebagai bagian dari lingkungan masyarakat, maka organisasi
bisnis perlu memiliki tanggung jawab bahwa kegiatan yang
dilakukannya membawa ke arah perbaikan lingkungan masyarakat
pada umumnya, dan bukan sebaliknya. Alasan mengenai mengapa
perusahaan perlu memiliki tanggung jawab sosial, perusahaan perlu
memiliki tanggung jawab sosial meyakini bahwa sebagai bagian dari
anggota masyarakat sudah semestinyalah perusahaan perlu memiliki
tanggung jawab sosial.
Mereka yang berpandangan bahwa perusahaan perlu memiliki
tanggung jawal sosial menganggap bahwa banyak persoalan di
masyarakat muncul sebagai akibat dari kegiatan perusahaan yang
dijalankan. Oleh karena masalah tersebut merupakan akibat dari
kegiatan yang dijalankan oleh perusahaan, maka perusahaan perlu
untuk memikul tanggung jawab untuk penyelesaian masalah tersebut.
Di sisi lain, mereka yang kontra terhadap tanggung jawab sosial
yang harus dipikul perusahaan beranggapan bahwa perusahaan tidak
perlu terlibat dalam tanggung jawab sosial karena pada dasarnya
perusahaan tidak memiliki ahli-ahli khusus untuk menangani
tanggung jawab sosial ini dalam perusahaan. Selain itu, mereka
beranggapan bahwa keterlibatan perusahaan yang terlalu jauh dalam
tanggung jawab sosial justru akan memberikan kekuatan yang lebih
besar bagi perusahaan untuk dapat mengontrol masyarakat, padahal
yang bertugas untuk mengontrol masyarakat adalah pemerintah.
Mereka juga beranggapan bahwa pada dasarnya tujuan dari
perusahaan adalah untuk meraih profit dan bukan untuk membantu
masyarakat sebagaimana halnya yang dilakukan oleh berbagai
lembaga sosial, seperti yayasan, lembaga swadaya masyarakat, dan
lain sebagainya.
Perusahaan perlu memberikan tanggung jawab sosial sebagai
konsekuensi logis keberadaannya dalam lingkungan dan masyarakat.
Hanya saja tanggung jawab sosial yang harus dipikul perusahaan ini
semestinya diatur dengan lebih baik oleh pemerintah sehingga
porsinya tidak terlalu menjadi kekuatan yang dominan di masyarakat,
namun bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat
mewujudkan lingkungan ke arah yang lebih baik.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Stoner A.F. James.1996.Manajemen Edisi Kedua (Revisi) Jilid 1.Ciracas:
Indonesia.
Dosen :
RAHMI SE., M.Si
Oleh:
KELOMPOK 3
SAFINATUN NAJAH
( 170602112 )
SUCI FAJRINA
(170602116 )
DEVIA CHALISA
(170602100 )
AFRIDA DIANA
(170602128 )
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR RANIRY
BANDA ACEH
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah mengenai
“ TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM MANAJEMEN“.
Makalah ini disusun berdasarkan buku Manajemen yang mencakup ruang lingkup pada
tanggung jawab social dalam manajemen ruang lingkup tersebut, semoga bagi orang yang
membaca makalah ini dapat menjadi terampil dan berkarakter.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses
belajar dan pembelajaran. Dari lubuk hati kami yang terdalam, sangat disadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mohon maaf bila ada sesuatu informasi yang
salah dan kurang lengkap.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca mengenai makalah ini,
sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.
Banda Aceh, 29 September 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1. TANGGUNG JAWAB SOSIAL
a. Arti
dari
Tanggung
Jawab
……
……………………………………………………………………………
b. Manfaat
Tanggung
Jawab
Sosial…………………….
………………………………………………
c. Etika
Manajerial
………………………………………….….
……………………………………………..
2. TANGGUNG JAWB SOSIAL DAN ETIKA
d. Pengertian
Tanggung
jawab
social
perusahaan………………………………
a. Pandangan kontra terhadap tanggung jawab social……………………..
b. Mengevaluasi kinerja sosial perusahaan………………………………
……………..
c. Strategi tanggung jawab sosial
perusahaan…………………………………………
d. Mengelola
Tanggung
Jawab
Sosial
dari
Perusahaan………………………………
e. Perubahan konsep manajerial dan tanggung jawab organisasi…………
f. Konsep Tanggung jawab organisasi
g. Lingkungan sebagai Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... .
13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, setiap manusia mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan hidup bersama di dalam sosial, serta melakukan suatu tanggung jawab yang bersosial
dimana saja. Dalam manajemen pasti memiliki tanggung jawab walaupun dimana pun mereka
berada.Tanggung jawab yang dimiliki berbeda-beda ada di perusahaan dan ada jga di organisasi.
Tanggung jawab social bukan hanya di masyarakat tetapi di manajemen terdapat juga.
Dalam manajemen juga membutuhankan tanggung jawab yang handal dan yang kuat pada
tanggung jawabnya yang telah di atur oleh suatu organisasi atau perusahaan.
Seperti penjelasan diatas, sebuah tanggung jawab social tidak ada yang sama dalam
perusahaan dan organisasi.. Karena perbedaan ini pula, bisa kita lihat dari sebuah perusahaan
ataupun organisasi pasti itu sangatlah berbeda ..
Oleh sebab itu, kami membuat makalah yang berjudul ‘’TANGGUNG JAWAB SOSIAL
DALAM MANAJEMEN ”. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih bisa memahami tentang
tanggung jawab social dalam manajemen.
B.
Rumusan Masalah
1. Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen
2. Tanggung Jawab Sosial dalam perusahaan
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Untuk mengetahui bagaimana Tanggung jawab social dalam perusahaan,organisasi
Untuk mengetahui pandangan kontra terhadap tanggumg jawab
Untuk mengetahui bagaimana mengevaluasi kinerja sosial perusahaan
Unutk mengetahui strategis tanggung jawab social perusahaan
Untuk mengetahui etika manajerial
Untuk mengetahui
Untuk mengetahui
Untuk mengetahui
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Tanggung Jawab Sosial Dan Etika
A. Arti Tanggung Jawab Sosial
Suatu ulasan kepustakaan baru – baru ini mengidentifikasi bahwa terdapat sedikitnya
sembilan arti tanggung jawab sosial. Sembilan arti tersebut bisa dikelompokkan dalam tiga
kategori umum : kewajiban sosial (socialobligation), reaksi sosial (social reaction), dan daya
tanggap sosial (social responsiveness). Menurut pandangan ini, sebuah perusahaan dapat
diterima oleh masyarakat bila perusahaan tersebut mengejar laba di dalam batas – batas
peraturan yang ditentukan oleh masyarakat. Karena masyarakat mendukung bisnis dengan
mengizinkan perusahaan itu berdiri, makan perusahaan berkewajiban untuk membayar kembali
kepada masyarakat atas hak untuk mendapat keuntungan itu. Jadi, perilakuyang sesuai dengan
hukum dalam mengejar keuntungan adalah perilaku yang bertanggung jawab kepada masyarakat,
dan perilaku apapun yang tidak sesuai dengan hukum dalam mengejar keuntungan adalah
perilaku yang tidak bertanggung jawab secara sosial.
Pandangan ini dihubungkan dengan ekonom Milton Friedman dan ekonom lainnya yang
percaya, bahwa masyarakat menciptakan perusahaan bisnis khusus dan dikhususkan untuk
mengejar tujuan – tujuan tertentu, menghasilkan berbagai barang dan jasa dan ikut serta dalam
mendukung kedudukansah bisnis ditengah – tengah masyarakat. Sebagaimana dikatakan
Friedman, “ Ada satu dan hanya satu tanggung jawab sosial bisnis untuk memakai sumber
dayanya dan menggunakan dalam berbagai aktivitas yang didesain untuk menambah
keuntungannya sepanjang bisnis itu tetap dalam aturan permainan, yang bisa diartikan sebagai,
ikut-serta dalam persaingan terbuka dan bebas tanpa penipuan dan kecurangan.”
Pendukung tanggung jawab sosial sebagai kewajiban sosial memberikan empat alasan
dalam mendukung pandangannya :
a. berbagai bisnis bertanggung jawab kepada pemegang sahamnya, pemilik
perusahaan. Jadi tangung jawab tunggal manajemen adalah untuk mengabdi
kepada kepentingan pemegang saham dengan mengelola perusahaan untuk
menghasilkan laba yang darinya pemegang saham mendapatkan manfaat.
b. berbagai aktivitas yang bertanggung secara sosial, seperti program perbaikan
sosial, seharusnya ditetapkan dengan peraturan, melalui kebijakan masyarakat,
dan melalui tindakan dan sumbangan swasta perorangan. Sebagai wakil dari
masyarakat, pemerintah (melalui perundang – undangan dan alokasi pajak
penghasilan) adalah sangat baik diperlengkapi untuk mendapatkan sifat perbaikan
sosial dan untuk merealisasikan perbaikan – perbaikan tersebut di masyarakat.
c. jika manajemen mengalokasikan laba ke berbagai akivitas perbaikan sosial, ini
merupakan penyalahgunaan wewenang nya. Manajemen membebani para
pemegang saham dengan mengambil keuntungan mereka dan membelanjakannya
pada berbagai aktivitas yang tidak bisa segera menguntungkan bagi perusahaan.
Dan manajemen melakukan begitu tanpa mendengar masukan dari pemegang
saham. Karena para manajer tidak dipilih oleh masyarakat secara resmi, mereka
berhak melakukan tindakan yang mempengaruhi masyarakat tanpa bertanggung
jawab kepada masyarakat. Lebih jauh, jenis kegiatan tanpa pencarian-keuntungan
ini bisa jadi tidak bijaksana maupun tidak bisa dilaksanakan karena para manajer
tidak dilatih untuk membuat berbagai keputusan nonekonomis.
d. berbagai tindakan manajemen tersebut mungkin berhasil pada keadaan di mana
masyarakat dirugikan. Dalam pengertian ini, biaya – biaya aktivitas sosial
menyebabkan harga barang – barang dan jasa – jasa perusahaan meningkat dan
peningkatan tersebut mungkin akan dibebankan kepada pelanggan. Jadi para
manajer akan bertindak dalam suatu cara yang berlawanan dengan kepentingan
pelanggan dan akhirnya kepentingan para pemegang saham.
Meskipun banyak orang yang tidak setuju dengan alasan ini, tanggung jawab sosial bisa
menunjuk pada perilaku yang diarahkan semata-mata (tetapi menurut hukum) ke arah pencarian
keuntungan. Seorang manajer bisa, dengan pembenaran, menyatakan bahwa dia telah dibebaskan
kewajibannya kepada masyarakat dengan menciptakan barang – barang dan jasa – jasa dan
memperoleh keuntungan di dalam batas – batas yang ditetapkan peraturan.
Arti kedua dari tanggung jawab sosial adalah perilaku yang merupakan reaksi terhadap
“norma – norma, nilai- nilai, dan harapan – harapan yang di selenggarakan masyarakat yang
berlaku sekarang.” Pandangan ini menekankan bahwa masyarakat mempunyai berbagai harapan
terhadap perilaku bisnis dan perusahaan. Sedikitnya, perusahaan harusbertanggung jawab
terhadap biaya – biaya ekologi, lingkungan dan sosial yang terjadi karena tindakannya; lebih luas
lagi perusahaan harus bereaksi dan menyumbang untuk memecahkan berbagai masalah
masyarakat (bahkan pada hal – hal yang tidak secara langsung berkaitan dengan bisnis). Suatu
interpretasi tanggung jawab sosial sebagai reaksi sosial yang agak sempit adalah bahwa tanggung
jawab sosial mencakup berbagai tindakan sukarela. Penafsiran ini bertujuan untuk membedakan
antara tindakan yang dilakukan perusahaan demi pertimbangan ekonomi atau hukum dan
tindakan yang diprakarsai secara sukarela. Jadi, pandangan ini mengimplikasikan bahwa
perusahaan yang hanya mengejar perilaku yang diwajibkan secara sosial adalah tidak
bertanggung jawab secara sosial, karena perilaku seperti itu dipaksakan, tidak sukarela. Intisari
dari pandangan tanggung jawab sosial adalah bahwa perusahaan bersifat reaktif. Permintaan
dibuat oleh kelompok tertentu, dan perusahaan bertanggung jawab secara sosial bila mereka
beraksi, apakah bersifat suka rela atau terpaksa, untuk memuaskan permintaan tersebut. Ini
berarti ketidakpuasan bagi mereka yang percaya bahwa pertanggung jawaban sosial seharusnya
menunjuk ke perilaku yang proaktif.
Menurut pandangan ini, berbagai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial adalah
bersifat antisipatif dan preventif daripada bersifat reaktif dan restoratif (pemulihan). Istilah daya
tanggap sosial semakin luas pemakaiannya dalam beberapa tahun ini untuk menunjukkan
berbagai tindakan yang berlangsung melebihi kewajiban sosial dan reaksi sosial.
Ciri – ciri dari perilaku yang bersifat tanggap secara sosial meliputi penerimaan terhadap
tuntutan masyarakat, kemauan untuk bertindak bagi kelompok apapun, antisipasi kebutuhan
masyarakat yang akan datang akan bergerak ke arah pemuasan mereka, dan mengkomunikasikan
dengan pemerintah berkenaan dengan peraturan yang ada dan antisipasi yang diinginkan oleh
masyarakat.
Pandangan daya tanggap sosial mengandung arti yang lebih luas dari tanggung jawab
sosial. Pandangan ini menempatkan para manajer dan organisasi mereka dalam suatu posisi yang
bergeser jauh dari pandangan tradisional yang semata–mata memusatkan pada cara – cara dan
tujuan ekonomi. Pendukung daya tanggap sosial umumnya menegaskan bahwa pendekatan
terhadap tanggung jawab sosial ini lebih unggul dari pandangan kewajiban sosial dan reaksi
sosial karena tiga alasan :
Pertama, berbagai aktivitas dan tujuan ekonomi bisnis dengan murni tidak bisa
dipisahkan dari aktivitas sosial dan tujuan masyarakat.
Kedua, berlawanan dengan pandangan pendukung kewajiban sosial bahwa para
manajer tidak terlatih menghadapi masalah – masalah sosial, pendukung daya
tanggap sosial menyatakan bahwa perusahaan “ adalah pemecah masalah
organisasi yang paling efektif dalam suatu masyarakat yang kapitalis.”
Ketiga, penganjur daya tanggap sosial menegaskan bahwa keterlibatan bisnis
dalam masalah – masalah sosial bukanlah penyalahgunaan wewenang,
sebagaimana pandangan kewajiban sosial. Pemegang saham merasa keberatan
mendukung bisnis mereka karena alasan – alasan sosial, dan upaya perusahaan
yang mungkin adalah untuk menerima persetujuan dari konsumen, media massa,
dan masyarakat.
Untuk mengelompokkan tindakan yang bertanggung jawab secara sosial adalah dengan
mengidentifikasi ahli waris (beneficiaries) dalam setiap tindakan. Untuk penyederhanaan, dua
kelompok umum ahli waris bisa diidentifikasikan: internal daneksternal.
1. Ahli Waris Internal
Tanggung Jawab Kepada Pelanggan Isu tanggung jawab sosial yang ditujukan kepada
pelanggan adalah relatif tetap pada satu ekstrim (seperti dalam contoh-contoh di mana
peraturan menetapkan produk yang aman) dan agak berubah-ubah pada yang lain (seperti
dalam contoh-contoh di mana terdapat harapan umum berkenaan dengan hubungan
harga-kualitas).
Tanggung Jawab Kepada Karyawan Tanggung jawab manajemen kepada karyawan
bisa dilaksanakan secara minimal dengan memenuhi syarat peraturan yang berkaitan
dengan hubungan karyawan-majikan. Peraturan seperti itu diarahkan pada masalahmasalah yang berhubungan dengan kondisi fisik pekerjaan (khususnya isu-isu
keselamatan dan kesehatan), upah dan ketentuan jam kerja, serikat pekerja dan
pembentukan serikat pekerja, dll. Arah dari berbagai peraturan tersebut adalah untuk
mendorong manajemen menciptakan tempat kerja yang aman dan produktif yang di
dalamnya hak mendasar warga negara tidak dibahayakan.
Tanggung Jawab Kepada Pemegang Saham Manajemen mempunyai suatu tanggung
jawab untuk terbuka kepada pemegang saham dalam hal penggunaan sumber daya
perusahaannyadan hasil-hasil pemanfaatannya. Hukum menjamin hak pemegang saham
terhadap informasi keuangan dan keterbukaan minimal kepada masyarakat. Hak
mendasar dari seorang pemegang saham tidaklah dijamin oleh keuntungan tetapi dijamin
oleh informasi yang dengannya sebuah keputusan invetasi yang bijaksana bisa menjadi
dasar. Tindakan akhir yang diambil seorang pemegang saham adalah menjual saham itu
dan berhenti untukmempunyai suatu kepemilikan kepentingan.
Ahli waris internal merupakan fokus dari banyak perilaku wajib sosial manajemen. Dalam
hubungannya dengan pelanggan, karyawan, dan pemegang saham, para manajer sangat dituntut
untuk bertanggung jawab secara sosial. Hubungan di antara perusahaan dan ahli waris
internalnya dibatasi oleh hukum, peraturan, dan kebiasaan agar perusahaan bertindak menurut
hukum.
2. Ahli Waris Eksternal
Ahli Waris Eksternal KhususTindakan perusahaan yang melibatkan ahli waris eksternal
khusus bisa jadi wajib, reaktif dan responsif. Tindakan wajib adalah dalam menanggapi
peraturan dan hukum anti diskriminasi. Perusahaan itu bisa dinilai tidak bertanggung
jawab secara sosial maupun hukum jika perusahaan itu melanggar peraturan-peraturan
tersebut. Sebuah perusahaan bisa dianggap bersifat reaktif secara sosial jika perusahaan
bertindak melebihi isi undang-undang yang sebenarnya.
Ahli Waris Eksternal Umum Berbagai program yang melibatkan ahli waris eksternal
seringkali dianggap bertanggung jawab secara sosial karena menjadikan perusahaan
berusaha untuk memecahkan atau mencegah masalah-masalah sosial umum. Berbagai
perusahaan telah menjalankan aksi untuk memecahkan atau mencegah masalah yang
berkaitan dengan lingkungan atau ekologi seperti polusi air, udara, dan suara serta
pembuangan limbah dan radiasi.
Ahli waris internal meliputi pelanggan, pemilik saham, dan karyawan.
Ahli waris eksternal meliputi kelompok-kelompok yang mewakili golongan
minoritas, wanita, orang cacat, dan lanjut usia.
B. Manfaat Tanggung Jawab Sosial
1. Manfaat Bagi Perusahaan
Manfaat yang jelas bagi perusahaan jika perusahaan memberikan
tanggung jawab sosial adalah munculnya citra positif dari
masyarakat akan kehadiran perusahaan di lingkungannya. Kegiatan
perusahaan dalam jangkaa panjang akan dianggap sebagai kontribusi
yang positif bagi masyarakat. Selain membantu perekonomian
masyarakat perusahaan juga akan dianggap bersama masyarakat
membantu dalam mewujudkan keadaan yang lebih baik di masa yang
akan datang. Akibatnya, perusahaan justru akan memperoleh
tanggapan yang positif setiap kali akan menawarkan sesuatu kepada
masyarakat. Perusahaan tidak saja dianggap sekedar menawarkan
produk untuk diberikan masyarakat, tetapi juga dianggap menawarkan
sesuatu yang akan membawa perbaikan bagi masyarakat.
2. Manfaat Bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial yang
dilakukan oleh perusahaan sangatlah jelas. Selain bahwa beberapa
kepentingan masyarakat diperhatikan oleh perusahaan, masyarakat
juga akan mendapatkan pandangan baru mengenai hubungan.
perusahaan dan masyarakat yang barangkali selama ini hanya sekadar
dipahami sebagai hubungan produsen-konsumen, atau hubungan
antara penjual dan pembeli saja Masyarakat akan memiliki
pandangan baru bahwa hubungan antara masyarakat dalam dunia
bisnis perlu diarahkan untuk kerja sama yang saling menguntungkan
kedua belah pihak.
3. Manfaat Bagi Pemerintah
Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi sebagai wasit
yang menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan
dunia bisnis, dalam memberikan sanksi bagi pihak yang
melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang mendapat legitimasi
untuk mengubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik akan
mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat
tersebut. Sebagian tugas pemerintah dapat dijalankan oleh anggota
masyarakat, dalam hal ini perusahaan atau organisasi bisnis.
C. Etika Manajerial
Kata etika, menurut pengertian umum, merujuk pada prinsip-prinsip perilaku yang
membedakan antara baik, buruk, benar, dan salah. Tujuan etika, atau kode etik, adalah untuk
memungkinkan individu membuat berbagai pilihan di antara perilaku-perilaku alternatif.
Perhatian terhadap peran dan permasalahan etika dalam bisnis Amerika semakin tumbuh dan
berkembang di antara para manajer dan masyarakat. Beberapa faktor telah memberi sumbangan
terhadap tumbuh perhatian ini. Pertama, skandal yang melibatkan tindakan tidak etis oleh
beberapa perusahaan besar (misalnya, NYNEX, General Electric, Shearson Lehman, dan General
Dynamics Corporation) telah dipublikasikan secara luas. Lebih 15 tahun lebih, lebih dari dua
pertiga dari 500 perusahaan Fortune pernah terlibat dalam beberapa bentuk perilaku ilegal.
Kedua, etika bisnis telah menjadi topik perhatian karena bisnis menyadari bahwa perilaku
manajemen yang menyimpang secara etis bisa merugikan perusahaan dan masyarakat sebagai
suatu keseluruhan. Shearson Lehman dan General Electric, sebagai contoh, masing-masing
membayar beberapa juta dollar sebagai hukuman dan denda kriminal terhadap perilaku jahat para
manajernya. Perilaku tidakterpuji dari beberapa bagian eksekutif kunci Drexel Burnham Lambert
tidakhanya memaksa perusahaanitu menuju kebangkrutan tetapi juga mengguncang seluruh
pasar obligasi kelas dua (junk bond). Ketiga, baik manajer maupun masyarakat umum
menyadari bahwa dinamika etika dalam pengambilan keputusan manajemen seringkali
merupakan fenomena yang rumit dan menantang; menetapkan apa yang etis dan yang tidak
sering sulit untuk dilakukan. Karena etika pengambilan keputusan manajerial seringkali rumit
dan para manajer sering sepakat terhadap apa yang merupakan keputusan etis, maka ada hal yang
perlu diperhatikan : (1) mengetahui dasar yang bisa digunakan manajer individu dalam
penentuan alternatif yang dipilih dalam pengambilan keputusan, dan (2) mengenali organisasiorganisasi yang bisa menjamin bahwa manajer mengikuti standar etik dalam pengambilan
keputusan mereka.
Standar Etika
Manajer harus mendamaikan nilai-nilai yang berlawanan dalam pengambilan keputusan.
Mereka membuat keputusan-keputusan yang memiliki konsekuensi bagi mereka sendiri,
organisasi yangmemperkerjakannya, dan masyarakat di mana mereka berada dan
organisasi itu ada.
Peran Organisasi Dalam Perilaku Etis
Berbagai pendekatan yang ditujukan bagi pengembangan pedoman perilaku etis sejauh
ini hanya memusatkan pada manajer itu sendiri. Banyak pengamat mengaskan bahwa
organisasi seharusnya memainkan suatu peran besar dalam menjamin supaya manajernya
berbuat secara etis dalam mengelola perusahaan. Meskipun tanggung jawab akhir ada di
perusahaan, sangat mengherankan bahwa hanyas sedikit organisasi yang secara
tradisional memberi manajer pedoman tentang etika dalam pengambilan keputusan. Akan
tetapi, seiring dengan meningkatnya perhatian yang diberikan terhadap etika dalam
organisasi, sejumlah besar perusahaan yang sedang tumbuh berusaha untuk memberikan
bimbingan kepada manajer mereka. Idealnya, sebuah peraturan perilaku sebaiknya
memberi karyawan petunjuk yang berkaitan dengan berbagai dilema perilaku,
menjelaskan posisi organisasi di tengah luasnya ketidakpastian yang berhubungan dengan
etika, dan mencapai serta memelihara keseluruhan peraturan yang berjalan sehingga
organisasi dipandang etis dan baik.
Daya Tanggap Etika dan Sosial
Hubungan antara standar etika dan daya tanggap sosial (social responsiveness) seorang
manajer seharusnya jelas. Etika dipakai sebagai dasar untuk menilai kebenaran dari
berbagai tindakan. Dalam beberapa hal, standar etika adalah penyaring yang menyaring
berbagai tindakan menurut kebenaran yang terkait.
2. Tanggung Jawab Sosial Dalam
a) Pengertian Tanggung jawab social perusahaan
tanggung jawab sosial perusahaan diartikan sebagai suatu kewajbandari organisasi untuk
bertindak dengan cara-cara tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan
organisasi itu sendiri maupun kepentingan dari banyak pihak luar.
pihak luar tersebut dianggap sebagai stakeholder,yakni orang -orang atau kelompok yang
dalam sedikit atau banyak hal ,terpengaruh oleh perilaku organisasi.
b) Pandangan kontra terhadap tanggung jawab social
dikalangan akademis dan kebijaksanaan publik terdapat dua pandangan yang saling bertentangan
dalam hal tanggung jawab sosial:
Pandangan klasik
beranggapan bahwa tanggung jawab manajemen dalam menjalankan bisnis adalah
memaksimalkan laba.model ''stockholder'' yang sempit ini didukung oleh Milton
friedman,seorang ahli ekonomi penganut aliran pasar bebas,yang mengatakan ''hanya
sedikit mereka yang dapat menggoyahkan hal mendasar dari masyarakat kita yang
menganggap bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tidak lain adalah menghasilkan
uang sebanyak mungkin bagi para pemegang saham".
beberapa alasan yang digunakan oleh pandangan ini dalam menentang tanggung jawab
sosial perusahaan antara lain karena tanggung jawab sosial mengurangi laba
perusaaan,meningkatkan biaya perusahaan,melemahkan tujuan bisnis,terlalu banyak
pengaruh sosial bagi perusahaan, dan pertanggung jawaban bisnis bagi masyarakat
berkurang.
pandangan social ekonomi
beranggapan bahwa setiap organisasi harus menaruh perhatian kepada kesejahteraan
sosial secara lebih luas,dan tidak hanya sekedar laba perusahaan .model yang
mendasarkan diri pada konsep "stakeholder" yang lebih luas ini didukung oleh Paul
samuelson,salah seorang ahli ekonomi terkemuka yang lain.dia mengatakan "perusahaan
besar dewasa ini,bukan hanya sebaiknya terlibat dalam tanggung jawab sosial ,namun ia
harus mencoba melakukannya secara lebih baik.beberapa alasan yang digunakan
pandangan ini dalam menyetujui tanggung jawab sosial yaitu keuntungan jangka panjang
bagi perusahaan ,cintra perusahaan yang lebih baik bagi masyarakat,bisnis mungkin
semakin menghindari peraturan,perusahaan memiliki sumber daya,perusahaan
mempunyai kewajiban etis,lingkungan yang lebih baik bagi semua orang ,dan masyarakat
menginginkannya.
c) Mengevaluasi kinerja sosial perusahaan
Banyak bidang kegiatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dan bentuk
bentuk organisasi yang lain untuk mencapai tanggung jawab sosial.hal tersebut mencakup
kepedulian akan kualitas ekologi dan lingkungan,kebenaran dalam membantu dan
melindungi konsumen,bantuan pendidikan serta pelayanan kebutuhan masyarakat,praktek
kerja yang memperhitungkan kaum minoritas,hubungan industrial yang progresif dan
bantuan terhadap karyawan,serta kedermawanan perusahaan.
pada tingkatan organisasional ,suatu audit sosial berkala dapat digunakan secara
sistematis untuk menilai dan melaporkan komitmen sumber daya organisasi pencapaian
tindakan bidang tersebut ataupun kinerja sosial di bidang bidang lain.anda boleh
menganggap bahwa audit sosial merupakan usaha untuk menilai kinerja sosial suatu
organisasi seperti audit akutansi dalam menilai kinerja finansial.suatu model yang cukup
dikenal untuk menilai kinerja sosial perusahaan dalam suatu audit sosial mencakup empat
kriteria berikut :
1.Apakah tanggung jawab ekonomi organisasi tercapai?
2.Apakah tanggung jawab hukum organisasi tercapai?
3.Apakah tanggung jawab etis organisasi tercapai?
4.Apakah tanggung jawab yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan terpenuhi?
Secara bertahap kegiatan tersebut mengarah secara sosial semakin bertanggung
jawab.tanggung jawab ekonomi suatu perusahaan tercapai apabila perusahaan tersebut
memperoleh laba lewat pemberian barang dan jasa seperti yang diinginkan oleh
konsumen .tanggung jawab hukum tercapai apabila suatu organisasi beroperasi sesuai
hukum serta menaati persyaratan dari berbagai aturan dari pihak luar.tanggung jawab etis
tercapai apabila tindakan sukarela yang dilakukannya sesuai bukan hanya dengan apa
yang diharapkan dari hukumtetapi juga dengan harapan moral dan nilai-nilai dala
masyarakat.
tingkatan tertinggi dalam kinerja sosial muncul apabila suatu tanggung jawab secara suka
rela yang dilakukan oleh perusahaan tercapai.Dalam hal ini,organisasi secara suka rela bergerak
melampaui batas ekonomi,hukum,harapan etis,untuk menjadi pemimpin dalam memajukan
kesejahteraan individu,masyarakat ,dan masyarakat secara keseluruhan.
d) Strategi tanggung jawab sosial perusahaan
secara umum ada 4 strategi :
I.
obstructionist strategy(menentang tuntutan sosial)
II.
defensive strategy(lakukan sesedikit mungkin yang diminta oleh hukum.
III.
accomodative strategy(lakukan sesedikit mungkin apa yang diharapkan dari etika)
IV.
proactive strategy(ambil kepemimpinan dalam inisiatif sosial)
e) Mengelola Tanggung Jawab Sosial dari Perusahaan
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan
dalam mengelola tanggung jawab sosialnya., sebagaimana yang
dikemukakan oleh Kreitner (1992), yaitu strategi reaktif, defensif,
proaktif, dan akomodatif.
1.
Strategi Reaktif (Reactive Social Responsibility Strategy)
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung
jawab sosial cenderung menolak atau menghindarkan diri dari
tanggung jawab sosial.
2. Strategi Defensif (Dcfensive Social Responsibility Strategy)
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur
hukum untuk menghindarkan diri atau menolak tanggung jawab sosial.
3. Strategi Akomodatif (Acommodative Social Responsibility
Strategy)
Beberapa perusahan memberikan tanggung jawab sosial berupa
pelayanan kesehatan, kebersihan, dan lain sebagainya, bukan
dikarenakan perusahaan menyadari perlunya tanggung jawab sosial,
namun dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan
sekitar akan hal tersebut. Tindakan seperti ini terkait dengan strategi
akomodatif dalam tanggung jawab sosial.
4. Strategi Proaktif (Proaktive Social Responsibility Strategy)
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi proaktif dalam tanggung
jawab sosial memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian
dari tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika
stakeholders terpuaskan, maka citra positif terhadap perusahaan akan
terbangun. Dalam jangka panjang perusahaan akan diterima oleh
masyarakat dan perusahaan tidak akan khawatir akan kehilangan
pelanggan, justru akan herpotensi untuk menambah jumlah
pelanggan akibat citra positif yang disandangnya.
f) Perubahan konsep manajerial dan tanggung jawab organisasi
Jaman kita ini telah menyaksikan perubahan penting dalam harapan masyarakat
pada lembagannya dan kepercayaan manajer pada peranannya dalam organisasi . Masa
depresi tahun 1930-an dan gerakan aktivis tahun 1960-an serta 1970-an mendorong
peningkatan kecaman pada perilaku bisnis dengan berbagai cara. Kritik-kritik ini
ditujukan pada pandangan lama yang berpendapatan bahwa bisnis harus mengejar
keuntungan saja,tanpa mempedulikan kebutuhan social.
Banyak orang,termasuk para manajer ,percaya bahwa para manajer mempunyai
tanggung jawab kepada masyarat sebagi tambahan tanggung jawabnya kepada organisasi
yang dilayaninnya.
g) Konsep Tanggung jawab organisasi
Lingkungan luar yang berubah telah menciptakan seperangkat nilai dan harapan
baru. Semakin banyak yang di harapakan dari organisasi dan para managernya tetapi
tidak ada kata sepakat tentang bagaimana tetaptnya perioritasnya.
h) Lingkungan sebagai Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi
Organisasi bisnis akan berhadapan dengan lingkungan
organisasinya, baik lingkungan yang secara langsung memengaruhi
dan dipengaruhi oleh kegiatan organisasi bisnis, maupun lingkungan
yang secara tak langsung terkait dengan organisasi bisnis. Pada
intinya, setiap organisasi atau perusahaan pada akhirnya perlu
menyadari bahwa apa pun yang dilakukannya merupakan reaksi atas
tuntutan dari lingkungan atau juga sebaliknya merupakan upaya
untuk mempengaruhi lingkungannya.
Sebagai bagian dari lingkungan masyarakat, maka organisasi
bisnis perlu memiliki tanggung jawab bahwa kegiatan yang
dilakukannya membawa ke arah perbaikan lingkungan masyarakat
pada umumnya, dan bukan sebaliknya. Alasan mengenai mengapa
perusahaan perlu memiliki tanggung jawab sosial, perusahaan perlu
memiliki tanggung jawab sosial meyakini bahwa sebagai bagian dari
anggota masyarakat sudah semestinyalah perusahaan perlu memiliki
tanggung jawab sosial.
Mereka yang berpandangan bahwa perusahaan perlu memiliki
tanggung jawal sosial menganggap bahwa banyak persoalan di
masyarakat muncul sebagai akibat dari kegiatan perusahaan yang
dijalankan. Oleh karena masalah tersebut merupakan akibat dari
kegiatan yang dijalankan oleh perusahaan, maka perusahaan perlu
untuk memikul tanggung jawab untuk penyelesaian masalah tersebut.
Di sisi lain, mereka yang kontra terhadap tanggung jawab sosial
yang harus dipikul perusahaan beranggapan bahwa perusahaan tidak
perlu terlibat dalam tanggung jawab sosial karena pada dasarnya
perusahaan tidak memiliki ahli-ahli khusus untuk menangani
tanggung jawab sosial ini dalam perusahaan. Selain itu, mereka
beranggapan bahwa keterlibatan perusahaan yang terlalu jauh dalam
tanggung jawab sosial justru akan memberikan kekuatan yang lebih
besar bagi perusahaan untuk dapat mengontrol masyarakat, padahal
yang bertugas untuk mengontrol masyarakat adalah pemerintah.
Mereka juga beranggapan bahwa pada dasarnya tujuan dari
perusahaan adalah untuk meraih profit dan bukan untuk membantu
masyarakat sebagaimana halnya yang dilakukan oleh berbagai
lembaga sosial, seperti yayasan, lembaga swadaya masyarakat, dan
lain sebagainya.
Perusahaan perlu memberikan tanggung jawab sosial sebagai
konsekuensi logis keberadaannya dalam lingkungan dan masyarakat.
Hanya saja tanggung jawab sosial yang harus dipikul perusahaan ini
semestinya diatur dengan lebih baik oleh pemerintah sehingga
porsinya tidak terlalu menjadi kekuatan yang dominan di masyarakat,
namun bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat
mewujudkan lingkungan ke arah yang lebih baik.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Stoner A.F. James.1996.Manajemen Edisi Kedua (Revisi) Jilid 1.Ciracas:
Indonesia.