TEKNIK PEMELIHARAAN PANEN DAN PASCA PANE

TEKNIK PEMELIHARAAN, PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN KARET ( Hevea brasiliensis ) DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII UNIT TULUNG BUYUT KECAMATAN NEGERI AGUNG KABUPATEN WAY KANAN

(Laporan Praktik Kerja Lapang)

Oleh ZUHRONIAH PROGRAM STUDI D3 PERKEBUNAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Teknik Pemeliharaan, Panen dan Pasca

Panen Tanaman Karet ( Hevea Brasiliensis ) Di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Tulung Buyut Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan

Program Studi

: D3 Perkebunan

Jurusan

: Agroteknologi

Tanggal Persetujuan

: 26 April 2016

MENYETUJUI

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

Ir. Hery Novpriansyah, M.Si. Septiana, S.P., M.Si.

NIP 196611151990101001

MENGETAHUI

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri banuwa, M.Si. NIP. 196110201986031002

SANWACANA

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis mampu melaksanakan Praktik Kerja Lapang dan menyusun laporan ini tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tulus pada semua pihak yang telah membantu dan membimbing hingga selesainya penyusun laporan ini dengan baik sebagai mana penulis harapkan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

3. Ir. Hery Novpriansyah, M.Si. selaku Ketua Progam Studi D3 perkebunan

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Kepada ibu Septiana S.P., M.Si. diucapkan terima kasih banyak karena sudah bersedia meluangkan waktu, mencurahkan fikiran dengan sabar memberikan arahan, bimbingan dan nasehat selama penulis menyelesaikan Praktik Kerja Lapang dan menyusun laporan.

5. Manajer PTPN VII Unit Usaha Tulungbuyut, para Sinder, Mandor Besar,

Mandor dan seluruh staf PTPN VII Unit Tulungbuyut yang telah mendidik Mandor dan seluruh staf PTPN VII Unit Tulungbuyut yang telah mendidik

6. Pemerintah Daerah Kabupaten Way Kanan, atas Program Beasiswa D3

Perkebunan Sehingga penulis mampu menimba ilmu di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Ayahanda Johanudin dan Ibunda Nikmatin Khoiriah tercinta,terima kasih senantiasa memberikan doa, kasih sayang serta motivasi untuk keberhasilan penulis dalam melaksanakan praktek kerja lapang.

8. Kepala Kampung Kalipapan, Kec. Negeri Agung, Kab. Way Kanan diucapkan terima kasih telah memberikan izin tinggal di Kampung Kalipapan selama PKL berlangsung.

9. Kepada Cik Elfiani dan Cik Maulinda wati beserta keluarga penulis mengucapkan terima kasih memberikan tempat tinggal selama PKL berlangsung hingga selesai.

10. Buat mamas, mbak dan adek Terimakasih yang senatiasa memotivasi dan

menyemangatiku.

11. Untuk Anggrio Arto terimaksih atas segala bantuan dan kerja samanya selama penulisan laporan PKL.

12. Saudara seangkatan D3 Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Desi Nofikasari, Yuli Nur Rukmanawati, Ade Sulistiono, Dwi Yudi Ferinanto, Fahri Azhar, Joko Sumarwan, Untung Budiyanto dan Alfa Rezi, yang selalu memberikan bantuan dan dorongan semangat satu sama lain.

13. Teman-teman seperjuangan D3 Perkebunan angkatan 2014 yang telah membantu dan saling memberi semangat kepada penulis.

14. Semua pihak yang membantu penulis yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam melakukan penyusunan laporan PKL.

Bandar Lampung, 26 April 2016 Penulis,

Zuhroniah

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

15

1. Kriteria tanaman karet matang sadap .................................................

29

2. Gambar peralatan persiapan sadap ......................................................

I. PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Pertanian karet ( Hevea brasiliensis ) memainkan peranan cukup penting bagi perekonomian negara Indonesia. Karet merupakan salah satu hasil perkebunan terkemuka di Indonesia yang banyak menunjang perekonomian sebagai bahan yang diekspor, sumber devisa negara, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat- pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Tanaman karet berasal dari negara Brazil, tanaman tersebut merupakan tanaman yang memiliki umur panjang dan memberikan hasil yang cukup menjanjikan sehingga banyak diminati oleh masyarakat khususnya kalangan menengah ke atas (Nazarudin dkk, 1992).

Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas didunia yaitu 3,4 juta hektar mengungguli Thailand sebagai negara penghasil karet tertinggi pertama dunia yang hanya memiliki luas lahan penanaman 2,4 juta hektar. Akan tetapi tingkat produktivitas tanaman rata-rata di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg/ha/tahun. Tingkat produktivitas rata-rata tanaman karet Indonesia ini masih lebih rendah dibandingkan Thailand yaitu 1675 kg/ha/tahun.

Menurut data Statistik Perkebunan Indonesia, luas areal Perkebunan Karet di Indonesia terus mengalami peningkatan. Produksi karet di Indonesia juga meningkat, yaitu 1,60 juta ton pada tahun 2001 meningkat menjadi 2,76 juta ton pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 diperkirakan meningkat menjadi 2,83 juta ton. Sekitar 79% produksi berasal dari perkebunan rakyat, 10% dari perkenunan negara dan 11% dari perkebunan swasta (Ditjenbun, 2007).

Berdasarkan surat keputusan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Nomor 12A/UN26/4/DT/2014 tentang Praktik Kerja Lapangan mahasiswa Program Diploma III Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Tahun Anggaran 2014. Praktik Kerja Lapang merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa Program Diploma III Perkeb unan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Kegiatan Praktik Kerja Lapang Fakultas Pertanian memiliki beban kredit 3 (tiga) sks dengan komposisi 0-3 (seluruhnya merupakan kegiatan praktik).

Praktik kerja lapang ini dapat dilaksanakan atau dilakukan di instansi-instansi milik pemerintah (BUMN) maupun milik swasta. PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan instansi di bawah naungan BUMN yang bergerak dalam bidang Perkebunan. PKL ini dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut yang bergerak dalam bidang perkebunan dengan mengusahankan tanaman karet. Pemilihan PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut sebagai lokasi PKL karena di instansi ini masih memiliki kegiatan budidaya sampai dengan perawatan tanaman karet sehingga Praktik kerja lapang ini dapat dilaksanakan atau dilakukan di instansi-instansi milik pemerintah (BUMN) maupun milik swasta. PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan instansi di bawah naungan BUMN yang bergerak dalam bidang Perkebunan. PKL ini dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut yang bergerak dalam bidang perkebunan dengan mengusahankan tanaman karet. Pemilihan PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut sebagai lokasi PKL karena di instansi ini masih memiliki kegiatan budidaya sampai dengan perawatan tanaman karet sehingga

1.2 .Tujuan

Adapun tujuan dari praktik kerja lapang ini secara umum adalah:

1. Mengetahui gambaran umum PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Tulung Buyut, Way Kanan

2. Mengetahui teknik perawatan tanaman karet dengan baik sesuai dengan teori yang telah ditetapkan

3. Mengetahui teknik perawatan tanaman karet dengan keterampilan, membentuk jiwa kewirausahaan dan profesional.

1.3. Waktu dan Tempat

Praktik kerja lapang dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut, yang terletak di Desa Kalipapan, Kecamatan Negeri Agung, Kabupaten Way Kanan, dan berlangsung dalam 30 hari yaitu pada

12 Januari 2016 sampai dengan 12 Februari 2016.

1.4. Metode Praktik Kerja Lapang

Metode pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapang ini adalah:

1. Magang

Magang merupakan kegiatan turun lapang dan menjadi kegiatan utama dalam pelaksanaan praktik kerja lapang. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM), serta panen dan pasca panen.

Magang tersebut dilakukan di bawah pengawasan pembimbing lapang dari PTPN

VII Unit Usaha Tulung Buyut, Kabupaten Way Kanan.

2. Wawancara

Kegiatan wawancara ditujukan untuk mendapat informasi yang bermanfaat bagi mahasiswa praktik kerja lapangan. Wawancara dilakukan secara langsung maupun tidak langsung kepada sinder, pembimbing lapang, dan beberapa karyawan, atau anggota pegawai yang berkecimpung di bidang tersebut. Informasi yang meliputi teknik pemeliharaan tanaman karet, manajemen pengelolaan perkebunan, struktur organisasinya, serta gambaran umum PTPN VII Unit Tulung Buyut Kabupaten Way Kanan.

3. Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan teori yang kami dapatkan dibangku kuliah dengan membandingkan literatur praktik kerja lapang di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Tulung Buyut.

4. Konsultasi dan Diskusi

Konsultasi dan diskusi kami lakukan untuk mendapatkan kelengkapan data dan informasi untuk pembuatan laporan praktik kerja lapang.

5. Penulisan Laporan

Penulisan laporan kami ilakukan untuk membuat karya tulis ilmiah berdasarkan dari hasil kegiatan selama praktik kerja lapangan (PKL) yang telah dilakukan maupun informasi yang telah diperoleh sebagai tugas akhir dari kegiatan PKL. Selama penulisan laporan ini kami didampingi dosen pembimbing PKL agar laporan menjadi baik.

II. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANG

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada awalnya PTP Nusantara VII (persero) Unit Tulung Buyut merupakan perkebunan milik Belanda. Perkebunan ini di bangun pada tahun 1930 oleh PT Internatio Belanda. Tahun 1957 diambil alih pemerintah RI dalam rangka nasionalisasi, terdiri dari tanaman karet dan hasil olah karet konvensional RSS (Ribbed Smoked Sheet) . Selanjutnya dilakukan perubahan status dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan X (Persero) pada tanggal 30 Agustus 1980.

Sejalan dengan perkembangan areal dan standar Bapedal dan pada tahun 1989 sudah dapat diproduksi karet remah (SIR). Meningkatnya produksi, pada tahun 1988 dan 1994 dibangunnya pabrik pengolahan karet remah dengan kapasitas

40 ton kk/hari dilengkapi Unit Pengolahan Limbah yang memenuhi standar bapedal. Setelah adanya restrukturisasi pada tanggal 11 Maret 1996 terjadi perubahan menjadi PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) dengan Akte Notaris Harun Kamil, S.H. No. 40.

Seiring dengan berjalannya waktu, tepatnya pada awal tahun 2012, PT Perkebunan Nusantara VII (persero) Unit Tulung Buyut membuka pabrik SIR berkapasitas 40 ton kk/hari, dilengkapi juga dengan unit pengolahan limbah yang telah memenuhi standar Bapedal. Dengan dibangunnya pabrik baru ini PT Perkebunan Nusantara VII (persero) Unit Tulung Buyut membuka pembelian karet dari rakyat sekitar Unit Tulung Buyut (Gambar 1.).

Gambar 1. Pabrik Pengolahan PTPN VII Unit Tulung Buyut.

2.2. Lokasi dan Letak Geografis

PT Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut terletak pada ± 60 km arah timur dari Ibukota Kabupaten Way Kanan dan ± 160 km dari Ibukota Provinsi Lampung, dengan ketinggian tempat ± 82 m dpl. Peta kondisi PT Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut dapat ditampilkan dalam Gambar 2.

 Dibangun pada tahun 1930 oleh

PT. Internatio Belanda.

 Kampung Kalipapan Kecamatan Negri Agung, Kabupaten Way

Kanan.

 Ketinggian tempat 82 m dpl, Topografi datar dan sedikit

bergelombang.

 Jenis tanahnya adalah “Podsolik

Merah Kuning”

Gambar 2. Peta Gambaran PT Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut

2.3. Kondisi Areal Perusahaan

Jenis tanah pada PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut adalah “ Podsolik Merah Kuning ” dengan bahan induk Tufa asam, latosol dan sebagian kecil aluvial. Type iklim B dengan rata-rata curah hujan bulanan lebih dari 200 mm sepanjang tahun, sehingga dalam keadaan musim yang normal daerah ini tidak mengalami musim kering yang berkepanjangan (Gambar 3.).

Gambar 3. Tanaman PTPN VII Unit Usaha Tulumgbuyut.

2.4. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) sebagai salah satu Perusahaan Perkebunan mempunyai visi menjadi perusahaan agribisnis dan agroindustri yang tangguh dan berkarakter global.

b. Misi Perusahaan

Misi perusahaaan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) antara lain:

1. Menjalankan usaha agribisnis perkebunan dengan komoditas karet, kelapa

sawit, teh dan tebu.

2. Mengembangkan usaha berbasis inti yang mengarah ke integritas vertikal.

3. Mengembangkan teknologi budidaya dan proses yang efisiensi dan akrab

dengan lingkungan untuk menghasilkan produk berstandar, baik untuk pasar dosmetik maupun internasional.

4. Memperhatikan kepentingan shareholders, khususnya karyawan, mitra petani,

pemasok, dan mitra usaha untuk bersama-sama mewujudkan daya saing guna menumbuhkembangkan perusahaan.

2.5. Ruang Lingkup Kegiatan Usaha

PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut bergerak dalam dua bidang usaha yaitu perkebuan karet, dan pengolahan karet. Kegiatan di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut meliputi pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan penyadapan.

PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut menanam beberapa jenis klon karet antara lain BPM 24, BPM 1, GT 1, RRIC 100,TM 8, RRIM 600, POLYKLONE, MIX, PB 260,TM 2, dan WR 261. Dari segi potensi dan pola hasil lateks dan kayu, klon-klon unggul yang tersedia dapat dikelompokkkan dalam beberapa tipe yaitu (1) klon penghasil lateks cepat ( quick starter ), (2) klon penghasil lateks lambat ( slow starter ), dan (3) klon penghasil lateks dan kayu ( timber latex clones ). PB 260 dan RRIC 100 merupakan klon unggul penghasil lateks cepat yang saat ini mendominasi kebun lebih dari 50 %. Menurut beberapa teknisi kebun dari beberapa klon yang digunakan di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Tulung Buyut, salah satu klon yaitu klon GT memiliki produksi yang cukup stabil baik pada bulan basah ataupun bulan kering, sedangkan klon-klon yang lain mampu berproduksi tinggi hanya pada bulan basah tetapi pada bulan kering tidak mampu berproduksi. Namun untuk ketahanan serangan hama dan penyakit, masing-masing klon memiliki ketahanan yang sama (PTPN VII, 2013).

III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

Pada Praktik Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan di PTPN VII Unit Usaha Tulung Buyut yang dimulai pada tanggal 12 Januari sampai 12 Februari 2016. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis adalah pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM), Panen dan Pasca panen tanaman karet.

3.1. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman belum menghasilkan merupakan tanaman yang belum dimanfaatkan produksinya. Pada fase TBM tanaman karet memerlukan pemeliharaan agar tanaman karet tumbuh dan berkembang secara maksimal. Kegiatan pemeliharaan pada fase TBM (Gambar 4.) yang dilakukan penulis yaitu meliputi pengendalian gulma, pemupukan, manajemen cabang, penunasan, pengendalian hama penyakit, dan konsolidasi. Selain kegiatan di lapangan penulis juga mendapatkan materi yang disampaikan oleh pembimbing lapang.

Gambar 4. Tanaman belum menghasilkan (TBM).

Kegiatan fase TBM tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.1.1. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada tanaman karet fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dilakukan secara manual, teknis, maupun kimiawi. Pengendalian gulma pada TBM meliputi weeding , wipping , rambet, bokor, strip barisan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Weeding adalah pengendalian gulma yang mengganggu tanaman pokok pada fase tanaman belum menghasilkan yang dilakukan secara manual ataupun teknis. Pengendalian gulma bertujuan agar pada tanaman karet tidak terjadi perebutan unsur hara antara gulma dengan tanaman karet, agar tanaman karet dapat tumbuh dengan maksimal. Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara mencabut gulma yang berada di dekat tanaman karet dengan jarak 1 m dari tanaman.

Sedangkan pengendalian secara teknis yaitu dilakukan dengan cara menggunakan alat manual seperti sabit dan cangkul. Pengendalian secara teknis dilakukan dengan cara mencabut gulma yang berada di dekat tanaman karet dengan jarak

1 m dari tanaman. Kegiatan weeding (Gambar 5.) dilakukan sebanyak 2 kali dalam sebulan.

Wipping merupakan kegiatan mengendalikan alang-alang yang tumbuh di sekitar tanaman karet. Pengendalian ini dilakukan dengan cara kimiawi yaitu menggunakan herbisida berbahan aktif glyfosat 5%, 20cc/Ha , alang-alang dilap dengan menggunakan kain yang telah dicelupkan ke dalam larutan herbisida, dari Wipping merupakan kegiatan mengendalikan alang-alang yang tumbuh di sekitar tanaman karet. Pengendalian ini dilakukan dengan cara kimiawi yaitu menggunakan herbisida berbahan aktif glyfosat 5%, 20cc/Ha , alang-alang dilap dengan menggunakan kain yang telah dicelupkan ke dalam larutan herbisida, dari

Bokor merupakan kegiatan membersihkan piringan atau barisan pohon karet dengan cara mengoret atau menyingkirkan semua tumbuhan liar yang tumbuh di piringan tanaman. Bokor dikerjakan pada TBM I radius 100 cm dan TBM II-IV radius 150 cm, dengan 10 rotasi pada TBM I, 12 rotasi pada TBM II dan 6 rotasi pada TBM IV dalam setahun.

Strip barisan ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimiawi berupa herbisida. Penggunaan dosis herbisida berbahan aktif glyphosat dengan konsentrasi 5%, 0,5l/Ha dilihat dari keadaan gulma yang ada pada lapangan, dan rata-rata dosis yang digunakan yaitu 50-70cc/15 liter air.

Gambar 5. Kegiatan weeding pada TBM.

3.1.2. Pemupukan Untuk pertumbuhan tanaman karet dapat mencapai maksimal apabila diberikan

pemupukan yang baik. tujuannya agar tanaman menghasilkan produksi yang optimal tanaman memerlukan makanan dan unsur hara yang cukup, perlu dilakukan pemupukan yang berimbang dan berkalanjutan. Syarat pelaksanaan pemupukan curah hujan minimal 50 mm/decade dan kondisi strip barisan atau bokoran bersih. Pemupukan dilakukan dengan cara sebagai berikut pada TBM I (umur 1 – 12 bst) ditabur melingkar di bawah tajuk tanaman; TBM II-V (umur >

13 bst) ditabur dengan jarak penaburan 1-1,5 meter dari batang dan TM di poket di bawah tajuk, kemudian tutup dengan tanah (kedalaman poket/lubang minimal

15 cm) dengan rotasi 6 kali pada TBM I, 5 kali pada TBM II dan 4 kali pada TBM

III dan TBM IV dalam setahun.

Pengaplikasian pupuk di PTPN VII Unit Tulung Buyut menerapkan sistem 5T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk tunggal dan dosis pupuk menunggu rekomendasi dari Pusat Penelitian Tanaman Perkebunan. Cara pemupukan yang dilakukan adalah pada TBM I dilakukan 2 kali pemupukan yaitu dengan cara pupuk ditabur kemudian bokor dan pada TBM II-TBM IV pemupukan dilakukan dengan cara membuat lubang di sekitar tanaman selebar tajuk sebanyak 4 poket lubang dengan kedalaman poket ±15 cm dan pupuk ditanam dalam poket lubang tersebut.

3.1.3. Penyulaman Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati atau tanaman yang

tumbuhnya tidak normal. Penyulaman dilakukan pada saat awal-awal penanaman yaitu pada TBM I-TBM 2, karena pada kondisi ini jarak umur tanaman tidak terlalu jauh sehingga tanaman susulan mampu menyesuaikan pertumbuhan tanaman sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan populasi dan keseragaman tanaman tersebut.

3.1.4. Sensus Tanaman Tanaman matang sadap apabila tanaman karet sudah mampu diambil lateksnya

tanpa mengganggu pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Tanaman matang sadap ditentukan dengan umur tanaman 4 tahun, lilit batang ≥ 45 cm dan ketebalan kulit ≥ 6mm. Dalam penentuan matang sadap dilakukan dengan sensus matang sadap yaitu memberi totol merah pada tanaman karet dengan ketinggian 150 cm dari permukaan tanah menghadap ke jalan. Pemberian totol merah dilakukan dengan mengukur lilit batang 100 cm dari permukaan tanah (tabel 1.).

Tabel 1. Kriteria tanaman karet matang sadap Gambar totol

Keterangan lilit batang

39 - 41 cm

42 - 44 cm > 45 cm Lalu dihitung persentase dari totol tersebut, jika batang yang bertotol 3 masih di

bawah 60% maka bisa dikatakan tanaman karet belum matang sadap (Gambar 6.).

Gambar 6. Kegiatan memberi totol pada tanaman karet.

3.1.5. Penyanggulan ( Folding )

Menyanggul merupakan kegiatan membentuk percabangan dengan cara mengikat daun payung teratas pada ketinggian 270 cm dari tanah dengan kondisi daun payung teratas berwarna hijau tua (Gambar 7.). Pemeriksaan dilakukan setelah 2 minggu dilakukan proses penyanggulan. Tunas yang sudah tumbuh kemudian diseleksi dan dipilih 3 tunas merci sehingga membentuk percabangan yang simetris. Kegiatan ini dilakukan pada TBM I dan TBM II dengan rotasi 12 kali dalam setahun. Apabila ada tanaman yang tingginya sudah lebih dari 300 cm dari permukaan tanah dan belum membentuk percabangan maka dilakukan Topping (pemotongan).

Gambar 7. Kegiatan menyanggul

3.1.6. Konsolidasi atau Skur Konsolidasi merupakan kegiatan meluruskan tanaman karet yang condong

ke samping akibat terpaan angin. skur dilakukan menggunakan tali strip yang diikat dan diluruskan sesuai sudut dengan menggunakan patok(Gambar 8.). Konsolidasi dilakukan pada fase TBM II – TBM IV

Gambar 8. Kegiatan meluruskan tanaman karet.

3.1.7. Manajemen Percabangan (Menunas) Menunas merupakan kegiatan membuang tunas liar yang tumbuh di bawah

ketinggian 300 cm menggunakan cutter atau pisau. Penunasan dilakukan pada TBM I dan TBM II dengan rotasi 12 kali dalam setahun.

Gambar 9. Kegiatan penunasan pada TBM II

3.1.8. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama pada fase TBM ini harus dilakukan, karena akan menentukan

keuntungan jangka panjang. Hama yang menyerang TBM adalah kerbau dan rayap, sedangkan penyakit yang menyerang fase TBM adalah penyakit jamur akar putih (TBM).

Pengendalian hama kerbau dilakukan dengan cara meningkatkan pengawasan regu jaga hama dan pembuatan pagar pada jalur masuk kerbau. Dan juga pendekatan kepada pemilik kerbau liar secara individu maupun kelompok. Sedangkan untuk hama rayap keberadaannya belum di anggap merugikan sehingga tidak perlu dikendalikan.

Penyakit yang menyerang TBM karet adalah penyakit jamur akar putih (JAP). Jamur akar putih disebabkan oleh jamur Rigidhoporus lignosus. Penyakit ini menyerang akar tanaman sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan optimal dan tanaman karet juga akan tumbang karena akar yang terserang akan lapuk dan membusuk. Penyakit jamur akar putih dapat dilihat gejalanya pohon bewarna coklat, daun bewarna kuning lama kelamaan daun akar gugur. Pengendalian jamur ini yaitu dengan cara menggali tanah di sekitar pohon yang terserang lalu diobati menggunakan bayleton dengan dosis 25 gr/pohon.

3.2. Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman mengahasilkan merupakan tanaman yang telah menghasilkan lateks atau telah berproduksi. Untuk mendapatkan produksi yang optimal maka dilakukan Tanaman mengahasilkan merupakan tanaman yang telah menghasilkan lateks atau telah berproduksi. Untuk mendapatkan produksi yang optimal maka dilakukan

3.2.1. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada tanaman menghasilkan dilakukan dengan cara manual, mekanis maupun kimiawi. Pengendalian gulma pada fase TM bertujuan untuk mengurangi kompetisi antara tanaman dan gulma, memudahkan dalam perawatan maupun pemanenan, mengurangi inang hama maupun penyakit. Perawatan yang dilakuakan dalam pengendalian gulma yaitu Weeding, dan Strip barisan .

Weeding yaitu kegiatan pembersihan tanaman dari gulma yang mengganggu tanaman dapat dibersihkan secara manual dengan dicabut dengan tangan, atau mekanis dengan menggunakan cangkul.

Strip barisan yaitu kegiatan pembersihan lahan dari gulma yang mengganggu tanaman , pengendalian dilakukan dengan cara pengaplikasian herbisida yang dapat membunuh gulma dengan cara disemprotkan menggunakan sprayer yang dilakukan di sekitar tanaman yaitu 3 m dari batang tanaman atau 1,5 m dari sisi kiri dan kanan tanaman dan setelah selesai lalu diberi tanda dengan cara mengikat pohon pada bagian terahir dilakukan strip barisan untuk mengetahui batas akhir dilakukan penyetripan.

3.2.2. Rorak

Rorak yaitu perawatan pada tanaman menghasilkan maupun tanaman belum menghasilkan yaitu kegiatan pembuatan terasering yang bertujuan untuk menampung hara yang akan habis akibat terbawa arus air atau erosi pembuatan rorak seperti trapesium yang dibuat tanggul. Pembuatan rorak ini biasa dilakukan manual menggunakan cangkul, menbuat seperti gundukan memanjang atau tanggul.

3.2.3. Pemupukan Pemupukan pada TM merupakan kegiatan yang dilakukan guna menunjang

pertumbuhan tanaman, meningkatkan produktivitas, dan menambah unsur hara yang hilang dalam tanah. Pemupukan pada TM dilakukan dengan rotasi 1 tahun 2 kali pemupukan diawal musim hujan dan di akhir musim hujan. Sebelum pemupukan dilakukan analisis daun dan tanah yang disebut LSU ( Leaf Sampling Unit ) pada pemupukan berjalan penentuan proses yang didasari yaitu hasil analisis daun dan tanah yang dilakukan oleh balai penelitian enam bulan berlaku.

Di PTPN VII Unit Tulung Buyut yang diaplikasikan pada TM adalah pupuk buatan dengan dosis direkomendasikan dari Balai Penelitian Sumbawa dengan sistem pocket atau pupuk dibenamkan pada lubang yang dibuat sedalam 10-15 cm sebanyak 4 lubang perbatang dengan jarak 1-1,5 meter dari pohon .

3.2.4. Aplikasi Stimulan dan Karet Full Stimulasi merupakan kegiatan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dari

golongan etilen yang berfungsi merangsang pembuluh lateks untuk lebih lama terbuka, sehingga jumlah lateks yang keluar lebih banyak. Stimulansia yang digunakan dalam eksploitasi tanaman karet ini mengandung bahan aktif ethephone. Ada dua jenis stimulan yang digunakan, yakni GEA ( Grove Ethrel Air) digunakan untuk sadap bawah dan SEM ( Scrapping Ethrel Minyak) yang digunakan untuk sadap atas. Pemberian stimulansia dilakukan 2 kali dalam sebulan, sehari setelah penyadapan. Pada TM I-II aplikasi GEA dengan konsentrasi 2% atau 0,5 g/pohon/aplikasi (Gambar 10.). Sedangkan padaTM III dan seterusnya dengan konsentrasi 2,5% atau 0,5 g/pohon/ aplikasi. Pengaplikasian dilakukan pada saat pagi hari, kondisi tidak hujan, tanaman tidak pada saat gugur daun (trek), dan tanaman yang terserang penyakit BB atau KAS. Jika pada saat hujan pengaplikasian stimulan tetap dilakukan dapat merangsang terjadinya penyakit kering alur sadap (KAS). Tanaman yang diberi stimulan harus dilakukan pemupukan dengan teratur agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

Karet full merupakan pemberian vitamin pada tanaman karet berupa cairan kental yang berfungsi untuk memberi vitamin dan mengobati tanaman karet. Cara aplikasi karet full yaitu pada bidang sadap yang akan diaplikasi harus bersih dari scrap maupun kotoran yang menempel di irisan sadap, kemudian celupkan kuas berukuran 8 mm kedalam botol karet full lalu oleskan pada bidang sadapan.

Tanaman menghasilkan karet yang berumur 1-2 tahun diaplikasikan dengan dosis 0,5 gr sedangkan pada TM >3 dengan dosis 1 gr.

Gambar 10. Kegiatan aplikasi Stimulan GEA

3.2.5. Pengendalian Hama Penyakit

Hama dan penyakit perlu dikendalikan karena akan mempengaruhi populasi dan produksi yang akan dihasilkan. Hama yang menyerang pada TM adalah kerbau. Penyakit yang menyerang pada fase TM memiliki kerugian parah dan berpengaruh pada tanaman, sedangkan penyakit yang menyerang pada fase TM adalah jamur akar putih (JAP), jamur upas (JUP), mouldyrot , dan kering alur sadap (KAS). Penyakit yang menyerang TM di PTPN VII Unit Tulungbuyut yang nerugikan adalah sebagai berikut:

a. Kerbau Hama kerbau merupakan salah satu yang paling banyak terdapat pada areal atau

lahan perkebunan karet di PTPN VII UNIT TUBU, hama kerbau tidak hanya terdapat pada tanaman menghasilkan saja akan tetapi ada pula pada tanaman belum menghasilkan, hama kerbau banyak memakan daun tanaman pada TBM lahan perkebunan karet di PTPN VII UNIT TUBU, hama kerbau tidak hanya terdapat pada tanaman menghasilkan saja akan tetapi ada pula pada tanaman belum menghasilkan, hama kerbau banyak memakan daun tanaman pada TBM

b. Jamur Akar Putih Penyakit Jamur Akar Putih merupakan penyakit yang sangat merugikan bagi

tanaman karet, terutama pada bagian akar karena jamur akar putih menyerang sistem perakaran pada tanaman karet yang mengakibatkan akar tanaman membusuk dan lama kelamaan tanaman akan mati, ciri ciri serangan jamur akar putih daun tanaman berbentuk cekung, dan berwarna kekuningan dan memucat, tajuk tanaman menipis dan daun muda pada tanaman banyak yang mati. Pada tanaman belum menghasilkan tumbuhan akan cepat berbunga sebelum waktunya.

Cara pengendalian jamur akar putih : dapat dilakukan dengan cara menggali bagian akar tanaman yang terserang jamur dan tanah galian yang digali tidak diperbolehkan diletakkan di dekat tanaman yang tidak terserang dikarnakan tanah tersebut dapat menginfeksi tanaman yang tidak terserang melainkan tanah galian harus di letakan didekat batang yang terserang. Setelah itu akar tanaman disiram dengan cairan fungisida berbahan aktif bayleton , digunakan untuk tanaman yang terserang jamur tidak terlalu parah, jika tanaman sudah terserang sangat parah maka pengendalian dapat dilakukan dengan cara isolasi atau membuat parit Cara pengendalian jamur akar putih : dapat dilakukan dengan cara menggali bagian akar tanaman yang terserang jamur dan tanah galian yang digali tidak diperbolehkan diletakkan di dekat tanaman yang tidak terserang dikarnakan tanah tersebut dapat menginfeksi tanaman yang tidak terserang melainkan tanah galian harus di letakan didekat batang yang terserang. Setelah itu akar tanaman disiram dengan cairan fungisida berbahan aktif bayleton , digunakan untuk tanaman yang terserang jamur tidak terlalu parah, jika tanaman sudah terserang sangat parah maka pengendalian dapat dilakukan dengan cara isolasi atau membuat parit

c. Jamur Upas Jamur upas merupakan jamur yang menyerang pada bagian batang tanaman karet

tepatnya pada bagian tajuk tanaman.Jamur upas merupakan penyakit yang disebabkan oleh patogen Coeticium salmoniccolor. Penyakit ini banyak menyerang percabangan, yang ditandai dengan pencahayaan kulit lalu keluar getah berwarna hitam, dan lama-kelamaan cabang akan rapuh dan patah.

Pengendalian Jamur Upas yaitu dilakukan dengan cara mengeruk bagian batang tanaman terserang lalu dioleskan dengan cairan fungisida Antico 96 yang dapat diaplikasikan 3 bulan sekali dengan dosis 120 cc/pohon.

d. Mouldy Root

Mouldy root merupakan penyakit pada bidang sadap yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih pada bidang sadap yang kemudian akan

menimbulkan benang benang putih dan kemudian membusuk sampai mengenai kambium. Cara pengendaliannya yaitu dengan cara mengoleskan cairan fungisida Antico

96 pada bagian bidang sadapan yang terserang penyakit Mouldy Root.

e. Kering Alur Sadap (KAS) Kering Alur Sadap merupakan penyakit pada bidang sadapan yaitu pada bidang

sadapan tidak dapat lagi mengeluarkan lateks sehinga dapat menurunkan produksi. Pengendaliannya dengan cara menghentikan kegiatan penyadapan pada bidang sadap terserang KAS atau dapat beralih ke bidang sadap yang tidak terserang KAS.

3.2.6. Istilah Istilah dalam Tanaman Menghasilkan

a. Double CAT Penyadapan yang dilakuan pada dua bidang sadap yaitu bidang sadap bawah dan

bidang sadap atas. Akan tetapi pada sadapan bagian atas hanya menggunakan kulit seperempat spiral dengan ketebalan irisan yang berbeda dengan irisan bagian bawah serta pisau yang digunakan berbeda.

b. Losses

Merupakan istilah pada tanaman menghasilkan yang dapat menurunkan produksi seperti keterlambatan penyadap, ketebalan irisan sadap yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku karena dapat menyebabkan pemborosan dalam pemakaian kulit, kerterlambatan dalam pemungutan lateks karena jika terlambat maka lateks dapat membeku dan produksi tidak mencapai target yang diinginkan pabrik, pecurian lateks maupun lump oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

c. Kalibrasi Kalibrasi yaitu kegiatan yang menyatakan pembagian skala seperti penghitungan

jumlah tetesan lateks perpohon, kecepatan penyadapan, kecepatan pemungutan lateks serta banyaknya lateks yang didapat perpohon.

d. DRC ( Dry Rubber Creppe )

Kegiatan pengambilan sampel KKK atau kadar karet kering dari masing masing masing penyadap untuk mengetahui kadar karet kering yang didapat dari masing masing penyadap. Setiap penyadap diambil sample 100 cc, kemudian dibekukan menggunakan asam semut(gambar 11.). Setelah beku dimasukkan ke plastik dan ditempel label atau nama, setelah itu dibawa ke pabrik pengolahan. Setelah itu digiling selama 12 kali giling aagar dapat diketahui KKK nya. Kegiatan ini juga sering disebut master bujang.

Gambar 11. kegiatan sampel untuk master bujang.

e. LSU ( Leaf Sampling Unit )

LSU yaitu kegiatan pengambilan sample daun tanaman yang diambil 45 pohon dari satu blok dan 2 cabang pohon dari setiap pohon dan masing masing cabang

pohon diambil 3 sampel daun (Gambar 12.). Dan ditambah lagi 45 pohon dalam satu blok yang berbeda jadi total dari satu afdeling diambil 2 blok untuk sample dan masing masing satu blok diambil 180 lembar daun dari 45 pohon, pengambilan sample daun tidak boleh jatuh mengenai tanah agar tidak kontaminasi. Selanjutnya yaitu pengambilan sample tanah yang diambil dari blok tempat pengambilan sample daun. Kemudian sample daun dibawa ke kantor afdeling untuk dibersihkan dengan cara dilap menggunakan kain bersih agar terhindar dari kontaminasi selanjutnya dimasukan ke dalam plastik yang telah disiapkan lalu dibawa ke kantor induk untuk disetorkan ke balai besar penelitian pertanian PTPN VII di Sumbawa Sumatra Selatan untuk dilakukan penelitian yang kemudian hasil dari penelitian akan dijadikan sebagai acuan untuk pemupukan dan lain sebagainya.

Gambar 12. Kegiatan pengambilan LSU

3.3. Panen

Panen merupakan pemungutan hasil lateks dari tanaman karet yang dilakukan mulai dari penyadapan hingga pengiriman ke pabrik karet untuk menjadi bahan olah karet (Bokar). Sebelum pemanenan, dilakukan beberapa hal, diantaranya adalah:

3.3.1. Penentuan Matang Sadap

Sebelum dilakukan penyadapan harus diketahui kesiapan atau kematangan pohon karet yang akan disadap. Cara menentukan kesiapan atau kematangan adalah dengan melihat umur dan mengukur lilit batangnya. Kebun karet memiliki tingakat pertumbuhan normal siap disadap pada umur lima tahun dengan masa produksi selama 25-30 tahun. Namun, hal ini dianggap tidak tepat karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tetapi tampak dan tidak bisa dikontrol oleh manusia. Seandainya memungkinkan, pohon karet yang masih berumur dibawah lima tahun pun sudah dapat disadap. Akan tetapi, hampir semua tanaman rata-rata dapat disadap di atas umur lima tahun .

Pendapat tersebut didukung oleh sifat tanaman terhadap lingkungan. Pada lingkungan yang baik, pertumbuhan tanaman cepat. Sedangkan pada lingkungan yang kurang baik, pertumbuhan tanaman akan lambat. Melihat kekurangan seperti yang diuraikan tersebut maka penentuan matang sadap dengan memperhatikan umur tanaman hanya dijadikan sebagai dasar, bukan sebagai patokan mutlak. Artinya umur menjadi dasar untuk melihat kematangan pohon dengan cara lainnya, yaitu mengukur lilit batang.

Pengukuran lilit batang merupakan cara yang dianggap paling efektif umtuk menentukan matang sadap. Pohon karet siap sadap adalah pohon karet yang diukur dari ketinggian 100 cm diatas permukaan tanah lingkar batang atau lilit batang 45 cm atau lebih. Kebun karet mulai disadap bila 60% pohonnya dalam satu areal sudah menunjukan matang sadap. Jika belum mencapai 60% maka sebaiknya penyadapan ditunda. Penyadapan yang dilakukan sebelum mencapai Pengukuran lilit batang merupakan cara yang dianggap paling efektif umtuk menentukan matang sadap. Pohon karet siap sadap adalah pohon karet yang diukur dari ketinggian 100 cm diatas permukaan tanah lingkar batang atau lilit batang 45 cm atau lebih. Kebun karet mulai disadap bila 60% pohonnya dalam satu areal sudah menunjukan matang sadap. Jika belum mencapai 60% maka sebaiknya penyadapan ditunda. Penyadapan yang dilakukan sebelum mencapai

3.3.2. Persiapan Peralatan Sadap

Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan, semakin baik alat yang digunakan maka semakin baik hasilnya. Berbagai peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Gambar peralatan persiapan sadap No.

Alat Keterangan

1 Mal sadap Mal sadap dibuat dari sepotong kayu dengan panjang 130 cm yang dilengkapi pelat seng selebar kira-kira 4 cm dan panjangnya antara 50-60 cm. Pelat seng dengan kayu membentuk sudut 120 derajat. Kegunaan mal sadap atau patron ini adalah untuk membuat gambar sadapan yang menyangkut kemiringan sadapan.

2. Pisau sadap Pisau sadap ada dua macam yaitu pisau sadap atas dan pisau sadap bawah. Pisau sadap mempunyai ketajaman yamg tinggi. Ketajaman pisau berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan sadapan. Pisau sadap atas digunakan untuk menyadap

kulit karet pada bidang sadap atas, ketinggian diatas 130 cm. Sedangkan pisau sadap bawah digunakan untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap bawah, ketinggian mulai 130 cm ke arah bawah. Pisau sadap mempunyai tangkai yang panjang untuk mempermudah penyadapan dari permukaan tanah. Pisau sadap bentuknya beragam sesuai anjuran perkebunan karet yang bersangkutan. Di indonesia ada tiga bentuk pisau sadap yang digunakan, yaitu pisau sadap fauna buatan jerman, pisau sadap PTPN VII, dan pisau sadap biasa.

3. Talang lateks atau Talang lateks terbuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjangnya antara 5-10 cm. Pemasangan talang lateks pada pohon karet dilakukan dengan cara ditancapkan 15-20 cm dari titik atau ujung terendah irisan sadapan. Penancapannya jangan terlalu dalam supaya tidak merusak lapisan

Sumber Google kambium atau pembuluh lateks. Talang lateks digunakan untuk mengalirkan cairan lateks atau getah karet dari irisan sadap ke Sumber Google kambium atau pembuluh lateks. Talang lateks digunakan untuk mengalirkan cairan lateks atau getah karet dari irisan sadap ke

4. Mangkuk Mangkuk atau cawan digunakan untuk menanpung lateks yang mengalir dari irisan melalui talang. Mangkuk ini biasanya dibuat dari tanah liat, plastik, dan atau alumunium. Setiap jenis mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri.

Mangkuk dari tanah liat harganya agak mahal dan pengadaannya agak sulit dan mudah pecah. Mangkuk plastik tahan lama, harganya lebih murah dan mudah dicari. Sedangkan mangkok dari alumunium sulit dicari dan harganya mahal, tetapi tahan lama dan bisa menjamin kuaiitas lateks. Mangkuk dipasang 10-15 cm di bawah talang lateks.

5. Cincin mangkuk atau Cicin mangkuk merupakan alat yang harus cup hunger

disediakan dalam penyadapan karet. Cicin digunakan sebagai tempat meletakan mangkuk sadap atau cawan. Bahan yang digunakan adalah kawat. Untuk menggantung pada pohon karet tidak boleh memakai paku atau bahan lain yang runcing karena akan merusak kambium dan bidang disediakan dalam penyadapan karet. Cicin digunakan sebagai tempat meletakan mangkuk sadap atau cawan. Bahan yang digunakan adalah kawat. Untuk menggantung pada pohon karet tidak boleh memakai paku atau bahan lain yang runcing karena akan merusak kambium dan bidang

6. Tali cincin Tali cicin digunakan untuk mencantol cicin mangkuk sehingga mutlak harus tersedia. Biasanya tali cicin dibuat dari kawat atau tali ijuk. Letaknya pada pohon karet disesuaikan dengan keadaan cicin mangkuk. Sebagaimana talang lateks, kedudukan tali cicin juga berubah tiap periode tertentu (Gambar 13.).

7. Meteran Meteran digunakan untuk menentukan tinggi bidang sadap dan mengukur lilit batang pohon karet. Oleh karena itu, meteran tidak bisa lepas dari kegiatan persiapan penyadapan. Meteran yang digunakan terbuat dari kayu (panjang 130 cm) dan dari bahan lunak atau kulit, seperti dijual di toko- toko. Meteran kulit disebut juga meteran

Sumber Sirip gulung dengan panjang 150-200 cm. Meteran kayu digunakan untuk mengukur Sumber Sirip gulung dengan panjang 150-200 cm. Meteran kayu digunakan untuk mengukur

8. Pisau mal Pisau mal digunakan untuk menoreh kulit batang karet saat akan membuat gambar bidang sadap. Alat ini dibuat dari besi panjang dengan ujung runcing dan pegangannya terbuat dari kayu atau plastik. Bagian runcing inilah yang digunakan untuk menoreh kulit karet.

9. Quadri atau sigmat Alat ini digunakan untuk mengukur tebalnya kulit yang disisakan saat penyadapan. Tujuannya agar penyadapan tidak sampai melukai kambium. Quadri atau sigmat terbuat dari besi, bagian ujungnya seperti jarum dengan panjang 1-1,5 mm.

3.3.3. Penggambaran Bidang Sadap

Untuk memperoleh hasil sadap yang baik dan banyak, penggambaran bidang sadap tidak boleh terpisah dari rangkaian kegiatan penyadapan. Kesalahan penggambaran akan mengakibatkan kesalahan pembuatan bidang sadap nantinya. Langkah-langkah yang harus dibuat dalam melakukan penggambaran bidang sadap ini adalah penentuan arah sadap yang benar, dan penentuan panjang irisan sadap. Tinggi bidang sadap berpengaruh langsung pada jumlah pembuluh lateks.

Semakin tinggi bidang sadap, semakin kurang pembuluh lateksnya sehingga lateks yang dihasilkan sedikit.

Untuk sadapan bawah bukaan sadapan pertama pada bidang sadap pertama dilakukan pada ketinggian 130 cm di atas sampai titik terendah irisan sadapan. Untuk sadapan atas, bidang sadap dilakukan pada ketinggian sekitar bidang 260 cm dari permukaan tanah pada sisi yang berseberangan dengan sadapan bawah. Penyadapan dilakukan terus hingga titik terendah sadapan atas dengan jarak

10 cm dari titik tertinggi sadapan bawah. Gambaran bidang sadap berbentuk spiral dari kiri atas kekanan bawah yang berbentuk sudut 30-40 derajat terhadap garis horizontal. Pembuatan bidang sadap yang miring dibantu dengan mal sadap. Arah sadap yang benar akan memotong pembuluh lateks lebih banyak dibandingkan arah sadap yang terbalik. Kemiringan lebih besar dari 40 derajat juga berpengaruh pada produksi lateks. Di samping berpengaruh pada produksi lateks, kemiringan bidang sadap berpengaruh pada kecepatan aliran lateks. Lebih cepat lateks mengalir berarti akan mengurangi jumlah lateks yang mengering pada bidang irisan.

3.3.4. Pelaksanaan Penyadapan

kulit karet yang akan disadap harus dibersihkan terlebih dahulu supaya kontaminasi pada lateks dapat dicegah sedini mungkin. Dalam pelaksanaan penyadapan ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu ketebalan irisan, kedalaman irisan, waktu pelaksanaan, dan pemulihan kulit bidang sadap.

a. Ketebalan Irisan Lateks akan mengalir keluar jika kulit batang diiris, aliran lateks ini semula cepat,

tetapi lambat laun akan menjadi lambat dan akhirnya berhenti sama sekali. Lateks berhenti mengalir karena pembuluhnya tersumbat oleh lateks yang mengering. Jenis klon berpengaruh pada cepat lambatnya penyumbatan pada pembuluh lateks. Klon karet ada 2 macam yaitu quick stater dan slow starter. Quick starter diantaranya PB 260 dan IRR 118, dan slow starter diantaranya GT1, BPM 24 dan RRIC 100. Untuk mengalirkan lateks kembali, pembuluh lateks harus dibuka dengan cara mengiris kulit pohon.

Pengirisan kulit karet tidak perlu tebal. Pemborosan dalam pengirisan kulit berarti akan mempercepat habisnya kulit batang karet yang produktif sehingga masa produksinya menjadi singkat. Tebal irisan sadap yang diajurkan adalah 1,5 cm untuk ½ S d4, dan 1,2 cm untuk ½ S d3. Konsumsi kulit per bulan atau pertahun ditentukan oleh rumus sadap ½ S, d/2, 100% , ½ S, d/4, 100%, atau ½ S, d/3, 67%, artinya dari rumus tersebut adalah ½ S berarti penyadapan setengah lingkaran batang pohon, d/2 artinya pohon disadap setiap 2 hari sekali, dan 100% untuk itensitas sadapan. Bila disadap 2 hari sekali maka kulit karet yang terpakai 2,5 cm/bulan atau 10 cm/kuartal atau 30 cm/tahun. Agar lebih mudah dikontrol maka pada batang sadap atau kulit pohon karet biasanya diberi tanda-tanda pembatas untuk melakukan pengirirsan. Tanda-tanda ini biasanya dibuat untuk konsumsi per 2 bulan dengan jumlah tanda 2-3 buah (Gambar 14.).

Gambar 13. Kegiatan pengukuran konsumsi ketebalan irisan sadap

b. Kedalaman Irisan Sadap

Jika tebal irisan berpengaruh pada banyaknya kulit yang dikonsumsi pada saat penyadapan maka dalamnya irisan sangat berpengaruh pada jumlah berkas pembuluh lateks yang terpotong. Semakin dalam irisannya, semakin banyak berkas pembuluh lateks yang terpotong. Ketebalan kulit hingga 7 mm dari lapisan kambium memiliki pembuluh lateks terbanyak. Oleh sebab itu, sebaiknya penyadapan dilakukan sedalam mungkin, tetapi jangan sampai menyentuh lapisan kambium. Kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 0,5 - 1 mm dari lapisan kambium. Bagian ini harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium. Jika dalam penyadapan lapisan kambium tersentuh maka kulit pulihan akan rusak dan nantinya berpengaruh pada produksi lateks.

c. Waktu Penyadapan

Dalam tinjauan waktu, prinsip yang harus dipedomani adalah : semakin siang penyadapan dilakukan, semakin rendah produksi per pohon yang diperoleh. Prinsip ini didasarkan atas mekanisme fisiologi internal tanaman. Seperti

diketahui, tanaman menanggapi perubahan lingkungan dengan mengendalikan transpirasi. Ini berarti, pada saat suhu dan intensitas matahari tinggi, tanaman menekan transpirasi serendah mungkin untuk mencegah kehilangan air di jaringannya. Dalam konteks sel, terjadi perubahan turgor yang memberi dampak pelambatan aliran cairan sel. Bersamaan dengan itu, stomata daun pun menutup sehingga air dapat dihemat pelepasannya. Mekanisme ini berlangsung pada siang hari dan sejalan dengan turunnya suhu serta rendahnya intensitas matahari, sel-sel membesar, membentuk turgor yang tinggi. Dengan pendekatan inilah lateks di dalam pembuluhnya dinamik mengalir, sejalan dengan fluktuasi suhu dan intensitas matahari. Singkatnya penyadapan yang semakin siang akan sedikit sekali mengalirkan lateks oleh sebab terjadinya penurunan turgor. Percobaan- percobaan sehubungan dengan hal ini sudah dilakukan dan membuktikan bahwa penyadapan di siang hari adalah pekerjaan sia-sia dan hanya akan merusak pohon. Dalam pelaksanaannya, penyadapan dianjurkan mulai jam 05.00-6.00 WIB dan selesai tidak lebih dari jam 10.00 WIB atau saat terang tanah dan terang pohon (terlihat 10 pohon di depan kita). Penyadapan setengah hanca pertama (270 –275 pohon) dilakukan pada jam 5.00 – 6.30 WIB, dilanjutkan dengan setengah hanca berikutnya (270 –275 pohon) pada jam 6.30–8.00 WIB. Kontrol waktu ini menjadi bagian pengawasan yang perlu dipertimbangkan sehingga penilaian terhadap mutu sadapan, kecepatan sadap tiap pohon dapat dievaluasi..

3.3.5. Pengambilan Lateks

Pengambilan lateks dilakukan 3 jam setelah penyadapan batang karet terakhir, hal ini dilakukan untuk mendapatkan lateks yang maksimal dari awal penyadapan pohon pertama.

3.3.6. Pengangkutan

Pengangkutan lateks dilakukan dari kebun kestasiun lateks dan dilakukan penimbangan yang pertama, setelah penimbangan lateks dikumpulkan ke stasiun lateks dan diberi cairan amoniak dengan takaran 6:1 (6 liter air dan 1 liter amoniak) untuk 1000 kg lateks basah (Gambar 15.). Setelah itu lateks diangkut menggunakan mobil ke pabrik untuk proses penimbangan dan selanjutnya menuju pengolahan.

Gambar 14. kegiatan pengangkutan lateks di STL (Stasiun Tanki Lateks)

3.4. Pasca Panen

Setelah penyadapan selesai maka lateks yang sudah terkumpul dibawa ke pabrik untuk diolah menjadi RSS (Ribbed Smoke Sheet) dan SIR Bokar (Bahan Olahan Karet) yang didapat dari masyarakat sekitar PTPN VII UU Tulung Buyut.

3.4.1 Pengolahan RSS (Ribbed Smoked Sheet)

Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah salah satu jenis lateks yang diolah secara mekanis dan ramah lingkungan dengan cara pengasapan dan hasilnya memenuhi

standar The Green Book dan konsisten. Cara pengolahan karet ini adalah mengubah lateks dari kebun diubah menjadi lembaran-lembaran ( sheet ) melalui beberapa proses diantaranya penyaringan, pengeceran, pembekuan, penggilingan dan pengasapan. Beberapa faktor yang memenuhi mutu adalah pembekuan yang baik sesuai yang diinginkan seperti pengasapan dan pengeringan. Karet lembaran asap (RSS) digunakan untuk pembuatan ban kendaraan mobil dan motor, jenis ban radial. Proses pengolahan atau karet lembaran yaitu:

a. Penerimaan Lateks Kebun

Tahap awal dalam pengolahan karet lembaran asap bergaris adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang disadap. Lateks pada mangkuk kemudian dikumpulkan dan disaring agar kotoran terpisah yang mengalami prakoagulasi. Setelah terkumpul di stasiun lateks (STL) kemudian di angkut menggunakan tangki dan dibawa ke pabrik untuk dialirkan ke dalam bak koagulasi (Gambar 16.) untuk proses pengeceran bertujuan menyeragamkan Kadar Karet Kering (KKK).

Gambar 15. Stasiun penerimaan lateks Gambar 15. Stasiun penerimaan lateks

terpisah sehingga mutunya dapat dijaga. Pengenceran cukup menambahkan air yang bersih dan tidak mengandung logam maupun kotoran lainnya, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maksimal 6º serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengeceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki dialirkan kebak percetakan dan disaring terlebih dahulu menggunakan saringan alumunium.

c. Pembekuan Pembekuan lateks dilakukan dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat yang