IMPLEMENTASI AKAD WAKALAH DALAM LEMBAGA (2)

IMPLEMENTASI AKAD WAKALAH DALAM LEMBAGA
KEUANGAN SYARIAH
Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Strategi
Dosen Pengampu : Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.

Nama:
Maria Ulva
141267110

KELAS D
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH (S1)
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
2017

2

Implementasi Akad Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah
A. Pendahuluan
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap

ekonomi syariah semakin besar. Seiring dengan minat dan penerimaan
masyarakat terhadap bank syariah tersebut, hasrat masyarakat untuk
memanfaatkan jasa perbankan syariah juga semakin beragam dari hanya
kegiatan simpan pinjam sebagaimana fungsi bank pada umumnya sampai
dengan jasa-jasa yang terkait dengan kegiatan bisnis mereka. Bank Syariah
semakin di minati di masyarakat melalui produk-produknya, salah satunya
adalah melalui produk wakalah.
Al-Ustadz H. Idris sedikit menggambarkan dalam bukunya Fiqh
menurut Mazhab Syafi’i beberapa hal tentang wakalah. Beliau
mengistilahkan wakalah adalah berwakil. Berwakil menurut logatnya
artinya menyerahkan sesuatu. Dalam istilah syara’ berati seseorang yang
menyerahkan sesuatu urusannya kepada orang lain, pada apa yang boleh
diwakilkan menurut syara’ agar orang yang mewakilkan itu dapat
melakukan sesuatu yang diserahkan kepadanya selagi yang menyerahkan
itu masih hidup.1 Helmi Karim memberikan definisi wakalah yaitu
perlindungan (al-hifzh), percukupan (al-Kifayah), tanggungan (al-dhaman)
atau pendelegasian (al-tafwidh) yang diartikan pula dengan memberikan
kuasa atau mewakilkan.2 Dalam konteks perbankan, Wirdiyaningsih
mendefinisikan al-wakalah yaitu jasa melakukan tindakan atau pekerjaan
mewakili nasabah sebagai pemberi kuasa.3


1

Al-Ustadz H. Idris, Fiqh Menurut Madzhab Syafi’i, (Jakarta: Widjaya, 1969), cet I, h.

2

Helmi Karim, Fiqh Muamalah , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), cet I, h. 20.
Wirdiyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia , (Jakarta: Kencana, 2005),

67.
3

h.166.

3

B. Implementasi Akad Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah
Wakalah dalam sistem perbankan syariah adalah akad pemberian
kuasa dari nasabah kepada bank (penerima).4 Wakalah dalam praktik di

LKS biasanya terkait dengan akad lain yang dilakukan oleh nasabah.
Misalnya dalam akad pembiayaan murabahah, pihak LKS mewakilkan
kepada nasabah untuk mencari barang yang akan dibeli dengan
pembiayaan tersebut. Begitu juga dalam akad salam, istisna, ijarah dan
akad lainnya yang menuntut adanya perwakilan pihak LKS oleh nasabah.5
Praktek perbankan syariah, transaksi wakalah ibarat pisau dapur.
Keberadaannya kurang dirasakan, namun bila tidak ada, baru terasa betapa
pentingnya. Ini karena transaksi wakalah sering hanya menjadi transaksi
pendukung dan bukan sebagai transaksi utama. Lihat saja transaksi
pembiayaan murabahah, salam, istishna, seluruhnya memerlukan transaksi
wakalah untuk alasan kemudahan. Tanpa transaksi wakalah niscaya bank
syariah akan sangat kerepotan dalam memberikan pembiayaan karena
harus membeli sendiri barang yang dibutuhkan debitur.
Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah terjadi apabila
nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan letter of credit dan
transfer uang.6
Atas dasar prinsip wakalah, bank membuka L/C atas permintaan
nasabah dengan meminta nasabah untuk menyetorkan dana yang cukup
(100%) dari besarnya L/C yang dibuka. Setoran dana tersebut disimpan

oleh bank dengan prinsip wadiah dan bank memungut ujr (fee atau komisi)
sebagai kontraprestasi.7 Ketetapan jasa tentang ujr (fee atau komisi)

4

Hemansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia , (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006), h. 85.
5
Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2016), h. 213.
6
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), h.166.
7
Abdul Ghofur Anshori , Perbankan syariah di indonesia , (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2009), h.167

4

dikenakan biaya pada nasabah untuk local Rp 2.000,- dan untuk intercity

Rp 10.000,- dan biaya tersebut dikenakan pada awal penyerahan kliring.8
Bank syariah dapat memberikan jasa wakalah, yaitu sebagai wakil
dari nasabah sebagai pemberi kuasa (muwakil) untuk melakukan sesuatu
(taukil). Dalam hal ini, bank akan mendapatkan upah atau biaya
administrasi atas jasa tersebut. Sebagai contoh bank dapat menjadi wakil
untuk melakukan pembayaran tagihan listrik atau telepon kepada
perusahaan listrik atau telepon. Contoh lain adalah bank mewakili sekolah
atau univeritas sebagai penerima biaya SPP dari para pelajar untuk biaya
studi.9
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa
harus cakap hukum. Khususnya pada pembukaan letter of credit, apabila
dana nasabah ternyata tidak cukup, maka penyelesaian L/C dapat
dilakukan dengan pembiayaan murabbahah, salam, ijarah, mudharabah,
atau musyarakah. Tugas, wewenang dan tanggung jawab bank harus jelas
sesuai kehendak nasabah bank. Setiap tugas yang dilakukan harus
mengatasnamakan nasabah dan harus dilaksanakan oleh bank. Atas
pelaksanaan

tugasnya


tersebut,

bank

mendapat

pengganti

biaya

berdasarkan kesepakatan bersama. Pemberian kuasa berakhir setelah tugas
dilaksanakan dan disetujui bersama antara nasabah dengan bank.10
Kelalaian dalam menjalankan kuasa menjadi tanggung jawab bank kecuali
kegagalan karena force majeure menjadi tanggung jawab nasabah. Apabila
bank yang ditunjuk lebih dari satu, maka masing-masing bank tidak boleh
bertindak sendiri-sendiri tanpa musyawarah dengan bank yang lain,
kecuali dengan seizin nasabah.11 Atas pelaksanaannya tersebut, bank

8


Suharto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah , (Jakarta: Zikrul
Hakim, 2005), h. 119.
9
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 306.
10
Muhammad Syafi’I Antonio. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek...., h. 166.
11
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi ,
(Yogyakarta: EKONISIA, 2013), h. 85.

5

mengenakan biaya administrasi kepada nasabah berdasarkan kebijakan
bank.12
Selain praktik wakalah diatas, di Lembaga Keuangan Syariah
umumnya ada jenis produk yang menggunakan akad wakalah. Jenis-jenis
produk pelayanan jasa yang menggunakan akad wakalah antara lain L/C
(Letter of Credit), transfer, kliring, RTGS, inkaso dan pembayaran gaji.
1. Kiriman Uang (Transfer)
Pelayanan jasa kiriman uang merupakan bentuk pelayanan jasa

yang diberikan oleh bank atas permintaan nasabah untuk mengirimkan
sejumlah uang tertentu.
Dilihat dari nominalnya, kiriman uang dibedakan menjadi dua
jenis:
a. Kiriman uang dengan nominal kecil. Transfer dengan nominal
yang nilainya kurang dari Rp100.000.000. Transfer ini dapat
dilakukan melalui lembaga kliring setempat dan/atau melalui
RTGS (real time gross settlement), yaitu transfer dengan sistem
elektronik.
b. Kiriman uang dengan nominal besar. Transfer dengan jumlah
nominal Rp100.000.000 dan/atau lebih, maka pelaksanaan transfer
harus melalui RTGS (real time gross settlement). RTGS
merupakan kegiatan pengiriman uang melalui sistem elektronik
yang telah disiapkan oleh Bank Indonesia. Transfer sejumlah besar
tidak boleh dilakukan melalui lembaga kliring setempat. Contoh
skema mekanisme transfer:

12

59.


Sofyan Ghufron, Konsep dan Implementasi Bank Syariah , (Jakarta: Renaisa, 2005), h.

6

Keterangan:
1. Rino akan mentransfer sejumlah uang kepada Jaka.
2. Rino mentransfer menggunakan dana tabungannya melalui
melalui Bank A.
3. Bank A akan memberikan nota kepada BI bahwa ada dana
transfer kepada bank B.
4. Nota yang dikeluarkan Bank A kepada BI disebut nota kredit
keluar. Selanjutnya BI akan akan mengirimkan nota kepada
Bank B. Nota tersebut disebut nota masukan.

2. Kliring
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik
(DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama
nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Kliring merupakan jasa perbankan yang diberikan dalam rangka

penagihan warkat antarbank yang berasal dari wilayah kliring yang
sama. Warkat yang dapat dilakukan dalam transaksi kliring antara lain:
cek, bilyet, giro dan surat berharga lainnya. Biasanya proses kliring
memakan waktu satu hari pada umumnya. Warkat merupakan alat

7

pembayaran nontunai yang diperhitungkan atas beban nasabah
dan/atau untuk keuntungan rekening nasabah bank. Contoh mekanisme
kliring adalah sebagai berikut:

Penjelasan:
1. Jaka melakukan transaksi dengan Rino pembayaran transaksi
tersebut menggunakan cek dari rekening Bank B.
2. Jaka memiliki rekening pada Bank A dan jaka mencairkan cek
tersebut pada Bank A.
3. Bank A akan mengeluarkan nota kepada BI sebagai perantara
kliring yang disebut dengan nota debet keluar.
4. BI akan mengirimkan nota kepada Bank B untuk mengecek apakah
Jaka memiliki dana yang cukup untuk melakukan kliring.

5. Apabila dana Jaka cukup untuk melakukan transaksi maka Bank B
akan memberi tahukan pada BI, bahwa transaksi dapat di lakukan.
6. Maka BI akan mengurangi Rekening koran Bank B pada BI dan
mentransfernya pada Bank A kalau kliring berhasil. Maka Bank A
akan mentransfer dana tersebut ke tabungan Rino.
.

8

3. Inkaso
Inkaso adalah pemberian kuasa pada bank oleh perusahaan atau
perorangan

untuk

menagihkan,

atau

memintakan

persetujuan

pembayaran (akseptasi) atau menyerahkan begitu saja kepada pihak
yang bersangkutan (tertarik) di tempat lain (dalam atau luar negeri)
atas surat- surat berharga, dalam rupiah atau valuta asing seperti
wesel, cek, kuitansi, surat askep (promissory notes), dan lain-lain.
Inkaso merupakan jasa penagihan yang diberikan oleh bank terhadap
warkat kliring dan/atau surat berharga yang diterbitkan oleh bank
yang berada di luar wilayah kliring. Warkat yang diinkasokan sama
halnya dengan warkat kliring antara lain cek, bilyet giro, dan warkat
lainnya yang dipersamakan dengan itu. Kegiatan ini memakan waktu
lima hari kerja. Bentuk wakalah dalam inkaso adalah adanya
pemberian otoritas oleh pihak tertentu kepada pihak bank untuk
melakukan

penagihan.

Artinya

bank

mewakili

pihak

yang

memberikan perwakilan kepadanya. Skema Inkaso dapat dilihat
sebagai berikut:

Keterangan:
1.

Nasabah Bank ABCD Bandung menyerahkan warkat Bank Lain
Kota “X” untuk ditagihkan.

2.

Bank ABCD Bandung mengirim warkat tersebut kepada Bank
ABCD di Kota “X”.

3.

Bank ABCD kota “X” mengkliringkan warkat tersebut.

9

4.

Bank Lain membawa pulang warkat untuk diperiksa dan
memotong saldo nasabahnya.

5.

Hasilnya diberitahukan kepada Bank ABCD kota “X”. Bila tidak
ada tolakan berarti menambah saldo bank ABCD.

6.

Hasil inkaso diberitahukan oleh bank ABCD kota “X” kepada
bank ABCD Bandung dengan mempergunakan teleks.

7.

Bank ABCD Bandung meneruskan hasil inkaso kepada nasabah.

4. Intercity Clearing
Merupakan sarana penagihan antar warkat maupun surat
berharga yang diterbitkan oleh bank yang berasal dari luar wilayah
kliring. Intercity Clearing merupakan pengembangan dari mekanisme
inkaso dalam hal penyelesaian transaksi antarkota yang lebih efisien.
Intercity Clearing bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam
penyelesaian transaksi cek/bilyet giro antarkota. Dengan demikian,
cek/bilyet giro yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat
dikliringkan di wilayah kliring manapun sepanjang cek/bilyet giro
tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai anggota
Intercity Clearing dan selama terdapat kantor cabang dari bank
penerbit yang menjadi peserta kliring.

10

Skema Alur Transaksi Dua Bank dan Wilayahnya
Berbeda.

Penjelasan:
Pada suatu hari Atun yang mempunyai tabungan di Bank BRI
Jakarta dan harus mengirimkan sejumlah uang kepada Joko yang
mempunyai rekening di BPD Papua. Dari ilustrasi di atas, kita ketahui
bahwa Atun dan Joko mempunyai rekening pada bank yang berbeda.
Selain Bank yang berbeda, tempat kedua bank tersebut pun berbeda
pula. Oleh karena perbedaan tersebut, kedua bank harus mencari
dimana suatu wilayah atau daerah terdapat kedua bank tersebut.
Setelah ditelusuri, tenyata di wilayah Makasar terdapat kedua bank
tersebut berdiri. Disanalah akan terjadi proses transaksi kliring. Tapi
sebelumnya BRI Jakarta tempat Atun menyimpan uangnya akan
mentrasfer sejumlah uang ke BRI Makasar dengan mengurangkan
jumlahnya pada di Rekening Antar Kantor dan mengurangkannya pula
pada tabungan Atun. Kemudian, BRI Makasar akan melakukan sistem

11

kliring antara BRI Makasar dengan BPD Makasar. Jumlah uang yang
telah dikirimkan melalui proses kliring akan masuk kedalam R/K pada
BI atas nama bank BPD Makasar, kemudian BPD Makasar akan
merntransfer uang itu ke BPD yang ada di Papua dimana Joko
memiliki akun rekening tabungan.

5. Letter of Credit
Letter of credit dapat didefinisikan sebagai jaminan bersyarat
yang diberikan oleh bank yang menerbitkan L/C (issuing bank/opening
bank) untuk membayar wesel yang ditarik oleh beneficiary sepanjang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam L/C dan mengacu pada
UCP 600. Letter of credit adalah jasa bank yang diberikan kepada
masyarakat untuk mempelancar pelayanan arus barang, baik arus
barang dalam negeri (antarpulau) atau arus barang ke luar negeri
(ekspor-impor). Letter of credit juga merupakan dengan documnetary
credit.
Bentuk perwakilan dalam LC digunakan oleh Nasabah untuk
proses pengimporan barang melalui bank. Dalam hal ini bank diminta
nasabah untuk menyimpan dana pembelian dalam bentuk deposit
untuk kemudian bank sebagai wakil mendatangkan asset sesuai dengan
kriteria yang dikehendaki nasabah. Untuk ini bank berhak meminta
fee. Bentuk wakalah dalam model operasioanal seperti ini adalah
nasabah mewakilkan kepada bank untuk bertindak atas nama nasabah
dalam penyimpanan dana dan mendatangkan barang yang dipesan
nasabah.13 Skema mekanisme Letter of Credit:

13

Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer ....., h. 214.

12

Penjelasan:
1. Terjadi kesepakatan antara pembeli dan penjual yang biasanya
dituangkan dalam bentuk Sales Contract atau media kesepakatan
lainnya.
2. Pembeli mengajukan permohonan pembukaan Letter of Credit
kepada yang akan menerbitkan (Issuing Bank) atas permintaan
Penjual.
3. Issuing Bank sebagai bank penjamin memberikan jaminan tersebut
kepada Beneficiary.
4. Beneficiary atau penjual yang telah menerima LC tersebut
melakukan pengiriman barang dan membuat dokumen-dokumen
yang dipersyaratkan oleh LC.
5. Beneficiary menyerahkan dokumen- dokumen tersebut kepada
Issuing Bank.
6. Issuing Bank menagihkan pembayaran tersebut kepada Applicant
dengan

menyerahkan

dokumen

dan

Applicant

melakukan

13

pembayaran kepada Issuing Bank untuk mendapatkan dokumen
untuk pengeluaran barang.

6. Payment
Merupakan pelayanan jasa yang diberikan oleh bank dalam
melaksanakan pembayaran untuk kepentingan nasabah. Bank akan
mendapat fee atas pelayanan jasa yang diberikan. Beberapa pelayanan
jasa (payment) yang diberikan oleh bank adalah:
a. Pembayaran telepon
b. Pembayaran rekening listrik
c. Pembayaran pajak
d. Pembayaran uang kuliah
e. Pembayaran gaji
Pembayaran tersebut dapat dilakukan langsung melalui teller,
melalui ATM, kartu kredit dan dengan memberikan Standing
instruction kepada bank. Standing instruction merupakan surat perintah
dari nasabah kepada bank untuk melakukan pembayaran sesuai dengan
tagihan dan/atau lainnya yang berlaku untuk selamanya hingga
dicabutnya Standing instruction tersebut. Nasabah tidak perlu datang
ke bank untuk melakukan transaksi, akan tetapi cukup membuat
standing instruction satu kali saja yang dapat digunakan untuk
beberapa kali transaksi.14 Contoh skema Advanced Payment:

14

Ismail, Perbankan Syariah , (Jakarta: Kencana, 2011), h. 200-201.

14

Produk lain dengan akad Wakalah yaitu penetapan untuk akad
wakalah dalam perbankan syariah tidak hanya dipergunakan untuk
transaksi transfer atau pegadaian barang murabahah namun dapat
diterapkan untuk yang lain yaitu:
1. Penyelesaian piutang dalam ekspor
Penyelesaian Piutang dalam ekspor dimaksud adalah
pengalihan penyelesaian piutang dari pihak yang berpiutang kepada
LKS, kemudian LKS menagih piutang tersebut kepada pihak lain
yang berpiutang atau pihak lain yang di tunjuk oleh pihak yang
berhutang.
2. Anjak Piutang Syariah
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 67/DSNMUI/III/2008 tentang Anjak Piutang Syariah dijelaskan yang
dimaksud dengan Anjak Piutang secara Syariah adalah pengalihan
penyelesaian piutang atau tagihan jangka pendek dari pihak yang
berpiutang kepada pihak lain yang kemudian menagih piutang
tersebut kepada pihak yang berutang sesuai prinsip syariah. 15
15

Wiroso, Produk Perbankan Syariah , (Jakarta: LPFE Usakti, 2009), h. 405-406

15

C. Skema wakalah

Keterangan:
1. Nasabah dan investor melakukan kontrak dengan bank syariah
untuk melaksanakan suatu pekerjaan atas permintaan nasabah
dan investor.
2. Bank Syariah mendapatkan fee atas pekerjaan yang dilakukan.
3. Beberapa pelayanan jasa yang dapat dilakukan dalam akad alWakalah antara lain: transfer, kliring, intercity clearing,
collection, letter of credit dan payment.16

16

Ismail, Perbankan Syariah ...., h. 195.

16

D. Contoh Wakalah
Proses transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep
akad wakalah, dimana prosesnya diawali dengan adanya permintaan
nasabah sebagai Al-Muwakkil terhadap bank sebagai Al-Wakil untuk
melakukan perintah/permintaan kepada bank untuk mentransfer sejumlah
uang kepada rekening orang lain, kemudian bank mendebet rekening
nasabah (jika transfer dari rekening ke rekening) dan proses yang terakhir
yaitu dimana bank mengkreditkan sejumlah dana kepada rekening tujuan.
Berikut adalah beberapa contoh proses dalam transfer uang ini.
1.

Wesel pos
Pada proses wesel pos, uang tunai diberikan secara langsung
dari Al-Muwakkil kepada Al-Wakil, dan Al-Wakil memberikan
uangnya secara langsung kepada nasabah yang dituju. Berikut adalah
proses pentransferan uang dalam Wesel pos.

2.

Transfer uang melalui cabang suatu bank
Dalam proses ini, Al-Muwakkil memberikan uangnya secara
tunai kepada bank yang merupakan Al-Wakil, namun bank tidak
memberikannya secara langsung kepada nasabah yang dikirim. Tetapi
bank mengirimkannya kepada rekening nasabah yang dituju tersebut.
Berikut adalah proses pentrasferan uang melalui cabang sebuah bank.

3.

Transfer melalui ATM
Kemudian ada juga proses transfer uang dimana pendelegasian
untuk mengirimkan uang, tidak secara langsung uangnya diberikan
dari Al-Muwakkil kepada bank sebagai Al-Wakil. Dalam model ini,
Nasabah Al-Muwakkil meminta bank untuk mendebet rekening
tabungannya, dan kemudian meminta bank untuk menambahkan di
rekening nasabah yang dituju sebesar pengurangan pada rekeningnya
sendiri. Yang sangat sering terjadi saat ini adalah proses yang ketiga

17

ini, dimana nasabah bisa melakukan transfer sendiri melalui mesin
ATM.17
Bentuk spesifikasi implementasi wakalah dalam perbankan
syariah
a. Nasabah ingin membeli mobil Honda keluaran terbaru di negara
jepang. Maka nasabah bisa datang ke bank syariah untuk meminta
bantuan kepada bank untuk mewakilkan dirinya dalam pembelian
mobil honda keluaran terbaru di negara jepang.
b. Setelah itu bank meminta tolong kepada bank yang berada di
negara jepang untuk mengekspor barang tersebut.
c. Setelah terjadi kesepakatan baik antara bank dengan bank maupun
antara nasabah dengan bank, bank meminta kepada nasabah untuk
memberikan letter of credit yang bertujuan untuk memastikan
pembelian sampai barang tersebut ada di tangan nasabah.
d. Jika nasabah yang ingin membeli barang tersebut tidak
mempunyai biaya kontan, dalam hal ini bank menyediakan akad
murabahah. Yang mana dalam kasus ini terjadi dua akad baik akad
wakalah maupun akad murabahah. 18

17

http://viewislam.wordpress.com/2009/04/16/konsep-akad-Wakalah-dalam-fiqhmuamalah/ diunduh pada tanggal 5 Maret 2017 jam 16.45
18

http://alislamu.com/muamalah/11-jual-beli/291-bab-wakalah-pelimpahan-hak.html

diunduh pada tanggal 5 Maret 2017 jam 16.30

18

E. Kesimpulan
Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah terjadi apabila
nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan letter of credit dan
transfer uang. Bank syariah dapat memberikan jasa wakalah, yaitu sebagai
wakil dari nasabah sebagai pemberi kuasa (muwakil) untuk melakukan
sesuatu (taukil). Atas dasar prinsip wakalah, bank membuka L/C atas
permintaan nasabah dengan meminta nasabah untuk menyetorkan dana
yang cukup (100%) dari besarnya L/C yang dibuka. Setoran dana tersebut
disimpan oleh bank dengan prinsip wadiah dan bank memungut ujr (fee
atau komisi) sebagai kontraprestasi. Tugas, wewenang dan tanggung
jawab bank harus jelas sesuai kehendak nasabah bank. Kelalaian dalam
menjalankan kuasa menjadi tanggung jawab bank kecuali kegagalan
karena force majeure menjadi tanggung jawab nasabah. Jenis-jenis produk
pelayanan jasa yang menggunakan akad wakalah antara lain L/C (Letter of
Credit), transfer, kliring, RTGS, inkaso dan pembayaran gaji.

19

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur Anshori.

Perbankan syariah di indonesia . Yogyakarta: Gajah

Mada University Press. 2009.
Al-Ustadz H. Idris. Fiqh Menurut Madzhab Syafi’i. Jakarta: Widjaya.
1969.
Helmi Karim. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1993.
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia . Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2006.
http://alislamu.com/muamalah/11-jual-beli/291-bab-wakalah-pelimpahanhak.html diunduh pada tanggal 5 Maret 2017 jam 16.30
http://viewislam.wordpress.com/2009/04/16/konsep-akad-Wakalah-dalam-fiqhmuamalah/ diunduh pada tanggal 5 Maret 2017 jam 16.45
Imam Mustofa. Fiqh Muamalah Kontemporer . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2016.
Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana. 2011.
Muhammad Syafi’I Antonio. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta:
Gema Insani Press. 2001.
Sofyan Ghufron. Konsep dan Implementasi Bank Syariah. Jakarta: Renaisa. 2005.
Suharto Zulkifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim. 2005.
Wirdiyaningsih. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia . Jakarta: Kencana.
2005.
Wiroso. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti. 2009.