PENCAPAIAN AKSES AMAN AIR MINUM DI INDON

PENCAPAIAN AKSES AMAN AIR MINUM DI INDONESIA

Pemerintah dalam upaya percepatan peningkatan cakupan pelayanan air minum telah
mengamanatkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahap III
(Tahun 2015-2019) yang mencanangkan gerakan pencapaian 100% akses aman air minum
pada akhir tahun 2019. Hingga tahun 2015 (BPS 2015), pelayanan akses aman air minum
nasional baru mencapai 71,05%, dengan cakupan layanan perkotaan 83,20% dan perdesaan
mencapai 58,83%.
Pencapaian target pemenuhan capaian akses air minum layak 100% memerlukan sinergi
berbagai sumber pendanaan, baik melalui skema hibah daerah, pinjaman daerah (dari APBN,
APBD, APB-Des dan Dana Dekonsentrasi), DAK Fisik, Dana Desa, dan dana lainnya yang
terdapat dalam belanja kementerian/lembaga, maupun sumber pendanaan APBD, serta
alternatif pembiayaan infrastruktur lainnya, seperti Kerjasama Pemerintah Daerah dengan
Badan Usaha (KPBU).
Hal ini yang merupakan elemen yang sangat penting dalam upaya untuk meningkatkan akses
air minum dan pencapaian universal akses 2019 disertai dengan standar pelayanan yang baik,
yaitu memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan keterjangkauan).

A. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PADA PENGEMBANGAN AIR
MINUM
1. Adanya keterbatasan air baku.

2. Sistem pengolahan atau unit produksi perlu disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat.
3. Adanya peningkatan kebutuhan air minum masyarakat dari tahun ke tahun sehingga
pengembangan untuk pelayanan SR sangat mendesak.
4. Sumber pembiayaan SPAM yang terbatas.
5. Masih tingginya angka NRW (Non-Revenue Water), antara lain disebabkan : meter air
yang tidak akurat, meter induk tidak terpasang, kebocoran jaringan pipa, masyarakat
tapping jaringan pipa tanpa ijin, kesalahan baca meteran air dan lain-lain.
6. Belum optimal peran serta masyarakat sebagai pemanfaat, misal dalam iuran bulanan,
pengoperasian dan perawatan pompa dan panel listrik, dan lain-lain.

7. Kinerja aspek teknis dan nonteknis dari badan pengelola SPAM masih kurang dalam hal
operasional dan perawatan.
8. Masih rendahnya perhatian Pemda untuk pengembangan pelayanan air minum khususnya
di wilayah desa (jauh dari jangkauan jaringan PDAM).

B. REKOMENDASI PENCAPAIAN AKSES AIR MINUM
1. Perlunya dukungan dari Pemda pada masyarakat terutama terkait pembinaan teknis dalam
penyusunan dokumen perencanaan SPAM Tingkat Desa.
2. Perlu adanya peraturan perundangan daerah dan pedoman yang mengikat dari pemerintah
provinsi sampai ke tingkat desa untuk mendukung pelaksanaan pembangunan sarana dan

prasarana air minum secara merata.
3. Penyerapan Idle Capacity masih perlu ditingkatkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah mengingat kebutuhan air minum masih sangat tinggi khususnya di wilayah desa
(jauh dari jangkauan jaringan PDAM)..
4. Pembinaan dan pengawasan yang intens oleh pemerintah daerah dari mulai perencanaan,
konstruksi hingga serah terima pekerjaan ke pengelola SPAM.
5. Perlu peningkatan kualitas konstruksi dan kualitas air dari SPAM BJP (Bukan Jaringan
Pipa) dan JP (Jaringan Pipa).
6. Pengelolaan SPAM di desa, banyak dikelola oleh Kelompok Pengelola Masyarakat
(Pokmas) namun masih perlu adanya pembinaan, pelatihan dan bantuan dana dari
pemerintah pusat/Pemda untuk pengembangan keberlanjutan operasional dan perawatan
SPAM terbangun.
7. Perlu peningkatan untuk penerapan Good Governance pada instansi – instansi terkait di
daerah khususnya yang mendapat alokasi dana untuk pembangunan SPAM.
8. Perlu kesinambungan dari program Rencana Pengamanan Air Minum (Water Safety Plan)
yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai rencana dan anggaran dari daerah yang
dimiliki.
9. Pemenuhan tarif/restribusi (Full Cost Recovery) yang diharapkan bisa menopang
keberlanjutan pengelolaan air minum oleh PDAM, UPTD, Bumdes atau Pokmas sebagai
badan pengelola SPAM.

10. Pengelolaan dan optimalisasi dari SPAM terbangun diharapkan bisa dilaksanakan oleh
pengelola dengan dana yang didapat dari iuran dan tarif distribusi air minum ke pelanggan.

Sehingga pemeliharaan bangunan SPAM eksisting bisa dilakukan tanpa menunggu
bantuan dari pemerintah (swadaya).
11. Masih tingginya angka Non-Revenue Water (NRW) dari SPAM dapat diminimalisir dengan
meningkatkan kualitas dari SDM-nya baik teknis maupun non teknis melalui pelatihan
secara berkala dan konsisten.
12. Perlu ada optimisasi energi (daya listrik) untuk bisa mendukung kegiatan SPAM.
13. Mengubah pola pikir masyarakat dan Pemda agar lebih mengembangkan sumber
pembiayaan pembangunan SPAM yang tidak hanya bertumpu pada dana APBN.
14. Partisipasi dunia usaha dan masyarakat dalam mendukung pembiayaan pengembangan
permukiman dan infrastruktur, termasuk meningkatkan akses pelayanan air minum SPAM.

As.