ANALISIS PENGARUH SEKTOR SEKTOR PDRB WIL

Mata Kuliah

: PL 621

Nomor Tugas

: 01 - Praktikum

Tanggal Penyerahan : 3 Mei 2016
Dosen

: Apriadi Rahardja, ST, MT.

Asisten

: Aufia Altof F, ST
Sukma Dwita , ST

ANALISIS PENGARUH SEKTOR-SEKTOR PDRB WILAYAH KARAWANG BAGIAN
SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LINEAR PADA APLIKAIS
EVIEWS7 (STUDI KASUS : KECAMATAN KLARI, CIKAMPEK, PURWASARI, DAN

KOTABARU)
Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi praktikum mata kuliah Metode Analisis
Perencanaan II

Disusun oleh :
ADITIYA RAMDANI – 133060003

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang dikenal
sebagai pusat pengembangan wilayah berbasis pertanian dan industri. Sesuai dengan
tujuan penataan ruang Kabupaten Karawang yaitu mewujudkan pemanfaatan sumber
daya ruang yang optimal, efektif, dan efisien, serta serasi dengan penataan ruang
nasional, provinsi serta wilayah sekitarnya menuju kualitas kehidupan yang lebih baik

dalam mewujudkan Kabupaten Karawang sejahtera berbasis pertanian dan industri.
Berdasarkan Keppres Nomor 41 tahun 1996 tentang Pengembangan Kawasan
Industri, Kabupaten Karawang telah ditetapkan sebagai daerah pengembangan
kawasan industri. Jumlah Industri di Kabupaten Karawang mencapai 9.963 unit usaha
di tahun 2013. Meningkat 0,43 persen dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 9.707
unit usaha.
Sampai saat ini pengembangan kegiatan industri di Kabupaten Karawang
dialokasikan pada bagian selatan tepatnya di Kecamatan Klari, Cikampek, Telukjambe
Barat, Telukjambe Timur, Purwasari, Karawang, Jatisari, Pangkalan dan Cikampek.
Namun demikian tidak semuanya berkembang, terutama yang diperuntukan untuk
Kota Industri di Kecamatan Telukjambe Barat seluas 7.100 Ha, sehingga fungsinya akan
dikembalikan pada asalnya yaitu sebagai lahan perhutani. Lambatnya perkembangan
kegiatan industri ini diakibatkan oleh terjadinya krisis ekonomi yang melanda sejak
tahun 1997 yang mengakibatkan meningkatnya nilai inflasi di Kabupaten Karawang.
Sementara, kegiatan industri yang relatif berkembang diantaranya Kota Industri di
bagian Timur (Kota Bukit Indah City) Kecamatan Cikampek, Kawasan Industri
(Kecamatan Telukjambe Timur dan Pangkalan), Zona Industri (Kecamatan Telukjambe
Timur, Klari, Cikampek dan Karawang). Hal ini menjadikan penurunan kontirbusi
sektor industri terhadap PDRB Kabupaten Karawang. Namun, walaupun terjadi
penurunan kontribusi sektor industri di PDRB, proporsi industri masih tetap besar

yaitu sekitar 53 persen selama tahun 2009 – 2013.

Oleh karenanya, dibutuhkan suatu perencanaan yang lebih matang terutama dalam

melihat pengaruh sektor-sektor pada PDRB wilayah Karawang Bagian Selatan dengan
menggunakan metode regresi linear.

1.2 Tujuan dan Sasaran
1.2.1 Tujuan


Tujuan dari studi ini adalah :
Mengetahui hubungan dan pengaruh secara linear antara satu variabel
independen (Pertanian, Industri, bangunan, dan perdagangan) dengan variabel
dependen (PDRB)

1.2.2 Sasaran


Sasaran dari studi ini adalah :

Teridentifikasinyai hubungan dan pengaruh secara linear antara satu variabel
independen (Pertanian, Pertambangan, Industri, dan bangunan) dengan variabel
dependen (PDRB)

1.3 Ruang Lingkup Studi
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang akan di bahas dalam laporan ini adalah Wilayah
Karawang Bagian Selatan dengan luas wilayah, yaitu seluas 16,686 Ha yang meliputi
4kecamatan.
Adapun kecamatan yang tercakup dalam Wilayah Karawang Bagian Selatan adalah
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Luas Kecamatan Wilayah Karawang Bagian Selatan

1

Klari

Luas Area
(Ha)

5.937

2

Purwasari

2.944

3

Kota Baru

3.045

4

Cikampek

4,76


No

Kecamatan

Jumlah

16,686

Sumber : Karawang Dalam Angka Tahun 2015

Batas administratif Wilayah Karawang Bagian Selatan adalah sebagai berikut :




Sebelah Utara

: Kecamatan Karawang Barat, Majalaya, dan Tirtamulya

Sebelah Barat


: Kabupaten Bekasi



Sebelah Timur : Kabupaten Subang



Sebelah Selatan : Kabupaten Purwakarta

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Regresi Linear
Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk model
hubungan antara variabel terikat (dependen; respon; Y) dengan satu atau lebih variabel
bebas (independen, prediktor, X). Apabila banyaknya variabel bebas hanya ada satu,
disebut sebagai regresi linier sederhana, sedangkan apabila terdapat lebih dari 1
variabel bebas, disebut sebagai regresi linier berganda.
Analisis regresi setidak-tidaknya memiliki 3 kegunaan, yaitu untuk tujuan

deskripsi dari fenomena data atau kasus yang sedang diteliti, untuk tujuan kontrol,
serta untuk tujuan prediksi. Regresi mampu mendeskripsikan fenomena data melalui
terbentuknya suatu model hubungan yang bersifatnya numerik. Regresi juga dapat
digunakan untuk melakukan pengendalian (kontrol) terhadap suatu kasus atau hal-hal
yang sedang diamati melalui penggunaan model regresi yang diperoleh. Selain itu,
model regresi juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan prediksi untuk variabel
terikat. Namun yang perlu diingat, prediksi di dalam konsep regresi hanya boleh
dilakukan di dalam rentang data dari variabel-variabel bebas yang digunakan untuk
membentuk model regresi tersebut. Misal, suatu model regresi diperoleh dengan
mempergunakan data variabel bebas yang memiliki rentang antara 5 s.d. 25, maka
prediksi hanya boleh dilakukan bila suatu nilai yang digunakan sebagai input untuk
variabel X berada di dalam rentang tersebut. Konsep ini disebut sebagai interpolasi.
Data untuk variabel independen X pada regresi linier bisa merupakan data
pengamatan yang tidak ditetapkan sebelumnya oleh peneliti (obsevational data)
maupun data yang telah ditetapkan (dikontrol) oleh peneliti sebelumnya (experimental
or fixed data). Perbedaannya adalah bahwa dengan menggunakan fixed data, informasi
yang diperoleh lebih kuat dalam menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel X
dan variabel Y. Sedangkan, pada observational data, informasi yang diperoleh belum
tentu merupakan hubungan sebab-akibat. Untuk fixed data, peneliti sebelumnya telah
memiliki beberapa nilai variabel X yang ingin diteliti. Sedangkan, pada observational

data, variabel X yang diamati bisa berapa saja, tergantung keadaan di lapangan.

Biasanya, fixed data diperoleh dari percobaan laboratorium, dan observational data
diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
Di dalam suatu model regresi kita akan menemukan koefisien-koefisien.
Koefisien pada model regresi sebenarnya adalah nilai duga parameter di dalam model
regresi untuk kondisi yang sebenarnya (true condition), sama halnya dengan statistik
mean (rata-rata) pada konsep statistika dasar. Hanya saja, koefisien-koefisien untuk
model regresi merupakan suatu nilai rata-rata yang berpeluang terjadi pada variabel Y
(variabel terikat) bila suatu nilai X (variabel bebas) diberikan. Koefisien regresi dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Intersep (intercept) Intersep, definisi secara metematis adalah suatu titik
perpotongan antara suatu garis dengan sumbu Y pada diagram/sumbu kartesius
saat nilai X = 0. Sedangkan definisi secara statistika adalah nilai rata-rata pada
variabel Y apabila nilai pada variabel X bernilai 0. Dengan kata lain, apabila X
tidak memberikan kontribusi, maka secara rata-rata, variabel Y akan bernilai
sebesar intersep. Perlu diingat, intersep hanyalah suatu konstanta yang
memungkinkan munculnya koefisien lain di dalam model regresi. Intersep tidak
selalu dapat atau perlu untuk diinterpretasikan. Apabila data pengamatan pada
variabel X tidak mencakup nilai 0 atau mendekati 0, maka intersep tidak

memiliki makna yang berarti, sehingga tidak perlu diinterpretasikan.
2. Slope Secara matematis, slope merupakan ukuran kemiringan dari suatu garis.
Slope adalah koefisien regresi untuk variabel X (variabel bebas). Dalam konsep
statistika, slope merupakan suatu nilai yang menunjukkan seberapa besar
kontribusi (sumbangan) yang diberikan suatu variabel X terhadap variabel Y.
Nilai slope dapat pula diartikan sebagai ratarata pertambahan (atau
pengurangan) yang terjadi pada variabel Y untuk setiap peningkatan satu satuan
variabel X. Contoh model regresi: Y = 9.4 + 0.7*X +
intersep, 0.7 merupakan slope, sedangkan

Angka 9.4 merupakan

merupakan error. Error bukanlah

berarti sesuatu yang rusak, hancur atau kacau. Pengertian error di dalam konsep
statistika berbeda dengan pengertian error yang selama ini dipakai di dalam
kehidupan sehari-hari. Di dalam konsep regresi linier, error adalah semua hal
yang mungkin mempengaruhi variabel terikat Y, yang tidak diamati oleh peneliti.

2.1


Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode
tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.
PDRB dibagi menjadi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan PDRB Atas
Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan,
sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu
sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui
kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah.
Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh
faktor harga. PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan
menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit).
Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan
PDRB menurut harga konstan.
Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara konseptual menggunakan
tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan
pendekatan pendapatan.
a.

Pendekatan Produksi
Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan

jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian ini
dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: (1) pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri
pengolahan, (4) listrik, gas dan air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan

restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real estate dan jasa
perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa pemerintah).

b.

Pendekatan Pengeluaran
Produk Domestik Regional Bruto adalah semua komponen permintaan akhir

yang terdiri dari : (1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta
nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik bruto,
(4) perubahan inventori dan (5) ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor).
c.

Pendekatan Pendapatan
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima

oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud
adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum
dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB
mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung
dikurangi subsidi).
2.1.1 Sebaran Kegiatan Sektor Berdasarkan Sektor pada PDRB
PDRB menurut lapangan usaha dikelompokkan dalam 9 sektor
ekonomi sesuai dengan International Standard Industrial Classification of All
Economic Activities (ISIC) sebagai berikut:
1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
a. Subsektor Tanaman bahan makanan
b. Subsektor Tanaman perkebunan
c. Subsektor Peternakan
d. Subsektor Kehutanan
e. Subsektor Perikanan
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
a. Subsektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
b. Subsektor Pertambangan Bukan Migas
c. Subsektor Penggalian
3. Sektor Industri Pengolahan
a. Subsektor Industri Migas - Pengilangan Minyak Bumi - Gas Alam Cair
(LNG)

b. Subsektor Industri Bukan Migas
4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
a. Subsektor Listrik
b. Subsektor Gas
c. Subsektor Air Bersih
5. Sektor Konstruksi
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
a. Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran
b. Subsektor Hotel
c. Subsektor Restoran
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
a.

Subsektor Pengangkutan - Angkutan Rel - Angkutan Jalan Raya Angkutan Laut - Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Angkutan Udara - Jasa Penunjang Angkutan

b.

Subsektor Komunikasi

8. Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
a.

Subsektor Bank

b.

Subsektor Lembaga Keuangan Tanpa Bank

c.

Subsektor Jasa Penunjang Keuangan

d.

Subsektor Real Estate

e.

Subsektor Jasa Perusahaan

9. Jasa-Jasa
a.

Subsektor Pemerintahan Umum

b.

Subsektor Swasta - Jasa Sosial Kemasyarakatan - Jasa Hiburan dan
Rekreasi - Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Kecamatan Klari
Berikut ini merupakan tabel PDRB yang meninterpretasikan nilai PDRB per
Sembilan lapangan usaha di Kecamatan Klari.
Tabel
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Klari di Wilayah Karawang Bagian Selatan
Tahun 2011-2013
No.

Lapangan Usaha

2011

2012

2013

1

Pertanian

132.333,03

136.291,45

148.115,13

2

Pertambangan dan
Penggalian

48,12

49,85

55,64

3

Industri Pengolahan

4.973.073,28

5.682.803,79

6.574.611,51

4

Listrik, Gas dan Air Bersih

85.161,34

93.892,89

108.284,31

5

Bangunan

131.245,39

193.706,52

221.623,83

6

Perdagangan, Hotel dan
Restoran

513.764,95

537.731,03

665.719,54

7

Pengangkutan dan
Komunikasi

109.681,61

114.362,94

132.035,42

8

Bank dan Lembaga Keuangan

59.012,74

79.702,29

99.036,95

9

Jasa-Jasa

189.059,34

211.308,35

232.443,57

6.193.379,80

7.049.849,12

8.181.925,90

Produk Domestik Regional Bruto

Sumber : Buku PDRB Kabupaten Karawang Tahun 2013

Gambar
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Klari di Wilayah Karawang Bagian Selatan
Tahun 2011-2013
9,000,000.00
8,181,925.90

8,000,000.00
7,000,000.00
7,049,849.12

6,193,379.80

6,000,000.00
5,000,000.00
4,000,000.00
3,000,000.00
2,000,000.00
1,000,000.00
-

2011

2012

2013

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Dilihat dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2011 jumlah lapangan
usaha sebesar 6.193.379,80 dan mengalami pertumbuhan pada tahun 2012 sebesar
7.049.849,12, dan mengalami pertumbuhan pada tahun 2013 sebesar 8.181.925,90.
Gambar
Distribusi Persentase Total PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Klari di Wilayah
Karawang Bagian Selatan Tahun 2011-2013

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Bank dan Lembaga Keuangan

Jasa-Jasa

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Dilihat dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa pada Pertanian memiliki
persentase sebesar 2%. Pertambangan dan Penggalian memliki persentase sebesar 0%. Industri
Pengolahan memiliki persentase sebesar 80%. Listrik, Gas dan Air Bersih memiliki persentase

sebesar 2%. Bangunan memiliki persentase sebesar 2%. Perdagangan, Hotel dan Restoran
memiliki pesentase sebesar 8%. Pengangkutan dan Komunikasi memiliki persentase sebesar
2%. Bank dan Lembaga Keuangan memiliki persentase sebesar 1%, dan Jasa-jasa memiliki
persentase sebesar 3%.

B. Kecamatan Cikampek
Berikut ini merupakan tabel PDRB yang meninterpretasikan nilai PDRB per
Sembilan lapangan usaha di Kecamatan Cikampek.
Tabel
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Cikampek di Wilayah Karawang Bagian
Selatan Tahun 2011-2013
No.

Lapangan Usaha

1

Pertanian

2

Pertambangan
dan Penggalian

3

Industri
Pengolahan

3,813,483.72

4,112,010.13

4,905,561.96

4

Listrik, Gas dan
Air Bersih

126,647.79

139,632.93

161,035.15

5

Bangunan

750,637.78

936,294.26

1,083,760.97

6

Perdagangan,
Hotel dan
Restoran

770,647.42

806,596.54

982,289.61

7

Pengangkutan dan
Komunikasi

195,213.83

203,545.77

235,877.02

8

Bank dan
Lembaga
Keuangan

99,826.14

134,824.64

165,198.65

9

Jasa-Jasa

187,442.60

209,501.35

230,572.15

5,984,047.27

6,584,906.23

7,811,467.78

Produk Domestik Regional
Bruto

2011

2012

2013

40,147.98

42,500.60

47,172.27

-

Sumber : Buku PDRB Kabupaten Karawang Tahun 2013

-

-

Gambar
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Cikampek di Wilayah Karawang Bagian
Selatan Tahun 2011-2013

Grafik Total PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
7,811,467.78
6,584,906.23
5,984,047.27

2011

2012

2013

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa total nilai produk domestik regional bruto
atas dasar harga berlaku kecamatan Cikampek pada tahun 2011, 2012 dan 2013 mengalami
kenaikan dengan jumlah total pada tahun 2011 sebesar Rp.3,984,047.27 dan pada tahun 2012
dengan jumlah total sebesar RP.6,584,906.23 sedangkan pada tahun terakhir tahun 2013
dengan jumlah total Rp.7,811,467.78. pada setiap tahunya mengalami peningkatan.
Gambar
Distribusi Persentase Total PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Cikampek di
Wilayah Karawang Bagian Selatan Tahun 2011-2013

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Bank dan Lembaga Keuangan

Jasa-Jasa
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Dari hasil persentase diatas dapat disimpulkan bahwa lapangan usaha menurut Produk
Domestik regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku di kecamatan Cikampek didominasi oleh
Industri Pengolahan dengan nilai tertinggi yaitu mencapai 64%, disusul dengan jenis lapangan

usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan nilai persentase sebesar 12% kemudian jenis
lapangan usaha Bangunan dengan nilai persentase masing-masing 12% dan jenis lapangan
usaha Jasa-jasa mencapai nilai 3% dan jenis usaha Bank dan lembaga Keuangan dan Listrik, Gas
dan Air Bersih hanya mencapai 2%, sedangkan untuk nilai persentase terendah jenis lapangan
usaha di kecamatan Cikampek adalah dibidang Pertambangan dan Penggalian dengan nilai
persentase mencapai 0%.

C.

Kecamatan Purwasari
Berikut ini merupakan tabel PDRB yang meninterpretasikan nilai PDRB per

Sembilan lapangan usaha di Kecamatan Purwasari.
Tabel
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Purwasari di Wilayah Karawang Bagian
Selatan Tahun 2011-2013
No.

Lapangan Usaha

2011

2012

2013

1

Pertanian

128,109.08

132,425.19

144,994.88

2

Pertambangan
dan Penggalian

21,894.72

22,682.51

25,317.83

3

Industri
Pengolahan

184,342.28

192,005.38

215,296.07

4

Listrik, Gas dan
Air Bersih

5

Bangunan

6

Perdagangan,
Hotel dan
Restoran

7

Pengangkutan dan
Komunikasi

8

Bank dan
Lembaga
Keuangan

9

Jasa-Jasa

Produk Domestik Regional
Bruto

-

-

-

136,033.47

169,678.85

196,403.34

304,229.68

318,421.37

370,513.97

62,599.81

65,271.64

74,275.02

20,812.13

28,108.75

33,400.82

57,496.20

64,262.51

69,468.23

915,517.37

992,856.20

1,129,670.16

Sumber : Buku PDRB Kabupaten Karawang Tahun 2013

Gambar
Distribusi Persentase Total PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Purwasari di
Wilayah Karawang Bagian Selatan Tahun 2011-2013

Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-Jasa

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Dari hasil persentase diatas dapat disimpulkan bahwa lapangan usaha menurut Produk
Domestik regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku di kecamatan Purwasari didominasi oleh
Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan nilai tertinggi yaitu mencapai 52%, disusul dengan
jenis lapangan usaha Bangunan dengan nilai persentase sebesar 23% kemudian jenis lapangan
usaha Pengangkutan dengan nilai persentase 11% dan jenis lapangan usaha Jasa-jasa mencapai
nilai 10%, sedangkan untuk nilai persentase terendah jenis lapangan usaha di kecamatan
Purwasari adalah dibidang Bank dan Lembaga Keuangan dengan nilai persentase mencapai 4%.

D. Kecamatan Kota Baru
Berikut ini merupakan tabel PDRB yang meninterpretasikan nilai PDRB per
Sembilan lapangan usaha di Kecamatan Kotabaru.
Tabel
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Kota Baru di Wilayah Karawang Bagian
Selatan Tahun 2011-2013
No.

Lapangan Usaha

1

Pertanian

2

Pertambangan dan Penggalian

3

Industri Pengolahan

4

Listrik, Gas dan Air Bersih

5

Bangunan

2011

2012

2013

74,292.34

76,795.32

87,290.52

-

147,184.24

-

153,302.68
-

220,956.06

-

171,469.85
-

275,605.49

-

319,013.46

No.

Lapangan Usaha

6

Perdagangan, Hotel dan Restoran

7

Pengangkutan dan Komunikasi

8

Bank dan Lembaga Keuangan

9

Jasa-Jasa

Produk Domestik Regional Bruto

2011

2012

2013

507,589.89

531,267.92

673,849.38

80,652.28

84,094.60

96,443.03

20,631.94

27,865.38

35,132.32

163,992.40

183,291.46

201,484.73

1,215,299.14

1,332,222.85

1,584,683.29

Sumber : Buku PDRB Kabupaten Karawang Tahun 2013

Gambar
Distribusi Persentase Total PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Kota Baru di
Wilayah Karawang Bagian Selatan Tahun 2011-2013

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Bank dan Lembaga Keuangan

Jasa-Jasa
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Berdasarkan grafik distribusi persentase diatas, maka didapatkan bahwa
lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar pada PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2011 – 2013 yaitu lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran

yaitu sebesar 42 persen. Sedangkan lapangan usaha yang memberikan kontribusi
terkecil yaitu lapangan usaha pertambangan dan penggalian dan listrik, gas dan air
berish yaitu 0 persen.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis panel data diatas bahwa
1. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien determinasi atau R- Square (R²)
sebesar 0,9992 yang berarti 99,92 persen PDRB di Karawang Bagian Selatan secara
bersama-sama dapat dijelaskan oleh variabel dari keempat variabel independen
pertanian, industri , bangunan dan perdagangan. Sedangkan sisanya 0,1 persen
dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang tidak termasuk dalam penelitian.
2. Hasil yang diperoleh dari Adjust R-squaed yaitu nilai (99,96) >(9,99), keputusannya
adalah Hipotesis nol (Ho) ditolak dan Hipotesis alternative (Ha) diterima. Artinya
bahwa seluruh variable terikat memiliki pengaruh terhadap variable bebas yaitu,
berpengaruh sebesar 99% terhadap resiko sistematis. Sedangkan 1% nya adalah pada
variable lain diluar dari variable kajian.
3. PDRB =3432886C- 16.35091PERT-1.830043INDS+6.439227BANG + 1.320965PERDG
+E

Keterangan :
PERT : PERTANIAN
INDS : INDUSTRI
BANG : BANGUNAN
PERDG : PERDAGANGAN
Ƹ : eror

Hasil Fixxed Effect Model PDRB

No

Variabel

Slope

Keterangan

1

C

3432886

Coefisien bernilai positif, artinya semakin
besar nilai coefisien maka semakin besar
niai PAD

2

Pert

- 16.35091

Nilai Pertanian bernialai Negatif, artinya
semakin kecil nilai Pertanian maka
semakin besar nilai PDRB

3

Inds

-1.830043

Nilai Industri bernialai Negatif, artinya
semakin kecil nilai Industri maka
semakin besar nilai PDRB

4

Bang

6.439227

Nilai Bangunan bernialai positif, artinya
semakin besar nilai Bangunan maka
semakin besar nilai PDRB

5

Perdg

1.320965

Nilai Perdagangan bernialai positif,
artinya semakin besar nilai Perdagangan
maka semakin besar nilai PDRB

Sumber : Hasil Analisis 2016

Hasil Fixxed Effect Model adalah untuk menjelaskan perbedaan intersep anatar
variabel penelitian dan nilai cooeficient slope adalah konstan dalam kurun waktu
tertentu. Berdasrkan hasil analisis variabel – varieabel Pendapatan Asli 11

Daerah bahwa variabel – variabel Pendapatan Asli Daerah dalam kurun waktu

Sembilan tahun memiliki nilai pengaruh yang berbeda beda.

Tabel
Hubungan Variabel Bebas Terhadap PDRB
No

Variabel

Hubungan Yang ditentukan

Keterangan

1

C

Positif (+)

Signifikan

2

Pert

Negatif (-)

Signifikan

3

Inds

Negatif (-)

Signifikan

4

Bang

Positif (+)

Signifikan

5

Perdg

Positif (+)

Signifikan

Hasil Fixed Effect Model dari PDRB

menunjukan bahwa nilai intersep dari

variabel - variabel penelitian memiliki penagruh besar dan kecil terhadap PDRB.
Dimana variabel yang memiliki nilai intersep positif memiliki pengaruh terhadap besar
nilai Pendapatan Asli Daerah, sedangkan intersep nilai negartif memiliki pengaruh
terhadap besar nilai PDRB jika nilainya semakin kecil. Hasil Fixed Effect Model dari
PDRB menunjukan bahwa nilai intersep dari variabel penelitian memiliki penagruh
besar dan kecil terhadapPDRB. . Dimana variabel yang memiliki nilai intersep positif
memiliki pengaruh terhadap besar nilai PDRB, sedangkan intersep nilai negartif
memiliki pengaruh terhadap besar nilai PDRB jika nilainya semakin kecil.
Dari model diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Model Efek Tetap (MET) menunjukan adanya hubungan positif antara perubahan pajak
Pertanian, Industri, Bangunan, dan Perdaganngan dengan perubahan PDRB
2. Kecamatan yang memiliki rata – rata perubahan PDRB terbesar adalah Kecamatan
Cikampek.
3. Sedangkan yang memiliki rata – rata perubahan PDRB kecil adalah Kecamatan Kota Baru.