POLLING SMS PREMIUM DALAM AJANG PENCARIA
Komunikasi Massa
POLLING SMS PREMIUM DALAM AJANG PENCARIAN BAKAT
SEBAGAI ALAT PENGERUK KEUNTUNGAN OLEH MEDIA
TELEVISIDI INDONESIA
Oleh :
RENANDA KHAIRUNA PURBA
147045004
MAGISTER ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
Pendahuluan
Ajang pencarian bakat yang ditayangkan di televisi sangat menarik minat masyarakat Indonesia.
Banyak yang rela mengorbankan sebagian besar waktunya untuk menonton acara tersebut hingga
berjam-jam, hanya untuk mengetahui siapa yang akan tereliminasi pada pekan ini. Ajang
pencarian bakat seperti Indonesia Mencari Bakat (IMB), X-Factor, Indonesian Idol, Masterchef
Indonesia, Akademi Fantasi, KDI, The Master, Stand Up Comedy Indonesia dan lain-lain telah
berhasil menyihir khalayak.
Ajang pencarian bakat bukan merupakan hal baru di Indonesia. Jika menoleh sedikit ke
belakang, akan diketahui bahwa jenis tayangan ini telah dirintis, bahkan jauh sebelum televisi
marak digunakan di Indonesia. Radio Republik Indonesia (RRI) telah menjadi pelopor pencarian
bakat oleh media massa di Indonesia melalui acara Bintang Radiopada era 1970 hingga 1990 an.
Namun, semenjak televisi mulai menampilkan warna warninya, Bintang Radio mengalami
penurunan popularitas hingga akhirnyatenggelam. Sayangnya, ajang pencarian bakat justru
semakin berkembang dan bertransformasi ke bentuk audio-visual yang ditawarkan oleh televisi.
Diawali oleh kesuksesan Akademi Fantasi (AFI) yang ditelurkan oleh Indosiar, ajang pencarian
bakat lainnya pun muncul dengan nama dan mekanisme yang beragam. Berbagai stasiun televisi
di Indonesia berlomba-lomba menghadirkan tayangan berupa ajang pencarian bakat, yang
diketahui masyarakat bertujuan untuk menghasilkan bintang baru yang akan bersinar di industri
hiburan Tanah Air Indonesia.
Namun, apakah benar semua pemenang dan kontestan ajang pencarian bakat akan menjadi
superstar? Jawabannya adalah tidak. Memang, mereka akan diuntungkan secara materiil oleh
hadiah yang diberikan oleh penyelenggara. Selain itu, kontestan juga akan mendapatkan
pengalaman baru serta memiliki peluang menjadi terkenal yang cukup besar. Hanya saja, telah
menjadi rahasia umum bahwa pemenang ajang pencarian bakat bukanlah seseorang dengan bakat
dan kemampuan yang paling baik di antara semua kontestan yang ada, karena mekanisme
penjurian menggunakan sistem polling SMS yang menjadikan pemenang ajang pencarian bakat
ditentukan oleh kuantitas dukungan, bukan kualitas bakat yang dimiliki. Akibatnya, banyak
pemenang ajang pencarian bakat yang tidak dapat bersaing di industri hiburan Indonesia, bahkan
beberapa di antaranya kembali menjadi orang biasaseperti Very AFI atau kalah tenar dari sesama
pesaing / kontestan lainnya seperti Mike Idol yang karirnya tidak setenar Judika Idol.
Jadi, apakah ajang pencarian bakat tersebut masih relevan keberadaannya? Mengapa masih terus
ada ajang pencarian bakat dengan nama baru yang semakin beragam, jika memang pemenang
ajang tersebut justru terpuruk karirnya saking kerasnya persaingan yang ada di dunia
entertainment? Makalah ini akan membahas dan mengupas tentang fenomena ajang pencarian
bakat melalui pendekatan kritis yang dipelopori oleh Karl Marx. Pendekatan ini melihat bahwa
dalam kehidupan masyarakat terdapat hubungan yang kontradiktif.Marx membagi masyarakat
menjadi dua kelas yaitu kelas borjuis (penguasa faktor produksi) dan proletar (kelas
pekerja).Pada masyarakat selalu terdapat hubungan eksploitatif, dimana kaum borjuis dengan
kekuasaannya dapat sesuka hati mengeksploitasi kaum proletar.Namun, kaum proletar yang
merupakan kaum mayoritas, tidak menuntut balik dikarenakan adanya kesadaran palsu yang
diciptakan kaum borjuis melalui pola pikir, life style dan lain-lain.Sebagai contoh dalam kasus
ini adalah kaum borjuis (penyelenggara ajang pencarian bakat dan pemilik operator seluler)
menanamkan dalam benak masyarakat bahwa dengan mengikuti ajang pencarian bakat, maka
masyarakat akan menjadi terkenal dan kaya raya atau dengan menciptakan idola baru yang rela
dibela dan didukung sehingga melalui SMS sebanyak-banyaknya, maka idola tersebut akan
menang dan memperoleh tujuannya. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah keuntungan bernilai
milyaran hingga trilyunan rupiah, justru masuk ke dalam kantong kaum borjuis tersebut.Kondisi
ini tentu membuktikan pernyataan McQuail (2005) bahwa sebagian besar media didirikan
dengan motif ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan media itu sendiri dan bukan
untuk kepentingan publik.
Pembahasan
A.
Mekanisme Ajang Pencarian Bakat
Bakat, dalam ajang pencarian bakat dapat berupa apa saja, seperti menyanyi, memasak, sulap,
ceramah dan lain-lain. Penyaringan kontestan atau proses audisi dilakukan di beberapa kota
besar di Indonesia. Para kontestan biasanya antri berjam-jam agar dapatmenunjukkan bakat
mereka pada juri. Bagi peserta yang lolos seleksi, maka akan diadu kembali hingga hanya tersisa
kira-kira 15 orang kontestan yang nantinya akan tampil di panggung ajang pencarian bakat.
Setelah tersisa sedikit kontestan, maka akan diadakan karantina dimana televisi akan
menampilkan keseharian kontestan yang menunjukkan latar belakang kehidupan, kepribadian,
kemahiran, kelebihan dan kekurangan para kontestan sehingga publik menjadi simpati dan
menggemari kontestan pilihan mereka. Para kontestan juga akan menerima pelatihan, seperti
pelatihan vocal dan koreografi (jika mereka mengikuti ajang pencarian bakat menyanyi) dan
mendapatkan bimbingan dari mentor yang merupakan artis terkenal.
Babak selanjutnya adalah babak penyisihan atau disebut juga dengan babak eliminasi. Setiap
minggunya, peserta akan menampilkan bakatnya di layar kaca serta meminta dukungan polling
SMS kepada masyarakat karena jika jumlah pollingmereka rendah, maka mereka akan
dipulangkan ke daerahnya masing-masing. Jadi, disinilah peran keluarga, fans dan pendukung
calon bintang tersebut diperlukan, yaitu untuk mengirimkan dukungan melalui polling SMS
Premium hingga nanti terpilih dua kontestan yang akan maju ke tahap Grand Final.Memang,
terdapat juri dan komentator dalam ajang ini, yang sebagian di antaranya memiliki hak untuk
menarik kembali kontestan yang gugur akibat polling rendah.Namun, juri utama tetaplah pemirsa
yang mengirimkan dukungannya melalui SMS premium.
Pada tahap Grand Final, peserta yang terpilih akan menampilkan bakat terbaik mereka agar bisa
memperoleh dukungan terbanyak dari pemirsa. Pemenangnya tentu saja kontestan yang paling
banyak menarik hati masyarakat.Hal tersebut dinilai berdasarkan banyaknya jumlah polling yang
diterima kontestan tersebut.Tawaran hadiah utama yang menggiurkan serta iming-iming
popularitas melalui pemberitaan di media secara terus menerus selama ajang berlangsung,
menjadi daya tarik tersendiri yang membuat masyarakat menyukai acara bertajuk pencarian
bakat sehingga rating untuk acara ini selalu tinggi.Heryanto (2008) menemukan bahwa banyak
masyarakat melihat program pencarian bakat sebagai suatu pembelajaran gratis yang membuat
mereka ingin berkarir di dunia entertainment.Masih menurut Heryanto (2008), hal ini terjadi
karena ada suatu persepsi bahwa setiap orang bisa menjadi terkenal dengan mengikuti ajang
pencarian bakat.
B.
Promosi Daerah Melalui Ajang Pencarian Bakat
Setiap kontestan dalam mewujudkan impiannya menjadi pemenang ajang pencarian bakat, akan
mengupayakan berbagai macam cara. Salah satu cara yang tergolong kreatif adalah dengan
memanfaatkan daerah asal, tanah kelahiran maupun tempat tinggal mereka. Bagi kontestan yang
berasal dari kota besar, tidak terlalu dapat mempengaruhi masyarakat daerah asalnya. Namun
jika kontestan tersebut berasal dari daerah tingkat II seperti Kabupaten dan Kota Kecil, maka
masyarakat daerahnya akan sangat dapat dipengaruhi untuk mendukung peserta ajang pencarian
bakat tersebut.
Bukan hanya masyarakatnya saja yang terpengaruh, tidak jarang pejabat daerah juga tersihir
dengan iming-iming promosi daerah oleh media sehingga mereka ikut mendukung kontestan asal
daerahnya.Dukungan yang diberikan pun tidak tanggung-tanggung. Pemerintah daerah sering
mengadakan acara nobar (nonton bareng) di alun-alun kota atau di rumah pejabat setempat yang
tentunya mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Selain itu, sering juga terdapat pejabat
perwakilan daerah yang hadir dalam ajang pencarian bakat untuk menunjukkan dukungannya
pada kontestan yang mewakili daerahnya.Berkat turun tangan pemimpin daerah tersebut, polling
SMS yang diperoleh kontestan yang didukung bisa melambung tinggi.
Sebagai balasan atas dukungan pemerintah, media pun melakukan tugasnya yaitu sebagai alat
promosi daerah. Sebagai contoh adalah saat ajang pencarian bakat D’Academy (Dangdut
Academy) yang disiarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta menyebutkan asal daerah Aty,
yakni Kabupaten Selayar. Selama ini, hanya disebutkan bahwa Aty berasal dari Makassar,
Sulawesi Selatan karena Ia lolos dari audisi Makassar. Selama lolos menjadi finalis, Aty yang
memiliki logat khas Selayar sering mempromosikan daerahnya tersebut secara tidak
langsung.Bahkan,
Aty
mengadakan
konser
di
Selayar
dengan
tujuan
menggalang
dukungan.Konser tersebut diliput dan disiarkan oleh berita infotainment nasional sehingga
Selayar yang tadinya tidak dikenal oleh Indonesia, seketika menjadi populer dan menarik minat
investor yang kemudian berdatangan menawarkan investasi di Kabupaten Selayar.Oleh
pemerintah setempat, Aty dinobatkan menjadi duta pariwisata Kepulauan Selayar.
Selain Aty, dampak secara tidak langsung dialami oleh seorang blogger yang mempromosikan
daerah Pinrang. Beberapa saat setelah Aidil yang berasal dari Pinrang lolos menjadi finalis
kontes dangdut terbesar di Indonesia KDI 2015, kata kunci pencarian tentang Pinrang yang
merujuk pada blog tersebut meningkat drastis.Kata kunci yang paling dominan adalah wisata
Pinrang, adat istiadat Pinrang dan makanan khas Pinrang.Begitulah kekuatan media massa,
namun keuntungan yang media peroleh jauh lebih besar. Rinciannya akan dibahas dalam sub bab
berikutnya.
C.
Raup Milyaran Rupiah Melalui Polling SMS Premium dalam Ajang Pencarian
Bakat
SMS (Short Message Service) atau layanan pesan singkat premium adalah sebuah layanan ponsel
yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai berita, dunia
hiburan, olahraga, artis idola, zodiak, undian berhadiah, memperoleh nada sambung pribadi dan
bahkan untuk memilih peserta favorit dalam ajang pencarian bakat di televisi. SMS premium ini
merupakan sebuah perkembangan teknologi komunikasi dimana hanya dengan mengirim SMS
ke 4 digit angka yang mudah diingat, kita sudah dapat mengakses layanan tersebut.
Layanan SMS premium dapat terselenggara dengan adanya kerja samaantara operator
telekomunikasi dan content provider. SMS premium memulai perkembangannnya saat teknologi
SMS sedang merajalela dan berhasil menggeser layanan premium call yang dulunya membanjiri
pasar. Awalnya, layanan SMS premium, hanya digunakan untuk keperluan voting saja, namun
belakangan layanan ini semakin berkembang dengan konten yang beragam serta menarik.
Secara garis besar, proses kerja SMS premium dapat digambarkan sebagai berikut :
– Pelanggan mengirim SMS ke sebuah nomor khusus. SMS tersebut kemudian diterima oleh
SMS Center operator seluler.
– Operator seluler meneruskan SMS tersebut pada Content Provider. Operator sendiri dapat
bertindak sebagai Content Provider, namun biasanya bagian ini melibatkan pihak
perusahaan rekanan.
–
Content Providerselanjutnya mengolah SMS tersebut dan hasilnya dikembalikan ke
operator seluler.
– Operator seluler kemudian meneruskan hasil proses Content Provider tersebut menjadi
SMS balasan bagi pelanggan.
Untuk menggunakan layanan ini, penyelenggara harus memiliki short number yang biasanya
terdiri dari 4 digit atau dikenal juga dengan sebutan ADN (Abbreviated Dialling Number). Secara
umum, tipe layanan berbasis SMS ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. SMS Pullyaitu layanan SMS berbasis request. Jadi, hanya ketika diminta maka informasi
via SMS akan dikirim ke pengguna ponsel. Layanan ini biasa digunakan oleh kuis,
polling ajang pencarian bakat atau information on demand.
2. SMS Push adalah layanan berbasis langganan dengan cara pendaftaran terlebih dahulu.
Biasanya layanan ini didahulukan dengan mengirimkan ‘REGinfo’ ke short
number milik penyelenggara konten. Selanjutnya secara rutin, penyelenggara konten
akan mengirimkan SMS ke pelanggan. Pelanggan dapat berhenti dengan melakukan
permohonan ‘UNREGinfo’ kepada short number penyelenggara konten.
Metode pentarifan yang digunakan pada layanan ini juga ada dua yakni MO (Mobile
Originating) dan MT (Mobile Terminating). MO berarti tarif akan langsung dikenakan begitu
pelanggan mengirimkan SMS. Sedangkan pada MT, tarif akan dikenakan begitu pelanggan
mendapatkan kontennya atau begitu SMS balasan diterima. Tentang penerapan tarif dan berapa
hasil yang diperoleh oleh content provider(penyedia layanan),tergantung dari ketentuan dan
kesepakatan dengan pihak operator. Tetapi yang jelas, untuk layanan SMS ini, operator akan
menetapkan biaya bearer sebelum jumlah bagi hasil ditentukan. Misal:tarif layanannya adalah
Rp.2000,-. Jumlah yang akan didapatkan oleh content provider adalah Rp.2000,- dikurangi biaya
bearer SMS (sesuai ketentuan) yaitu Rp.350,- jadi sisanya adalah Rp.1650,- yang kemudian
dibagi sesuai dengan perjanjian bagi hasilnya. Jika aturan bagi hasil adalah fifty – fifty maka baik
penyedia layanan maupun operator seluler akan mendapatkan Rp. 825,- per SMS.
Layanan ini dilansir sering merugikan konsumen yang mengalami kesulitan saat penghentian
layanan (UNREG).Selain itu, banyak pihak yang berpendapat bahwa layanan ini lebih banyak
digunakan sebagai mesin uang saja karena tidak adanya timbal balik.Seperti misalnya para
konsumen yang mengikuti kuis atau undian melalui SMS premium.Mereka tidak diberi
pemberitahuan mengenai status menang atau kalah dalam undian tersebut.Contoh lainnya adalah
dalam polling ajang pencarian bakat. Pendukung yang kritis pasti akan mempertanyakan apakah
SMS dukungannya telah diproses karena jumlah dukungan dalam ajang-ajang tersebut hanya
ditampilkan dalam bentuk presentase saja, bukan angka real mengenai SMS yang dikirimkan.
Kembali dalam konteks polling SMS premium dalam ajang pencarian bakat, baik itu content
provider (dalam hal ini adalah penyelenggara acara seperti stasiun televisi maupun produser) dan
operator seluler (seperti telkomsel, xl, indosat, axis dan lain-lain) sama-sama memperoleh
keuntungan yang sangat besar dari bagi hasil polling tersebut.Menurut taksiran Badan Regulasi
Telekomunikasi Indonesia (BRTI), satu kuis yang ditayangkan di televisi bisa melibatkan sekitar
300.000 SMS. Bahkan pada tahun 2006,Grand FinalIndonesian Idol dikabarkanmenerima
sekitar 2,7 juta SMS polling. Apabila tarifnya Rp. 2000,-/sms, maka pengusaha yang terlibat
pada malam itu bisa meraup pendapatan Rp. 5,4 milyar. Jumlah sebesar itu hanya berasal dari
satu acara dan hanya dalam satu malam saja.Namun, seperti yang diketahui, pemirsa
diperbolehkan
mengirimkanpollingSMS
premium
setiap
hari
selama
acara
tersebut
diselenggarakan (yang 1 periodenya berkisar selama kurang lebih 3 bulan) atau sampai pada
batas eliminasi peserta yang didukung.Belum lagi efek promosi daerah yang menyebabkan
masyarakat dan pejabat dari daerah tertentu berkontribusi dalam hal mengirim SMS premium
sebanyak-banyaknya agar kontestan yang mewakili daerahnya menang.Jika dihitung kembali
secara kasar, bukan tidak mungkin para pengusaha tersebut memperoleh trilyunan rupiah.
D.
Teori Hegemoni Media dan Teori Ekonomi Politik Media
Fenomena besarnya minat masyarakat Indonesia pada ajang pencarian bakat, dapat dikaji
menggunakan salah satu teori dalam ilmu Komunikasi Massa yaitu Teori Hegemoni Media.Teori
Hegemoni Media merupakan sebuah teori yang digunakan untuk mengungkap realita palsu yang
dibuat oleh media (Littlejohn & Foss, 2008). Terkait dengan program ajang pencarian bakat yang
populer di dunia pertelevisian tanah air, realita palsu yang berusaha dipersuasikan media kepada
masyarakat adalah bahwa program ajang pencarian bakat menjanjikan masa depan cerah bagi
orang-orang yang ingin terkenal dan terjun ke dunia entertainment.
Banyaknya orang yang mengikuti program ajang pencarian bakat tersebut membuktikan bahwa
media berhasil menanamkan ideologi palsunya kepada masyarakat.Padahal kenyataannya
menjadi sosok terkenal dan entertainer sukses tidak semudah seperti yang ditunjukkan oleh
media.Banyak persaingan yang harus dihadapi. Persaingan tersebut bukan hanya dengan sesama
kontestan, bahkan orang-orang yang telah lama malang melintang di dunia entertainment tanah
air saja bisa tergeser dominasinya.Apalagi pendatang baru yang minim pengalaman dan menang
hanya karena banyaknya jumlah polling SMS yang diterimanya, bukan berdasarkan kualitas
orang tersebut.
Hal ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya alumni ajang pencarian bakat yang bisa benar-benar
sukses berkarir di dunia entertainment Indonesia.Contohnya adalah ajang Indonesian Idol.Dapat
dihitung jumlah jebolan kontes ini yang sukses berkarir di dunia entertainment tanah air,
diantaranya Judika, Citra Scholastika, Mike Muhedey, Regina, Fatin dan Delon.Sisanya tidak
pernah lagi terdengar kabar beritanya.Setelah kontes yang mereka ikuti berakhir, sudah tidak
pernah terdengar lagi namanya di industri hiburan tanah air.Sementara jika dijumlah, biaya yang
dikeluarkan keluarga dan penggemar kontestan untuk mengirimkan dukungan melalui SMS
premium tidak bisa dibilang sedikit.
Selain teori hegemoni media, fenomena ajang pencarian bakat yang meramaikan wajah
pertelevisian Indonesia, juga dapat dianalisis menggunakan teori yang terletak pada ranah kritis
yaitu Teori Ekonomi Politik Media. Arianto (2011) mengemukakan bahwa ekonomi politik
awalnya dipengaruhi oleh pemikiran Marxis tentang ekonomi, yang membahas cara dimana basis
ekonomi masyarakat menjadi penentu struktur sehingga berpengaruh pada ruang budaya dan
politik masyarakat, tenaga kerja, pembagian kerja, kepemilikan, mode produksi, pentingnya
struktur kelas dan perjuangan. Selanjutnya Mosco (1996) juga berpendapat bahwa ekonomi
politik merupakan sebuah studi hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan, yang meliputi
produksi, distribusi dan konsumsi sumber daya, termasuk sumber daya komunikasi.
Jika dihubungkan dengan pembahasan sebelumnya mengenai proses produksi program ajang
pencarian bakat di Indonesia saat ini, maka nantinya yang akan lebih banyak dibahas adalah
mengenai pengendalian pasar yang dilakukan media. Dimmick & Rothenbuhler (dalam Agung,
2011) mengemukakan bahwa ada tiga sumber kehidupan bagi media.Pertama, content atau isi
yang disajikan media, seperti program acara televisi, berita dan lain sebagainya. Lalu yang kedua
adalah capital, yang berhubungan dengan sumber dana bagi media untuk menjalankan
manajemennya. Terakhir yaitu audience yang merupakan segmen yang dituju oleh suatu
media.Tiga sumber tersebutlah yang kemudian menjadi pertimbangan bagi media untuk
membuat kebijakan atau langkah dalam manajemennya, termasuk dalam pembuatan program
acara dimana program acara yang dibuat harus mempertimbangkan keseimbangan dan
keselarasan antara tiga poin di atas agar dapat menghasilkan program acara yang
menguntungkan.
Agung (2011) mengemukakan bahwa dalam perspektif ekonomi politik, proses produksi
program acara maupun berita tidak berbeda seperti relasi ekonomi yang ditempatkan sebagai alat
atau komponen yang menghasilkan keuntungan dan peningkatan modal bagi media massa. Bila
diasumsikan secara sederhana, isi media lebih diatur oleh kekuatan ekonomi media.Kemudian
lebih jauh lagi pada pendekatan ekonomi politik kritis menempatkan aspek pengendalian pasar
pada posisi yang beragam dan ketidaksamaan posisi ini menyebabkan dominasi satu kelompok
kerja atas kelompok kerja lainnya. Dominasi biasanya dilakukan oleh pemilik kepentingan
terbesar dalam media massa yaitu pemilik media, operator seluler atau pihak pengiklan.
Sedangkan bidang produksi hanya menampilkan tayangan sesuai dengan arahan pemilik media
dan penonton atau masyarakat hanya pasif menerima tayangan yang disajikan di media massa.
Kondisi pertelevisian Indonesia saat ini sesuai dengan penggambaran di atas.Hal tersebut terlihat
dari semakin tidak beragamnya tayangan yang ada di televisi Indonesia. Media saat ini lebih
cenderung menyajikan acara atau program yang banyak diminati oleh masyarakat yang dinilai
berdasarkan rating acara sehingga media berbondong-bondong memproduksi program serupa
untuk berusaha mendapatkan rating tinggi yang bisa mendatangkan banyak pengiklan di
medianya. Tujuannya adalah memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
Hampir semua media televisi di Indonesia memiliki program ajang pencarian bakat dalam bidang
yang berbeda-beda. Tujuan utama media yang sebenarnya bukanlah mencetak bintang baru,
namun berusaha merebut perhatian masyarakat sehingga media memperoleh rating tinggi dan
mendapat keuntungan yang besar dari pengiklan yang menggunakan jasa media tersebut. Selain
dari iklan, polling SMS premium yang dikirimkan oleh masyarakat juga turut serta menyumbang
dana yang sangat besar bagi pemasukan media. Oleh karena itu, media berusaha menginovasi
konsep yang berbeda-beda pada program ajang pencarian bakatnya, walaupun secara garis besar
inti dari acaranya adalah samanamun agar bisa bersaing dengan media lain yang mempunyai
program serupa.Contohnya adalah dengan menghadirkan juri khusus di bidang fashion yang
bertugas mengomentari busana yang dikenakan para kontestan.Pada tahap ini media sudah tidak
lagi memikirkan apakah program yang mereka sajikan bermanfaat atau tidak bagi masyarakat,
namun bagaimana cara agar media dapat membuat acara yang diminati masyarakat sehingga
memperoleh keuntungan yang besar.
E.
Solusi
Melihat pemaparan di atas, penting bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk memiliki
kecerdasan dalam bermedia atau disebut juga literasi media.Literasi media adalah suatu bentuk
pembelajaran dan pemahaman media bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat berfikir kritis
terhadap segala informasi yang mereka peroleh dari media.Literasi media merupakan sesuatu
yang sangat diperlukan masyarakat pada era banjir informasi seperti sekarang ini.Apalagi jika
melihat kondisi media yang kontennya tidak lagi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat,
utamanya adalah program ajang pencarian bakat yang akhir-akhir ini banyak menghiasi layar
kaca Indonesia.
Hal ini diperlukan agar masyarakat tidak termakan realita palsu yang dikonstruksi oleh media
dimana program ajang pencarian bakat semacam ini seolah menjanjikan karir sukses di dunia
entertainment bagi peserta yang mengikutinya.Padahal kenyataannya tidak demikian, justru
realita yang diciptakan media tersebut hanyalah angin semu dan para peserta ajang pencarian
bakat tersebut sesungguhnya hanyalah alat bagi media yang bersangkutan untuk memperoleh
keuntungan yang jauh lebih besar.Disinilah dibutuhkan peran dari pemerintah, yaitu sebagai
edukator bagi masyarakat agar bisa menjadi pengontrol terhadap media, bukan dikontrol oleh
media.Bukannya malah ikut terpengaruh oleh hasutan media. Pemerintah juga dapat melakukan
sosialisasi mengenai literasi media pada masyarakat danmenerbitkan peraturan yang pro
masyarakat Indonesia, bukan pro pada pengusaha yang rela melakukan segala cara untuk
mengeruk keuntungan.
Penutup
Berbagai maksud di balik ajang pencarian bakat telah dikupas di bab sebelumnya. Jika terdapat
kekurangan dalam ajang pencarian bakat, tentu ada pula kelebihannya.Tidak bisa dipungkiri
bahwa ajang pencarian bakat menghadirkan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat
Indonesia khususnya di bidang produksi dalam pertelevisian. Kru-kru, ahli sound system,
cameramen, videographer, tim kreatif dan lain sebagainya berhasil hidup melalui acara ini.
Selain itu, bagi kontestan ajang pencarian bakat yang memang berbakat namun tidak
memenangkan ajang tersebut, dapat dilirik oleh pihak manajemen artis yang dapat membantu
mengorbitkan dirinya.Contohnya adalah Judika, yang berhasil masuk ke dalam manajemen
Republik Cinta milik Ahmad Dhani.
Saat ini, sistem voting semakin berkembang.Dengan adanya internet, seorang pendukung bisa
saja mengunduh aplikasi yang memungkinkannya memvote tanpa mengeluarkan biaya sebesar
biaya SMS premium.Namun tentu saja, tetap diharapkan bahwa pemenang ajang pencarian bakat
haruslah memang orang yang tepat, pantas dan layak sehingga bisa bertahan maupun bersaing
dalam kerasnya dunia entertainment.
Media massa, khususnya televisi memiliki peran yang besar dalam membentuk karakter bangsa.
Oleh karena itu, tayangan televisi seharusnya menampilkan sesuatu yang bersifat edukatif dan
informatif dengan catatan informasi yang benar dan berguna.Namun, dibalik itu banyak
kepentingan yang harus dipenuhi olehnya, sehingga peran utama televisi tidak dapat berjalan
dengan baik.Ada berbagai macam pihak, diantaranya pemilik kekuasaan dan pemilik sumber
daya yang diuntungkan melalui beragam acara yang ditampilkan di televisi.Makalah ini
bertujuan untuk menimbulkan kesadaran akan hal tersebut yang tentunya sangat diperlukan
dalam menyikapi tindak tanduk media dan tidak terpengaruh oleh konstruksi media.
Daftar Pustaka
Buku
Heryanto, Ariel (ed). 2008. Popular Culture in Indonesia : Fluid Identities in Post-Authoritarian
Politics. London dan Newyork : Routledge.
Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2008. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika.
Mc.Quail, Dennis. 2002. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Mosco, Vincent. 1996. The Political Economy of Communication. London : Sage Publication
Ltd.
Jurnal
Agung, Machyudin. 2011. Ekonomi Politik Media Televisi Swasta Nasional, 5(20), 1-95.
Arianto. 2011. Ekonomi Politik Lembaga Media Komunikasi, l (2), 2088 – 981x.
Internet
http://kaskus.com/kumpulan-ajang-pencarian-bakat-yang-pernah-ada-di-Indonesia/, diakses pada
tanggal 24 Juni 2015 pukul 21.44
http://wikipedia.com/sms-premium/, diakses pada tanggal 24 Juni 2015 pukul 22.04
POLLING SMS PREMIUM DALAM AJANG PENCARIAN BAKAT
SEBAGAI ALAT PENGERUK KEUNTUNGAN OLEH MEDIA
TELEVISIDI INDONESIA
Oleh :
RENANDA KHAIRUNA PURBA
147045004
MAGISTER ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
Pendahuluan
Ajang pencarian bakat yang ditayangkan di televisi sangat menarik minat masyarakat Indonesia.
Banyak yang rela mengorbankan sebagian besar waktunya untuk menonton acara tersebut hingga
berjam-jam, hanya untuk mengetahui siapa yang akan tereliminasi pada pekan ini. Ajang
pencarian bakat seperti Indonesia Mencari Bakat (IMB), X-Factor, Indonesian Idol, Masterchef
Indonesia, Akademi Fantasi, KDI, The Master, Stand Up Comedy Indonesia dan lain-lain telah
berhasil menyihir khalayak.
Ajang pencarian bakat bukan merupakan hal baru di Indonesia. Jika menoleh sedikit ke
belakang, akan diketahui bahwa jenis tayangan ini telah dirintis, bahkan jauh sebelum televisi
marak digunakan di Indonesia. Radio Republik Indonesia (RRI) telah menjadi pelopor pencarian
bakat oleh media massa di Indonesia melalui acara Bintang Radiopada era 1970 hingga 1990 an.
Namun, semenjak televisi mulai menampilkan warna warninya, Bintang Radio mengalami
penurunan popularitas hingga akhirnyatenggelam. Sayangnya, ajang pencarian bakat justru
semakin berkembang dan bertransformasi ke bentuk audio-visual yang ditawarkan oleh televisi.
Diawali oleh kesuksesan Akademi Fantasi (AFI) yang ditelurkan oleh Indosiar, ajang pencarian
bakat lainnya pun muncul dengan nama dan mekanisme yang beragam. Berbagai stasiun televisi
di Indonesia berlomba-lomba menghadirkan tayangan berupa ajang pencarian bakat, yang
diketahui masyarakat bertujuan untuk menghasilkan bintang baru yang akan bersinar di industri
hiburan Tanah Air Indonesia.
Namun, apakah benar semua pemenang dan kontestan ajang pencarian bakat akan menjadi
superstar? Jawabannya adalah tidak. Memang, mereka akan diuntungkan secara materiil oleh
hadiah yang diberikan oleh penyelenggara. Selain itu, kontestan juga akan mendapatkan
pengalaman baru serta memiliki peluang menjadi terkenal yang cukup besar. Hanya saja, telah
menjadi rahasia umum bahwa pemenang ajang pencarian bakat bukanlah seseorang dengan bakat
dan kemampuan yang paling baik di antara semua kontestan yang ada, karena mekanisme
penjurian menggunakan sistem polling SMS yang menjadikan pemenang ajang pencarian bakat
ditentukan oleh kuantitas dukungan, bukan kualitas bakat yang dimiliki. Akibatnya, banyak
pemenang ajang pencarian bakat yang tidak dapat bersaing di industri hiburan Indonesia, bahkan
beberapa di antaranya kembali menjadi orang biasaseperti Very AFI atau kalah tenar dari sesama
pesaing / kontestan lainnya seperti Mike Idol yang karirnya tidak setenar Judika Idol.
Jadi, apakah ajang pencarian bakat tersebut masih relevan keberadaannya? Mengapa masih terus
ada ajang pencarian bakat dengan nama baru yang semakin beragam, jika memang pemenang
ajang tersebut justru terpuruk karirnya saking kerasnya persaingan yang ada di dunia
entertainment? Makalah ini akan membahas dan mengupas tentang fenomena ajang pencarian
bakat melalui pendekatan kritis yang dipelopori oleh Karl Marx. Pendekatan ini melihat bahwa
dalam kehidupan masyarakat terdapat hubungan yang kontradiktif.Marx membagi masyarakat
menjadi dua kelas yaitu kelas borjuis (penguasa faktor produksi) dan proletar (kelas
pekerja).Pada masyarakat selalu terdapat hubungan eksploitatif, dimana kaum borjuis dengan
kekuasaannya dapat sesuka hati mengeksploitasi kaum proletar.Namun, kaum proletar yang
merupakan kaum mayoritas, tidak menuntut balik dikarenakan adanya kesadaran palsu yang
diciptakan kaum borjuis melalui pola pikir, life style dan lain-lain.Sebagai contoh dalam kasus
ini adalah kaum borjuis (penyelenggara ajang pencarian bakat dan pemilik operator seluler)
menanamkan dalam benak masyarakat bahwa dengan mengikuti ajang pencarian bakat, maka
masyarakat akan menjadi terkenal dan kaya raya atau dengan menciptakan idola baru yang rela
dibela dan didukung sehingga melalui SMS sebanyak-banyaknya, maka idola tersebut akan
menang dan memperoleh tujuannya. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah keuntungan bernilai
milyaran hingga trilyunan rupiah, justru masuk ke dalam kantong kaum borjuis tersebut.Kondisi
ini tentu membuktikan pernyataan McQuail (2005) bahwa sebagian besar media didirikan
dengan motif ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan media itu sendiri dan bukan
untuk kepentingan publik.
Pembahasan
A.
Mekanisme Ajang Pencarian Bakat
Bakat, dalam ajang pencarian bakat dapat berupa apa saja, seperti menyanyi, memasak, sulap,
ceramah dan lain-lain. Penyaringan kontestan atau proses audisi dilakukan di beberapa kota
besar di Indonesia. Para kontestan biasanya antri berjam-jam agar dapatmenunjukkan bakat
mereka pada juri. Bagi peserta yang lolos seleksi, maka akan diadu kembali hingga hanya tersisa
kira-kira 15 orang kontestan yang nantinya akan tampil di panggung ajang pencarian bakat.
Setelah tersisa sedikit kontestan, maka akan diadakan karantina dimana televisi akan
menampilkan keseharian kontestan yang menunjukkan latar belakang kehidupan, kepribadian,
kemahiran, kelebihan dan kekurangan para kontestan sehingga publik menjadi simpati dan
menggemari kontestan pilihan mereka. Para kontestan juga akan menerima pelatihan, seperti
pelatihan vocal dan koreografi (jika mereka mengikuti ajang pencarian bakat menyanyi) dan
mendapatkan bimbingan dari mentor yang merupakan artis terkenal.
Babak selanjutnya adalah babak penyisihan atau disebut juga dengan babak eliminasi. Setiap
minggunya, peserta akan menampilkan bakatnya di layar kaca serta meminta dukungan polling
SMS kepada masyarakat karena jika jumlah pollingmereka rendah, maka mereka akan
dipulangkan ke daerahnya masing-masing. Jadi, disinilah peran keluarga, fans dan pendukung
calon bintang tersebut diperlukan, yaitu untuk mengirimkan dukungan melalui polling SMS
Premium hingga nanti terpilih dua kontestan yang akan maju ke tahap Grand Final.Memang,
terdapat juri dan komentator dalam ajang ini, yang sebagian di antaranya memiliki hak untuk
menarik kembali kontestan yang gugur akibat polling rendah.Namun, juri utama tetaplah pemirsa
yang mengirimkan dukungannya melalui SMS premium.
Pada tahap Grand Final, peserta yang terpilih akan menampilkan bakat terbaik mereka agar bisa
memperoleh dukungan terbanyak dari pemirsa. Pemenangnya tentu saja kontestan yang paling
banyak menarik hati masyarakat.Hal tersebut dinilai berdasarkan banyaknya jumlah polling yang
diterima kontestan tersebut.Tawaran hadiah utama yang menggiurkan serta iming-iming
popularitas melalui pemberitaan di media secara terus menerus selama ajang berlangsung,
menjadi daya tarik tersendiri yang membuat masyarakat menyukai acara bertajuk pencarian
bakat sehingga rating untuk acara ini selalu tinggi.Heryanto (2008) menemukan bahwa banyak
masyarakat melihat program pencarian bakat sebagai suatu pembelajaran gratis yang membuat
mereka ingin berkarir di dunia entertainment.Masih menurut Heryanto (2008), hal ini terjadi
karena ada suatu persepsi bahwa setiap orang bisa menjadi terkenal dengan mengikuti ajang
pencarian bakat.
B.
Promosi Daerah Melalui Ajang Pencarian Bakat
Setiap kontestan dalam mewujudkan impiannya menjadi pemenang ajang pencarian bakat, akan
mengupayakan berbagai macam cara. Salah satu cara yang tergolong kreatif adalah dengan
memanfaatkan daerah asal, tanah kelahiran maupun tempat tinggal mereka. Bagi kontestan yang
berasal dari kota besar, tidak terlalu dapat mempengaruhi masyarakat daerah asalnya. Namun
jika kontestan tersebut berasal dari daerah tingkat II seperti Kabupaten dan Kota Kecil, maka
masyarakat daerahnya akan sangat dapat dipengaruhi untuk mendukung peserta ajang pencarian
bakat tersebut.
Bukan hanya masyarakatnya saja yang terpengaruh, tidak jarang pejabat daerah juga tersihir
dengan iming-iming promosi daerah oleh media sehingga mereka ikut mendukung kontestan asal
daerahnya.Dukungan yang diberikan pun tidak tanggung-tanggung. Pemerintah daerah sering
mengadakan acara nobar (nonton bareng) di alun-alun kota atau di rumah pejabat setempat yang
tentunya mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Selain itu, sering juga terdapat pejabat
perwakilan daerah yang hadir dalam ajang pencarian bakat untuk menunjukkan dukungannya
pada kontestan yang mewakili daerahnya.Berkat turun tangan pemimpin daerah tersebut, polling
SMS yang diperoleh kontestan yang didukung bisa melambung tinggi.
Sebagai balasan atas dukungan pemerintah, media pun melakukan tugasnya yaitu sebagai alat
promosi daerah. Sebagai contoh adalah saat ajang pencarian bakat D’Academy (Dangdut
Academy) yang disiarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta menyebutkan asal daerah Aty,
yakni Kabupaten Selayar. Selama ini, hanya disebutkan bahwa Aty berasal dari Makassar,
Sulawesi Selatan karena Ia lolos dari audisi Makassar. Selama lolos menjadi finalis, Aty yang
memiliki logat khas Selayar sering mempromosikan daerahnya tersebut secara tidak
langsung.Bahkan,
Aty
mengadakan
konser
di
Selayar
dengan
tujuan
menggalang
dukungan.Konser tersebut diliput dan disiarkan oleh berita infotainment nasional sehingga
Selayar yang tadinya tidak dikenal oleh Indonesia, seketika menjadi populer dan menarik minat
investor yang kemudian berdatangan menawarkan investasi di Kabupaten Selayar.Oleh
pemerintah setempat, Aty dinobatkan menjadi duta pariwisata Kepulauan Selayar.
Selain Aty, dampak secara tidak langsung dialami oleh seorang blogger yang mempromosikan
daerah Pinrang. Beberapa saat setelah Aidil yang berasal dari Pinrang lolos menjadi finalis
kontes dangdut terbesar di Indonesia KDI 2015, kata kunci pencarian tentang Pinrang yang
merujuk pada blog tersebut meningkat drastis.Kata kunci yang paling dominan adalah wisata
Pinrang, adat istiadat Pinrang dan makanan khas Pinrang.Begitulah kekuatan media massa,
namun keuntungan yang media peroleh jauh lebih besar. Rinciannya akan dibahas dalam sub bab
berikutnya.
C.
Raup Milyaran Rupiah Melalui Polling SMS Premium dalam Ajang Pencarian
Bakat
SMS (Short Message Service) atau layanan pesan singkat premium adalah sebuah layanan ponsel
yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai berita, dunia
hiburan, olahraga, artis idola, zodiak, undian berhadiah, memperoleh nada sambung pribadi dan
bahkan untuk memilih peserta favorit dalam ajang pencarian bakat di televisi. SMS premium ini
merupakan sebuah perkembangan teknologi komunikasi dimana hanya dengan mengirim SMS
ke 4 digit angka yang mudah diingat, kita sudah dapat mengakses layanan tersebut.
Layanan SMS premium dapat terselenggara dengan adanya kerja samaantara operator
telekomunikasi dan content provider. SMS premium memulai perkembangannnya saat teknologi
SMS sedang merajalela dan berhasil menggeser layanan premium call yang dulunya membanjiri
pasar. Awalnya, layanan SMS premium, hanya digunakan untuk keperluan voting saja, namun
belakangan layanan ini semakin berkembang dengan konten yang beragam serta menarik.
Secara garis besar, proses kerja SMS premium dapat digambarkan sebagai berikut :
– Pelanggan mengirim SMS ke sebuah nomor khusus. SMS tersebut kemudian diterima oleh
SMS Center operator seluler.
– Operator seluler meneruskan SMS tersebut pada Content Provider. Operator sendiri dapat
bertindak sebagai Content Provider, namun biasanya bagian ini melibatkan pihak
perusahaan rekanan.
–
Content Providerselanjutnya mengolah SMS tersebut dan hasilnya dikembalikan ke
operator seluler.
– Operator seluler kemudian meneruskan hasil proses Content Provider tersebut menjadi
SMS balasan bagi pelanggan.
Untuk menggunakan layanan ini, penyelenggara harus memiliki short number yang biasanya
terdiri dari 4 digit atau dikenal juga dengan sebutan ADN (Abbreviated Dialling Number). Secara
umum, tipe layanan berbasis SMS ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. SMS Pullyaitu layanan SMS berbasis request. Jadi, hanya ketika diminta maka informasi
via SMS akan dikirim ke pengguna ponsel. Layanan ini biasa digunakan oleh kuis,
polling ajang pencarian bakat atau information on demand.
2. SMS Push adalah layanan berbasis langganan dengan cara pendaftaran terlebih dahulu.
Biasanya layanan ini didahulukan dengan mengirimkan ‘REGinfo’ ke short
number milik penyelenggara konten. Selanjutnya secara rutin, penyelenggara konten
akan mengirimkan SMS ke pelanggan. Pelanggan dapat berhenti dengan melakukan
permohonan ‘UNREGinfo’ kepada short number penyelenggara konten.
Metode pentarifan yang digunakan pada layanan ini juga ada dua yakni MO (Mobile
Originating) dan MT (Mobile Terminating). MO berarti tarif akan langsung dikenakan begitu
pelanggan mengirimkan SMS. Sedangkan pada MT, tarif akan dikenakan begitu pelanggan
mendapatkan kontennya atau begitu SMS balasan diterima. Tentang penerapan tarif dan berapa
hasil yang diperoleh oleh content provider(penyedia layanan),tergantung dari ketentuan dan
kesepakatan dengan pihak operator. Tetapi yang jelas, untuk layanan SMS ini, operator akan
menetapkan biaya bearer sebelum jumlah bagi hasil ditentukan. Misal:tarif layanannya adalah
Rp.2000,-. Jumlah yang akan didapatkan oleh content provider adalah Rp.2000,- dikurangi biaya
bearer SMS (sesuai ketentuan) yaitu Rp.350,- jadi sisanya adalah Rp.1650,- yang kemudian
dibagi sesuai dengan perjanjian bagi hasilnya. Jika aturan bagi hasil adalah fifty – fifty maka baik
penyedia layanan maupun operator seluler akan mendapatkan Rp. 825,- per SMS.
Layanan ini dilansir sering merugikan konsumen yang mengalami kesulitan saat penghentian
layanan (UNREG).Selain itu, banyak pihak yang berpendapat bahwa layanan ini lebih banyak
digunakan sebagai mesin uang saja karena tidak adanya timbal balik.Seperti misalnya para
konsumen yang mengikuti kuis atau undian melalui SMS premium.Mereka tidak diberi
pemberitahuan mengenai status menang atau kalah dalam undian tersebut.Contoh lainnya adalah
dalam polling ajang pencarian bakat. Pendukung yang kritis pasti akan mempertanyakan apakah
SMS dukungannya telah diproses karena jumlah dukungan dalam ajang-ajang tersebut hanya
ditampilkan dalam bentuk presentase saja, bukan angka real mengenai SMS yang dikirimkan.
Kembali dalam konteks polling SMS premium dalam ajang pencarian bakat, baik itu content
provider (dalam hal ini adalah penyelenggara acara seperti stasiun televisi maupun produser) dan
operator seluler (seperti telkomsel, xl, indosat, axis dan lain-lain) sama-sama memperoleh
keuntungan yang sangat besar dari bagi hasil polling tersebut.Menurut taksiran Badan Regulasi
Telekomunikasi Indonesia (BRTI), satu kuis yang ditayangkan di televisi bisa melibatkan sekitar
300.000 SMS. Bahkan pada tahun 2006,Grand FinalIndonesian Idol dikabarkanmenerima
sekitar 2,7 juta SMS polling. Apabila tarifnya Rp. 2000,-/sms, maka pengusaha yang terlibat
pada malam itu bisa meraup pendapatan Rp. 5,4 milyar. Jumlah sebesar itu hanya berasal dari
satu acara dan hanya dalam satu malam saja.Namun, seperti yang diketahui, pemirsa
diperbolehkan
mengirimkanpollingSMS
premium
setiap
hari
selama
acara
tersebut
diselenggarakan (yang 1 periodenya berkisar selama kurang lebih 3 bulan) atau sampai pada
batas eliminasi peserta yang didukung.Belum lagi efek promosi daerah yang menyebabkan
masyarakat dan pejabat dari daerah tertentu berkontribusi dalam hal mengirim SMS premium
sebanyak-banyaknya agar kontestan yang mewakili daerahnya menang.Jika dihitung kembali
secara kasar, bukan tidak mungkin para pengusaha tersebut memperoleh trilyunan rupiah.
D.
Teori Hegemoni Media dan Teori Ekonomi Politik Media
Fenomena besarnya minat masyarakat Indonesia pada ajang pencarian bakat, dapat dikaji
menggunakan salah satu teori dalam ilmu Komunikasi Massa yaitu Teori Hegemoni Media.Teori
Hegemoni Media merupakan sebuah teori yang digunakan untuk mengungkap realita palsu yang
dibuat oleh media (Littlejohn & Foss, 2008). Terkait dengan program ajang pencarian bakat yang
populer di dunia pertelevisian tanah air, realita palsu yang berusaha dipersuasikan media kepada
masyarakat adalah bahwa program ajang pencarian bakat menjanjikan masa depan cerah bagi
orang-orang yang ingin terkenal dan terjun ke dunia entertainment.
Banyaknya orang yang mengikuti program ajang pencarian bakat tersebut membuktikan bahwa
media berhasil menanamkan ideologi palsunya kepada masyarakat.Padahal kenyataannya
menjadi sosok terkenal dan entertainer sukses tidak semudah seperti yang ditunjukkan oleh
media.Banyak persaingan yang harus dihadapi. Persaingan tersebut bukan hanya dengan sesama
kontestan, bahkan orang-orang yang telah lama malang melintang di dunia entertainment tanah
air saja bisa tergeser dominasinya.Apalagi pendatang baru yang minim pengalaman dan menang
hanya karena banyaknya jumlah polling SMS yang diterimanya, bukan berdasarkan kualitas
orang tersebut.
Hal ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya alumni ajang pencarian bakat yang bisa benar-benar
sukses berkarir di dunia entertainment Indonesia.Contohnya adalah ajang Indonesian Idol.Dapat
dihitung jumlah jebolan kontes ini yang sukses berkarir di dunia entertainment tanah air,
diantaranya Judika, Citra Scholastika, Mike Muhedey, Regina, Fatin dan Delon.Sisanya tidak
pernah lagi terdengar kabar beritanya.Setelah kontes yang mereka ikuti berakhir, sudah tidak
pernah terdengar lagi namanya di industri hiburan tanah air.Sementara jika dijumlah, biaya yang
dikeluarkan keluarga dan penggemar kontestan untuk mengirimkan dukungan melalui SMS
premium tidak bisa dibilang sedikit.
Selain teori hegemoni media, fenomena ajang pencarian bakat yang meramaikan wajah
pertelevisian Indonesia, juga dapat dianalisis menggunakan teori yang terletak pada ranah kritis
yaitu Teori Ekonomi Politik Media. Arianto (2011) mengemukakan bahwa ekonomi politik
awalnya dipengaruhi oleh pemikiran Marxis tentang ekonomi, yang membahas cara dimana basis
ekonomi masyarakat menjadi penentu struktur sehingga berpengaruh pada ruang budaya dan
politik masyarakat, tenaga kerja, pembagian kerja, kepemilikan, mode produksi, pentingnya
struktur kelas dan perjuangan. Selanjutnya Mosco (1996) juga berpendapat bahwa ekonomi
politik merupakan sebuah studi hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan, yang meliputi
produksi, distribusi dan konsumsi sumber daya, termasuk sumber daya komunikasi.
Jika dihubungkan dengan pembahasan sebelumnya mengenai proses produksi program ajang
pencarian bakat di Indonesia saat ini, maka nantinya yang akan lebih banyak dibahas adalah
mengenai pengendalian pasar yang dilakukan media. Dimmick & Rothenbuhler (dalam Agung,
2011) mengemukakan bahwa ada tiga sumber kehidupan bagi media.Pertama, content atau isi
yang disajikan media, seperti program acara televisi, berita dan lain sebagainya. Lalu yang kedua
adalah capital, yang berhubungan dengan sumber dana bagi media untuk menjalankan
manajemennya. Terakhir yaitu audience yang merupakan segmen yang dituju oleh suatu
media.Tiga sumber tersebutlah yang kemudian menjadi pertimbangan bagi media untuk
membuat kebijakan atau langkah dalam manajemennya, termasuk dalam pembuatan program
acara dimana program acara yang dibuat harus mempertimbangkan keseimbangan dan
keselarasan antara tiga poin di atas agar dapat menghasilkan program acara yang
menguntungkan.
Agung (2011) mengemukakan bahwa dalam perspektif ekonomi politik, proses produksi
program acara maupun berita tidak berbeda seperti relasi ekonomi yang ditempatkan sebagai alat
atau komponen yang menghasilkan keuntungan dan peningkatan modal bagi media massa. Bila
diasumsikan secara sederhana, isi media lebih diatur oleh kekuatan ekonomi media.Kemudian
lebih jauh lagi pada pendekatan ekonomi politik kritis menempatkan aspek pengendalian pasar
pada posisi yang beragam dan ketidaksamaan posisi ini menyebabkan dominasi satu kelompok
kerja atas kelompok kerja lainnya. Dominasi biasanya dilakukan oleh pemilik kepentingan
terbesar dalam media massa yaitu pemilik media, operator seluler atau pihak pengiklan.
Sedangkan bidang produksi hanya menampilkan tayangan sesuai dengan arahan pemilik media
dan penonton atau masyarakat hanya pasif menerima tayangan yang disajikan di media massa.
Kondisi pertelevisian Indonesia saat ini sesuai dengan penggambaran di atas.Hal tersebut terlihat
dari semakin tidak beragamnya tayangan yang ada di televisi Indonesia. Media saat ini lebih
cenderung menyajikan acara atau program yang banyak diminati oleh masyarakat yang dinilai
berdasarkan rating acara sehingga media berbondong-bondong memproduksi program serupa
untuk berusaha mendapatkan rating tinggi yang bisa mendatangkan banyak pengiklan di
medianya. Tujuannya adalah memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
Hampir semua media televisi di Indonesia memiliki program ajang pencarian bakat dalam bidang
yang berbeda-beda. Tujuan utama media yang sebenarnya bukanlah mencetak bintang baru,
namun berusaha merebut perhatian masyarakat sehingga media memperoleh rating tinggi dan
mendapat keuntungan yang besar dari pengiklan yang menggunakan jasa media tersebut. Selain
dari iklan, polling SMS premium yang dikirimkan oleh masyarakat juga turut serta menyumbang
dana yang sangat besar bagi pemasukan media. Oleh karena itu, media berusaha menginovasi
konsep yang berbeda-beda pada program ajang pencarian bakatnya, walaupun secara garis besar
inti dari acaranya adalah samanamun agar bisa bersaing dengan media lain yang mempunyai
program serupa.Contohnya adalah dengan menghadirkan juri khusus di bidang fashion yang
bertugas mengomentari busana yang dikenakan para kontestan.Pada tahap ini media sudah tidak
lagi memikirkan apakah program yang mereka sajikan bermanfaat atau tidak bagi masyarakat,
namun bagaimana cara agar media dapat membuat acara yang diminati masyarakat sehingga
memperoleh keuntungan yang besar.
E.
Solusi
Melihat pemaparan di atas, penting bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk memiliki
kecerdasan dalam bermedia atau disebut juga literasi media.Literasi media adalah suatu bentuk
pembelajaran dan pemahaman media bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat berfikir kritis
terhadap segala informasi yang mereka peroleh dari media.Literasi media merupakan sesuatu
yang sangat diperlukan masyarakat pada era banjir informasi seperti sekarang ini.Apalagi jika
melihat kondisi media yang kontennya tidak lagi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat,
utamanya adalah program ajang pencarian bakat yang akhir-akhir ini banyak menghiasi layar
kaca Indonesia.
Hal ini diperlukan agar masyarakat tidak termakan realita palsu yang dikonstruksi oleh media
dimana program ajang pencarian bakat semacam ini seolah menjanjikan karir sukses di dunia
entertainment bagi peserta yang mengikutinya.Padahal kenyataannya tidak demikian, justru
realita yang diciptakan media tersebut hanyalah angin semu dan para peserta ajang pencarian
bakat tersebut sesungguhnya hanyalah alat bagi media yang bersangkutan untuk memperoleh
keuntungan yang jauh lebih besar.Disinilah dibutuhkan peran dari pemerintah, yaitu sebagai
edukator bagi masyarakat agar bisa menjadi pengontrol terhadap media, bukan dikontrol oleh
media.Bukannya malah ikut terpengaruh oleh hasutan media. Pemerintah juga dapat melakukan
sosialisasi mengenai literasi media pada masyarakat danmenerbitkan peraturan yang pro
masyarakat Indonesia, bukan pro pada pengusaha yang rela melakukan segala cara untuk
mengeruk keuntungan.
Penutup
Berbagai maksud di balik ajang pencarian bakat telah dikupas di bab sebelumnya. Jika terdapat
kekurangan dalam ajang pencarian bakat, tentu ada pula kelebihannya.Tidak bisa dipungkiri
bahwa ajang pencarian bakat menghadirkan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat
Indonesia khususnya di bidang produksi dalam pertelevisian. Kru-kru, ahli sound system,
cameramen, videographer, tim kreatif dan lain sebagainya berhasil hidup melalui acara ini.
Selain itu, bagi kontestan ajang pencarian bakat yang memang berbakat namun tidak
memenangkan ajang tersebut, dapat dilirik oleh pihak manajemen artis yang dapat membantu
mengorbitkan dirinya.Contohnya adalah Judika, yang berhasil masuk ke dalam manajemen
Republik Cinta milik Ahmad Dhani.
Saat ini, sistem voting semakin berkembang.Dengan adanya internet, seorang pendukung bisa
saja mengunduh aplikasi yang memungkinkannya memvote tanpa mengeluarkan biaya sebesar
biaya SMS premium.Namun tentu saja, tetap diharapkan bahwa pemenang ajang pencarian bakat
haruslah memang orang yang tepat, pantas dan layak sehingga bisa bertahan maupun bersaing
dalam kerasnya dunia entertainment.
Media massa, khususnya televisi memiliki peran yang besar dalam membentuk karakter bangsa.
Oleh karena itu, tayangan televisi seharusnya menampilkan sesuatu yang bersifat edukatif dan
informatif dengan catatan informasi yang benar dan berguna.Namun, dibalik itu banyak
kepentingan yang harus dipenuhi olehnya, sehingga peran utama televisi tidak dapat berjalan
dengan baik.Ada berbagai macam pihak, diantaranya pemilik kekuasaan dan pemilik sumber
daya yang diuntungkan melalui beragam acara yang ditampilkan di televisi.Makalah ini
bertujuan untuk menimbulkan kesadaran akan hal tersebut yang tentunya sangat diperlukan
dalam menyikapi tindak tanduk media dan tidak terpengaruh oleh konstruksi media.
Daftar Pustaka
Buku
Heryanto, Ariel (ed). 2008. Popular Culture in Indonesia : Fluid Identities in Post-Authoritarian
Politics. London dan Newyork : Routledge.
Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2008. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika.
Mc.Quail, Dennis. 2002. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Mosco, Vincent. 1996. The Political Economy of Communication. London : Sage Publication
Ltd.
Jurnal
Agung, Machyudin. 2011. Ekonomi Politik Media Televisi Swasta Nasional, 5(20), 1-95.
Arianto. 2011. Ekonomi Politik Lembaga Media Komunikasi, l (2), 2088 – 981x.
Internet
http://kaskus.com/kumpulan-ajang-pencarian-bakat-yang-pernah-ada-di-Indonesia/, diakses pada
tanggal 24 Juni 2015 pukul 21.44
http://wikipedia.com/sms-premium/, diakses pada tanggal 24 Juni 2015 pukul 22.04