PROSES BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH SE (1)

PROSES BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF

DAFTAR ISI
1.

BERPIKIR

A.

Proses Berfikir ..............................................................................

1

B.

Pengertian Berfikir .......................................................................

1

C.


Jenis, Tipe Dan Pola Berpikir ......................................................

2

D.

Berfikir Kreatif .............................................................................

3

E.

Cara Berfikir Kreatif ....................................................................

3

F.

Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Berfikir Kreatif ..................


3

G.

Tingkatan-Tingkatan Dalam Berfikir Kreatif ..............................

3

H.

Sifat-Sifat Orang Yang Berfikir Kreatif .......................................

4

I.

Hambatan Dalam Proses Berfikir .................................................

2.


PEMECAHAN MASALAH

A.

Pengertian Pemecahan Masalah ................................................... 6

B.

Proses Pemecahan Masalah ..........................................................

6

C.

Strategi Pemecahan Masalah ........................................................

7

D.


Teknik Pemecahan Masalah ......................................................... 7

E.

Pemecahan Masalah Kreatif .........................................................

3.

BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF

A.

Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif ............ 10

B.

Pentingnya

Mengembangkan


Proses

Berpikir

Dan

Kreatif ...............................................................................
C.

Proses

Mengembangkan

Proses

Berpikir

Dan

Kreatif ...............................................................................

D.

5

8

Pemecahan

Masalah Secara

10
Pemecahan
13

Keterkaitan Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif ....

14

Masalah Secara


PEMBAHASAN
1.

BERPIKIR

A.

Proses Berpikir

·

Proses selalu berhubungan dengan masalah-masalah baik masalah yang timbul dari situasi
masa kini. masa lampau dan mungkin masalah-masalah yang belum terjadi. proses
pemecahan itu disebut proses berpikir. dalam memecahkan tiap masalah timbul dalam jiwa
kita berbagai kegiatan lain .

·

Kegiatan berpikir dalam memecahkan masalah :
Mengetahui apa masalahnya

Bagaimana memecahkan
Hal-hal yang dapat membantu pemecahkan masalah tersebut
Apa tujuan untuk memecahkan masalah itu

B.

Pengertian Berpikir
Berpikir adalah suatu tindakan manipulasi aktif terhadap informasi, berasal dari input

sensorik dan memori.
·

Berpikir merupakan suatu cara membuat kesimpulan terhadap fenomena yang sedang
berlangsung didunia, berhubungan dengan pengamat atau pemikir, membuat tindakan yang
akan datang berdasarkan pada apa yang ditemukan.

·

Berpikir dapat diungkapan secara verbal, visual atau model konsep lain.
C.


Jenis, Tipe Dan Pola Berfikir
Ada berbagai jenis dan tipe berpikir. Menurut Morgan dkk (1986, dalam Khodijah, 2006:

118) membagi dua jenis berpikir, yaitu berpikir autistic dan berpikir langsung. Berpikir
autistic yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan symbol-simbol dengan maksa
yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Berpikir langsung yaitu berpikir untuk memecahkan
masalah.
Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006: 118) ada enam pola berpikir, yaitu :
1)

Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu dan tempat tertentu.

2)

Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab dapat dibesarkan atau
disempurnakan keluasannya.

3)


Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelaskelas tingkat tertentu.

4)

Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar
kemiripannya.

5)

Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih
kompleks disertai pembuktian-pembuktian.

6)

Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal, dan
seringkali tidak logis.
Sedangkan menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006: 119) mengemukan dua tipe
berpikir, yaitu berpikir vertical dan berpikir lateral. Berpikir vertical adalah tipe berpikir
tradisional dan generative yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan
menggunakan informasi yang relevan. Berpikir lateral yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif

yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil
dan menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan
untuk mencapai pemecahan yang tepat.

D.

Berpikir Kreatif
Seperti telah dipaparkan di depan dalam problem solving seseorang atau organisme
mencari pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Namun dalam masalah berpikir orang
akan dapat menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya mungkin belum terdapat. hal ini
dapat dijumpai misalnya dalam diri seorang menulis ceritera, ataupun pada seorang ilmuwan,
ataupun pada bidang-bidang lain. Ini sering berkaitan dengan berpikir kreatif (creative
thinking). dengan berpikir kreatif orang menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau
munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight. Sebenarnya
apa yang dipikirkan itu telah berlangsung, namun belum memperoleh sesuatu pemecahan,
dan masalah itu tidak hilang sama sekali, tetapi terus berlangsung dalam jiwa seseorang, yang
pada suatu waktu memperoleh pemecahannya.

E.

Cara Berpikir Kreatif

·

Tidak selalu IQ tinggi

·

Mempunyai bakat dan kemampuan tertentu

·

Insight (wawasan) pemikir keras/luas

·

Memilih cara tersendiri

·

Interpretasi yang dibuat bukan berdasankan konsensus, tetapi lebih merupakan interpretasi
pribadi

F.

Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Berpikir Kreatif

·

Kemampuan kognitif

·

Sikap terbuka

·

Sikap yang bebas, otonomi, percaya diri.

G.

Tingkatan-Tingkatan Dalam Berpikir Kreatif
Dalam berpikir kreatif ada beberapa tingkatan atau stages sampai seseorang memperoleh
sesuatu hal yang baru atau pemecahan masalah. Tingkatan-tingkatan itu adalah :

a)

Persiapan (preparation), yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah, dan
mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berguna dalam memperoleh
pemecahan yang baru. Ada kemungkinan apa yang dipikirkan itu tidak segera memperoleh
pemecahannya, tetapi soal itu tidak hilang begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam
diri individu yang bersangkutan. Hal ini menyangkut fase atau tingkatan kedua yaitu fase
inkubasi.

b)

Tingkat inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseorang, karena
individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah

c)

Ingkat pemecahan atau iluminasi, yaitu tingkat mendapatkan pemecahan masalah, orang
mengalami “aha”, secara tiba-tiba memperoleh pemecahan tersebut.

d)

Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan yang diperoleh pada tingkat iluminasi
itu cocok atau tdak. Apabila tidak cocok lalu meningkat pada tingkat berikunya yaitu

e)
H.

Tingkat revisi, yaitu mendakan revisi terhadap pemecahan yang diperolehnya.
Sifat-Sifat Orang Yang Berpikir Kreatif
Orang yang berpikir kreatif itu mempunyai beberapa macam sifat mengenai pribadinya
yang merupakan original person, yaitu:

·

Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks

·

Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope pribadi yang luas

·

Dalam judgment-nya lebih mandiri

·

Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self-assertive)

·

Menolak suppression sebagai mekanisme kontrol.

I.

Hambatan Dalam Proses Berpikir

Seperti telah dipaparkan di depan bahwa dalam proses berpikir adanya itik tolak yang
dijadikan titik awal dalam berpikir itu. Berpikir bertitik tolak pada masalah yang dihadapi
oleh seseorang. Hal-hal atau fakta-fakta dapat dijadikan titik tolak dalam pemecahan
masalahnya. Dalam proses berpikir tidak selalu berlangsung dengan begitu mudah, seiring
orang menghadapi hambatan-hambatan dalam proses berpikirnya. Sederhana tidaknya dalam
memecahkan masalah bergantung pada masalah yang dihadapinya. Memecahkan masalah
hitungan 6 x 7 akan jauh lebih mudah apabila dibandingkan dengan memecahkan soal-soal
statistika misalnya. Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat
disebabkan antara lain karena :
·

Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh

·

Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain,
sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir.
Kekurangan data dan kurang jelasnya data yang akan menjadikan hambatan dalam proses
berpikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan satu dengan yang lain, misalnya
dalam ceritera-ceritera detektif. Karena itu ruwet tidaknya sesuatu masalah, lengkap tidaknya
data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses berpikir seseorang.

2.
A.

PEMECAHAN MASALAH
Pengertian Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan salah satu upayah untuk mendapatkan yang lebih tepat
dalam mencapai tujuan ketika tujuan tersebut belum dapat tercapai.
Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalan dan dengan
demikian seseorang akan terpacu untuk mencapai tujuan tersebut dengan berbagai usaha atau
cara. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan / yang
diartikan sebagai pengambilan solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.
Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi hasil dari pemecahan masalah
yang dilakukan.

B.

Proses Pemecahan Masalah
Wessels (Woolfolk dan Nicolich, 2009:321) mengemukakan bahwa dalam pemecahan
masalah ada 4 langkah ditempu yaitu :

·

Memahami masalah
Langkah pertama secara tepat masalah yang sedang dihadapi.

·

Menyeleksi solusi
Setelah menentukan akar masalah yang sedang dihadapi, maka langkah berikutnya
adalah menentukan rencana pemecahan yang akan dan mungkin dapat ditempuh

·

Memutuskan rencana
Pada tahap ini ditandai dengan pemilihan suatu rencana matang untuk memecahkan
suatu masalah. Memutuskan suatu masalah suatu rencana berarti seseorang telah
mempertimbangkan semua kemungkinan dari masing-masing solusi yang ada dan memilih
solusi yang dianggap terbaik dari sekian banyaknya solusi yang ada.

·

Mengevaluasi hasil tahapan selanjutnya
Mengevaluasi hasil tahap selanjutnya adalah mengevaluasi hasil yang telah tercapai.
Pada tahap ini memberi atau mengeluarkan fakta-fakta, baik yang menguatkan maupun yang
melemahkan pilihan-pilihan yang telah ada.

C.

Strategi Pemecahan Masalah
Suatu persoalan tidak termasuk ke dalam masalah jika persoalan itu tidak dapat
diselesaikan dengan prosedur aigoriture. Untuk pemecahan masalah sesungguhnya seseorang
harus menarik sejumlah ketetapan dari pengetahuan mereka sebelumnya. Kemudian
menyimpulkan semuanya dalam suatu cara baru untuk mencapai suatu penyelesaian. Untuk
itu diperlukan berbagai rencana yang dapat membantu mereka dalam memecahkan masalah.

D.

Teknik Pemecahan Masalah
(Admin, 2007) dalam proses berpikir kreatif untuk memecahkan suatu masalah, ada
beberapa tahapan yang dilalui yaitu :

·

Tahap persiapan
Dalam masa persiapan, seorang pemikir atau kreator memformulasikan masalahnya dan
fakta dan data yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah. Kadang-kadang meski
telah lama berkonsentrasi, dalam masalah belum muncul juga kedalam benaknya.

·

Tahap inkubasi
Jika pemikir kemudian mengalihkan perhatian dari persoalan yang sedang di hadapinya
tersebut berarti dia telah memasuki tahap inkubasi

·

Tahap iluminasi
Pada tahap ini, pemikir mengalami insight yang seketika cara pemecahan masih mencul
dengan sendirinya.

·

Tahap evaluasi

Evaluasi terjadi setelah muncul pemecahan masalah tujuannya adalah untuk memikir
apakah pemecahan masalah sudah tepat. Seringkali pemecahan masalah yang telah muncul
secara tepat sehingga pemikir harus mulai dari awal tahapan.
·

Tahap revisi
Tahap ini ditempuh bila cara pemecahan masalah tersebut belum tepat atau mungkin
masih memerlukan penyusuaian dan perbaikan pada beberapa aspek agar pemecahan masalah
menjadi lebih tepat dan efentif.

E.

Pemecahan Masalah Kreatif
Pemecahan masalah adalah formulasi jawaban baru, keluar dari aplikasi peraturan yang
dipelajari sebelumnya untuk menciptakan solusi. Pemecahan masalah adalah apa yang terjadi
ketika respon rutin dan otomatis tidak sesuai dengan kondisi yang ada (Woolfolk &
Nicholich, 2004:320).
Santrock (2005:356) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan upaya untuk
menemukan cara yang tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan dimaksud belum tercapai
(belum tersedia). Sementara itu, Davidoff (1988:379) mengemukakan bahwa pemecahan
masalah adalah suatu usaha yang cukup keras yang melibatkan suatu tujuan dan hambatanhambatannya. Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalan dan
dengan demikian dia akan terpacu untuk mencapai tujuan itu dengan menggunakan berbagai
cara.
Hunsacker (Lasmahadi, 2005) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan
suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian yang terjadi antara hasil yang
diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah
pengambilan keputusan (decisionmaking), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik
dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan
mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan. Munandar (Rosalina,
2008) mengatakan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan membuat kombinasi baru
berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada.
Pemecahan masalah secara kreatif merupakan upaya pemecahan suatu masalah dengan
menggunakan cara-cara yang kreatif dan revolusioner (mengkombinasikan berbagai teknik
dan metode), sehingga hasilnya lebih signifikan. Cara-cara kreatif dimaksud merupakan cara
atau metode yang baru dan komprehensif dan cenderung eksentrik. Metode demikian
merupakan

suatu

penjabaran

dari

metode-metode

sebagai upgrading dari metode-metode yang telah ada.

yang

telah

ada

sekaligus

Aplikasi metode pemecahan masalah secara kreatif lahir dari satu bentuk pemikiran
(mindset) yang menerobos kleaziman paradigma tertentu. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pemecahan masalah kreatif merupakan upaya pemecahan masalah
dengan metode (cara) yang efektif dan komprehensif.

3.

BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF

A.

Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Unsur kreatif diperlukan dalam proses berpikir untuk menyelesaikan masalah. Berpikir
merupakan bagian yang paling penting, dengan berpikir kita dapat lebih mudah mengetahui
berbagai masalah hidup dalam proses menghasilkan suatu masalah, kita saling berpikir
dengan cara berbeda-beda.
Berpikir kreatif merupakan suatu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan
lebih mudah melihat persoalanyang lebih banyak. Pasalnya : seorang pemikir kreatif akan
menghasilkan lebih banyak alternatif penyesaian masalah.
Aplikasi metode pemecahan masalah secara kreatif lahir dari satu bentuk pemikiran
(mindset) yang menerobos kelaziman paradigma tertentu.

B.

Pentingnya Mengembangkan Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara
Kreatif
Berpikir kreatif dapat menolong seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan
kemampuan pemecahan masalahnya (Evan, J. R., 1991), sebaliknya pemecahan masalah
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif (Briggs, M. dan Davis, S., 2008). Kretivitas
merupakan bentuk yang paling tinggi dari fungsi mental (Lang dan Evans, D. N. 2006).
Hambatan untuk berpikir kreatif yang sering menghantui pemikiran siswa adalah ketakutanketakutan sosial, takut berbuat salah, kurang percaya diri, atau meyakini bahwa mereka tidak
kreatif (Lang dan Evans, D. N. 2006).
Munandar (1999), menjelaskan mengapa berpikir kreatif atau kreatifitas penting dalam
hidup. Antara lain, karena denganberkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan
diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Hal ini diperkuat oleh
Maslow 1968 (dalam Munandar S 1999), bahwa kreatifitas merupakan manifestasi dari
individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Orang yang sehat mental,
yang bebas dari hambatan-hambatan, dapat mewujudkan diri sepenuhnya. Hal ini berarti ia

berhasil mengembangkan dan menggunakan semua bakat dan kemampuannya dan dengan
demikian memperkaya hidupnya.
Selain itu, kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat bermacammacam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Karena itu, pemikiran kreatif
perlu dilatih agar anak mampu berpikir lancar (fluency) dan luwes (flexibility), mampu
melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan bebagai ide. Memiliki
pikiran yang kreatif dapat memberikan kepuasan kepada individu. Kita dapat mengamati
anak-anak yang sedang bermain bongkar-pasang, pada saat mereka menghasilkan suatu
kombinasi baru, dengan bangganya mereka mempertunjukkan kepada orang-orang di
sekitarnya.
Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era
globalisasi ini tak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara
kita bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru dan
teknologi baru dalam anggota masyarakatnya. Untuk mencapai itu perlulah sikap dan prilaku
kreatif dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan,
tetapi mampu menghasilkan pengetahuan baru, tidak hanya pencari kerja tetapi mampu
menciptakan lapangan pekerjaan baru. Disamping itu, berpikir kreatif dan kritis
memungkinkan siswa untuk mempelajari maslah secara sistematis, menghadapi berjuta
tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang
solusi orisinal (Johnson, E.B., 2002).
Terkait dengan

pemecahan masalah, The National Council of Supervisors of

Mathematics (NCSM) menyatakan “belajar menyelesaikan masalah adalah alasan utama
untuk mempelajari matematika” (NCSM, Position Paper on Basic Mathematics Skills, 1977).
Dengan kata lain, pemecahan masalah merupakan sumbu dari proses-proses matematis.
Pernyataan tersebut sampai saat ini masih konsisten, dan bahkan menjadi suatu persoalan
yang makin kuat. The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan
dengan tegas dalam Principles and Standards for School Mathematics (NCTM, 2000), bahwa
“Pemecahan masalah bukan hanya sebagai tujuan dari belajar matematika tetapi juga
merupakan alat utama untuk melakukannya.”
Pemecahan masalah bukanlah sekedar suatu skil untuk diajarkan dan digunakan dalam
matematika tetapi juga skil yang akan dibawa pada masalah-masalah keseharian atau situasisituasi pembuatan keputusan, dengan demikian membantu seseorang secara baik selama
hidupnya. Pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat
koneksi dengan pengetahuan mereka sebelumnya dan membuat keputusan tentang

representasi, alat, dan strategi komputasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
Untuk bisa menjadi pemecah masalah yang handal dalam matematika, siswa harus
memahami konsep dan mampu melihat matematika sebagai sesuatu yang saling berkaitan
secara utuh.
Bentley (dalam McGregor 2007) menambahkan bahwa pemecahan masalah dapat
membantu anak untuk berfikir fleksibel dan dapat mengembangkan kemampuan yang
dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Gagne
(1970) mengemukakan bahwa pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan dan
mengembangkan intelektual tingkat tinggi (dalam Jica, 2001).
Dalam Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan beberapa tujuan pembelajaran matematika di sekolah,
antara lain: (1) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan. (2) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. (3) Memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Tujuan pembelajaran matematika di atas, mengisyaratkan bahwa apa pun topik
matematika yang diajarkan oleh guru, baik itu aljabar, aritmetika, geometri, statistika,
maupun kalkulus, mesti memberikan kontribusi untuk pengembangan kemampuan
pemecahan masalah dan aktivitas kreatif.
C.

Proses Mengembangkan Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Menyadari akan pentingnya kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah,
dirasakan perlu mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan
yang dapat memberi peluang dan mendorong siswa untuk melatihkan kemampuan
kemampuan tersebut. Metode dan teknik-teknik kreatif membantu peserta didik untuk
berpikir dan mengungkapkan diri secara kreatif, yaitu mampu memberikan macam-macam
ide dan macam-macam jawaban dari suatu masalah dan sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Kreativitas pembelajaran matematika yang mudah dan menyenangkan perlu terus
dikembangkan. Karena itu, matematika mesti diajarkan secara menarik dan terhubung dengan
dunia nyata sehingga siswa senang. Treffinger dan Feldhusen (1998, dalam Treffinger dan
Isaksen, 2001), mengusulkan suatu model pembelajaran yang sistematis untuk mengajar
kreativitas, sebagai berikut:

Tiga komponen model ini adalah mengajarkan pondasi alat-alat untuk membangkitkan
atau memfokuskan pada option, membimbing siswa dalam bekerja pada tugas-tugas realistik,
dan menangani masalah-masalah menantang yang berhubungan dengan kehidupan nyata.
Komponen-komponen pembelajaran ini juga dipengaruhi oleh konteks atau lingkungan yang
mendukung

berpikir

produktif,

mengembangkan

keterampilan

metakognitif,

dan

memperhatikan pilihan gaya serta karakteristik siswa (Treffinger dan Isaksen, 2001).
Disamping itu, hasil penelitian Haji (2005) pada siswa kelas III SDPN Setiabudi UPI
menemukan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan pemahaman siswa
yang diajar dengan pendekatan matematika realistik secara signifikan lebih baik daripada
siswa yang diajar dengan pendekatan biasa.
Dengan memperhatikan model, teknik-teknik, dan hasil penelitian di atas, maka semakin
kuat bahwa pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan
pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan
masalah.
PMR mempunyai lima karakteristik yaitu: (1) menggunakan masalah kontekstual (dunia
nyata) sebagai titik tolak belajar matematika; (2) menggunakan model, situasi, skema dan
symbol-simbol yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara
formal atau rumus; (3) menggunakan kontribusi siswa (sumbangan pemikiran dari siswa),
sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa
memproduksi sendiri dan menkonstruk sendiri (yang mungkin berupa algoritma, atau strategi
penyelesaian siswa), sehingga dapat membimbing para siswa dari level matematika informal
menuju matematika formal; (4) menggunakan metode interaktif dalam belajar matematika
dan (5) mengaitkan sesama topik dalam matematika .
Perlu diingat bahwa konteks tidak perlu harus selalu berupa situasi nyata dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi dapat juga berupa situasi fantasi. Yang lebih penting di sini
adalah agar siswa dapat menempatkan dirinya di dalam konteks, dan konteks itu sendiri dapat
diorganisir secara matematis.
D.

Keterkaitan Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Terdapat keterkaitan antara berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Keterkaitan itu
dapat dilihat dari beberapa definisi kemampuan berpikir kreatif. Misalnya, Hwang et
al (2007) mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif sebagaiketerampilan kognitif untuk
memberikan solusi terhadap suatu masalah ataumembuat sesuatu yang bermanfaat atau
sesuatu yang baru dari hal yang biasa. Menurut Shapiro (Nakin, 2003), kemampuan berpikir

kreatif sebagai proses asosiasidan sintesis berbagai konsep yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah.Sedangkan Krutetski (Park, 2004) memandang berpikir kreatif sebagai
suatu pendekatan untuk menemukan solusi masalah dengan cara yang mudah dan fleksibel.
Tampak bahwa ketiga definisi di atas memandang berpikir kreatif sebagai kemampuan
pemecahan masalah. Bahkan secara lebih tegas Nakin (2003) memandang berpikir kreatif
sebagai proses pemecahan masalah.
Keterkaitan lebih jelas antara berpikir kreatif dan pemecahan masalah dikemukakan
Treffinger (Alexander, 2007) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
diperlukan untuk memecahankan masalah, khususnya masalah kompleks. Hal demikian dapat
dipahami karena menurut Wheeler et al(Alexander,2007) tanpa kemampuan berpikir kreatif,
individu sulit mengembangkan kemampuan imajinatifnya sehingga kurang mampu melihat
berbagai alternatif solusi masalah. Hal ini menggambarkan bahwa keterampilan berpikir
kreatif memungkinkan seorang individu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif
sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi kreatif dari masalah yang
akandiselesaikan.
Pentingnya kemampuan berpikir kreatif dalam aktivitas pemecahan masalahditunjukkan
oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hwang et al (2004). Berdasarkan penelitiannya
yang berjudul Multiple Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem
Solving Using a MultimediaWhiteboard, mereka menyimpulkan bahwa kemampuan
elaborasi, yang merupakan salah satu komponen berpikir kreatif, merupakan faktor kunci
yang menstimulasi siswa untuk mengkreasi pengetahuan mereka dalam aktivitas pemecahan
masalah. Kemampuan berpikir kreatif mendukung kinerja individu dalam aktivitas
pemecahan masalah.
Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif sangat berperan dalam
mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi berbagai metode, dan mengeksplorasi alternatif
solusi. Berbagai alternatif metode atau solusi tersebut harus dianalisis dan dievaluasi untuk
selanjutnya diimplementasikan. Solusi yang diperoleh juga perlu diverifikasi kesesuainnya
dengan masalah yang diketahui. Proses demikian merupakan karakteristik proses berpikir
kritis. Dengan demikian, selain kemampuan berpikir kreatif, aktivitas keberhasilan
pemecahan masalah juga mempersyaratkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Harris
(1998), kemampuan berpikir kreatif dan berpikir kritis merupakan kemampuan esensial
dalam aktivitas pemecahan masalah. Bahkan lebih jauh ia menyatakan bahwa kedua
kemampuan ini juga merupakan kemampuan esensial untuk sukses dalam dunia atau
kehidupan kerja.

Menurut Harris (1998), berpikir kritis memfokuskan pada kreasi argumen logis,
mengeliminasi alternatif-alternatif yang kurang relevan, dan memfokuskan pada jawaban
yang paling tepat. Sedangkan berpikir kreatif memfokuskan pada eksplorasi 10 berbagai ide,
memperhatikan kemungkinan-kemungkinan, menghasilkan berbagai alternatif jawaban dari
pada hanya memfokuskan pada satu jawaban. Berpikir kritisdan berpikir kreatif merupakan
dua kemampuan berpikir yang saling berkaitan, melengkapi, dan saling bergantian perannya
dalam aktivitas pemecahan masalah. Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan
berpikir kreatif diperlukan ketika menganalisis atau mengidentikasi masalah, memandang
masalah dari berbagai perspektif, mengeksplorasi ide-ide atau metode penyelesaian masalah,
dan mengidentifikasi berbagai kemungkinan solusi dari masalah tersebut. Sedangkan
kemampuan berpikir kritis berperan ketika menganalisis, menginterpretasikan, dan memilih
di antara berbagai ide-ide tersebut yang paling sesuai atau relevan untuk selanjutnya di
implementasikan, dan akhirnya mengevaluasi efektivitas solusi tersebut.
Sebagaimana dikemukakan di depan, kemampuan berpikir kreatif tidak berkembang
dalam ruang hampa, melainkan memerlukan daya dukung lingkungan. Daya dukung
lingkungan tersebut menurut Isaksen (Alexander, 2007) dapat berupakonteks, tempat, situasi,
iklim, atau faktor sosial. Salah satu konteks yang mendukung tumbuhnya kemampuan
berpikir kreatif adalah aktivitas pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat
McIntosh (2000) bahwa pemecahan masalah dapat dipandang atau berperan sebagai konteks.
Pentingnya pemecahan masalah dalam pengembangan kemampuan berpikir kreatif juga
dikemukakan Robinson (McGregor, 2001) bahwa pengembangan kemampuan berpikir kreatif
memerlukan aktivitas (doing something). Salah satu aktivitas tersebut adalah aktivitas
pemecahan masalah. Menurut Alexander (2007), aktivitas pemecahan masalah yang
dirancang dengan baik akan memberikan kesempatan bagi tumbuhnya berbagai keterampilan
berpikir, termasuk berpikir kreatif. Hal ini juga ditegaska noleh Pehnoken (1997) bahwa
aktivitas pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan kognitif umum yang dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
Pemecahan masalah yang melibatkan proses kreatif disebut pemecahan masalah
kreatif (Creative Problem Solving). Proses pemecahan masalah kreatif (CPS)dikembangkan
oleh Isaksen, Dorval, dan Treffinger (Hwang et al, 2007) yang terdiri atas 4 langkah, yaitu :
1.

memahami masalah, yang mempunyai tiga tahapan, yaitu:

a.

mengekspresikan atau mengidentifikasi masalah,

b.

mengeksplorasi data, yaitu menginvestigasi latar belakang masalah; dan

c.

membuat kerangka masalah, yaitu mengidentifikasi masalah secara eksplisit,

2.

membangun atau menghasilkan ide-ide, yaitu mengumpulkan dan mengembangkan
berbagai ide yang relevan;

3.

mempersiapkan tindakan atau aksi, yaitu mengembangkan penerimaan ataudukungan, yaitu
mengidentifiksi secara detail langkah-langkah solusi; dan

4.

merencanakan pendekatan mempunyai dua tahapan, yaitu penilaian atau penaksiran tugas,
yaitu menilai kesesuaian metode dan mendesain proses, yaitu menyempurnakan metode
solusi secara detail. Osborn (Hwang et al, 2007) juga memberikan 4 panduan bagi guru
terkait kegiatan pemecahan masalah kreatif, yaitu mendorong munculnya banyak ide,
menerima ide-ide yang tampak asing, mengembangkan ide-ide, tetapi tidak secara langsung
mengkritisinya ketika siswa mempresentasikannya.
Meskipun aktivitas pemecahan masalah berfungsi sebagai konteks dan wahana bagi
tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif, tetapi kelancaran pemecahan masalah belum tentu
mencerminkan kemampuan berpikir kreatif. Menurut Haylock (Mann,2005), dengan
menerapkan strategi atau metode yang telah diketahui, individu dapat secara sistematis
menyelesaikan masalah, tetapi ia belum tentu kreatif karena tidak mengeksplorasi dan
mengelaborasi pemahamannya.
Meskipun aktivitas pemecahan masalah berperan sebagai sarana untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif, tetapi tidak semua jenis masalah mempunyai potensi demikian.
Menurut Hashimoto (1997), jenis masalah yang mempunyai potensi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif siswa adalah masalah atau soal terbuka (open ended). Masalah
terbuka memicu siswa untuk secara kreatif mengeksplorasi berbagai cara atau solusi dari
masalah tersebut. Berikut diberikan beberapa contoh masalah terbuka yang dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif sekaligus
kemampuan pemecahan masalah.

DAFTAR PUSTAKA
Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press
Suriasumantri (ed), 1983. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.andragogi.com.
Senin, 4 Agustus 2008 Suryabarata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada Wagito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi
Offset. Whiterington. 1982. Psikologi Pendidikan

Gani Sabariah, 2006. Psikologi Keperawatan, Makassar
Walgito Bimo, 1980. Pengantar Psikologi Umum, Andi Offset: Yogyakarta
Http://lettre-de-raphael.blogspot.com