HUBUNGAN STRES DENGAN PRODUKSI ASI DI KE

HUBUNGAN STRES DENGAN PRODUKSI ASI
DI KECAMATAN GUGUAK PANJANG
KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2010
Oleh
Roza Nelita1, Delmi Sulastri2, Yaslinda Yaunin 3
ABSTRAK

Pemberian ASI masih rendah di Indonesia, Tahun 2006 UNICEF melaporkan
bahwa kesadaran ibu memberikan ASI di Indonesia baru 14%, itupun diberikan
sampai usia 4 bulan. Berdasarkan SDKI tahun 2006-2007, ASI eksklusif di bawah
usia 2 bulan hanya 67%. Persentase menurun seiring bertambahnya usia bayi, yakni
54% usia 2-3 bulan dan 19% usia 7-9. Di Sumatera Barat tahun 2007 pemberian ASI
eksklusif (61,58%) dan tahun 2008 terjadi penurunan (56,61%). Di Bukittinggi tahun
2008 (61,84%). Di Guguak Panjang pemberian ASI eksklusif tahun 2007 (64.53%),
tahun 2008 terjadi penurunan (54,12%). Alasan yang dikemukakan produksi ASI
kurang dan tidak ada ASI. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI salah satunya
stres.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan stres dengan produksi ASI.
Disain penelitian ini adalah crosssectional yang berlokasi di kecamatan Guguak
Panjang kota Bukittinggi. Sampel sebanyak 155 ibu yang mempunyai bayi usia 0
sampai 6 bulan. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner. Hasil
penelitian didapatkan dari 155 reponden didapatkan produksi ASI kurang 56 orang

(36,1%), stres sedang 49 orang (31,6%), BBLR 5 orang (3,23%), memberikan
makanan tambahan 110 orang (70,97%), kehamilan preterem 5 orang (3,23%),
kontrasepsi tidak untuk ibu menyusui 20 orang (12,90%). Berdasarkan analisis
statistik yang telah dilakukan dengan metode Chi-square untuk menguji hubungan
stres dengan produksi ASI, didapatkan p < 0,05 dengan OR 6,43. Hasil perhitungan
ini menunjukkan bahwa ada hubungan stres dengan produksi ASI, dimana ibu yang
stres sedang mempunyai peluang 6,43 kali mengalami produksi ASI kurang
dibandingkan dengan ibu yang normal. Analisis statistik multivariat untuk menguji
hubungan antara stres dengan produksi ASI dengan mengontrol variabel pengganggu
dengan metode regresi logistik tidak dapat dilakukan, karena pada uji bivariat tidak
didapatkan pada variabel pengganggu nilai p < 0,25. Hal ini menunjukkan hanya stres
mempunyai hubungan yang signifikan dengan produksi ASI dan tidak ada variabel
lain yang mengganggu.

Daftar Bacaan : 63 (1980-2010) Kata Kunci : Stres, Produksi ASI

1

RELATIONSHIP BETWEEN STRESS AND MILK PRODUCTION IN
GUGUAK PANJANG BUKITTINGGI IN 2010

By : Roza Nelita1, Delmi Sulastri2, Yaslinda Yaunin 3
ABSTRACT

Breastfeeding is still low in Indonesia, In 2006 UNICEF reported that the
awareness of breastfeeding mothers in Indonesia has only 14%, and even then given
until 4 months of age. Based on the SDKI 2006-2007, exclusive breastfeeding under
the age of 2 months only 67%. The percentage decreases with age infants, 54% aged
2-3 months and 19% ages 7-9. In West Sumatra in 2007 of exclusive breastfeeding
(61.58%) and in 2008 there is a decrease (56.61%). In Bukittinggi in 2008 (61.84%).
In Guguak Panjang in 2007 (64.53%), in 2008 there is a decrease (54.12%). The
reason of milk production is less and no production of milk. One of factors affecting
milk production is stress. Target of research to determine the relationship between
stress and milk production. Design this research is crosssectional which located in
kecamatan Guguak Panjang Bukittinggi. The sample of 155 mothers who had infants
aged 0 to 6 months. Collecting data using a questionnaire instrument. Results of
research obtained from 155 respondents are less milk production 56 persons (36.1%),
stress moderate 49 persons (31.6%), LBW 5 persons (3.23%), supplementary feeding
110 persons (70.97%), preterem gestational age5 persons (3.23%), contraceptives not
for breastfeeding 20 persons (12.90%). Based on statistical analysis was done by Chisquare method to test the relationship of stress with the production of milk, obtained
p < 0.05 with OR 6,43. The result of this calculation shows that there is a relationship

of stress with milk production, where mothers who are stressed have a 6,43 times
chance of having breast milk production is less than the norm mothers. Multivariate
statistical analysis to examine the relationship between stress and breast milk
production by controlling the confounding variables with logistic regression methods
can not be done because the bivariate test was not obtained on confounding variable
value of p 0,05. Hasil penelitian ini berbeda dengan
yang dikemukakan Prentice (1984) bahwa berat badan lahir bayi berhubungan dengan
volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi,dan lama
penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. De Carvalho (1982) menemukan
hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari
pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan
mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).
Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama
penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI 23.
Hubungan Pemberian Makanan Tambahan dengan Produksi ASI .
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pemberian makanan tambahan pada bayi dengan produksi ASI di Kecamatan Guguak
Panjang Kota Bukittinggi Tahun 2010 dengan nilai p > 0,05. Hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Chapman (1999) yang menyatakan

bahwa produksi ASI akan terganggu jika memberikan makananan tambahan dalam
hal ini susu formula pada bayi. Whitehead R.G (1983) juga mengemukakan, faktor
yang mempengaruhi produksi ASI adalah pemberian makanan tambahan secara dini
pada bayi. Pemberian makan tambahan secara dini akan memberikan efek terhadap

9

frekuensi dan lama penyusuan yang sudah berkurang yang akan mempengaruhi
stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI 24.
Hubungan Umur Kehamilan dengan Produksi ASI.
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna umur
kehamilan dengan produksi ASI di Kecamatan Guguak Panjang Kota Bukittinggi
Tahun 2010 dengan nilai p > 0,05. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang
dikemukakan bahwa umur kehamilan mempengaruhi pengeluaran ASI. Perbedaan
hasil pada penelitian ini menurut peneliti terjadi karena pada penelitian ini ditemukan
hanya 3,25% kehamilan ibu preterem dengan usia kehamilan berkisar antara 30-33
minggu. Sandra Lang (2000) menyatakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan 3032 minggu tetap dapat diberikan ASI dengan mengisap langsung pada payudara ibu
serta dapat mengisap dengan kuat walaupun lambat, sehingga tidak mempengaruhi
stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. Hal ini
menyebabkan umur kehamilan (aterem dan preterem) pada penelitian ini tidak

berkonstribusi terhadap adanya hubungan stres dengan produksi ASI 25.
Hubungan Jenis Kontrasepsi dengan Produksi ASI.
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
jenis kontrasepsi dengan produksi ASI di Kecamatan Guguak Panjang Kota
Bukittinggi Tahun 2010 dengan nilai p > 0,05. Hasil penelitian ini berbeda dengan
teori yang dikemukakan Koetsawang (1987) dan Lonerdal (1986), bahwa penggunaan
pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin (kontrasepsi tidak untuk ibu
menyusui) berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya bila pil

10

hanya mengandung progestin (kontrasepsi ibu menyusui) maka tidak ada dampak
terhadap volume ASI 26,27.
Hasil Multivariat
Hasil uji bivariat didapatkan hanya stres sebagai variabel independen yang
nilai p < 0.25 sedangkan untuk variabel pengganggu tidak didapatkan nilai p < 0,25
sehingga uji multivariat tidak dapat dilakukan. Hal ini menunjukkan hanya stres
mempunyai hubungan yang signifikan dengan produksi ASI dan tidak ada variabel
lain yang mengganggu
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ueda T (1994),

bahwa frekuensi pelepasan oksitosin secara signifikan lebih rendah pada kelompok
stres dibandingkan kelompok kontrol tanpa stres. Pada saat menyusui terjadi
pelepasan oksitosin, dan stres psikologis mengurangi pelepasan oksitosin17.
Beth Szczepanski (2003)

menjelaskan bahwa relaksasi sangat penting untuk

keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang santai akan menyediakan makanan yang
terbaik untuk bayinya. Bila ibu-ibu cemas dalam menyusui, meningkatkan tingkat
stres mereka dan membuat keberhasilan menyusui sangat kecil. Kekhawatiran bahwa
bayi tidak menerima susu yang cukup dapat memperburuk stres dan membuat banyak
ibu berpaling pada susu formula 22.
KESIMPULAN
Hasil penelitian dari analisis univariat untuk variabel independen di
didapatkan sebagian kecil responden mengalami stres sedang (31,61%) dan tidak
ditemukan responden yang mengalami stres berat (0%), pada variabel dependen
diketahui bahwa sebagian kecil mempunyai persepsi produksi ASI kurang (36,13%),

11


sedangkan untuk variabel pengganggu didapatkan sebagian kecil responden
mempunyai bayi berat badan lahir rendah (BBLR) (3,23%), sebagian besar responden
memberikan makanan tambahan pada bayinya (70,97%), sebagian kecil responden
umur kehamilannnya preterem (3,23%) dan sebagian kecil responden menggunakan
jenis kontrasepsi tidak untuk ibu menyusui (12,90%) .
Hasil penelitian dari analisis bivariat diketahui bahwa ada hubungan antara
stres dengan produksi ASI dengan hasil uji didapatkan OR6,43 (95% CI : 3.0-13.5)
yang berarti ibu yang stres berpeluang 6,43 kali mengalami produksi ASI kurang,
dibanding ibu yang normal setelah dikontrol dengan variabel pengganggu. Berat
badan bayi lahir, pemberian makanan tambahan, umur kehamilan dan kontrasepsi
tidak ada hubungannya dengan produksi ASI.
Analisa multivariat

tidak dapat dilakukan sehubungan dengan hasil uji

bivariat didapatkan hanya stres sebagai variabel independen yang nilai p < 0.25
sedangkan

untuk variabel pengganggu tidak didapatkan nilai p < 0,25. Hal ini


menunjukkan hanya stres mempunyai hubungan yang signifikan dengan produksi
ASI dan tidak terdapat variabel pengganggu dalam hubungan stres dengan produksi
ASI.
SARAN
Disarankan pada ibu meningkatkan ketaqwaan serta meningkatkan ketahanan diri ibu
dan mempersiapkan fisik dan mental ibu untuk memberikan ASI yang sudah dimulai
pada masa hamil dengan mengikuti program pembinaan. Bagi suami /keluarga
diperlukan dukungan pada ibu dalam menyusui serta kepedulian untuk menciptakan
suasana tenang bagi ibu dan bayi. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat

12

memberikan konseling, perhatian khusus dan dukungan terus-menerus pada ibu
dalam menyusui. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana
laktasi yang baik dan benar, dan selalu bersikap positif terhadap pemberian ASI.
Bagi Dinas Kesehatan untuk dapat memberikan pelatihan secara rutin pada petugas
kesehatan dalam pelayanan antenatal dan postnatal serta mendukung untuk
terbentuknya kelas ASI

dan diperlukan terobosan perubahan kebijakan cuti


melahirkan bagi ibu bekerja (dari 3 bulan menjadi 6 bulan) sesuai kaidah ASI
eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
1.

Soetjiningsih (1997) ASI: Petunjuk Untuk Tenaga kesehatan, Penerbit EGC
Jakarta.

2.

Centers for Disease Control and Prevention National Immunization Survey,
Provisional Data, 2006 births. Breastfeeding Report Card, United States,
Available from : http://www.cdc.gov/breastfeeding [Accessed 10 Juli 2010]

3. Helen L, Della F, 2006, Initial Breastfededing Attitudes And Practices Of Women
Born in Turkey, Vietnam and ASustralia Ater Giving Birth In Australia,
International

Breastfeding


journal,

Available

from

[Accessed 10 Juli 2010]
4. Beheshteh O, Khalil V, Abtin H, 2009, Breastfeeding In Iran : Prevalence,
Duration And Current Recommendations, International Breastfeding journal,
Available from http://www internationalbreastfeedingjournal .com> [Accessed
10 Juli 2010]

13

5.

Dania,(2009),

Promosi


ASI

Eksklusif,

Tersedia

Dalam

:http://dania-

aprilia.blogspot.com, [Diakses 28 April 2010].
6.

Unicef, (2006), ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia,
Tersedia Dalam : http://situs.kesrepro.info/kia, [Diakses 28 April 2010].

7.

Sentra Laktasi Indonesia, ( 2010) Menyusui, Langka Perlindungan, Tersedia
Dalam :http://sentralaktasiindonesia.wordpress.com, [Diakses 28 April 2010].

8. Dinas Kesehatan Propinsi Sumbar, 2007, Profil Kesehatan Propinsi Sumatera
Barat.
9. Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, 2007, Profil Kesehatan Kota Bukittinggi.
10. Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, 2008, Profil Kesehatan Kota Bukittinggi.
11. Referensi Kesehatan (2008), Produksi ASI Dan Faktor Yang Mempengaruhinya,
Tersedia dalam: http:/creasoft.wordpress.com [Diakses 8 Mei 2010].
12. Jane Yelland, Georgina Sutherland, Stephanie J Brown,(2010), Postpartum
anxiety, depression and social health: findings from a population-based survey
of Australian women, BMC Public Health 10:771, Available from
[Accessed 22 Februari 2011] .
13. Maes M, Bosmans E, Omhelet W (2004), In the puerperium, primiparae exhibit
higher levels of anxiety and serum peptidase activity and greater immune
response than multiparae, J Clin Psychiatry; 65:71-76. Available from
[Accessed 20 Februari 2011] .
14. Grajeda R, PĂ©rez-Escamilla R,(2002), Stress during labor and delivery is
associated with delayed onset of lactation among urban Guatemalan
women,Department of Nutritional Sciences, University of Connecticut, Available
from : [Accessed 22 Februari 2011] .
15. Dian, (2006),Hubungan Teknik Menyusui dengan Produksi ASI pada Ibu
Postpartum Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Sawoo, Surabaya.

14

16. Darwin Syamsul,(2009), Hubungan teknik menyusui dengan produksi ASI pada
ibu post partum primipara di wilayah kerja puskesmas Sail Pekanbaru, tersedia
dalam : http://helvetia.ac.id/library [Diakses 10 Januarai 2011].
17. Ueda T, Yokoyama Y, Irahara M, Aono T.(1994), Influence of psychological
stress on suckling-induced pulsatile oxytocin release, Department of Obstetrics
and Gynecology, University of Tokushima, School of Medicine, Japan, 259-62,
Available from, [Accessed 8 Mei 2010].
18, Depkes,(2008), Laporan Nasional 2007, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta
19. Rudi, (2006), Tinjauan Angka Kejadian Dan Faktor Resiko Persalinan Preterem
di Rumah Sakit Dr.Muhammad Hoesen, Bagian Obstetri dan Ginekologi
,Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sriwijaya,
Tersedia
dalam
:
http://digilib.unsri.ac.id [Diakses 7 Januari 2011]
20. Baharika,(2009), Hubungan penggunaan kontrasepsi progestin oleh ibu menyusui
dengan kecukupan produksi ASI, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya, tersedia dalam :http://www.fk.unair.ac.id [Diakses 10 Januari 2011].
21. Kathleen Richardson ,(2008),The effect of stress on breast milk production,
lactation consultant la leche le Available from :
[Accessed 8 Mei 2010].
22. Beth Szczepanski,(2003), The effect of stress on breast milk production, lactation
consultant la leche le Available from : [Accessed 8
Mei 2010].
23. De Carvalho, (1982), dalam Referensi Kesehatan (2008), Produksi ASI Dan
Faktor Yang Mempengaruhinya, Tersedia dalam: http:/creasoft.wordpress.com
[Diakses 8 Mei 2010].
24. Whitehead.R, (1983), Breastfeeding Capacity, and Lactational Infertility, The
United Nations University.
25. Sandra Lang,2002 dalam Lingkages,(2006): Facts for Feeding - Feeding Low
Birthweight Babies Academy for Educational Development (AED) by the Bureau
for Global Health of the United States Agency for International Development
(USAID),

15

26. Koestsawang, (1984), Effects of hormonal contraceptives on milk volume and
infant growth, WHO Special Programme of Research, Development and
Research Training in Human Reproduction Task force on oral contraceptives,
Available from : [Accessed 8 Mei
2010].
27. Lonnerdal, Elisabet Forsum, and Leif Hambraeus,(1980),Effect of oral
contraceptives on composition and volume of breast mi1k, The American Journal
of
Clinical
Nutrition:
pp.
816-824,
Available
from
:
[Accessed 24 Februari 2011].

16