Studi deskriptif harga diri penyanyi wanita solo organ.

(1)

ABSTRACT

Drian Warih Endro Gunanto (2008). The Descriptive Study Self Esteem Woman Vocalist Solo Organ. Yogyakarta : Departement of Psychology ; Sanata Dharma University.

Solo organ is a musical that became popular because of the consumerism need. The essence of the solo organ was the way the singer perform the song on stage. Meanwhile, the self esteem is an individual judgment given to someone that is resulted from interaction with other people and there surroundings, self esteem categorized into two:high self esteem and low self esteem.

The research involves a descriptive study which analysis of Javanese woman’s self esteem who have job as solo organ singers. The population for the study comprised 47 female solo organ singers in Ambarawa who were in the age 18 to 25 years old, the data were collected through scales which consist of 22 valid items in r = 0.796.

The frequency of SPSS version 15.0 for windows was applied to analyze the data. The result of this study confirms the self esteem of female solo organ singers was categorized low with 57 % and 43% self esteem of female solo organ singers was categorized high.


(2)

ABSTRAK

Drian Warih Endro Gunanto (2008). Studi Deskriptif Harga Diri Penyanyi Wanita Solo Organ. Yogyakarta : Fakultas Psikologi ; Jurusan Psikologi ; Universitas Sanata Dharma.

Solo organ adalah sebuah musik yang menjadi populer karena kebutuhan masyarakat. Dalam solo organ yang menjadi hal terpenting adalah penampilan penyanyi yang menyanyi di atas panggung. Sementara itu harga diri adalah penilaian individu yang diberikan kepada dirinya yang merupakan hasil interaksi individu dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya, harga diri dibagi menjadi dua kategori yaitu harga diri tinggi dan harga diri rendah.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana harga diri wanita jawa yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ. Penelitian dilakukan di lingkungan Ambarawa dengan jumlah subjek 47 penyanyi wanita solo organ dengan batasan usia antara 18-25 tahun, dan berdomisili di Ambarawa. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala harga diri yang terdiri dari 22 item valid dengan r = 0.796.

Data dianalisis menggunakanfrequencies dengan bantuan SPSS versi 15.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan prosentase sebesar 57% wanita yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ memiliki harga diri dengan kategori rendah dan 43% wanita yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ memiliki harga diri dengan kategori tinggi.


(3)

STUDI DESKRIPTIF HARGA DIRI PENYANYI WANITA SOLO ORGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Nama : Drian Warih Endro Gunanto NIM : 019114121

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008


(4)

(5)

(6)

MOTTO

Or a n g y a n g ber h a r a p k ep a d a K u ak a n k u ber k a t i sel a l u (Y er em i a 17 : 7)

Sebab untuk Allah tidak ada yang mustahil (L ukas 1 : 37)

A ku mengasihi engkau dan it u sudah cukup unt ukmu; sebab kuasaKu j ust ru paling kuat kalau kau dalam keadaan lemah

( 2 Korint us 12 : 9)

PERSEMBAHAN

-

Yesus Kristus Juru Selamatk u

-

Keluargak u terk asih, Bapak , Ibu, dan Kak ak -k ak ak k u


(7)

(8)

ABSTRACT

Drian Warih Endro Gunanto (2008). The Descriptive Study Self Esteem Woman Vocalist Solo Organ. Yogyakarta : Departement of Psychology ; Sanata Dharma University.

Solo organ is a musical that became popular because of the consumerism need. The essence of the solo organ was the way the singer perform the song on stage. Meanwhile, the self esteem is an individual judgment given to someone that is resulted from interaction with other people and there surroundings, self esteem categorized into two:high self esteem and low self esteem.

The research involves a descriptive study which analysis of Javanese woman’s self esteem who have job as solo organ singers. The population for the study comprised 47 female solo organ singers in Ambarawa who were in the age 18 to 25 years old, the data were collected through scales which consist of 22 valid items in r = 0.796.

The frequency of SPSS version 15.0 for windows was applied to analyze the data. The result of this study confirms the self esteem of female solo organ singers was categorized low with 57 % and 43% self esteem of female solo organ singers was categorized high.


(9)

ABSTRAK

Drian Warih Endro Gunanto (2008). Studi Deskriptif Harga Diri Penyanyi Wanita Solo Organ. Yogyakarta : Fakultas Psikologi ; Jurusan Psikologi ; Universitas Sanata Dharma.

Solo organ adalah sebuah musik yang menjadi populer karena kebutuhan masyarakat. Dalam solo organ yang menjadi hal terpenting adalah penampilan penyanyi yang menyanyi di atas panggung. Sementara itu harga diri adalah penilaian individu yang diberikan kepada dirinya yang merupakan hasil interaksi individu dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya, harga diri dibagi menjadi dua kategori yaitu harga diri tinggi dan harga diri rendah.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana harga diri wanita jawa yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ. Penelitian dilakukan di lingkungan Ambarawa dengan jumlah subjek 47 penyanyi wanita solo organ dengan batasan usia antara 18-25 tahun, dan berdomisili di Ambarawa. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala harga diri yang terdiri dari 22 item valid dengan r = 0.796.

Data dianalisis menggunakanfrequencies dengan bantuan SPSS versi 15.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan prosentase sebesar 57% wanita yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ memiliki harga diri dengan kategori rendah dan 43% wanita yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ memiliki harga diri dengan kategori tinggi.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan kasihNya hingga penulisan Tugas Akhir Sarjana Strata Satu dengan judul “Studi Deskriptif Harga Diri Penyanyi Wanita Solo Organ” ini dapat terselesaikan. Tugas akhir ini merupakan salah satu prasyarat dalam mencapai tingkat Sarjana Satu (S1), pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Banyak sekali bantuan dan dukungan yang diperoleh penulis selama mengerjakan tugas akhir ini, maka dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak dan Ibu Kahono, untuk segala cinta, doa dan pengorbanan yang telah diberikan dan boleh terima hingga saat ini.

2. Mas Whisnu atas kebersamaan dalam tawa dan sedih selama ini serta mendukung untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Mas Bayu dan Mbak Desi serta Amrta yang selalu memberiku motivasi agar aku cepat lulus.

4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku dekan fakulatas Psikologi Universitas Sanata Dharma serta dosen wali studi yang telah memberikan saran selama aku belajar di USD.

5. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si., selaku pembimbing utama yang telah mengorbankan banyak waktu, tenaga, dan pikiran. Ibu menjadi doronganku untuk terus berusaha dan tidak putus asa.


(11)

6. Ibu Agnes Indar Etikawati. S.Psi., M.Si., Psi. dan Ibu Passchedona Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi. selaku penguji yang telah memberikan saran maupun kritikan.

7. Karyawan fakultas Psikologi di Sekertariat Psikologi (Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gik) dan di Lab Fakultas Psikologi (Mas Muji ‘n Mas Doni) serta karyawan perpustakaan. Terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini.

8. Kepada segenap penyanyi solo organ yang sudi meluangkan waktu untuk mengisi angket penelitian ini.

9. My beloved person, Ika Angga Kurniasari. Makasih Chayank buat perhatian dan kasih sayang yang selama ini aku terima, selalu menemaniku dalam suka maupun duka. Makasih buat kisah yang sudah terjalin dengan tulus dan indah.

10. Keluarga basar Eko Rusjanto yang seakan akan sudah menganggap penulis sebagai keluarga sendiri, memberikan dukungan dan kasih sayang, dan perhatian dan doa kepada penulis.

11. Sahabat yang sudah aku anggap sebagai kaka sendiri : Nugroho Agung alias Bang Kebo yang selalu membrikan dukungan untuk menyaelesaikan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan psikologi ’01 khususnya ; Wisa, Dian, Teki, “aku nyusul kalian jadi sarjana oey……”. Shiro “ maturnuwun, bimbingan skripsi selama ini” Dan teman-teman ’01 yang tidak bias disebutkan satu-persatu.


(12)

13. Best friend “Olep and Ahonk”, terima kasih buat kebersamaan kita selama ini dan dukungan untuk menyeleseikan skripsi ini.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata denagn segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini, namun inilah usaha maksimal yang dapat penulis berikan dengan segala keterbatasan kemampun yang ada. Semoga tugas akhir ini dapat berguna dan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.


(13)

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 7

C. TUJUAN PENELITIAN ... 7

D. MANFAAT PENELITIAN ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. HARGA DIRI ... 8

1. Pengertian Harga Diri ... 8

2. Karakteristik Harga Diri ... 11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ... 15

B. MASA DEWASA AWAL... 17

1. Pengertian Dewasa Awal ... 17

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 18

3. Fase-Fase Kognitif Dewasa ... 18


(15)

D. AKTIFITAS PENYANYI SOLO ORGAN... 27

E. HARGA DIRI PENYANYI SOLO ORGAN ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. JENIS PENELITIAN ... 30

B. VARIABEL PENELITIAN ... 30

C. DEFINISI OPERASIONAL ... 31

D. SUBJEK PENELITIAN ... 32

E. PENGEMBANGAN ALAT PENGUMPULAN DATA... 33

F. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR ... 38

1. Uji Validitas ... 38

2. Seleksi Item ... 38

3. Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 39

G. METODE PENGUMPULAN DATA ... 40

H. ANALISIS DATA... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43

A. ALAT PENELITIAN ... 43

1. Pelaksanaan Uji Coba Penelitan... 43

2. Hasil Uji Coba Alat Penelitian ... 43

B. PELAKSANAAN PENELITIAN ... 44

C. ANALISIS DATA STATISTIK ... 46

1. Uji Normalitas ... 46

2. Deskripsi Data Penelitian... 47

3. Data Deskripsi Harga Diri ... 48

D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 52

A. KESIMPULAN ... 52

B. SARAN... 52


(16)

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Skor item favourabel ... 36

Tabel 2 : Skor item unfavourabel... 36

Tabel 3 : Blueprint skala harga diri sebelumtryout... 37

Tabel 4 : Blueprint skala harga diri sesudahtryout... 37

Tabel 5 : Nomor item yang sahih dan gugur ... 39

Tabel 6 : Nomer item yang sahih dan gugur ... 44

Tabel 7 : Kategori jumlah subjek berdasarkan usia ... 45

Tabel 8 : Deskripsi data penelitian... 47


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Angket harga diritryout... 56

Lampiran 2 : Angket penelitian harga diri ... 60

Lampiran 3 : Data mentahtryout harga diri ... 63

Lampiran 4 : Uji validitas dan reliabilitastryout harga diri ... 72

Lampiran 5 : Data mentah angket penelitian harga diri ... 76

Lampiran 6 : Uji validitas dan reliabilitas angket harga diri ... 85

Lampiran 7 : Data mentah angket harga diri sesudah valid ... 88

Lampiran 8 : Kategorisasi berdasarkan percentile ... 97

Lampiran 9 : Uji normalitas... 100

Lampiran 10: Uji anova... 102


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang “pria” dan “wanita”, lebih daripada sekedar perbincangan mengenai konsep sex atau jenis kelamin. Lebih jauh, pembicaraan tentang “pria” dan “wanita” selalu dikaitkan dengan type-type yang menyertainya. Misalnya, wanita digambarkan sebagai seorang “ibu” yang merefleksikan dirinya sebagai “sosok yang memelihara”, sedangkan pria digambarkan sebagai pekerja keras, penakluk, gemar berekspansi dan mempunyai sifat agresivitas yang tinggi. Sementara, setiap budaya mempunyai gagasan, premis, atau konsep yang berbeda tentangtype-type yang menyertai kedua jenis kelamin itu, terutama berkaitan dengan konsep diri, orang lain, dan hubungan antara diri dengan orang lain (Matsumoto, 2004).

Di banyak kebudayaan Barat misalnya, ada suatu keyakinan yang kuat tentang keterpisahan antar individu. Tugas normatif budaya-budaya ini adalah untuk mempertahankan independensi atau kemandirian individu sebagai entitas yang terpisah dan self-contained (terbatas pada diri). Dalam hal ini Matsumoto (2004) memberikan contoh seperti yang terjadi dalam masyarakat Amerika, di mana orang dibesarkan untuk menjadi unik, dapat mengekspresikan diri sebebas-bebasnya, serta dapat mewujudkan dan mengaktualisasikan diri yang sesungguhnya. Kebudayaan Amerika menyediakan tugas-tugas seperti ini bagi anggotanya, baik pria maupun


(20)

wanita. Banyak dari tugas kultural yang ada dalam budaya Amerika saat ini dirancang dan diseleksi, melalui sejarah, untuk mendorong terbentuknya independensi atau ketidaktergantungan masing-masing diri yang terpisah. Dengan adanya tugas-tugas kultural seperti ini, pengertian orang Amerika tentang harga diri atau nilai diri pun mengambil bentuk yang khas. Ketika seorang pria atau wanita berhasil menjalin tugas-tugas kultural ini, mereka akan sangat puas terhadap dirinya sendiri. Hal ini berdampak pada meningkatnya harga diri mereka. Di bawah konsep independen tentang diri ini, pria dan wanita cenderung memusatkan perhatian pada sifat-sifat diri untuk selanjutnya diekspresikan dalam ruang publik dengan mendasarkan serta mengkonfirmasikan sifat-sifat ini secara privat melalui perbandingan sosial.

Berbeda dengan itu, banyak kebudayaan non-Barat yang tidak mengasumsikan ataupun menghargai keterpisahan antaraindependensi dengan self-contained. Sebaliknya, budaya-budaya ini menekankan pada apa yang barangkali bisa disebut sebagai “kesalingterkaitan” yang mendasar pada manusia. Tugas normatif utama dalam budaya-budaya semacam ini adalah melakukan penyesuaian diri untuk menjadi sesuai dan mempertahankan interdependensi di antara individu. Dengan demikian, banyak individu dalam budaya-budaya ini dibesarkan untuk menyesuaikan diri dengan orang dalam suatu hubungan atau kelompok, membaca maksud orang lain, menjadi orang yang simpatik, menempati dan menjalani peran yang diberikan pada diri seseorang, serta bertindak secara pantas sesuai nilai dan norma yang berlaku.


(21)

Hal-hal ini adalah tugas-tugas kultural yang dirancang dan terseleksi lewat sejarah suatu kelompok budaya untuk mendorong terjadinya interdependensi antara diri dengan orang lain (Matsumoto, 2004).

Contoh kebudayaan non-Barat dalam penelitian ini adalah Budaya Jawa. Tujuan hidup tertinggi orang jawa adalah kesatuan abdi dan Tuhan (manunggaling kawula Gusti), yang hanya dapat dicapai melalui penaklukan dunia lahir dan pengembangan dunia batin. Penaklukan ini dapat dicapai oleh manusia dengan olah roso, penghalusan, dan pendalaman terus-menerus. Tuhan hanya ditemukan oleh individu yang sudah mampu menaklukan dirinya, yang artinya memasuki dunia batin. Dunia batin adalah kenyataan dalam diri manusia yang secara hakiki bersifat halus. Tolak ukur arti pandangan orang jawa adalah untuk mencapai keharmonisan, ketenangan, ketentraman,dan keseimbangan batin (Handayani dan Novianto, 2004).

Kondisi tersebut dapat diamati dalam ideologi gender yang terdapat pada masyarakat feodal-aristokratik Jawa. Peran utama laki-laki adalah sebagai penguasa utama rumah tangga yang memiliki hak-hak istimewa dan otoritas terbesar dalam keluarga. Dengan demikian, anggota-anggota keluarga lain, termasuk isteri harus tunduk kepada penguasa utama tersebut. Laki-laki dalam posisinya sebagai suami dan ayah merupakan figur sentral dalam keluarga. Ayah adalah pengayom dan pengambil keputusan utama dalam keluarga. Karena posisinya yang sangat penting, figur ayah dan suami memiliki otoritas yang besar dalam keluarga, serta kedudukan laki-laki dalam keluarga memberikan legitimasi untuk mendapatkan prestise dan kekuasaan


(22)

dalam masyarakat. Sementara itu, peran utama wanita walaupun telah mengalami redefinisi dan transformasi, esensi dari sebagian nilai yang terkandung dalam ideologi tersebut tetap eksis dalam masyarakat Jawa masa kini. Secara ideal masih terdapat anggapan bahwa peran utama wanita ada di sekitar rumah tangga atau tugas-tugas domestik. “Kewanitaan” atau “feminitas” wanita ditentukan oleh peran mereka di sektor-sektor domestik. Konsep wanita sebagai ibu dan isteri merupakan tema sentral dalam pembicaraan tentang wanita yang seolah-olah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan wanita. Aktivitas wanita dalam sektor lain, yaitu peran publik yang hanya sebatas tugas sekunder. Ideologi tersebut disosialisasikan dan berusaha diwujudkan dalam setiap kegiatan dan institusi-institusi sosial yang formal. Dalam hal ini, harga diri wanita tidak dapat dilepaskan dari peranannya sebagai ibu dan isteri, wanita dianggap sebagai mahluk sosial dan budaya yang utuh apabila telah memainkan kedua peranan yang disebut oleh Abdullah (1997) sebagai fenomena “housewifization”. Di mana wanita adalah sebagai ibu rumah tangga yang harus memberikan tenaga dan perhatiannya demi kepentingan keluarga tanpa boleh mengharapkan imbalan, prestise, serta kekuasaan.

Meskipun demikian, secara mendasar integrasi sifat dinamika yang dibingkai oleh sifat keseimbangan yang menjadi paradigma kebudayaan Jawa, merupakan satu modal kebudayaan yang sangat potensial mendukung pengembangan peranan wanita, sehingga wanita Jawa dengan penuh rasa percaya diri dapat memasuki era kebangkitan wanita. Bertumpu pada


(23)

konfigurasi, paradigma dan makna kebudayaan Jawa tersebut maka sosok wanita Jawa dari tinjauan budaya secara pokok dapat digambarkan sebagai wanita yang memiliki jati diri, terikat, fungsional dan dinamik (Abdullah, 1997). Sebagai suatu konstruk psikologis, budaya Jawa yang dianut oleh sekelompok orang yang mengaku dirinya sebagai “orang Jawa” dalam suatu rangkaian sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku.

Dari uraian tersebut salah satu contoh peran publik yang dijalankan wanita untuk membantu memenuhi kebutuhan adalah sebagai penyanyi solo organ. Solo organ merupakan suatu kesenian yang lahir dari suatu kebutuhan konsumerisme. Pemaknaan kesenian solo organ terletak pada sosok biduan dalam cara-cara membawakan suatu lagu di atas panggung. Oleh karena kesenian ini berasal dari kebutuhan konsumerisme, tidak jarang pihak pimpinan solo organ memberikan batasan usia pada para penyanyinya. Menurut penuturan pihak manajemen yang berhasil diperoleh dari hasil pra penelitian, pemberian batasan usia dilakukan untuk menjaga konsistensi penyanyi maupun penonton, karena umumnya penonton (yang sebagian besar pria) lebih menyukai penyanyi yang berusia muda. Hal ini menjadi alasan bagi sejumlah penyanyi yang memiliki bakat, hanya menjadikan solo organ sebagai batu loncatan. Sementara, bagi penyanyi dengan bakat yang kurang menonjol, menjadikan aktivitas di solo organ hanya sebagai kegiatan sebelum “akhirnya” mereka menikah.

Penelitian ini akan menganalisis harga diri wanita Jawa sebagai penyanyi solo organ. Disebut wanita Jawa, karena sample penelitian ini akan


(24)

menggunakan penyanyi dengan latar belakang budaya Jawa. Dalam hal ini analisis akan dikaitkan dengan konteks cultural dan histories. Tanpa pertimbangan terhadap konteks budaya dan sejarah, maka analisis dalam penelitian ini dapat menyesatkan dan bersifat parsial. Hal ini mengarahkan penulis untuk melakukan suatu kajian secara komprehensif mengenai ”studi deskriptif harga diri penyanyi wanita solo organ”.

Uraian sebelumnya terlihat masyarakat di Jawa termasuk dalam tradisi patriarkat, menurut Field (2003) tradisi masyarakat patriarkat telah mewariskan banyak pertanyaan dan masalah. Selama berabad-abad, kekuasaan pribadi kaum wanita telah dikerdilkan dan peran mereka telah dijadikan marginal dalam suatu kultur yang hanya mengutamakan energi maskulin (mental dan fisik) serta mengerdilkan energi feminim (emosional dan spiritual). Pudjijogyanti (1985) menyatakan bahwa perbedaan peran seksual yang kurang menguntungkan peran wanita mengakibatkan wanita selalu bersikap negatif terhadap dirinya. Wanita juga kurang percaya diri apabila dia diminta menunjukkan seluruh kemampuannya. Adanya perasaan kurang percaya terhadap kemampuan, tingkat aspirasi yang rendah dan locus of control eksternaltelah menunjukkan bahwa wanita bersikap negatif terhadap dirinya sendiri. Martono (2000) mengatakan penilaian umum seseorang mengenai diri, pengalaman dan kemampuannya disebut juga harga diri.

Menurut Zukav (dalam Ubaydillah 2007) harga diri terkait dengan kualitas emosi seseorang, menjadi lebih bisa mengoptimalkan potensi dirinya, keunggulan, dan keunikan dirinya atau disebut aktualisasi diri, juga bagaimana


(25)

harga diri itu terkait erat dengan kepercayaan diri, hal itu juga akan berpengaruh pada problem solving atau kemampuannya menyelesaikan masalah. Hal ini jelas terlihat bahwa harga diri wanita sangat penting.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana harga diri penyanyi wanita solo organ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, yaitu untuk mengetahui tingkat harga diri penyanyi wanita solo organ.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga, baik secara praktis maupun teoritis.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah kajian-kajian ilmiah bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya ilmu psikologi sosial agar dapat mengembangkan wilayah keilmuannya terutama yang berkaitan dengan harga diri dalam perspektif budaya.


(26)

2. Manfaat praktis

Memberikan suatu pandangan dan penilaian bagi masyarakat khususnya penyanyi solo organ tentang harga diri seorang wanita yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ sehingga seorang wanita yang memiliki profesi sebagai penyanyi solo organ dapat mengembangkan diri mereka secara optimal dengan cara meningkatkan harga dirinya.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Harga diri

1. Pengertian Harga diri

Coopersmith (dalam Handayani, 2002) mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi yang dibuat individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat keyakinan bahwa dirinya sendiri mampu, penting, berhasil dan berharga. Dengan kata lain harga diri merupakan suatu penilaian pribadi terhadap perasaan berharga yang diekspresikan di dalam sikap-sikap yang dipegang oleh individu tersebut. Walaupun tampak mengacu pada pengalaman subjektif, harga diri akan muncul dalam perilaku yang dapat diamati.

Branden (2001) mengartikan harga diri sebagai pengalaman intim yang berada dalam inti kehidupan. Harga diri adalah apa yang dipikirkan dan rasakan tentang diri sendiri, bukanlah apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain tentang siapa diri kita sebenarnya.

Menurut Hurlock (1999), harga diri merupakan evaluasi diri yang dibuat dan dipertahankan oleh seseorang yang berasal dari interaksi sosial dalam keluarga serta penghargaan, perlakuan dan penerimaannya dari orang lain. Selaras dengan pendapat diatas Berne dan Savary (1988) mendefinisikan harga diri sebagai penopang rasa percaya diri sehingga


(28)

seseorang dapat membina hubungan yang sehat dengan orang lain, melihat diri mereka sebagai orang yang berhasil dan memperlakukan orang lain tanpa kekerasaan.

Calhoun (1990) berpendapat bahwa harga diri merupakan hasil dari salah satu dimensi dari konsep diri, yang dimaksud adalah penilaian terhadap diri sendiri melawan apa yang dirasakan dapat dilakukan dan harus dapat dilakukan. Jadi evaluasi diri merupakan penilaian terhadap diri yang nyata dan yang dicita-citakan. Hasil dari penilaian ini menunjukkan tingkat harga diri seseorang. Maslow melihat harga diri sebagai sesuatu yang merupakan kebutuhan setiap orang dan terasa mulai dari tingkat yang rendah hingga tinggi. Kebutuhan untuk dihargai ini di dalam kehidupan bermasyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku seseorang dan mendorong untuk melakukan bermacam-macam hal demi mendapatkan penghargaan dari orang lain

Menurut Tambunan (2001) harga diri itu sendiri mengandung arti suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap–sikap yang dapat bersifat positif dan negatif. Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari–hari. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini.

Dalam penelitian ini harga diri dapat disimpulkan sebagai evaluasi yang dibuat individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya,


(29)

yang mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat keyakinan bahwa dirinya sendiri mampu, penting, berhasil dan berharga. Dengan kata lain harga diri merupakan suatu penilaian pribadi terhadap perasaan berharga yang diekspresikan di dalam sikap-sikap yang dipegang oleh individu tersebut. Walaupun tampak mengacu pada pengalaman subjektif, harga diri akan muncul dalam perilaku yang dapat diamati.

2. Karakteristik Harga Diri

Coopersmith (1976) membedakan dua jenis harga diri menurut karakteristik individu, yaitu rendah dan tinggi. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah :

a. Karakteristik harga diri tinggi

1. Aktif dan dapat mengekspresikan dirinya dengan baik.

2. Berhasil dalam bidang akademik, terlebih dalam mengadakan hubungan sosial.

3. Dapat menerima kritik dengan baik.

4. Tidak terpaku pada dirinya atau tidak hanya memikirkan kesulitannya sendiri.

5. Keyakinan akan dirinya tidak berdasarkan pada fantasinya karena memang mempunyai kemampuan, kecakapan sosial dan kualitas diri yang tinggi.


(30)

6. Tidak terpengaruh pada penilaian dari orang lain tentang sifat atau kepribadiannya, baik itu positif ataupun negatif.

7. Akan menyesuaikan diri dengan mudah pada suatu lingkungan yang belum jelas.

8. Akan lebih banyak menghasilkan suasana yang berhubungan dengan kesukaan sehingga tercipta tingkat kecemasan dan perasaan tidak aman yang rendah serta memiliki daya pertahanan yang seimbang.

b. Karateristik harga diri rendah 1. Memilki perasaan inferior.

2. Takut dan mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan sosial.

3. Terlihat sebagai orang yang putus asa dan depresi. 4. Merasa diasingkan dan tidak diperhatikan.

5. Kurang dapat mengekspresikan diri. 6. Tidak konsisten.

7. Secara positif akan selalu mengikuti apa yang ada dilingkungannya.

8. Menggunakan banyak taktik pertahanan diri. 9. Mudah mengakui kesalahan.

Menurut Clemes, dkk (1995) karakteristik harga diri terbagi menjadi dua, yaitu:


(31)

a. Harga Diri Tinggi

1. Bertindak mandiri. Ia akan membuat pilihan dan mengambil keputusan tentang masalah seperti pemanfaatan waktu, uang, pekerjaan, pikiran, dan lain-lain. Ia akan mencari teman dan kesenangannya sendiri.

2. Menerima tanggung jawab. Ia akan bertindak dengan segera dan penuh keyakinan dan kadang-kadang menerima tanggung jawab untuk tugas atau kebutuhan sehari-hai.

3. Merasa bangga akan prestasinya. Ia akan menerima pengakuan terhadap prestasi yang dicapainya dengan gembira dan kadang-kadang memuji dirinya sendiri.

4. Mendekati tantangan baru dengan penuh antusias. Tugas yang belum diketahui, belajar dan melakukan aktifitas baru, menarik perhatiannya dan ia mau melibatkan dirinya dengan penuh percaya diri.

5. Menunjukkan sederet perasaan dan emosi yang luas. Ia mampu tertawa, berteriak, menangis, mengungkapkan kasih sayangnya secara spontan dan secara umum, mengalami berbagai perasaan, emosi tanpa menyadarinya.

6. Mentolerir prestasi dengan baik. Ia akan mampu menghadapi frustasi dengan berbagai reaksi seperti menertawakan diri sendiri, berteriak keras-keras dan sebagainya, dan dapat berbicara tentang apa saja yang membuatnya frustasi.


(32)

7. Merasa mampu mempengaruhi orang lain. Ia merasa percaya diri akan kesan yang diperolehnya dan mampu mempengaruhi anggota keluarga, teman bahkan para pemimpin seperti guru, mentor, direktur dan lain-lain.

b. Harga Diri Rendah

1. Meremehkan bakatnya sendiri. Ia akan mengatakan “saya tidak bisa melakukan ini atau itu……..saya tidak tau bagaimana……..., saya tidak pernah belajar itu”

2. Merasa bahwa orang lain tidak menghargainya. Ia akan merasa tidak yakin dan selalu bersikap negatif terhadap dukungan dan kasih sayang orang tuanya atau teman.

3. Merasa tidak berdaya. Kurang percaya diri atau bahkan ketidakberdayaannya akan tampak dalam sikap dan tindakan. Ia tidak mau berusaha keras menghadapi tantangan atau masalah. 4. Mudah dipengaruhi orang lain. Gagasan dan perilakunya sering

kali berubah mengikuti orang banyak bergaul dengannya. Seringkali ia dimanipulasi orang yang berkepribadian kuat.

5. Menunjukkan deretan emosi dan perasaan yang sempit. Betapa emosi yang khas seperti misalnya : tidak sopan, keras kepala, histeria. Orang tua dapat meramalkan reaksi yang akan diperlihatkan dalam situasi tertentu.


(33)

6. Menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan. Toleransi yang rendah terhadap stess terutama rasa takut, amarah, lingkungan yang menimbulkan kekacauan.

7. Menjadi defensif dan mudah frustasi.ia akan mudah tersinggung tidak mempu menerima kritikan atau perintah yang tidak diduga dan slalu mempunyai dalih mengapa ia tidak dapat melaksanakannya.

8. Menyalahkan orang lain karena kesalahannya sendiri. Ia jaranag mau mengakui kesalahannya atau kelemahannya dan kerap kali menyalahkan orang lain atau keadaaan yang tidak menguntungkan sebagai penyebab kesulitannya.

Karakteristik harga diri mengacu pada teori Coopersmith dimana hanya dijelaskan dalam dua tingkat harga diri, yaitu harga diri tinggi dan rendah. Harga diri tinggi misalnya berhasil di bidang akademik, lebih mampu mengadakan hubungan sosial termasuk dalam hubungan keluarga, dan dapat mengekspresikan dirinya dengan baik, sedangkan harga diri rendah misalnya mengalami ketakutan akan kegagalan dalam hubungan sosial, memiliki tingkat kecemasan tinggi sehingga merasa diasingkan dan tidak diperhatikan, juga kurang dapat mengkspresikan dirinya.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga diri

Menurut Dusek (1996) ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi tinggi rendahnya harga diri seseorang antara lain :


(34)

a. Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja putri mudah terkena gangguan terhadap bentuk tubuh dibanding dengan kelompok usia lainnya. Secara khusus harga diri mereka cenderung rendah. Penyebabnya adalah sangat bermaknanya harga diri fisik agar dapat diterima oleh kelompoknya.

b. Kelas Sosial

Penelitian menunjukkan bahwa kelas sosial remaja yang ditandai oleh pekerjaan, pendidikan dan penghasilan orang tua merupakan penentu yang penting dari harga diri, khususnya individu yang berpindah dari tahap remaja mengarah keremaja akhir. Pada umumnya, dengan kelas sosial menengah memiliki harga diri yang lebih tinggi dibanding kelompok menengah kebawah.

c. Pengasuhan

Salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya harga diri adalah pengasuhan. Dari penelitaian yang dilakukan Coopersmith ditemukan bahwa individu yang diasuh dengan penerimaan dan kehangatan serta memiliki suasana rumah yang memahami dan toleran memilki harga diri yang tinggi dibandingkan dengan yang diasuh dengan orang tua yang otoriter.


(35)

B. Masa Dewasa Awal

1. Pengertian Dewasa Awal

Istilah adult berasal dari kata kerja latin yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan”. Akan tetapi kata “adult” berasal dari bentuk lampau dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa”. Orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya, masa dewasa muda dimulai pada umur 18 tahun sampai 40 tahun, disaat perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan produktif (Hurlock,1999).

Hurlock (1999) berpendapat bahwa individu disebut dewasa bila telah memiliki kekuatan tubuh secara maksimal, siap bereproduksi dan memilki kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor serta diharapkan dapat memainkan perannya bersama dengan individu-individu lain dalam masyarakat.

Menurut Piaget (dalam Hurlock,1999) secara psikologis masa dewasa adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat luas. Masa dewasa adalah usia dimana individu mengalami perubahan intelektual yang mencolok, transformasi yang khas dari cara berpikir memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan.


(36)

Salah satu ciri-ciri perkembangan masa dewasa awal menurut Hurlock (1999) adalah masa dewasa awal sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dimana seorang pada masa dewasa awal sedang melakukan penyesuaian terhadap pola peran seks atas dasar persamaan derajat yang menggantikan pola tradisional serta pola baru dalam kehidupan keluarga.

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Havigurst (Hurlock,1999) membagi tugas–tugas sebagai berikut, mulai bekerja, memilih pasangan hidup, belajar hidup dengan tunangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga negara, dan mencari kelompok sosial yang menyenangkan.

3. Fase-Fase Kognitif Dewasa

Piaget (dalam Santrock, 1995) percaya bahwa seorang remaja dan seorang dewasa berpikir dengan cara yang sama. Namun beberapa ahli perkembangan percaya bahwa baru pada saat masa dewasalah individu mengatur pemikiran operasional formal mereka. Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi lebih sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa.


(37)

Fase-fase kognitif masa dewasa menurut Schaie (dalam Santrock, 1995) adalah:

a. Fase mencapai prestasi (Achieving Stage)

Fase dimasa dewasa awal yang menurut Schaie (1977), melibatkan penerapan inteletualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karier dan pengetahuan. Solusi ini harus diintegrasikan dalam rencana hidup yang mencakup masa depan.

b. Fase tanggung jawab (The Responsibility Stage)

Fase yang terjadi ketika keluarga terbentuk dan perhatian diberikan kepada keperluan-keperluan pasangan dan keturunan. Fase tanggung jawab sering dimulai pada masa dewasa awal dan terus berlanjut ke masa dewasa tengah.

c. Fase eksekutif (The executive Stage)

Fase yang terjadi di masa dewasa tengah dimana seseorang bertanggung jawab pada sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial.

d. Fase reintegratif (The reintregrative Stage)

Terjadi pada bagian akhir dewasa fase terakir dimana orang dewasa yang lebih tua memilih untuk memfokuskan tenaga mereka pada tugas dan kegiatan yang bermakna bagi mereka.

Usia dewasa awal merupakan masa yang paling menentukan pada sosok wanita. Masa dewasa awal manusia harus sudah memutuskan untuk


(38)

bekerja atau menjalin hubungan hingga ke jenjang pernikahan. Karena itu masa dewasa awal merupakan masa yang sangat penting karena pada masa ini seseorang perlu membuat pilihan yang tepat demi menjalin masa depannya. Pada masa ini seseorang akan menghadapi dilemma antara kerja dan keluarga, mereka sudah mulai menerima dan memikul tanggung jawab yang lebih berat. Masa dewasa awal disebut juga golden age dimana pada masa ini semangat hidup seorang wanita tidak dapat ditunggu lagi. Pada usia emas ini hidup harus diputuskan saat ini demi mewujudkan citi-citanya (Prasetyadi, 2008)

C. Eksistensi Wanita Dalam Budaya Jawa

Menurut Handayani dan Novianto (2004) kata wanita dalam masyarakat Jawa lebih dipilih daripadaperempuan, sebab berdasarkan pemaknaan, kata “wanita” lebih dekat dengan kesadaran praktis masyarakat Jawa, dalam artian ‘Wanita” berasal dari kata wani (berani) dan tata (diatur), artinya seorang wanita adalah sosok yang berani ditata dan diatur.

Analisis terhadap status dan peran wanita Jawa, terutama dalam hubungannya dengan pola pembagian kerja menghasilkan dua kesimpulan yang bertolak belakang. Hal tersebut menurut Kusujiarti (dalam Abdullah, 1997) disebabkan adanya perbedaan persepsi dan pendekatan yang digunakan dalam mencermati hubungan gender dan dinamika interaksi yang terjadi dalam hubungan gender pada masyarakat Jawa.

Analisis pertama mengemukakan bahwa perempuan Jawa memiliki kekuasaan yang besar dan status yang tinggi, baik dalam masyarakat luas


(39)

maupun keluarga. Posisi tersebut dicapai perempuan antara lain karena adanya struktur keluarga yang bilateral, anggapan umum yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan atau suami-istri adalah dua mahluk yang saling melengkapi, serta sumbangan perempuan yang cukup besar dalam ekonomi keluarga yang dicapai melalui partisipasi aktif mereka dalam kegiatan produktif (Handayani dan Novianto, 2004).

Menurut Koentjaraningrat (1984) peranan penting perempuan juga ditunjukkan dengan adanya kenyataan bahwa di sebagian besar rumah tangga Jawa, perempuanlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Selain itu, perempuan juga berperan penting dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan dan status perempuan di negara-negara berkembang lainnya, seperti Banglades, India, dan Cina, bahkan di antara kelompok masyarakat lain di wilayah Indonesia. Faktor-faktor itu menunjukkan bahwa perempuan mempunyai akses yang cukup besar terhadap berbagai jenis sumber daya, baik yang ada dalam keluarga maupun masyarakat. Sedangkan kemampuan dan kesempatan untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi, sosial, dan kultural merupakan faktor-faktor yang sangat penting dalam menentukan status dan peranan perempuan

Analisis kedua menyangkal pendapat tersebut. Menurut analisis ini, peranan penting perempuan dalam sektor ekonomi dan pengelolaan rumah tangga belum tentu menunjukkan tingginya status dan kekuasaan perempuan. Perempuan memiliki beban ganda karena mereka harus mencari nafkah untuk


(40)

keluarga dan juga dituntut untuk menyelesaikan sebagian besar pekerjaan domestik, sehingga mereka harus membagi waktu dan sumber daya untuk memenuhi kedua kewajiban tersebut secara bersamaan (Murniati, 1998).

Menurut Mukmin (1980) wanita Indonesia memiliki berbagai macam motivasi yang mendorong mereka untuk bekerja diluar rumah, antara lain ekonomi material, misalnya untuk menambah penghasilan keluarga, motivasi mental spiritual, yaitu untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan yang diperoleh guna meningkatkan karier dan kepuasan mental atuapun hanya sekedar keisengan yaitu bekerja sebagai suatu hoby tanpa tujuan tertentu hanya untuk mengisi waktu luang saja. Pada umumnya motivasi wanita Indonesia bekerja adalah karena adanya motivasi ekomoni dan spiritual. Wanita memandang pekerjaan hanya sebagai hal sampingan sedangkan pria memandang pekerjaan sebagai hal pokok bahkan mereka mengidentifikasikan diri dengan pekerjaan.

Dalam masyarakat Jawa banyak ditemukan wanita Jawa justru dapat bertindak lebih taktis dan lebih rasional dalam situasi yang penuh tekanan terutama secara sosial. Hal ini disebabkan karena posisi laki-laki ada di wilayah publik, biasanya kaum laki-lakilah yang paling merasa terdesak untuk membawa diri sesuai dengan tuntutan-tuntutan tata karma yang tepat. Dengan demikian, karena dia berada di posisi publik maka laki-laki Jawa menanggung beban publik untuk selalu bisa membawakan diri. Oleh karena itu, dalam situasi penh tekanan sosial dia akan cenderung tidak spontan dan kurang jernih. Adapun kaum wanita jauh lebih mudah mengikuti rasa spontannya


(41)

mengingat posisinya di wilayah privat sehingga ia cenderung bebas dan lebih jernih untuk mengemukakan pendapatnya . (Handayani dan Novianto, 2004).

Dari dua analisis tersebut dapat diketahui bahwa kondisi kekuasaan dan peran perempuan Jawa dalam masyarakat dan keluarga merupakan kenyataan semu yang masih membutuhkan kajian yang lebih kritis. Para penganut analisis kedua berpendapat bahwa sistem patriarki merupakan halangan terbesar bagi perempuan Jawa untuk mendapatkan status dan peran yang setara dengan laki-laki. Sistem patriarki dengan nilai-nilai yang mengutamakan laki-laki ini, mempengaruhi cara perempuan dan laki-laki dalam mempersepsikan status dan peranannya dalam keluarga dan masyarakat serta menentukan citra masing-masing jenis kelamin dalam tatanan masyarakat (Budiman, 1985).

Dalam tatanan sosial yang dilandasi pada sistem hubungan yang patriarkis, walaupun perempuan aktif dalam proses produksi dan tidak menghadapi hambatan kultural dan sosial yang sangat berarti dalam pola pembagian kerja secara domestik ataupun publik, namun pada dasarnya segala aktivitas perempuan dan persepsi masyarakat terhadap status dan posisi perempuan dilingkupi oleh nilai-nilai patriarkis yang memihak pada laki-laki. Nilai-nilai yang patriarkis tersebut diinternalisasikan dan dilanggengkan melalui berbagai institusi sosial seperti lembaga politik, pendidikan, maupun kepercayaan-kepercayaan, sehingga subordinasi tersebut tidak dirasakan sebagai suatu sistem yang secara langsung sangat menekan dan memojokkan perempuan (Abdullah, 1997).


(42)

Kedua analisis tersebut, meskipun nampaknya sangat berlawanan, namun sesungguhnya merupakan perspektif yang saling melengkapi. Di satu pihak, perempuan Jawa, khususnya perempuan Jawa yang berada di pedesaan menempati posisi yang penting dalam keluarga dan masyarakat. Namun, di pihak lain perempuan tidak mendapatkan prestise, kesempatan, dan kekuasaan yang sebanding dengan laki-laki. Ideologi gender yang hegemonis, ideologi familialisme, yang menekankan peranan perempuan sebagai ibu dan istri, merasuk dan mempengaruhi cara pandang maupun persepsi perempuan dan laki-laki terhadap pengalaman kesehariannya. Kedua analisis tersebut berguna untuk menganalisis status dan peranan perempuan Jawa dalam masyarakat dan keluarga.

Pendekatan pertama lebih menitikberatkan pada segi positif dan faktor-faktor yang menguntungkan bagi perempuan Jawa untuk berperan dalam keluarga dan masyarakat, tanpa melihat secara kritis mekanisme dan struktur yang memojokkan serta menghambat perempuan. Pendekatan kedua menitikberatkan pada adanya mekanisme struktural dan kultural, serta ideologi yang hegemonik yang melahirkan subordinasi terhadap perempuan. Sebagai akibatnya, perspektif ini kurang melihat perempuan sebagai mahluk yang aktif, yang tidak begitu saja menyerah pada ketentuan struktur dan kultur. Cara pandang ini juga kurang melihat hubungan gender sebagai suatu interaksi yang dinamis. Secara implisit paradigma ini memprapersepsikan atau mengasumsikan bahwa setiap hubungan gender bersifat eksploitatif dan mensubordinasikan perempuan dan menganggap bahwa laki-laki secara


(43)

konspiratif bersepakat, serempak, dan sadar berusaha menempatkan perempuan pada posisi yang tidak menguntungkan (Budiman, 1985).

Hubungan gender dan analisis terhadap hubungan tersebut harus dikaitkan dengan konteks kultural dan historis. Tanpa pertimbangan terhadap konteks budaya dan sejarah dari hubungan tersebut, analisis hubungan gender dapat menyesatkan dan bersifat parsial. Kaitan antarbudaya serta wacana-wacana yang hegemonik serta kenyataan faktual dalam kehidupan sehari-hari perlu dipandang sebagai dua hal yang saling berinteraksi secara dinamik dan dialektika. Praktek hubungan gender yang secara nyata dapat diamati sehari-hari berkaitan dan mempengaruhi wacana dan ideologi yang dominan, begitu pula sebaliknya (Budiman, 1985).

Ideologi yang menekankan bahwa peran perempuan yang utama adalah di sekitar rumah tangga, sebagai ibu dan istri, telah lama disosialisasikan dan diinternalisasikan dalam masyarakat Jawa. Ideologi ini telah bersatu dan menjadi elemen dalam budaya Jawa. Dalam masyarakat Jawa, ideologi tersebut dilestarikan dan secara terus menerus diredefinisikan melalui hukum-hukum adat yang berlaku, kepercayaan-kepercayaan, serta negara dan pemerintah yang pernah ada dalam sejarah masyarakat Jawa. Ideologi yang menekankan pada peran rperoduksi dan domestik perempuan sangat ditekankan pada perempuan kelas atas pada jaman kerajaan-kerajaan Jawa. Perempuan digambarkan sebagai mahluk yang anggun, halus, rapi, tetapi tidak memiliki daya pikir yang tinggi dan kurang memiliki kemampuan serta kekuatan spiritual, sehingga ia dianggap tidak mampu menduduki


(44)

jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan dan masyarakat. Dengan demikian perempuan dianggap sebagai mahluk yang sekunder atau the second sex, sehingga perempuan dianggap perlu mendapatkan perlindungan dan pengarahan dari laki-laki (Abdullah, 1997).

Status dan peran perempuan dalam masyarakat Jawa sangat ditentukan oleh status laki-laki atau suaminya, karena perempuan mendapatkan perlindungan, pengarahan dan status dari laki-laki maka sebagai imbalannya perempuan harus tunduk dan memenuhi kebutuhan laki-laki, serta mendukung keinginan dan kepentingan laki-laki. Dalam masyarakat feodal yang aristokratik, ideologi ini sangat penting untuk mendukung kelestarian suatu dinasti. Kesetiaan dan ketundukan perempuan dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan keturunan dan mendapatkan kepastian bahwa keturunan yang ada adalah pewaris yang sah dari raja yang berkuasa (Abdullah, 1997).

Walaupun ideologi gender telah mengalami redefinisi dan modifikasi, namun esensi sebagian nilai yang terkandung dalam ideologi tersebut tetap eksis dalam masyarakat Jawa masa kini. Secara ideal masih terdapat anggapan bahwa peran utama perempuan ada di sekitar rumah tangga dan tugas-tugas domestik. Aktivitas perempuan dalam sektor lain, seperti sektor produksi dianggap sebagai tugas sekunder. “Keperempuanan” atau “feminitas” perempuan ditentukan oleh peran mereka di sektor-sektor domestic (Abdullah, 1997).


(45)

Konsep perempuan sebagai ibu dan istri merupakan tema sentral dalam pembicaraan tentang perempuan. Kedua konsep tersebut seolah-olah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan perempuan. Ideology familialisme (ideology of familialism) atau ibuisme melingkupi kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Ideologi tersebut disosialisasikan dan berusaha diwujudkan dalam setiap kegiatan dan institusi-institusi yang formal. Kedirian perempuan tidak dapat dilepaskan dari peranannya sebagai ibu dan istri, perempuan dianggap sebagai mahluk sosial dan budaya yang utuh apabila telah memainkan kedua peranan tersebut dengan baik (Abdullah, 1997).

D. Aktivitas Penyanyi Wanita Solo Organ

Solo organ adalah salah satu kesenian yang termasuk dalam budaya pop. Budaya pop adalah suatu budaya yang diproduksi secara komersial dan tidak ada alasan untuk berpikir bahwa tampaknya budaya pop akan berubah dimasa yang akan datang. Namun, dinyatakan bahwa audience pop menciptakan makna mereka sendiri melalui teks budaya pop dan melahirkan kompetensi budaya dan sumber daya diskursif mereka sendiri. Budaya pop dipandang sebagai makna dan praktik yang dihasilkan oleh audien pop pada saat konsumsi dan studi tentang budaya pop terpusat pada bagaimana dia digunakan (Barker, 2005).

Hall (2001) memberikan batasan bahwa budaya pop adalah arena konsensus dan resistensi dalam memperjuangkan makna budaya. Lebih


(46)

lanjut, dikatakan pula bahwa budaya pop adalah tempat di mana hegemoni budaya dimapankan atau ditentangkan.

E. Harga Diri Penyanyi Wanita Solo Organ

Dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya kita mengenal dua jenis kelamin yaitu pria dan wanita. Pria digambarkan sebagai sosok pekerja keras yang memiliki sifat agresifitas yang tinggi, sedangkan wanita digambarkan sebagai sosok yang memelihara. Secara umum kita juga mengenal dua budaya yang berbeda yaitu budaya barat dan timur. Wanita jawa termasuk dalam budaya timur, dalam penelitian ini wanita jawa yang dalam kehidupan sehari-harinya dipengaruhi oleh adat jawa yang berlaku misalnya wanita jawa tunduk pada suami, tidak keluar malam, juga berpenampilan yang anggun.

Wanita dikatakan sebagai makluk sosial yang utuh apabila mampu melakukan kedua perannya yaitu peran domestik dan peran publik. Peran domestik dalam budaya jawa misalnya peran wanita dalam rumah tangga seperti memasak, melayani suami, mengatur pendapatan, mengasuh anak. Namun wanita juga memiliki peran publik yang tidak kalah penting, misalnya hubungan dengan masyarakat sekitar untuk bersosialisasi (nyumbang, biasanya dilakukan oleh ibu-ibu) dan bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Salah satu pekerjaan yang dipilih wanita jawa adalah penyanyi solo organ, dalam menjalankan profesi ini wanita dituntut untuk berpenampilan menarik yang kadang menjurus ke arah seksi, mau bekerja di malam hari,


(47)

mampu berkomunikasi dan yang lebih penting lagi masih berusia muda, kebanyakan dari penyanyi solo organ adalah wanita karena wanita secara umum lebih menarik daripada pria. Tuntutan profesi yang dia geluti seringkali bertolak belakang dengan budaya timur atau adat jawa yang ada dilingkungan masyarakat, sehingga hal ini mempengaruhi harga diri wanita yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan menggunakan metode deskriptif. Mardalis (1990), penelitian deskrptif merupakan penelitian yang bertujuan mendiskripsikan, mencatat, menganalisis dan mengintepretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi. Soemanto (1999) berpendapat penelitian diskriptif berusaha mendiskripsikan dan mengintepretasikan apa yang ada atau dapat mengenai kondisi yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berlangsung. Penelitian ini tidak menggunakan hipotesa tetapi hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai variabel yang diteliti. Penelitian ini berusaha menggambarkan fenomena yang terjadi tentang masalah harga diri penyanyi wanita solo organ di Ambarawa.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari kesimpulannya.


(49)

Bentuk penelitian ini adalah studi deskriptif karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel. Variabel dalam penelitian ini adalah harga diri wanita penyanyi solo organ.

C. Definisi Operasional

Pada penelitian ini dirumuskan batasan operasional untuk variabel yang ada. Hal ini bertujuan untuk memperoleh pengertian yang jelas mengenai variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian ini serta menghindari salah pengertian dan penafsiran. Harga diri sebagai evaluasi yang dibuat subjek mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat keyakinan bahwa dirinya sendiri mampu, penting, berhasil dan berharga. Dengan kata lain harga diri merupakan suatu penilaian pribadi terhadap perasaan berharga yang diekspresikan di dalam sikap-sikap yang dipegang oleh subjek tersebut. Walaupun tampak mengacu pada pengalaman subjektif, harga diri akan muncul dalam perilaku yang dapat diamati.

Bentuk data harga diri dalam penelitian ini adalah berupa skor total penelitian yang diperoleh dari pengisian skala harga diri yang diisi oleh subjek. Subjek penelitian ini adalah wanita yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka akan semakin tinggi harga dirinya.


(50)

D. Subyek Penelitian

Menurut Hadi (1996) sampel penelitian adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti, yang menjadi sumbangan data sebenarnya. Subjek penelitian ini adalah wanita dewasa awal yang mempunyai profesi sebagai penyanyi solo organ khususnya yang ada di kota Ambarawa. Karakteristik subyek yang mejadi sasaran dalam penelitian ini adalah:

1. Penyanyi perempuan solo organ dengan latar belakang budaya Jawa. 2. Penyanyi perempuan solo organ yang masih menjalani profesinya.

3. Penyanyi perempuan solo organ yang berumur antara 18 sampai 25 tahun (dewasa awal).

4. Penyanyi perempuan solo organ yang bertempat tinggal di Ambarawa. Subyek yang digunakan pada penelitian ini hanyalah penyanyi perempuan solo organ yang masih aktif menjalani profesinya dengan usia antara 18 sampai 25 tahun. Menurut Prasetyadi, 2008 pada usia ini seseorang sudah memasuki masa dewasa awal dimana masa ini merupakan masa yang paling menentukan pada sosok wanita. Masa dewasa awal manusia harus sudah memutuskan untuk bekerja atau menjalin hubungan hingga ke jenjang pernikahan. Karena itu masa dewasa awal merupakan masa yang sangat penting karena pada masa ini seseorang perlu membuat pilihan yang tepat demi menjalin masa depannya. Selain itu solo organ adalah budaya pop yang lahir dari permintaan pasar yang menuntut adanya kesempurnaan baik dari segi fisik maupun kualitas suara, jadi diasumsikan bahwa pada usia tersebut penyanyi masih bisa eksis dalam dunia pertunjukan solo organ. Jumlah


(51)

penyanyi perempuan solo organ di Ambarawa cukuplah banyak. Oleh karena itu, tidak mungkin semua individu penyanyi perempuan solo organ dipakai sebagai subyek penelitian.

Subjek penelitian dipilih melalui teknik sampling Snowball. Teknik Snowball yaitu peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan dapat mmberikan data yang diperlukan, kemudian selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya, maka peneliti dapat menetapkan sampel lain, yang dipertimbangkan akan memberikan data yang lebih lengkap (Sugiyono, 2002).

E. Pengembangan Alat Pengumpulan Data

Suatu instrumen adalah alat pengungkuran pengetahuan, ketrampilan, perasaan, kecerdasaan, atau sikap individu dan kelompok. Instrumen dapat berupa tes, angket, wawancara, dan sebagainya (Soemanto, 1999).

Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala yang diberikan pada subjek penelitian. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Harga Diri. Skala ini diadaptasi dari skala harga diri yang dibuat Coopersmith (dalam Azwar, 1999) yang berisi item-item yang menyajikan pernyataan-pernyataan harga diri dengan reabilitas skala versi bahasa Indonesia adalah 0,530.

Dasar anggapan digunakannya metode skala ini, seperti yang dikemukakan Hadi (2000) yaitu:


(52)

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dapat dipercaya.

3. Bahwa interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya sama dengan yang dimaksud oleh peneliti.

Dalam penelitian ini digunakan skala langsung. Skala langsung menurut Hadi (2000) yaitu bahwa skala tersebut secara langsung diberikan kepada orang yang dimintai pendapat atas keyakinannya untuk menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri.

Kelebihan menggunakan metode skala (Suryabrata, 1998) adalah sebagai berikut:

1. Tidak membutuhkan waktu yang relatif lama

2. Dapat dilakukan terhadap banyak subjek pada waktu yang bersamaan 3. Biaya relatif murah

4. Untuk pelaksanaannya tidak dibutuhkan keahlian mengenai lapangan yang sedang diselidiki.

Meskipun begitu metode skala ini juga memiliki kelemahan (Hadi, 2000) antara lain:

1. Unsur-unsur yang tidak disadari kurang bisa terungkap

2. Besar kemungkinan jawaban-jawaban yang diberikan dipengaruhi oleh keinginan pribadi, tidak apa adanya

3. Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu ditanyakan seperti hal-hal yang memalukan atau tidak penting untuk dikemukakan.


(53)

Untuk mengatasi kelemahan tersebut Hadi mengatakan bahwa perlu mengupayakan penyusunan skala tersebut seperti di bawah ini: 1. Menggunakan bahasa yang sederhana sehingga subjek mengerti hal-hal

yang ditanyakan

2. Subjek tidak diwajibkan menuliskan namanya, sehingga subjek tidak perlu kuatir dan takut hal-hal yang ada pada dirinya akan diketahui oleh orang lain

3. Jawaban terdiri dari beberapa pilihan dan subjek tinggal memilih jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya sehingga subjek tidak perlu merumuskan sendiri jawabanya.

Metode penskalaan yang digunakan adalah metodesummated ratings, dengan menggunakan skala Likert. Selain itu, skala ini disusun dengan menggunakan format respon dua pilihan jawaban yakni ya dan tidak. Skor jawaban ya itemfavorable bernilai 1, dan jawaban tidak bernilai 0. Sedangkan itemunfavorable jawaban ya bernilai 0 dan jawaban tidak bernilai 1.

Alasan menggunakan respon dua pilihan karena respon dua pilihan menuntut subyek untuk mampu memberi jawaban definitif atas keadaan dirinya yang sebenarnya. Dengan kata lain, subyek harus mampu berdisposisi atas realitas dirinya dan tidak terjebak pada pernyataan ambigu atau ragu-ragu. Diasumsikan, individu yang sudah berusia 18 sampai 25 tahun yang telah memasuki usia dewasa awal, subyek mampu berdisposisi dan secara jujur mendeskripsikan dirinya.


(54)

Dengan adanya kategori pemberian skor tersebut maka pernyataan-pernyataan yang akan disajikan mendapat skor atau nilai dari 0 sampai 1 berdasarkan kategori pernyataan. Ada dua alternatif jawaban yang disajikan dalam penelitian ini, yaitu ya dan tidak. Berikut tabel yang akan menjelaskan:

Tabel 1 Skor Item Favorabel Pernyataan Skor

Ya 1

Tidak 0

Tabel 2

Skor Item Unfavorabel Pernyataan Skor

Ya 0

Tidak 1

Skala harga diri dalam penelitian ini mengadaptasi skala harga diri dari Coopersmith (dalam Azwar, 1999). Definisi harga diri menurut Coopersmith yaitu harga diri sebagai evaluasi yang dibuat individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat keyakinan bahwa dirinya sendiri mampu, penting, berhasil dan berharga. Dengan kata lain harga diri merupakan suatu penilaian pribadi terhadap perasaan berharga yang diekspresikan di dalam


(55)

sikap-sikap yang dipegang oleh individu tersebut. Walaupun tampak mengacu pada pengalaman subjektif, harga diri akan muncul dalam perilaku yang dapat diamati.

Distribusi atau penyebaran pada skala Harga Diri tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Blue Print Skala Harga Diri Sebelum Try Out

Pernyataan No. Item Jumlah Prosentase

Favorabel 4,5,8,10,14,19,20,24 8 32

Unfavorabel 1,2,3,6,7,9,11,12,13,15,16,17, 18,21,22,23,25

17 68

25 100 %

Tabel 4

Blue Print Skala Harga Diri Sesudah Try Out

Pernyataan No. Item Jumlah Prosentase

Favorabel 4,5,8,10,13,17,18,21 8 36

Unfavorabel 1,2,3,6,7,9,11,12,14,15,16, 19,20,22

14 64


(56)

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji Validitas

Validitas merupakan kesahihan suatu alat ukur. Menurut Hadi (1996) suatu alat pengukuran disebut jitu jika alat ukur tersebut jitu mengenai sasarannya. Dalam penelitian ini, skala harga diri diadaptasi dari skala Self Esteem Coopersmith dengan validitas 0,60 (dalam Azwar, 2002).

2. Seleksi Item

Seleksi ini pertama diambil dari data hasil uji coba item pada obyek yang memiliki karakteristik setara dengan obyek yang akan diteliti. Item-item tersebut dievaluasi dengan analisis butir menggunakan parameter daya beda item. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana item-item tersebut bisa membedakan antara individu atau kelompok individu yang mempunyai dan yang tidak mempunyai atribut yang hendak diukur (Azwar, 2000). Uji coba (Try Out) dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 sampai 30 Agustus 2007 di kota Ambarawa. Skala setelah uji coba kemudian diberikan kepada para wanita yang memeiliki profesi sebagai penyanyi solo organ, yang berumur antara 18 sampai 25 tahun dan bertempat tinggal di kota Ambarawa yag telah memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian.

Setelah data uji coba diperoleh, data tersebut kemudian dianalisis dengan teknik Alpha. Jumlah item pada skala dilakukannya uji coba adalah 25 item, setelah dilakukan penyortiran atu uji gugur item maka


(57)

terpilih menjadi 22 item yang dianggap baik berdasarkan 0.3 artinya item diatas 0.3 dianggap baik dan dibawah 0.3 dianggap buruk dan tidak terpakai. Batasan ini diperoleh dengan melihat table koefisien korelasi yang berasal dari penghitungan jumlah subjek yaitu 40 orang menghasilkan batasan untuk mendapatkan item yang baik adalah berdasarkan taraf signifikasi 5 %.

Berikut ini adalah tabel nomor item yang sahih dan nomor item yang gugur:

Tabel 5

Tabel Nomor item Yang Sahih dan Gugur Nomor Item

Pernyataan

Sahih Gugur

Jumlah

Favorable 4,5,8,10,14,19,20,24 8 Unfavorable 1,2,3,6,7,9,11,13,

15,16,17,22,23,25

12,18,21 17

Hasil pengujian terhadap 25 item menunjukkan bahwa terdapat 22 item yang sahih. 22 item yang sahih tersebut akan digunakan sebagai skala penelitian.

3. Uji Reliabilitas Alat Ukur

Selain uji validitas, alat ukur dalam penelitian ini juga akan diuji realibitasnya. Realibilitas yang dimaksud adalah keajegan atau keandalan dari suatu alat ukur. Reliabilitas akan dicari menggunakan koefisien Alpha ( )


(58)

dariCronbach. Dalam penelitian ini digunakan koefisienAlpha dengan alasan koefisien dapat mengatasi kelemahan belah dua dan mengestimasi rata-rata korelasi belah dua dari semua pembagian tes yang mungkin dilakukan. Selain itu, pendekatan ini juga mempunyai nilai praktis dan efisien yang tinggi, karena hanya dilakukan sekali pada sekelompok obyek (Azwar, 2000). Nilai reliabilitas skala dianggap memuaskan bila koefisien Alpha ( ) lebih besar atau sama dengan 0,90 karena berarti perbedaan (variasi) yang tampak pada skor tersebut mampu mencerminkan 90% dari variasi yang terjadi pada skor murni obyek, dan hanya 10% dari perbedaan skor yang tampak disebabkan oleh variasierror pengukuran (Azwar, 2000).

Reliabilitas dalam penelitian ini adalah 0,796 dalam hal ini nilai reliabilitas dapat dikatakan baik karena hampir mendekati nilai satu.

G. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan prosedur pengambilan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Uji Coba (Try Out)

a. Peneliti mempersiapkan uji coba dengan terlebih dahulu menentukan jumlah dan kriteria item pada skala.

b. Membuat skala harga diri dengan metode summated rating skala diadaptasi dari skala penelitian Coopersmith.

c. Menentukan kelompok subjek try out yang memilki karakteristik yang hampir sama dengan subjek penelitian yang sesungguhnya.


(59)

d. Melaksanakan try out

e. Menganalisis data untuk menentukan tingkat kesahihan item (validitas item). Item yang memenuhi kriteria keasahiahan item yang dibutuhkan tidak dipakai sebagai item pada penelitian kepada subjek yang sesungguhnya.

2. Penelitian

a. Menyusun skala penelitian dengan menggunakan item-item penelitian yang memenuhi kriteria kesahihan item pada uji coba penelitian.

b. Memberikan skala kepada subjek penelitian yang telah ditentukan

c. Menganalisis data dengan analisis diskriptif untuk memberikan gambaran mengnai subjek penelitian.

d. Membuat kesimpulan berdasarkan analisis tersebut.

e. Menyajikan kesimpulan dan seluruh hasil penelitian dalam bentuk sajian diskriptif.

H. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik dengan metode analisis statistik deskriptif. Analisis deskriptif digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai suatu objek yang akan diteliti melalui data populasi atau sampel yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dijadikan acuan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Ukuran yang digunakan adalah rata-rata hitung atau


(60)

mean, standar deviasi, nilai maksimum serta nilai minimum, perhitungan frekuensi dan prosentase.

Penentuan kategori tingkat harga diri didasarkan kategori jenjang. Tujuan dari kategori jenjang ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Pengkategorian dibagi menjadi dua yaitu tinggi dan rendah berdasarkan penghitungan percentile dengan bantuan komputer statistical Packages for Social Sciece (SPSS) version 15.0 for windows.


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Alat Penelitian

1. Pelaksanaan Uji Coba Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan peneliti telah melakukan uji coba (tryout) kepada 40 orang wanita yang termasuk dalam usia dewasa awal yaitu berusia antara 18 sampai 25 tahun dengan membagikan angket yang disebarkan, peneliti melakukan uji coba ini untuk melihat apakah kalimat-kalimat dalam penyataan setiap angket mampu dipahami dan sesuai dengan apa yang dimasudkan peneliti.

Beberapa pertimbangan yang mendasari peneliti melakukan uji coba penelitian di Ambarawa karena lokasi penelitian ini mudah dijangkau oleh peneliti dan mengenal kondisi tempat penelitian sehingga memudahkan dalam memberikan keefesienan waktu dalam melakukan penelitian.

2. Hasil Uji Coba Alat Penelitian

Seleksi item dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer statistical Packages for Social Sciece (SPSS) version 15.0 for windows. Standar validitas dalam penelitian ini menggunakan standar validitas menurut Azwar (2000) yaitu item dikatakan valid jika nilai rix 0,30


(62)

Seleksi item terhadap 25 item dalam angket Harga Diri menghasilkan 22 item valid sedangkan untuk item yang gugur berjumlah 3 item. Hal ini dikarenakan 3 item tersebut memiliki koefisien validitas < 0,30 Penjelasan item valid dan gugur dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6

Tabel Nomor item Yang Sahih dan Gugur Nomor Item Total

Pernyataan

Sahih Gugur Sahih Gugur Jumlah

Favorable 4,5,8,10,14,19,20,24 8 8

Unfavorable

1,2,3,6,7,9,11,13, 15,16,17,22,23,25

12,18,21 14 3 17

Total 22 3 22 3 25

Uji reliabilitas dilakukan setelah item-item yang tidak valid dibuang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dibantu dengan bantuan komputer statistical Packages for Social Sciece (SPSS) version 15.0 for windows.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 4 sampai 16 September 2007, peneliti mendatangi satu persatu subjek untuk meneberikan skala penelitian dan subjek langsung mengisi angket tersebut, tetapi ada beberapa subjek yang meminta waktu satu atau dua hari untuk mengisi skala tersebut setelah


(63)

itu peneliti kembali mendatangi subjek dan kembali meminta skala tersebut. Dengan cara mendatangi satu per satu subjek peneliti mendapat informasi tentang teman-teman subjek yang juga berprofesi sebagai penyanyi solo organ, hal tersebut memudahkan peneliti untuk mencari sampel penelitian.

Penelitian dan pengambilan data dilakukan di Ambarawa yang ditujukan kepada penyanyi solo organ dengan batasan usia antara 18 sampai 25 tahun. Jumlah sampel adalah 47 orang, dimana penyanyi solo organ dengan jenis kelamin wanita yang berdomosili di kota Ambarawa. Selain pertimbangan waktu pengambilan data dilakukan di Ambarawa dikarenakan belum pernah diadakan penelitian mengenai tingkat harga diri penyanyi wanita solo ogan di Ambarawa yang mana sebagian besar masyarakatnya masih memegang teguh adat jawa yang berlaku.

Tabel 7

Kategori jumlah subjek berdasarkan usia Usia

Keterangan

18 19 20 21 22 23 24 25 Total

Jumlah 6 7 11 2 3 8 8 2 47

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala harga diri yang terdiri dari 22 item. Sampel diberikan kebebasan untuk mengembalikan skala penelitian sesuai dengan kesediannya. Beberapa subjek mengisi skala yang disediakan saat skala dibagikan di tempat dan langsung mengembalikannya saat itu juga pada peneliti. Tetapi ada juga


(64)

yang membawa skala penelitian itu pulang dan mengembalikan kurang lebih satu sampai dua hari kemudian. Setelah semua skala terkumpul, tidak terdapat skala yang terlewati atau tidak terisi, jadi jumlah skala yang dianalisis sebanyak 47 lembar.

C. Analisis Data Statistik 1. Uji Normalitas

Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu normalitas untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari sebuah distribusi normal. Dalam hal ini uji normalitas dilakukan dengan teknikKolmogorov-Smirnov yang menyatakan bahwa jika nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka sebarannya normal. Normal dalam arti bahwa sampel atau data berasal dari distribusi normal atau populasi yang normal sedangkan tidak normal berarti sampel atau data tidak pantas untuk dijadikan sampel (Yonita, 2004).

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputer statistical Packages for Social Sciece (SPSS) version 15.0 for windows diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,184. angka ini menunjukkan bahwa penelitian ini dapat dikatakan normal karena nilai p dihasilkan diatas 0,05.


(65)

2. Deskripsi Data Penelitian

Berikut ini disajikan tabel yang berisi data penelitian dengan bantuan komputer statistical Packages for Social Sciece (SPSS) version 15.0for windows.

Tabel 8

Tabel Deskripsi Data Penelitian

N 47

Skor minimum teoritik 0 Skor minimum empiric 1 Skor maksimum teoritik 22 Skor maksimum empiric 22

Mean teoritik 11,5

Mean empiric 15,1277

Median 14

Modus 18

Standart deviasi 4,3967

Keterangan :

N adalah jumlah subjek

Skor minimum teoritik adalah skor paling rendah yang mungkin diperoleh subjek

Skor minimum empiric adalah skor paling rendah yang diperoleh subjek dalam penelitian


(66)

Skor maksimum empirik adalah skor paling tinggi yang diperoleh subjek dalam penelitian

Mean teoritik adalah rata-rata teoritik dari skor maksimum dan skor minimum yang merupakan titik tengah dari range

Mean empirik adalah rata-rata dari skor subjek penelitian, jika mean empirik menunjukkan lebih besar dari mean teoritik maka dapat dikatakan bahwa harga diri subjek tergolong tinggi.

Median adalah nilai tengah yang dihasilkan

Modus adalah Skor subjek yang paling sering muncul

Standart deviasi adalah suatu statistic yang digunakan untuk menggambarkan variabilitas dalam suatu distribusi

3. Data Deskripsi Harga Diri

Tabel 9

Tabel Deskripsi Harga Diri

N Rendah Tinggi

Jumlah

(orang) %

Jumlah

(orang) %

47

27 57% 20 43%

Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 47 wanita yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ. Setelah dilakukan penelitian dihasilkan 27 wanita yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ atau dengan prosentase sebesar 57% memiliki harga diri dengan kategori rendah, sedangkan wanita


(67)

yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ dengan harga diri tinggi berjumlah 20 orang atau dengan prosentase sebesar 43%.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Mengacu pada norma kategorisasi untuk skala Harga Diri dan dari data yang ada, didapatkan bahwa subjek memiliki harga diri yang rendah sampai dengan harga diri yang tinggi. Subjek yang termasuk dalam kategori skor tinggi berjumlah 20 orang dengan prosentase 43%. Harga diri tinggi menurut Tambunan (2001) mengarah pada rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini.

Didukung dengan apa yang dikatakan Coopersmith dimana subjek yang memiliki harga diri tinggi akan mampu mengekspresikan dirinya dengan baik, keyakinan akan berhasil di bidang akademik maupun sosial karena kemampuannya dan kualitasnya yang tinggi, dapat menerima kritik dengan baik, tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, dan akhirnya menghasilkan suasana yang nantinya akan tercipta tingkat kecemasan yang rendah.

Dalam penelitian ini penyanyi solo organ termasuk dalam kategori rendah karena 27 orang atau dengan prosentase 57% menggambarkan bahwa dalam menjawab skala harga diri subjek penelitian termasuk ke dalam kategori rendah. Hasil analisis diatas menjelaskan bahwa jika seorang penyanyi solo organ memiliki harga diri yang rendah seperti yag dikatakan Tambunan (2001) dimana harga diri yaitu suatu penilaian individu terhadap


(68)

dirinya yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang bersifat positif dan negatif. Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Harga diri yang rendah seperti juga yang dikatakan Coopersmith jika seseorang memiliki perasaan inferior, takut dan mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan sosial, terlihat sebagai orang yang mudah putus asa dan mengalami depresi, merasa diasingkan dan tidak diperhatikan, kurang dapat mengekspresikan dirinya, tidak konsisten, selalu mengikuti apa yang ada dilingkungannya, menggunakan banyak pertahanan diri dan mudah mengakui kesalahan.

Latar belakang budaya yang masih sangat kental dan daerah tempat tinggal yang kebanyakan berada di desa juga dapat dikatakan memiliki peran yang tidak sedikit dalam pembentukan harga diri wanita dewasa awal khususnya mereka yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ di Ambarawa. Banyak dari lingkungan juga masyarakat yang menganggap profesi sebagai penyanyi solo organ sebagai suatu yang kurang dapat diperhitungkan sampai akhirnya pendapat-pendapat negatif yang muncul dan sangat beragam akan sangat mempengaruhi seorang khususnya penyanyi solo organ tersebut menilai dirinya sendiri tidak dapat dibanggakan dan tidak berharga.

Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Mukmin (1980) yang mana wanita Indonesia memiliki berbagai macam motivasi yang mendorong mereka untuk bekerja di luar rumah, antara lain ekonomis material misalnya untuk menambah penghasilan keluarga, motivasi mental spiritual yaitu untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan yang diperoleh guna meningkatkan karier


(69)

dan kepuasan mental, ataupun bekerja sebagai suatu hoby atau kesenangan. Dalam melakukan suatu pekerjaan apapun itu termasuk wanita dewasa awal dengan profesi sebagai penyanyi solo organ di Ambarawa dilakukan dengan mengarah pada tujuan yang jelas disertai dengan motivasi-motivasi seperti yang telah disebutkan oleh Mukmin diatas, kemungkinan tingkat harga diri yang rendah tidak akan terjadi mereka. Bahkan tidak menutup kemungkinan tingkat harga diri yang tingi akan dirasakannya dan nantinya akan sangat membantunya mencapai pekerjaan yang sukses dan tidak hanya berlangsung sesaat sehingga rencana hidup untuk mencapai masa depan yang lebih baik sesuai harapan menurut fase mencapai prestasi oleh Piaget dapat diwujudkan.

Berdasarkan keseluruhan pembahasan atas hasil penelitian ini menghasilkan 57% penyanyi solo organ memiliki harga diri yang masuk dalam ketegori rendah dan 43% penyanyi solo organ memiliki harga diri yang masuk dalam ketegori tinggi.


(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang harga diri penyanyi wanita solo organ yang ada di Ambarawa dapat disimpulkan bahwa 57% penyanyi wanita tersebut memiliki harga diri yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian, yang diambil dari 47 orang, terdapat 57 % yang masuk kategori rendah dan 43 % termasuk dalam kategori tinggi. Pada penelitian ini, tinggi rendahnya harga diri tidak dipengaruhi oleh faktor usia, hal ini kemungkinan besar disebakan karena sampel usia yang diambil hanya berumur 18 tahun sampai dengn 25 tahun, padahal rentan usia yang masuk kategori dewasa awal dari usia 18 tahun sampai dengan 40 tahun.

B. Saran

1. Bagi Penyanyi Solo Organ di Ambarawa

Jika dilihat dari hasil penelitian secara umum, masih banyak ditemukan penyanyi solo organ yang memiliki harga diri rendah khususnya di Ambarawa. Penyanyi yang memiliki harga diri tinggi akan membuat kepercayaan dirinya menjadi meningkat dan mampu memperlihatkan bakat bernyanyi yang ia miliki. Peneliti berharap penyanyi dapat meningkatkan harga diri dan mengembangkan diri secara optimal dalam melakukan profesinya sebagai penyanyi solo organ dan


(71)

secara professional mampu melanjutkan ke jenjang karier yang lebih baik misalnya rekaman dan membuat album.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Bagi pihak yang tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan topik yang serupa diharapkan untuk mengkaji lebih dalam dengan melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Penelitian yang dilakukan di kota lain juga disarankan untuk membandingkan tingkat harga diri di daerah yang berbeda.


(72)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, I. 1997.Sangkan Peran Gender. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, S. 1999.Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2000.Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Barker, C. 2005. Cultural Studies : Teori dan Praktek. Cetakan kedua. Diterjemahan oleh Nurhadi. Yogyakarta : Kreasi Wacana.

Berne dan Savary. 1988. Harga Diri Pada Remaja Obesitas.

http://www.library.usu.ac.id.

Branden. 2001.Harga Diri.http://www.library.usu.ac.id.

Budiman, A. 1985. Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Calhoun, J.F.& Acocella.J.R. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan HubunganKemanusiaan (3r ed). Semarang : IKIP Semarang Press.

Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Clemes, Ph D. 1995. Bagaimana meningkatkan Harga Diri Remaja. Jakarta : Binarupa Aksara.

Coopersmith. 1976. Harga Diri Pada Remaja Obesitas.

http://www.library.usu.ac.id.

Dusek. 1996.Harga Diri Pada Remaja Obesitas.http://www.library.usu.ac.id. Field, Lynda. 2003.Self Esteem For Women. Bandung : PT. Kaifa.

Hadi, S. 1996.Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.

Hall, C.S & Lindzey, G. 2001 Teori-Teori Psikodinamik : Klinis. Yogyakarta : Kanisius.

Handayani, Chatarina. 2004. Hubungan Harga Diri Dengan Pemakaian Kosmetika Pengharum Tubuh Pada Remaja. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Univeersitas Sanata Dharma.


(73)

Handayani, S. dan Novianto, A. 2004.Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta : LKIS. Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mardalis. 1990.Metodologi Penelitian. Bandung : Airlangga.

Matsumoto, D. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Buku Teks Utama Dalam Kelas Psikologi Lintas Budaya Tingkat Awal. Diterjemahkan oleh Anindita. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mukmin, H. 1980. Beberapa Aspek Perjuangan Wanita Di Indonesia (Suatu Pendekatan Deskriptif Komparatif). Bandung : Bina Cipta.

Murniati, 1998 Gerakan Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan. Yogyakarta : Kanisius.

Pudjijogyanti, Clara. 1985.Konsep Diri Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat Penelitian Unika Atma Jaya.

Rini, J.F. 2001. 2002. Konsep Diri.http://www.epsikologi.com.

Santoso, S. 2001.Latian SPSS Statistik Parametik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Santrock, J.W. 1995.Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Jilid kedua. Jakarta : Erlangga.

Sugiyono. 2002. Statistical Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta. Soemanto. 1999.Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta :

Andi Offset.

Tambunan. R. 2001.Harga Diri Remaja. http://www.epsikologi.com.

Yonita. 2004. Studi Deskriptif Body Images Pria Dewasa Awal di Kota Magelang Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Univeersitas Sanata Dharma.


(74)

LAMPIRAN 1

ANGKET HARGA DIRI

TRYOUT


(75)

ANGKET PENEL ITIAN

Angket ini diajukan dalam rangka penulisan skripsi kepada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta guna memenuhi salah satu dari persyaratan-persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi.

Identitas diri: Nama / Inisial :

Usia :

Petunjuk Pengisian:

1. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda.

2. Berilah tanda (

P

) dalam kotak di salah satu pilihan jawaban yang tersedia dengan pilihan sebagai berikut:

Y : Bila pernyataan tersebutsesuai dengan Anda. T : Bila pernyataan tersebuttidak sesuai dengan Anda.

3. Semua pernyataan dimohon untuk diisi, usahakan agar jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan dan jangan lupa untuk mengembalikan isian ini kembali.

Seluruh jawaban yang Anda berikan tidak ada jawaban yang salah, oleh karena itu jawablah seluruh pernyataan sesuai dengan keadaan Anda yang sesungguhnya.


(76)

No. Pernyataan Y T 1. Saya sering membayangkan diri saya sebagai orang lain.

2. Saya merasa sangat sulit untuk berbicara di depan orang banyak.

3. Sekiranya mungkin, banyak hal dalam diri saya yang ingin saya ubah.

4. Saya dapat mengambil keputusan tanpa banyak kesulitan. 5. Orang senang dengan saya.

6. Saya mudah jengkel bila berada bersama keluarga.

7. Saya membutuhkan waktu yang lama untuk membiasakan diri dalam hal-hal yang baru.

8. Saya populer diantara teman-teman sepergaulan.

9. Saya merasa keluarga saya mengharapkan terlalu banyak dari diri saya.

10. Saya merasa keluarga saya memahami perasaan saya. 11. Saya mudah putus asa.

12. Tidak menyenangkan menjadi orang seperti saya. 13. Segalanya dalam kehidupan saya sangat sulit. 14. Orang-orang biasanya mengikuti gagasan saya. 15. Saya merasakan banyak kekurangan dalam diri saya.

16. Sudah beberapa kali saya merasa ingin meninggalkan keluarga.


(77)

No. Pernyataan Y T 17. Saya sering merasa jengkel dengan pekerjaan yang saya

lakukan.

18. Penampilan saya tidak semenarik orang lain.

19. Jika saya mempunyai sesuatu yang saya ingin katakan, saya biasanya langsung mengatakannya.

20. Saya merasa kawan-kawan sepergaulan dan lingkungan dapat memahami saya.

21. Saya merasa orang lain lebih disukai daripada saya.

22. Saya merasa seolah-olah kawan sekerja saya memaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak saya senangi.

23. Saya seringkali tidak yakin akan berhasil terhadap sesuatu yang saya lakukan.

24. Biasanya saya tidak mudah terganggu dalam menghadapi hal-hal sepele.

25. Saya tidak dapat diandalkan.


(78)

LAMPIRAN 2

ANGKET HARGA DIRI

PENELITIAN


(79)

ANGKET PENEL ITIAN

Angket ini diajukan dalam rangka penulisan skripsi kepada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta guna memenuhi salah satu dari persyaratan-persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi.

Identitas diri: Nama / Inisial :

Usia :

Petunjuk Pengisian:

4. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda.

5. Berilah tanda (

P

) dalam kotak di salah satu pilihan jawaban yang tersedia dengan pilihan sebagai berikut:

Y : Bila pernyataan tersebutsesuai dengan Anda. T : Bila pernyataan tersebuttidak sesuai dengan Anda.

6. Semua pernyataan dimohon untuk diisi, usahakan agar jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan dan jangan lupa untuk mengembalikan isian ini kembali.

Seluruh jawaban yang Anda berikan tidak ada jawaban yang salah, oleh karena itu jawablah seluruh pernyataan sesuai dengan keadaan Anda yang sesungguhnya.


(1)

19 0.712485737 -4.44917369 14.02060226 20 0.565729808 -3.626629676 14.08117513 21 0.707218166 -5.517928937 17.51792894 22 0.976887582 -7.347715824 13.68104916 23 0.999999678 -8.605722342 9.605722342 24 0.999039759 -7.480722342 10.73072234

Bonferroni 18 19 1

-6.260991446 7.165753351 20 1 -5.230215982 7.01809477 21 1 -8.185870418 11.51920375 22 1 -9.699214073 7.36588074 23 1 -10.35017406 2.683507394

24 1 -9.22517406 3.808507394

25 1

-14.18587042 5.519203751

19 18 1

-7.165753351 6.260991446 20 1 -5.392685685 6.275802568 21 1 -8.460713638 10.88928507 22 1 -9.945961256 6.707866018 23 0.750596493 -10.53089951 1.959470942 24 1 -9.405899513 3.084470942 25 1 -14.46071364 4.889285066

20 18 1 -7.01809477 5.230215982

19 1 -6.275802568 5.392685685 21 1 -8.503129699 10.04858424 22 1 -9.920211701 5.798999579 23 0.206386375 -10.33425486 0.879709405 24 1 -9.209254859 2.004709405


(2)

25 1 -14.5031297 4.048584245

21 18 1

-11.51920375 8.185870418 19 1 -10.88928507 8.460713638 20 1 -10.04858424 8.503129699 22 1 -13.84880467 8.182138002 23 1 -15.03967801 4.039678011 24 1 -13.91467801 5.164678011 25 1 -18.06684426 6.066844264

22 18 1 -7.36588074 9.699214073

19 1 -6.707866018 9.945961256 20 1 -5.798999579 9.920211701 21 1 -8.182138002 13.84880467 23 1 -10.83595885 5.502625519 24 1 -9.710958852 6.627625519

25 1 -14.182138 7.848804669

23 18 1

-2.683507394 10.35017406 19 0.750596493 -1.959470942 10.53089951 20 0.206386375 -0.879709405 10.33425486 21 1 -4.039678011 15.03967801 22 1 -5.502625519 10.83595885 24 1 -4.908422132 7.158422132 25 1 -10.03967801 9.039678011

24 18 1

-3.808507394 9.22517406 19 1 -3.084470942 9.405899513 20 1 -2.004709405 9.209254859 21 1 -5.164678011 13.91467801


(3)

22 1

-6.627625519 9.710958852

23 1

-7.158422132 4.908422132

25 1

-11.16467801 7.914678011

25 18 1

-5.519203751 14.18587042

19 1

-4.889285066 14.46071364

20 1

-4.048584245 14.5031297

21 1

-6.066844264 18.06684426

22 1

-7.848804669 14.182138

23 1

-9.039678011 10.03967801

24 1

-7.914678011 11.16467801

Homogeneous Subsets

total

N

Subset for alpha =

.05

usia 1 1

21.00 2 10.5000 20.00 11 11.2727 19.00 7 11.7143 18.00 6 12.1667 22.00 3 13.3333 24.00 8 14.8750 23.00 8 16.0000 25.00 2 16.5000 Tukey

HSD(a,b)


(4)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.033.

b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.


(5)

LAMPIRAN 11


(6)