T1 292012579 BAB III

(1)

17

Pada sub judul ini diuraikan tentang setting waktu penelitian, setting tempat penelitian dan karakteristik subjek penelitian.

3.1.1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian berlokasi di SD Kanisius Cungkup Kota Salatiga kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di kelas I SD Kanisius Cungkup kota salatiga kabupaten Semarang tahun ajaran 2016/2017. Sekolah ini berada di kota salatiga dengan jumlah siswa kelas I Berjumlah 21 siswa.

Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada pertimbangan: kemampuan membaca dan menulis siswa masih kurang, materi terlalu tinggi dan lingkungan yang kurang mendukung. lingkungan yang kurang mendukung menyebabkan siswa kurang bersosialisasi dengan teman-temannya kecuali saat berada di sekolah.

3.1.2. Waktu penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester II tanggal 15 sampai dengan 25 April 2016 tahun ajaran 2015/2016. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah karena Penelitian Tindakan Kelas memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

3.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Kanisius Cungkup kota Salatiga kabupaten Semarang yang berjumlah 21 orang siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.

Dilihat dari permasalahannya penelitian di kelas I dilakukan karena hasil belajar siswa kelas I terhadap mata pelajaran PKn masih rendah. dari data ulangan PKn pada semester 2 tahun ajaran 2016 tercatat masih banyak siswa di SD tersebut yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran PKn. hal tersebut dilihat dari


(2)

rendahnya nilai hasil belajar mata pelajaran PKn. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran STAD.

3.3. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan menggunakan desain penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari tiga tahapan pelaksanaan.

3.3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif (Classroom Action Research) yang biasanya disingkat PTK. “PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran” (Arikunto, 2009:58). Sedangkan Subiyantoro (dalam Moh. Amin 2011:2) mendefinisikan PTK sebagai berikut: Suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusun suatu perencanaaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Siswarsih Madya (2006:51) menyatakan” penelitian tindakan sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerjasama dan kerja bersama. Kolaborasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kolaborasi antara guru dengan peneliti”.

3.3.2. Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini mengambil desain yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Kemmis dan Mc Taggart menyatukan komponen tindakan dan pengamatan sebagai satu kesatuan. Hasil dari pengamatan ini dijadikan dasar langkah berikutnya yaitu refleksi. Dari refleksi disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seterusnya. (gambar).


(3)

Gambar 3.1 Tahapan Pelaksanaan PTK

Rancangan dalam penelitian ini mengacu pada model spiral atau siklus menurut Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010:137). Tujuan menggunakan model ini adalah apabila pada awal pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka tindakan perbaikan dapat dilakukan pada tindakan berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai. Pada masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan observasi , refleksi.

a. Tahap (1): Menyusun Rancangan Tindakan

Penyusunan rancangan mempunyai kesepakatan bersama antara peneliti yang melakukan tindakan dan proses jalannya tindakan diamati oleh teman sejawat. Upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecematan pengamatan yang dilakukan. Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang terstruktur dan terencana, namun tidak menutup kemungkinan untuk mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.


(4)

Tahap 2 dan 3 mempunyai sifat yang berbeda, tetapi tahap 2 dan 3 dilakukan secara berasamaan karena pelaksana pembelajaran dan pengamat berbeda yaitu terdiri dari 2 orang. Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan pembelajaran di kelas. Pada tahap ini, rancangan starategi dan skenario penerapan pembelajaran akan dilaksanakan. Kemudian pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh teman sejawat (observer). Pengamat melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati oleh pengamat antara lain: proses tindakan, pengaruh tindakan, keadaan dan kendala tindakan, serta persoalan lain yang timbul. Untuk mempermudah observasi peneliti menggunakan lembar observasi sebagai panduan.

c. Tahap (4): Refleksi

Pada tahap ini menerapakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data dari lembar observasi dan dapat pula bertanya jawab dengan subjek tentang apa yang dialami, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

Keempat tahapan tersebut adalah unsur untuk membuat siklus. Siklus adalah putaran kegiatan berurutan yang kembali kelangkah semula. Satu siklus terdiri dari tahap perencanaan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Bentuk penelitian tindakan kelas tidak pernah berupa kegiatan tunggal, tapi selalu harus berupa rangkaian kegitan yang kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus (Suharsimi Arikunto, 2007:20)

3.4. Variabel yang akan Diteliti

Menurut Sugiyono (2011: 2) “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu dalam bentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.


(5)

a. Variable Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran Student Teams-Achievment Divisions (STAD).Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Kemudian guru memberikan presentasi/menyajikan materi kepada siswa. Siswa bekerja dalam kelompok, siswa dalam kelompok memastikan agar semua anggotanya dapat menguasai pelajaran dengan baik. Pada akhir pembelajaran guru memberikan kuis individu untuk siswa. Skor dari kuis individu siswa akan dikumpulkan menjadi skor kelompok, kelompok dengan nilai tertinggi akan mendapat penghargaan. Dengan kegiatan pembelajaran yang bervariasi seperti itu akan menumbuhkan keaktifan dan kerja sama siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah proses dan hasil belajar siswa terhadap pemahaman konsep mata pelajaran PKn. Dalam hal ini hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa pada akhir pembelajaran setelah dilakukan proses pembelajaran sehingga akan diketahui keberhasilan siswadalam mengikuti pelajaran yang telah disajikan oleh guru.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Variabel X

No Langkah STAD Indikator Item

1 Guru

menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik

Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran dan memotivasi peserta

1. Apakah guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai?

2. Apakah guru memotivasi peserta didik?


(6)

didik belajar

2 Guru

menyampaikan materi

pelajaran

Menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik dengan media yang tepat

Apakah guru

menyampaikan materi dengan media yang tepat?

3 Guru

mengorganisasi kan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil

Membentuk kelompok kecil

1.Apakah guru membagi siswa ke dalam

kelompok?

2.Apakah guru membagi kelompok berdasarkan heterogenitas?

4 Guru

membimbing kelompok bekerja dan belajar Membimbing kelompok-kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas kelompok

Apakah guru membimbing kelompok-kelompok saat mengerjakan tugas?

5 Guru

memberikan kuis

Kuis Apakah guru memberikan

kuis individu kepada siswa?

6 Guru

memberikan penghargaan

Penghargaan Apakah guru memberikan penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi?

3.5. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam dua siklus setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Kemmis dan Mc Taggart menyatakan bahwa ada tiga tahap rencana tindakan yang utama dalam penelitian tindakan diantaranya adalah:


(7)

perencanaan (planning), tindakan (acting) dan pengamatan (observing), serta refleksi (reflecting) (Arikunto, 2010:137). Berikut ini rincian dari ketiga tahapan penelitian tindakan kelas:

Siklus I meliputi: A.Perencanaan

Dalam perencanaan siklus I, peneliti menetapkan seluruh perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Langkah-langkah perencanaan untuk siklus I sebagai berikut:

a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan materi. b) Membuat materi pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.

c) Mempersiapkan sumber, media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan fasilitas yang diperlukan.

d) Menyiapkan LKS untuk siswa. e) Menyiapkan lembar observasi.

f) Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa. B.Tindakan dan Observasi

Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan, berikut ini rincian pelaksanaan tindakan:

a) Apersepsi, siswa diingatkan kembali tentang kompetensi dasar berkaitan dengan materi yang dipelajari sebelumnya.

b) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk mengikuti pelajaran

c) Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. d) Guru membagi siswa dalam kelompok.

e) Guru menyampaikan materi pelajaran PKn.

f) Siswa diberi LKS dan melakukan diskusi kelompok. g) Guru membimbing kegiatan disukusi kelompok.


(8)

i) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari.

j) Guru mengadakan kuis secara individu

k) Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

l) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai yang paling tinggi.

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengamati keaktifan siswa di dalam kelas. Pengamat mencatat aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi terstruktur. Selain itu, dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru diamati oleh observer. Observer mengamati jalannya kegiatan pembelajaran untuk mengamati dan mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran STAD.

C. Refleksi

a) Menganalisis hasil pengamatan saat melakukan observasi.

b) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran STAD.

c) Membuat daftar permasalahaan yang terjadi pada siklus I.

Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus II agar dapat memperbaiki pendekatan yang dilakukan pada siklus I.

Siklus II meliputi : A.Perencanaan ulang.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I selanjutnya diadakan perencanaan ulang seperti pada perencanaan di siklus I. Setelah itu peneliti mencatat permasalahan dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung dan merencanakan perbaikan berdasarkan refleksi siklus I.

B.Tindakan dan Observasi

Pelaksanaan atau tindakan siklus II sesuai dengan perencanaan yang diprogramkan, yaitu:


(9)

a) Melaksanakan tindakan sebagaimana pada siklus I sesuai hasil refleksi pada siklus I.

b) Mengawasi siswa yang kurang aktif dengan bimbingan khusus.

c) Guru mengadakan bimbingan dengan mengamati kesalahan-kesalahan dan kesulitan yang dihadapi siswa.

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengamati aktivitas siswa di dalam kelas. Pengamat mencatat aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi terstruktur dan membandingkan dengan siklus sebelumnya. Selain itu, dalam proses belajar mengajar diamati oleh observer. Observer mengamati jalannya kegiatan pembelajaran dan mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran STAD.

C.Refleksi

a) Menganalisis hasil pengamatan saat melakukan observasi.

b) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran STAD.

c) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II, apakah pemberian tindakan pada siklus II sudah mengalami peningkatan.

3.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan beberapa teknik yaitu dengan teknik tes dan non tes yang disertai dengan kisi-kisi instrumen pengumpulan data.

3.6.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini antara lain: a. Teknis tes

“Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan” Arikunto (2012:67). Tes dalam penilitian ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada siklus I dan II. Bentuk instrumen tes ini berupa lembar evaluasi


(10)

pada akhir pembelajaran dalam lembar kerja siswa (LKS). b. Teknis nontes

a) Observasi

“Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah dicapai” (Yonny, 2010: 58). “Observasi sebagai alat penilaian digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan” (Sudjana, 2009: 84). Dalam observasi penelitian ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model STAD.

b) Dokumentasi

“Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan lapangan, transkrip, buku surat notulen rapat, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya” (Arikunto, 2012: 206).

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui daftar nama siswa dan nilai awal PKn sebelum dilakukan penelitian. Dari data tersebut dapat diketahui kemampuan awal siswa, sehingga dapat digunakan sebagai perbandingan setelah penelitian dilakukan.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui hasil belajar di kelas I dalam mata pelajaran PKn di SD Kanisius Cungkup Salatiga setelah menggunakan model pembelajaran STAD adalah:

1) Tes

Tes yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda digunakan untuk mengukur pemahaman siswa pada ranah kognitif. “Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat” (Sudjana, 2009: 48). Tes ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan pada akhir kegiatan tiap-tiap siklus dengan memberikan sejumlah soal tes kepada subjek penelitian.


(11)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Soal Evaluasi Siklus I

Kompeten

-si Dasar Indikator

Tingkat

Kesukaran Soal Teknik Penilai

-an

Bentuk

Instru-men Mu Se Su

1.1 menjelaskan perbedaan jenis kelamin dan agama yang ada di Indonesia

 Menyebutkan perbedaan jenis kelamin dalam keluarga

 Mendeskripsikan macam-macam agama yang ada di Indonesia

 Menyebutkan nama-nama tempat ibadah sesuai dengan agamanya

 Menyebutkan istilah nama pemuka tiap agama yang ada di indonesia

 Mengetahui apa yang disebut dengan hidup rukun dengan sesama

4 soal 17 soal 4 soal Teknik tes: Pilihan ganda Pilihan ganda Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Soal Evaluasi Siklus 2 Kompeten

-si Dasar Indikator

Tingkat

Kesukaran Soal Teknik Penilai

-an

Bentuk

Instru-men Mu Se Su


(12)

1.2 Memberika n contoh hidup rukun melalui kegiatan di rumah dan di sekolah.

Mengidentifikasi hidup rukun baik di rumah dan di sekolah

 Membedakan hidup rukun dan hidup tidak rukun serta dapat menceritakan akibat tidak menjaga kerukunan

Mengetahui kegunaan hidup rukun melalui kegiatan di rumah dan di sekolah 4 soal 18 soal 3 soal Teknik tes: Pilihan ganda Pilihan ganda

2) Lembar Observasi

Kegiatan observasi harus dilaksanakan bersamaan dengan pembelajaran. Dalam lembar observasi berisi tentang hal-hal yang dapat mengukur aktivitas siswa dan dan keterampilan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD. “Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran” (Sudijiono, 2008:76). “Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yangdigambarkan akan terjadi” Arikunto (2010:272). Adapun kisi-kisi yang berisi item-item pada lembar observasi tindakan guru adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Lembar Observasi Kinerja Guru Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Aspek yang diamati dalam langkah-langkah pembelajaran Indikator No. Item


(13)

pembelajaran Mengecek kesiapan siswa, ruangan kelas, dan media pembelajaran

2

2. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Membuka pelajaran dengan salam 3

Melakukan motivasi dan melakukan apersepsi 4

Menyampaikan tujuan pembelajaran. 5

3. Menyajikan materi dengan memanfaatkan media

Menggali pengetahuan siswa berdasarkan media 6

Menyajikan materi dengan menggunakan media

pembelajaran 7

Bertanya jawab dengan siswa tentang materi

pembelajaran 8

4. Mengorganisasi kan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Mengorganisasi siswa dalam 10 kelompok kecil (tim) dalam setiap tim terdiri 2-3 siswa heterogen baik jenis kelamin maupun kemampuan akademiknya

9

Membagikan lembar kerja siswa (diskusi) 10

Menentukan skor awal dari rata-rata skor dasar atau

skor kuis sebelumnya 11

Menjelaskan aturan main dalam kelompok kerja 12

5. Membimbing kelompok kerja dan belajar

Membimbing siswa bekerja dalam kelompok dan saling bekerja sama satu lain agar memastikan anggota kelompok lain dapat menguasai materi.

13

Menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompok 14

Mengarahkan anggota kelompok lain untuk

menanggapi hasil presentasi dari kelompok lain 15

6. Evaluasi Memberikan soal kuis kepada siswa 16

Mengarahkan siswa mengerjakan soal kuis secara


(14)

Mengoreksi soal kuis 18

Menghitung nilai siswa secara individu digabungkan

per kelompok dan dijumlahkan 19

7. Memberi penghargaan

Memberikan penghargaan kepada tim dengan skor

tertinggi. 20

Memberi penguatan kepada kelompok yang tidak

mendapat penghargaan 21

8. Kesimpulan dan penutup

Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang hal-hal yang belum dipahami 22

Menyimpulkan materi pelajaran. 23

Memberi arahan untuk pertemuan selanjutnya 24

Menutup pelajaran dengan salam 25

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa Selama Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Aspek yang diamati dalam langkah-langkah

pembelajaran

Indikator No.

item 1. Kesiapan siswa

sebelum mengikuti pembelajaran

Membawa buku sumber dan alat pelajaran lengkap 1

Bersemangat mengikuti pelajaran 2

Mempelajari materi pelajaran di rumah 3

2. Perhatian siswa terhadap

penjelasan guru

Antusias saat guru melakukan motivasi 4 Memberi respon jawaban saat guru melakukan

apersepsi

5

Mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran

6

Mengamati lingkungan 7

Menjawab pertanyaan dari guru 8

Berani mengajukan pendapat 9

3. Kemampuan siswa

mengerjakan

Duduk dalam kelompok masing-masing 10 Mendengarkan penjelasan guru tentang prosedur

aturan main dalam kelompok


(15)

lembar kerja Membaca petunjuk pada lembar kerja 12 Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan lembar

kerja sesuai dengan petunjuk lembar kerja

13

4. Keaktifan siswa bertanya

Mempunyai inisiatif bertanya pada guru bila

mengalami kesulitan saat mengerjakan lembar kerja

14

Bertanya sesuai dengan materi pembelajaran 15

5. Bekerja sama dalam tim

Bertukar pikiran dalam mengerjakan lembar kerja 16

Menghargai pendapat teman 17

Menginformasikan jawaban kepada anggota lain 18

Menguasai materi 19

6. Keberanian siswa

Mempresentasikan hasil kerja kelompok 20

Menanggapi hasil kerja kelompok 21

Bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami

22

7. Kejujuran Mengerjakan kuis secara individu 23

8. Penghargaan Mendapatkan penghargaan 24

9. Kesimpulan Mampu membuat kesimpulan 25

3.7. Validitas dan Reliabilitas

Langkah penting yang dilakukan oleh peneliti dalam menetapkan alat penilaian kepada siswa adalah menguji kualitas alat penilaian tersebut sebelum digunakan oleh peneliti. Suatu alat penilaian yang baik adalah jika alat penilaian tersebut memenuhi ketepatan (validitas) dan keajegan (reliabilitas).

3.7.1. Uji Validitas

Validitas yaitu ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurit Sudijono, A. 2001., (dalam Wardani dan Slameto 2012:87), Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau valid, jika skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya, atau dengan bahasa statistik, ada korelasi positif yang signifikan antara skor iten dengan skor totalnya. Skor total disini berkedudukan sebagai valiabel terikat (dependent variabel), sedangkan skor item berkedudukan sebagai variabel bebasnya (independent variabel).


(16)

Tabel 3.6

Rentang Indeks Validitas

No Indeks Interpretasi

1 0,81-1,00 Sangat tinggi

2 0,61-0,80 Tinggi

3 0,41-0,60 Cukup

4 0,21-0,40 Rendah

5 0,00-0,20 Sangat rendah

Sumber: Wardani dan Slameto (2012:89) 3.7.2. Uji Tingkat validitas Soal

Uji instrumen butir soal untuk siklus I dan siklus II dilakaukan pada 27 siswa di SD Kanisius Cungkup di kelas I. butir soal terdiri dari 25 butir dan berbentuk pilihan ganda. Distribusi uji validitas siklus I dengan SPSS 20. Berdasarkan klasifikasi validitas Correected item total correlation ≤ 0,20, artinya butir soal tidak valid, Adapun distribusi butir soal yang valid dan tidak valid serta butir soal yang layak digunakan atau tidak dalam siklus 1 disajikan dalam tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Distribusi Butir soal yang Valid dan Tidak Valid Siklus I Butir Soal

No item

Valid Tidak valid

1,2,3,4,5,6,7,8,10,13,14,15,

16,17,18,20,21,22,23,24 9,11,12,19,25

Jumlah 20 5

Berdasarkan Table 3.7 di atas nomor butir soal 1,2,3,4,5,6,7,8,10,13,14,15,

16,17,18,20,21,22,23,24 dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

Adapun nomor butir soal 9,11,12,19,25 dinyatakan tidak valid dan tidak dapat digunakan dalam penelitian sehingga ada 5 nomor butir soal yang dibuang, dan sisanya 20 butir soal dapat digunakan.


(17)

Tabel 3.8

Distribusi Butir soal yang valid dan tidak valid siklus II Butir Soal

No Item

Valid Tidak valid

1,2,3,4,5,7,8,10,14,15,

17,18,20,21,22,23,25 6,9,11,12,13,16,19,24

Jumlah 17 8

Berdasrakan tabel 3.8 di atas nomor butir soal 1,2,3,4,5,7,8,10,14,15,17,18,20,21,22,

23,25 dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Adapun nomor butir soal 6,9,11,12,13,16,19,24dinyatakan tidak valid dan tidak dapat digunakan dalam penelitian sehingga ada 8 nomor butir soal yang dibuang, dan sisanya 21 butir soal dapat digunakan.

3.7.3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas (ajeg) tes adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg. Tujuan utama menghitung reliabilitas skor tes adalah untuk mengetahui tingkat ketepatan (precicion) dan keajegan (consistency) skor tes. Pengertian yang paling sederhana dari reliabilitas adalah kemantapan alat ukur, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut dapat diandalkan atau memiliki keajegan hasil.

Kerlinger (1986) mengemukan bahwa reliabilitas dapat diukur dari tiga kriteria yaitu: (1) Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada keajegan (konsistensi) hasil yang ditunjukan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama, pada waktu yang berbeda; (2) Defendability, yaitu kriteria yang mendasarkan diri pada kemantapan alat ukur atau seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan; (3) predictability, karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan berkesinambungan, maka kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat diramalkan hasilnya dan meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya. Batas reliabilitas atau keajegan dapat diartikan sebagai konsistensi skor yang diperoleh dari orang yang sama, pada gejala yang sama. Untuk itu ada kemungkinan skor pembanding,


(18)

mungkin berupa skor yang diperoleh dari alat ukur yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau skor yang diperolah dari alat ukur lain yang seimbang. Kerliger menyatakan bahawa reliabilitas instrumen dikatakan baik, bila alat tersebut dikenakan pada obyek yang sama, akan mendapatkan hasil yang sama pada beberapa kesempatan yang berbeda. Kofesien reliabilitas selalu berbeda dalam rentang 0 sampai dengan 1 yang menunjuk pada persentase varian error dengan sumber variasi yang berbeda. Misalnya kofesien reliabilitas menunjukkan 0,74 berarti 74% varian skor yang bersumber pada keadaan yang diukur, sedang 26% adalah kesalah atau varien error yang bersumber dari keadaan di luar variabel yang diukur.

Semakin tinggi kofesien reliabilitas suatu tes (mendekati1), makin tinggi pula keajegan/ketepatannya. Tes yang memiliki konsistensi reliabilitas tinggi adalah akaurat terhadap kesempatan testing dan instrumen tes lainnya. Sebagai ancar-ancar kofesien reliabilitas berdasarkan nilai alfa dapat diinterprestasikan seperti dalam tabel pada halaman berikutnya.

Tabel 3.9

Rentang Indeks Reliabilitas

No Indeks Interpretasi

1 0,80-1,00 Sangat reliable

2 <0,80-0,60 Reliabel

3 <0,60-0,40 Cukup reliabel

4 <0,40-0,20 Agak reliabel

5 <0,20 Kurang reliabel

Sumber: Wardani dan Slameto (2012:89)

Hasil uji reliabelitas butir soal berbentuk pilihan ganda terdiri dari 25 butir soal dilakukan pada siswa kelas II SD Kanisius Cungkup berjumlah 27 siswa. Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I adalah Cronbach's Alpha sebesar 0,646, artinya reliabilitas soal siklus 1 reliabel sehingga instrumen butir soal siklus I digunakan dalam penelitian. Sedangkan hasil uji reliabilitas instrumen butir soal


(19)

siklus II diperoleh sebesar Cronbach's Alpha 0,641, artinya reliabilitas butir soal siklus II reliabel, sehingga butir soal dapat digunakan dalam penelitain.

Tabel 3.10

Distribusi Uji Reliabilitas Instrumen Butir Soal Siklus I Dan Siklus II Nomor

urut

Siklus Jumlah butir soal

Cronbach's Alpha

Kriteria

1 I 20 0,646 Reliabel

2 II 18 0,641 Reliabel

Sumber: olahan SPSS 3.7.4 Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Menurut Arikunto (2010: 207 - 210) “Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sulit menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak bersemangat”.

Menurut Sudjana (2008: 135) ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah kategori mudah, sedang, dan sukar.

Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan. Maksudnya ada keseimbangan untuk jumlah soal ketiga kategori tersebut. Sebagian besar soal berada pada kategori sedang, kemudian butir soal kategori mudah dan sukar proporsinya seimbang. Misal tes objektif pilihan ganda sebanyak 60 pertanyaan. Dari ke-60 pertanyaan tersebut, soal kategori mudah sebanyak 20, kategori sedang 20, dan kategori sukar 20. Pertimbangan kedua proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori tersebut di dasarkan atas kurva normal. Perbandingan soal mudah-sedang-sukar bisa dibuat 3-4-3. Artinya 30% soal kategori mudah, 40% soal kategori sedang dan 30% soal kategori sukar. Perbandingan tingkat kesukaran sejenis dengan proporsi di atas adalah 3-5-2. Artinya 30% soal kategori mudah, 50% soal kategori sedang dan 20% soal kategori sukar.


(20)

Untuk menentukan tingkat kesukaran soal menggunakan rumus sebagai berikut:

�= �

��

(Sudijono, 2011: 372) Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Indeks Kesukaran Soal

No. Indeks Interpretasi

1. < 0,30 Sukar

2. 0,30 – 0,70 Cukup (sedang)

3. > 0,70 Mudah

Sumber: Sudijono 2011: 372

Berdasarkan indeks tingkat kesukaran item soal dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh hasil perhitungannya sebagai berikut:

Tabel 3.12

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus I

No. Indeks Interpretasi Nomor Item Jumlah

1. < 0,30 Sukar 10,14,18 3

2.

0,30 – 0,70 Cukup (sedang) 1,2,3,5,7,8,13,15,17,

20,21,22,23,24 14

3. > 0,70 Mudah 4,6,16 3


(21)

Tabel 3.13

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus II

No. Indeks Interpretasi Nomor Item Jumlah

1. < 0,30 Sukar 14,18 2

2.

0,30 – 0,70 Cukup (sedang) 1,2,3,5,7,8,10,15,17,

20,21,22,23,25 14

3. > 0,70 Mudah 4 1

Total 17

3.7.5 Teknik Analisis Data Data kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes evaluasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Nilai akhir = �

� � 100

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) dikonfirmasikan dalam tablel kriteria ketuntasan sebagai berikut :

Tabel 3.14

Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar PKn

KKM Kualifikasi

≥65 Tuntas

<65 Tidak tuntas

KKM Mata Pelajarn PKn Kelas I SD Kanisius Cungkup Salatiga/ 2015-2016 Rata-rata kelas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n X x

Keterangan:

X : mean (rata-rata)


(22)

∑n : jumlah siswa Data kualitatif.

Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Kriteria penilaian dalam lembar observasi aktivitas siswa dan keterampilan guru. Hasil perolehan skor dianalisis dengan menggunakan analisis presentase.

Untuk menghitung analisis presentase menggunakan rumus : P= 100%

Menurut (Arikunto, 2002) Keterangan :

P : Persentase keaktifan siawa

F : Jumlah skor aspek yang diperoleh N : Jumlah skor aspek maksimal.


(1)

Tabel 3.8

Distribusi Butir soal yang valid dan tidak valid siklus II Butir Soal

No Item

Valid Tidak valid

1,2,3,4,5,7,8,10,14,15,

17,18,20,21,22,23,25 6,9,11,12,13,16,19,24

Jumlah 17 8

Berdasrakan tabel 3.8 di atas nomor butir soal 1,2,3,4,5,7,8,10,14,15,17,18,20,21,22, 23,25 dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Adapun nomor butir soal 6,9,11,12,13,16,19,24dinyatakan tidak valid dan tidak dapat digunakan dalam penelitian sehingga ada 8 nomor butir soal yang dibuang, dan sisanya 21 butir soal dapat digunakan.

3.7.3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas (ajeg) tes adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg. Tujuan utama menghitung reliabilitas skor tes adalah untuk mengetahui tingkat ketepatan (precicion) dan keajegan (consistency) skor tes. Pengertian yang paling sederhana dari reliabilitas adalah kemantapan alat ukur, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut dapat diandalkan atau memiliki keajegan hasil.

Kerlinger (1986) mengemukan bahwa reliabilitas dapat diukur dari tiga kriteria yaitu: (1) Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada keajegan (konsistensi) hasil yang ditunjukan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama, pada waktu yang berbeda; (2) Defendability, yaitu kriteria yang mendasarkan diri pada kemantapan alat ukur atau seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan; (3) predictability, karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan berkesinambungan, maka kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat diramalkan hasilnya dan meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya. Batas reliabilitas atau keajegan dapat diartikan sebagai konsistensi skor yang diperoleh dari orang yang sama, pada gejala yang sama. Untuk itu ada kemungkinan skor pembanding,


(2)

mungkin berupa skor yang diperoleh dari alat ukur yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau skor yang diperolah dari alat ukur lain yang seimbang. Kerliger menyatakan bahawa reliabilitas instrumen dikatakan baik, bila alat tersebut dikenakan pada obyek yang sama, akan mendapatkan hasil yang sama pada beberapa kesempatan yang berbeda. Kofesien reliabilitas selalu berbeda dalam rentang 0 sampai dengan 1 yang menunjuk pada persentase varian error dengan sumber variasi yang berbeda. Misalnya kofesien reliabilitas menunjukkan 0,74 berarti 74% varian skor yang bersumber pada keadaan yang diukur, sedang 26% adalah kesalah atau varien error yang bersumber dari keadaan di luar variabel yang diukur.

Semakin tinggi kofesien reliabilitas suatu tes (mendekati1), makin tinggi pula keajegan/ketepatannya. Tes yang memiliki konsistensi reliabilitas tinggi adalah akaurat terhadap kesempatan testing dan instrumen tes lainnya. Sebagai ancar-ancar kofesien reliabilitas berdasarkan nilai alfa dapat diinterprestasikan seperti dalam tabel pada halaman berikutnya.

Tabel 3.9

Rentang Indeks Reliabilitas

No Indeks Interpretasi

1 0,80-1,00 Sangat reliable

2 <0,80-0,60 Reliabel

3 <0,60-0,40 Cukup reliabel

4 <0,40-0,20 Agak reliabel

5 <0,20 Kurang reliabel

Sumber: Wardani dan Slameto (2012:89)

Hasil uji reliabelitas butir soal berbentuk pilihan ganda terdiri dari 25 butir soal dilakukan pada siswa kelas II SD Kanisius Cungkup berjumlah 27 siswa. Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I adalah Cronbach's Alpha sebesar 0,646, artinya reliabilitas soal siklus 1 reliabel sehingga instrumen butir soal siklus I digunakan dalam penelitian. Sedangkan hasil uji reliabilitas instrumen butir soal


(3)

siklus II diperoleh sebesar Cronbach's Alpha 0,641, artinya reliabilitas butir soal siklus II reliabel, sehingga butir soal dapat digunakan dalam penelitain.

Tabel 3.10

Distribusi Uji Reliabilitas Instrumen Butir Soal Siklus I Dan Siklus II Nomor

urut

Siklus Jumlah butir soal

Cronbach's Alpha

Kriteria

1 I 20 0,646 Reliabel

2 II 18 0,641 Reliabel

Sumber: olahan SPSS 3.7.4 Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Menurut Arikunto (2010: 207 - 210) “Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sulit menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak bersemangat”.

Menurut Sudjana (2008: 135) ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah kategori mudah, sedang, dan sukar.

Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan. Maksudnya ada keseimbangan untuk jumlah soal ketiga kategori tersebut. Sebagian besar soal berada pada kategori sedang, kemudian butir soal kategori mudah dan sukar proporsinya seimbang. Misal tes objektif pilihan ganda sebanyak 60 pertanyaan. Dari ke-60 pertanyaan tersebut, soal kategori mudah sebanyak 20, kategori sedang 20, dan kategori sukar 20. Pertimbangan kedua proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori tersebut di dasarkan atas kurva normal. Perbandingan soal mudah-sedang-sukar bisa dibuat 3-4-3. Artinya 30% soal kategori mudah, 40% soal kategori sedang dan 30% soal kategori sukar. Perbandingan tingkat kesukaran sejenis dengan proporsi di atas adalah 3-5-2. Artinya 30% soal kategori mudah, 50% soal kategori sedang dan 20% soal kategori sukar.


(4)

Untuk menentukan tingkat kesukaran soal menggunakan rumus sebagai berikut:

�= �

��

(Sudijono, 2011: 372) Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Indeks Kesukaran Soal

No. Indeks Interpretasi

1. < 0,30 Sukar

2. 0,30 – 0,70 Cukup (sedang)

3. > 0,70 Mudah

Sumber: Sudijono 2011: 372

Berdasarkan indeks tingkat kesukaran item soal dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh hasil perhitungannya sebagai berikut:

Tabel 3.12

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus I

No. Indeks Interpretasi Nomor Item Jumlah

1. < 0,30 Sukar 10,14,18 3

2.

0,30 – 0,70 Cukup (sedang) 1,2,3,5,7,8,13,15,17,

20,21,22,23,24 14

3. > 0,70 Mudah 4,6,16 3


(5)

Tabel 3.13

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus II

No. Indeks Interpretasi Nomor Item Jumlah

1. < 0,30 Sukar 14,18 2

2.

0,30 – 0,70 Cukup (sedang) 1,2,3,5,7,8,10,15,17,

20,21,22,23,25 14

3. > 0,70 Mudah 4 1

Total 17

3.7.5 Teknik Analisis Data Data kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes evaluasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Nilai akhir = �

� � 100

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) dikonfirmasikan dalam tablel kriteria ketuntasan sebagai berikut :

Tabel 3.14

Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar PKn

KKM Kualifikasi

≥65 Tuntas

<65 Tidak tuntas

KKM Mata Pelajarn PKn Kelas I SD Kanisius Cungkup Salatiga/ 2015-2016 Rata-rata kelas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n X x

Keterangan: X : mean (rata-rata)


(6)

∑n : jumlah siswa Data kualitatif.

Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Kriteria penilaian dalam lembar observasi aktivitas siswa dan keterampilan guru. Hasil perolehan skor dianalisis dengan menggunakan analisis presentase.

Untuk menghitung analisis presentase menggunakan rumus :

P= 100%

Menurut (Arikunto, 2002) Keterangan :

P : Persentase keaktifan siawa

F : Jumlah skor aspek yang diperoleh N : Jumlah skor aspek maksimal.