PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN MENUJU UNIVERSITAS ENTREPRENEURIAL : Studi Kasus di Universitas Indonesia.
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN MENUJU
UNIVERSITAS ENTREPRENEURIAL
(STUDI KASUS DI UNIVERSITAS INDONESIA)
DISERTASI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk
Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan
Bidang Administrasi Pendidikan
Oleh:
Zahruddin
(0800810)
PROGRAM DOKTOR
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN MENUJU
UNIVERSITAS ENTREPRENEURIAL
(Studi Kasus di Universitas Indonesia)
Oleh ZAHRUDDIN
Sebuah disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Ilmu Pendidikan bidang Administrasi Pendidikan
© Zahruddin 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(4)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRAK
Pengembangan Kelembagaan menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus di Universitas Indonesia). Zahruddin, NIM: 0800810, (2013).
Penelitian ini mengungkap tentang pengembangan kelembagaan menuju universitas
entrepreneurial. Istilah “universitas entrepreneurial” menjadi iconic status di seluruh
belahan dunia. Istilah entrepreneurial disini dimaksudkan sama dengan “proaktif” dan “innovatif”. Jadi universitas enterpreneurial adalah universitas yang proaktif dan innovatif dalam merespon perubahan (change) yang pesat yang terjadi di lingkungan yang melingkupinya. Universitas dewasa ini menghadapi tantangan (challange) dan tekanan (pressure) yang luar biasa seperti berkurangnya bantuan dana dari pemerintah, ketersediaan peluang-peluang yang semakin besar sebagai dampak dari kebijakan pemberian otonomi dan sebagainya. Penelitian ini mengambil setting di Universitas Indonesia sebagai Universitas tertua di Indonesia.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang pengembangan kelembagaan menuju universitas entrepreneurial yang dilakukan oleh Universitas Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan datanya meliputi wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Dari hasil temuan penelitian disimpulkan bahwa Universitas Indonesia sejauh ini sudah menerapkan prinsip-prinsip yang harus dimiliki universitas entreprenurial yang ditandai dengan eksistensi karakteristik-karakteristik seperti: penguatan pengendalian (strengthened steering core) berupa penataan struktur (structure management) dengan otoritas kepemimpinan pusat kolektif yang diperluas dan diperkuat; diversifikasi pendanaan (diversified funding base) berupa diversifikasi pendanaan kedalam tiga sumber yaitu sumber dari pemerintah, sumber dari hibah & kontrak riset dan dari sumber dari yang selain keduanya; pengembangan batas luar (expanded developmental periphery) berupa transfer ilmu pengetahuan, hubungan dengan dunia industri, pengembangan kekayaan intelektual, pendidikan lanjutan, lembaga konsultasi, penggalangan dana, lulusan; stimuli lingkungan akademis (stimulated academic heartland) berupa integrasi batas luar ke pusat, kehadiran pusat-pusat riset secara luas di tingkat universitas dan tingkat fakultas, pengembangan program pendidikan yang variatif di tingkat pascasarjana dan di luar program sarjana reguler di seluruh jenjang yang ada di universitas, program entrepreneurship untuk mahasiswa, dosen dan karyawan, dan pengembangan skema beasiswa dan program riset yang imajinatif dan sangat atraktif; dan integrasi budaya entrepreneurial (integrated entrepreneurial culture) berupa regulasi dan penerapan keempat faktor yang sudah disebutkan di atas.
Rekomendasi penelitian ini adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh Universitas Indonesia menuju universitas entrepreneurial sudah berada pada track yang benar. Namun melihat realitas berupa keunggulan sumber daya (excellence of resource) dan potensi-potensi lain yang dimiliki Universitas Indonesia, Universitas Indonesia seharusnya dapat mencapai melebihi apa yang sekarang sudah dicapai. Oleh karena itu, integrasi, kepemimpinan, network, dukungan sivitas akademika merupakan sebagian dari prasyarat yang harus diupayakan untuk menggapai melebihi target yang sudah ditetapkan.
(5)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRACT
The Institutional Development toward Entrepreneurial University (A Case Study at the University of Indonesia). Zahruddin, NIM: 0800810, (2013)
This research reveals the instiutional development toward entrepreneurial university. The term of “entrepreneurial university” becomes an iconic status all over the
world. The term “entrepreneurial” here has the conotation with “proactive” and “innovative”. So the entrepreneurial university is a proctive and innovative university in
responding to rapid changes accouring in an environment that surrounds it. Universities nowadays face unusual challanges and pressures such as the decrease of financial support from government, the availability of continuously big chances as the effect of autonomy giving and so on. This reserach takes setting at the University of Indonesia as the oldest university in Indonesia.
The purpose of research is to get description about the institutional development toward entrepreneruial university that is practiced by the University of Indonesia. The method of research used is the qualitative method whereas the technique of data collection includes interview, observation and documentation study.
Based on the result of research discovery can be concluded that the University of Indonesia has so far implemented the principles an entrepreneurial university has that is signed with the existence of characteristics such as strengthened steering core in the form of the expanded and strengthend authority of collective core leadership thorough structural management; diversified funding base in the form of the diversification of funding into three sources namely: the first source from government thorough the ministry of education, the second source from research grant and contract from governmental and private institutions and the third source from industry, philantropic foundations, local & national government, student fee, endowment income, and surpluses or profits earned on a variety of campus self-supporting operations; expanded developmental periphery in the form of the knowledge transfer, industrial contact, intellectual property development, continuing education, consulting institution, fundraising and alumni affairs, stimulated academic
heartland in the form of the melding of periphery into the core, the extensive building of
research centers under university & departements, the construction of a universitywide graduate school and others, entrepreneurship programs for student, lecturer and employee and the introduction of an imaginative and highly attractive research fellowship scheme; and integrated entrepreneurial culture in the form of the regulation and parctice of the above-mentioned four elements.
The recomendation of research is that efforts The University of Indonesia has done towards an entrepreneurial university is on the right track. But looking at realities in the form of the excellence of resources and other potentialities the University of Indonesia has, the university should be able to reach over what has been reached this time. Therefore, integrity, leadership, network are parts of prerequisite that have to be made effort to reach the definited target.
(6)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keywords: entrepreneurial university, innovation, intellectual property, knowledge transfer
(7)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTRA GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... i iii iv v xi xii xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. B. C. D. E.
Latar Belakang Penelitian... Identifikasi Masalah... Fokus dan Pertanyaan Penelitian... Tujuan Penelitian... Manfaat Penelitian... 1. Manfaat Teoritis... 2. Manfaat Praktis...
1 10 12 14 15 15 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A.
B.
Manajemen Pendidikan Tinggi... 1. Pengertian Manajemen... 2. Model-model Manajemen Universitas...
a. Model kolegial... b. Model manajerial... c. Model birokratis... d. Model entrepreneurial... Entrepreneurship...
1. Pengertian... 2. Kreativitas dan Inovasi... 3. Organisasi entrepreneurial...
17 17 19 21 21 22 22 23 23 26 32
(8)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. D. E. F. G. H.
Universitas dan Perkembangannya... 1. Pengertian... 2. Taksonomi Pendidikan Tinggi... a. Universitas pengajaran……….
b. Universitas riset………
c. Universitas entrepreneurial……….. Universitas Entrepreneurial...
1. Sejarah... 2. Karakteristik Universitas Entrepreneurial...
a. Penguatan pengendalian
Struktur……… b. Diversifikasi pendanaan
Pendanaan……… c. Pengembangan batas luar
Hubungan eksternal……… d. Stimuli lingkungan akademis
Iklim organisasi………..
e. Integrasi budaya entrepreneurial
Budaya organisasi………. Pendekatan-Pendekatan Entrepreneurial di Universitas... 1. Penggalangan Dana ... 2. Sokongan ... 3. Dermawan ... 4. Penawaran ... Peluang-Peluang Entrepreneurial Di Universitas... 1. Informasi ... 2. Pengajaran ... 3. Lulusan ... 4. Populasi Kampus ... 5. Lahan & Fasilitas ... Penelitian terdahulu... Kerangka Pemikiran... 41 41 44 44 46 48 53 53 55 55 61 66 70 72 76 77 79 80 81 82 83 84 85 87 87 89 91
(9)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. B. C. D. Lokasi Penelitian... Sampel Penelitian... Metode Pengumpulan Data... Analisis Data...
93 94 96 99
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Penguatan Pengendalian
a. Penataan struktur………
b. Kepemimpinan ……… 2. Diversifikasi Pendanaan
a. Sumber pertama: dana dari Pemerintah alokasi APBN melalui Kemendikbud………. b. Sumber kedua: dana dari hibah dan kontrak riset dari
Institusi Pemerintah dan Swasta……… c. Sumber ketiga: dana dari industri, yayasan filantropi,
pemerintah pusat dan daerah, bantuan asing, SPP
mahasiswa, pemasukan dari dana abadi, alumni dan surplus atau keuntungan yang diperoleh dari berbagai kegiatan kampus……… 3. Pengembangan Batas Luar
a. Transfer ilmu……….. b. Hubungan dengan industri……… c. Pengembangan kekayan intelektual……… d. Pendidikan lanjutan………. e. Lembaga konsultasi……… f. Penggalangan dana……….
g. Lulusan………
4. Stimuli Lingkungan Akademis
a. Integrasi batas luar ke pusat……… b. Kehadiran pusar-pusat riset di tingkat universitas dan
102 106 108 109 110 115 120 123 128 130 132 138 144
(10)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tingkat fakultas………... c. Pengembangan program pendidikan yang variatif
di tingkat pascasarjana dan di luar program sarjana regular di seluruh program yang ada di universitas………... d. Program entrepreneurship untuk mahasiswa, dosen dan
karyawan………. e. Pengembangan skema beasiswa dan program riset yang
imajinatif dan atraktif yang melintas
kampus……….. 5. Integrasi Budaya Entrepreneurial: regulasi dan penerapan
keempat faktor di atas………
148
153
155
158
171
B. Pembahasan Penelitian
1. Penguatan Pengendalian
a. Penataan struktur………. b. Kepemimpinan………. 2. Diversifikasi Pendanaan
a. Sumber pertama: dana dari Pemerintah alokasi APBN melalui Kemendikbud……… b. Sumber kedua: dana dari hibah dan kontrak riset dari
Institusi Pemerintah dan Swasta……….. c. Sumber ketiga: dana dari industry, yayasan filantropi,
pemerintah pusat dan daerah, bantuan asing, SPP mahasiswa, pemasukan dana abadi, dan surplus atau keuntungan yang diperoleh dari berbagai operasi pendukung kampus………. 3. Pengembangan Batas Luar
a. Transfer ilmu………..
b. Hubungan dengan industri……… c. Pengembangan kekayaan intelektual……… d. Pendidikan lanjutan………..
173 178
182
183
184
187 188 188 189
(11)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C.
e. Lembaga konsultasi……….. f. Pengalangan dana……….
g. Lulusan………
4. Stimuli Lingkungan akademis
a. Integrasi batas luar ke pusat……….. b. Kehadiran pusat-pusat riset secara luas di tingkat
universitas dan tingkat fakultas………. c. Pengembangan program pendidikan yang variatif di
tingkat pascasarjana dan di luar program sarjana regular di seluruh program yang ada di universitas……… ………. d. Program entrepreneurship untuk mahasiswa, dosen dan
karyawan………... e. Pengembangan skema beasiswa dan program riset yang
imajinatif dan atraktif melintas kampus……… 5. Integrasi Budaya Entrepreneurial: regulasi dan penerapan
keempat faktor di atas………... Keterbatasan Penelitian...
189 190 191
193
193
194
194
195
196 198
D. Model Hipotesis Pengembangan Universitas Entrepreneurial 1. Rasional... 2. Tujuan pengembangan model... 3. Asumsi... 4. Struktur komponen dan substansi model... 5. Strategi implementasi... 6. Indikator kinerja... 7. Evaluasi...
199 200 202 203 206 211 213
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan... 214 B. Rekomendasi... 216
(12)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tab. Hal.
1.1 1.2 2.1 2.2 2.3
2.4 2.5 2.6 2.7 3.1 3.2 4.1
Data Pokok APBN 2005-2010 Kemenkeu Sektor Pendidikan Jumlah Perguruan Tinggi yang masuk 100 terbaik di tingkat Asia Perbedaan antara Kreativitas Individual dan Kreativitas Organisasi Deskripsi Perilaku Adaptor dan Inovator
Perubahan Pola Manajemen Konvensional ke Pola Manajemen Entrepreneurial
Ekspansi Misi Universitas
Kombinasi Pendanaan Negeri dan Swasta bagi Lembaga Pendidikan Aktivitas Fund-Raising Sekolah dan Universitas
Peluang-Peluang Pendapatan Baru bagi Universitas Situasi sosial dalam penelitian kualitatif
Komponen data dan sumbernya
Perbedaan jumlah pendapatan dari ketiga sumber
2 4 29 31
36 44 64 78 88 95 97 114
(13)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gamb. Hal.
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5
Model-model Universitas sebagai Organisasi Model-model Manajemen Universitas Model Kreativitas dan Inovasi Organisasi Proses penciptaan nilai oleh organisasi Kerangka Pemikiran
Teknik Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman Struktur Organisasi UI
Program Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pencapaian Riset Acuan dan Pilar Keberhasilan Riset UI
Bidang-bidang Fokus Riset UI
Perkembangan Jumlah Kolaborasi Riset UI
20 23 37 75 92 101 105 160 161 163 167
(14)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.6
4.7
Jumlah Negara & Frekuensinya Dalam Kolaborasi Riset Internasional UI
Model Hipotetik Pengembangan Universitas Entrepreneurial
168
207
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal.
1.1 1.2 4.1 4.2 4.3
Pertumbuhan Jumlah Publikasi di beberapa Negara Jumlah Dosen dan Tingkat Pendidikan di Lingkungan Kemdikbud Perkembangan Pendanaan Riset di UI tahun 2008-2012 Pencapaian Hak Kekayaan Intelektual Universitas Indonesia Jumlah Dosen Inti Penelitian dan Pencapaiannya
6 7 110 124 169
(15)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(16)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Beberapa tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi di Indonesia dewasa ini sangat kompleks dan berat. Di satu sisi, perguruan tinggi dituntut untuk memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan memberikan akses seluas-luasnya bagi mereka yang ingin berkuliah, sedangkan di sisi lain perguruan tinggi menghadapi beberapa keterbatasan seperti pendanaan, infrastruktur, dan lain-lain. Ditambah lagi, beberapa realitas yang ada sekarang ini adalah kecenderungan perubahan masa depan yang sulit diprediksi, kompetisi yang semakin ketat, kemajuan teknologi yang begitu cepat, globalisasi yang bertambah luas dan sebagainya.
Untuk dapat merespon tantangan tersebut, perguruan tinggi harus mentransformasi dirinya menjadi universitas entrepreneurial atau universitas
yang inovatif dalam rangka membangun kapasitas institusi (institusional capacity building). Transformasi yang harus dilakukan oleh universitas bukan bersifat
kebetulan (accidental atau incidental) melainkan terorganisir dan terstruktur dan bukan bersifat parsial yangmana transformasi hanya terjadi di sebagian dan tidak di sebagian yang lain melainkan holisitik karena universitas harus dilihat sebagai sebuah entitas.
Universitas enterprenurial menurut Clark sebagai pencetus gagasan tersebut adalah universitas yang berani mengambil resiko untuk berbeda, mengambil peluang-peluang “in the market”, mempunyai keyakinan (belief) bahwa resiko karena berubah lebih disukai daripada resiko yang hanya mempertahankan praktek-praktek yang tradisional (Clark: 1998:xiv). Universitas enterpreneurial juga adalah universitas yang inovatif, yang “stand-up”, yang berorientasi masa
depan (Clark: 1998:4). Clark melakukan studinya di lima universitas di Eropa yang masuk dalam European Consortium of Innovative Universities (ECIU) yaitu Universitas Warwick di Inggris, Universitas Twente di Belanda, Universitas
(17)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Stratchlyde di Skotlandia, Universitas Teknologi Chalmers di Swedia dan Universitas Joensuu di Finlandia.
Dengan melakukan transformasi menjadi universitas entrepreneurial dalam rangka membangun kapasitas institusi (institusional capacity building), perguruan tinggi di Indonesia diharapkan mampu bersaing dalam era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan perguruan tinggi dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan lain-lain, bahkan diharapkan lebih dari itu tidak hanya mampu bersaing di tingkat Asia,
namun juga di tingkat dunia atau yang lebih dikenal dengan istilah “universitas
kelas dunia” (world class university).
Namun dalam mewujudkan cita-cita tersebut, sepertinya tidak mudah karena pergurun tinggi di Indonesia menghadapi banyak tantangan. Beberapa tantangan tersebut diantaranya terkait dengan pendanaan. Kebijakan Pemerintah terkait dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun berdampak pada alokasi anggaran untuk perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi negeri atau PTN. Perguruan tinggi negeri selama ini menikmati kucuran dana yang besar dari pemerintah. Dengan kebijakan ini, Pemerintah tentunya ikut memikul tanggungjawab khususnya terkait dengan pendanaan dengan mengalokasikan dana untuk wajib belajar sembilan tahun lebih besar. Disamping itu, Sebenarnya ada faktor lain yang juga mempengaruhi berkurangnya alokasi anggaran dari pemerintah untuk perguruan tinggi seiring dengan meningkatnya kewajiban Pemerintah atas warga negaranya seperti pemberlakuan jaminan sosial, jaminan kesehatan dan lain-lain yangmana di Amerika dikenal dengan istilah entitlement
program yaitu program yangmana setiap warga berhak mendapatkannya
(Slaughter & Leslie, 1997:7).
Untuk memperkuat pernyataan tersebut di atas, data di bawah ini menunjukkan bahwa alokasi anggaran Pemerintah untuk pendidikan tinggi terus mengalami fluktuatif dan secara umum dapat dikatakan bergerak lurus atau linier
(18)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bahkan menurun. Berikut Data Pokok APBN 2005-2010 Kementerian Keuangan dalam Sektor Pendidikan.
Tabel 1.1 Data Pokok APBN 2005-2010 Kemenkeu Sektor Pendidikan
Belanja Pemerintah Menurut Fungsi, 2005-2010 (miliar rupiah)
Fungsi/ Subfungsi
2005 2006 2007 2008 2009 2010
LKPP LKPP LKPP LKPP APBN RAPBN-P RAPBN
PENDIDIKAN Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Non-Formal & Informal Pendidikan Kedinasan Pendidikan Tinggi Pelayanan Bantuan terhadap Pendidikan Pendidikan Keagamaan Litbang Pendidikan Pendidikan Lainnya 29.307,9 281,7 12.310,4 3 .963,0 1.207,2 659,0 7.055,7 2.564,3 69,7 1 .020,0 177,0 45.303,9 306,3 22.773,9 4.703,9 8 37,3 7 22,2 9.729,0 3.863,5 2.081,5 259,8 26,5 50.843,4 444,1 22.494,5 4.118,3 1.202,8 213,1 6.904,4 5.078,4 192,4 550,8 9.644,6 55.298,0 496,2 24.627,5 3.842,7 779,4 274,3 13.096,4 11.089,7 287,7 803,5 0,8 89.918,1 665,6 38.297,5 7.660,5 1.355,8 195,0 24.279,1 16.253,1 645,9 565,7 - 87.463,4 632,4 37.140,5 7.429,1 1.314,9 189,1 23.545,9 15.762,5 626,4 548,6 - 77.401,7 8 80,2 31.704,0 5.423,8 952,4 182,5 20.872,8 16.427,6 501,7 456,8 - (Sumber: www.Kemenkeu.go.id)
Tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi tidak hanya berhenti di situ. Realitas menunjukkan bahwa perguruan tinggi di Indonesia mempunyai mutu
(19)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang rendah kalau dibandingkan dengan perguruan tinggi dari negara-negara lain di tingkat Asia. Hasil laporan dari Times Higher Education, sebuah lembaga pemeringkat uinversitas dunia telah merilis data terbaru tahun 2012 mengenai peringkat 100 besar ranking universitas di Asia. THES-QS sendiri dalam melakukan evaluasi prestasi universitas menggunakan sembilan indikator. Indikator pertama ialah mengukur kualitas penelitian (Academic Peer Review) pembobotan sebesar 30%. Kedua rasio staf pengajar dan mahasiswanya (Student
Faculty Ratio) dengan bobot 20%. Ketiga Citation per Paper, yaitu seberapa
banyak penelitian universitas terkait dikutip dengan bobot 15%. Keempat
Employer Review, sebuah survei untuk menguak informasi tentang kesiapan kerja
lulusan (10%). Kelima Papers per Faculty (15%), keenam Inbound Exchange
Students (2,5%), ketujuh Outbound Exchange Student (2,5%), kedelapan International Students (2,5) dan kesembilan International Faculty (2,5%). Selain
itu, juga terdapat lima bidang akademik yang menjadi subyek penilaian yaitu Arts
dan Humanities; Engineering dan IT; Life Science and Biomedicine; Naturanl Science and Social Science.
Berikut gambaran jumlah universitas dan nama negara-negara di Asia yang masuk dalam 100 besar menurut THES-QS:
Tabel 1.2 Jumlah Perguruan Tinggi yang masuk 100 terbaik di tingkat Asia
Negara 100 PT terbaik di Asia
Jepang 23
Cina 21
Korea selatan 19
Taiwan 11
India 8
Hongkong 5
Malaysia 5
Thailand 3
Singapore 2
Philipina 2
Indonesia 1
(20)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Walaupun ada perguruan tinggi dari Indonesia yang masuk dalam 100 besar di tingkat Asia, namun jika dibandingkan dengan jumlah perguruan tinggi yang ada menurut Dikti Kemdikbud yaitu 3.089, maka hal itu belum menunjukkan makna yang berarti.
Lebih jauh lagi, kalau gambaran di atas terkait dengan kualitas yang masih jauh dari harapan kita kaitkan dengan Kebijakan Pemerintah yang membolehkan perguruan tinggi asing membuka cabangnya di Indonesia. Dalam UU No. 12 tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi pada pasal 90 ayat 1 berbunyi “Perguruan Tinggi lembaga negara lain dapat menyelenggarakan Pendidikan Tinggi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Tentunya ini menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi di Indonesia. Karena dengan masuknya perguruan tinggi asing tentunya mempunyai dua dampak, bisa positif dan bisa negatif. Hal itu berdampak postif kalau perguruan tinggi di Indonesia mulai berbenah diri dengan melakukan perbaikan-perbaikan. Sedangkan berdampak negatif kalau perguruan tinggi di Indonesia dalam mengelola institusinya masih menggunakan pendekatan yang lama dan tidak mau berubah.
Kenyataan lain yang juga menunjukkan bahwa perguruan tinggi di Indonesia masih jauh dari harapan dan tertinggal jauh dengan negara-negara lain adalah masalah publikasi. Media publikasi ilmiah berhubungan erat dengan perguruan tinggi karena merupakan bentuk pendokumentasian hasil riset secara formal. Dekade belakangan ini publikasi pada jurnal ilmiah bertaraf internasional menjadi hal yang sangat penting tidak hanya sebagai persyaratan akademis bagi lulusan mahasiswa program doktor di Indonesia dan persyaratan promosi seorang menjadi professor tapi juga sebagai indikator daya saing suatu bangsa (Zulys, 2011:2). Walaupun gambaran terkait dengan publikasi internasional yang tertera di bawah ini tidak hanya terbatas pada perguruan tinggi tapi juga non-perguruan tinggi, namun secara tidak langsung dan secara umum kita dapat mengatakan bahwa
(21)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
publikasi yang juga menunjukkan geliat aktivitas-aktivitas riset di perguruan tinggi di Indonesia terbilang masih rendah.
Berikut gambaran tentang perbandingan jumlah publikasi antara Indonesia dengan negara-negara lain :
Grafik 1.1 Pertumbuhan Jumlah Publikasi di beberapa Negara
537 500 656 747 858 976 1.042 1.206 1.639 1.975
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Malaysia
Thailand Egypt
Indonesia Vietnam Philippines
Sumber:http://scimagojr.com/countryrank.phpdan http://www.imf.org/external/index.htm
Ada banyak manfaat yang didapat dari publikasi karya ilmiah diantaranya (Santoso, 2012): pertama bagi dosen: memudahkan tanggung jawab terhadap keaslian karya bimbingannya, memudahkan pemenuhan angka kredit; kedua bagi mahasiswa: mampu membaca karya ilmiah, mampu menulis karya ilmiah (analitis), mengenali jurnal ilmiah untuk mencari rujukan; ketiga bagi negara: meningkatkan reputasi negara; keempat bagi perguruan tinggi: memudahkan
(22)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menjalankan perannya, menyemarakkan kehidupan kampus, meningkatkan reputasi PT.
Tantangan lain yang tidak kalah pentingnya yang dihadapi oleh perguruan tinggi di Indonesia menyangkut masalah jenjang pendidikan yang dimiliki oleh tenaga pengajar atau dosen. Tidak dapat dibantah bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh mayoritas tenaga pengajar di perguruan tinggi masih jauh diharapkan bahkan masih ada yang bergelar sarjana. Padahal seyogyanya tingkat pendidikan tenaga pengajar di perguruan tinggi minimal master atau magister dan idealnya doktor. Tenaga pengajar sebagai sumber daya manusia bagi sebuah organisasi memainkan peran yang sangat penting dan menentukan yang berdampak besar pada output yang berkualitas.
Dari data yang dilansir oleh Kemdikbud terungkap sebagaimana yang tertera di bawah ini:
Grafik 1.2 Jumlah Dosen dan Tingkat Pendidikan di Lingkungan Kemdikbud
JUMLAH DOSEN
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000
PTN Kop 1 Kop 2 Kop 3 Kop 4 Kop 5 Kop 6 Kop 7 Kop 8 Kop 9 Kop 10 Kop 11 Kop 12 Jumlah S-3 S-2 S-1 D-4 D-3 D-2 D-1 Sp-1 Sp-2 Profesi
(Sumber: Dirjen Dikti)
Beberapa tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi sebagaimana yang diungkapkan di atas begitu beragam dan sangat kompleks. Beberapa tantangan
(23)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tersebut harus dicarikan solusinya karena peran perguruan tinggi bagi suatu negara sangat penting dan dipandang sebagai instrumen yang fundamental untuk melakukan perubahan, khususnya bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk mempercepat proses dalam mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain.
Disamping beberapa tantangan yang sudah disebutkan di atas, tantangan lain yang tidak kalah pentingnya, bahkan menjadi perhatian banyak negara di dunia sekarang ini adalah tuntutan perguruan tinggi untuk memainkan perannya yang lebih besar dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Di banyak negara baik di Eropa maupun Amerika, banyak perguruan tinggi sudah mengarah ke sana dengan melahirkan banyak entrepreneur dan menghasilkan sebuah produk teknologi. Untuk mewujudkan harapan itu, perguruan tinggi harus melahirkan entrepreneur. Jumlah entrepreneur di Indonesia masih sedikit dan belum mencapai kondisi ideal jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mencapai 240 juta dan dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Hingga saat ini jumlah entrepreneur di Indonesia menurut Kementerian UKM baru mencapai 1,56 persen dari total jumlah penduduk. Jumlah itu masih jauh dibandingkan dengan Singapura yang memiliki wirausaha 7,2%, Thailand 4,1%, dan Malaysia 2,1%. Padahal suatu negara bisa makmur apabila minimal 2% jumlah penduduknya menjadi entrepreneur.
Kondisinya lebih memprihatinkan jika dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia; Brazil 1 dari 8 penduduknya adalah entrepreneur, Amerika 1 dari 10 penduduknya adalah entrepreneur, Inggris 1 dari 33 penduduknya adalah entrepreneur dan Irlandia, Francis dan Jepang 1 dari 100 penduduknya adalah entrepreneur (Frade, 2003:169).
Agar perguruan tinggi dapat mengatasi beberapa tantangan yang dihadapinya dan dapat berkontribusi lebih besar terlebih lagi dalam berpartisipasi pembangunan ekonomi, perlu diberikan otonomi yang lebih luas. Selama ini otonomi yang diberikan hanya sebatas otonomi akademik sedangkan otonomi
(24)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
nonakademik seperti organisasi, keuangan, kemahasiswaan, ketenagaan dan sarana prasarana tidak. Otonomi yang lebih luas dibutuhkan agar perguruan tinggi dapat melakukan inovasi (innovation). Dengan inovasi yang dilakukan, perguruan tinggi diharapkan dapat merespon beberapa tantangan yang sudah disebutkan di atas.
Untuk itu, Pemerintah sebagai pembuat kebijakan menggulirkan Undang-undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Dalam beberapa pasal yang tercantum dalam UU tersebut tampak jelas mengindikasikan pemberian otonomi yang lebih luas kepada perguruan tinggi dengan beberapa persyaratan tertentu. Pada pasal 63 berisi tentang prinsip-prinsip otonomi perguruan tinggi yang meliputi: akuntabilitas, transparansi, nirlaba, penjaminan mutu dan efektivitas dan efisiensi. Sedangkan pada pasal 64 ayat 1 berisi tentang otonomi akademik dan nonakademik dan ayat 2 berisi tentang penjelasan maksud dari otonomi akademik yang mencakup: norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan Tridharma dan ayat 3 penjelasan maksud dari otonomi nonakademik yang mencakup: organisasi, keuangan, kemahasiswaan, ketenagaan dan sarana prasarana.
Lebih jauh disinggung pada pasal berikutnya yaitu pasal 65. Di pasal tersebut pada ayat 1 berisi tentang otonomi tersebut hanya diberikan oleh Menteri kepada PTN secara selektif yang didasarkan pada evaluasi kinerjanya baik dalam bentuk pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum atau PTN badan hukum untuk menghasilkan pendidikan tinggi bermutu. Sedangkan pada pasal yang sama di ayat yang berbeda menjelaskan maksud dari PTN berbadan hukum yang memiliki: kekayaan awal berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah, tata kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri, unit yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan transparansi, hak mengelola dana secara mandiri, transparan, dan akuntabel, wewenang mengangkat dan memberhentikan sendiri Dosen dan tenaga kependidikan, wewenang mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi; dan wewenang untuk membuka, menyelenggarakan,
(25)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pemberian otonomi yang lebih luas oleh Pemerintah kepada perguruan tinggi negeri harus ditanggapi serius dan sungguh-sungguh dimanfaatkan sebaik mungkin dalam rangka membangun kapasitas institusi (instituional capacity
building) sehingga dapat tetap bersaing di era globalisasi. Untuk mendapatkan
gambaran yang lebih konkrit terkait dengan bagaimana universitas menangkap peluang tersebut dengan melakukan inovasi (innovation), Universitas Indonesia dipilih sebagai lokasi penelitian.
Universitas yang satu-satunya menggunakan nama negara adalah Universitas Indonesia. Universitas Indonesia adalah salah satu universitas di Indonesia yang mempunyai reputasi baik di tingkat nasional dan internasional. Hal ini dibuktikan dengan beberapa pencapaian yang sudah diraihnya diantaranya: masuk dalam 5 universitas terbaik di Asia dan 500 universitas kelas dunia, tampil di rangking pertama untuk kategori universitas asal Indonesia versi THES tahun 2009, terbaik versi Globe Asia Magazine tahun 2008, terbaik di Indonesia versi majalah Tempo tahun 2008, terbaik pada ICT Award Indonesia tahun 2008 kategori Best IT and
infrastructure by the category best content and application dan memenangkan
Merit Winner pada INAICTA 2008 sebagai universitas dengan akses dan koneksifitas terbaik dan banyak lagi yang lain.
Terkait juga dengan judul yang diangkat yaitu pengembangan kelembagaan menuju universitas entrepreneurial atau inovatif, hal ini sejalan dengan pernyataan Rektor Universitas Indonesia dalam kata sambutannya yang tertera dalam website
UI yang menyatakan: “Universitas Indonesia adalah lembaga inovatif,
sebagaimana kami terstruktur dan terorganisir, sekaligus sebagaimana adaptasi kami dengan perubahan global”.
Bukan itu saja, dalam Renstra Universitas Indonesia juga disebutkan terkait dengan Kebijakan Umum Arah Pengembangan Universitas Indonesia, yangmana melalui upaya akselerasi transformasi UI difokuskan pada: terwujudnya integrasi Universitas Indonesia dari multi-fakultas menjadi satu kesatuan universitas, terselenggaranya pendidikan tinggi berbasis riset dengan pengembangan dan
(26)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengelolaan pengetahuan (knowledge creation and knowledge management) melalui penerapan prinsip-prinsip organisasi pembelajaran (learning
organization), dan terwujudnya Universitas Indonesia sebagai enterprising
university dengan perolehan nilai tambah dari hasil kegiatan penelitian, pelayanan pada masyarakat, dan ventura komersial dan penunjang.
Atas dasar alasan-alasan itulah peneliti mengangkat kasus pengembangan kelembagaan menuju universitas entrepreneurial di Universitas Indonesia.
Jadi dapat dipahami bahwa konsep “universitas entrepreneurial” tidak selalu
berbicara atau terkait dengan uang, melainkan lebih dari itu berbicara tentang bagaimana universitas melakukan transformasi melalui inovasi dalam rangka membangun kapasitas institusi (institutional capacity building) untuk merespon tantangan (challange) dan tuntutan (demand) yang dihadapinya sehingga dapat tetap eksis dan bersaing.
B. Identifikasi Masalah
Universitas entrepreneurial adalah universitas yang berkembang menjadi universitas yang self-initiating, self-steering, self-regulating, self-reliant,
progressive, yang tidak hanya dibentuk tapi juga membentuk lingkungannya,
yang progresif terhadap perkembangan yang terjadi dan terhadap peluang yang ada di sekelilingnya (Clarks, 2001:10).
Universitas enterprenurial adalah universitas yang berani mengambil resiko untuk berbeda, mengambil peluang-peluang “in the market”, mempunyai keyakinan (belief) bahwa resiko karena berubah lebih disukai daripada resiko yang hanya mempertahankan praktek-praktek yang tradisional (Clark, 1998:xiv), yang inovatif, yang “stand-up”, yang berorientasi masa depan (Clark, 1998:4).
Banyak permasalahan yang dihadapi oleh perguruan tinggi dalam mentransformasi dirinya menjadi universitas entrepreneurial dalam rangka membangun institusional capacity:
(27)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Kelemahan pengendalian menjadi penghambat bagi universitas yang ingin berkembang menjadi universitas entrepreneurial. Kelemahan pengendalian bisa jadi disebabkan oleh faktor eksternal seperti otonomi yang diberikan terbatas seperti yang terjadi sebelumnya pada perguruan tinggi negeri di Indonesia atau bisa juga faktor internal seperti ketidakmampuan universitas itu sendiri dalam membangun sistem yang dapat mengendalikan semua unit, semua kegiatan yang dilakukannya. Kelemahan pengendalian berdampak kepada inefisiensi dalam pengelolaan universitas, luputnya peluang-peluang yang berpotensi memberikan keuntungan bagi universitas, gagalnya pencapaian tujuan, pemanfaatannya sumber daya tidak maksimal dan sebagainya.
2. Sejauhmana kemandirian sebuah universitas dalam masalah keuangan menjadi salah satu tolak ukur bagi sebuah universitas yang ingin berkembang menjadi universitas entrepreneurial. Banyak universitas belum mandiri dalam masalah keuangan disebabkan belum mampu melakukan kategorisasi sumber pendanaan sehingga tidak tahu sejauhmana pencapaian yang sudah diperoleh. Adanya kategorisasi tersebut dapat membantu menentukan langkah-langkah yang strategis dalam mencari sumber-sumber dana baru. Karena bagaimanapun juga, agar semua program yang sudah ditetapkan dapat berjalan maka diperlukan dana yang cukup disamping beberapa faktor yang lain.
3. Masalah lain yang dihadapi oleh universitas yang ingin berkembang menjadi universitas entrepreneurial adalah kelemahan dalam membangun jaringan, relasi dan kemitraan dengan dunia luar. Kelemahan ini membuat universitas lambat dalam mencapai kemajuan. Karena menjalin hubungan dengan dunia luar dapat meningkatkan kapasitas universitas. Ada banyak pencapaian yang harus diwujudkan dengan bermitra dengan pihak lain, sebagai contoh untuk menghasilkan riset yang berkualitas, sebuah universitas terkadang perlu bermitra dengan universitas lain baik di dalam mapuan di luar negeri, atau
(28)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
terkadang juga perlu bermitra dengan dunia industri yang lebih berpengalaman dalam menghasilkan sebuah produk. Dalam mendukung tujuan tersebut, universitas perlu juga untuk membangun infrastruktur seperti jaringan internet dan lain-lain.
4. Dalam mewujudkan universitas entrepreneurial, iklim akademis menjadi salah satu faktor yang menentukan. Iklim akademis yang tidak kondusif menyebabkan rendahnya kreativitas dan inovasi sivitas akademika. Faktor ini kurang mendapat perhatian oleh banyak pimpinan universitas. Iklim akademis yang kondusif dapat memotivasi dan menstimuli sivitas akademika untuk bekerja lebih keras dan lebih produktif sehingga mencapai keunggulan (excellence) bagi universitas itu sendiri. Banyak cara agar iklim akademis menjadi kondusif: diantaranya menciptakan program-program yang dapat menarik dan menantang sivitas akademik. Disamping itu tidak kalah pentingnya dalam membangun iklim akademis yang kondusif adalah pemberian insentif atau penghargaan (reward) bagi mereka yang berprestasi. 5. Banyak universitas mengalami kendala untuk berkembang menjadi
universitas entrepreneurial terkait dengan bagaimana merubah apa yang sudah dilakukannya menjadi kultur. Hal ini disebabkan oleh kurang terintegrasinya sistem yang ada. Membangun kultur berarti mengarah kepada apa yang dilakukan oleh seseorang atau institusi terinternalisasi dalam dirinya yang pada akhirnya menjadi keyakinan. Begitu juga perubahan yang dimulai dari ide diikuti dengan praktek yang pada akhirnya menjadi keyakinan. Kultur yang kuat terpatri atau berakar apa praktek yang kuat.
C. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dapat diidentifikasi terkait dengan upaya pengembangan kelembagaan menuju universitas entrepreneurial yang dilakukan oleh universitas, penelitian ini akan difokuskan pada: bagaimanakah usaha-usaha
(29)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Universitas Indonesia dalam mentransformasi dirinya menuju universitas entrepreneurial.
Secara lebih khusus masalah penelitian ini akan diuraikan dalam beberapa pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana penguatan pengendalian yang meliputi Penataan struktur & Kepemimpinan diterapkan di Universitas Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang menjadi universitas entrepreneurial?
2. Bagaimana diversifikasi pendanaan yang meliputi tiga sumber dana yaitu
Pertama dari alokasi APBN melalui Kemdikbud, Kedua dari hibah dan
kontrak riset dari institusi pemerintah dan swasta dan Ketiga dari industri, yayasan filantrofi, pemerintah pusat & daerah di luar Kemendikbud, SPP mahasiswa, dana abadi, bantuan asing, alumni dan keuntungan yang diperoleh dari berbagai operasi pendukung kampus diusahakan oleh Universitas Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang menjadi universitas entrepreneurial?
3. Bagaimana pengembangan batas luar yang meliputi Transfer ilmu pengetahuan, Hubungan dengan industri, Pengembangan kekayaan intelektual, Pendidikan lanjutan, Lembaga konsultasi, Penggalangan dana, dan Alumni dikembangkan oleh Universitas Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang menjadi universitas entrepreneurial?
4. Bagaimana stimuli lingkungan akademis yang meliputi Integrasi batas luar ke pusat; Kehadiran pusat-pusat riset secara luas di tingkat universitas dan di tingkat fakultas; Pengembangan program pendidikan yang variatif di tingkat pascasrajana dan di luar program sarjana reguler di seluruh jenjang yang ada di universitas; Program entrepreneurship untuk mahasiswa, dosen dan karyawan dan Pengembangan skema beasiswa dan program riset yang imajinatif dan atraktif melintas kampus diusahakan oleh Universitas Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang menjadi universitas entrepreneurial?
(30)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5. Bagaimana integrasi budaya entrepreneurial yang mencakup Regulasi dan Keempat unsur di atas berlangsung di Universitas Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang menjadi universitas entrepreneurial?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang pengembangan menuju universitas entrepreneurial yang dilaksanakan di Universitas Indonesia. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memperoleh gambaran tentang penguatan pengendalian yang meliputi
Penataan struktur dan Kepemimpinan yang diterapkan di Universitas Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang ke arah universitas entrepreneurial
2. Memperoleh gambaran tentang diversifikasi pendanaan yang meliputi Tiga sumber dana yaitu Pertama dari alokasi APBN melalui Kemdikbud, Kedua dari hibah dan kontrak riset dari institusi pemerintah dan swasta dan Ketiga dari industri, yayasan filantrofi, pemerintah pusat & daerah di luar Kemendikbud, SPP mahasiswa, dana abadi, bantuan asing, alumni, berbagai operasi pendukung kampus yang diusahakan oleh Universitas Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang menjadi universitas entrepreneurial
3. Memperoleh gambaran tentang pengembangan batas luar yang diperluas yang meliputi Transfer ilmu pengetahuan, Hubungan dengan industri, Pengembangan kekayaan intelektual, Pendidikan lanjutan, Lembaga konsultasi, Penggalangan dana, dan Alumni yang dikembangkan oleh Universitas Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang menjadi universitas entrepreneurial
4. Memperoleh gambaran tentang stimuli lingkungan akademis yang meliputi Integrasi batas luar ke pusat; Kehadiran pusat-pusat riset secara luas di tingkat universitas dan di tingkat fakultas; Pengembangan program pendidikan yang
(31)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
variatif di tingkat pascasarjana dan di luar program sarjana reguler di seluruh jenjang yang ada di universitas; Program entrepreneurship untuk mahasiswa, dosen dan karyawan; dan Pengembangan skema beasiswa dan program riset yang imajinatif dan atraktif melintas kampus yang diusahakan oleh Universitas Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang menjadi universitas entrepreneurial
5. Memperoleh gambaran tentang integrasi budaya entrepreneurial yang mencakup peraturan dan keempat unsur di atas berjalan di Universitas Indonesia dalam mewujudkan universitas entrepreneurial
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik teoritis maupun praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam upaya:
a. mengembangkan dan memperdalam teori dan konsep yang berkaitan dengan manajemen pendidikan tinggi pada umumnya dan khususnya terkait entrepreneurship di perguruan tinggi.
b. memberikan suatu pemahaman yang komprehensif dan menjadi suatu referensi bagi para pengelola perguruan tinggi dalam mempraktekkan entrepreneurship di institusinya. Karena suatu usaha akan memperoleh hasil yang baik jika didasari oleh konsep, teori dan prinsip yang relevan dan sudah teruji tingkat kehandalannya sehingga akan menjadi landasan atau pijakan yang kuat terhadap setiap langkah dan tindakan yang diambil oleh pimpinan universitas maupun para staf yang terlibat dalam pengembangan entrepreneurship dalam rangka membangun institutional
capacity.
2. Manfaat Praktis
(32)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. sebagai bahan masukan bagi perguruan tinggi lain dalam mempraktekkan entrepreneurship melalui kreativitas dan inovasi.
b. perlunya perguruan tinggi melakukan transformasi menjadi universitas entrepreneurial dalam rangka membangun institutional capacity untuk merespon tantangan dan tuntutan yang dihadapinya.
(33)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Universitas Indonesia. Penelitian sengaja dilakukan di Universitas Indonesia didasarkan pada hal berikut:
1. Universitas entrepreneurial menjadi fokus arah pengembangan Universitas Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Renstra Universitas
2. Pernyataan Rektor Universitas Indonesia : “Universitas Indonesia adalah lembaga inovatif, sebagaimana kami terstruktur dan terorganisir, sekaligus
sebagaimana adaptasi kami dengan perubahan global”.
3. Berstatus sebagai universitas negeri yang, selama ini seperti universitas-universitas negeri yang lain, menikmati kucuran dana yang besar dari pemerintah sebelum pemberlakuan Badan Hukum Milik Negara (BHMN). 4. Salah satu perguruan tinggi yang menyandang status Badan Hukum Milik
Negara (BHMN)
UI berdiri pada tahun 1849 dan merupakan representasi institusi pendidikan dengan sejarah paling tua di Asia. Secara geografis, posisi kampus UI berada di dua area berjauhan, kampus Salemba dan kampus Depok. Mayoritas fakultas berada di Depok dengan luas lahan mencapai 320 hektar dengan atmosfer green
campus karena hanya 25% lahan digunakan sebagai sarana akademik, riset dan
kemahasiswaan. 75% wilayah UI bisa dikatakan adalah area hijau berwujud hutan kota dimana di dalamnya terdapat 8 danau alam. Sebuah area yang menjanjikan nuansa akademik bertradisi yang tenang dan asri.
Sekarang ini Universitas Indonesia mempunyai 15 Fakultas yaitu : Kedokteran, Kedokteran Gigi, Kesehatan Masyarakat, Ilmu Keperawatan, Farmasi, Tehnik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Komputer, Psikologi, Ekonomi, Ilmu Pengetahuan Budaya, Hukum, Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Pascasarjana, Vokasi. Sedangkan jumlah program studi yang ada mencapai 290 lebih dengan jumlah mahasiswa mencapai 40 ribu lebih dan staf
(34)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengajar mencapai 3000 lebih. Sementara program pendidikan yang diselenggarakan mencakup diploma tiga, vokasi, sarjana reguler, sarjana kelas khusus international, sarjana ekstensi, sarjana kelas paralel, magister, magister kelas khusus international, doktor, profesi, dan spesialis.
Prestasi-prestasi yang pernah dicapai oleh Universitas Indonesia diantaranya: 1. Universitas Indonesia tampil di rangking pertama untuk kategori
universitas asal Indonesia versi THES tahun 2009, 2. Masuk dalam 500 universitas kelas dunia
3. Universitas Indonesia adalah universitas terbaik versi Globe Asia Magazine tahun 2008
4. Masuk dalam 5 terbaik Asia
5. Universitas Indonesia adalah universitas terbaik pada ICT Award Indonesia tahun 2008 kategori Best IT and infrastructure by the category best content and application
6. Nominasi univeristas terbaik di Indonesia oleh Majalah Tempo 2008
B. Sampel Penelitian
Selain lokasi penelitian sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, maka mengingat penelitian ini adalah penelitian kualitatif, pembicaraan tentang lokasi penelitian sangat erat kaitannya dengan subyek penelitian maupun aktivitas yang dilakukan oleh subyek penelitian yang terangkum dalam konteks “situasi sosial
penelitian”. Situasi sosial terbagi dalam tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku
(actors), dan aktivitas (activity). Ketiga elemen ini saling berinteraksi secara sinergis. Adapun yang menjadi situasi sosial dalam konteks penelitian ini adalah aktivitas-aktivitas (activity) yang dilakukan oleh sivitas akademika (actors) yang ada di Universitas Indonesia (place). Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas atas penentuan lokasi, situasi sosial dan informan yang digunakan peneliti, dapat dilihat pada tabel berikut:
(35)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.1 Situasi Sosial dalam Penelitian Kaulitatif No. Parameter subyek penelitian Pilihan yang diambil
1 Tempat (place) Universitas Indonesia
2 Aktivitas (activity) Seluruh aktivitas yang berkaitan dengan usaha-usaha atau praktek-praktek entrepreneurship yang dikembangkan di Universitas Indonesia
3 Pelaku (Actors) Rektor, Direktur, Wakil direktur,
Kepala subdirektorat, Staf direktorat, Sekretaris Universitas, Ketua ventura
Berdasarkan tabel tersebut, maka sampel penelitian ini adalah pihak-pihak yang memiliki informasi terkait dengan praktek-praktek entrepreneurship. Artinya penentuan subyek penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sampling purposive. Sampling purposive menurut McMillan & Schumacher (2006: 319)
“selecting information-rich cases for study in-depth”. Yaitu peneliti memang
memilih pihak-pihak tertentu yang dipertimbangkan bisa memberikan informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya.
Mengingat sampel dipilih hanya bagi mereka yang memiliki informasi terkait dengan usaha-usaha entrepreneurship di Universitas Indonesia, maka sampel penelitian ini juga disebut dengan sampel purposive. Dalam hal ini peneliti memilih sampel dengan cara:
1. Menentukan sampel sementara yang diambilkan dari komponen kegiatan entrepreneurship di Universitas Indonesia terpilih adalah sumber-sumber
(36)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang berhubungan dengan praktek entrepreneurship seperti Ketua ventura, Direktur dll
2. Memilih sampel baru yang dipertimbangkan dapat memberikan informasi lebih lengkap. Sampel baru diambil atas informasi dari informan sebelumnya seperti Rektor, Sekretaris Universitas dll
3. Sampel disesuaikan dengan kebutuhan
4. Penentuan unit sampel dihentikan jika informasi yang diberikan sudah jenuh
C. Metode Pengumpulan Data
Guna memperoleh data yang holistik dan intergratif, serta memperhatikan relevansi dan tujuan, maka pengumpulan data digunakan tiga teknik utama, yaitu: 1. wawancara mendalam (indepth interview), 2. observasi partisipan (partcipant
observation) dan 3. studi dokumentasi (study of documentation). Ketiga teknik
tersebut merupakan teknik dasar dalam penelitian kualitatif yang disepakati oleh sebagian besar peneliti dan penulis.
1. Wawancara mendalam
Wawancara merupakan teknik komunikasi langsung dengan informan. Oleh karena itu, aspek penting dalam penelitian kualitatif yang berkaitan dengan teknik wawancara adalah peneliti berusaha mengetahui bagaimana informan memandang dunia atau peristiwa yang terkait dengan tema yang diteliti dari segi perspektifnya, menurut pikiran dan perasaannya. Dengan begitu, peneliti mendapatkan data yang ada dibalik yang tampak. Wawancara yang demikian disebut sebagai wawancara mendalam (in-depth interview), karena memiliki ketajaman untuk mengorek keterangan lebih lanjut. Menurut McMillan & Schumacher (2006:350), wawancara mendalam (in-depth interview) adalah “open-response questions to obtain data of participant meanings-how individuals conceive of their world and how they explain or make sense of the important events in their lives”.
(37)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam melakukan wawancara mendalam, peneliti menggunakan wawancara tidak terstandar (unstandardized interview) yagmana tidak menyusun suatu daftar pertanyaan yang ketat. Dengan cara ini peneliti dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya karena dilakukan secara lebih personal. Disamping itu juga, dengan cara ini dapat dicatat respon afektif yang tampak selama wawancara berlangsung dan dipilah-pilahkan pengaruh pribadi peneliti yang mungkin mempengaruhi hasil wawancara, serta memungkinkan pewawancara belajar dari informan tentang budaya, bahasa dan cara hidup mereka.
Tabel 3.2 Komponen Data dan Sumbernya
No. Data Informan
1 Penguatan pengendalian Rektor
Sekretaris Universitas
Kepala Renbang
Direktur Pengembangan Akademik 2 Diversifkasi pendanaan Sekretaris universitas
Kepala Renbang
3 Pengembangan batas luar Direktur Hubungan Alumni
Kepala Subdirektorat Pengembangan Aset & Ventura
Wakil Direktur Kemitraan & Inkubator Bisnis
4 Stimuli lingkungan akademis Wakil Direktur Riset & Pengabdian Masyarakat
Kepala Subdirektorat Pengembangan & Pengelolaan HKI
5 Integrasi budaya
entrepreneurial
Rektor
Semua informan yang disebutkan di atas
2. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan konteks (hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas dan lingkungan sekitarnya) sehingga peneliti memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan.
(38)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Teknik obervasi ini digunakan untuk melengkapi dan menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan yang mungkin belum menyeluruh atau belum mampu menggambarkan segala macam situasi atau bahkan melenceng. Observasi merupakan karakteristik interaksi sosial antara peneliti dengan subjek-subjek dalam lingkungannya. Dengan kata lain, proses bagi peneliti memasuki latar dengan tujuan untuk melakukan pengamatan tentang bagaimana peristiwa-peristiwa (events) dalam latar saling berhubungan. Menurut McMillan &
Schumacher (2006:358) obervasi adalah “direct, eyewitness accounts of everyday social actions and settings that take the form of field notes”.
Terkait dengan penelitian ini, maka hal-hal yang diamati oleh peneliti adalah gedung pusat administrasi universitas sebagai pusat pengendalian dimana Kantor Rektor, Wakil Rektor, Para Direktur, Sekretaris Universitas berada; showroom untuk produk-produk hasil riset yang sudah dihasilkan dan mendapat hak paten; plamfet, brosur yang ditempel di tempat-tempat yang strategis yang berisi himbuan untuk melindungi hak kekayaan intelektual, keikutsertaan seminar-seminar yang diadakan dalam rangka mempromosikan penemuan atau invensi yang sudah dihasilkan oleh periset-periset universitas seperti seminar “Teknologi
untuk orang miskin” dan acara “Gelar Ilmu” yang memamerkan hasil-hasil riset berupa paten dan lain-lain yang diadakan lima tahun sekali.
3. Studi Dokumentasi
Selain kedua teknik yang sudah disebutkan sebelumnya yang umumnya bersumber dari manusia, dalam penelitian naturalistik, terdapat juga teknik pengumpulan data melalui studi dokumnetasi. Studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non-manusia. Adapun dokumen yang dijadikan sumber dalam penelitian ini:
1. Rencana Strategis Universitas Indonesia 2007-2012 yang disahkan oleh Majelis Wali Amanah
2. Kumpulan Peraturan Universitas Indonesia BHMN yang berisi: 1) PP No. 152 tahun 2000, 2) Peraturan Kebijakan Umum tentang Arah
(39)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pengembangan Universitas Indonesia 2007-2012, 3) Anggaran Rumah Tangga Universitas Indonesia, 4) Rencana Strategis 2007-2012
3. UI Update: kumpulan berita-berita yang terbit empat kali dalam setahun dan berisi tentang berbagai macam kegiatan yang terjadi di Universitas Indonesia
4. DRPM gazette: jurnal yang diterbitkan oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat berisi tentang aktivitas riset yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia
5. Kebijakan Kegiatan Unit Usaha di Lingkungan Universitas Indonesia: berisi norma unit usaha dan pedoman pelaksanaan kegiatan unit usaha 6. Laporan Auditor Independen: berisi laporan keuangan konsolidasian
Universitas Indonesia dan perusahaan anak
7. Informasi umum: berisi informasi tentang Universitas Indonesia untuk masyarakat umum
8. Website Universitas Indonesia 9. Majalah “Kontak Alumni FKUI”
10. Laporan kegiatan kewirasahaan mahasiswa yang dikeluarkan oleh Direktorat Kemitraan dan Inkubator Bisnis
Penggunaan studi dokumnetasi ini didasarkan pada lima alasan yaitu: 1) sumber-sumber ini tersedia dan murah (terutama dari segi waktu), 2) dokumen dan rekaman merupakan sumber yang stabil, akurat dan dapat dianalisis kembali, 3) dokumen dan rekaman merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya, 4) sumber ini merupakan pernyataan legal yang dapat memenuhi akuntabilitas, dan 5) sumber ini bersifat nonreaktif, sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.
D. Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka analisis data terletak terdapat pada keseluruhan tahapan penelitian. Adapun tahapan penelitian ini
(40)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
secara garis besar dibagi ke dalam empat tahapan yaitu: pra lapangan, kegiatan lapangan, analisis data dan penulisan laporan.
Tahap pra lapangan dilakukan untuk survei awal untuk menentukan universitas mana yang akan dipilih oleh peneliti sebagai lokasi penelitian yang disesuaikan dengan judul penelitian yang diangkat melalui kunjungan langsung, informasi yang dimiliki oleh institusi yang bersangkutan dan lain-lain
Tahap kegiatan lapangan adalah tahapan pengumpulan data baik dengan menggunakan wawancara, observasi maupun dokumentasi. Pada tahapan ini peneliti langsung terjun ke lokasi dimana penelitian dilakukan yaitu Universitas Indonesia, menggali informasi dari sumber informasi baik sumber insani maupun non insani yang mengetahui betul tentang permasalahan yang peneliti angkat.
Tahap analisis data adalah analisis data yang dilakukan oleh peneliti dan itu dimulai sejak terjun ke lapangan. Namun analisis data yang sempurna dilakukan setelah selesai dari lapangan dengan metode induktif yaitu mengorganisasi data-data ke dalam kategori-kategori dan mengidentifikasi pola-pola (relation) diantara kategori-kategori tersebut.
Tahap penulisan laporan adalah tahapan yang terakhir yang merupakan hasil penelitian yang dimaksudkan untuk menyusun disertasi.
Dari keempat tahapan tersebut, peneliti kemudian secara spesifik mengerucutkan masing-masing tahapan tersebut sehingga menjadi seperti di bawah ini:
1. Pendataan responden yang akan dijadikan subjek sasaran penelitian
2. Membuat pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi yang diperlukan untuk mengungkap data penelitian tentang usaha-usaha dan praktek-praktek entreprenurship
3. Melakukan studi literatur tentang entrepreneurship di universitas
4. Melakukan wawancara kepada beberapa responden yang ditentukan secara purposive untuk mengeksplorasi tentang usaha-usaha dan praktek-praktek
(41)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
entrepreneurship yang sudah dilakukan selama ini, untuk kemudian ditriangulasi dengan metode dokumentasi dan observasi
5. Mengelola dan menganalisis data penelitian untuk memperoleh profil entrepreneurship di universitas yang sudah berjalan
6. Menyusun draft model pengembangan entrepreneurship baru dalam rangka pengembangan univeritas entrepreneurial
7. Penulisan laporan
Melalui keseluruhan proses/tahapan penelitian ini, peneliti melakukan analisis data. Adapun teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik analisis model interaktif dari Miles dan Huberman (Sugiono, 2011:247) yang terdiri atas pengumpulan data mentah, display data, reduksi data dan verifikasi/kesimpulan sebagaimana gambar berikut:
Gambar 3.1 Teknik Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman Data
collection
Data display
Data reducation
Conclusions: drawing &
(42)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(43)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa kelima unsur yang menjadi karaketristik universitas entrepreneurial yaitu penguatan pengendalian (strengthened steering core), diversifikasi pembiayaan (diversified
funding base), pengembangan batas luar (expanded developmental periphery),
stimuli lingkungan akademis (stimulated academic heartland), dan integrasi budaya entrepreneurial (integrated entrepreneurial culture) sudah ada (exist) dan berkembang (develop) di Universitas Indonesia. Namun terdapat perbedaan dalam hal kemajuan diantara kelima unsur tersebut:
1. Unsur penguatan pengendalian (strengthened steering core) sudah dilakukan oleh UI dengan melakukan penataan struktur (structure
management) yang mengarah kepada kepemimpinan kolektif yang
cenderung sentralistis. Kecenderungan sentralistis ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan atas segala rencana-rencana yang sudah ditetapkan sehingga target-target universitas dapat terwujud. Disamping itu penguatan pengendalian juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa apa yang menjadi misi universitas harus didukung oleh misi fakultas-fakultas atau misi fakultas-fakultas-fakultas-fakultas harus sejalan dengan misi universitas. Oleh karena itu, menurut penilaian peneliti langkah yang diambil oleh Universitas Indonesia sudah tepat. Dengan penguatan pengendalian, semua sumber daya yang dimiliki UI mulai diarahkan dalam mewujudkan cita-cita Universitas Indonesai dan ini menjadi kekuatan tersendiri dalam menggapai kemajuan dan memenangi persaingan yang semakin ketat antar institusi pendidikan di era pasar bebas.
2. Unsur diversifikasi pembiayaan (diversified funding base) sudah berkembang luar biasa di Universitas Indonesia. Sudah sejak lama UI sudah tidak bergantung dan tidak hanya terfokus pada satu sumber
(44)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pendanaan yaitu alokasi APBN untuk pendidikan melalui Kemendikbud sebagai sumber dana yang pertama dan utama, walaupun sebagai universitas negeri. Sebaliknya UI sudah dan terus mengembangkan dan meningkatkan dua sumber pendanaan yang lain yaitu sumber yang kedua berupa sumber dana dari hasil kerjasama riset dan sumber yang ketiga berupa sumber dana dari SPP mahasiswa, filantropi, hasil ventura, sumbangan luar negeri dan lain-lain. Sumber dana yang kedua adalah dana dari hasil kerjasama dengan institusi pemerintah dan non-pemerintah atau industri yangmana kedua institusi tersebut biasanya mempunyai anggaran untuk riset kebijakan dan atau pengembangan atau ujicoba suatu produk. Sementara itu, UI menyediakan tenaga ahli atau pihak kedua memanfaatkan laboratorium yang dimiliki Universitas Indonesia. Sedangkan sumber dana yang ketiga adalah dana dari SPP, filantropi, lembaga pemerintah dan swasta, hasil ventura, sumbangan luar negeri dan lain-lain. Sumber dana ini adalah yang paling besar memberikan kontribusi dan support bagi pendanaan untuk biaya operasional UI. Hampir 60 persen dari keseluruhan pendanaan di UI berasal dari sumber ini. Secara keseluruhan unsur yang kedua ini sudah berkembang sangat luar biasa. 3. Unsur pengembangan batas luar (expanded developmental periphery)
mencakup transfer ilmu, hubungan industri, pengembangan kekayaan intelektual, pendidikan lanjutan, lembaga konsultasi, penggalangan dana dan urusan alumni. Ketujuh sub-sub unsur tersebut sudah berkembang dengan baik ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah hasil riset terapan (applied research) dan mendapatkan hak paten daripada riset dasar (basic research), semakin bertambahnya jumlah industri yang menjalin kerjasama dan menjadi mitra UI, hadirnya program studi kekayaan inteketual dan unit khusus yang menangani hal tersebut di bawah Direktorat Kemitraan dan Inkubator Bisnis, menjamurnya pendidikan lanjutan, lembaga konsultasi hingga pengelolaan masalah alumni yang
(1)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Cooper, S. (2012). Cultivating Creativity and Reaping the Benefits. available at: http://gmt.sagepub.com/content/25/3/3 (23 April 2012)
Corbyn, Z. (2008). No shortage of gamblers in new fundraising programme.
Dalam “The Times Higher Education Supplement”. Iss. 1867. Available at :
http://www.proquest.com/pqdweb (18 Januari 2012)
Davies, J. L. (2001). The Emergence of Entrepreneurial Cultures in European Universities. Dalam Journal of the Programme on Institutional Management in Higher Education. Available at: Vol.13-No.2”. (Online) available at: http://www.oecd.org/dataoecd (5Januari 2012)
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional. (2004). Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi 2003-2010 (HELTS)-Menuju Sinergi Kebijakan Nasional. Jakarta : Kemendiknas.
Doonely, J. H., et al (1998). Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur dan Proses. Terjemahan oleh Djoerban Wahid. Jakarta: PT Gramedia.
Dopson, S. dan McNay I. (1996). Organizational Culture. Dalam Higher Education Management: The key Elements. Buckingham: Open University Press.
Drezner, N. D. (2006). Recessions and Tax-Cuts: Economic Cycles' Impact on
Individual Giving, Philanthropy, and Higher Education. Dalam “International
Journal of Educational Advancement”, Vol. 6, Iss. 4. Available at:
http://www.proquest.com/pqdweb, (15 Januari 2012)
Duderstadt, J. J. (2000). A University For The 21 St Century. USA: The university of Michigan Press.
Eccles, G. (2004). Marketing The Corporate University Or Enterprise Academy.
Dalam “Journal of Workplace Learning”, Vol. 16, Edisi 7/8. Available at :
http://www.proquest.com/pqdweb (12 Januari 2012)
Etzkowitz, H. (2003). Research groups as ‘quasi-firms’: the invention of the
entrepreneurial university. (Online) available at:
www.elsevier.com/locate/econbase, (20 Januari 2012)
Etzkowtiz et al. (2008). Pathways to the entrepreneurial university: towards a
global convergence. Dalam jurnal “Science and Public Policy”. Available at:
(2)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Etzkowtiz, H. & Zhou, C. (2010). The Entrepreneurial University in Various
Triple Helix Models. (online) available at:
http://nus.edu/nec/eir/TripleHelix6/SingaporeConferenceThemePaper (18 Januari 2012)
Evan, L. (2001). Delving Deeper into Morale, Job Satisfaction and Motivation among Education Professionals. Available at : http://ema.sagepub.com/ (24 April 2012)
Fattah, N. (2006). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Felt, U. (1999). University Autonomy In Europe: Changing Paradigms In Higher
Education Policy. Available at: http://eua.uni-graz.at/Ulrike-Felt. (29 Desember 2011)
Foskett, N. (1992). Managing Extenal Relations in School. London: Routledge.
Frade, G. (2003). “Entrepreneurship: a Mega Trend for Nations, Entreprises and
Univrsities”, dalam The Enterprising University: Reform, Excellence and
Equity. England: McGraw Hill Education.
Gibb, A. (2006). Towards the Entrepreneurial University?. available at: https://webspace.utexas.edu/cherwitz/www/articles/gibb_hannon (3 Januari 2012)
Glatter, R. et al. (2005). Educational Management Administration & Leadership: Identifying Innovation Arising from School Collaboration Initiatives. available at: http://ema.sagepub.com/content/33/4/381 (22 April 2012)
Gunn, B. (1995). The paradigm shift in university management. Dalam “The International Journal of Educational Management”, Vol. 9, Edisi 1. Available at: http://www.proquest.com/pqdweb (17 Januari 2012)
Hoy, W. W. & Miskel, C. G. (2001). Educational Administration, 6th Edition, New York: McGraw Hill Co.
Huey-li, L. (2005). Book Review: Academic Capitalism and the New Economy.
Dalam “The Journal of Educational Foundations”, Vol. 19, Iss. ¾. Available
at: (http://www.proquest.com/pqdweb (22 Januari 2012)
Ihrig, W. E, dan Sullivan, J. F. (1995). Revenue Opportunities for the Public Instituion, dalam Reinventing The University: Managing and Financing Institutions Of Higher Education. New York: John Wiley & Sons.
(3)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Indrajit, R. E. dan Djokopranoto, R.(2006). Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Ivancevich, J. M. et al. (2007). Perilaku & Manajemen Organisasi. Erlangga: Jakarta.
Jones, G. R. (2001). Organizational Theory, Text and Cases. New York: Prentice Hall.
Jones, M. E. (2003). “Achieving Excellence: Changing Paradigms, Cultures,
Entrepreneurship and the Role of Continuing Professional Development in
Science and Engineering””, dalam The Enterprising University: Reform,
Excellence and Equity. England: McGraw Hill Education.
Karakas, F. (2010). Positive Management Education: Creating Creative Minds,
Passionate Hearts, and Kindred Spirits. Available at:
http://gmt.sagepub.com/content/35/2/198 (23 April 2012)
Kementerian Keuangan (2010). Data Pokok APBN 2005-2010. Available at www.Kemenkeu.go.id (15 Agustus 2011)
Kinicki, A and Williams K. B.(2008). Management: A Practical Introduction. New York: McGraw Hill.
Komariah, A. (2004). Pengaruh Visionary Leadership (Kepemimpinan Visioner) Dan Budaya Sekolah Terhadap Efektifitas Sekolah Di Era Desentralisasi Pada SMAN Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Propinsi Jabar. Disertasi Doktor pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Kreitner, R and Kinicki, A. (2004). Organizational Behavior, 6th edition. New York: The McGraw-Hill.
Lumby, J. (2003). Culture Change. Dalam Educational Management & Administration. Available at: http://www.ema.sagepub.com (5Januari 2012) Lunenburg, F. C. And Ornstein, A. C. (2000). Educational Administration.
USA:Wardsworth.
Lussier, R. N. (1996). Human Relations in Organizations: A Skill Building Approach. New York: The Mcgraw Hill Company.
Marchese, T. (2000). Entrepreneurial universities. Dalam “Change”, Vol. 32, Iss. 1. Available at: http://www.proquest.com/pqdweb (18 Januari 2012)
(4)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
McMillan, J. & Schumacher, S. (2006). Research in Education, Evidence-Based Inquiry. Boston: Pearson Education Inc.
McShane, S. L. & Gilnow, M. A. V. (2005). Organizational Behaviour. New York: McGraw Hill.
Ochiwa, O. P. (2000). A Study of Organizational Climate of High And Low Adopter Elementary School in The Province of Saskatchewan. Available at: http://www.ssta.ak.ca/research/schoolimprovement/rp27.htm(28 Desember 2011)
Permana, J. dan Kesuma, D. (2010). Kewirausahaan Dalam Pendidikan. Dalam Pengelolaan Pendidikan. Edisi 2010, hal.335.
Pilbeam, C. (2008). Designing an Entrepreneurial University in an Institutional
Setting. Dalam “Higher Education Policy”, Vol. 21, Iss. 3. Available at:
http://www.proquest.com/pqdweb (25 Desember 2011)
Price, H. E,. (2012). Principal–Teacher Interactions: How Affective Relationships Shape Principal and Teacher Attitudes. Available at: http://eaq.sagepub.com (24 April 2012)
Rinne, R. & Koivula, J. (2005). The Changing Place of the University and a Clash of Values, The Entrepreneurial University in the European Knowledge
Society A Review of the Literature. available at:
http://www.oecd.org/dataoecd (22 April 2012)
Rivai, V. (2007). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi kedua. Jakarta: RajaGrapindo.
Riyanti, B. P. D. (2003). Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Robbins, S. P & DeCenzo, David A., (2008). Fundamentals of Management: Essential Concepts and Applications, 6th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Robbins, S. P. (2003). Perilaku Organisasi. Terjemahan. Jakarta : Erlangga. Robertson, D. (1998). The Emerging Political Economy Of Higher Education.
Dalam “Studies in Higher Education”, Vol. 23, Iss. 2. Available at:
(5)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Ropke, J. (1998). The Entrepreneurial University: Innovation, Academic Knowledge Creation And Regional Development In A Globalized Economy. available at: http://www.ucol.mx/acerca (29 Desember 2011)
Rue, L. W. And Lloyd R.B. (2003). Management: Skill and Application. New York: McGraw-Hill.
Santoso, D. (2012). Dukungan Dikti Dalam Mewujudkan Universitas Riset di Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.
Satori, D. dan Komariah, A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Schermerhorn, et. al.(2005). Organizational behaviour. United Kingdom: John Wiley & Son, Inc.
Schermerhorn, John R. (2002). Management, 7th edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Shane, S (2011). Enterpreneurship. Available at: http//en.wikipedia.org/wiki (29 Desember 2011)
Shattock, M. (2003). Managing Successful University. London: Open University Press.
Slaughter, S. and Leslie, L. L. (1997). Academic Capitalism: Politic, Policies and Entrepreneurial University. Baltimore and London: The Johns Hopkins University Press.
Slee, Peter and Hayter, Scott. (2003). Integrated Income Generation: the Durham Model. dalam The Enterprising University: Reform, Excellence and Equity. England: McGraw Hill Education.
Somad, K. A. (2007). Prosiding Lokakarya: Tantangan Kontemporer Perguruan Tinggi. Jakarta: Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Barat.
Sore, B. et al. (2010). Moderating Influence Of Organizational Justice On The Relationship Between Job Insecurity And Its Outcomes: A Multilevel Analysis. Available at: http://eid.sagepub.com (27 April 2012)
Stern, G. M. (2005). The University as Entrepreneur. Dalam “The Hispanic
Outlook in Higher Education”, Vol. 15, Iss. 13. Available at:
(6)
Zahruddin, 2013
Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Stoner, J. AF. et al. (1996). Manajemen. terjemahan Alexander Sindoro. Jakarta: Prenhalindo.
Sugiyono, (2011). Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, U. (2008). Studi Tentang Pengaruh Kepemimpinan Entrepreneur Kepala Sekolah, Budaya Sekolah Dan Sistem Kompensasi Tehadap Kreativitas & Kinerja Inovatif Guru Pada Sekolah Menengah Kejuruan Di Kabupaten Kuningan. Disertasi Doktor pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sullivan, A. (2003). Economics: Principles in Action. Available at: http//en.wikipedia.org/wiki (11Januari 2012)
Suryana. (2009). Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Susanto. (2004). Budaya Perusahaan. Jakarta: Elek Media Komputindo.
The American Heritage Dictionary. (2002). Intrapreneurship. Available at: http//en.wikipedia.org/wiki (11Januari 2012)
Vickers, et al (2001). Creation of an Entrepreneurial University Culture, The
University of Arkansas as a Case Study. Dalam jurnal “Journal of
Enginereeing Education” (Online) available at : http://www.jee.org. (5
Januari 2012)
Wahab, A. A. (2008). Anatomi Organisasi Dan Kepemimpinan Pendidikan, Telaah Terhadap Organisasi Dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Winardi. (2005). Pengantar Tentang Teori Sistem Dan Analisis Sistem. Bandung: Mandiri Maju.
Zuhal. (2008). Kekuatan Daya Saing Indonesia: Mempersiapkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Zulys, A. (2011). Jangan Sampai Periset UI Menulis Hanya Sepertiga Artikel Hasil Riset Seumur Hidupnya. Warta DRPM UI.