PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MULTIKULTURALISME PENGARUHNYA TERHADAP RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA :Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia.

(1)

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MULTIKULTURALISME PENGARUHNYA TERHADAP RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA

(Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

GINA LESTARI 0907334

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MULTIKULTURALISME PENGARUHNYA TERHADAP RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA (Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas

Pendidikan Indonesia)

Oleh Gina Lestari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Gina Lestari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

GINA LESTARI

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MULTIKULTURALISME PENGARUHNYA TERHADAP RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA

(Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof.Dr. H. Dasim Budimansyah, M. Si NIP. 19620316 198803 1 003

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M. Ed. NIP. 19410715 196703 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan,

Syaifullah, S. Pd., M. Si. NIP. 19721112199903 1 001


(4)

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 31 JANUARI 2013. PANITIA UJIAN SIDANG TERDIRI ATAS:

KETUA :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M. Si. NIP. 19700814 199402 1 001 SEKRETARIS :

Syaifullah, S. Pd., M. Si.

NIP. 19721112199903 1 001

PENGUJI TERDIRI ATAS:

PENGUJI I :

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed. NIP. 19630820 198803 1 001 PENGUJI II :

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd.S.IP.M.Si. NIP. 19690929 199402 1 001 PENGUJI III :


(5)

ABSTRAK

Gina Lestari, PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MULTIKULTURALISME PENGARUHNYA TERHADAP RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA (Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia).

Skripsi ini berisi hasil penelitian mengenai persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap radikalisme atas nama agama yang dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Penelitian ini melibatkan mahasiswa UPI angkatan 2009, 2010 dan 2011 dari berbagai fakultas sebagai responden penelitian. Masalah pokok yang menjadi kajian penelitian ini adalah bagaimana persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap radikalisme atas nama agama?. Secara terrinci yang menjadi masalah pokok penelitian dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana kondisi keberagaman mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung?; (2) Bagaimana persepsi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tentang multikulturalisme?; (3) Bagaimana persepsi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tentang radikalisme atas nama agama?; (4) Bagaimana pengaruh antara persepsi mahasiswa tentang multikulturslisme terhadap persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama agama?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dipergunakan data tentang (1) Kondisi keberagaman mahasiswa UPI Bandung; (2) persepsi mahasiswa UPI Bandung tentang multikulturalisme; (3) persepsi mahasiswa UPI Bandung tentang radikalisme atas nama agama; (4) pengaruh antara persepsi mahasiswa tentang multikulturslisme terhadap persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama agama. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data diperoleh melalui angket, wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Data dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman melalui tahap reduksi data, displai data, dan penarikan kesimpulan. Pengolahan data kuesioner dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Package For Social Science) versi 20.0. Hasil analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mahasiswa UPI Bandung menggambarkan kondisi keberagaman asal daerah, agama yang dianut serta sikap toleransi pada mahasiswa; (2) mahasiswa UPI Bandung memiliki persepsi yang positif tentang multikulturalisme (variabel X); (3) mahasiswa UPI Bandung memiliki persepsi yang negatif tentang radikalisme atas nama agama (variabel Y); (4) terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi mahasiswa tentang multikulturslisme (variabel X) terhadap persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama agama (variabel Y) berdasarkan pengujian regresi yang menunjukkan niali R Square sebesar 0,251 yang berarti bahwa variabel (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel (Y) sebesar 25%. Mahasiswa hendaknya meningkatkan kesadaran budaya, nilai multikultural serta wawasan multikultural untuk menanamkan sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan SARA. Mahasiswa hendaknya menanamkan sikap toleransi dalam kehidupan kampus baik secara akademik maupun non-akademik.


(6)

ABSTRACT

Gina Lestari, STUDENTS' PERCEPTIONS OF MULTICULTURALISM

EFFECTS ON RADICALISM IN THE NAME OF RELIGION (Descriptive Study of Civic Education in the Context in Indonesia University of Education).

This thesis contains the results of research on students' perceptions of multiculturalism effects on radicalism in the name of religion is done in Bandung Indonesia University of Education. The study involved UPI student class of 2009, 2010 and 2011 from various departments as respondents of the study. The main problem of this research is to study how students' perceptions of multiculturalism effects on radicalism in the name of religion?. In terrinci the subject matter of research described in the following research questions: (1) How is the diversity of students at the University of Education Indonesia Bandung?, (2) How do students 'perceptions of Education University of Indonesia Bandung on multiculturalism?, (3) How do students' perceptions Indonesia University of Education Bandung on radicalism in the name of religion?, (4) How will the students 'perceptions about students' perceptions about the multikulturslisme against radicalism in the name of religion?. To answer these questions, used data on (1) Conditions UPI Bandung student diversity, (2) students 'perceptions UPI Bandung on multiculturalism, (3) student perceptions UPI Bandung on radicalism in the name of religion, (4) the effect of the students' perceptions about multikulturslisme students' perceptions of radicalism in the name of religion. The approach used in this study is a quantitative approach by using descriptive method. The data collection techniques obtained through questionnaires, interviews, observation and documentation study. Data were analyzed using Miles and Huberman models through data reduction phase, the data display, and conclusion. Questionnaire data processing performed using SPSS (Statistical Package For Social Science) version 20.0. The results of data analysis in this study are as follows: (1) students UPI Bandung describes the condition of the diversity of origin, religious affiliation and tolerance in students, (2) UPI Bandung students have a positive perception of multiculturalism (variable X), (3 ) UPI Bandung students have a negative perception of radicalism in the name of religion (variable Y), (4) there is a significant effect between students' perceptions about multikulturslisme (variable X) to the student's perception of radicalism in the name of religion (variable Y) based regression testing show niali R Square of 0.251, which means that the variable (X) significantly affect the variable (Y) by 25%. Students should enhance cultural awareness, multicultural values and multicultural insights to instill tolerance in the face of racial differences. Students should inculcate


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitain ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Secara Teoritis ... 10

2. Secara Praktis ... 10

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Teori dan Konsep Persepsi ... 13

1. Pengertian Persepsi ... 13

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 16

3. Proses Persepsi ... 17

B. Eksistensi Multikultural di Indonesia ... 23

1. Konsep Multikulturalisme ... 23

2. Agama, Budaya dan Multikultural ... 31

3. Indonesia Sebagai Negara Multikultur ... 47

4. Bhineka Tunggal Ika sebagai Ciri Multikultural Indonesia .... 59

C. Fenomena Radikalisme di Indonesia ... 67

1. Agama dan Radikalisme ... 32

2. Keterkaitan Radikalisme Atas Nama Agama dengan Terorisme 79 3. Munculnya Radikalisme Atas Nama Agama di Indonesia ... 90

4. Faktor-Faktor Radikalisme Atas Nama Agama di Indonesia . 109 D. Faham Radikalisme Atas Nama Agama dan Eksistensi Multikulturalisme dalam Perhatian PKn ... 121

1. Perhatian PKn terhadap Faham Radikalisme Atas Nama Agama 121 2. Perhatian PKn terhadap Eksistensi Multikultural ... 135

E. Penelitian Terdahulu ... 154


(8)

BAB III METODE PENELITIAN... 158

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 158

1. Lokasi Penelitian ... 158

2. Populasi Penelitian ... 158

3. Sampel Penelitian ... 161

B. Dsain Penelitian ... 166

C. Metode Penelitian ... 167

D. Definisi Operasional ... 170

1. Persepsi ... 170

2. Multikultural ... 171

3. Radikalisme Atas Nama Agama ... 171

E. Anggapan Dasar ... 172

F. Instrumen Penelitian ... 173

1. Kuesioner Persepsi Mahasiswa tentang Multikulturalisme (Variabel X) ... 173

2. Kuesioner Persepsi Mahasiswa tentang Radikalisme Atas Nama Agama (Variabel Y) ... 174

G. Operasionalisasi Variabel ... 174

H. Proses Pengembangan Instrumen ... 178

1. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 178

a. Uji Validitas ... 179

b. Uji Reliabilitas ... 182

2. Uji Normalitas Data ... 184

3. Uji Hipotesis ... 185

4. Uji Korelasi Produk Momen ... 187

5. Uji Regresi ... 188

I. Teknik Pengumpulan Data ... 189

1. Angket atau Kuesioner ... 189

2. Observasi ... 191

3. Wawancara ... 191

4. Studi Dokumentasi ... 192

J. Tahap Penelitian ... 193

1. Tahap Pra Penelitian ... 193

2. Tahap Penyusunan Instrumen ... 194

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 194

H. Analisis Data ... 195

1. Reduksi Data (Data Reduction) ... 196

2. Penyajian Data (Data Display) ... 196

3. Kesimpulan (Verifikasi) ... 197

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 199

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 199

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 200 1. Kondisi Keberagaman Mahasiswa Universitas Pendidikan


(9)

a. Asal daerah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia 202 b. Agama yang dianut mahasiswa Universitas Pendidikan

Indonesia ... 204

c. Sikap toleransi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia ... 206

2. Persepsi Mahasiswa tentang Multikulturalisme ... 208

3. Persepsi Mahasiswa tentang Radikalisme Atas Nama Agama 231 C. Pengujian Data ... 252

1. Pengujian Validitas Data ... 253

2. Pengujian Reliabilitas Data ... 256

3. Pengujian Normalitas Data ... 259

4. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 261

a. Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung memiliki persepsi yang positif tentang multikulturalisme . 261 b. Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung memiliki persepsi yang negatif tentang radikalisme dalam beragama ... 263

c. Terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi mahasiswa tentang multikulturslisme terhadap persepsi mahasiswa tentang Radikalisme Atas Nama Agama ... 265

5. Koefisien Determinasi ... 269

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 271

1. Kondisi Multikultural di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia ... 271

a. Asal daerah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia 272 b. Agama yang dianut mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia ... 279

c. Sikap toleransi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia 282 2. Persepsi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia tentang Multikulturalisme ... 286

a. Kesadaran Budaya ... 287

b. Sub Nilai Multikultural ... 290

c. Wawasan Multikultural ... 294

3. Persepsi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia tentang Radikalisme Atas Nama Agama ... 299

a. Absolutisme ... 300

b. Eksklusivisme ... 302

c. Fanatisme... 304

d. Ekstrimisme ... 307

e. Agresivisme ... 310

4. Pengaruh antara persepsi mahasiswa tentang multikulturslisme terhadap persepsi mahasiswa tentang radikalisme dalam beragama. ... 315


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 320

A. Kesimpulan ... 320

B. Saran ... 321

DAFTAR PUSTAKA ... 324 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Profil Singkat Lima Organisasi Islam Garis Keras di Indonesia ... 101

Tabel 2. 2. Data Peristiwa Pemboman di Indonesia 1999-2009 ... 102

Tabel 2. 3. Daftar pemboman dan peledakan berkaitan dengan JI sejak 1999 104 Tabel 2. 4. Faktor-Faktor Penyebab Lahirnya Radikalisme Atas Nama Agama pada Muslim ... 114

Tabel 2. 5. Nilai-nilai Inti, Perdamaian, Hak-hak asasi manusia, Demokrasi dan Pembangunan Berkelanjutan, dan Nilai-nilai terkait yang Mendukungnya ... 134

Tabel 3. 1. Skala Likert ... 160

Tabel 3. 2. Istrumen Penelitian Bentuk Checklist ... 165

Tabel 3. 3. Responden wawancara ... 165

Tabel 3. 4. Variabel dan Indikator Penelitian ... 166

Tabel 3. 5. Jumlah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2009, 2010 dan 2011 Tahun Akademik 2011/ 2012 ... 177

Tabel 3. 6. Penghitungan jumlah sampel berdasarkan fakultas ... 180

Tabel 3. 7. Populasi dan sampel penelitian dengan rumus Isaac dan Michael 181

Tabel 3. 8. Responden wawancara ... 184

Tabel 3. 9. Tabel Analisis Soal Untuk Perhitungan Validitas... 190

Tabel 3. 10. Validitas Instrumen Kuesioner... 191

Tabel 3. 11. Reliabilitas Instrumen Kuesioner ... 192

Tabel 4. 1. Jumlah Mahasiswa UPI yang Dinyatakan Masih Aktif ... 201

Tabel 4. 2. Persentase Asal Daerah Mahasiswa UPI Angkatan 2009, 2010 dan 2011 ... 203

Tabel 4. 3. Persentase Agama yang Dianut Mahasiswa UPI Angkatan 2009, 2010 dan 2011 ... 205

Tabel 4. 4. Bobot Jawaban Responden ... 208

Tabel 4. 5. Indikator Kesadaran Budaya “Pengetahuan berbagai kebudayaan yang mempunyai jati diri beserta keunggulannya”. ... 209 Tabel 4. 6. Indikator Kesadaran Budaya “Merawat dan mengembangkan unsur


(12)

warisanbudaya, mengembangkan kebudayaan nasional”. ... 210 Tabel 4. 7. Indikator Kesadaran Budaya “Merawat dan mengembangkan unsur

warisan budaya, mengembangkan kebudayaan nasional”. ... 211 Tabel 4. 8. Indikator Kesadaran Budaya “Merawat dan mengembangkan unsur

warisan budaya, mengembangkan kebudayaan nasional”. ... 212 Tabel 4. 9. Indikator Kesadaran Budaya “Merawat dan mengembangkan unsur

warisan budaya, mengembangkan kebudayaan nasional”. ... 213 Tabel 4. 10. Indikator Kesadaran Budaya “Merawat dan mengembangkan unsur warisan budaya, mengembangkan kebudayaan nasional”. ... 214 Tabel 4. 11. Indikator Kesadaran Budaya “Merawat dan mengembangkan unsur warisan budaya, mengembangkan kebudayaan nasional”. ... 215 Tabel 4. 12. Indikator Sub Nilai Multikulturalisme “Menegaskan identitas

kultural”... 217 Tabel 4. 13. Indikator Sub Nilai Multikulturalisme “Mempelajari dan menilai

warisan budaya” ... 218 Tabel 4. 14. Indikator Sub Nilai Multikulturalisme “Menghormati dan memahami kebudayaan selain kebudayaannya” ... 219 Tabel 4. 15. Indikator Sub Nilai Multikulturalisme “Menghormati dan memahami kebudayaan selain kebudayaannya” ... 220 Tabel 4. 16. Indikator Sub Nilai Multikulturalisme “Menilai dan merasa senang dengan perbedaan” ... 221 Tabel 4. 17. Indikator Sub Nilai Multikulturalisme “Memandang perbedaan dalam masyarakat sebagai kebaikan yang positif untuk dihargai dan

dipelihara” ... 222 Tabel 4. 18. Indikator Wawasan Multikultural “Mengakui perbedaan” ... 223 Tabel 4. 19. Indikator Wawasan Multikultural “Mengakui perbedaan” ... 224 Tabel 4. 20. Indikator Wawasan Multikultural “Memberi tempat terhadap

keragaman” ... 225 Tabel 4. 21. Indikator Wawasan Multikultural “Komunikatif, terbuka, dan tidak saling curiga” ... 226


(13)

saling curiga” ... 227 Tabel 4. 23. Indikator Wawasan Multikultural “Memberi tempat terhadap

keragaman keyakinan, tradisi, adat, budaya” ... 228 Tabel 4. 24. Indikator Wawasan Multikultural “Memberi tempat terhadap

keragaman keyakinan, tradisi, adat, budaya” ... 229 Tabel 4. 25. Indikator Wawasan Multikultural “Kerjasama sosial dan tolong

menolong secara tulus sebagai perwujudan rasa kemanusiaan” .. 230 Tabel 4. 26. Indikator Absolutisme “Pemahaman yang dangkal terhadap hakikat ajaran agama, pengetahuan yang setengah-setengah sehingga

mengalami kerancuan konsep” ... 232 Tabel 4. 27. Indikator Absolutisme “Pemahaman yang dangkal terhadap hakikat ajaran agama, pengetahuan yang setengah-setengah sehingga

mengalami kerancuan konsep” ... 233 Tabel 4. 28. Indikator Absolutisme “Memahami ajaran agama secara tekstual

tanpa memahami kandungan dan maknanya” ... 234 Tabel 4. 29. Indikator Eksklusivisme “Antipati dan memiliki subjektivitas tinggi” 235 Tabel 4. 30. Indikator Eksklusivisme “Kepribadian tertutup, tidak membuka

dialog” ... 236 Tabel 4. 31. Indikator Eksklusivisme “Kepribadian tertutup, tidak membuka

dialog” ... 237 Tabel 4. 32. Indikator Fanatisme “Fanatik organisasi, mengklaim yang paling

benar dan yang lain salah” ... 238 Tabel 4. 33. Indikator Fanatisme “Fanatik kepada keimanan sendiri dengan tidak didukung oleh rasa toleran dan hati yang lapang” ... 239 Tabel 4. 34. Indikator Fanatisme “Fanatisme terhadap suatu pendapat tanpa

mengakui adanya pendapat lain dan merasa benar sendiri”... 241 Tabel 4. 35. Indikator Ekstrimisme “Sikap keras yang tidak pada tempatnya” 242 Tabel 4. 36. Indikator Ekstrimisme “Mengafirkan orang lain” ... 243 Tabel 4. 37. Indikator Ekstrimisme “Buruk sangka kepada orang lain” ... 244 Tabel 4. 38. Indikator Ekstrimisme “Menguatkan kemungkinan yang buruk


(14)

Tabel 4. 39. Indikator Agresivisme “Menggunakan kekerasan untuk mencapai

tujuan” ... 246

Tabel 4. 40. Indikator Agresivisme “Menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan” ... 247

Tabel 4. 41. Indikator Agresivisme “Menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan” ... 248

Tabel 4. 42. Indikator Agresivisme “Melakukan perubahan secara cepat dan menyeluruh tanpa kompromi” ... 249

Tabel 4. 43. Indikator Agresivisme “Menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan” ... 250

Tabel 4. 44. Indikator Agresivisme “Menggunakan kekerasan dalam mengajarka keyakinan atau pemahaman”... 251

Tabel 4. 45. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel X ... 253

Tabel 4. 46. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 255

Tabel 4. 47. Reliabilitas Statistik ... 256

Tabel 4. 48. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ... 257

Tabel 4. 49. Reliabilitas Statistik ... 258

Tabel 4. 50. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ... 258

Tabel 4. 51. Uji Normalitas ... 259

Tabel 4. 52. Pengujian Hipotesisi Persepsi Mahasiswa Tentang Multikulturalisme ... 262

Tabel 4. 53. Pengujian Hipotesisi Persepsi Mahasiswa Tentang Radikalisme Atas Nama Agama ... 263

Tabel 4. 54. Korelasi Variabel X dengan Y ... 265

Tabel 4. 55. Matriks Variabel X dengan Y ... 266

Tabel 4. 56. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan ... 267

Tabel 4. 57. Koefisien Model ... 268

Tabel 4. 58. Koefisien Korelasi Pada Koefisien Determinasi ... 270

Tabel 4. 59. Uji Signifikansi ... 270


(15)

Tabel 4. 62. Koefisien Determinasi Kesadaran Budaya terhadap

radikalisme atas nama agama. ... 271 Tabel 4. 63. Model Summary ... 272 Tabel 4. 64. Koefisien Determinasi Sub nilai multikultural terhadap

radikalisme atas nama agama ... 272 Tabel 4. 65. Model Summary ... 273 Tabel 4. 66. Koefisien Determinasi Wawasan multikultural terhadap

radikalisme atas nama agama ... 273 Tabel 4. 67. Uji regresi pada indikator kesadaran budaya, sub nilai

multikultural dan wawasan multikultural... 274 Tabel 4. 68. Korelasi Multikulturalisme dengan Radikalisme Atas Nama Agama 319


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Skema Proses Persepsi De Vito ... 19

Gambar 2. 2. Skema Proses Stimulus Respon ... 20

Gambar 2. 3. Variabel Psikologis di antara Rangsangan dan Tanggapan ... 22

Gambar 2. 4. Keempat komponen dari Religi... 32

Gambar 2. 5. Kerangka Kebudayaan ... 42

Gambar 2. 6. Skema Kerangka Umum Penyebab Terjadinya Kekerasan ... 94

Gambar 2. 7. Peranan Pendidikan dalam Tumbuh Kembangnya Modal Kultural 141 Gambar 2. 8. Diagram Struktur Keilmuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. ... 153

Gambar 3. 1. Sampel Representatif... 162

Gambar 3. 2. Kerangka Berpikir Penelitian ... 167

Gambar 3. 3. Kerangka titik tolak pemikiran penelitia ... 173

Gambar 3. 4. Pola Hubungan Sederhana Antara Variabel ... 176

Gambar 3. 5. Hubungan Variabel Independen-dependen ... 176

Gambar 3. 6. Gambar uji dua pihak ... 186

Gambar 4. 1. Diagram Normal Residu... 260

Gambar 4. 2. Persentase Asal Daerah Mahasiswa UPI Angkatan 2009, 2010 dan 2011 ... 272

Gambar 4. 3. Persentase Agama yang Dianut Mahasiswa UPI Angkatan 2009, 2010, dan 2011 ... 279

Gambar 4. 4. Keterkaitan antara keberagaman, toleransi, sikap menerima, dan hubungan harmonis dalam membentuk multikultural... 285

Gambar 4. 5. Persentasi Persepsi Mahasiswa Tentang Kesadaran Budaya ... 290

Gambar 4. 6. Persentasi Persepsi Mahasiswa Tentang Sub Nilai Multikultural 293 Gambar 4. 7. Persentasi Persepsi Mahasiswa Tentang Wawasan Multikultural 297 Gambar 4. 8. Persentasi Persepsi Mahasiswa Tentang Multikulturalisme ... 298

Gambar 4. 9. Persepsi Mahasiswa yang Negatif Terhadap Absolutisme ... 302


(17)

Gambar 4. 12. Persepsi Mahasiswa yang Negatif Terhadap Ekstrimisme ... 310 Gambar 4. 13. Persepsi Mahasiswa yang Negatif Terhadap Agresivisme ... 314 Gambar 4. 14. Persentasi Persepsi Mahasiswa Tentang Radikalisme Atas


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat-surat Penelitian

LAMPIRAN II Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian

LAMPIRAN III Hasil Uji Coba Penelitian

LAMPIRAN IV Hasil Pengolahan Data Penelitian

LAMPIRAN V Hasil Wawancara Penelitian


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Negara Indonesia adalah salah satu negara multikultur terbesar di dunia. Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosiokultural maupun geografis yang begitu kompleks, beragam, dan luas. “Indonesia terdiri atas sejumlah besar kelompok-kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang masing-masing plural (jamak) dan sekaligus juga heterogen “aneka ragam” (Kusumohamidjojo, 2000:45)”. Sebagai negara yang plural dan heterogen, Indonesia memiliki potensi kekayaan multi etnis, multi kultur, dan multi agama yang kesemuanya merupakan

potensi untuk membangun negara multikultur yang besar “multikultural

nation-state. Berdasarkan data sensus Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape, Institute of Southeast Asian Studies (http://id.wikipedia.org):

Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia, Proporsi populasi jumlah suku bangsa di Indonesia menurut sensus Tahun 2000 sebagai berikut: Suku Jawa (41,7%), Sunda (15,4%), Tionghoa-Indo (3,7%), Melayu (3,4%), Madura (3,3%), Batak (3,0%), Minangkabau (2,7%), Betawi (2,5%), Bugis (2,5%), Arab-Indo (2,4%), Banten (2,1%), Banjar (1,7%), Bali (1,5%), Sasak (1,3%), Makassar (1.0%), Cirebon (0,9%), dan banyak suku-suku terpencil, terutama di Kalimantan dan Papua dengan populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang. Hasil sensus di atas menggambarkan kekayaan multietnik dan multikultur yang terdapat di Indonesia. Selain itu, multiagama juga menambah khazanah

tersendiri bagi Indonesia sebagai negara yang besar. “Pada tahun 2010, dari

240.271.522 penduduk Indonesia, terdiri dari kira-kira 85,1% pemeluk Islam, 9,2% Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha (http://id.wikipedia.org)”. Pemerintah Indonesia secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Namun, di luar itu ada beberapa agama dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat seperti Yahudi, Baha’i, Kristen Ortodoks, Animisme, dan lain-lain.


(20)

Pluralitas dan heterogenitas yang tercermin dari uraian tersebut diikat dalam prinsip persatuan dan kesatuan bangsa yang kita kenal dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang mengandung makna meskipun Indonesia berbhinneka, tetapi terintegrasi dalam kesatuan. Kemajemukan yang terintegrasi dalam kesatuan merupakan keunikan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Bersatu dalam perbedaan harus disadari oleh setiap orang sebagai suatu kekuatan dan kerukunan beragama, berbangsa dan bernegara. Akan tetapi, kemajemukan terkadang membawa berbagai persoalan dan potensi konflik yang berujung pada perpecahan. Pada dasarnya, bukan hal yang mudah mempersatukan suatu keragaman tanpa didukung oleh kesadaran masyarakat multikultural.

Keragaman masyarakat multikultural sebagai kekayaan bangsa di sisi lain sangat rawan memicu konflik dan perpecahan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasikun (2007: 33) bahwa:

Kemajemukan masyarakat Indonesia paling tidak dapat dilihat dari dua cirinya yang unik, pertama secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, dan kedua secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.

Analisis di atas membuktikan secara defacto maupun dejure bahwa secara vertikal maupun horizontal, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang paling majemuk di dunia, selain Amerika Serikat dan India. Dalam pandangan Geertz (Hardiman, 2002: 4) mengemukakan bahwa:

Indonesia ini sedemikian kompleksnya, sehingga sulit melukiskan anatominya secara persis. Negeri ini bukan hanya multietnis (Jawa, Batak, Bugis, Aceh, Flores, Bali, dan seterusnya), melainkan juga menjadi arena pengaruh multimental (India, Cina, Belanda, Portugis, Hindhuisme, Buddhisme, Konfusianisme, Islam, Kristen, Kapitalis, dan seterusnya). Namun, menurut Wakil Ketua MPR RI Lukman Hakim Syaifudin yang disampaikan dalam Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan UPI mengemukakan bahwa “Perbedaan jangan dipandang dengan suatu kacamata yang memisahkan, tetapi seharusnya perbedaan dipandang


(21)

bangsa kita bukan hanya berupa sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga warisan kekayaan berupa keanekaragaman budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Negara yang memiliki keunikan multientis dan multimental seperti Indonesia dihadapkan pada suatu dilematis tersendiri yang di satu sisi membawa Indonesia menjadi bangsa yang besar sebagai multicultural nation-state, tetapi di sisi lain menjadi ancaman tersendiri, seperti bara dalam sekam yang mudah tersulut dan memanas. Kondisi ini merupaka suatu kewajaran sejauh perbedaan-perbedaan disadari dan dihayati keberadaannya sebagai sesuatu yang harus disikapi dengan toleransi. Namun, ketika perbedaan-perbedaan tersebut mengemuka dan menjadi sebuah ancaman untuk kerukunan hidup, perbedaan tersebut menjadi masalah yang harus diselesaikan.

Masyarakat Indonesia yang multikultur, multietnis, dan multiagama, memiliki potensi yang besar untuk terjadinya konflik antarkelompok, etnis, agama, dan suku bangsa. Hal ini mulai dikhawatirkan terjadi karena munculnya beberapa indikasi ke arah yang dikhawatirkan. Salah satu indikasinya yaitu mulai tumbuh suburnya berbagai organisasi kemasyarakatan, profesi, agama, dan organisasi lainnya yang berjuang dan bertindak atas nama kepentingan kelompoknya atau kepentingan lainnya yang dikhawatirkan memicu munculnya berbagai konflik sosial yang bernuansa SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).

Tumbuh suburnya berbagai organisasi kemasyarakatan, profesi, dan agama, bahkan munculnya berbagai organisasi radikal yang mengatasnamakan agama tertentu, serta munculnya berbagai aliran keagamaan merupakan indikasi nyata potensi konflik bernuansa SARA. Agama yang pada dasarnya merupakan pedoman hidup bagi manusia yang terdiri atas nilai-nilai kebaikan tidak luput dijadikan suatu legitimasi oleh pemeluk agamanya menjadi salah satu faktor pemicu konflik. Kahmad (2009: 151) mengemukakan bahwa:

Agama sangat rentan memunculkan persoalan-persoalan konflik (intoleransi). Ini diakibatkan posisi agama disejajarkan dengan kesukuan dan rasisme sehingga terkadang mengusik apa yang disebut dengan istilah SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan).


(22)

Munculnya konflik yang berlatar belakang agama pada dasarnya bukan dipicu oleh ajaran agamanya, tetapi dipicu oleh umat beragama yang menjadikan agama sebagai legitimasi paling ampuh bagi manusia untuk melakukan suatu perbuatan, termasuk perbuatan-perbuatan yang memicu konflik. Burhani (2001: 22) mengatakan bahwa “ekstrimisme dan radikalisme banyak menjalar dan agama merupakan medan yang paling subur untuk tumbuhnya tindakan-tindakan itu. Tidak ada satu kelompok agama pun yang imun atau kebal terhadap masalah ini”.

Munculnya konflik baru sebagai manifestasi lahirnya berbagai organisasi radikal dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya dipengaruhi oleh paradigma bahwa kelompok lain, golongan lain, atau agama lain adalah salah dan hanya kelompoknya yang benar. Organisasi radikal ini menjadi ancaman bagi tatanan masyarakat yang sudah ada serta kepentingan dari kelompok lainnya. Hal ini menggambarkan semakin berkembang sikap etnosentrisme, yang menganggap hanya kelompok dan golongannya saja yang paling baik, benar, dan sempurna, sedangkan kelompok yang lainnya jelek dan salah, serta berbagai kekurangan lainnya.

Dewasa ini Indonesia sebagai multicultural nation-state dihadapkan pada persoalan yang mendera dan menggoncang kebhinekaan bangsa yaitu praktek kekerasan yang mengatasnamakan agama, dari fundamentalisme, radikalisme, hingga terorisme yang akhir-akhir ini semakin marak di tanah air. Salah satu konflik komunal yang terjadi yaitu konflik di Maluku pada tahun 1999, menurut ICG (2002a), van Klinken (2001) dan Thalib (2001) (dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2010:140) mengemukakan bahwa:

Konflik komunal di Maluku bermula pada tanggal 19 Januari 1999 setelah sebuah perselisihan antara penduduk Ambon asli yang beragama Kristen dan seorang penduduk Ambon pendatang yang beragama Islam. Perselisihan ini dengan cepat menyulut kekerasan antar agama yang bersifat masal di seluruh pelosok kota yang berujung dengan pembakaran mesjid dan gereja. Dalam jangka waktu kurang dari setahun, konflik menyebar ke pulau-pulau lain, membunuh lebih dari 7000 orang, melukai lebih dari 1000 orang dan memaksa sedikitnya 250 ribu orang untuk mengungsi.


(23)

Kasus Maluku yang dilatarbelakangi kekerasan atas nama agama muncul dari masalah pribadi yang sepele yang akhirnya berkembang menjadi kekerasan agama yang menimbulkan korban ribuat orang. Kasus ini merupakan salah satu kasus kekerasan agama terbesar yang terjadi di Indonesia. Masalah sekecil apapun yang dilatarbelakangi intoleransi perbedaan-perbedaan ras, suku, maupun agama berpotensi menjadi konflik besar yang memakan ribuan korban jiwa. Selain kasus Maluku, kekerasan atas nama agama juga terjadi di Poso Sulawesi tengah yang bermula pada tahun 1998 hingga menjatuhkan ratusan korban jiwa. Kasus lain yang terjadi akibat intoleransi adalah munculnya terorisme yang melakukan pemboman di beberapa wilayah Indonesia.

Menurut ICG (2001, 2002c) dan Tempo (14 Januari 2001, 25 Februari 2001) (dalam Jurnal Ilmu Sosial Ilmu Politik 2010:136) memaparkan bahwa:

“Serangkaian bom meledak dalam waktu yang nyaris bersamaan di dalam atau di

sekitar 38 gereja Katolik dan Protestan di 11 kota di Sumatra, Jawa dan Nusa

Tenggara Barat (NTB)”. Jauh sebelum kasus-kasus kekerasan di atas terjadi,

gerakan-gerakan radikal di Indonesia sudah terjadi sejak 1970an dan 1980an yang berakar pada gerakan DI/TII yang bergerak di beberapa wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra (Aceh), Kalimantan, dan Sulawesi Selatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh SETARA Institut yang disusun oleh Ismail Hasani

(2010)mengemukakan bahwa: “Jawa Barat merupakan daerah yangmenjadi basis

perjuangan untuk merebut kekuasaan dan mendirikan Negara Islam melalui Gerakan Darul Islam. Basis utamanya adalah Garut, Tasikmalaya, Cianjur, dan Ciamis”.

Terorisme dan radikalisme khususnya radikalisme agama merupakan ancaman tidak hanya bagi multikultur tetapi juga menjadi ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ironisnya kasus-kasus kekerasan atas nama agama ini menjadikan mahasiswa sebagai sasaran utamanya. Hal ini terlihat dari munculnya kasus cuci otak NII pada mahasiswa dibeberapa kampus, hingga kasus penculikan mahasiswa yang disinyalir dilakukan oleh gerakan NII KW IX yang terjadi pada pertengahan tahun 2010. Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang disinyalir menjadi dalang dari kasus-kasus cuci otak dan radikalime agama marak


(24)

terjadi terutama di lingkungan kampus. Kasus ini menjadi kecemasan bagi kampus sebagai lingkungan yang kental dengan dunia pendidikan dan dakwah kampus.

Kampus merupakan ranah publik dengan mahasiswa dan alumni terkait kealmamaterannya menjadi sasaran berbagai pengaruh serta infiltrasi paham, wacana, dan gerakan radikalisme agama dari luar. Menurut Azra (http://cetak.kompas.com) “Rekrutmen Sel Radikal di Kampus” menyatakan bahwa:

Dari masa ke masa di lingkungan kampus hampir selalu ada kelompok radikal dan ekstrem, baik kanan maupun kiri.Beragam penelitian dan pengakuan mereka yang keluar dari sel-sel radikal dan ekstrem mengisyaratkan, mahasiswa perguruan tinggi umum lebih rentan terhadap rekrutmen daripada mahasiswa perguruan tinggi agama Islam. Gejala ini berkaitan dengan kenyataan bahwa cara pandang mahasiswa perguruan tinggi umum, khususnya bidang sains dan teknologi, cenderung hitam-putih. Mahasiswa perguruan tinggi agama Islam yang mendapat keragaman perspektif tentang Islam cenderung lebih terbuka dan bernuansa.

Menanggapi hal tersebut, menjadi suatu kehawatiran bagi dunia kampus dalam menghadapi masalah radikalisme agama yang terjadi pada mahasiswa. Mahasiswa yang dianggap sebagai kaum intelektual justru banyak terjaring oleh kelompok NII sebagai organisasi gerakan radikal. Menurut Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) KH Athian Ali M (http://www.antaranews.com):

Dari empat kampus ITB, Unpad, Polban dan UPI, Kampus ITB sudah sejak dulu digoyang NII. Mahasiswa ITB menjadi yang terbanyak direkrut sebagai anggota NII oleh aktivitis NII gadungan, data mahasiswa di Kota Bandung yang direkrut NII Gadungan didasarkan pada data yang dimiliki FUUI pada 2002-2003, jumlah mahasiswa ITB yang direkrut oleh NII Gadungan mencapai 200 orang.

Berdasarkan data Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) dari penyelidikan yang dilakukan organisasi Forum Komunikasi Dakwah Fakultas (FKDF) (http://kampus.okezone.com), “ada 257 mahasiswa UNPAD terlibat gerakan NII. Data ini diperoleh FUUI justru dari UNPAD, Tapi data 257 mahasiswa itu bukan data resmi UNPAD”.


(25)

Banyaknya mahasiswa yang terlibat dalam kasus radikalisme agama tidak terlepas dari faktor internal dan eksternal pada mahasiswa. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penyusun melalui tanya jawab dengan berbagai kalangan mahasiswa baik kalangan mahasiswa aktifis, mahasiswa rohis, maupun mahasiswa non aktifis didapat beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang didapat pada studi pendahuluan yaitu pada dasarnya mahasiswa rawan dimasuki berbegai ideologi radikal karena secara internal dipengaruhi oleh psikologis. Faktor psikologis tersebut diantaranya jiwa muda mahasiswa yang memiliki daya kritis tinggi, hasrat ingit tahu yang tinggi serta masih labilnya emosi yang sulit terkontrol.

Selain faktor internal tersebut diatas, faktor eksternal sedikit banyak membawa pengaruh yaitu berupa kondisi kultural dunia kampus yang terbuka dan mudah dimasuki berbagai ideologi, termasuk ideologi radikal. Hal ini dikarenakan kampus dan segala kegiatannya cenderung sulit dikontrol mengingat dunia kampus memberikan kebebasan bagi setiap organisasi ektra maupun intra kampus untuk melakukan berbagai kegiatan di kampus. Selain itu, gerakan penanaman ideologi radikal melalui cuci otak pada mahasiswa ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi atau tertutup dengan menggunakan modus dakwah.

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan diatas, penyusun merasa ironis dengan fakta yang ada. Oleh karena itu, dirasakan perlu adanya penelitian yang mengkaji dan menganalisis masalah tersebut secara ilmiah dan logis yang diharapkan dapat memberikan soludi terkait kasusu radikalisme agama di dunia kampus. Untuk itu, maka perlu kiranya mencari suatu bentuk upaya pencegahan terhadap radikalisme agama di kampus yang digali dari mahasiswa sebagai objek kasus ini. Menurut Azra dalam (http://cetak.kompas.com) “Rekrutmen Sel

Radikal di Kampus” menyatakan bahwa:

Ideologi radikal dan teroristik tak bisa dihadapi hanya dengan wacana, bahkan tindakan represif aparat hukum sekalipun. Ia harus dihadapi dengan kontraideologi dan perspektif keagamaan keindonesiaan yang utuh. Tak perlu redesain kurikulum menyeluruh karena hal itu mengganggu stabilitas akademis-keilmuan. Yang mendesak dilakukan adalah revitalisasi mata kuliah yang bersifat ”ideologis”: Pancasila, Pendidikan Kewargaan, dan Agama.Silabus dalam Pendidikan Kewargaan


(26)

mengandung penguatan paham kebangsaan-keindonesiaan dalam berbagai aspeknya.Agama semestinya tak hanya mengulangi ajaran teologis-normatif agama, tetapi juga penguatan perspektif keagamaan-kebangsaan dan diorientasikan untuk penguatan sikap intelektual tentang keragaman agama sekaligus toleransi intraagama dan antaragama serta antara umat beragama dan negara.

Berdasarkan pemaparan Azra diatas, maka pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan penting dalam upaya deradikalisasi di dunia kampus. Melalui pendidikan kewargaenaraan dengan pendekatan multikultural, toleransi bisa ditanamkan dalam proses belajar mengajar didunia kampus. Penanaman nilai-nilai multikultur dalam pendidikan kewarganegaraan akan memberikan pemahaman kebangsaan- keagamaan yang kuat pada mahasiswa. Pedidikan kewarganegaraan tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual tetepi juga kecerdasan sosial karena dalam pendidikan kewarganegaraan terkandung kompetensi kewarganegaraan yang terdiri dari civic knowledge, civic skill, civic disposition. Kompetensi kewarganegaraan menurut Branson (Budimansyah dan Suryadi, 2008:33) terdiri atas tiga komponen penting yaitu:

1) Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara; 2) Civic skill (kecakapan kewarganegaraan), adalah kecakapan intelektual dan partisipatoris warga negara yang relevan; dan 3) Civic disposition (watak kewarganegaraan).

Kompetensi kewarganegaraan tersebut merupakan kompetensi yang semestinya dimiliki warganegara/ masyarakat multikultur sebagai upaya pengembangan wawasan multikultural. Menurut Tim Departemen Agama RI (PKUB: 2003) menyatakan bahwa:

Dalam kaitan pengembangan wawasan multikultural pada setiap unsur dan lapisan masyarakat hasilnya kelak diharapkan terwujudnya masyarakat tidak saja mengakui perbedaan, tetapi mampu hidup saling menghargai, menghormati secara tulus, komunikatif, dan terbuka, tidak saling curiga, memberi tempat terhadap keragaman keyakinan, tradisi, adat, maupun budaya dan paling utama adalah berkembangnya kerjasama sosial dan tolong menolong secara tulus sebagai perwujudan rasa kemanusiaan yang dalam dari ajaran agama masing-masing.


(27)

Berangkat dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian mengenai persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap Radikalisme Atas Nama Agama. Mengingat mahasiswa menjadi salah satu sasaran dari tindakan makar radikalisme ini, maka penulis merasa tertarik untuk mencari tahu bagaimana persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap persepsi mahasiswa tentang Radikalisme Atas Nama Agama. Dengan demikian, penulis mencoba mencari jawabannya melalui suatu penelitian berjudul “PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MULTIKULTURALISME PENGARUHNYA TERHADAP RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA (Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia)”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan yaitu bagaimana persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap radikalisme atas nama agama? Berdasarkan masalah penelitian diatas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi keberagaman mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung?

2. Bagaimana persepsi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tentang multikulturalisme?

3. Bagaimana persepsi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tentang radikalisme atas nama agama?

4. Bagaimana pengaruh antara persepsi mahasiswa tentang multikulturslisme terhadap persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama agama?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hal utama yang menjadi motif seseorang untuk melakukan tindakan. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalis persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap radikalisme atas nama agama. Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah:


(28)

1. Mengetahui kondisi keberagaman mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

2. Mengetahui persepsi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tentang multikulturalisme.

3. Mengetahui persepsi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tentang radikalisme atas nama agama.

4. mengetahui pengaruh antara persepsi mahasiswa tentang multikulturslisme terhadap persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama agama.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan upaya untuk memperoleh informasi dan data mengenai persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap radikalisme atas nama agama. sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara empiris (praktis). Adapun manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Secara Teoretis

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan baru yang akan berguna bagi perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), serta menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang multikulturalisme dan radikalisme atas nama agama dengan menganalisis, mengkaji, dan mengungkapkan informasi argumentatif dan teoritik persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap pencegahan radikalisme atas nama agama.

2. Secara Praktis a. Bagi Mahasiswa

1) Meningkatkan wawasan dan pemahaman multikultural sebagai upaya pencegaran radikalisme atas nama agama.


(29)

3) Meningkatkan rasa nasionalisme dan pemahaman empat pilar kebangsaan (UUD NRI 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika) sebagai wujud warga negara yang baik.

b. Bagi Dosen

1) Mengembangkan inovasi dalam mata kuliah pendidikan kewarganegaraan dengan pendekatan multikultural untuk menanamkan toleransi dalam keberagaman sebagai upaya deradikalisasi pada mahasiswa melalui proses belajar mengajar.

2) Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang keberagaman berbangsa dan beragama untuk menumbuhkan sikap kerukunan dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

3) Meningkatkan rasa nasionalisme dan penanaman empat pilar kebangsaan (UUD NRI 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika) untuk mencegah masuknya radikalisme agama pada mahasiswa.

c. Bagi Perguruan Tinggi

1) Sebagai motivasi untuk lebih mengembangkan pengetahuan tentang multikultural mahasiswa dalam rangka menamkan sikap toleransi dan Bhineka Tunggal Ika.

2) Sebagai bahan pertimbangan bagi peningkatan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan pendekatan multikultural dalam proses pembelajaran di kampus.

3) Sebagai upaya mengembangkan multikultural dalam mencegah radikalisme atas nama agama di kampus.

4) sebagai bahan pertimbangan dalam pengambil kebijakan khususnya yang terkait dengan upaya pencegahan radikalisme atas nama agama di kampus.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi mulai dari bab satu hingga bab terakhir. Skripsi ini terdiri atas lima bab, pada bab satu sebagai pendahuluan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan


(30)

penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan anggapan dasar. Pada bab dua yang merupakan kajian pustaka dipaparkan tentang teori dan konsep persepsi, eksistensi multikulturalisme di Indonesia, fenomena radikalisme di Indonesia, paham radikalisme atas nama agama dan eksistensi multikulturalisme dalam perhatian PKn, penelitian terdahulu serta hipotesis. Pada bab tiga dipaparkan mengenai pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, operasionalisasi variabel, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, pengujian data, tahap penelitian, serta tahap pengolahan dan analisis data. Pada bab empat dipaparkan mengenai deskripsi lokasi penelitian, deskripsi data hasil penelitian, pengujian data dan pembahasan hasil penelitian. Sementara itu, pada bab lima dipaparkan mengenai hasil kesimpulan penelitian dan saran.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Universitas Pendidikan Indonesia Bumi Siliwangi, Bandung. Kampus utama Universitas Pendidikan Indonesia terletak di Jalan Setiabudi 229 Bandung dengan luas 615.766 m2 ( kurang lebih 61 hektar), kini sedang diperluas ke arah barat hingga mencapai 75 hektar. Di kampus utama, Universitas Pendidikan Indonesia memiliki 7 (tujuh) fakultas dan satu Sekolah Pascasarjana (SPs).

Ketujuh fakultas tersebut adalah: (1) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), (2) Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), (3) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), (4) Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA (FPMIPA), (5) Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK), (6) Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), serta (7), Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB).

2. Populasi Penelitian

Keseluruhan dari objek penelitian bisa dikatakan sebagai suatu populasi penelitian. “Populasi berasal dari kata bahasa Inggris population yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian, kata populasi amat populer digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian” (Bungin, 2010: 99).

Populasi sebagai sasaran suatu penelitian memeliki peran yang sangat penting dalam penelitian, maka dari itu peneliti harus jeli dalam menentukan keakuratan populasi. Populasi (Sugiyono, 2011:80) adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Sementara itu, Suharsimi Arikunto (2010: 173) berpandangan bahwa populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian. Keseluruhan dari objek


(32)

penelitian dalam hal ini adalah manusia yaitu mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. “Populasi memiliki parameter yakni bisa terukur yang menunjukkan ciri dari populasi itu” (Zuriah, 2009: 16).

Berdasarkan kategori populasi, populasi dalam penelitian ini merupakan populasi teoretis (theoritical population) yaitu sejumlah populasi yang batas-batasnya ditentukan secara kualitatif (Zuriah, 2009: 117). Berdasarkan pada kategori populasi teoretis, populasi dalam penelitian ini ditentukan batas-batasnya yaitu mahasiswa (semestar 3, 5, dan 7) angkatan 2009, 2010, dan 2011 di Universitas Pendidikan Indonesia yang masih aktif dan sedang menempuh jenjang Sarjana (S1) di semua fakultas di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Sifat populasi dalam penelitian ini adalah “populasi yang bersifat heterogen yaitu populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat dan keadaan yang bervariasi sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif” (Zuriah, 2009: 117). Gambaran mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang heterogen terlihat dari berbagai fakultas, latar belakang mahasiswa, prestasi akademik mahasiswa dan ciri-ciri lain dari mahasiwa yang heterogen satu sama lainnya.

Pertimbangan memilih Universitas Pendidikan Indonesia Bandung karena mahasiswa UPI terdiri atas sejumlah besar kelompok-kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang masing-masing plural (jamak) dan sekaligus juga heterogen (aneka ragam). Selain pertimbangan tersebut, peneliti mengambil populasi pada mahasiswa semestar 3, 5 dan 7 (angkatan 2009, 2010, dan 2011) dikarenakan berbagai pertimbangan sebagai berikut:

1. Untuk mahasiswa Semestar 3, 5, dan 7 (angkatan 2009, 2010, dan 2011) diasumsikan telah mengontrak mata kuliah dasar umum yang bermuatan pendidikan nilai, moral dan pendidikan akhlak (hablumminalloh-hablumminannas) yaitu MKDU Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama (Pendidikan Agama Islam, Kristen, dan agama lain), Mengikuti Tutorial Pendidikan Agama Islam. Mata kuliah ini penuh dengan pendidikan etika dan moral serta pendidikan ketatanegaraan dan pengetahuan


(33)

mahasiswa telah diperkenalkan dan diberi pemahaman terhadap etika, moral, akhlak (hablumminalloh-hablumminannas), dan pemahaman kebangsaan keindonesiaan (Bhenaka Tunggal Ika).

2. Untuk mahasiswa angkatan 2009, 2010, dan 2011 diasumsikan telah mendapatkan pengalaman organisasi baik tingkat jurusan maupun tingkat universitas, yang memberi keterampilan (skill) organisasi dan pengalaman organisasi yang bisa menjadi indikator pemahaman mahasiswa tentang bagaimana berorganisasi dan berinteraksi dengan mahasiswa lain dari berbagai latar belakang jurusan, fakultas, daerah, suku, ras, budaya, dan agama yang berbeda.

3. Untuk mahasiswa angkatan 2009, 2010, dan 2011 diasumsikan telah mengenal iklim kampus baik secara akademik maupun non akademik, sehingga dapat menjadi indikator pemahaman mahasiswa tentang iklim dunia kampus baik secara akademik maupun nonakademik.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BAAK Universitas Pendidikan Indonesia, dapat dijelaskan bahwa jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah mahasiswa Universitas Pendidikan IndonesiaAngkatan 2009, 2010 dan 2011 Tahun Akademik 2011/ 2012

No Fakultas Jumlah

Mahasiswa

1. Fakultas Ilmu Pendidikan 2836

2. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2246 3. Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni 3340 4. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

2545 5. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 1873 6. Fakultas Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan 1598 7. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 1486

Jumlah 15924


(34)

Alasan peneliti memilih mahasiswa Universitas Pendidikan Indoneisa Bandung sebagai populasi penelitian dikarenaka berdasarkan pertimbangan tempat place, Universitas Indonesia memiliki gambaran keberagaman. Hal ini terlihat dari gambaran mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan daerah yang plural. Selain itu, mahasiswa Universitas Pendidikan Indoneisa terdiri dari berbagai keilmuan dan agama yang berbeda.

Di samping faktor tersebut, kampus pada dasarnya sangat rawan dimasuki ideologi dan paham-paham radikal, termasuk tindakan makar atas nama agama. Universitas Pendidikan Indonesia juga tidak terlepas dari kerawanan munculnya radikalisme atas nama agama.

3. Sampel Penelitian

Pengambilan sempel dalam penelitian dilakukan agar memudahkan peneliti dalam mengambil sebagian dari populasi yang ada dengan tetap mempertahankan keakuratan data yang diperoleh dari populasi yang ada.

Koentjaraningrat (1977: 88) berpandangan bahwa “sudah jelas bahwa dalam suatu

penelitian dalam lapangan apa pun saja, tak mungkin seorang peneliti dapat meneliti dan mengobservasi seluruh jumlah total dari subyek yang ditelitinya.” Pengambilan sampel dalam penelitian merupakan hal yang penting, peneliti harus menyesuaikan pengambilan sempel dengan keadaan populasi dan jenis penelitian. Sugiyono (2011: 81) mengemukakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pengambilan sempel dalam suatu populasi harus mempertahankan dan menggambarkan karakteristik dari populasi yang ada. Sejalan dengan pendapat tersebut, Burhan Bungin (2010: 102) berpandangan bahwa sampel merupakan wakil dari semua unit strata dan sebagainya yang ada di dalam populasi. Untuk penjelasan ini Bungin menggambarkan dalam gambar sebagai berikut:


(35)

Sampel

Populasi

Gambar 3.1 Sampel Representatif Sumber: Bungin (2010: 102)

Nasution (2003: 86) berpandangan bahwa “bila populasi terlampau besar kita ambil sejumlah sempel yang representatif. Sempel yang representatif adalah sempel yang mewakili keseluruhan populasi.” Sampling yang representatif adalah sempel yang memberikan keterwakilan dari sifat, karakteristik dan keadaan populasi secara keseluruhan. “Metodologi sampling yang representatif pada dasarnya menyangkut masalah sampling dimanakah ciri-ciri yang terdapat pada sempel yang terbatas itu benar-benar menggambarkan keadaan sebenarnya dalam keseluruhan dari populasi” (Koentjaraningrat, 1977: 89).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan “random sampling (memilih sampel secara acak) dimana pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu” (Sugiyono, 2011:82). Pengambilan sampel secara acak pada random sempling bukan berarti tanpa pertimbangan dan bisa diambil tanpa ketentuan. Nasution (2003: 87) berpandangan bahwa:

Random pelaksanaannya dilakukan dengan cermat sekali. Acakan juga tidak berarti bahwa seseorang masuk sampel secara kebetulan saja, karena sampel acak ini dilakukan melalui prosedur tertentu. Yang dikasud acak atau random ialah kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam keseluruhan populasi.


(36)

Random sampling memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel (Suharsimi, 2012:177). Dengan teknik ramdom sampling maka diharapkan peneliti bisa mendapatkan data yang akurat yang diperoleh dari mahasiswa secara acak.

Sesuai dengan keadaan populasi yang berjenjang terdiri dari beberapa angkatan belajar yang tersebar di beberapa fakultas dan jurusan/ prodi, maka Random sempling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional stratified random sampling yang merupakan pengambilan sampel jika populasinya memiliki susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2011:82) bahwa “teknik ini (proporsional stratified random sampling) digunakan bila populasi mempunyai anggota/ unsur yang tidak homogen “heterogen”dan berstrata secara proporsional”.

Ukuran sampel dalam penelitian diambil berdasarkan kaidah penentuan jumlah sampel berdasarkan teori yang dikembangkan Slovin. Berdasarkan teori yang dikembangkan teori Slovin, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, 10%, dengan rumusan untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut (Nazir, 2005: 311):

Keterangan:

S = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e (Bound of Error) = 0,1 (tingkat kesalahan10 %)/ kelonggaran ketelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Akademik Universitas Pendidikan Indonesia, jumlah mahasiswa program sarjana (Angkatan 2009, 2010 dan 2011) yang masih aktif kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung adalah 15924 orang, maka untuk menetukan sampel dapat dihitung dengan rumus diatas:


(37)

Pengambilan sampel dalam penelitian ini merujuk pada rumus yang dikembangkan Slovin dengan mengambil tingkat kesalahan 10%, yang melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 10%. Jadi sampel yang diperoleh mempunyai kepercayaan 90% terhadap populasi. Berdasarkan penghitungan menggunakan rumus Slovin, maka dari jumlah populasi 15924 orang didapat sampel 100 orang. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga harus berstrata. Sugiyono (2011: 89-90) berpandangan bahwa “karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata”. Jadi jumlah sampel berdasarkan jumlah mahasiswa setiap fakultas dapat dianalisis berdasarkan rumus bagai berikut:

Keterangan:

ni : Jumlah sampel untuk setiap fakultas n : Jumlah sampel seluruhnya (100%) Ni : Jumlah populasi setiap fakultas N : Jumlah populasi seluruhnya


(38)

Dengan menggunakan rumus diatas, maka proporsi sampel untuk setiap fakultas dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Penghitungan jumlah sampel berdasarkan fakultas

No Fakultas Ni : N x 100% Jumlah

1 FIP 2836 : 15924 x 100 17,8 dibukatkan 18 2 FPIPS 2246 : 15924 x 100 14,1 dibukatkan 14 3 FPBS 3340 : 15924 x 100 20,9 dibukatkan 21 4 FPMIPA 2545 : 15924 x 100 15,9 dibukatkan 16 5 FPTK 1873 : 15924 x 100 11,7 dibukatkan 12 6 FPOK 1598 : 15924 x 100 10 dibukatkan 10 7 FPEB 1486 : 15924 x 100 9,3 dibukatkan 9 Sumber: Modifikasi Sugiyono (2011: 90)

Berdasarkan hasil penghitungan diatas, maka populasi dan sampel dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.3

Populasi dan sampel penelitian dengan rumus Isaac dan Michael

No Fakultas Jumlah

Populasi

Jumlah Sampel

1. Fakultas Ilmu Pendidikan 2836 18

2. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2246 14 3. Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni 3340 21 4. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam 2545 16

5. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 1873 12 6. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan 1598 10 7. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 1486 9

Jumlah 15924 100

Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data menggunakan teknik kuesioner dan didukung oleh teknik wawancara. Adapun sampel yang menjadi responden dalam penelitain ini adalah sebagai berikut:


(39)

Tabel 3.4 Responden wawancara

No Responden

1. Ketua Tutorial Universitas Pendidikan Indonesia 2012 2. Presiden Mahasiswa BEM REMA UPI 2012

3. Ketua UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) 2012

Responden wawancara diatas diambil dengan pertimbangan berdasarkan tujuan penelitian dan metode penelitian deskriptif yang digunakan. Peneliti berharap dengan data yang didapat dari berbagai reponden wawancara diatas, akan menghasilkan data yang kuat dan lengkap. Baik data dari kuesiones maupun data wawancara, keduanya diharapkan bisa saling memperkuat dan melengkapi data penelitian, sehingga hasil penelitian lebih sistematis, akurat, kredible, logis, dan ilmiah sehingga mendukung terhadap metode penelitian deskriptif yang mendeskripsikan dan menggali data secara mendalam dengan pendekatan kuantitatif yang bukan berarti pengumpulan datanya berupa angket saja tetapi dapat juga didukung oleh teknik wawancara jika diperlukan.

B. Desain Penelitian

Penelitian yang baik harus menggunakan metode penelitian yang sesuai dan menunjang terhadap tujuan dan kegunaan penelitian serta didukung oleh dsain penelitian yang baik. Dsain penelitian merupakan peta gambaran alur penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dsain dalam penelitian ini merujuk pada kehawatiran peneliti netang kasus radikalisme atas nama agama yang masuk ke dunia kampus pada pertengahan tahun 2009. Hal tersebut memberikan ketertarikan bagi peneliti untuk mencari tahu bagaimana persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama agama.

Dengan metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan dapat megetahui persepsi mahasiwa tentang


(40)

multikulturalisme dan persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama agama serta pengaruh persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme terhadap persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama agama. Berikut merupakan desain penelitian yang melandasi penelitian ini, yaitu:

Gambar 3.2

Kerangka Berpikir Penelitian

C. Metode Penelitian

Metodologi sebagaimana dikemukakan oleh Moleong (2007:237) adalah

suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Dari pengertian tersebut, menegaskan bahwa metodologi adalah suatu pendekatan umum, untuk mengkaji dan mencari jawaban atas permasalahan dalam penelitian. Sementara itu, Sugiono (2011: 2) berpandangan bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan”.

Berdasarkan pemaparan di atas, metode penelitian harus memiliki ciri ilmiah yaitu dilaksanakan berdasarkan tujuan dan kegunaan dengan cara-cara ilmiah untuk menggunakan data, sehingga penggunaan metode penelitian akan Gerakan radikalisme

(terutama yang bernuansa radilakisme atas nama agama) banyak terjadi di masyarakat.

Gerakan ini bisa menyebar melalu berbagai ranah termasuk pendidikan. Persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme Persepsi mahasiswa tentang radikalisme

atas nama agama Multikulturalis me sebagai pencegahan tumbuhnya faham radikal Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan pengambilan sampel menggunakan random sampling Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik korelasi. Mengetauhi gambaran persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme (kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan,

tanpa memedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa

ataupun agama) dan mengetahui persepsi mahasiswa tentang radikalisme atas nama

agama.


(41)

sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. “Metode penelitian merupakan

metode spesifik pengumpulan data dan analisis data dalam suatu studi” (Emzir,

2009: 26). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif „Description Research‟. Suharsimi Arikunto (2010: 3) memaparkan bahwa:

Istilah deskriptif berasal dari bahasa Inggris to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan suatu hal misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Dengan demikian yang disebut dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Metode penelitian deskriptif adalah suatu cara untuk memperolah pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi. “Penelitian deskriftip adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian” (Arikunto, 2010: 3). Metode deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurul Zuriah (2009: 47) berpandangan bahwa “penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.” Dengan menggunakan metode penelitian desktiptif, peneliti menganalisis suatu fakta, kajian, atau gejala dengan sistematis dan akurat sehingga data yang dikumpulkan selama penelitian menjadi data yang lengkap dan ilmiah.

Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah agar memudahkan peneliti dalam menganalisis, mengkaji, dan mengungkapkan informasi argumentatif dan teoritik terkait persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme pengaruhnya terhadap radikalisme atas nama agama secara lebih mendalam. Dengan pengkajian secara mendalam melalui metode deskriptif maka diharapkan akan ditemukan pemecahan permasalahan dan solusi-solusi permasalahan ketika penelitian di lapangan. Penelitian deskriptif yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif korelasi „korelasional


(42)

sebab akibat yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan (korelasi) antara persepsi mahasiswa tentang multikulturalisme terhadap persepsi mahasiswa tentang radikalisme. Sejalan dengan hal tersebut, Arikunto (2010: 4) berpandangan bahwa:

Penelitian korelasi „penelitian korelasional‟ adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan, atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam menganalisis fakta, gejala dan kasus berupa angka-angka dan analisis berupa statistik. Sugiyono

(2011: 7) memaparkan bahwa “metode kuantitatif merupakan metode ilmiah/

scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu kongkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis...data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.” Pendekatan kuantitatif (Sugiyono, 2011:7) berpandangan merupakan:

Suatu pendekatan penelitian yang telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis serta secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran, dan observasi serta pengujian teori), menggunakan strategi penelitian, seperti eksperimen dan survei yang memerlukan data statistik.

Secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan utama berdasarkan hakikat penelitian kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiono (2008:14) yang berpandangan bahwa “metode yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, dengan teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, dengan pengumpulan data menggunakan instrument penelitian.”

Penggunaan rancangan korelasional menurut Davis (Emriz, 2009: 47) didasarkan pada asumsi bahwa “realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian dari pada hubungan kausal. Sesuatu


(43)

memengaruhi- dipengaruhi oleh- sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linear...”.

Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini dikarenakan dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti bisa mendapatkan fakta dan data yang terukur, rasional, dan objektif. “Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya” (Arikunto, 2010: 27). Sehingga, penelitian ini didukung oleh data yang akurat dan terukur, Burhan Bungin (2005: 36) mengemukakan bahwa:

Penelitian kuantitatif dengan fomat deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, serta berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat kepermukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut.

Peneliti berharap fakta dan data yang didapat memiliki kekuatan konseptual yang didapat melalui pendekatan kuantitatif untuk memperluas perolehan data. Sehingga diharapkan dapat diperoleh data yang akurat, terukur dan sistematis sehingga diperoleh data yang lengkap dan akurat.

D. Definisi Operasional

Kerangka pemikiran bertujuan agar tidak terjadi salah pengertian dan

untuk memperoleh kesatuan arti dan pengertian dari judul penelitian ini, perlu kiranya diberikan penjelasan mengenai istilah yang digunakan dalam judul

penelitian tersebut.

1. Persepsi

Persepsi adalah pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli) Desiderato (Muchtar, 2007: 13).


(44)

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pengamatan individu pada suatu informsi atau pesan yang diterimanya secara inderawi, dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan dimana outputnya berupa ide, konsep atau keyakinan terhadap sesuatu.

2. Multikultural

Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak) dan kultur (budaya), KBBI bermakna “bersifat keberagaman budaya”. Secara hakiki, dalam kata ini terkandung “pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik” (Mahfud, 2005: 75). Menurut Azra (Zubaedi, 2012: 54) mengatakan bahwa:

Multikulturalisme adalah gerakan sosio-intelektual yang mempromosikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip perbedaan serta menekankan pentingnya penghargaan pada setiap kelompok yang mempunyai kultur berbeda. Orientasinya adalah kehendak untuk membawa masyarakat dalam suasana rukun, damai, egaliter, toleran, saling menghargai, saling menghormati, tanpa ada konflik dan kekerasan dan tanpa menghilangkan kompleksitas perbedaan yang ada.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa multikultural adalah suatu keberagaman budaya yang unik yang didalamnya terkandung pengakuan akan martabat manusia.

3. Radikalisme Atas Nama Agama

Banyak pengamat dan ahli yang mengkaji radikalisme atas nama agama yang memberikan definisi beragam tentang radikalisme atas nama agama. Amirsyah (2012: 50) mengemukakan bahwa:

Radikalisme atas nama agama adalah paham yang lebih merujuk pada fenomena pemahaman keagamaan yang keliru, karena melahirkan aksi kekerasan oleh satu kelompok tertentu dengan seolah-olah membawa legitimasi agama di dalamnya.

Qardhawi (2009: 40) berpandangan bahwa “Indikasi radikalisme yang pertama adalah fanatisme terhadap suatu pendapat tanpa mengakui adanya


(45)

pendapat lain, fanatik terhadap pemahamannya sendiri tanpa memberikan tempat bagi pendapat lain...”. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa radikalisme atas nama agama adalah suatu paham gerakan dalam agama yang bertindak secara ekstrem dan menggemakan kekerasan.

E. Anggapan Dasar

Menurut Surakhmad (Arikunto, 2010: 104) menyatakan bahwa anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Berdasarkan pendapat tersebut, anggapan dasar dalam penelitian ini dapat dirumuskan, sebagai berikut:

1. Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Melalui komponen kognisi ini akan timbul ide kemudian konsep mengenai apa yang dilihat berdasarkan norma yang dimiliki pribadi seseorang akan terjadi keyakinan (beliefe) terhadap objek tersebut (Mari‟at, 1982: 24). 2. Tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh

karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari mengubah persepsinya (Sobur, 2003: 447).

3. Pengembangan wawasan multikultural pada setiap unsur dan lapisan masyarakat hasilnya kelak diharapkan terwujudnya masyarakat tidak saja mengakui perbedaan, tetapi mampu hidup saling menghargai, menghormati secara tulus, komunikatif, dan terbuka, tidak saling curiga, memberi tempat terhadap keragaman keyakinan, tradisi, adat, maupun budaya dan paling utama adalah berkembangnya kerjasama sosial dan tolong menolong secara tulus sebagai perwujudan rasa kemanusiaan yang dalam dari ajaran agama masing-masing, Tim Departemen Agama RI (PKUB: 2003).

4. Dari masa ke masa di lingkungan kampus hampir selalu ada kelompok radikal dan ekstrem, baik kanan maupun kiri. Mahasiswa perguruan tinggi umum lebih rentan terhadap rekrutmen daripada mahasiswa perguruan tinggi agama Islam, Azyumardi Azra (http://cetak.kompas.com).


(1)

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Paramita, P. A. (2011) “Kebebasan Beragama dan Penerapan Nilai-Nilai

Demokrasi”, dalam Indoprogress Agama dan Negara, Jejak Persilangan Kekerasan. Yogyakarta: Resist Book.

Pebriyenni. (2012). “Peran Pendidikan Kewarganegaraan Transformasi Empat

Pilar Kebangsaan dalam Mengatasi Fenomena Konflik” dalam Transformasi Empat Pilar Kebangsaan dalam Mengatasi Fenomena Konflik dan Kekerasan: Peran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:

Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Pontoh, C. H. (2011). “Politik Tanpa Emansipasi”, dalam Indoprogress Agama dan Negara, Jejak Persilangan Kekerasan. Yogyakarta: Resist Book.

Priyono, A. (2011). “Nalar Fundamentalisme Agama di Ruang Publik”, dalam

Indoprogress Agama dan Negara, Jejak Persilangan Kekerasan.

Yogyakarta: Resist Book.

Qardhawi, Y. (2009). Islam Radikal Analisis Terhadap Radikalisme dalam

Berislam dan Upaya Pencegahannya.Yogyakarta: Era Adicipta Intermedia.

Rachman, B. M. (2004). Islam Pluralis, Wacana Kesetaraan Kaum Beriman. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rahmat, M. I. (2005). Arus Baru Islam Radikal:Transmisi Revivalisme Islam

Timur Tengah Ke Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rakhmat, J. (1999). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sabirin, R. (2004). Islam dan Radikalisme. Jakarta: Penerbit Ar Rasyid.

Saifuddin, A. F. (2006). “Reposisi Pandangan mengenai Pancasila: Dari Pluralisme ke Multikulturalisme”. dalam Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas. Bogor: Brighten Press.


(2)

Sangaji, A. (2011) “Masalah Terorisme”, dalam Indoprogress Agama dan Negara, Jejak Persilangan Kekerasan. Yogyakarta: Resist Book.

Santoso, T. (2002). Teori - Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Santosa, K. O. (2004). Paradigma Baru Memahami Pancasila dan UUD 1945:

Sebuah rekonstruksi sejarah atas gagasan dasar negara RI, Konsensus nasional dan demokrasi di Indonesia. Bandung: Sega Arsy.

Sapriya. (2012). “Perlunya Reorientasi Ontologi Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Pembangunan Karakter Bangsa” dalam Transformasi Empat Pilar Kebangsaan dalam Mengatasi Fenomena Konflik dan Kekerasan: Peran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan

Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Sedyawati, E. (2007). Budaya Indonesia, Kajian arkeologi, seni dan sejarah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Singh, B. Dan Mulkhan, A. M. (2012). Jejaring Radikalisme Islam di Indonesia

(Jejak sang pengantin bom bunih diri). Yogyakarta: Jogja Bangkit

Publisher.

Sirry, M. A. (2002). Dilema Islam Dilema Demokrasi (Pengalaman baru muslim

dalam transisi Indonesia). Bekasi: Gugus Press.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sobur, A. (2009). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sofyan, M. (1999). Agama dan Kekerasan dalam Bingkai Reformasi. Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo.

Sopates, S., Subandrijo, B. dan Sutarno. (1998). Keadilan dalam kemajemukan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujanto, B. (2009) Pemahaman Kembali Makna Bhineka Tunggal Ika


(3)

Sunusi, D. M. (2011). Antara Jihad dan Terorisme. Makassar: Pustaka As-Sunnah.

Suseno, F. M. (2006). Berebut Jiwa Bangsa Dialog, Perdamaian, dan

Persaudaraan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Syaefullah, A. (2007). Merukunkan Umat Beragama. Jakarta: Penerbit Grafindo Khazanah Ilmu.

Tan, M. G. (2008). Etnis Tionghoa di Indonesia (Kumpulan tulisan). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Tilaar, H. A. R. (2007). Mengindonesiakan Etnisitas dan Identitas Bangsa

Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Thoha, A. M. (2007). Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis. Jakarta: Perspektif.

Thohri, M. dan Rahmi, S. (2012). “Learning to Live Togather; Revitalisasi Peran

Pendidikan Kewarganegaraan Menuju Masyarakat Dunia yang Damai dan

Harmonis” dalam Transformasi Empat Pilar Kebangsaan dalam

Mengatasi Fenomena Konflik dan Kekerasan: Peran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia.

Walgito, B. (2005). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi. Wahab, A. A. dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta CV.

Winataputra, U. S. (2012). “Transformasi Nilai-Nilai Kebangsaan untuk Memperkokoh Jatidiri Bangsa Indonesia: Suatu Pendekatan Pendidikan

Kewarganegaraan” dalam Transformasi Empat Pilar Kebangsaan dalam Mengatasi Fenomena Konflik dan Kekerasan: Peran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia.

Wingarta. (2012). “Transformasi (Nilai-Nilai Kebangsaan) Empat Pilar Kebangsaan dalam Mengatasi Fenomena Konflik dan Kekerasan: Peran


(4)

PKn (Perspektif Kewaspadaan Nasional)” dalam Transformasi Empat Pilar Kebangsaan dalam Mengatasi Fenomena Konflik dan Kekerasan: Peran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan

Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Yusuf, Y. (2004). Prasangka Ber-Agama. Jakarta: Penamadani.

Zubaedi. (2012). Islam dan Benturan Antarperadaban (Dialog Filsafat Barat

dengan Islam, Dialog Peradaban dan Dialog Agama). Jogjakarta: Ar Ruzz

Media.

Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan

Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sumber Jurnal

Haryono, E. (2010). “Kebijakan Anti Terorisme Indonesia Dilema Demokrasi dan Represi”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISSN 1410-4946). 14, (2),

229-246.

Hiariej, E. (2010). “Aksi dan Identitas Kolektif Gerakan Islam Radikal di Indonesia”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISSN 1410-4946). 14, (2),

131-168.

Komalasari, K. (2008). “Cooperative dan Self Regulated Learning: Esensi

Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan di SMP

Jawa Barat”. Jurnal Civicus: Wawasan Nusantara dan Sistem Politik di Indonesia. 1, (10), 733-748.

Mardhatillah-Umar, A. R. (2010). “Melacak Akar Radikalisme Islam di

Indonesia”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISSN 1410-4946). 14, (2),

169-186.

Setiawan, D. (2008). “Inovesi Pendidikan Kewarganegaraan Melalui

Pemberdayaan Warganegara dan Implikasinya terhadap Restrukturisasi Isi

Kurikulum”. Jurnal Civicus: Inovasi Pendidikan Kewarganegaraan dan Kemasyarakatan. 2, (11), 749-762.


(5)

Siagian, L. (2008). “Keunggulan Kompetitif Warga Negara dalam Pendidikan di Era Global”. Jurnal Civicus: Inovasi Pendidikan Kewarganegaraan dan Kemasyarakatan. 2, (11), 763-772.

Siagian, M. (2008). “Memahami Kewilayahan Nasional Melalui Konsepsi

Wawasan Nusantara dalam Menumbuhkan Nasionalisme Indonesia”.

Jurnal Civicus: Wawasan Nusantara dan Sistem Politik di Indonesia. 1,

(10), 679-690.

Sumber Skripsi dan Dokumen

Muchtar, T. W. (2007). Studi Komparatif Persepsi dan Minat Siswa SMP tentang

SMK. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI.

Bandung: tidak diterbitkan.

Departemen Agama RI. (2003). Persatuan Kerukunan Umat Beragama. Jakarta: Depag RI.

Sumber Ketetapan

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI)

Sumber Internet

Ali, M. A. (2011). Mahasiswa ITB Paling Banyak Direkrut Oleh NII. [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com/berita/1303802176/mahasiswa-itb-paling-banyak-direkrut-oleh nii. [2 Agustus 2011].

Azra, A. (2011). Rekrutmen Sel Radikal di Kampus. [Online]. Tersedia: http://cetak.kompas.com/read/.../Rekrutmen.Sel.Radikal.di.Kampus.html [11 Januari 2012].

Baidhawy, Z. (2004). Humanitas dalam Pendidikan

Multikultural.[Online].Tersedia:http://www.suarapembaruan.com/News/20

04/07/09/Editor/Edi02.htm. [2 Agustus 2011].

Bakri, S. (2004). Islam dan Wacana Radikalisme Agama Kontemporer. DINIKA


(6)

http://www.ditpertais.net/jurnalptai/dinika-skt/31104/bakri-01.pdf [18 Februari 2012].

Bartol, B. (2008). Pengertian Persepsi. [Online]. Tersedia: http://teoripsikologi.blogspot.com/2008/05/pengertian-persepsi.html [2 Agustus 2011].

Bin-Saat, I. (2007). Radikalisme Melayu Dari Perak 1945-1970: Kebangkitan

Rakyat, Pemikiran, Sumbangan dan Pengorbanan.[Online].

Tersedia:http://eprints.usm.my/8278/1/RADIKALISME_MELAYU_DAR I_PERAK_1945_1970.pdf [18 Februari 2012].

El-Ma’hady, M. (2004) Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural (Sebuah

Kajian Awal)1-6[Online]. Tersedian: http://pendidikan.network. [ 11

Januari 2011].

Iman. (2011). Unpad: Belum Ada Data Resmi Pengikut NII. [Online] Tersedia: http://kampus.okezone.com/read/2011/06/06/373/464938/unpad-belum-ada-data-resmi-pengikut-nii [ 2 Agustus 2011].

Institute of Southeast Asian Studies (2000). Indonesia's Population: Ethnicity and

Religion in a Changing Political Landscape. [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org2000/Indonesia’s Population.html [11 Januari 2012]. Jones, S. (2011). Isu Radikalisme dan Efek Buruknya pada Rohis Sekolah. [Online]. Tersedia: http://kspm-thullabi.org/2011/07/17/isu-radikalisme-dan-efek-buruknya-pada-rohis-sekolah/ [19 Januari 2012].