Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 105 PK/Pdt/2007 Antara Tatang Sutarsa Cs Melawan PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tentang Sengketa Rumah Dinas.
Abstrak
Putusan Pengadilan dalam perkara Perdata antara PT. Kereta Api Indonesia
yang menggugat Tatang Sutarsa cs atas kepenghunian rumah negara di jalan
Teratai No. 1 Bandung yang merupakan aset milik PT. Kereta Api Indonesia telah
melalui banyak proses dan tahap hingga tingkat Peninjauan Kembali. Pengadilan
Negeri pada mulanya menolak gugatan PT. KAI dan memenangkan tergugat Tatang
Sutarsa cs, namun pada putusan Pengadilan Tinggi yang mendasarkan Putusannya
kepada Undang-undang No. 4 Tahun 1992 jo Undang-undang No 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman serta Peraturan Pemerintah Nomor
40 tahun 1994 jo Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 2005 tentang Rumah Negara
menyatakan bahwa PT. KAI adalah pemilik sah dari rumah tersebut dan putusan
tersebut diperkuat dengan penolakan Upaya Hukum Kasasi dan Peninjauan Kembali
yang dilakukan oleh tergugat. Tujuan dari penelitian ini untuk meneliti apakah benar
Pa Tatang Sutarsa Cs telah melakukan perbuatan melawan hukum dan melanggar
ketentuan Undang-undang No. 4 Tahun 1992 jo Undang-undang No 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman serta Peraturan Pemerintah Nomor
40 tahun 1994 jo Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 2005 tentang Rumah Negara
dan apakah penolakan upaya hukum Peninjauan Kembali sudah sesuai dengan
Undang-undang No. 5 Tahun 2004 jo Undang-undang No. 3 Tahun 2009 tentang
Mahkamah Agung.
Metode yang digunakan dalam menganalisis kasus ini adalah Yuridis
Normatif, yaitu didasarkan kepada analisis putusan yang ada di Persidangan yang
dikaitkan dengan aturan Perundang-undangan yang berlaku dari zaman dahulu
hingga saat ini.
Berdasarkan analisis, tergugat/terbanding Tatang Sutarsa Cs terbukti
melanggar Undang-undang No. 4 Tahun 1992 jo Undang-undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman serta Peraturan Pemerintah No. 40
Tahun 1994 jo Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2005 tentang Rumah Negara
karena tidak dapat menunjukan bukti yang kuat atas kepemilikannya dan dengan
tanpa izin menambah bangunan di tanah mlik PT. KAI. Penolakan upaya Hukum
Peninjauan Kembali yang diajukan oleh tergugat/terbanding yang mengajukan 6
bukti baru sebagai dasar pengajuannya jika dikaitkan dengan Undang-undang No. 5
Tahun 2004 jo Undang-undang No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung
tidaklah memenuhi syarat sebagai novum karena bukti baru tersebut dianggap
bukan bukti yang memperkuat sebagai bukti kepemilikan dari rumah tersebut.
Putusan Pengadilan dalam perkara Perdata antara PT. Kereta Api Indonesia
yang menggugat Tatang Sutarsa cs atas kepenghunian rumah negara di jalan
Teratai No. 1 Bandung yang merupakan aset milik PT. Kereta Api Indonesia telah
melalui banyak proses dan tahap hingga tingkat Peninjauan Kembali. Pengadilan
Negeri pada mulanya menolak gugatan PT. KAI dan memenangkan tergugat Tatang
Sutarsa cs, namun pada putusan Pengadilan Tinggi yang mendasarkan Putusannya
kepada Undang-undang No. 4 Tahun 1992 jo Undang-undang No 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman serta Peraturan Pemerintah Nomor
40 tahun 1994 jo Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 2005 tentang Rumah Negara
menyatakan bahwa PT. KAI adalah pemilik sah dari rumah tersebut dan putusan
tersebut diperkuat dengan penolakan Upaya Hukum Kasasi dan Peninjauan Kembali
yang dilakukan oleh tergugat. Tujuan dari penelitian ini untuk meneliti apakah benar
Pa Tatang Sutarsa Cs telah melakukan perbuatan melawan hukum dan melanggar
ketentuan Undang-undang No. 4 Tahun 1992 jo Undang-undang No 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman serta Peraturan Pemerintah Nomor
40 tahun 1994 jo Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 2005 tentang Rumah Negara
dan apakah penolakan upaya hukum Peninjauan Kembali sudah sesuai dengan
Undang-undang No. 5 Tahun 2004 jo Undang-undang No. 3 Tahun 2009 tentang
Mahkamah Agung.
Metode yang digunakan dalam menganalisis kasus ini adalah Yuridis
Normatif, yaitu didasarkan kepada analisis putusan yang ada di Persidangan yang
dikaitkan dengan aturan Perundang-undangan yang berlaku dari zaman dahulu
hingga saat ini.
Berdasarkan analisis, tergugat/terbanding Tatang Sutarsa Cs terbukti
melanggar Undang-undang No. 4 Tahun 1992 jo Undang-undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman serta Peraturan Pemerintah No. 40
Tahun 1994 jo Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2005 tentang Rumah Negara
karena tidak dapat menunjukan bukti yang kuat atas kepemilikannya dan dengan
tanpa izin menambah bangunan di tanah mlik PT. KAI. Penolakan upaya Hukum
Peninjauan Kembali yang diajukan oleh tergugat/terbanding yang mengajukan 6
bukti baru sebagai dasar pengajuannya jika dikaitkan dengan Undang-undang No. 5
Tahun 2004 jo Undang-undang No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung
tidaklah memenuhi syarat sebagai novum karena bukti baru tersebut dianggap
bukan bukti yang memperkuat sebagai bukti kepemilikan dari rumah tersebut.