analisis putusan mahkamah agung republik Indonesia nomor 263k/pdt.sus.Haki/2013 tentang sengketa merek obor antara PT. Lion Superindo melawan Soeharso,S.H.,M.H.
ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 263K/PDT.SUSHAKI/2013 TENTANG SENGKETA MEREK OBOR ANTARA PT. LION
SUPERINDO MELAWAN SOEHARSO, S.H.,M.H.
Abstrak
Indira Safira S.
110111100170
Merek OBOR adalah merek barang pada kelas 30 yang terdaftar
secara resmi milik Soeharso, S.H.,M.H., di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual. Merek OBOR dilisensikan oleh Soeharso kepada Gunadi untuk
diproduksi dan diperdagangkan di wilayah Jawa Tengah. Setelah masa
perjanjian lisensi berakhir, Soeharso menemukan produk beras dengan logo
OBOR yang serupa dengan miliknya diperdagangkan oleh PT.
Lion
Superindo, yang selanjutnya diketahui beras tersebut diproduksi oleh Gunadi.
Dengan adanya kesamaan logo OBOR ini, penulis mengangkat apakah pihak
PT. Lion Superindo telah melakukan perbuatan melawan hukum dan
melanggar persamaan pada pokoknya sebagaimana diatur dalam Pasal 6
ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.
Metode penelitian yang digunakan yuridis normative, dengan
spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analisis. Data yang digunakan berupa
bahan kepustakaan untuk menganalisis putusan Pengadilan Niaga
Semarang dan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, dan dikaitkan
dengan asas, teori dan norma yang ada dalam hukum perdata dan hukum
hak kekayaan intelektual.
Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa hakim telah tepat
menyatakan bahwa PT. Lion Superindo telah melanggar ketentuan
persamaan pada pokoknya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek . Kedua, PT. Lion Superindo juga
terbukti
telah
melakukan
perbuatan
melawan
hukum
dengan
memperdagangkan merek OBOR tanpa ijin dari pemilik merek yang sah.
iii
SUPERINDO MELAWAN SOEHARSO, S.H.,M.H.
Abstrak
Indira Safira S.
110111100170
Merek OBOR adalah merek barang pada kelas 30 yang terdaftar
secara resmi milik Soeharso, S.H.,M.H., di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual. Merek OBOR dilisensikan oleh Soeharso kepada Gunadi untuk
diproduksi dan diperdagangkan di wilayah Jawa Tengah. Setelah masa
perjanjian lisensi berakhir, Soeharso menemukan produk beras dengan logo
OBOR yang serupa dengan miliknya diperdagangkan oleh PT.
Lion
Superindo, yang selanjutnya diketahui beras tersebut diproduksi oleh Gunadi.
Dengan adanya kesamaan logo OBOR ini, penulis mengangkat apakah pihak
PT. Lion Superindo telah melakukan perbuatan melawan hukum dan
melanggar persamaan pada pokoknya sebagaimana diatur dalam Pasal 6
ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.
Metode penelitian yang digunakan yuridis normative, dengan
spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analisis. Data yang digunakan berupa
bahan kepustakaan untuk menganalisis putusan Pengadilan Niaga
Semarang dan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, dan dikaitkan
dengan asas, teori dan norma yang ada dalam hukum perdata dan hukum
hak kekayaan intelektual.
Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa hakim telah tepat
menyatakan bahwa PT. Lion Superindo telah melanggar ketentuan
persamaan pada pokoknya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek . Kedua, PT. Lion Superindo juga
terbukti
telah
melakukan
perbuatan
melawan
hukum
dengan
memperdagangkan merek OBOR tanpa ijin dari pemilik merek yang sah.
iii