PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR: Didactical Design Research dan Studi Eksperimen di Kelas V SDN Drangong 1.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR

(Didactical Design Research dan Studi Eksperimen di Kelas V SDN Drangong 1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh NURUL HAQUE

1104226

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG 2015


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

SEKOLAH DASAR

(Didactical Design Research dan Studi Eksperimen di Kelas V SDN Drangong 1)

Oleh Nurul Haque

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Prodi S1 PGSD

© Nurul Haque 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Pengaruh Model Pembelajaran Etnomatematika Sunda Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar (Didactical

Design Research dan Studi Eksperimen di Kelas V SDN Drangong 1). Nurul

Haque. 1104116.

Berdasarkan hasil studi lapangan dengan melakukan wawancara kepada beberapa guru Sekolah Dasar mengenai kemampuan berpikir kritis siswa SD didapatlah hasil yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa SD masih berada di tahapan yang rendah sehingga membutuhkan sebuah rancangan pembelajaran yang bisa membantu siswa SD untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini diadakan demi meningkatkan kecakapan berpikir kritis matematis siswa SD serta skala disposisi dalam pembelajaran matematika yang memadukan dua metode sekaligus (Mix Methode). Pada tahapan DDR diadakan tes Learning Obstacle (LO) demi mengetahui kesulitan belajar siswa, analisis hasil tes LO, perancangan disain bahan ajar (DDA), implementasi DDA, analisis hasil DDA, pembuatan Revisi Disain Didaktik (RDD) sekaligus implementasinya. Instrumen yang digunakan adalah tes, wawancara, lembar observasi dan skala disposisi. Implementasi DDA dilakukan di SDN Sukamenak dan implementasi RDD dilaksanakan di SDN Lialang. Eksperimen dilakukan di SDN Drangong 1 di kelas 5 yang dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Eksperimen 1 Etnomatematika-DDR (ED), Eksperimen 2 Etnomatematika-nonDDR (E) dan kelas Kontrol dengan model Kovensional (K). Pemberian perlakuan diadakan dalam 2 pertemuan kepada masing-masing kelas. Setiap kelas terdiri dari 20 orang. Hasil yang didapat dari pemberian perlakuan menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara ketiga kelas. Peningkatan nilai terjadi untuk kelas ED dengan nilai rata-rata selisih sebesar 35,394 berdasarkan nilai pretes 49,521, postes 84,915 dan uji gain 0,6188 yang masuk dalam kategori sedang, kelas E sebesar 28,072 dengan pretes 54,182 postes 82,254 dan uji gain 0,6149 termasuk sedang, dan kelas K sebesar 28,515 dengan pretes 49,413 postes 77,928 dan uji gain sebesar 0,5485. Uji perbedaan rata-rata diungguli oleh kelas ED dengan K dimana nilai perbedaan rata-rata yang terjadi sebesar 6,98700.Hasil analisis skala disposisi dari ketiga kelas diketahui rata-rata yang paling unggul didapat oleh kelas ED yaitu 69,85666%. Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh, kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Ho diterima dimana kemampuan berpikir kritis antara

siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan

etnomatematika sunda DDR lebih baik daripada siswa yang menggunakan etnomatematika sunda non-DDR dan pembelajaran konvensional.

Kata kunci: Model Pembelajaran Etnomatematika, Kemampuan Berpikir Kritis Matematis, Didactical Design Research.


(5)

ABSTRACT

Influence of Learning With Models Etnomatematika Sundanese to Improve Student Critical Thinking Ability of Elementary School (Didactical Design Research And Experimental Study In Class V Of Drangong 1 Elementary School). Nurul Haque. 1104116.

This study was undertaken to improve the ability of critical thinking mathematically of elementary school in mathematics learning which combines two methods as well (mix methode). At the stage of DDR conducted Learning tests Obstacle in order to know students' learning difficulties, LO test result analysis, designing instructional materials design (the beginning of didactic design/DDA), implementation of DDA, analysis of the results of the DDA, making revisions didactic design making revisions didactic design. the instruments used are tests, interwiew, observation, and scale of disposition. Implementation of DDA done in SDN Sukamenak and implementation of RDD done in SDN Lialang. The experiment done in SDN Drangong 1 in 5th grade are divided into three classes, there are experiment 1 with model of etnomatematika-DDR (ED), experiment 2 with etnomatematika-nonetnomatematika-DDR model (E) and Control class with conventional model (K). This study conducted in two cycles to each class which consists of 20 students. Results are from the provision of treatment shows a significant increase in learning outcomes between the three classes. The resulting increase in the value obtained for the ED class with the average value the difference of 35.394 based on the value pretest is 49,521, postest 84,915 and test gain of 0,6188 are included in the category of medium. E with the average value the difference of 28,072 based on the value pretest is 49,521, postest 82,254 and test gain of 0,6149 are included in the category of medium. K class with the average value the difference of 28,515 based on the value pretest is 49,521, postest 77,928 and test gain of 0,5485which also included medium category. Test average surpassed by ED class with control which is the average difference amounted to 6,98700. For the results of the analysis of the scale disposition of third grade known to the average obtained by the ED class is 69.85666%. Based on the analysis of data that have been acquired conclusions of this study is Ho accepted where critical thinking skills among students who earn math learning by using DDR sundanese etnomatematika better than students who use sundanese etnomatematika nonDDR and conventional learning.

Keywords: Learning of Etnomatematika, Critical thinking abilities mathematically, Didactical Design Research.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 4

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Model Pembelajaran Etnomatematika ... 7

B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 9

C. Budaya Sunda... 10

D. Didactical Design Research ... 15

E. Sifat-sifat Tabung ... 17

F. Penelitian yang Relevan ... 20


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 25

A. Metode dan Desain Penelitian ... 25

B. Subjek Penelitian ... 29

C. Teknik Pengumpulan Data ... 29

D. Instrumen Penelitian... 30

E. Teknik Analisis Data ... 35

F. Pengembangan Bahan Ajar ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan ... 80

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 88

A. Simpulan ... 88

B. Rekomendasi ... 89 BIBLIOGRAFI


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika ... 7

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 31

Tabel 3.2 Uji Reliabilitas ... 32

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Daya Pembeda ... 33

Tabel 3.4 Hasil Uji Daya Pembeda ... 33

Tabel 3.5 Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 34

Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ... 34

Tabel 3.7 Interpretasi Gain Ternormalisasi ... 38

Tabel 3.8 Kriteria Pensentase Skala Sikap ... 39

Tabel 4.1 Hasil Respon Siswa Terhadap Soal Learning Obstacle... 41

Tabel 4.2 Rata-rata dan Standar Deviasi Pretes ... 51

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Data Pretes ... 53

Tabel 4.4 Uji Normalitas Pretes ... 54

Tabel 4.5 Standar Deviasi Variabel Sampel ... 55

Tabel 4.6 Statistik Penolong ... 55

Tabel 4.7 Uji Anova Satu Jalur Pretes ... 57

Tabel 4.8 Rata-rata dan Standar Deviasi Postes... 58

Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Data Postes... 60

Tabel 4.10 Uji Normalitas Postes... 61


(9)

Tabel 4.12 Statistik Penolong ... 62

Tabel 4.13 Uji One Way Anova... 64

Tabel 4.14 Nilai Pretes dan Postes Eksperimen I ... 65

Tabel 4.15 Klasifikasi Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen I ... 65

Tabel 4.16 Uji Scheffe Kelsa Eksperimen I ... 66

Tabel 4.17 Nilai Pretes dan Postes Eksperimen II ... 68

Tabel 4.18 Klasifikasi Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen II ... 69

Tabel 4.19 Uji Scheffe Kelsa Eksperimen II ... 70

Tabel 4.20 Uji Scheffe Postes ... 73

Tabel 4.21 Interpretasi Gain Ternormalisasi ... 75

Tabel 4.22 Perbandingan Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen I, Eksperimen II, dan Kontrol... 75

Tabel 4.23 Kategori Disposisi ... 76

Tabel 4.24 Rata-rata Nilai Skala Disposisi Eksperimen I ... 77

Tabel 4.25 Rata-rata Nilai Skala Disposisi Eksperimen II ... 78

Tabel 4.26 Rata-rata Nilai Skala Disposisi Kontrol ... 79


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cara Memangkas Bambu ... 12

Gambar 2.2 Cara Perawatan Bambu ... 12

Gambar 2.3 Pembuatan Angklung ... 13

Gambar 2.4 Penyeteman Angklung ... 13

Gambar 2.5 Angklung Utuh ... 14

Gambar 2.6 Cara Penyeteman Ulang Angklung ... 15

Gambar 2.7 Segitiga Didaktis yang Dimodifikasi ... 17

Gambar 2.8 Tabung ... 18

Gambar 2.9 Jaring-jaring Tabung yang Telah Umum Diketahui ... 19

Gambar 2.10 Jaring-jaring Tabung yang lebih variatif ... 20

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan DDR ... 26

Gambar 3.2 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 27

Gambar 3.3 Hubungan Etnomatematika dengan Budaya dan Matematika ... 28

Gambar 4.1 Soal LO Tipe 1 ... 42

Gambar 4.2 Jawaban Siswa pada LO Tipe 1 ... 43

Gambar 4.3 Soal LO Tipe 2 ... 44

Gambar 4.4 Jawaban Siswa pada LO Tipe 2 ... 44

Gambar 4.5 Soal LO Tipe 3 ... 45

Gambar 4.6 Jawaban Siswa pada LO Tipe 3 ... 45


(11)

Gambar 4.8 Jawaban Siswa pada Soal nomor 1 ... 47

Gambar 4.9 Jawaban Siswa pada Soal nomor 2 ... 47

Gambar 4.10 Jawaban Siswa pada Soal Jaring-jaring Tabung ... 48

Gambar 4.11 Hasil Jawaban Siswa pada Soal Pembuatan Jaring-jaring Tabung... 49

Gambar 4.12 Kegiatan Siswa dalam Implementasi DDA ... 81

Gambar 4.13 Siswa Membuat Jaring-jaring Tabung ... 81

Gambar 4.14 Jaring-jaring Tabung Hasil Siswa ... 82

Gambar 4.15 Temuan Didaktis ... 82


(12)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Nilai Pretes Kelas Eksperimen I ... 51

Diagram 4.2 Nilai Pretes Kelas Eksperimen II ... 52

Diagram 4.3 Nilai Pretes Kelas Kontrol ... 52

Diagram 4.4 Nilai Pretes Kelas Eksperimen I ... 58

Diagram 4.5 Nilai Pretes Kelas Eksperimen II ... 59


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan selalu memiliki tujuan baik yang ingin dicapai. Seperti yang tercamtum dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 bahwa

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

.

Salah satu tujuan pendidikan yang sangat penting dan membutuhkan perhatian yang lebih adalah mengembangkan kemapuan berpikir kreatif siswa yang erat hubungannya dengan kemampuan berpikir kritis. Fakta yang terjadi di lapangan masih banyak ditemukan kegiatan pembelajaran yang hanya dilakukan sesuai kemampuan pendidiknya saja yang terbatas pada model pembelajaran konvensional yang tidak mengajak siswa untuk aktif belajar dan kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh ibu Murtapiah, S.Pd selaku wali kelas V SDN Kamalaka, mengenai kemampuan berpikir kritis siswa SD. Pada suatu kesempatan yang bertepatan dengan hari selasa 10 Maret 2015, penulis melakukan wawancara dengan salah seorang guru SD yang telah disebutkan di atas. Beliau mengemukakan bahwasanya siswa SD masih cenderung pada model pembelajaran konvensional, dimana model belajar dan gaya berpikir mereka masih sebatas pada apa yang diberikan oleh gurunya. Mereka masih pasif menunggu disuapi. Hal ini juga dikarenakan kurang inovatifnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Demikian pula halnya dengan kemampuan berpikir kritis siswa. Seluruh siswa hanya menelan bulat-bulat apa yang diberikan oleh guru tanpa menelaah


(14)

2

kembali materi yang didapatnya. Siswa hanya mengetahui suatu hal itu dikatakan “benar” tanpa mengetahui apa alasannya begitupun sebaliknya, atau apakah ada jawaban lain selain dari jawaban yang telah ditemukan. Hal ini membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kemampuan berpikir kritis siswa SD.

Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis ini bisa dikembangkan dengan mendesain model pembelajaran sedemikian rupa untuk memancing daya pikir kritis siswa. Sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 ayat 19 yang berbunyi “Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Oleh karena itu harus diperhatikan segala aspek yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran seperti yang telah disebutkan. Hal yang harus lebih diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran sekarang adalah hubungan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang biasanya hanya berjalan biasa saja tanpa memberikan kebermaknaan yang mendalam kepada siswa.

Hubungan kebermaknaan proses pembelajaran akan berpengaruh pada proses belajar siswa sendiri. Seperti halnya yang dikatakan oleh Gagne (dalam Dahar, 2011, hlm. 2) bahwasanya belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Kebermaknaan dapat dihasilkan dari pembelajaran yang didasari oleh pengalaman. Siswa diharapkan dapat mengalami segala sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Pengalaman berlajar dapat diciptakan dengan mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan penggunaan media-media yang terdapat di sekitar siswa. Sebagai salah satau contohnya dengan menggunakan budaya sekitar siswa. Dewasa ini, pembelajaran sangat jauh kaitannya dengan penggunaan budaya sebagai alat yang menjembatani siswa untuk dapat lebih mengerti materi ajar. Jika ditelaah lebih lanjut, proses pembelajaran berbasis budaya ini sangat mirip dengan pendekatan kontektual karena menggunakan hal-hal yang lebih dekat dengan siswa dan dikenali dengan sangat baik dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.


(15)

3

Konsep budaya yang akan diterapkan dalam penelitian ini berupa pengenalan yang lebih mendalam seputar budaya Sunda. Budaya Sunda yang akan dikenalkan adalah seni musik tradisional Sunda berupa alat musik tradisional angklung. Di sini peneliti sendiri tertarik mengupas angklung lebih dalam karena angklung bisa disandingkan dengan pembelajaran matematika SD dalam materi bangun ruang tabung. Hal ini didasari oleh prinsip didaktik yang berkenaan dengan teori belajar Piaget dimana pembelajaran matematika untuk anak yang berada pada tahap operasional konkret memang harus menggunakan media real. Ini dikarenakan kemampuan bernalar siswa SD yang masih relatif rendah sehingga membutuhkan media nyata. Selain penggunaan media real berbasis budaya, keberhasilan belajar pun dipengaruhi oleh kemampuan guru untuk mendesain segala sesuatu yang berubungan dengan kegiatan pembelajaran sedemikian mungkin sehingga siswa dapat menjalani pembelajaran dengan efektif.

Penggunaan model pembelajaran berbasis budaya ini diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih mengenal kebudayaan lokal yang akan menjadi tanggungjawabnya kelak untuk dilestarikan. Bagaimana proses pembuatan angklung dan bagaimana angklung itu dapat menghasilkan suara akan dibahas berbarengan dengan pembelajaran matematika. Kebudayaan terangkat dan materi pembelajaran matematikapun tersampaikan. Siswa akan tetap belajar sekaligus mengenal budaya dan mempertahankannya.

Hamalik (2007, hlm. 126) menjelaskan bahwa penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian keseluruhan proses pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (konsep, prinsip, keterampilan, sikap dan nilai, kreativitas, dan sebagainya).

Berdasarkan paparan di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan sebuah penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran etnomatematika Sunda dengan tujuan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan

mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran Etnomatematika Sunda Untuk


(16)

4

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran etnomatematika, dapat diidentifikasi beberapa masalah di antaranya :

1. Proses pembelajaran yang dianggap masih membosankan bagi para siswa karena pendidik masih banyak menggunakan model pembelajaran tradisional dimana pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) dan masih kurang mengajak siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Pembelajaran tidak mengaitkan bahan ajar dengan kehidupan atau dunia nyata siswa, sehingga kurangnya pemahaman yang didapat oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai dilakukan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

1. Apakah kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan etnomatematika Sunda DDR lebih baik daripada siswa yang menggunakan etnomatematika Sunda non-DDR?

2. Apakah kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan etnomatematika Sunda DDR lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?

3. Apakah kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan etnomatematika Sunda non-DDR lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?

4. Bagaimana disposisi kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui model pembelajaran etnomatematika Sunda?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika yang menggunakan etnomatematika Sunda DDR dengan kemampuan siswa yang menggunakan etnomatematika Sunda non-DDR.


(17)

5

2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika yang menggunakan etnomatematika Sunda DDR dengan kemampuan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika yang menggunakan etnomatematika Sunda non-DDR dengan kemampuan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Untuk mengetahui disposisi kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui model pembelajaran etnomatematika Sunda.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan semata-mata untuk mengethui jawaban atas pertanyaan yang muncul sebagai masalah. Adapun manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini diantaranya :

1. Manfaat bagi guru

a. Untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan model pembelajaran etnomatematika yang bisa membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SD.

b. Membantu menambah wawasan guru bahwasanya penggunaan

didactical design research sangat dibutuhkan demi kelancaran

proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa baik dalam hubungan didaktis maupun pedagogis.

2. Manfaat bagi peneliti

a. Untuk mendapatkan gambaran yang nyata akan penggunaan model pembelajaran etnomatematika dalam proses pembelajaran.

b. Memberikan pengalaman dalam menganalisis dan membuat bahan ajar sesuai dengan kebutuhan siswanya dengan menggunakan metode didactical design research.

3. Manfaat bagi siswa

Siswa diharapkan dapat lebih memahami materi matematika dengan men proses pembelajaran matematika berbasiskan budaya.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap persiapan digunakan pendekatan didactical

design research (DDR) untuk mengoptimalkan bahan ajar. selanjutnya adalah

tahap pelaksanaan dengan menggunakan metode eksperimen. Adapun subjek pada pelaksanaan penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar tahun ajaran 2014/2015 dengan materi pokok sifat-sifat bangun ruang tabung. Sebelum melakukan penelitian, tahap awal pada DDR adalah melakukan tes learning

obstacle untuk mengetahui hambatan-hambatan siswa saat mengerjaka tes. Tes ini

diujikan kepada siswa yang tingkatannya lebih tinggi dari siswa yang menjadi subjek dalam penelitian, ini berarti tes learning obstacle diujikan kepada siswa-siswa kelas VI SD. Setelah didapat hasil dari tes learning obstacle ini, dilakukan analisis untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami oleh siswa dan untuk membantu langkah selanjutnya dalam pembuatan desain didaktik awal (DDA). Setelah desain didaktik awal diimplementasikan di kelas V SD hal yang selanjutnya dilakukan adalah menganalisis hasil temuan yang didapat pada saat DDA tersebut dan memperbaiki desain pembelajaran yang masih belum optimal. Pembuatan dan perbaikan desain didaktik awal ini dinamai dengan Revisi Deain Didaktik (RDD). Setelah RDD selesai dibuat, selanjutnya adalah implementasi RDD yang dilakukan di Sekolah Dasar masih di kelas V namun di kelas yang berbeda dengan kelas saat implementasi DDA. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah desain revisi sudah optimal atau belum. Setelah implementasi selesai kembali dilakukan analisis terhadap hasil yang didapat. Jika pada saat analisi masih didapat desain pembelajaran yang belum optimal, maka dilanjutkan kembali dengan pembuatan revisi desain didaktik yang selanjutnya. Namun jika pada saat analisi revisi desain didaktik dirasa sudah optimal semua, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah implementasi revisi desain didaktik di satu kelas eksperimen. Berikut ini adalah alur penelitian DDR :


(19)

26

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan DDR Implementasi di Kelas Analisis Metapedadikdaktik dan Antisipasi Pedagogik dan Didaktik Identifikasi LO, Wawancara, Lembar Observasi, dan Skala

Pendapat

Revisi Desain Didaktik

Analisis Retrospektif/ Identifikasi Hasil Semua Sesuai Sebagian Sesuai Tidak Sesuai Perbaikan Membuat Prediksi Respon Siswa Bila setelah implementasi DDA

atau RDD pertama telah mendapatkan respon siswa yang semuanya sesuai prediksi, maka penelitian telah optimal atau selesai. Sebaliknya jika respon siswa belum seluruhnya sesuai, maka penelitian dilanjutkan ke RDD berikutnya.

Tes LO

Prediksi Respon Siswa

Identifikasi LO

Membuat Instrumen Tes Learning Obstacle

(LO)

Semua Sesuai Sebagian Sesuai

Tidak Sesuai

Desain Didaktik Awal Repersonalisasi Identifikasi Karakteristik Siswa, Wawancara, dan Tes Membuat Prediksi Respon Siswa Studi Literatur


(20)

27

setelah tahapan pada DDR selesai, selanjutnya tahapan eksperimen dilaksanakan. Untuk memudahkan memahami alur pelaksanaan penelitian, makan peneliti menyajikannya dalam sebuah bagan berikut :

Gambar 3.2 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Pada pelaksanaan pembelajaran eksperimen di dua kelas menggunakan pembelajaran etnomatematika. Etnomatematika adalah menghubungkan budaya dengan materi matematika. Agar lebih memudahkan dalam memahami dimana letak etnomatematika, maka disajikan gambar sebagai berikut.

Studi Kepustakaan dan Studi Pendahuluan

Penyusunan Rencana Proses Pembelajaran (RPP) Etnomatematika

sunda-non DDR

Uji Instrumen (Validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran soal) Penyusunan Rencana Proses Pembelajaran (RPP) Konvensional Instrumen hasil Implementasi di kelas kontrol :

Pembelajaran konvensional

Implementasi di kelas eksperimen 2 :

Pembelajaran etnomatematika-non DDR

Tes awal (pretes)

Uji Instrumen (Validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran soal)

Implementasi di kelas eksperimen 1 :

Pembelajaran etnomatematika-DDR Postes Pengumpulan Data Analisis Data Kesimpulan Postes Postes Lanjutan alur Didactical Design Research (DDR) :

Revisi Disain Didaktik (RDD)


(21)

28

Gambar 3.3 Hubungan Etnomatematika dengan Budaya Sunda dan Matematika (Supriadi, 2010, hlm. 37)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain eksperimen bentuk Quasi

Experimental Design bentuk Nonequivalent Control Group Design dimana pada

desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random/acak namun telah ditentukan. Sampel yang telah ditentukan dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu dua kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen pertama menggunakan model pembelajaran etnomatematika dan didactical design research (DDR), kelompok eksperimen kedua menggunakan model pembelajaran etnomatematika tanpa didaktik desain reseach (non-DDR), dan kelompok terakhir yaitu kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional atau tradisional.

Berdasarkan uraian di atas, maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttes control group design (Sugiyono, 2012, hlm. 116) yang secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut dengan sedikit modifikasi :

Keterangan :

O : pretest = postes

X1 : Model pembelajaran etnomatematika dengan menggunakan DDR

O X1 O

O X2 O


(22)

29

X2 : Model pembelajaran etnomatematika non-DDR

X3 : Model pembelajaran konvensional

B. Subjek Penelitian

1. DDR

Pada pelaksanaan DDR, lokasi penelitian dilakukan di beberapa SD untuk melakukan uji learning obstacle guna mendapatkan data learning obstacle yang beragam yang selanjutnya akan dianalisis untuk pembuatan didaktik desain awal (DDA). Subjek penelitian adalah siswa kelas V dari beberapa SD.

2. Eksperimen

Populasi pada pelaksanaan eksperimen ini adalah SDN Drangong 1 Kota Serang. Dan sampel adalah siswa kelas Va dan Vb sekolah tersebut yang dibagi ke dalam tiga kelas. Kelas pertama menggunakan model pembelajaran Etnomatematika-DDR, kelas kedua menggunakan modep pembelajaran Etnomatematika-non DDR, dan kelas terakhir menggunakan model pembelajaran konvensional.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penilitian ini menggunakan dua tahapan yang berbeda, pertama teknik pengumpulan data tahap DDR dan yang kedua teknik pengumpulan data tahap eksperimen.

1. Teknik pengumpulan data DDR

a. Tes learning obstacle yang diujikan kepada siswa yang telah mendapatkan materi sifat-sifat bangun ruang tabung, yaitu siswa kelas VI untuk mengetahui hambatan yang dialami siswa pada materi tersebut.

b. Pembuatan desain didaktik awal (DDA) yang bertolak dari data hasil analisis uji learning obstacles.

c. Implementasi desain didaktik dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap desain didaktik yang telah dibuat (DDA)

d. Revisi desain didaktik (RDD) dibuat setelah DDA diimplementasikan, tujuan dari RDD ini adalah untuk mengurangi learning obstacle yang terjadi.


(23)

30

2. Teknik pengumpulan data eksperimen

a. Tes, tes yang dilakukan di awal berupa pretes dan di akhir berupa postes berbentuk uraian. Tes ini dulakukan untuk mengetahui perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat bangun ruang tabung.

b. Lembar kerja yang akan membantu siswa dalam menjalani kegiatan pembelajaran. Siswa belajar mengikuti lembar kerja yang telas dibuat sebelumnya, hal ini bertujuan agar kegiatan pembelajaran lebih terarah.

c. Lembar wawancara digunakan untuk mengetahui respon selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

d. Jurnal diisi oleh semua siswa di setiap diakhir pembelajaran untuk mencerminkan bagaimana kesan mereka setelah pembelajaran selesai dan menuliskan apa saja ilmu yang telah mereka dapatkan.

D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Penelitian dalam DDR

Pada penelitian awal tahap DDR ini, instrumen yang digunakan adalah tes dan non-tes. Tes dilakukan saat pretes dan postes. Soal pretes yang digunakan berupa soal uji learning obstacle yang berfungsi untuk mengtahui hambatan yang dialami siswa dalam materi sifat-sifat bangun ruang tabung. Sedangkan instrumen non-tes berupa lembar observasi untuk mengetahaui aktivitas selama pembelajaran berlangsung, LKS, dan jurnal yang dibuat oleh siswa di setiap akhir pembelajaran.

2. Instrumen Penelitian dalam eksperimen

Instrumen yang dilakukan pada metode eksperimen juga terdiri dari dua yaitu tes dan non-tes. Tes berupa soal-soal kemampuan berpikir kritis yang diberikan kepada siswa pada saat pretes dan postes. Instrumen non-tes berupa wawancara, jurnal, lembar observasi, LKS, dan skala disposisi.

Instrumen penelitian yang berupa tes kemampuan berpikir kritis yang berbentuk soal uraian. Sebelum diujikan, soal tersebut dikaji dengan beberapa ujian seperti uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda, dan uji tingkat kesukaran soal dengan menggunakan software ANATES.


(24)

31

a. Validitas Tes

Validitas tes menunjukkan kualitas ketepatan tes dalam mengukur aspek-aspek materi dan aspek-aspek perilaku yang seharusnya diukur. Validitas tes harus disesuaikan dengan tujuan pengukuran. Dalam validitas tes ini terdapar 3 jenis validitas yaitu validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk.

b. Validitas Butir Soal

Validitas butir soal ini digunakan untuk mengetahui dukungan tiap butir soal terhadap skor total. Jika kolerasi yang setiap butir soal memiliki nilai >0,3 maka dapat disimpulkan bahwa butir soal tersebut dikategorikan ke dalam kategori signifikan.

Tabel 3.1

Hasil Uji Validitas Butir Soal

No Butir Baru No Butir Asli Kolerasi Signifikansi

1 1 0,668 Signifikan

2 2 0,879 Sangat signifikan

3 3 0,671 Signifikan

4 4 0,738 Sangat signifikan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa butir soal nomor 1 memiliki koefisien kolerasi sebesar 0,668, soal nomor 2 memiliki koefisien kolrasi sebesar 0,879, soal nomor 3 memiliki koefisien kolerasi sebesar 0,671, dan butir soal nomor 4 memiliki koefisien kolerasi sebesar 0,738. Berdasarkan kategori signifikansi uji validitas, butir soal nomor 1 dan 3 termasuk ke dalam kategori signifikan, sedangkan butir soal nomor 2 dan 4 termasuk ke dalam kategori sangat signifikan.

c. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui keajegan suatu soal bila diberikan kepada subyek dengan kemampuan yang berbeda. berikut ini hasil skor yang didapat oleh masing-masing subyek yang menjadi sampel. Subyek yang menjadi sampel di sini adalah siswa kelas VI sekolah dasar. Masing-masing nama siswa, skor ganjil, skor genap dan total skor disajikan pada tabel 3.2 berikut :


(25)

32

Tabel 3.2 Uji Reliabilitas

No Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total

1 Agus Gunawan 35 50 85

2 Ahmad Riyan 30 20 50

3 Aldi Saputra 30 20 50

4 Aminah 20 40 60

5 Arifudin 25 0 25

6 Aryadi 30 25 55

7 Cindy 35 10 45

8 Dodi S 15 10 45

9 Eka W 35 0 35

10 Eli Santi A 40 45 85

11 Ezza Hatami 35 50 85

12 Fujiah 40 30 70

13 Hanafi 35 40 75

14 Icha A 40 30 70

15 Idham Bahrul Harbi 35 45 80

16 Intan 15 10 25

17 Ikbal 35 45 80

18 Khoirunnisa 40 30 70

19 Latifah 40 30 70

20 Lia Amanda 25 25 50

21 LiaApriani 40 30 70

22 M Ilham 40 50 90

23 Mila K 5 10 15

24 Muhammad Ridwan 40 45 85

25 Nufus 40 45 85

26 Nur Agus 15 25 40

27 Nurlela 30 10 40

28 Qodatul Ummah 40 30 70

29 Ratu Farisha Sz 40 30 70

30 Rendi 15 15 30

31 Rifki Sega 40 25 65

32 Rio Saputra 40 25 60

33 Riska 15 5 20

34 Rohim 40 5 45

35 Rohyati 25 30 55

36 Roiyah 15 5 20

37 Sahrudi 20 5 25

38 Sahrul Aziz 30 45 75

39 Siti Nuraeni 40 15 55

40 Sri Murniasih 20 5 25

41 Subana 30 45 75

42 Sahrul Fikry 40 45 85

43 Tamara 25 20 45

44 Umaroh 40 30 70


(26)

33

Rata-rata = 57,56 Simpangan baku = 22,27 Kolerasi XY = 0,51 Reliabilitas tes 0,68 d. Uji Daya Pembeda

Menurut Arikunto (Natasya A, 2014) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Uji daya pembeda ini dilakukan dengan menggunakan software ANATES. Setalah data didapat, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data dengan kriteria berikut :

Tabel 3.3

Kriteria Indeks Daya Pembeda Daya pembeda Klasifikasi

DP ≤ 0,00 Sangat Kurang Signifikan 0,00 >DP ≤ 0,20 Kurang Signifikan 0,20 > DP ≤ 0,40 Cukup Signifikan 0,40 > DP ≤ 0,70 Signifikan 0,70 > DP ≤ 1,00 Sangat signifikan

Data yang telah dianalisis dengan software ANATES untuk mengetahui daya pembeda soal, maka selanjutnya data disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.4

Hasil Uji Daya Pembeda No No Butir

Asli

DP (%)

T.ingkat Kesukaran

Kolerasi Sig. Kolerasi

1 1 48,33 Sedang 0,668 Signifikan

2 2 91,67 Sedang 0,879 Sangat Signifikan

3 3 23,33 Sedang 0,671 Signifikan

4 4 58,33 Sedang 0,738 Sangat Signifikan Berdasarkan hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa daya pembeda untuk soal nomor 1 memiliki nilai 48,33% dengan kategori signifikan, soal nomor 2 memiliki nilai 91,67% dengan kategori sangat signifikan, soal nomor 3 memiliki nilai 23,33% dengan kategori signifikan dan soal nomor 4 memiliki nilai 58,33% dengan kategori sangat signifikan.


(27)

34

e. Uji Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu soal termasuk ke dalam kategori mudah, sedang atau sukar. Rumus yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal menurut To ( Supriadi, 2014, hlm. 63) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

TK : Tingkat kesukaran

: Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal itu : Jumlah skor ideal pada butir soal itu

Klasifikasi tingkat kesukaran menurut Suherman (Supriadi, 2014, hlm. 64) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5

Uji Tingkat Kesukaran Soal No Butir

Baru

No Butir Asli Tingkat Kesukaran (%)

Kategori

1 1 62,50 Sedang

2 2 50,83 Sedang

3 3 48,33 Sedang

4 4 57,50 Sedang

Hasil uji tingkat kesukaran soal yang telah dianalisis dengan software ANATES menunjukkan bahwa soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran sebesar 62,50%, soal nomor 2 memiliki tongkat kesukaran 50,83%, soal nomor 3 memiliki tingkat kesukaran 48,33% dan soal nomor 4 memiliki tingkat kesukaran 57,50%. Dengan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa keempat soal memiliki tingkat kesukaran sedang karena berada pada nilai 0,30 > TK ≤ 0,70.

Tabel 3.6

Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal Tingkat Kesukaran Kategori Soal

TK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 > TK ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 > TK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 > TK ≤ 1,00 Soal mudah


(28)

35

E. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, data-data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan tahapan berikut :

1. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Kritis Matematis a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui populasi data berdistribusi normal ataukah tidak. Sebaran data dikatakan baik jika data tersebut berdistribusi normal. Untuk menguji kenormalan suatu data digunakan rumus chi-kuadrat . Adapun rumusnya adalah :

∑ Keterangan :

o = frekuensi yang diamati

= frekuensi yang diharapkan = banyaknya kelas

- 3), derajat kebebasan (k = banyaknya kelas)

tersebut akan dibandingkan dengan atau dengan α adalah taraf signifikan 0,01

Adapun kaidah keputusan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut: Jika X2tabel maka distribusi data tidak normal.

Jika X2tabel maka distribusi data normal

Dan untuk mempermudah pengolah data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan software atau software SPPS 21.0 for windows.

b. Uji Homogenitas Bartlett

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji homogenitas dari Barlet yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat varians yang homogen antara kedua kelompok eksperimen dengan satu kelompok kontrol yang sedang diteliti Ruseffendi (Supriadi, 2014, hlm. 69).

X2 = dkj lns2j - dki lns2i

Dengan dki = (n - 1), dkj = ∑ dki, ln = logaritma dasar e, titik kritis pada taraf signifikansi α adalah l-a X2 dk.


(29)

36

c. Uji Hipotesis

1) Uji Anova Satu Jalur

Untuk data yang berdistribusi normal dan homogen, uji perbedaan tiga rerata yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah Anova satu jalur. Ruseffendi (Supriadi, 2014, hlm. 70) berikut cara perhitungan Anova satu jalur (tiga sampel) :

F = a t i k j n i k j j j ij i k j j j a k j n i ij i i i JK JK JK n J X JK N J n J JK N J X JK k N JK RJK k JKa RJKa j j            





     

1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1

Keterangan : 

a

RKJ

Rerata jumlah kuadrat antar 

i

RJK

Rerata jumlah kuadrat inter 

t

JK

Jumlah kuadrat total 

a

JK

Jumlah kuarter inter 

J Jumlah seluruh data

N Banyak data

K Banyak kelompok 

j

n

Banyak anggota kelompok-j 

j

J

Jumlah data dalam kelompok-j 

a

dk


(30)

37

Untuk mempermudah perhitungan Anova satu jalur ini, digunakan program SPSS 21.0. Setelah nilai diketahui, selanjutnya adalah membandingkan tersebut dengan . Hipotesis nol yang menyatakan tidak ada perbedaan ditolak untuk nilai . Langkah berikutnya adalah melakukan uji Scheffe. Dalam keadaan hipotesis nol diterima (dalam arti tidak ada perbedaan), maka uji Scheffe tidak perlu dilakukan. Selain untuk melihat perbedaan ketiga sampel tersebut, penelitian ini pun ingin mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelompok eksperimen, maka dilakukan uji perbedaan tiga rerata dengan menggunakan analisis varians satu jalur (Anova satu jalur).

2) Uji Scheffe

Setelah melakukan uji Anova satu jalur maka berlanjut pada uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan rerata yang signifikan, uji Scheffe ini dilakukan pada data yang melibatkan 3 buah sampel, yaitu 2 kelompok eksperimen dan 1 kelompok kontrol. Rumus yang digunakan dalam uji Scheffe menurut Ruseffendi (Supriadi, 2014, hlm. 72) adalah sebagai berikut:

) 1 .( 1 1 ) ( 2 1 2 2 1        k n n RJK X X F i Keterangan:  1

X rerata subkelompok pertama

2

X rerata subkelompok kedua

1

n banyak anggota kelompok pertama

2

n banyak anggota kelompok kedua

Untuk menentukan nilai F terlebih dahulu harus menghitung

k N

JK

RJKi i

 (Rerata jumlah kuadrat inter) dengan



 

k j n i k j j j ij i j n J X JK

1 1 1 2 2


(31)

38

Keterangan:

J = jumlah seluruh data

N banyak data 

k banyak kelompok 

j

n banyak anggota kelompok-j 

j

J jumlah data dalam kelompok-j

Selain itu jika terdapat perbedaan pada subkelompok-subkelompok pada kelompok eksperimen maka uji Scheffe pun dilakukan untuk mengetahui mana yang berbeda secara signifikan peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada subkelompok eksperimen dan untuk mempermudah pengolahan data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan software SPSS 21.0 for windows.

3) Perhitungan Gain Ternormalisasi

Perhitungan gain ternormalisasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa selama penelitian berlangsung. Adapun perhitungan gain ternormalisasi menggunakan rumus dari Mezler (Supriadi, 2014, hlm. 74) berikut :

Interpretasi gain ternormalisasi tersebut disajikan dalam bentuk klasifikasi seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.7

Interpretasi Gain Ternormalisasi

Gain Klasifikasi

g>0,7 Gain tinggi 0,3<g≤0,7 Gain sedang

g≤0,3 Gain rendah

4) Analisis Skala Disposisi

Data yang dikumpulkan dari skala kemampuan berpikir kritis kemudian dianalisis. Setlah data ditabulasi dan dianalisis, kemudian data tersebut ditafsirkan


(32)

39

dengan menggunakan persentase berdasarka kriteria Kuntjaraningrat (Supriadi, 2014, hlm. 84) sebagai berikut :

Tabel 3.8

Kiteria Persentase Skala Disposisi

Persentase Kriteria

P=0% Tak seorang pun

0%<P<25% Sebagian kecil 25%≤P<50% Hampir setengahnya

P=50% Setengahnya

50%<P<75% Sebagian besar 75%≤P<100% Hampir seluruhnya

P=100% Seluruhnya

5) Analisis Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan kepada beberapa sampel pada masing-masing tahapan yaitu tahap DDR dan tahap eksperimen. Sampel diambil dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan kurang, sedang, dan tinggi. Data yang didapat dari hasil wawancara ini kemudian diringkas untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini dan melihat bagaimana respon siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

F. Pengembangan Bahan Ajar

Pada penelitian ini materi yang akan diajarkan adalah mengenai bangun ruang tabung dengan standar kompetensi memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dan kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.

Pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran etnomatematika berbasis budaya sunda yang menghubungkan budaya dengan matematika. Kegiatan belajar selalu dilengkapi dengan lembar kerja agar siswa mudah memahami. Lembar kerja disusun berdasarkan materi sifat-sifat bangun ruang. Pada penelitian ini, peneliti akan menitik beratkan penggunaan media alat musik khas sunda yang terbuat dari bambu seperti suling yaitu angklung. Hal ini dilakukan karena alat musik tersebut memiliki model tabung yang dapat membantu kegiatan belajar dan mengenalkan siswa mengenai bentuk tabung yang bisa ditemukan dalam kegidupan sehari-hari yang tidak jauh dari siswa.


(33)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penemuan dan pembahasan mengenai pembelajaran Etnomatematika Sunda dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa Sekolah Dasar pada materi sifat-sifat bangun ruang tabung maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Penelitian Dedactical Design Research (DDR)

Jenis-jenis learning obstacle yang ditemukan terkait materi sifat-sifat bangun ruang tabung adalah sebagai berikut :

a. Tipe 1 : Learning obstacle terkait dengan pemahaman konsep yang sudah ada pada diri siswa mengenai unsur-unsur bangun ruang tabung.

b. Tipe 2 : Learning obstacle terkait dengan jaring-jaring bangun ruang tabung.

c. Tipe 3 : Leraning obstacle terkait dengan kemampuan kritis siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah yang berhubungan dengan bangun ruang tabung.

Implementasi Desain Didaktik Awal (DDA) dilakukan satu kali dan langsung dilanjutkan dengan Revisi Desain Didaktik (RDD) yang merupakan desain pembelajaran yang sudah optimal untuk dilaksanakan pada tahapan eksperimen.

2. Penelitian Eksperimen

a. Secara keseluruhan untuk nilai pretes dan postes dari ketiga kelas yang diteliti (Eksperimen-DDR, Eksperimen-nonDDR, dan Kontrol) pada uji normalitas ketiganya berada dalam data yang berdistribusi normal berdasarkan hasil uji normalitas One Sample

Kolmogrov-Smirnov, tes homogenitas Bartlett untuk ketiga kelas pun sudah


(34)

89

dengan signifikansi nilai yang didapatkan 0,006 < 0,05 sehingga Ho

ditolak yang menandakan adanya perbedaan pada ketiga sampel kelas tersebut dan kelas yang lebih unggul adalah kelas Etnomatematika-DDR.

b. Adapun analisis skala disposisi siswa terhadap proses pembelajaran metamatika dengan menggunakan model pembelajaran Etnomatematika Sunda pada materi yang diujikan dikatakan sudah optimal. Sedangkan dari respon yaang diberikan siswa pada saat pembelajaran berlangsung sudah baik,, mereka dapat menngali kemampuan untuk mengkonstruk dan menemukan hal baru dalam pembelajaran dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis pada saat belajar.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas mengenai penerapan model pembelajaran Etnomatematika-DDR dapat disampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Untuk Rekan Guru

a. Dengan menggunakan model pembelajaran Etnomatematika-DDR dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar pada materi bangun ruang tabung.

b. Dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, guru berperan sebagai fasilitator sehingga menciptakan pembelajaran yang bermakna, dan memfasilitasi siswa untuk aktif di dalam kelas baik secara individual maupun secara kelompok.

c. Agar siswa aktif dalam diskusi kelas, maka guru harus memberikan morivasi pada siswa untuk belajar aktif ketika sedang berdiskusi dan guru harus membahas hasil diskusi siswa juga memberikan penghargaan bagi setiap siswa sehingga melatih keberanian siswa terutama saat di depan kelas.

d. Menggunakan alat-alat peraga atau media belajar yang cukup, tepat dan menarik sesuai denga materi pembelajaran terutama yang ada di


(35)

90

lingkungan siswa, sehingga siswa mudah untuk membayangkan ataupun menggunakannya sebagai alata peraga.

e. Selain hal-hal di atas, bimbingan dan pelatihan guru di sekolah, bimbingan dan perhatian orang tua di rumah serta kerjasama antara guru dengan orang tua suswa sangat dibutuhkan demi berkembangnya potensi dan kemampuan-kemampuan matematis siwa terlebih lagi dalam kemampuan berpikir kritisnya sehingga diharapkan dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, kemampuan-kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat berkembang secara optimal. 2. Untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini masih bisa dikembangkan terutama dengan memperhatikan waktu penelitian yang bisa ditambah agar hasil penelitian maksimal dan juga materi yang diberikan bisa lebih diperkaya ataupun menerapkan pada konsep pembelajaran yang lainnya.


(36)

BIBLIOGRAFI

Angklung Udjo (2015, 8 April). Cara Membuat Alat Musik Angklung [Forum

Online]. Diakses dari http://www.tukangangklung.com/2011/03/cara-membuat-alat-musik-angklung.html.

Dahar, R. (2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Hamalik, O. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Natasya, A. (2014) Makalah Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran. [Online].

Diakses dari

https://www.academia.edu/6942172/MAKALAH_DAYA_PEMBEDA_D AN_TINGKAT_KESUKARAN_UNTUK_MEMENUHI_TUGAS_5_MA TAKULIAH

Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 19

Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Safitri, U. (2014). Statistikapendidikan.com-Berbagi untuk Membangun

Bangsa-Uji Validitas Dan Reliabilitas. [online]. Diakses dari https://www.academia.edu/5170798/Uji_Validitas_Dan_Reliabilitas

Santrock, w. Jhon. (2009). Tteori Interferensi [Online]. Diakses dari: www.pendidikanekonomi.com/2013/03/teori-tentang-lupa/html?m=1

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriadi. (2011). Pembelajaran Etnomatematika dengan Media Lidi dalam Operasi Perkalian Matematika untuk Meningkatkan Karakter Kreatif dan Cinta Budaya Lokal Mahasiswa PGSD. Seminar Nasional STKIP

Siliwangi Bandung.

Supriadi. (2014a). Kapita Selekta Matematika: Untuk Guru SD dan Mahasiswa


(37)

Supriadi. (2014b). Kemampuan Dan Disposisi Pemodelan Sertaberpikir Kreatif

Matematik, Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika, Budaya Sunda. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung. Supriadi. (2014). Developing Mathematical Modeling

Ability Students Elementary School Teacher Education through Ethnomathematics-Based Contextual Learning. International Journal of Education and Research. hlm. 450.

Suryadi, D. (2010). Penelitian Pembelajaran Matematika Untuk Pembentukan Karakter Bangsa, Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan

Pendidikan Matematika. Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Suryadi, D & Turmudi. (2011) Kesetaraan Didactical Design Research (DDR) dengan Matematika Realistik Dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan

Matematika UNS.

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Gramedia Group.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3

Wahyuni, A dkk. (2013). Peran Etnomatematika Dalam Membangun Karakter

Bangsa. ISBN : 987 – 979 – 16353 – 9 – 4. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta.

Wulandari, Y. (2014). Desain Didaktik Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dalam Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang (Didactical Design Research di Kelas V SD Negeri Curugmanis

Kecamatan Curug Kota Serang Tahun 2013/20114). (Skripsi). Sekolah

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang: Serang.


(1)

39

dengan menggunakan persentase berdasarka kriteria Kuntjaraningrat (Supriadi, 2014, hlm. 84) sebagai berikut :

Tabel 3.8

Kiteria Persentase Skala Disposisi

Persentase Kriteria

P=0% Tak seorang pun

0%<P<25% Sebagian kecil 25%≤P<50% Hampir setengahnya

P=50% Setengahnya

50%<P<75% Sebagian besar 75%≤P<100% Hampir seluruhnya

P=100% Seluruhnya

5) Analisis Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan kepada beberapa sampel pada masing-masing tahapan yaitu tahap DDR dan tahap eksperimen. Sampel diambil dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan kurang, sedang, dan tinggi. Data yang didapat dari hasil wawancara ini kemudian diringkas untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini dan melihat bagaimana respon siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

F. Pengembangan Bahan Ajar

Pada penelitian ini materi yang akan diajarkan adalah mengenai bangun ruang tabung dengan standar kompetensi memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dan kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.

Pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran etnomatematika berbasis budaya sunda yang menghubungkan budaya dengan matematika. Kegiatan belajar selalu dilengkapi dengan lembar kerja agar siswa mudah memahami. Lembar kerja disusun berdasarkan materi sifat-sifat bangun ruang. Pada penelitian ini, peneliti akan menitik beratkan penggunaan media alat musik khas sunda yang terbuat dari bambu seperti suling yaitu angklung. Hal ini dilakukan karena alat musik tersebut memiliki model tabung yang dapat membantu kegiatan belajar dan mengenalkan siswa mengenai bentuk tabung yang bisa ditemukan dalam kegidupan sehari-hari yang tidak jauh dari siswa.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penemuan dan pembahasan mengenai pembelajaran Etnomatematika Sunda dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa Sekolah Dasar pada materi sifat-sifat bangun ruang tabung maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Penelitian Dedactical Design Research (DDR)

Jenis-jenis learning obstacle yang ditemukan terkait materi sifat-sifat bangun ruang tabung adalah sebagai berikut :

a. Tipe 1 : Learning obstacle terkait dengan pemahaman konsep yang sudah ada pada diri siswa mengenai unsur-unsur bangun ruang tabung.

b. Tipe 2 : Learning obstacle terkait dengan jaring-jaring bangun ruang tabung.

c. Tipe 3 : Leraning obstacle terkait dengan kemampuan kritis siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah yang berhubungan dengan bangun ruang tabung.

Implementasi Desain Didaktik Awal (DDA) dilakukan satu kali dan langsung dilanjutkan dengan Revisi Desain Didaktik (RDD) yang merupakan desain pembelajaran yang sudah optimal untuk dilaksanakan pada tahapan eksperimen.

2. Penelitian Eksperimen

a. Secara keseluruhan untuk nilai pretes dan postes dari ketiga kelas yang diteliti (Eksperimen-DDR, Eksperimen-nonDDR, dan Kontrol) pada uji normalitas ketiganya berada dalam data yang berdistribusi normal berdasarkan hasil uji normalitas One Sample Kolmogrov-Smirnov, tes homogenitas Bartlett untuk ketiga kelas pun sudah homogen, serta untuk uji One Way Anova Postes diperoleh nilai


(3)

89

dengan signifikansi nilai yang didapatkan 0,006 < 0,05 sehingga Ho ditolak yang menandakan adanya perbedaan pada ketiga sampel kelas tersebut dan kelas yang lebih unggul adalah kelas Etnomatematika-DDR.

b. Adapun analisis skala disposisi siswa terhadap proses pembelajaran metamatika dengan menggunakan model pembelajaran Etnomatematika Sunda pada materi yang diujikan dikatakan sudah optimal. Sedangkan dari respon yaang diberikan siswa pada saat pembelajaran berlangsung sudah baik,, mereka dapat menngali kemampuan untuk mengkonstruk dan menemukan hal baru dalam pembelajaran dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis pada saat belajar.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas mengenai penerapan model pembelajaran Etnomatematika-DDR dapat disampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Untuk Rekan Guru

a. Dengan menggunakan model pembelajaran Etnomatematika-DDR dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar pada materi bangun ruang tabung.

b. Dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, guru berperan sebagai fasilitator sehingga menciptakan pembelajaran yang bermakna, dan memfasilitasi siswa untuk aktif di dalam kelas baik secara individual maupun secara kelompok.

c. Agar siswa aktif dalam diskusi kelas, maka guru harus memberikan morivasi pada siswa untuk belajar aktif ketika sedang berdiskusi dan guru harus membahas hasil diskusi siswa juga memberikan penghargaan bagi setiap siswa sehingga melatih keberanian siswa terutama saat di depan kelas.

d. Menggunakan alat-alat peraga atau media belajar yang cukup, tepat dan menarik sesuai denga materi pembelajaran terutama yang ada di


(4)

90

lingkungan siswa, sehingga siswa mudah untuk membayangkan ataupun menggunakannya sebagai alata peraga.

e. Selain hal-hal di atas, bimbingan dan pelatihan guru di sekolah, bimbingan dan perhatian orang tua di rumah serta kerjasama antara guru dengan orang tua suswa sangat dibutuhkan demi berkembangnya potensi dan kemampuan-kemampuan matematis siwa terlebih lagi dalam kemampuan berpikir kritisnya sehingga diharapkan dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, kemampuan-kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat berkembang secara optimal. 2. Untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini masih bisa dikembangkan terutama dengan memperhatikan waktu penelitian yang bisa ditambah agar hasil penelitian maksimal dan juga materi yang diberikan bisa lebih diperkaya ataupun menerapkan pada konsep pembelajaran yang lainnya.


(5)

BIBLIOGRAFI

Angklung Udjo (2015, 8 April). Cara Membuat Alat Musik Angklung [Forum Online]. Diakses dari http://www.tukangangklung.com/2011/03/cara-membuat-alat-musik-angklung.html.

Dahar, R. (2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Hamalik, O. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Natasya, A. (2014) Makalah Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran. [Online].

Diakses dari

https://www.academia.edu/6942172/MAKALAH_DAYA_PEMBEDA_D AN_TINGKAT_KESUKARAN_UNTUK_MEMENUHI_TUGAS_5_MA TAKULIAH

Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 19

Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Safitri, U. (2014). Statistikapendidikan.com-Berbagi untuk Membangun Bangsa-Uji Validitas Dan Reliabilitas. [online]. Diakses dari https://www.academia.edu/5170798/Uji_Validitas_Dan_Reliabilitas

Santrock, w. Jhon. (2009). Tteori Interferensi [Online]. Diakses dari: www.pendidikanekonomi.com/2013/03/teori-tentang-lupa/html?m=1

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriadi. (2011). Pembelajaran Etnomatematika dengan Media Lidi dalam Operasi Perkalian Matematika untuk Meningkatkan Karakter Kreatif dan Cinta Budaya Lokal Mahasiswa PGSD. Seminar Nasional STKIP Siliwangi Bandung.

Supriadi. (2014a). Kapita Selekta Matematika: Untuk Guru SD dan Mahasiswa PGSD. Serang: UPI Kampus Serang.


(6)

Supriadi. (2014b). Kemampuan Dan Disposisi Pemodelan Sertaberpikir Kreatif Matematik, Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika, Budaya Sunda. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Supriadi. (2014). Developing Mathematical Modeling Ability Students Elementary School Teacher Education through Ethnomathematics-Based Contextual Learning. International Journal of Education and Research. hlm. 450.

Suryadi, D. (2010). Penelitian Pembelajaran Matematika Untuk Pembentukan Karakter Bangsa, Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika. Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Suryadi, D & Turmudi. (2011) Kesetaraan Didactical Design Research (DDR) dengan Matematika Realistik Dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika UNS.

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Gramedia Group.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3

Wahyuni, A dkk. (2013). Peran Etnomatematika Dalam Membangun Karakter Bangsa. ISBN : 987 – 979 – 16353 – 9 – 4. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta.

Wulandari, Y. (2014). Desain Didaktik Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dalam Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang (Didactical Design Research di Kelas V SD Negeri Curugmanis Kecamatan Curug Kota Serang Tahun 2013/20114). (Skripsi). Sekolah Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang: Serang.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD: Didactical Design Research dan StudiEksperimen pada Kelas III Sekolah Dasar diKota BogorTahunAjaran 2014/2015.

0 1 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATIC PROJECT (MMP) BERBASIS KONTRUKTIVISME UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR :Didactical Design Research dan Studi Eksperimen di kelas V di Sekolah Dasar Kec. Taktakan Kota Seran

0 4 49

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI GAYA MAGNET (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatimulya II dan SDN Jatimulya III Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka).

0 0 34

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KEMAMPUAN OTAK (BRAIN BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA : Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Sekolah Dasar di Kota Bandung.

1 2 91

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR : Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 4 50

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR :Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas V SDN di Kota Bandung.

0 0 46

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ETNOMATEMATIKA

0 0 8

MODEL PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS ETNOSAINS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 5 6

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK PESERTA DIDIK (Studi Eksperimen di Kelas V SDN Gununglipung Kota Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2015/2016)

0 0 15