PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013.

(1)

LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP

SISWA PADA KURIKULUM 2013

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

RIZKI PRATAMA 1201653

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN

LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP

SISWA PADA KURIKULUM 2013

Oleh

Rizki Pratama 1201653

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Pendidikan Biologi Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Pendidikan Indonesia

f.rizki@rocketmail.com Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,


(3)

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN

LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA

PADA KURIKULUM 2013

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Achmad Munandar, M.Pd

NIP. 194907131976031002

Pembimbing II,

Dr. Yayan Sanjaya, M.Si

NIP. 197112312001121001

Mengetahui,

Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Biologi

Dr. H. Riandi, M.Si


(4)

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN

KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013

Rizki Pratama

Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia

f.rizki@rocketmail.com

ABSTRAK

Perubahan kurikulum di Indonesia menuntut siswa untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah. Desain pembelajaran berbasis problem solving merupakan acuan dalam pengembangan kegiatan pembelajaran. Dari beberapa kajian literatur diketahui bahwa kegiatan pembelajaran berbasis problem solving dalam pembelajaran biologi jarang dilaksanakan, terutama dalam kegiatan praktikum. Oleh karena itu, desain kegiatan praktikum berbasis problem solving diharapkan menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh kegiatan praktikum berbasis problem solving terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa. Untuk mengukur penguasaan konsep siswa digunakan metode quasi experiment dengan desain nonequivalent control group design. Sementara untuk sikap siswa dilakukan observasi melalui video pembelajaran dan angket sikap siswa. Data penguasaan konsep siswa diperoleh dari hasil belajar siswa dan selanjutnya di uji dengan menggunakan uji t untuk membandingkan hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen. Dari hasil uji statistik diperoleh p-value yang lebih kecil dari sig α (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas eksperimen. Untuk domain sikap diperoleh bahwa siswa mengamati proses kegiatan pembelajaran sebesar 37%, menanggapi informasi yang diterima sebesar 39%, menghargai keberhasilan teman sebesar 17% dan mengorganisasikan proses pembelajaran sebesar 6%.


(5)

’S

2013 CURRICULUM

Rizki Pratama

Biology Education Study Program Indonesian Education University

f.rizki@rocketmail.com

ABSTRACT

Indonesian curriculums change requires students to have problem solving ability. The design of learning based on problem solving become a reference to develop the learning activities. Some article review’s showed the learning based on problem solving in biology are rarely implemented, especially in the practical work. Practical work based on problem solving activity are expected to be one factors for improving the quality of biology learning. This study aimed to see how the effect of practical work based on problem solving in improving student’s understanding of concept and attitude. Quasi experiment method with nonequivalent control group design was used to measure students' understanding of concepts.

Video observation and student quitioner was used for measure student’s attitude. The obtained data from the students' understanding of concept from learning outcomes tested using t test to compare the student learning outcome in control and experiment classes. The result from statistical test obtained p-value smaller than α sig (0.000 <0.05). This result suggests a significantly increase in learning outcomes from experimental class. From

student’s quitioner found that students observed the learning activities by 37%, responding to information received by 39%, rewarding success of 17% and a organization by 6%


(6)

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh National Research Council (NRC) dalam Lai dan Viering (2012) tentang topik “kemampuan mengajar dan menilai pada abad 21” mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa untuk masuk keperguruan tinggi dan dunia kerja, beberapa diantaranya adalah: 1). Kemampuan kognitif seperti berpikir kritis, problem solving, dan berpikir sistematis; 2). Kemampuan interpersonal seperti komunikasi kompleks, kemampuan sosial, kerjasama, sensitivitas kebudayaan dan hal-hal yang berkaitan dengan keseragaman; 3). Kemampuan intrapersonal seperti manajemen diri, manajemen waktu, pengembangan diri, regulasi diri, kemampuan beradaptasi dan fungsi eksekutif. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu landasan bagi pemerintah untuk melakukan perubahan kurikulum di Indonesia dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Indonesia.

Menurut Mulyasa (2013), perubahan kurikulum di Indonesia juga disebabkan karena pengaruh perubahan dan tantangan zaman yang terjadi saat ini sehingga bangsa Indonesia harus menyesuaikan diri terhadap arah perubahan tersebut. Selain itu Sagala (2013) juga menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan kurikulum tersebut adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa di Indonesia untuk mencapai tujuan pendidikan serta bekal hidup di dalam masyarakat.

Terjadinya perubahan dan pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi Kurikulum 2013 disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Hasil studi Internasional tentang kemampuan peserta didik Indonesia dari hasil survey Trends in International Math and Science (TIMS) di tahun 2007 menunjukkan bahwa hanya 5% peserta didik Indonesia mampu


(7)

menyelesaikan soal penalaran berkategori tinggi; 2) Hasil studi yang dilakukan Programme for International Student Assesment (PISA) di tahun 2009 yang menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar dari 65 negara peserta PISA; 3) Terdapat beberapa kelemahan dan kesenjangan yang terdapat pada kurikulum yang lama sehingga diperlukannya perubahan kurikulum; 4) Kondisi remaja Indonesia saat ini yang dihadapkan kepada berbagai permasalahan, seperti perkelahian pelajar, perjudian, penggunaan obat-obat terlarang, pergaulan bebas, serta berbagai kecurangan di dalam ujian; 5) Tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks seperti era globalisasi dan pasar bebas, serta kemajuan teknologi dan informasi diseluruh negara di dunia yang mengharuskan negara Indonesia harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Dengan terjadinya perubahan kurikulum, maka komponen pendidikan pun ikut berubah, seperti susunan mata pelajaran dan materi pelajaran, termasuk salah satunya mata pelajaran biologi di sekolah. Mata pelajaran biologi merupakan suatu mata pelajaran yang memiliki konsep-konsep abstrak, yaitu konsep yang tidak bisa dilihat dan dipahami secara langsung. Dengan karakteristik mata pelajaran yang seperti itu, di dalam pembelajarannya siswa mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran dan bahkan sering terjadi miskonsepsi pada siswa, seperti beberapa materi tentang kromosom, tansportasi air pada tanaman, genetika, respirasi sel, sintesis protein, fotosintesis, sistem syaraf (Tekkaya, 2001; Newman, 2012) dan masih banyak lagi materi lain yang sulit untuk dimengerti oleh siswa. Oleh karena itu diperlukan strategi khusus agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan. Salah satu strategi umum yang selama ini digunakan untuk membantu siswa dalam memahami pembelajaran biologi yaitu dengan menggunakan kegiatan praktikum.

Menurut beberapa ahli, kegiatan praktikum berperan penting di dalam mengembangkan pengetahuan siswa tentang sains (Millar, 2004; Hogstrom, 2010). Banyak penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan praktikum di sekolah memberikan hasil yang memuaskan, banyak perubahan


(8)

3

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang terjadi pada siswa yang diajarkan dengan menggunakan kegiatan praktikum dari siswa yang diajarkan dengan metode konvensional di kelas (Thair, 1997). Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan kegiatan praktikum berperan sangat besar dalam membantu siswa mempelajari konsep yang terdapat pada pembelajaran sains, khususnya pada pembelajaran biologi.

Terkait dengan kegiatan praktikum, Wellington (1989) mengungkapkan bahwa pembelajaran sains pernah dilaksanakan di dalam laboratorium selama satu abad. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan kegiatan praktikum di dalam laboratorium memiliki banyak kelebihan sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran sains (biologi) akan menjadi lebih bermanfaat jika dilaksanakan di dalam kegiatan laboratorium. Woodley (2009) juga menambahkan bahwa bagi guru yang mengajarkan sains di Inggris, kegiatan praktikum merupakan bagian dari proses pengajaran dan pembelajaran, sehingga dalam beberapa tahun, terlihat bahwa siswa di Inggris menghabiskan waktu mereka di dalam laboratorium saat mempelajari sains.

Namun demikian, walaupun kegiatan praktikum telah terbukti mampu membantu siswa di dalam memahami pelajaran, temuan peneliti dilapangan justru memperlihatkan sisi lain di dalam penyelenggaraan kegiatan praktikum di sekolah. Kajian yang peneliti lakukan terhadap temuan di lapangan menunjukkan bahwa guru terlihat kurang mempersiapkan pelaksanaan kegiatan praktikum di sekolah. Hal ini terlihat dari kegiatan praktikum yang masih dirancang secara konvensional, yaitu guru memberikan materi awal, siswa melaksanakan kegiatan praktikum dan setelah itu berdiskusi. Hal ini sejalan dengan temuan lain yang mengungkapkan bahwa guru masih merasa enggan untuk melaksanakan kegiatan praktikum karena menyita waktu dan tenaga (Anggraeni, 2001; Wulan, 2003; Rahman, et all, 2011). Banyak faktor yang menyebabkan guru merasa enggan untuk melaksanakan kegiatan praktikum, mulai dari terbatasnya waktu, dukungan dana yang kurang serta faktor lain (White, 1996; Hogstrom, 2010).

Selain itu, alur kegiatan praktikum juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kegiatan praktikum yang bersifat monoton untuk siswa seperti


(9)

hanya mengikuti prosedur pada penuntun praktikum terbukti kurang efektif di dalam peningkatan pemahaman siswa, karena siswa hanya mengikuti serangkaian kegiatan praktikum tanpa memahami mengapa mereka melaksanakan kegiatan tersebut (Hogstrom, 2009). Dari penjelasan di atas, muncul tantangan baru dalam kegiatan praktikum, yaitu bagaimana menyesuaikan tuntutan kurikulum dengan pelaksanaan kegiatan praktikum di sekolah. Selain itu, terdapat tantangan bagi guru untuk mengembangkan kegiatan praktikum yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, menunjang rasa ingin tahu siswa dan melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan praktikum, serta bagaimana desain yang bagus untuk menciptakan kegiatan praktikum yang lebih bermakna bagi siswa. Salah satu langkah yang dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan praktikum berbasis problem solving.

Dalam PISA (Programme for International Student Assessment) atau Program Penilaian Pelajar Internasional, terdapat soal dengan karakteristik problem solving sebanyak 58 persen (OECD, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa penekanan tentang pentingnya problem solving di dalam kegiatan pembelajaran sangat dibutuhkan secara Internasional untuk menunjang kemampuan siswa pada masing-masing negara, terutama dinegara Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan metode problem solving di dalam kegiatan pembelajaran terutama kegiatan praktikum diharapkan mampu meningkatkan prestasi Indonesia secara Internasional.

Sejalan dengan hal ini, Woolnough (1994) dalam Millar (2004) menyatakan bahwa pengembangan penguasaan konsep siswa terhadap sains terjadi apabila siswa dilibatkan saat memproses informasi. Memproses informasi yang dimaksud berupa tindakan yang ditempuh guru dalam melibatkan siswa membangun pengetahuannya secara mandiri, siswa berinteraksi langsung dengan apa yang mereka pelajari. Hal ini akan lebih bagus lagi jika kegiatan pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Lu (2010) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran biologi, interaksi siswa dengan kehidupan nyata merupakan suatu hal yang sangat fundamental


(10)

5

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di dalam pembelajaran sains. Keterkaitan antara pengalaman nyata dengan konsep biologi yang siswa dapatkan akan membantu siswa dalam meningkatkan pemahamannya.

Penggunaan problem solving di dalam kegiatan pembelajaran telah banyak dilakukan oleh peneliti lain, beberapa diantaranya adalah digunakan sebagai model pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa maupun hasil belajar siswa (Desi, 2013; Sulastri, 2012; Ula, 2012; Sukardi, 2012; Restiana, 2012; Pusparini, 2012; Susilawati, 2010; Husni 2012), dalam meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa (Bansu, 2012; Benny, 2012), serta meningkatkan penguasaan konsep siswa (Wasono, 2012; Hesti, 2011; Henny; 2012). Namun untuk penggunaan problem solving di dalam kegiatan praktikum masih sedikit sekali ditemukan, terutama pada pembelajaran biologi. Di dalam pelaksanaannya, kegiatan praktikum berbasis problem solving lebih menekankan kepada peningkatan kemampuan berpikir siswa secara kritis. Dengan menghadirkan suatu masalah kepada siswa, siswa dilatih untuk berpikir secara kritis dalam menemukan solusi terhadap permasalahan tersebut. Dalam mencari solusi, siswa diperbolehkan untuk berdiskusi dengan teman dikelas untuk memperkuat argumen mereka dan mengasah keterampilan berkomunikasi bagi siswa. Masalah yang dihadirkan pun tidak terlepas dari masalah-masalah yang ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan praktikum problem solving jauh berbeda dengan kegiatan praktikum biasa yang dilaksanakan di sekolah. Di sekolah, kegiatan praktikum cendrung monoton, siswa hanya melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan arahan penuntun praktikum tanpa mereka mengetahui tujuan dari praktikum yang dilaksanakan. Selain itu, masalah yang dihadapkan kepada siswa cendrung yang terdapat pada buku pelajaran, siswa jarang dihadapkan pada masalah yang ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari sehingga kegiatan praktikum dirasakan cukup bosan bagi siswa. Dengan kegiatan praktikum berbasis problem solving, diharapkan tantangan kurikulum untuk menciptakan generasi yang produktif, kreatif, inovatif dan


(11)

efektif ini dapat terlaksana sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia kedepannya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan masalah pokok penelitian ini yaitu: “Bagaimana pengaruh kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem solving dalam meningkatkan penguasaan konsep dan sikap siswa pada kurikulum 2013?”

Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap masalah yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem solving yang sesuai dengan Kurikulum 2013?

2. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen?

3. Bagaimana pengaruh kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem solving terhadap sikap siswa di kelas?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengkaji bagaimana langkah kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem solving yang sesuai dengan kurikulum 2013.

2. Menganalisis peningkatan konsep siswa siswa melalui nilai pretest dan postest yang diperoleh siswa setelah diberikan pembelajaran berupa kegiatan praktikum berbasis problem solving.

3. Menelaah pengaruh kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem solving terhadap sikap siswa di kelas.


(12)

7

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.4. Manfaat

Kajian mengenai pengaruh kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem solving dalam meningkatkan penguasaan konsep dan sikap siswa pada kurikulum 2013 ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran sebagai temuan baru dalam mengembangkan kegiatan praktikum di sekolah serta bidang penelitian lain yang lebih luas. Sedangkan secara praktis dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, misalnya: 1. Para peneliti di bidang pendidikan, yaitu memberikan gambaran tentang

bagaimana mendesain suatu kegiatan praktikum sehingga dapat melakukan pengembangan pada kegiatan praktikum lainnya.

2. Guru biologi, yaitu memberikan masukan tentang bagaimana mendesain sebuah kegiatan praktikum agar siswa menjadi lebih termotivasi di dalam pembelajaran biologi.

3. Sekolah, yaitu memberikan masukan tentang mendesain suatu kegiatan pembelajaran dalam bentuk praktikum sehingga dapat menjadi masukan dalam mendesain kegiatan pembelajaran lain.

1.5. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dari penelitian yang akan dilaksankan serta keterbatasaan–keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Langkah kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem solving disusun dengan menerapkan langkah-langkah problem solving di dalam kegiatannya.

2. Kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem solving dilakukan pada kelas X yang telah menerapkan kurikulum 2013.


(13)

3. Sikap siswa yang di observasi didalam penelitian ini adalah domain sikap Krathwohl (1964) yang terdiri dari: a) Memperhatikan; b) Mengamati; c) Menanggapi; dan d) Mengorganisasikan.


(14)

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

3.1.1. Kegiatan Praktikum Berbasis Problem solving

Kegiatan praktikum berbasis problem solving merupakan kegiatan praktikum yang memiliki beberapa tahapan didalam pelaksanaannya, yaitu tahapan mengidentifikasi masalah, pencarian strategi, implementasi strategi dan evaluasi. Langkah kegiatan praktikum problem solving dapat dilihat didalam RPP yang digunakan serta LKS yang dibagikan kepada siswa.

3.1.2. Penguasaan konsep Siswa

Penguasaan konsep siswa dilihat dari peningkatan nilai pretest dan postest yang diperoleh siswa setelah diberikan perlakuan berupa kegiatan pembelajaran berbasis problem solving. Peningkatan nilai pretest dan postest yang dicapai oleh siswa dianalisis dengan membandingkan nilai N-gain pada kedua kelas. Instrumen yang digunakan adalah 25 butir soal pilihan ganda dan 8 butir soal uraian yang sebelumnya telah di judgment kepada dua dosen ahli.

3.1.3. Sikap Siswa

Sikap siswa di observasi dengan menggunakan domain sikap Karthwohl (1964) yang terdiri atas domain sikap memperhatikan, menanggapi, menghargai dan mengorganisasikan. Observasi dilakukan melalui video pembelajaran dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software videograph untuk mempersentasekan domain sikap siswa yang muncul selama kegiatan pembelajaran berlangsung.


(15)

3.2. Metode dan Desain Penelitian

3.2.1. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experimental) dengan desain nonequivalent control group design. Kelompok pertama menggunakan kegiatan praktikum berbasis problem solving, sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol yang melaksanakan kegiatan praktikum seperti biasa. Desain dalam penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 3.1 berikut:

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X0 O2

Tabel 3.1. Desain penelitian Keterangan:

X1 = Perlakuan berupa kegiatan praktikum berbasis problem solving

X0 = Perlakuan berupa kegiatan praktikum verifikasi

O1 = Pretest pada kegiatan praktikum berbasis problem solving.

O2 = Posttest tes pada kegiatan praktikum biasa

Kedua kelompok diberi tes awal dengan soal yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Tes awal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal dan sifat homogenitas dari kedua kelompok tersebut. Kemudian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi perlakuan, setelah itu diberikan tes akhir yang sama.


(16)

63

3.2.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X IPA pada salah satu SMA di Kota Bandung tahun pelajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara purposive sampling. Pertimbangan penggunaan teknik purposive sampling ialah sesuai dengan tujuan penelitian, sampel yang akan dipilih merupakan siswa kelas X. Pengelompokkan sampel terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

3.3.1. Tahap Perencanaan

Pada awal tahapan ini, peneliti melaksanakan studi pendahuluan untuk menentukan rumusan masalah yang akan peneliti angkat di dalam penelitian ini. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan dilaksanakan di beberapa sekolah di Bandung. Setelah melakukan studi pendahuluan, untuk selanjutnya peneliti menetapkan rumusan masalah yang akan peneliti angkat di dalam penelitian ini, yaitu bagaimana pengaruh kegiatan praktikum berbasis problem solving terhadap penguasaan konsep siswa pada Kurikulum 2013. Untuk selanjutnya peneliti melakukan kajian literatur terhadap jurnal dan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan kegiatan berbasis problem solving. Selanjutnya peneliti menentukan materi apa yang akan peneliti ambil untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis problem solving.

Setelah menemukan materi yang cocok dalam mengimplementasikan kegiatan tersebut, peneliti merancang bentuk kegiatan praktikum yang disesuaikan dengan problem solving. Setelah rancangan kegiatan praktikum selesai, untuk selanjutnya peneliti menyusun perangkat pembelajaran dan beberapa instrumen


(17)

penelitian yang mendukung keterlaksanaan kegiatan praktikum ini. Selanjutnya peneliti melakukan validasi secara konten terhadap instrumen yang akan digunakan kepada dua orang dosen ahli. Setelah melaksanakan validasi secara konten, untuk selanjutnya peneliti melaksanakan validasi secara konstruk kepada siswa di beberapa sekolah di Bandung dan untuk selanjutnya dilakukan revisian terhadap instrumen yang telah peneliti rancang. Setelah melakukan revisi terhadap instrumen yang akan peneliti gunakan, untuk selanjutnya peneliti mempersiapkan surat izin penelitian dan melaksanakan penelitian sesuai dengan rancangan yang telah peneliti susun.

3.3.2. Tahap Pelaksanaan

Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan tes awal kepada dua kelas untuk melihat bagaimana tingkat pemahaman siswa pada awal sebelum pelaksanaan kegiatan penelitian. Hasil dari tes awal tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan software SPSS 19 untuk melihat apakah terdapat perbedaan pemahaman awal siswa pada kedua kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya peneliti menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dari kedua kelas tersebut. Kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa kegiatan praktikum berbasis problem solving sementara kelas kontrol diberikan perlakuan berupa kegiatan praktikum konvensional. Setelah melaksanakan kegiatan penelitian, maka untuk selanjutnya peneliti melaksanakan tes akhir untuk melihat bagaimana peningkatan yang dicapai oleh siswa pada kedua kelas tersebut. 3.3.3. Tahap Akhir

Setelah mendapatkan nilai tes awal dan tes akhir siswa, untuk selanjutnya peneliti mengolah data hasil penelitian dengan menggunakan software SPSS 19. Pengolahan data yang dilakukan beberapa diantaranya adalah uji normalitas, uji homogenitas, serta


(18)

65

uji parametrik / non parametrik. Setelah melaksanakan uji tersebut, untuk selanjutnya peneliti melakukan uji N-gain untuk melihat peningkatan yang dialami oleh siswa. Selanjutnya peneliti melakukan pembahasan dengan membahas temuan-temuan di dalam penelitian dan pada akhir kegiatan peneliti melakukan penarikan kesimpulan terhadap keseluruhan proses yang telah dilakukan selama kegiatan penelitian.


(19)

3.3 Alur Penelitian

Secara garis besar bagan alur penelitian ini diperlihatkan pada Gambar 1.

Studi Pendahuluan

Merumuskan Masalah

Studi literatur tentang kegiatan praktikum berbasis problem solving

Penyusunan Instrumen (soal pretest dan postest)

Pengembangan desain kegiatan praktikum berbasis

problem solving dengan

langkah sebagai berikut: 1. Analisis KI dan KD 2. Perancangan kegiatan

praktikum berbasis

problem solving

3. Uji coba secara mandiri Validasi dan Revisi

Tes awal

Kegiatan praktikum berbasis problem

solving disertai video

pembelajaran

Kegiatan pembelajaran secara konvensional

Analisis Data

Kesimpulan Tes akhir Uji coba soal


(20)

67

Dari gambar 3 dapat dijelaskan bahwa alur penelitian yang dilakukan pada tahap awal adalah peneliti melakukan studi pendahuluan pada beberapa sekolah untuk menemukan masalah yang akan penulis angkat di dalam penelitian ini. Setelah melakukan analisis terhadap temuan yang peneliti dapatkan dari hasil studi pendahuluan, maka selanjutnya peneliti merumuskan masalah penelitian. Setelah merumuskan masalah penelitian, peneliti melakukan studi leteratur melalui jurnal dan buku-buku yang berhubungan dengan rumusan masalah yang telah peneliti tetapkan.

Setelah melakukan kajian literatur untuk memperkuat rumusan masalah yang telah penulis tetapkan, maka untuk selanjutnya peneliti memulai menyusun instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data penelitian. Instrumen yang penulis rancang disesuaikan dengan teori dan bahan yang telah peneliti temukan dan selanjutnya instrumen tersebut di validasi dan diuji cobakan kepada beberapa sekolah. Setelah melakukan analisis terhadap hasil uji voba tersebut, maka selanjutnya peneliti melakukan revisi terhadap instrumen yang telah dibuat dan untuk selanjutnya peneliti melaksanakan penelitian dengan menggunakan instrumen yang telah di revisi tersebut.

Penelitian dilaksanakan di dalam dua kelas, yaitu kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional dan dengan kelas eksperimen dengan metode dan desain pembelajaran yang telah disusun dari awal. Pada kelas eksperimen, langkah problem solving diawali dengan diskusi di dalam kelas terkait materi pencemaran lingkungan yang akan dipelajari siswa. Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi dan siswa diminta untuk mendiskusikan terkait kegiatan pencemaran lingkungan yang telah terjadi disekitar siswa. Setelah siswa melakukan diskusi dan menyampaikannya dikelas, untuk selanjutnya peneliti mengajak siswa untuk mendiskusikan tindakan pencemaran lingkungan yang terjadi disekolah. Salah satu cara yang digunakan didalam kegiatan ini adalah


(21)

dengan melakukan kegiatan observasi sehingga siswa benar-benar menemukan contoh dari tindakan pencemaran yang telah terjadi. Setelah siswa melakukan observasi, untuk selanjutnya siswa melanjutkan diskusi dikelas untuk memberikan pendapat mengenai tindakan pencemaran dan bagaimana untuk mengatasinya.

Pada pertemuan selanjutnya, siswa melaksanakan kegiatan praktikum berbasis problem solving untuk mengatasi salah satu bentuk dari kegiatan pencemaran, yaitu melakukan kegiatan penjernihan air. Kegiatan praktikum disusun dengan menggunakan langkah-langkah problem solving didalam pelaksanaannya. Langkah problem solving yang dilakukan memiliki empat tahapan yaitu mengidentifikasi masalah, mencari strategi dan mengimplementasikan strategi dan terakhir melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakan. Setelah siswa melaksanakan seluruh kegiatan problem solving, maka untuk selanjutnya dilanjutkan dengan melaksanakan postest untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa. Untuk selanjutnya peneliti melaksanakan analisa data dan menyimpulkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa jenis instrumen pengumpul data, yaitu soal pretest dan postest untuk mengukur penguasaan konsep siswa, LKS dan lembar observasi keterlaksanaan metode problem solving di dalam kegiatan pembelajaran serta videograph dan angket sikap siswa . Soal pretest dan postest bertujuan untuk mengukur bagaimana perubahan yang terjadi terhadap nilai siswa. Soal pretest dan postest yang peneliti rancang pada awalnya tersiri dari 34 butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal uraian. Namun setelah melaksanakan validasi instrumen dan uji coba ke beberapa sekolah, maka untuk selanjutnya soal pretest dan postest yang peneliti gunakan di dalam kegiatan penelitian menjadi 25 butir soal pilihan ganda dan 8 butir soal uraian. LKS yang digunakan merupakan LKS yang telah disesuaikan dengan langkah kegiatan problem solving. Lembar observasi digunakan untuk melakukan pengecekan terhadap keterlaksanaan


(22)

69

kegiatan praktikum berbasis problem solving, serta videograph dan angket sikap siswa untuk melihat domain sikap siswa yang terlihat selama kegiatan praktikum.

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah desain yang baru divalidasi dan direvisi, maka desain tersebut diujicobakan untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Salah satu langkah untuk mengukur keberhasilan desain ini yaitu dengan membandingkan hasil belajar siswa melalui metode eksperimen, dimana terdapat dua kelompok sampel penelitian yaitu kelompok kontrol yang menggunakan desain praktikum yang lama dan kelompok eksperimen yang menggunakan desain praktikum yang baru. Jika nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol maka desain praktikum yang baru dapat dikatakan lebih efektif dari pada desain praktikum yang lama.

3.6.1. Analisis Data Pretest dan Postest Siswa

Data yang diperoleh berupa data hasil pretest dan posttest siswa. Skor pretest dan posttest dianalisis dengan uji statistik menggunakan program SPSS for Windows versi 19.0, untuk melihat normalitas, homogenitas varians, peningkatan hasil belajar siswa. Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Asumsi normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur statistika inferential. Pada penelitian ini asumsi normalitas dieksplorasi menggunakan uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

melalui SPSS 17 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Bentuk hipotesis

untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0: data berasal dari populasi yang terdistribusi normal H1: data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value < α maka H0 ditolak dan jika P-value α maka H0 diterima. Dalam program SPSS 17


(23)

digunakan istilah significance yang disingkat Sig untuk P-value, dengan kata lain P-value = Sig.

b. Uji Homogenitas

Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas varians dengan menggunakan SPSS 19. Uji hipotesis igunakan untuk mengetahui apakah variansi kedua kelompok data sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut : H0: σ12= σ22

H1 : σ12≠ σ22

Dengan H0 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi homogen dan H1 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi tidak homogen. Dasar pengambilan keputusan, jika P-value > α maka H0 dapat diterima sedangkan jika P-value < α maka H0 ditolak. Namun sebaliknya, jika data yang diperoleh tidak homogen, maka dilakukan uji Mann Whitney.

c. Uji Hipotesis dengan Uji-t

Uji perbandingan dua rerata pada penelitian ini dilakukan menggunakan uji-t dua sampel independen melalui program SPSS 17 dengan taraf signifikansi α = 0.05. Uji-t dua sampel independen digunakan untuk membandingkan selisih dua purata (mean) dari dua sampel yang independen dengan asumsi data terdistribusi normal. Rumusan hipotesis statistik pada uji ini adalah sebagai berikut:

H0: µ1 µ2 H1: µ1 > µ2

Dimana, H0 adalah rerata skor kelas kontrol sama dengan atau lebih besar dibandingkan rerata skor kelas eksperimen dan H1 adalah rerata skor kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rerata skor kelas kontrol. Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak


(24)

71

atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value < α maka H0 ditolak dan jika P-value α maka H0 diterima.

Jika sampel tidak berasal dari populasi yang normal, maka analisis yang dipergunakan adalah analisis nonparametrik. Statistika nonparametrik yang sesuai adalah Uji Mann-Whitney U karena kedua data bersifat bebas.

3.6.2. Analisis Data N-gain Siswa

Untuk melihat peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (1999) sebagai berikut:

N-gain Keterangan:

Spos = skor posttest Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum ideal

Keberhasilan kegiatan praktikum berbasis problem solving dapat dilihat dari perbandingan rerata nilai N-Gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil jika menghasilkan N-Gain lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006).

Gain yang dinormalisasi (N-Gain) diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan hasil belajar siswa. Untuk menyatakan peningkatan hasil belajar siswa dinyatakan dengan kategori sebagai berikut:

N-Gain >0,7 Tinggi

0,3 ≥ N-Gain ≤0,7 Sedang N-Gain <0,3 Rendah

(Hake,R,1999) 3.6.2. Analisis Sikap Siswa

Data sikap siswa diperoleh melalui observasi dengan menggunakan software videograph serta dengan angket sikap siswa. Software videograph merupakan software khusus yang digunakan untuk melakukan analisis video


(25)

sehingga melalui software tersebut bisa langsung didapatkan persentase sikap siswa yang ingin diobservasi selama kegiatan pembelajaran. Angket sikap siswa dianalisis dengan pemberian skor pada setiap pernyataan sikap yang terdapat didalam angket. Pada pernyataan positif pemberian skor dimulai dari sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak setuju (TS) = 2, dan sangat tidak setuju (STS) = 1. Sedangkan pemberian skor untuk pernyataan negatif dimulai dari sangat setuju (SS) = 1, setuju (S) = 2, tidak setuju (TS) = 3, dan sangat tidak setuju (STS) = 4. Untuk selanjutnya skor yang diperoleh pada masing-masing sikap dianalisis dengan menggunakan rumus:

Persentase sikap =

x 100%

Dari persentase yang diperoleh untuk selanjutnya dilakukan pengelompokan sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 3.2 berikut (Anggraeni, 2014):

Kategori Rentang Skor

Sangat tinggi 85 - 100 %

Tinggi 70 - 84 %

Rendah 55 - 69 %

Sangat rendah 0 - 54%

Tabel 3.2. Kriteria Sikap Siswa 3.6.3. Hasil Uji Coba

Sebelum soal di uji validitas konstruk kepada siswa di sekolah, instrument terlebih dahulu di validasi secara konten melalui judgmen dari dua orang dosen ahli. Hasil validasi instrument secara konten menghasilkan 34 butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal uraian. Selanjutnya instrumen di uji validitas konstruknya kepada siswa kelas XI yang telah mendapatkan materi pencemaran lingkungan. uji coba dilaksanakan sebanyak dua kali dengan mempertimbangkan waktu dan perizinan yang didapatkan dari sekolah untuk melaksanakan uji coba soal. Setelah melakukan


(26)

73

analisis terhadap hasil pelaksanaan uji coba instrumen, selanjutnya peneliti menggunakan 25 butir soal pilihan ganda serta 8 butir soal uraian. Berikut masing-masing penjelasan mengenai validasi soal, reliabilitas soal, daya beda dan tingkat kesukaran soal.

3.6.3.1. Validitas Soal

a. Soal Pilihan Ganda

Di dalam uji coba awal pilihan ganda, peneliti menggunakan 34 butir soal yang diujikan kepada 26 siswa di salah satu SMA di Bandung. Data uji coba awal siswa di analisis dengan menggunakan microsoft excel sehingga didapatkan 17 soal pilihan ganda dengan kriteria valid. Namun setelah mempertimbangkan ketercapaian indikator melalui soal yang di uji, peneliti menggunakan 25 butir soal pilihan ganda dan kemudian melakukan uji coba kedua dengan melakukan revisi pada beberapa soal yang tidak valid pada uji coba awal.

Dalam menentukan validitas instrumen yang digunakan, terdapat dua cara penafsiran yang dapat digunakan (Arikunto, 2013). Dua cara tersebut adalah 1). Dengan melihat harga koefisien korelasi pearson (r) dan diinterpretasikan misalnya korelasi tinggi, cukup dan sebagainya. 2). Dengan melihat harga koefisien korelasi pearson (r) dan menyesuaikannya dengan tabel harga kritik r-product-momen. Pada uji coba ini, peneliti menggunakan salah satu cara tersebut, yaitu dengan menyesuaikan harga r dengan tabel harga kritik r-product-momen. Untuk lebih jelasnya, penentuan validitas soal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:


(27)

r Kriteria

1 0,063 tidak valid revisi 2 0,303 valid digunakan 3 0,563 valid digunakan 4 0,162 tidak valid revisi 5 0,392 valid digunakan 6 0,300 valid digunakan No Validitas Keterangan

r Kriteria

7 0,394 valid digunakan 8 0,177 tidak valid revisi 9 0,205 tidak valid revisi 10 0,323 valid digunakan 11 0,459 valid digunakan 12 0,032 valid digunakan 13 0,417 valid digunakan 14 0,520 valid digunakan 15 0,688 valid digunakan 16 0,151 tidak valid revisi 17 0,518 valid digunakan 18 0,342 valid digunakan 19 0,237 tidak valid revisi 20 0,015 tidak valid revisi 21 0,620 valid digunakan 22 0,620 valid digunakan 23 0,417 valid digunakan 24 0,552 valid digunakan 25 0,394 valid digunakan Tabel 3.3. Validitas butir soal pilihan ganda

Dari kriteria validitas diatas, dapat dilihat bahwa dari 25 soal yang diujikan, terdapat 7 soal dengan kriteria tidak valid. Untuk selanjutnya peneliti melakukan revisi kepada soal tersebut dan selanjutnya soal tersebut sudah dapat digunakan di dalam penelitian.


(28)

75

Pada uji coba awal soal uraian, peneliti menggunakan 10 soal uraian yang di uji cobakan pada salah satu SMA di Kota Bandung. Hasil uji coba awal menunjukkan bahwa dari 10 soal yang diujikan, 6 soal berkriteria valid dan 4 soal dengan kriteria tidak valid. Oleh karena itu, setelah melakukan analisis terhadap hasil uji coba awal, selanjutnya peneliti melanjutkan uji coba kedua dan menghasilkan nilai seperti yang disajikan pada tabel 3.4 berikut:

No Validitas Keterangan v kriteria

1 0,404 valid digunakan 2 0,252 tidak valid revisi 3 0,544 valid digunakan 4 0,659 valid digunakan 5 0,539 valid digunakan 6 0,646 valid digunakan 7 0,716 valid digunakan 8 0,553 valid digunakan

Tabel 3.4. Validitas soal uraian

Dari tabel 3.4 dapat dilihat terjadi peningkatan nilai validitas soal sehingga dari 8 soal yang diujikan terdapat 1 soal yang tidak valid. Penentuan kriteria validitas instrumen ini didasarkan pada nilai r yang disesuaikan dengan harga r pada tabel harga kritik r-product-momen. Peneliti melakukan revisi pada soal yang tidak valid dan untuk selanjutnya soal digunakan di dalam kegiatan penelitian.

3.6.3.2. Reliabilitas Soal

Setelah melaksanakan uji validitas instrumen, langkah selanjutnya peneliti melakukan uji reliabilitas


(29)

soal. Uji reliabilitas soal perlu dilakukan karena dapat menyokong kevalidan soal yang di uji. Di dalam uji coba soal ini, peneliti menggunakan metode belah dua atau split-half method. Pada metode ini, peneliti hanya melakukan satu kali uji coba soal dan selanjutnya dilakukan analisa terhadap hasil yang diperoleh.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan software SPSS 19 dan untuk menentukan tingkat reliabilitas tes tersebut peneliti menggunakan kategori koefisien reliabilitas Guilford (Arikunto, 2013) yang di tentukan sebagai berikut:

 Antara 0,800 – 1,000: sangat tinggi  Antara 0,600 – 0,800: tinggi

 Antara 0,400 – 0,600: cukup  Antara 0,200 – 0,400: rendah

 Antara 0,000 – 0,200: sangat rendah a. Soal Pilihan Ganda

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti menggunakan instrumen dengan 25 butir soal pilihan ganda yang dapat dinyatakan valid dengan melakukan revisi. Setelah melakukan uji validitas, selanjutnya peneliti melakukan pengujian reliabilitas soal dengan menggunakan software SPSS 19. Hasil pengujian dengan software SPSS 19 dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut:

Nilai Keterangan

0,588 reliabel


(30)

77

Dari hasil pengujian statistik dengan software SPSS 19 diperoleh nilai reliabilitas tes yang digunakan adalah 0,588 yang berada dalam kriteria reliabilitas cukup. Pada kriteria ini instrument sudah dapat dinyatakan memiliki reliabilitas yang dapat digunakan di dalam kegiatan penelitian.

b. Soal Uraian

Dalam pengujian reliabilitas tes uraian, peneliti menggunakan 7 butir soal yang dinyatakan valid pada ujian sebelumnya dan ditambah dengan 1 butir soal yang direvisi dari hasil validasi sebelumnya. 8 butir soal ini selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas sehingga didapatkan hasil seperti yang disajikan pada tabel 3.6 berikut:

Nilai Keterangan

0,666 Reliabel

Tabel 3.6. Nilai reliabilitas tes uraian

Dari nilai reliabilitas yang diperoleh dari pengujian secara statistik dengan software SPSS 19 didapatkan nilai reliabilitas tes uraian yang diperoleh adalah 0,666. Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, maka nilai reliabilitas soal yang didapatkan berada dalam kategori reliabel dengan tingkat reliabilitas tinggi. Untuk selanjutnya soal uraian ini dapat digunakan di dalam kegiatan penelitian.

3.6.3.3. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal

Uji daya beda dan tingkat kesukaran soal dilaksanakan setelah sebelumnya menentukan validitas dan tingkat reliabilitas soal yang digunakan. Daya beda


(31)

merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Sementara itu, tingkat kesukaran merupakan suatu uji untuk mengidentifikasi soal yang digunakan, apakah soal termasuk sulit, sedang atau mudah. Uji daya beda dan tingkat kesukaran soal peneliti jadikan masukan dalam revisi soal yang akan peneliti gunakan di lapangan.

Untuk menentukan penerimaan soal yang akan digunakan di dalam penelitian, faktor validitas, relibilitas, daya beda dan tingkat kesukaran dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan. Oleh karena itu, bahan pertimbangan pertama bagi peneliti untuk dapat menggunakan soal di dalam kegiatan penelitian adalah memiliki kriteria valid terlebih dahulu. Valid merupakan syarat bagi sebuah instrumen agar kegiatan evaluasi yang dilakukan valid (Arikunto, 2013). Kriteria valid menurut beberapa ahli terbagi menjadi beberapa jenis, namun secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu valid secara konten (validitas konten) serta valid secara konstruk (validitas konstruk).

Validitas konten memiliki artian bahwa instrumen yang diuji cobakan memiliki kesesuaian dengan materi yang diajarkan. Karena validitas ini menyangkut materi yang diajarkan, maka validitas ini diketahui tingkat kevaliditasannya melalui judgment dari ahli. Setelah ahli menyatakan instrument tersebut valid secara konten, maka baru dilaksanakan pengujian validitas konstruk.Terdapat beberapa pandangan ahli mengenai validasi ini secara umum, seperti yang di sampaikan oleh Aubrecht (1983) yang menyatakan bahwa untuk pengujian tingkat kelas,


(32)

79

validitas konten sebenarnya cukup mewakili untuk validasi instrumen, sedangkan validitas konstruk dapat digunakan pada tes yang terstandar.

Dalam penelitian ini, setelah menerima masukan dari dosen pembimbing maka peneliti melakukan validitas konten dengan mendiskusikan instrumen yang akan digunakan kepada dua dosen ahli dan selanjutnya peneliti melakukan validitas konstruk dengan mengujicobakan instrumen yang telah divalidasi tersebut kepada beberapa sekolah. Hasil validasi konstruk untuk selanjutnya di analisis dan dilakukan revisi pada bagian yang dianggap perlu dan siap digunakan dalam penelitian ini.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. PT. Refika Aditama: Bandung

Abrahams. 2000. Practical work in secondary science : a minds-on. Replika Press: India

Agus. 2013. Lembar Observasi Aktifitas Siswa. [Online]. Tersedia: http://www. slideshare.net/yohanesagus/lembar-observasi-aktifitas-siswa. 04 Feb 2015

Akinbobola. 2009. Enhancing Students' Attitude Towards Nigerian Senior Secondary School Physics Through the Use of Cooperative, Competitive and Individualistic Learning Strategies. Journal. Volume: 34. Issue 1.

Anggraeni, Ika. 2014. Analisis Keterlaksanaan Scientific Approach Dalam Pembelajaran Biologi Serta Implikasinya Terhadap Sikap Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung; Tidak Diterbitkan.

Arikunto. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arliani. 2012. Mengembangkan Sikap Saling Menghargai Melalui Pembelajaran

Matematika: Upaya Memperbaiki Karakter Bangsa. Prosiding. ISBN : 978-979-16353-8-7.

Aubrecht. 1983. Constructing Objective Test. Journal. Am. J. Physc. 51 (7), July 1983.

Bansu Irianto. 2012. Metode Pemecahan Masalah Dengan Menggunakan Pengetahuan Prosedural Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa di SMP. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Benny Ahmad. 2012. Efektifitas Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap

Peningkatan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran PPKn : Suatu Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMUN 1 Cianjur Melalui Pemberian Stimulus Isu-isu Kontroversial. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Brown. 2001. Group Effectiveness in the Classroom and Workplace. Article. Tersedia: http://www.calpro-online.org/eric/docs/pab00024.pdf. 04 Feb 2015.


(34)

142

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cohen. 1994. Designing Groupwork Strategies for Heterogeneous Classroom. Teacher College, Collumbia University: New York and London.

Croker. 2010. Enhancing the student experience of laboratory practicals through digital video guides. Journal. Vol. 16. Desember 2010.

Desi. 2013. Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving Dengan Reading Infusion Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Dillon. 2008. A Review of the Research on Practical Work in School Science. Kings College: London.

Dvornich. 2011. Preparing Children for Outdoor Science and Recreation. Pacific Education Institute: North America.

Eka. 2012. Konsep Dasar dan Aspek-Aspek Penilaian (Asesmen). [Online]. Tersedia: http://ekarestama.blogspot.com/2012/12/konsep-dasar-dan-aspek-aspek-penilaian.html. 04 Feb 2015.

Eseryel. 2014. An Investigation of the Interrelationships between Motivation, Engagement, and Complex Problem Solving in Game-based Learning. Journal. International Forum of Educational Technology & Society (IFETS). ISSN 1436-4522.

Faiq, M. 2013. Pendekatan Scientific dalam Implementasi Kurikulum 2013. [Online]. Http:// penelitiantindakankelas. blogspot. com/2013/07 /pendekatan-scientific-dalam-implementasi-kurikulum-2013.html. [28 Januari 2014].

Gijselaers. 1996. Connecting Problem-Based Practice with Educational Theory. Journal. Jossey Bass Publisher: No. 68.

Groenendijk. 2011. The effect of observational learning on students’ performance, processes, and motivation in two creative domains. Journal. British Journal of Educational Psychology (2011).

Guritno, 2013. Penilaian Sikap dalam RPP kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http://mgmpppknkotamalang.blogspot.com/2013/11/penilaian-sikap-dalam-rpp-kurikulum.html. 04 Feb 2015.

Hake. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Journal. Indiana: Indiana University.


(35)

Halloway, 2004. Research Link / Student Teamwork. Artikel. [Online]. Tersedia: http://www.ascd.org/publications/educational-leadership/ dec03/vol61 /num04/-Student-Teamwork.aspx. 04 Feb 2015

Hart. 2000. What is the Purpose of this Experiment? Or Can Students Learn Something from Doing Experiments? Journal. Journal of Research In Science Teaching Vol. 37, No. 7, PP. 655 ± 675.

Henny. 2012. Penerapan Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Problem Solving Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA Pada Materi Fluida Statis. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hesti, Wirono. 2011. Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sma Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Husni. 2012. Pendekatan Problem Solving Dengan Strategi Search, Solve, Create and Share (SSCS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Pada Topik Suhu Dan Kalor. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hogstrom. 2010. Lab Work and Learning in Secondary School Chemistry: The Importance of Teacher and Student Interaction. Journal. Res Sci Edu: 40:505-523.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Perpustakaan Nasional: KDT

Jonassen. 1997. Instructional Design Models for Well-Structured and Ill-Structured Problem-Solving Learning Outcomes. Journal. ETR&D, Vol, 45, No. 1, 1997, pp. 65-94 ISSN 1042-1629.

Jonassen. 2012. Toward a Design Theory of Problem solving. Journal. ETR&D, Vol. 48. No. 4.

Kemendikbud. 2013. Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud: Jakarta

Kirk. (2013). What is the Affective Domain anyway? Artikel. Tersedia [Online]: http://serc.carleton.edu/NAGTWorkshops/affective/intro.html. 04 Feb 2015.


(36)

144

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lai, E.R. and Viering, M. 2012. Assessing 21st Century Skills: Integrating Research Findings. National Council on Measurement in Education. Vancouver: B.C.

Lewis. 2003. The Nature of Science and The Scientific Method. The Geological Society: America

Mergandoller. 2006. The Effectivenes of Problem Based Instruction: A Comparative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics. Journal. Volume 1 No 2.

Michael. 2002. Inquiry and Scientific Methode. Article. Fall 2002 — Y520: 5982 Midura, 1948. Essentials of Team Building: Principles and Practice. E-book.

ISBN-13: 978-0736050883.

Millar. 2004. The Role of Practical Work in the Teaching and Learning of Science. Journal. Washington: University of York.

Mulyasa, 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya

Munawaroh. 2014. Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/jamilahmunawaroh/lembar-pengamatan-sikap-peserta-didik. 04 Feb 2015

Newman. Et all. 2012. Students Fail to Transfer Knowledge of Chromosome Structure to Topics Pertaining to Cell Devision. Journal. CBE-Live science education Vol. 11, 425-436.

Ni Lu. 2010. Senior High School Sudent Biology Learning in Interactive Teaching. Journal. Res Sci Edu: 40: 267-289.

Oakley. 2004. Turning Student Groups into Effective Teams. Journal. Journal of Student Centered Learning: Volume 2, No. 1, 2004 / 9

OECD. 2005. PISA 2003 Technical Report. Tersedia [Online]. https://www.oecd.org/. Diakses tanggal 01 April 2014.

Pusparini. 2012. Pengembangan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan. Qin. 2008. Cooperative Versus Competitive Effortsand Problem Solving. Journal.


(37)

Rahman, T. et all. 2011. Program pembelajaran praktikum berbasis kemampuan generik (P3BKG) dan profil pencapaiannya. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Restiana endah. 2012. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Eksperimen. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Robert. 2002. SET for success: The supply of people with science, technology, engineering and mathematics skills. Parliament Street. London.

Rothchild. 2006. Induction, Deduction, And The Scientific Method. University School of Medicine Cleveland: Ohio

Rustaman, N.Y. et all. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Sagala, S. 2013. Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Stigler. 1999. Stigler, J. W., Gonzales, P., Kanakawa, T., Knoll, S., & Serrano, A. (1999). The TIMSS Videotape Classroom Study: Methods and findings from an exploratory research project on eight-grade mathematics instruction in Germany, Japan, and the United States.U.S. Department of Education, National Center for Education Statistics (1999NCES 99-074). Washington, DC.: U.S.

Sudrajat. 2007. Landasan kurikulum. https://akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/01/22/landasan-kurikulum/. [Online]. diakses tanggal 15 Oktober 2014

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Konseptual Dan Kemampuan Prosedural Siswa. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan. Sulastri. 2012. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada

Pembelajaran Hidrolisis Garam Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.


(38)

146

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Susilawati. 2010. Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Sutrisno. 2005. Laboratorium Fisika Sekolah. Jurusan Pendidikan Fisika. Bandung: UPI Bandung.

Tekkaya. 2001. Biology Concepts Perceived as Difficult by Turkish High School Students. Journal. Hacettepe Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi 21: 145-150.

Thair. 1997. A Review of Teacher Development Reforms in Indonesian Secondary Science: The Effectiveness of Practical Work in Biology. Journal. Research in Science Educations, 27(4), 581-597.

Trilling and Fadel. 2009. 21st century skills: learning for life in our times. Jossey Bass: USA

Ula. 2012. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Reaksi Pengendapan Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan. Wasono. 2012. Pengunaan Model Mengajar Pemecahan Masalah Dalam

Pelajaran Biologi Di Madrasah Aliyyah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa : Studi Tentang Eksperimen Pada Konsep Aksi-interaksi di Kelas I Madrasah Aliyyah Negeri Bangkalan. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Wellington. 1989. Practical Work in School Science. Routledge: London.

White. 2007. The link between the laboratory and learning. Journal. Int. J. Sci. Educ. 1996, Vol. 18. No. 7.

Widodo, A. 2005. Analisis Pembelajaan Biologi dengan Menggunakan Video. Paper disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan IPA III Himpunan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia, 22-23 Juli 2005, Bandung.

Woodley. 2009. Practical Work in School Science. Journal. SSR December 2009. 91(335).


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. PT. Refika Aditama: Bandung

Abrahams. 2000. Practical work in secondary science : a minds-on. Replika Press: India

Agus. 2013. Lembar Observasi Aktifitas Siswa. [Online]. Tersedia: http://www. slideshare.net/yohanesagus/lembar-observasi-aktifitas-siswa. 04 Feb 2015

Akinbobola. 2009. Enhancing Students' Attitude Towards Nigerian Senior Secondary School Physics Through the Use of Cooperative, Competitive and Individualistic Learning Strategies. Journal. Volume: 34. Issue 1.

Anggraeni, Ika. 2014. Analisis Keterlaksanaan Scientific Approach Dalam Pembelajaran Biologi Serta Implikasinya Terhadap Sikap Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung; Tidak Diterbitkan.

Arikunto. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arliani. 2012. Mengembangkan Sikap Saling Menghargai Melalui Pembelajaran

Matematika: Upaya Memperbaiki Karakter Bangsa. Prosiding. ISBN : 978-979-16353-8-7.

Aubrecht. 1983. Constructing Objective Test. Journal. Am. J. Physc. 51 (7), July 1983.

Bansu Irianto. 2012. Metode Pemecahan Masalah Dengan Menggunakan Pengetahuan Prosedural Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa di SMP. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Benny Ahmad. 2012. Efektifitas Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran PPKn : Suatu Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMUN 1 Cianjur Melalui Pemberian Stimulus Isu-isu Kontroversial. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Brown. 2001. Group Effectiveness in the Classroom and Workplace. Article. Tersedia: http://www.calpro-online.org/eric/docs/pab00024.pdf. 04 Feb 2015.


(2)

Cohen. 1994. Designing Groupwork Strategies for Heterogeneous Classroom. Teacher College, Collumbia University: New York and London.

Croker. 2010. Enhancing the student experience of laboratory practicals through digital video guides. Journal. Vol. 16. Desember 2010.

Desi. 2013. Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving Dengan Reading Infusion Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Dillon. 2008. A Review of the Research on Practical Work in School Science. Kings College: London.

Dvornich. 2011. Preparing Children for Outdoor Science and Recreation. Pacific Education Institute: North America.

Eka. 2012. Konsep Dasar dan Aspek-Aspek Penilaian (Asesmen). [Online]. Tersedia: http://ekarestama.blogspot.com/2012/12/konsep-dasar-dan-aspek-aspek-penilaian.html. 04 Feb 2015.

Eseryel. 2014. An Investigation of the Interrelationships between Motivation, Engagement, and Complex Problem Solving in Game-based Learning. Journal. International Forum of Educational Technology & Society (IFETS). ISSN 1436-4522.

Faiq, M. 2013. Pendekatan Scientific dalam Implementasi Kurikulum 2013. [Online]. Http:// penelitiantindakankelas. blogspot. com/2013/07 /pendekatan-scientific-dalam-implementasi-kurikulum-2013.html. [28 Januari 2014].

Gijselaers. 1996. Connecting Problem-Based Practice with Educational Theory. Journal. Jossey Bass Publisher: No. 68.

Groenendijk. 2011. The effect of observational learning on students’ performance, processes, and motivation in two creative domains. Journal. British Journal of Educational Psychology (2011).

Guritno, 2013. Penilaian Sikap dalam RPP kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http://mgmpppknkotamalang.blogspot.com/2013/11/penilaian-sikap-dalam-rpp-kurikulum.html. 04 Feb 2015.

Hake. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Journal. Indiana: Indiana University.


(3)

Halloway, 2004. Research Link / Student Teamwork. Artikel. [Online]. Tersedia: http://www.ascd.org/publications/educational-leadership/ dec03/vol61 /num04/-Student-Teamwork.aspx. 04 Feb 2015

Hart. 2000. What is the Purpose of this Experiment? Or Can Students Learn Something from Doing Experiments? Journal. Journal of Research In Science Teaching Vol. 37, No. 7, PP. 655 ± 675.

Henny. 2012. Penerapan Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Problem Solving Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA Pada Materi Fluida Statis. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hesti, Wirono. 2011. Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sma Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Husni. 2012. Pendekatan Problem Solving Dengan Strategi Search, Solve, Create and Share (SSCS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Pada Topik Suhu Dan Kalor. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hogstrom. 2010. Lab Work and Learning in Secondary School Chemistry: The Importance of Teacher and Student Interaction. Journal. Res Sci Edu: 40:505-523.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Perpustakaan Nasional: KDT

Jonassen. 1997. Instructional Design Models for Well-Structured and Ill-Structured Problem-Solving Learning Outcomes. Journal. ETR&D, Vol, 45, No. 1, 1997, pp. 65-94 ISSN 1042-1629.

Jonassen. 2012. Toward a Design Theory of Problem solving. Journal. ETR&D, Vol. 48. No. 4.

Kemendikbud. 2013. Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud: Jakarta

Kirk. (2013). What is the Affective Domain anyway? Artikel. Tersedia [Online]: http://serc.carleton.edu/NAGTWorkshops/affective/intro.html. 04 Feb 2015.


(4)

Lai, E.R. and Viering, M. 2012. Assessing 21st Century Skills: Integrating Research Findings. National Council on Measurement in Education. Vancouver: B.C.

Lewis. 2003. The Nature of Science and The Scientific Method. The Geological Society: America

Mergandoller. 2006. The Effectivenes of Problem Based Instruction: A Comparative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics. Journal. Volume 1 No 2.

Michael. 2002. Inquiry and Scientific Methode. Article. Fall 2002 — Y520: 5982 Midura, 1948. Essentials of Team Building: Principles and Practice. E-book.

ISBN-13: 978-0736050883.

Millar. 2004. The Role of Practical Work in the Teaching and Learning of Science. Journal. Washington: University of York.

Mulyasa, 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya

Munawaroh. 2014. Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/jamilahmunawaroh/lembar-pengamatan-sikap-peserta-didik. 04 Feb 2015

Newman. Et all. 2012. Students Fail to Transfer Knowledge of Chromosome Structure to Topics Pertaining to Cell Devision. Journal. CBE-Live science education Vol. 11, 425-436.

Ni Lu. 2010. Senior High School Sudent Biology Learning in Interactive Teaching. Journal. Res Sci Edu: 40: 267-289.

Oakley. 2004. Turning Student Groups into Effective Teams. Journal. Journal of Student Centered Learning: Volume 2, No. 1, 2004 / 9

OECD. 2005. PISA 2003 Technical Report. Tersedia [Online]. https://www.oecd.org/. Diakses tanggal 01 April 2014.

Pusparini. 2012. Pengembangan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Qin. 2008. Cooperative Versus Competitive Effortsand Problem Solving. Journal. Educational Research:Vol.65,No.2, pp.129-14.


(5)

Rahman, T. et all. 2011. Program pembelajaran praktikum berbasis kemampuan generik (P3BKG) dan profil pencapaiannya. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Restiana endah. 2012. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Eksperimen. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Robert. 2002. SET for success: The supply of people with science, technology, engineering and mathematics skills. Parliament Street. London.

Rothchild. 2006. Induction, Deduction, And The Scientific Method. University School of Medicine Cleveland: Ohio

Rustaman, N.Y. et all. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Sagala, S. 2013. Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Stigler. 1999. Stigler, J. W., Gonzales, P., Kanakawa, T., Knoll, S., & Serrano, A. (1999). The TIMSS Videotape Classroom Study: Methods and findings from an exploratory research project on eight-grade mathematics instruction in Germany, Japan, and the United States.U.S. Department of Education, National Center for Education Statistics (1999NCES 99-074). Washington, DC.: U.S.

Sudrajat. 2007. Landasan kurikulum. https://akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/01/22/landasan-kurikulum/. [Online]. diakses tanggal 15

Oktober 2014

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Konseptual Dan Kemampuan Prosedural Siswa. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Sulastri. 2012. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Hidrolisis Garam Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.


(6)

Susilawati. 2010. Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Sutrisno. 2005. Laboratorium Fisika Sekolah. Jurusan Pendidikan Fisika. Bandung: UPI Bandung.

Tekkaya. 2001. Biology Concepts Perceived as Difficult by Turkish High School Students. Journal. Hacettepe Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi 21: 145-150.

Thair. 1997. A Review of Teacher Development Reforms in Indonesian Secondary Science: The Effectiveness of Practical Work in Biology. Journal. Research in Science Educations, 27(4), 581-597.

Trilling and Fadel. 2009. 21st century skills: learning for life in our times. Jossey Bass: USA

Ula. 2012. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Reaksi Pengendapan Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Wasono. 2012. Pengunaan Model Mengajar Pemecahan Masalah Dalam Pelajaran Biologi Di Madrasah Aliyyah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa : Studi Tentang Eksperimen Pada Konsep Aksi-interaksi di Kelas I Madrasah Aliyyah Negeri Bangkalan. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Wellington. 1989. Practical Work in School Science. Routledge: London.

White. 2007. The link between the laboratory and learning. Journal. Int. J. Sci. Educ. 1996, Vol. 18. No. 7.

Widodo, A. 2005. Analisis Pembelajaan Biologi dengan Menggunakan Video. Paper disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan IPA III Himpunan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia, 22-23 Juli 2005, Bandung.

Woodley. 2009. Practical Work in School Science. Journal. SSR December 2009. 91(335).