PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN.

(1)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penguasaan ilmu dasar (basic science) khususnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan modal dasar bagi siswa dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. Fakta yang ditemukan di lapangan berdasarkan hasil wawancara dan studi pendahuluan di SMK LPPM RI Batujajar diketahui bahwa IPA seringkali dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi sebagian siswa bahkan sebagian guru. Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya persepsi tersebut adalah proses belajar mengajar yang masih tradisional yaitu guru menekankan pada pemahaman konsep bukan pada penerapan dan pengembangannya dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa hanya bertindak sebagai objek yang pasif yang menerima informasi dari guru, kemudian menghafal konsep-konsep yang dijelaskan guru dan tidak memaknai proses pembelajaran.

Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), IPA termasuk kelompok mata pelajaran adaptif yang bertujuan membentuk siswa untuk memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan salah satu kemampuan yang harus mendapat perhatian untuk menghasilkan lulusan SMK yang siap guna ketika terjun ke dunia kerja yang penuh dengan persaingan. Handy (Banendro, 2006) menyatakan bahwa kehidupan tidak pernah berjalan linear artinya apa yang akan terjadi di masa mendatang tidak dapat ditentukan oleh keadaan saat ini. Berdasarkan pemahaman tersebut maka tugas pendidikan kejuruan tidak sebatas membekali siswa dengan keterampilan kejuruan tetapi juga kemampuan adaptasi yang memadai sesuai dengan kejuruan yang ditekuninya


(2)

2

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sehingga siswa siap menghadapi perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. Perubahan yang akan terjadi tentu menimbulkan suatu perspektif masalah baru di masyarakat.

Sebagai mata pelajaran adaptif, IPA tidak terlepas dari karakteristik ilmu yang berisi kajian tentang persoalan-persoalan yang terkait dengan berbagai fenomena kehidupan. Belajar IPA berarti siswa diajak untuk lebih peka terhadap lingkungan melalui penginderaan atau pengamatan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) menghendaki pembelajaran IPA dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar sehingga diharapkan peserta didik mampu meningkatkan kualitas diri dan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Akinoglu & Tandagon (2006) bahwa yang diharapkan dari pendidikan adalah membentuk individu menjadi pemecah masalah yang efektif dalam kehidupannya.

Sejauh ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafalkan. Pembelajaran masih terfokus kepada guru sebagai sumber pengetahuan, metode ceramah masih menjadi pilihan utama yang digunakan dalam strategi mengajar (Depdiknas, 2003). Dalam kegiatan pembelajaran siswa bertindak sebagai subjek sekaligus objek sehingga inti proses pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Fakta lainnya menunjukkan bahwa pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan LPPM RI Batujajar masih didominasi oleh guru, keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih sangat terbatas, pembelajaran dititikberatkan pada penguasaan konsep sedangkan aspek-aspek lain seperti keterampilan memecahkan masalah, kemampuan bertanya dan kemampuan bekerja sama dalam kelompok kurang dikembangkan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru lebih aktif sedangkan siswa cenderung pasif. Hal tersebut senada dengan temuan Slamet (Banendro, 2006) yang menyatakan bahwa pembelajaran di SMK masih menjadi permasalahan karena pembelajaran cenderung berada dalam porsi guru aktif dan siswa pasif, guru memberi dan siswa


(3)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

menerima, guru menjelaskan dan siswa mendengarkan. Berdasarkan kenyataan tersebut maka dirasa perlu adanya suatu cara untuk mengubah porsi pembelajaran sehingga siswa berperan aktif.

Salah satu cara untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran yaitu dengan memperhatikan model pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas. Model pembelajaran hendaknya relevan dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila siswa berusaha mencapainya secara aktif dan mandiri. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran adalah Problem Based-Learning yang selanjutnya disebut Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Menurut Chin & Li-Gek (2004) PBM dapat membuat siswa lebih aktif dan kreatif serta memahami sains bukan hanya sebagai wacana saja tetapi lebih memungkinkan siswa untuk membuat keterkaitan antara pengetahuan dengan situasi kehidupan sehari-hari. PBM juga mendukung siswa untuk memperoleh struktur pengetahuan yang terintegrasi dengan dunia nyata, masalah yang akan dihadapi siswa dalam dunia kerja atau profesi, komunitas dan kehidupan pribadi karena langkah awal dari PBM adalah siswa dihadapkan pada situasi-situasi nyata (real world situation) yang disajikan melalui pertanyaan-pertanyaan open-ended yang diajukan oleh guru sehingga diharapkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui penyelidikan dan eksperimen. Beberapa alasan mengenai pembelajaran berbasis masalah perlu dikembangkan, menurut Sanjaya (2006 dalam Nurhasnah, 2007) pertama dilihat dari aspek psikologi belajar, pembelajaran berbasis masalah berdasarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui pembelajaran berbasis masalah perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi terjadi pula pada aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan masalah yang dihadapi. Kedua, dilihat dari


(4)

4

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan siswa agar dapat hidup di masyarakat. Duch et al. (Afcariono, 2009) mengungkapkan bahwa PBM menyediakan kondisi untuk meningkatkan keterampilan berpikir serta memecahkan masalah kompleks dalam kehidupan nyata sehingga akan memunculkan “budaya berpikir” pada diri siswa. Salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah dengan memotivasi siswa dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehingga dapat memacu proses berpikir.

Selain menentukan model pembelajaran yang relevan, faktor esensial lainnya yang perlu diperhatikan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif adalah aktivitas bertanya. Bertanya mengantarkan siswa untuk dapat berpikir serta memecahkan permasalahan. Sebagaimana dinyatakan oleh Wetzel (2008) bahwa pertanyaan merupakan fokus penting di dalam sains karena tanpa pertanyaan tidak akan pernah ada jawaban. Bertanya pun memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam proses pembelajaran. Pertanyaan dapat diajukan oleh guru untuk mengarahkan siswa berpikir pada konsep tertentu atau juga diajukan oleh siswa sendiri yang bertujuan untuk mendapatkan informasi atau penjelasan lebih lanjut tentang sesuatu yang tidak dipahaminya dengan baik (Widodo, 2006). Pertanyaan yang diajukan siswa dapat mengindikasikan bahwa siswa menyadari adanya suatu masalah sehingga siswa merasa membutuhkan informasi tambahan untuk mengetahui jawaban dari masalah tersebut. Hal ini ditegaskan oleh Rustaman et al. (2005) yang mengatakan bahwa pengajuan pertanyaan oleh siswa merupakan suatu usaha dalam memenuhi rasa ingin tahunya serta memperjelas hal-hal yang kurang dipahaminya.

Konsep pencemaran lingkungan merupakan materi yang menarik untuk dijadikan materi penelitian dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah karena pada materi pencemaran lingkungan terdapat berbagai masalah yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa. Masalah yang sering ditemui siswa di antaranya adalah dihasilkannya limbah yang berpotensi sebagai


(5)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

polutan yang dapat mengganggu stabilitas lingkungan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi ujung tombak dalam menghasilkan sumber daya manusia yang handal dalam dunia kerja. Siswa SMK akan terjun ke lapangan dan berhubungan langsung dengan masalah pencemaran lingkungan. Masalah-masalah lingkungan yang disebabkan oleh kendaraan roda empat dijadikan sebagai masalah yang harus dipecahkan oleh siswa untuk mempelajari tentang pencemaran lingkungan dengan menggunakan model PBM. Dalam pembelajaran ini siswa akan diarahkan untuk memecahkan masalah dengan rumusan “bagaimana cara mengatasi limbah yang dihasilkan oleh kendaraan?”. Diharapkan melalui pemecahan masalah tersebut, siswa mempelajari konsep pencemaran lingkungan dengan tidak hanya mengingat dan menghapalkan konsep-konsep saja tetapi dapat membangun sendiri pengetahuannya melalui proses mengumpulkan informasi dan diskusi.

Pencemaran lingkungan merupakan salah satu materi yang sangat penting untuk ditekankan pada siswa SMK program studi keahlian teknik otomotif, karena melalui materi ini siswa dilibatkan untuk memberikan pandangannya tentang dampak limbah yang dihasilkan kendaraan bermotor terhadap kualitas lingkungan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Sekolah Menengah Kejuruan LPPM RI Batujajar, materi pencemaran lingkungan seringkali tidak dibahas secara mendalam karena guru menganggap siswa sudah mengetahui tentang materi tersebut. Fakta yang ditemukan di lapangan justru sangat bertolak belakang dengan pendapat guru yang menganggap siswanya telah paham tentang materi pencemaran lingkungan, karena di areal bengkel tempat praktikum para siswa ditemukan adanya pencemar lingkungan berupa limbah oli. Keadaan ini dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu (1) tidak tersedianya sarana pembuangan limbah oli yang memadai, (2) minimnya pengetahuan tentang efek negatif yang dapat ditimbulkan dari perbuatan membuang limbah oli bekas ke lingkungan, (3) tidak adanya kesadaran untuk menjaga lingkungan. Kenyataan tersebut tentu sangat bertolak belakang dengan tujuan IPA sebagai mata pelajaran adaptif untuk mengajak siswa peka dan sadar terhadap lingkungan. Uraian tersebut mendorong


(6)

6

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dilakukannya penelitian tentang peningkatan penguasaan konsep, kemampuan bertanya, dan memecahkan masalah pada materi pencemaran lingkungan melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah diuraikan sebelumnya maka dirumuskanlah masalah penelitian sebagai berikut. “Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep, kemampuan bertanya, dan memecahkan masalah pada materi pencemaran lingkungan melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah?”

Agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus maka rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian seperti sebagai berikut.

1. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi pencemaran lingkungan setelah mengikuti pembelajaran berbasis masalah? 2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan bertanya siswa pada materi

pencemaran lingkungan setelah mengikuti pembelajaran berbasis masalah? 3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa pada

materi pencemaran lingkungan setelah mengikuti pembelajaran berbasis masalah?

4. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah? 5. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap model pembelajaran berbasis

masalah?

C. Batasan Masalah

Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa hal berikut.

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan menggunakan metode diskusi.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan sintaks: (1) orientasi siswa pada masalah, (2)


(7)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 3. Penguasaan konsep pada penelitian ini adalah penguasaan konsep yang

diukur berdasarkan Taksonomi Bloom revisi (Anderson & Krathwohl, 2001) yang meliputi jenjang kognitif C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan) dan C4 (menganalisis). Soal penguasaan konsep disesuaikan dengan indikator pembelajaran materi pencemaran lingkungan. 4. Kemampuan bertanya pada penelitian ini adalah pertanyaan tertulis yang

diajukan oleh siswa sebelum dan setelah pembelajaran berbasis masalah kemudian dikelompokkan berdasarkan Taksonomi Bloom revisi (Anderson & Krathwohl, 2001).

5. Kemampuan memecahkan masalah pada penelitian ini adalah kemampuan aspek kognitif mencakup mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, memecahkan masalah berdasarkan data yang tersedia, memilih cara untuk memecahkan masalah, dan merencanakan penerapan pemecahan masalah.

6. Materi pencemaran lingkungan dalam penelitian ini difokuskan pada pencemaran air dan udara yang disebabkan oleh limbah cair, padat, dan gas yang berasal dari kendaraan.

7. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK LPPM RI Batujajar kelas XI jurusan otomotif roda empat.

D. Variabel Penelitian

Berdasarkan judul penelitian serta rumusan masalah yang telah ditentukan, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas : model pembelajaran berbasis masalah.

2. Variabel terikat : penguasaan konsep, kemampuan bertanya, dan kemampuan memecahkan masalah.


(8)

8

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur peningkatan penguasaan konsep, kemampuan bertanya, dan memecahkan masalah setelah mengikuti pembelajaran berbasis masalah pada materi pencemaran lingkungan. Tujuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Menganalisis bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi pencemaran lingkungan melalui pembelajaran berbasis masalah.

2. Menganalisis bagaimana peningkatan kemampuan bertanya siswa pada materi pencemaran lingkungan melalui pembelajaran berbasis masalah. 3. Menganalisis bagaimana peningkatan kemampuan memecahkan masalah

siswa pada materi pencemaran lingkungan melalui pembelajaran berbasis masalah.

4. Mengidentifikasi bagaimana tanggapan siswa mengenai penerapan pembelajaran berbasis masalah.

5. Mengidentifikasi bagaimana tanggapan guru terhadap model pembelajaran berbasis masalah.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

 Membangkitkan kepekaan siswa terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

 Membiasakan siswa memecahkan masalah yang terjadi di kehidupan nyata.

2. Bagi Guru

 Sebagai alternatif pembelajaran yang lebih bermakna dibandingkan mengajar siswa dengan metode ceramah saja.

 Penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diharapkan dapat membangkitkan semangat untuk menerapkan model pembelajaran tersebut pada berbagai topik yang sesuai dalam pembelajaran Biologi.


(9)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 3. Bagi Peneliti lain

 Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis pada konsep yang berbeda.

 Sebagai referensi dalam melakukan inovasi pembelajaran di kelas yang berpusat pada siswa.


(10)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan berfokus pada satu kelompok subjek dengan tujuan untuk menganalisis efek suatu model pembelajaran terhadap penguasaan konsep, kemampuan bertanya, dan memecahkan masalah. Penjaringan data dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran. Hasil perbandingan antara tes awal (pretest) dan tes akhir (post-test) diasumsikan sebagai efek perlakuan, adapun perlakuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini termasuk weak eksperimental design (eksperimen lemah) dengan desain

One-Group Pre-test and Post-test (Fraenkel & Wallen, 2008).

Desain Penelitian

T0 X T1

Keterangan :

T0 = Tes awal (pre-test)

X = Pembelajaran dengan menggunakan model PBM T1 = Tes akhir (post-test)

B. Definisi Operasional

Berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian.

1. Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa dalam memahami konsep-konsep pencemaran lingkungan melalui proses pemecahan masalah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1)


(11)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mengorientasikan siswa pada masalah, 2) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 3) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa jurusan otomotif yaitu tentang pencemaran air akibat limbah bengkel dan pencemaran udara yang berasal dari gas buang kendaraan. Pembelajaran berbasis masalah dilakukan langsung oleh guru IPA kelas XI-2 yang sebelumnya telah diberikan pelatihan dan pengarahan oleh peneliti.

2. Penguasaan konsep yang diukur dalam penelitian ini merupakan kemampuan kognitif siswa dalam memahami materi pencemaran lingkungan secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan jenjang kognitif taksonomi Bloom yang telah direvisi (Anderson & Krathwohl, 2001). Penguasaan konsep pada penelitian ini dijaring melalui tes objektif berupa pilihan ganda yang terdiri dari lima pilihan (A, B, C, D dan E). Tes dilakukan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran berbasis masalah pada konsep pencemaran lingkungan yang dijaring menggunakan soal yang sama dengan nomor soal dan pilihan yang diacak.

3. Kemampuan bertanya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kalimat tanya yang diajukan siswa secara tertulis ketika dihadapkan pada masalah pencemaran lingkungan yang diberikan guru dalam bentuk gambar. Jenis pertanyaan yang muncul kemudian diklasifikasikan berdasarkan taksonomi Bloom revisi (Anderson & Krathwohl, 2001).

4. Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan dalam mencari dan menentukan solusi terbaik bagi masalah pencemaran lingkungan yang diajukan melalui langkah-langkah pemecahan masalah berikut 1) mengidentifikasi masalah, 2) mengumpulkan data, 3) menganalisis data, 4) memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, 5)


(12)

36

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

memilih cara untuk memecahkan masalah, 6) merencanakan penerapan pemecahan masalah.

C. Subjek Penelitian 1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK kelas XI jurusan otomotif roda empat tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah total 125 siswa yang terbagi ke dalam empat kelas. 2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih melalui metode acak kelas (cluster random sampling). Pemilihan kelas dilakukan dengan mengundi kelas yang tersedia yang dilakukan bersama guru IPA (Biologi). Dari total empat kelas terpilihlah kelas XI-2 yang digunakan untuk penelitian dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian terdiri dari lima macam instrumen, yaitu:

1. Instrumen untuk menjaring penguasaan konsep dilakukan melalui tes objektif berupa soal pilihan ganda, diberikan sebelum dan setelah pembelajaran berbasis masalah. Tes ini dibuat oleh peneliti dan dipertimbangkan mengenai konsep, tata bahasa dan pertanyaannya oleh dosen ahli. Soal penguasaan konsep terdiri dari 30 soal pilihan ganda yang memuat indikator-indikator keberhasilan pembelajaran dan dibuat berdasarkan jenjang kognitif Taksonomi Bloom revisi .

2. Instrumen untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah berupa soal uraian. Soal uraian ini terdiri dari enam soal yang memuat langkah-langkah dalam memecahkan masalah yaitu mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, memecahkan masalah berdasarkan


(13)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

data yang ada dan analisisnya, memilih cara untuk memecahkan masalah, dan merencanakan penerapan pemecahan masalah. Instrumen ini dibuat oleh peneliti dan dipertimbangkan oleh dosen ahli mengenai konsep, tata bahasa dan pertanyaan yang memuat langkah dalam memecahkan masalah. 3. Format wawancara digunakan untuk menjaring tanggapan guru terhadap

pembelajaran berbasis masalah. Data ini digunakan sebagai data pendukung penelitian.

4. Lembar observasi digunakan sebagai lembar kendali akan keberlangsungan kegiatan pembelajaran ketika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati diskusi siswa, kegiatan guru, dan keberlangsungan pembelajaran berbasis masalah. Lembar observasi ini diisi oleh enam orang pengamat yang masing-masing bertanggung jawab mengamati aktivitas siswa dalam kelompok.

5. Instrumen untuk memperoleh gambaran tentang respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah pada materi pencemaran lingkungan yang diberikan dalam bentuk angket.

E. Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, analisis instrumen dilakukan secara komputerisasi dengan program Anates versi 4.4 untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Secara manual, pengujian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

1. Uji Validitas Soal

Menguji validitas soal menggunakan rumus product moment angka kasar (Arikunto, 2006) dengan rumus:

Keterangan :

  

 

2 2

2

 

2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N rxy

   

 


(14)

38

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah subjek.

Nilai rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan validitas butir

soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.1

Tabel 3.1

Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai rxy Kriteria

0,80 < rxy 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < rxy 0,80 Tinggi

0,40 < rxy 0,60 Cukup

0,20 < rxy 0,40 Rendah

0,00 < rxy  0,20 Sangat Rendah

Hasil perhitungan validitas butir soal yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep tentang pencemaran lingkungan yang terdiri dari 30 soal dapat dilihat pada Tabel 3.5 .

2. Uji Reliabilitas soal

Reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan perumusan :

r11 =

) 1 (

2

2 1 2 1

2 1 2 1 r r

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

r

2 1 2

1 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Nilai r11 yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan

reliabilitas instrumen dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.2 (Arikunto, 2006).


(15)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria 0,80 < r11  1,00 Sangat Tinggi

0,60 < r11  0,80 Tinggi

0,40 < r11  0,60 Cukup

0,20 < r11  0,40 Rendah

0,00 < r11  0,20 Sangat Rendah

3. Taraf Kesukaran

Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan :

B P

JS

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya mahasiswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = Jumlah seluruh mahasiswa peserta tes

Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.3 (Arikunto, 2006).

Tabel 3.3

Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nilai P Kriteria

0,00 Terlalu Sukar

0,00 < P  0,30 Sukar 0,31  P  0,70 Sedang

0,71  P < 1,00 Mudah

1,00 Terlalu Mudah

4. Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan perumusan:

A B

A B A B

B B

DP P P

J J

   


(16)

40

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DP = Daya pembeda butir soal

A

J = Banyaknya peserta kelompok atas

B

J = Banyaknya peserta kelompok bawah

A

B = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

B

B = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

A

P = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

P = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.4 (Arikunto, 2006).

Tabel 3.4

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Nilai DP Kriteria

Negatif Soal Dibuang

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

Analisis hasil ujicoba instrumen penelitian secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.5. Berdasarkan hasil analisis, maka soal yang digunakan adalah 30 soal seperti yang tertera pada Lampiran 3.7.


(17)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.5

Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Penelitian Penguasaan Konsep No.

Butir soal

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Validitas soal Signifikansi Keterangan Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria

1 62,5 Sedang 66,67 Baik 0,498 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 2 25,00 Sukar 33,33 Cukup 0,437 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 3 65,63 Sedang 22,22 cukup 0,223 Rendah - Direvisi 4 21,88 Sukar 55,56 Baik 0,519 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 5 50,00 Sedang 55,56 Baik 0,489 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 6 68,75 Sedang 44,44 Baik 0,359 Rendah Signifikan Digunakan 7 25,00 Sukar 55,56 Baik 0,480 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 8 6,25 Sangat

sukar 11,11 Jelek 0,044

Sangat

rendah -

Tidak digunakan 9 56,25 Sedang 44,44 Baik 0,416 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 10 15,63 Sukar 11,11 Jelek 0,309 Rendah Signifikan Direvisi 11 25,00 Sukar 22,22 Cukup 0,395 Rendah Sangat

signifikan Digunakan 12 25,00 Sukar 44,44 Baik 0,437 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 13 62,50 Sedang 33,33 Cukup 0,183 Sangat

rendah - Direvisi 14 28,13 Sukar 44,44 baik 0,406 Cukup Sangat


(18)

42

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

15 87,50 Sangat

mudah 22,22 Cukup 0,249 Rendah - Direvisi 16 56,25 sedang 44,44 Baik 0,354 Rendah Signifikan Digunakan 17 65,63 sedang 55,56 Baik 0,429 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 18 31,25 sedang 44,44 Baik 0,458 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 19 75,00 mudah 22,22 Cukup 0,226 Rendah - Direvisi 20 34,38 sedang 55,56 Baik 0,510 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 21 100,00 Sangat

mudah 0,00 Jelek - - -

Tidak digunakan No.

Butir soal

Tingkat kesukaran Daya pembeda Validitas soal

Signifikansi Keterangan Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria

22 18,75 sukar 0,00 Jelek -0,043 - - Tidak digunakan 23 62,50 Sedang 22,22 Cukup 0,145 Sangat

rendah - Direvisi 24 62,50 Sedang 33,33 Cukup 0,233 Rendah - Direvisi 25 40,63 Sedang -44,44 Semuanya

tidak baik -0,331 - -

Tidak digunakan 26 90,63 Sangat

mudah 11,11 Jelek 0,176

Sangat

rendah -

Tidak digunakan 27 59,38 Sedang 22,22 Cukup 0,169 Sangat

rendah - Direvisi 28 65,63 Sedang 0,00 Jelek 0,069 Sangat

rendah -

Tidak digunakan 29 71,88 mudah -22,22 Semuanya

tidak baik -0,202 - -

Tidak digunakan 30 59,38 Sedang 0,00 Jelek 0,082 Sangat

rendah -

Tidak digunakan 31 62,50 Sedang 66,67 Baik 0,498 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 32 87,50 Sangat

mudah 22,22 Cukup 0,249 Rendah - Direvisi 33 25,00 sukar 33,33 Cukup 0,437 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 34 21,88 sukar 55,56 Baik 0,519 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 35 25,00 sukar 22,22 Cukup 0,395 Rendah Sangat


(19)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

36 56,25 Sedang 44,44 Baik 0,416 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 37 65,63 Sedang 55,56 Baik 0,429 Cukup Sangat

signifikan Digunakan 38 25,00 Sukar 0,00 Jelek 0,028 Sangat

rendah -

Tidak digunakan 39 62,50 Sedang 33,33 Cukup 0,183 Sangat

rendah - Direvisi 40 62,50 Sedang 66,67 Baik 0,498 Cukup Sangat

signifikan Digunakan

Tabel 3.6

Kisi-kisi dan Sebaran Soal Penguasaan Konsep

No. Indikator Nomor Butir

Soal

Jenjang Kognitif

C1 C2 C3 C4

1 Mengidentifikasi masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah yang dihasilkan dari aktivitas bengkel kerja.

4 √

2 Mengidentifikasi jenis limbah berdasarkan wujudnya.

1 √

2 √

3 Mengidentifikasi jenis limbah berdasarkan kandungan kimiawinya.

3 √

8 √

4 Mengidentifikasi jenis limbah berdasarkan sumbernya.

5 √

6 √

5 Mengidentifikasi jenis limbah berdasarkan kriteria bahan berbahaya dan beracun.

7 √

9 √

10 √

17 √


(20)

44

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

12 √

7 Mengidentifikasi indikator polusi air yang disebabkan oleh limbah bengkel.

13 √

14 √

15 √

8 Mendeskripsikan dampak polusi air terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

16 √

9 Membuat pemecahan masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah bengkel.

18 √

19 √

21 √

22 √

23 √

24 √

No. Indikator

Nomor Butir Soal

Jenjang Kognitif

C1 C2 C3 C4

11 Mengidentifikasi ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor berdasarkan peraturan menteri lingkungan hidup nomor 04 tahun 2009.

26 √

27 √

12 Mendeskripsikan dampak emisi terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

20 √

29 √

13 Menentukan pemecahan masalah untuk menangani gas buang kendaraan yang melebihi ambang batas agar tidak menyebabkan polusi udara.

25 √

28 √

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap tindak lanjut.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, disiapkan semua hal yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian. Hal-hal tersebut mencakup lokasi, subjek dan instrumen penelitian. Peneliti kemudian menentukan lokasi yang akan dijadikan sebagai


(21)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

tempat penelitian. Studi pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang kondisi sekolah, sarana dan prasarana yang tersedia serta kegiatan pembelajaran IPA (Biologi) yang biasa dilakukan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, peneliti kemudian menentukan masalah yang akan diteliti dan melakukan kajian literatur tentang masalah tersebut. Langkah selanjutnya adalah menentukan populasi yang akan dijadikan subjek penelitian dengan mempertimbangkan karakteristik siswa yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, lembar kerja siswa, tes pengguasaan konsep, tes memecahkan masalah, serta angket pun disusun sesuai kebutuhan. Perangkat pembelajaran tersebut kemudian dipertimbangkan oleh dua orang dosen ahli dan soal tes diujicobakan kepada siswa lain non sampel. Hasil uji coba dianalisis berdasarkan validitas, reliabilitas, kualitas pengecoh dan daya pembedanya dengan menggunakan program anates versi 4.4. Hasil analisis diklasifikasikan berdasarkan kategori tinggi, cukup, sedang, rendah, dan sangat rendah. Kategori tinggi, cukup dan sedang diputuskan untuk digunakan sebagai instrumen sedangkan soal dengan kategori rendah diperbaiki terlebih dahulu sebelum diputuskan untuk digunakan atau tidak digunakan dalam instrumen. Soal dengan kategori sangat rendah diputuskan untuk tidak digunakan.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan selama tiga minggu dengan pertemuan (3 x 45 menit) setiap minggunya. Rincian kegiatan yang dilakukan selama tiga minggu tersebut adalah sebagai berikut.

a. Memberikan tes awal (pre-test) pada setiap pertemuan untuk menjaring penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah.

b. Menjaring pertanyaan awal pada setiap pertemuan dalam bentuk tertulis. c. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan model PBM pada materi

Pencemaraan Lingkungan sesuai RPP yang telah disusun dengan alokasi waktu dua kali pertemuan (durasi satu kali pertemuan selama 3 x 45 menit).


(22)

46

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

d. Memberikan tes akhir (post-test) untuk menjaring penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, dan pertanyaan siswa dalam bentuk tertulis.

3. Tahap Tindak Lanjut

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data untuk selanjutnya diolah menggunakan software Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS versi 20 kemudian menganalisis hasil penelitian dan mengaitkannya dengan teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan. Langkah terakhir adalah menyusun laporan.

G. Analisis Data

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS versi 20, sesuai langkah-langkah sebagai berikut :

1. Analisis Data pre-test dan post-test untuk data penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah

a) Memberi skor, penskoran data penguasaan konsep yang dijaring dengan soal pilihan ganda dilakukan dengan metode Rights Only yaitu untuk setiap butir soal yang dijawab benar diberi skor satu dan butir soal yang dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor nol. Penskoran data kemampuan memecahkan masalah yang dijaring dengan soal uraian dilakukan melalui pemberian skor dua untuk jawaban lengkap (sesuai dengan kisi-kisi instrumen), skor satu untuk jawaban kurang lengkap dan nol untuk yang tidak menjawab.

b) Menghitung skor total setiap siswa dengan cara menjumlahkan skor benar dari tiap butir soal yang diperoleh siswa.

c) Mengubah skor mentah ke dalam bentuk nilai berdasarkan rumus: Nilai :

x 100

d) Menentukan kedudukan siswa di dalam kelompok menurut Arikunto (2006:263) melalui langkah-langkah


(23)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2) Mencari nilai rata-rata (Mean) dan simpangan baku (Standar Deviasi) 3) Menentukan batas-batas kelompok :

 Kelompok atas, yaitu semua siswa yang mempunyai nilai lebih besar daripada skor rata-rata + 1 SD (Standar Deviasi)

 Kelompok sedang, yaitu semua siswa yang mempunyai nilai antara -1 SD dan +1 SD

 Kelompok kurang, yaitu semua siswa yang mempunyai nilai -1 SD dan yang kurang dari itu.

e) Menghitung indeks gain dari hasil post-test dan pre-test. Indeks gain dapat ditentukan dengan rumus N-gain (Meltzer, 2002) sebagai berikut :

Dengan :

NB : nilai post-test siswa NA : nilai pre-test siswa Nmax : nilai ideal siswa

Nilai yang diperoleh diinterpretasikan sesuai dengan kriteria gain ternormalisasi berikut.

Tabel 3.7

Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi

Nilai Klasifikasi

> 0,70 Tinggi

0,70 ≥ > 0,30 Sedang

≤ 0,30 Rendah

(Meltzer, 2002)

f) Melakukan uji normalitas nilai pre-test dan post-test melalui uji One

Sample Kolmogorov-Smirnov dengan nilai sig (signifikansi) > 0,05.

g) Menguji homogenitas variansi data pre-test dan post-test melalui uji Leven’s.

h) Mengukur ketuntasan belajar penguasaan konsep siswa dengan melakukan pengujian rerata satu sampel melalui uji Z (Russefendi, 1998: 305-308).


(24)

48

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pengujian ini dilakukan dengan melihat perbedaan rerata nilai post-test dengan nilai standar ketuntasan belajar yang ditentukan oleh sekolah.

mengacu pada kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran IPA yaitu 70.

H. Alur Penelitian

Memperkenalkan dan membiasakan siswa belajar menggunakan model PBM

Studi pendahuluan

Menentukan masalah penelitian

Kajian literatur

Judgement

instrumen Pembuatan RPP

Revisi instrumen Uji coba instrumen

Analisis hasil uji coba

Judgement RPP

Menentukan Subjek Penelitian Rumus uji Z =


(25)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan penguasaan konsep siswa melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada materi pencemaran lingkungan termasuk kategori sedang (nilai N-gain = 0,7). Peningkatan kemampuan bertanya siswa melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah pada materi pencemaran lingkungan terbukti dari persentase jenjang kognitif pertanyaan yang diajukan siswa sebelum dan setelah pembelajaran mengalami penurunan pada jenjang C1 (17,7%) dan jenjang C2 (0,8%) sedangkan pada jenjang C3, C4, dan C5 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,6%; 11,3%; 5,7%. Peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada materi pencemaran lingkungan termasuk kategori sedang (nilai N-gain = 0,5). Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam mempelajari materi pencemaran lingkungan, namun dalam penerapannya guru masih mengalami kendala yaitu pengondisian kelas serta pengelolaan waktu.

B. Saran

Demi kepentingan perkembangan penelitian pendidikan IPA, khususnya Biologi maka penulis mengajukan beberapa saran.

1. Dalam variabel kemampuan mengajukan pertanyaan, sebaiknya pertanyaan siswa selama pembelajaran dijaring sebagai data penunjang.

2. Dalam menerapkan pembelajaran berbasis masalah dibutuhkan persiapan yang matang mulai dari sarana penunjang penyelidikan, sumber informasi yang sekiranya dibutuhkan siswa serta kesiapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah terutama bagi siswa yang belum memiliki


(26)

70

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pengalaman belajar dengan model tersebut dibutuhkan proses pengenalan dan pembiasaan terlebih dahulu.

3. Dalam menerapkan pembelajaran berbasis masalah adakalanya guru dihadapkan pada keterbatasan waktu. Hal ini dapat diatasi dengan memecah setiap langkah pembelajaran berbasis masalah sesuai dengan alokasi waktu yang diberikan pihak sekolah.

4. Dibutuhkan kajian lebih lanjut untuk mengetahui peran pembelajaran berbasis masalah terhadap variabel-variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini misalnya keterampilan berkomunikasi.


(1)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

tempat penelitian. Studi pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang kondisi sekolah, sarana dan prasarana yang tersedia serta kegiatan pembelajaran IPA (Biologi) yang biasa dilakukan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, peneliti kemudian menentukan masalah yang akan diteliti dan melakukan kajian literatur tentang masalah tersebut. Langkah selanjutnya adalah menentukan populasi yang akan dijadikan subjek penelitian dengan mempertimbangkan karakteristik siswa yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, lembar kerja siswa, tes pengguasaan konsep, tes memecahkan masalah, serta angket pun disusun sesuai kebutuhan. Perangkat pembelajaran tersebut kemudian dipertimbangkan oleh dua orang dosen ahli dan soal tes diujicobakan kepada siswa lain non sampel. Hasil uji coba dianalisis berdasarkan validitas, reliabilitas, kualitas pengecoh dan daya pembedanya dengan menggunakan program anates versi 4.4. Hasil analisis diklasifikasikan berdasarkan kategori tinggi, cukup, sedang, rendah, dan sangat rendah. Kategori tinggi, cukup dan sedang diputuskan untuk digunakan sebagai instrumen sedangkan soal dengan kategori rendah diperbaiki terlebih dahulu sebelum diputuskan untuk digunakan atau tidak digunakan dalam instrumen. Soal dengan kategori sangat rendah diputuskan untuk tidak digunakan.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan selama tiga minggu dengan pertemuan (3 x 45 menit) setiap minggunya. Rincian kegiatan yang dilakukan selama tiga minggu tersebut adalah sebagai berikut.

a. Memberikan tes awal (pre-test) pada setiap pertemuan untuk menjaring penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah.

b. Menjaring pertanyaan awal pada setiap pertemuan dalam bentuk tertulis. c. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan model PBM pada materi

Pencemaraan Lingkungan sesuai RPP yang telah disusun dengan alokasi waktu dua kali pertemuan (durasi satu kali pertemuan selama 3 x 45 menit).


(2)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

d. Memberikan tes akhir (post-test) untuk menjaring penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, dan pertanyaan siswa dalam bentuk tertulis.

3. Tahap Tindak Lanjut

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data untuk selanjutnya diolah menggunakan software Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS versi 20 kemudian menganalisis hasil penelitian dan mengaitkannya dengan teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan. Langkah terakhir adalah menyusun laporan.

G. Analisis Data

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS versi 20, sesuai langkah-langkah sebagai berikut :

1. Analisis Data pre-test dan post-test untuk data penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah

a) Memberi skor, penskoran data penguasaan konsep yang dijaring dengan soal pilihan ganda dilakukan dengan metode Rights Only yaitu untuk setiap butir soal yang dijawab benar diberi skor satu dan butir soal yang dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor nol. Penskoran data kemampuan memecahkan masalah yang dijaring dengan soal uraian dilakukan melalui pemberian skor dua untuk jawaban lengkap (sesuai dengan kisi-kisi instrumen), skor satu untuk jawaban kurang lengkap dan nol untuk yang tidak menjawab.

b) Menghitung skor total setiap siswa dengan cara menjumlahkan skor benar dari tiap butir soal yang diperoleh siswa.

c) Mengubah skor mentah ke dalam bentuk nilai berdasarkan rumus: Nilai :

x 100

d) Menentukan kedudukan siswa di dalam kelompok menurut Arikunto (2006:263) melalui langkah-langkah


(3)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2) Mencari nilai rata-rata (Mean) dan simpangan baku (Standar Deviasi) 3) Menentukan batas-batas kelompok :

 Kelompok atas, yaitu semua siswa yang mempunyai nilai lebih besar daripada skor rata-rata + 1 SD (Standar Deviasi)

 Kelompok sedang, yaitu semua siswa yang mempunyai nilai antara -1 SD dan +1 SD

 Kelompok kurang, yaitu semua siswa yang mempunyai nilai -1 SD dan yang kurang dari itu.

e) Menghitung indeks gain dari hasil post-test dan pre-test. Indeks gain dapat ditentukan dengan rumus N-gain (Meltzer, 2002) sebagai berikut :

Dengan :

NB : nilai post-test siswa NA : nilai pre-test siswa Nmax : nilai ideal siswa

Nilai yang diperoleh diinterpretasikan sesuai dengan kriteria gain ternormalisasi berikut.

Tabel 3.7

Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi Nilai Klasifikasi

> 0,70 Tinggi

0,70 ≥ > 0,30 Sedang

≤ 0,30 Rendah

(Meltzer, 2002)

f) Melakukan uji normalitas nilai pre-test dan post-test melalui uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan nilai sig (signifikansi) > 0,05.

g) Menguji homogenitas variansi data pre-test dan post-test melalui uji Leven’s.

h) Mengukur ketuntasan belajar penguasaan konsep siswa dengan melakukan pengujian rerata satu sampel melalui uji Z (Russefendi, 1998: 305-308).


(4)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pengujian ini dilakukan dengan melihat perbedaan rerata nilai post-test dengan nilai standar ketuntasan belajar yang ditentukan oleh sekolah.

mengacu pada kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran IPA yaitu 70.

H. Alur Penelitian

Memperkenalkan dan membiasakan siswa belajar menggunakan model PBM

Studi pendahuluan

Menentukan masalah penelitian

Kajian literatur

Judgement instrumen Pembuatan RPP

Revisi instrumen

Uji coba instrumen

Analisis hasil uji coba Judgement RPP

Menentukan Subjek Penelitian Rumus uji Z =


(5)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan penguasaan konsep siswa melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada materi pencemaran lingkungan termasuk kategori sedang (nilai N-gain = 0,7). Peningkatan kemampuan bertanya siswa melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah pada materi pencemaran lingkungan terbukti dari persentase jenjang kognitif pertanyaan yang diajukan siswa sebelum dan setelah pembelajaran mengalami penurunan pada jenjang C1 (17,7%) dan jenjang C2 (0,8%) sedangkan pada jenjang C3, C4, dan C5 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,6%; 11,3%; 5,7%. Peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada materi pencemaran lingkungan termasuk kategori sedang (nilai N-gain = 0,5). Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam mempelajari materi pencemaran lingkungan, namun dalam penerapannya guru masih mengalami kendala yaitu pengondisian kelas serta pengelolaan waktu.

B. Saran

Demi kepentingan perkembangan penelitian pendidikan IPA, khususnya Biologi maka penulis mengajukan beberapa saran.

1. Dalam variabel kemampuan mengajukan pertanyaan, sebaiknya pertanyaan siswa selama pembelajaran dijaring sebagai data penunjang.

2. Dalam menerapkan pembelajaran berbasis masalah dibutuhkan persiapan yang matang mulai dari sarana penunjang penyelidikan, sumber informasi yang sekiranya dibutuhkan siswa serta kesiapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah terutama bagi siswa yang belum memiliki


(6)

Leo Muhammad Taufik, 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERTANYA, DAN MEMECAHKAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pengalaman belajar dengan model tersebut dibutuhkan proses pengenalan dan pembiasaan terlebih dahulu.

3. Dalam menerapkan pembelajaran berbasis masalah adakalanya guru dihadapkan pada keterbatasan waktu. Hal ini dapat diatasi dengan memecah setiap langkah pembelajaran berbasis masalah sesuai dengan alokasi waktu yang diberikan pihak sekolah.

4. Dibutuhkan kajian lebih lanjut untuk mengetahui peran pembelajaran berbasis masalah terhadap variabel-variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini misalnya keterampilan berkomunikasi.


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA.

0 3 31

Analisis Kemampuan Bertanya Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Menggunakan Kurikulum 2013.

3 16 29

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED PADA TEMA PENCEMARAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH SISWA.

1 1 40

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBASIS LINGKUNGAN.

0 1 39

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN.

17 70 27

PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP.

0 0 36

PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN.

0 0 82

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, SIKAP ILMIAH, DAN KEMAMPUAN BERTANYA SISWA SMA PADA TOPIK KEANEKARAGAMAN HAYATI.

0 0 41

Analisis Kemampuan Bertanya Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Menggunakan Kurikulum 2013 - repository UPI S BIO 1004542 Title

0 0 4

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH VERSUS KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA Fitriati

0 0 8