Pengaruh Aktivitas Fisik Senam Senam Aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Pada Lansi Hipertensi di Lingkungan Kelurahan Tonja.

(1)

SKRIPSI

PENGARUH AKTIVITAS FISIK SENAM AEROBIK

LOW

IMPACT

TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA

HIPERTENSI DI LINGKUNGAN KELURAHAN TONJA

Oleh:

NI PUTU DESY TRISNASARI

NIM. 1102105006

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(2)

PENGARUH AKTIVITAS FISIK SENAM AEROBIK

LOW

IMPACT

TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA

HIPERTENSI DI LINGKUNGAN KELURAHAN TONJA

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

NI PUTU DESY TRISNASARI

NIM. 1102105006

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

(4)

(5)

Lampiran 2

Pernyataan Keaslian Tulisan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ni Putu Desy Trisnasari NIM : 1102105006

Fakultas : Kedokteran Universitas Udayana Program Study : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas Akhir saya ini , benar -benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran oran lain yang saya akui sebagai tulisan saya atau pikiran say a sendiri dan apabila dikemudian hari dapt dibuktikan proposal iniadalah hasil jiplana , maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, Januari 2015 Yang membuat pernyataan

(Ni Putu Desy Trisnasari)


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

Pengaruh Aktivas Fisik Senam Aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi Di Kelurahan Tonja.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K). M. Kes., sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF, sebagai ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

3. Ns. Desak Made Widyantari, M.Kep, Sp.Kep.MB, sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan ini tepat waktu.

4. Ns. Dewa Ayu Ari Rama Dewi, S.Kep sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan ini tepat waktu.

5. Kepada Lurah Tonja yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di lingkungan Kelurahan Tonja.

6. Kedua orang tua saya, keluarga, dan teman-teman angkatan 2011 PSIK A, serta seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari senpurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan masukan yang membangun.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Denpasar, Januari 2015 Penulis


(8)

ABSTRAK

Trisnasari , Putu Desy,2015.Pengaruh Aktivitas Fisik Senam Aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Lingkungan Kelurahan Tonja, Skripsi, Pogram Study Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pembimbing (1)Ns. Dsk.Md. Widyantari,M.Kep.Sp.Kep.MB.(2)Ns. Dewa Ayu Ari Rama Dewi,S.Kep

Angka kejadian hipertensi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal tersebut berdampak pada peningkatan angka komplikasi akibat Hipertensi. Pencapaian penurunan kejadian hipertensi melalui terapi non farmkologis merupakan upaya untuk mencegah dan mengurangi kejadian hipertensi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan aktivitas fisik senam aerobik low impact. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh latihan akivitas fisik senam aerobic low impact terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental menggunakan rancangan two group pretest-postest design. Teknik pengambilan sample yaitu non probability dengan teknik purvosive sampling, didapatkan 38 responden. Kelompok kontrol (n=19) dan perlakuan (n=19). Kelompok perlakuan melakukan latihan senam aerobic low impact 3 kali seminggu selama empat minggu dengan durasi 20 menit, dan kelompok kontrol tidak melakukan senam aerobik low impact. Berdasarkan hasil, menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata-rata tekanan darah sistolik (p=0,000) dan diastolik ( 0,021) yang bermakna pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol nilai sistolik (p=0,083) nilai diastolik (p=0,317) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah pretest dan posttest kelompok kontrol. Hasil analisis uji beda tekanan darah posttest kelompok kontrol dan perlakuan p=0,000 pada tekanan sistolik dan nilai p=0,027.Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah kelompok kontrol dan perlakuan.


(9)

Trisnasari , Putu Desy,2015. Effect of Physical Activity Low Impact Aerobic Gymnastics on Blood Pressure In Elderly Hypertension in Environmental Tonja village, Thesis, pogram Nursing Science., Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pembimbing (1)Ns. Dsk.Md. Widyantari,M.Kep.Sp.Kep.MB.(2)Ns. Dewa Ayu Ari Rama Dewi,S.Kep

The incidence of hypertension year by year has increased. It has an impact on an increasing number of complications due to hypertension. The reduction in the incidence of hypertension through non farmkologis therapy is an attempt to prevent and reduce the incidence of hypertension. Method to do is doing physical activity low impact aerobics. The purpose of this study is to determine the effect of physical activity practice low impact aerobic exercise on blood pressure in elderly hypertensive. This research is a quasi-experimental design was used two group pretest-posttest design. A technique that is non-probability sampling technique sampling purvosive, obtained 38 respondents. The control group (n = 19) and treatment (n = 19). The treatment group perform low impact aerobic exercises three times a week for four weeks with a duration of 20 minutes, and the control group did not do low impact aerobic exercises in a week. The results shows that there are differences in the average value of systolic blood pressure (p = 0.000) and diastolic (0.021) were significant in the treatment group. In the control group the value of systolic (p = 0.083) value of diastolic (p = 0.317) showed no significant differences in blood pressure pretest and posttest control group. Results of analysis of different test posttest blood pressure control and treatment groups, p = 0.000 in systolic pressure and p = 0,027. The results can be seen that the value was significant difference in blood pressure control and treatment groups.


(10)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SAMPUL DALAM ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang……….. 1

1.2Rumusan Masalah………. 8

1.3Tujuan Penelitian………... 8

1.4Manfaat Penelitian………. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi ... 11

2.2 Lansia ... 27

2.3 Senam aerobik ……… 29

2.4 Pengaruh Senam aerobic low Impact terhadap tekanan darah ... 37

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 40

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 42

3.3 Hipotesis ... 44

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 45

4.2 Kerangka Kerja ... 46

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

4.4 Populasi, Teknik Sampling Penelitian, dan Sampel... 47

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 49


(11)

vii

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ... 45 5.2 Pembahasan Hasil Peneitian ... 46 5.3 Keterbatasan Penelitian ... 47 Daftar Pustaka


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO (2010) ... 15 Tabel 2 Definisi Operasional Variabel ... 43 Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk Data Tekanan Darah

Pretest dan Post tset Kelompok Kontrol ... 57 Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk Data Tekanan Darah

Pretest dan Post test Kelompok Perlakuan ... 57 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Di

Lingkungan Kelurahan Tonja Tahun 2015 ... 61 Tabel 6 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Di

Lingkungan Kelurahan Tonja Tahun 2015 ... 61 Tabel 7 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Di

Lingkungan Kelurahan Tonja Tahun 2015 ... 62 Tabel 8 Distribusi Tekanan Darah Pretest dan Postest Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan di Lingkungan Kelurahan Tonja ... 63 Tabel 9 Hasil Analisis Perbedaan Tekanan darah Sistolik Pretest dan

Postest Pada Kontrol di Lingkungan Kelurahan Tonja ... 64 Tabel 10 Hasil Analisis Tekanan darah Diastolik Pretest dan


(13)

viii

Tonja ... 65 Tabel 11 Data Hasil Analisis Perbedaan Tekanan darah Sistolik

Pretest dan Postest Pada Perlakuan di Lingkungan Kelurahan Tonja ... 66 Tabel 12 Data Hasil Analisis Perbedaan Tekanan darah Diastolik

Pretest dan Postest Pada Perlakuan di Lingkungan Kelurahan Tonja ... 66 Tabel 13 Data Hasil Analisis Perbedaan Tekanan darah Siastolik Postest Pada Kelompok dan Perlakuan di Lingkungan

Kelurahan Tonja ... 67 Tabel 14 Data Hasil Analisis Perbedaan Tekanan darah Diastolik Postest Pada Kelompok Kontroldan Perlakuan di Lingkungan Kelurahan Tonja ... 67


(14)

viii

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol di Lingkungan Keluraha Tonja Tahan 2015


(15)

(16)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep Pengaruh Aktivitas Fisik senam aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Pada

Lansia Hipertensi di Lingkungan Kelurahan Tonja ... 41 Gambar 2 Desain penelitian non randomized quasi experimental

– pre and post test design ... 45 Gambar 3 Kerangka Kerja Pengaruh Pengaruh Aktivitas Fisik

senam aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Lingkungan Kelurahan


(17)

xi

DAFTAR SINGKATAN

BP : Blood Pressure

CRIPE : Continuous, Rhiythmical, Progresif dan Endurance

DNM : Denyut Nadi Maksimum

EDERF : Endhothelial Derive Relaxing Factor GTP : Guanosin Triphosphate (GTP)

JNC : Joint National Comitte

NO : Nitrit Oksida

Pernefri : Perhimpunan Nefrologi Indonesia

sGC : Solube Guanilate Cyclase


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Pernyataan Keaslian Tulisan Lampiran 3 :Penjelasan Subjek Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 : Rancangan anggaran Biaya

Lampiran 6 : SOP pengukuran tekanan darah Lampiran 7 : SOP Pengukuran Nadi

Lampiran 8 : Prosedur Pelaksanaan Senam Aerobic Low Impact Lampiran 10 : Jadwal Pelatihan Senam Aerobic Low Impact

Lampiran 11 : Lembar observasi Lampiran 12 : Master tabel

Lampiran 13 : Analisis Univariat dan Bivariat Lampiran 14 : Uji Homogenitas


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tekanan darah merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi atau hipertensi terjadi jika tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastol itu diatas 90 mmHg (Smeltzer & Bare 2005). Menurut Joint National Comitte (2012) semakin tinggi tekanan darah sistolik dan diastolik maka semakin besar resiko terkena stroke dan gagal jantung kongestif.

Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah diantaranya yaitu curah jantung, tahanan perifer (pembuluh darah halus), keturunan, hormone renin, angiotensin, aldosterone, peningkatan sistem saraf simpatis, faktor hemodinamik, dan gangguan kemampuan ginjal mengeluarkan natrium (Davey, 2005). Selain hal tersebut, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap kejadian hipertensi diantaranya, stress psikososial, kegemukan, merokok, alcohol, asupan tinggi natrium dan kurangnya berolahraga (Soenardi, 2005).

Menurut laporan Badan Kesehatan dunia WHO tahun 2007, hipertensi merupakan penyebab nomor 1 kematian di dunia. Prevalensi penderita


(20)

2

hipertensi di Indonesia menurut Depkes RI (2007), yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga dan 65% merupakan orang yang telah berusia 55 tahun ke atas. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 menunjukan bahwa kejadian hipertensi mencapai 31%.

Bali merupakan provinsi yang menempati peringkat ke empat di Indonesia dengan lansia terbanyak setelah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah lansia di Bali mencapai 3.907.400 orang pada tahun 2010, dan diperkirakan pada tahun 2015 jumlah lansia mencapai 4.152.800 orang. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2013, penderita hipertensi pada lansia di Bali semakin meningkat setiap tahun. Pada tahun 2010 berjumlah 8.837 orang, pada tahun 2011 jumlahnya 17.779 orang, pada tahun 2012 jumlahnya 88.092 orang, dan pada tahun 2013 jumlah penderita hipertensi adalah 108. 295 orang.

Studi pendahuluan di wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara I pada bulan oktober tahun 2014, menunjukkan bahwa jumlah lansia semakin meningkat. Pada tahun 2011 angka kejadian hipertensi berjumlah 1415 orang, dan tahun 2012 jumlah penderita yaitu meningkat menjadi 1495 orang. Dari empat kelurahan yang menjadi wilayah kerja puskesmas Denpasar utara 1, saat ini kelurahan Tonja adalah kelurahan yang memiliki jumlah lansia paling banyak yaitu berjumlah 1479 orang. Dari jumlah lansia tersebut hampir sebagian dari


(21)

3

jumlah lansia mengalami hipertensi. Lansia yang mengalami hipertensi merupakan lansia pensiunan PNS dan wiraswasta dan Ibu Rumah Tangga yang aktivitas fisiknya tidak terlalu berat.

Dengan bertambahnya usia, lansia cenderung mengalami masalah kesehatan yang disebabkan oleh penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan. (Tambher dan Noorkasiani, 2009). Proses penuaan merupakan proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan meliputi perubahan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pada perubahan fisiologis terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh dalam mengadapi gangguan dari dalam maupun dari luar. (Tambayong, 2005). Hal ini menyebabkan lansia mudah mengalami gangguan kesehatan utamanya hipertensi.

Seseorang yang mempunyai peningkatan berat badan lebih dari 20%, hiperkolesterol dan kurangnya melakukan aktivitas fisik beresiko terkena hipertensi. Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Beberapa komplikasi yang timbul akibat hipertensi yaitu penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal kronik, kebutaan karena retinopati hipertensi, ensefalopati, dan penyakit arteri perifer. Meningkatnya komplikasi yang diakibatkan oleh hipertensi memerlukan penanganan secara intensif. Penatalaksanaan pada penderita hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis misalnya


(22)

4

dengan obat golongan diuretik, penghambat Andregenik seperti β –bloker, ACE Inhibitor, ARB, Antagonis kalsium dan Vasodilator (Divine, 2012). Penatalaksanaan non- farmakologis misalnya dengan menjalankan pola hidup sehat, mengurangi penggunaan garam, berhenti merokok, mengelola stress, istirahat yang cukup, dan melakukan olahraga yang tidak terlalu berat secara teratur ( Susilo & Wulandari, 2011).

Salah satu terapi non farmakologis yang dapat digunakan sebagai upaya untuk mencegah hipertensi pada lansia yaitu dengan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik pada penderita hipertensi terutama bagi para lansia sangat bermanfaat, yaitu dengan meningkatkan denyut dan curah jantung yang mensirkulasi darah ke seluruh bagian tubuh (Gilang, 2007). Aktivitas fisik seperti senam aerobik low impact, merupakan salah satu aktivitas senam dengan gerakan ringan yang mampu meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru. Aktivitas fisik seperti senam aerobik terbukti dapat memperbaiki aliran darah, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan berat badan, dan menurunkan tekanan darah 4-9 mmHg ( Pinzon dan Rizaldy, 2010).

Mekanisme penurunan tekanan darah setelah latihan senam aerobik low impact berhubungan dengan aktivitas nitrit oksida (NO). Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur akan menyebabkan tubuh memproduksi NO (Gilang, 2007). Aktivitas fisik terutama aerobik mampu meningkatkan produksi NO serta merangsang pembentukan dan pelepasan endothelial derive relaxing


(23)

5

factor (EDRF), yang merilekskan dan melebarkan pembuluh darah (Dede, 2005).

Latihan aerobik low impact yang dilakukan pada penderita hipertensi memiliki gerakan-gerakan yang bertujuan untuk menurunkan tekanan darah. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka aktivitas fisik senam aerobik harus memenuhi prinsip-prinsip latihan fisik yaitu CRIPE ( continuous, rhythmical, interval, progresif dan endurance), senam dilakukan terus menerus, bertahap diiringi dengan music, gerakan selang seling antara gerakan cepat dan lambat serta dilakukan selama 20-60 menit. (Harber dan Scott, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Fitriana, 2010), mengenai “Pengaruh senam aerobik low impact terhadap tekanan darah pada usia Produktif Penderita Hipertensi Di Kelurahan Pringapus Kecamatan Pringapus

Kabupaten Semarang “ menunjukkan bahwa latian senam aerobik low impact

dengan frekuensi 3 kali per minggu merupakan latihan yang efektif untuk menurunkan tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sesudah diberikan senam aerobik low impact antara kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan p value 0,000 (<α=0,05).

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Fadli (2010) dengan judul “ Pengaruh Senam Aerobik Terhadap Tekanan Darah Pada Laki-laki Usia 20-39 Tahun


(24)

6

dengan Hipertensi Grade Satu di perkumpulan Pedagang Marakas. Penelitian ini adalah quasi eksperiment yang menggunakan rancangan two group pretest-posttest design dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji t berpasangan, pada kelompok perlakuan ada perbedaan nilai rata-rata tekanan darah sistolik yang bermakna (p=0.00) sebelum latihan 148.17 mmHg dan sesudah latihan 142.55 mmHg, sedangkan pada kelompok control tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0.33) sebelum latihan 150.84 mmHg dan sesudah latihan 151.00 mmHg. Berdasarkan hasil uji t berpasangan diperoleh pada kelompok perlakuan ada perbedaan nilai rata-rata tekanan darah diastolic yang bermakna (p=0.00) sebelum latihan 93 mmHg dan sesudah 90.34 mmHg sedangkan pada kelompok control tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0.16) sebelum latihan 94.84 mmHg dan sesudah latihan 95.17 mmHg.

Sementara itu, Penelitian lain juga dilakukan oleh Arfani (2013) dengan judul “Pengaruh Latihan Aktivitas Fisik Senam Aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Kelurahan Brebes. ”Penelitian ini adalah pre eksperiment yang menggunakan rancangan one group pretest-posttest design dengan tingkat kepercayaan 95%. Penelitian ini menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi pada kelompok responden tekanan sistolik dan diastole mengalami penurunan.


(25)

7

(0.000 < 0.005). Hasil analisa tersebut menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan aktifitas fisik senam aerobik low impact terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh latihan aktivitas fisik senam aerobik low impact


(26)

8

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumusukan pertanyaan penelitian sebagai berikut “ Apakah ada pengaruh aktivitas fisik senam aerobik low impact terhadap tekanan darah lansia pada lansia dengan Hipertensi di lingkungan kelurahan Tonja ?

1.3Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aktifitas fisik senam aerobik low impact terhadap tekanan darah pada lansia dengan Hipertensi di lingkungan kelurahan Tonja.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

1. Mengidentifikasi karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pekerjaan)

2. Mengidentifikasi tekanan darah pretest pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan intervensi senam aerobik low impact di lingkungan kelurahan Tonja

3. Mengidentifikasi tekanan darah posttest pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan intervensi senam aerobik


(27)

9

4. Menganalisis perbedaan tekanan darah pretest dan posttest pada kelompok perlakuan yang diberikan intervensi senam aerobik low impact di lingkungan kelurahan Tonja

5. Menganalisis perbedaan tekanan darah pretest dan posttest pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi senam aerobik

low impact di lingkungan kelurahan Tonja

6. Mengananlisis perbedaan selisih tekanan darah antara kelompok kontrol dan perlakuan yang diberikan intervensi senam aerobik

low impact di lingkungan kelurahan Tonja.

1.4Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Mengetahui informasi atau pengetahuan lebih lanjut tentang pengaruh senam aerobik low impact terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di lingkungan kelurahan Tonja

2. Sebagai wacana untuk pengembangan penelitian lebih lanjut di bidang keperawatan gerontik khususnya pemberian senam aerobik

low impact terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di lingkungan kelurahan Tonja


(28)

10

1. Sebagai salah satu terapi non farmakologis yang dapat digunakan oleh lansia dalam mengontrol tekanan darah sehinggadapat meningakatkan kualitas hidupnya.

2. Dapat digunakan oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya dalam hal pelatihan senam aerobik low impact untuk menjaga tekanan darah para lanjut usia

3. Dapat dijadikan referensi untuk peningkatan dan pengembangan pelaksanaan senam aerobik low impact di kelurahan Tonja


(29)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti menuliskan mengenai teori-teori yang dapat mendukung argumentasi penulis. Tinjauan teori yang penulis tampilkan pada BAB ini meliputi hipertensi, latihan senam aerobik low impact serta pengaruh senam aerobik low impact terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi.

2.1Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Tekanan darah merupakan gaya (atau dorongan) darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi atau hipertensi secara umum didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg Guyton & Holl (2006). Menurut (Bryan wiliams, 2007 ) tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah. Lebih terperinci lagi dijelaskan bahwa tekanan darah (BP=Blood Pressure) dinyatakan dengan millimeter (mm) merkuri (Hg).

Tekanan darah dapat berfluktuasi dalam batas tertentu tergantung oleh umur, diet dan tingkat stress yang dialami (Tambayong, 2000).


(30)

12

Tekanan darah tinggi atau disebut dengan Hipertensi merupakan kondisi yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua (Wahyunita dan Fitrah, 2010). Pengaturan tekanan darah pada hipertensi merupakan proses yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung (Syarifudin, 2006).

Jadi dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistole > 140 dan tekanan darah diastole > 90 mmhg yang dapat berubah-ubah sesuai dengan umur, aktivitas, elastisitas arteri tingkat strees pengendalian ginjal serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah.

2.1.2 Jenis Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu gangguan pembuluh darah yang menyebabkan suplai darah dan oksigen terhambat ke jaringan tubuh sehingga mengakibatkan jantung harus memompa darah lebih cepat (Sustrani, 2006). Menurut Corwin (2009), beberapa faktor yang merupakan penyebab umum dari hipertensi, dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder.


(31)

13

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Hipertensi esensial ini merupakan jenis hipertensi idiopatik karena tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin, angiotensin, peningkatan Na dan Ca intraseluler (Santoso, 2009). Menurut Baradero, Mary (2008), faktor risiko hipertensi esensial meliputi : umur, riwayat keluarga, obesitas yang dikaitkan dengan peningkatan volume intravaskuler, aterosklerosis, merokok, kadar garam tinggi (natrium membuat retensi air yang dapat menyebabkan volume darah meningkat), mengkonsumsi alkohol dan stress emosi yang merangsang system saraf simpatis.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal

Hipertensi sekunder merupakan peningkatan tekanan darah akibat dari penyakit atau ganguan tertentu seperti gangguan pada ginjal, penyakit parenkim ginjal (glomerulus, gagal ginjal), penyakit renovaskular, ganguan pada kelenjar adrenal, fenokromositoma, koartasi aorta dan trauma kepala ( Mary, Baradero, 2005). Faktor pencetus terjadinya hipertensi sekunder antara lain pengunaan kontrasepsi oral neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatrik), peningkatan volume intravascular, tumor kranial,


(32)

14

syndrome cushing, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan ( Unjianti, 2010).

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi

Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) memilih klasifikasi sesuai WHO/ISH karena memiliki sebaran yang lebih luas.Klasifikasi hipertensi menunjukkan nilai tekanan darah yang sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata dapat menyebabkan peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler.Klasifikasi hipertensi pada orang dewasa menurut WHO tahun 2010 seperti yang tercantum dalam tabel Berikut.


(33)

15

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO (2010).

Kategori

Tekanan sistolik (mmHg)

Tekanan diastolik (mmHg)

Tensi optimal <120 <80 Tensi normal <130 <85

Kategori

Tekanan sistolik (mmHg)

Tekanan diastolik (mmHg)

Tensi normal tinggi 130-139 85-89 Tingkat 1 : hipertensi

ringan 140-159 90-99

Subgroup : batas 140-149 90-94 Tingkat 2 :hipertensi

sedang 160-179 100-109

Tingkat 3 :hipertensi berat 180-209 110-119 Hipertensi sistolik isolasi >140 <90 Subgroup: batas 140-149 <90 Tingkat 4 : hipertensi

maligna >210 >120

2.1.4 Faktor - faktor yang mempengaruhi tekanan darah

Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh banyak factor ( Potter & Perry, 2005). Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.


(34)

16

1) Merokok

Rokok memiliki kandungan 4.000 racun kimia yang berbahaya. Adapun bahan utama dari rokok terdiri dari 2 zat, yaitu: nikotin dan karbon monoksida (Manik, 2011). Zat nikotin yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri. Kandungan nikotin dalam rokok dapat meningkatkan hormone epinefrin yang membuat penyempitan pada pembuluh darah arteri. Selain hal tersebut kandungan karbonmonoksida dalam rokok dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh sehingga dapat meningkatkan tekanan darah ( Marliani, Lily dan Tantan, 2007). 2) Alkohol

Alkohol memiliki efek yang dapat meningkatkan keasaman darah. Darah akan menjadi kental sehingga jantung akan dipaksa bekerja lebih kuat (Komaling dan Wongkar, 2013). Konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor penting yang memiliki hubungan dengan tekanan darah. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman beralkohol perhari dapat meningkatkan risiko menderita hipertensi sebesar dua kali (Bustan, 2007).


(35)

17

3) Kurang aktivitas olahraga

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat. Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi (Effendi Sianturi, 2004).

4) Obesitas

Obesitas dapat meningatkan tekanan darah hal ini berbuhungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah jantung. Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat


(36)

18

membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat (Ellisa,2009).

5) Intake garam

Kadar garam tinggi (natrium) membuat retensi air yang dapat menyebabkan volume darah meningkat. Konsumsi garam berlebih membuat pembuluh darah pada ginjal menyempit dan menahan aliran darah. Konsumsi garam per hari yang dianjurkan adalah sebesar 1500-2000 mg atau setara dengan satu sendok (Basha, 2008). Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Sugiharto, 2007).

6) Stress

Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat ( Hasurungan, J. 2002). Stress akan meningkatkan resisitensi pembuluh darah perifer


(37)

19

dan curah jantung, sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatik (Arieska Ann Soenarta, 2008).

b. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi 1) Usia

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Setelah berumur > 45 tahun, dinding arteri akanmengalami penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar berkurang. Pada usia lanjut peningkatan tekanan darah terjadi akibat adanya penurunan elastisitas pembuluh darah peningkatan resistensi pembuluh darah perifer serta aktifitas simpatik (Anggraeni, 2009).

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin berhubungan dengan adaya efek perlindungan esterogen pada wanita dalam meningkatkan kadar kolesterol HDL yang dapat mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah (Ramayulis, 2009). Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung


(38)

20

memiliki tekanan darah yang lebih tinggi, sedangkan setelah menopause wanita cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dari pada pria usia dewasa (Scanlon & Sanders, 2007). 3) Faktor Genetik

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) meningkatkan resiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial). Faktor genetik ini berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membranesel (Smletzer, 2004). Menurut Davinson bila kedua orang tua menderita hipertensi maka 45% anak akan menderita hipertensi dan bila salah satu orang tua yang menderita hipertensi maka sekitar 30% anak akan menderita hipertensi ( Depkes RI, 2006).

2.1.5 Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme kontraksi dan relaksasi pembuluh darah berada di pusat vasomotor, yang terletak pada medula otak. Mekanisme tersebut dimulai dari pusat vasomotor melalui jaras saraf simpatis ke ganglia simpatis yang berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari columna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torakoabdominal. Rangsangan dari pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,


(39)

21

neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinepfrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. ( Smelzer et al,.2008).

Menurut (Corwin, 2009) hipertensi terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu curah jantung dan tahanan perifer, sistem renin-angiotensin serta sistem saraf simpatis. Curah jantung dan tahanan perifer dapat meningkatkan tekanan darah. Peningkatan curah jantung terjadi melalui dua cara yaitu peningkatan volume cairan atau preload

dan rangsangan saraf yang mempengaruhi kontraktilitas jantung. Curah jantung meningkat secara mendadak akibat adanya rangsang saraf adrenergik.

Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik (Lam Murni, 2011).

Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi sel otot halus berpengaruh pada peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan


(40)

22

konsentrasi otot halus mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang dimediasi oleh angiotensin dan menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang irreversible (Gray, Darkins, Morgan, dan Simpon, 2005). Perubahan struktur pembuluh darah meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang mengakibatkan penurunan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah (Corwin, 2009). Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer (Anggie Hanifa, 2009).

2.1.6 Manifetasi klinis hipertensi

Gejala umum yang terjadi pada hipertensi yaitu sakit kepala, epistkasis, pusing, dan tinnitus berhubungan dengan naiknya tekanan darah. Empat akibat utama hipertensi adalah stroke, infark miokard, gagal ginjal, dan ensefalopati (Tambayong, 2000). Beberapa penderita hipertensi yang tidak menunjukkan gejala sampai bertahun-tahun biasanya .menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah. Keterlibatan pembuluh darah dalam otak dapat menimbulkan stroke atau serangan


(41)

23

iskemik dengan tanda gejala paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan ( Rokhaeni, 2001). Menurut Corwin (2009), manifestasi klinis hipertensi terjadi setelah mengalami hipertensi bertahun tahun, dan berupa sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina, cara berjalan yang tidak bagus Karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia yang disebabkan akibat peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus serta edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

2.1.7 Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan terjadi komplikasi serius pada organ-organ tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung (Yugiantoro, 2006). Beberapa komplikasi yang timbul akibat hipertensi diantaranya stroke, infark miokard, gagal ginjal, enselopalopati, kejang.

a. Stroke

Stroke dapat terjadi akibat hemoragik tekanan darah tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis


(42)

24

apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri pada otak mengalami arteriosclerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinaan terbentuknya aneurisma (Yugiantoro, 2006).

b. Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark (Lam Murni, 2011).

c. Gagal ginjal

Penyakit ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga terjadi edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma


(43)

25

yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik ( Corwin, 2009).

d. Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan kematian (Lam Murni Sagala, 2011)

e. Kejang

Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang baru lahir mungkin memiliki berat lahir kecil akibat fungsi placenta tidak adekuat , kemudian dapat dialami hipoksia dan asidosis jika ibu kejang selama atau sebelum proses persalinan ( Elisabeth J Corwin , 2009: 487-488).

2.1.8 Penatalaksanaan Hipertensi

Penanganan untuk setiap pasien hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Secara umum penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah dibagi menjadi dua,


(44)

26

yaitu terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Pengobatan farmakologis adalah pengobatan dengan menggunakan obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah yang biasanya menggunkaan satu atau lebih obat. Pengobatan farmakologis yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah terdiri dari tujuh golongan, yaitu golongan diuretik (aceinhibitor, karbonik anhydrase, loop diuretic, tirazid, osmotic dan hemat kalium, beta blocker (acebutalol, metoprolol dsb), angiotensin converting enzyme ( captopril, dsb), angiotensin II receptor bloker (Iosartan, olmesartan), obat yang bekerja di system saraf pusat ( clonidin, metildopa) dan vasodilator ( fenolpopan , hidralazin, dan minoxidili) (Lili dan Tantan, 2007).

Pengobatan nonfarmakolgis adalah pengobatan yang dilakukan tanpa menggunakan obat-obatan. Untuk menurunkan tekanan darah, penderita penyakit hipertensi harus melakukan perubahan pola hidup yang lebih baik. Mengubah pola hidup dengan pola hidup yang sehat dapat memperbaiki derajat kesehatan dan untuk mengurangi faktor resiko yang dapat memperburuk penyakit, diantaranya dengan mengurangi asupan garam, mengurangi berat badan, mengurangi makanan yang mengandung tinggi lemak, mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok, mengurangi atau menghentikan mengkonsumsi alkohol dan kafein, menghindari stress, mengontrol


(45)

27

gula darah dan kolesterol, melakukan aktifitas fisik atau olahraga dan relaksasi. Salah satu aktifitas fisik atau olahraga untuk lansia adalah aktivitas aerobic low impact (Gilang, 2007)..

2.2 Lansia

2.2.1Pengertian Lansia

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, Pasal 1 ayat (2) ,(3), (4) dalam Nugroho (2008). Menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menurut Mickey (2006), menyatakan lansia merupakan kelompok usia 60 tahun keatas yang rentan terhadap kesehatan fisik dan mental. Penuaan pada lansia atau dikenal dengan

aging merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penuruan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ dan fungsi sistem tubuh pada lansia bersifat alamiah atau fisiologis.

2.2.2 Perubahan Morfologis dan fungsi tubuh pada lansia

Pada sistem kardiovaskular terjadi perubahan pada organ jantung lansia yang meliputi katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% per tahun, berkurangnya kardiak output, berkurangnya heart rate terhadap respon stress, hilangnya elastisitas


(46)

28

pembuluh darah. Selain itu bertambahnya usia sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus. Perubahan ini terjadi akibat peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri (Mickley, 2006). Menurut Santoso (2009), perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya perubahan fisik, dan psikologis.

1) Perubahan kondisi fisik

Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen. Masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacuan mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada saat melakukan aktifitas atau kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, dan sering pusing (Santoso, 2009).

2) Perubahan Psikologis

Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu lansia yang bersangkuatan. Menurut Miller (2004) dan Cornelius (1993), dalam Endah (2009), lansia sering mengalami kebingungan yang akanmempengaruhi kemampuan untuk berkonsentrasi, sehingga dapat


(47)

29

mengakibatkan kekhawatiran atau kecemasan. Kemudian perasaan stress, depresi atau adanya sesuatu yang hilang dan perasaan berduka juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit demensia.

2.3 Senam Aerobik

2.3.1Pengertian Senam aerobic

Menurut Wicaksono (2011), senam aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Latihan aerobik dimulai dengan pemanasan selama 5 menit kemudian diikuti dengan latihan pokok dengan mengukur rmaksimum detak jantung dengan pencapaian 220 dikurangi usia yang sedang berlatih per menit (DNM). Latihan ini dilakukan selama 20 menit, namun bila dilakukan setiap hari atau bila tidak ada waktu boleh dilakukan 3x 30 menit per minggu (Mahalayati, 2010).

Menurut Tangkudung (2004), senam aerobik ialah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik yang juga dipilih sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas, dan durasi tertentu. Tangkudung (2004) juga menjelaskan senam aerobik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru. Pefrosky (2005) menjelaskan karakteristik senam aerobic diantaranya adalah mempunyai tujuan meningkatkan kemampuan jantung dan paru serta menggunakan irama musik. Senam aerobik


(48)

30

low impact merupakan senam yang gerakannya ringan, bisa dilakukan mulai dari usia anak-anak, dewasa bahkan lansia. Gerakannya ini berupa gerakan-gerakan kaki, seperti jalan di tempat, jalan maju mundur tepuk tangan, serta dikombinasikan dengan gerakan-gerakan tangan dan bahu, sehingga olahraga jenis ini cocok digunakan untuk orang yang menderita penyakit jantung maupun hipertensi (Sunanto, 2009).

2.3.2Manfaat Senam Aerobic low impact

Manfaat senam aerobic yaitu untuk menjaga kesehatan jantung dan stamina tubuh. Menurut Muhajir (2007), senam aerobik dapat meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru, membakar lemak yang berlebihan di tubuh, mengencangkan tubuh dan mencegah timbulnya penyakit kardiovaskuler seperti stroke. Selain itu latihan senam dapat menghilangkan kebiasaan buruk seperti merokok. Menurut Moh Gilang (2007), kegiatan senam aerobik dapat meningkatkan kelenturan, keseimbangan, koordinasi, kelincahan daya tahan tubuh. Dengan melakukan aerobik selama 20 menit, maka energi akan meningkat sebesar 20%.

2.3.3Prinsip Senam Aerobic Low Impact

Untuk mencapai target heart rate dalam senam aerobic low impact diperlukan prinsip-prinsip latihan yang menunjang sebagai berikut:


(49)

31

1) Intensitas Latihan

Intensitas latihan sangat diperlukan dalam mencapai target heart rate. Intensitas latihan yang baik berada dalam rentang 70-85% dari denyut nadi maksimal. Rentang daerah ini lazim disebut sebagai training zone atau daerah latihan. Suatu latihan yang telah dilakukan seseorang dinilai telah memenuhi takaran yang baik apabila denyut latihannnya berada dalam rentang 70-85% dari denyut nadi maksimalnya (Malahayati, 2010). Untuk mengetahui denyut nadi dalam satu menit, bisa memakai dua cara, cara pertama yaitu dengan menggunakan alat yang bernama pulse meter. Alat ini sangat terbatas dan hanya tersedia di laboratorium olahraga. Dengan memasukkan jari telunjuk selama 1 menit, maka secara otomatis hasil penghitungan denyut nadi langsung dapat diketahui. Cara kedua dengan cara palpasi yaitu dengan cara meraba denyut nadi pada pergelangan tangan atau pada pangkal leher menggunakan jari telunjuk dan jari tengah (Moh Gilang, 2007).

2) Durasi

Lama latihan berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Intensitas latihan yang berat membutuhkan waktu yang lebih pendek dibandingkan dengan intensitas latihan yang ringan.


(50)

32

Latihan dengan tempo yang terlalu lama atau terlalu pendek akan memberikan hasil yang kurang efektif. Dalam senam aerobik total waktu latihan yang baik umumnya antara 20-60 menit dalam satu sesi latihan (Suharno, 2009).

3) Frekuensi

Frekuensi latihan adalah berapa kali latihan intensif yang dilakukan oleh seseorang. Frekuensi latihan untuk senam aerobik dilakukan 2-5 kali seminggu. Apabila frekuensi latihan lebih dari 5 kali maka dikhawatirkan tubuh tidak cukup beristirahat dan melakukan adaptasi kembali ke keadaan normal sehingga dapat menimbulkan sakit atau over training. Untuk lansia senam aerobik cukup dilakukan 3 kali selama seminggu (Malahayati, 2010).

4) Intensitas

Intensitas latihan adalah lama waktu atau bobot latihan yang dilakukan selama melakukan senam aerobic low impact. Latihan sebaiknya antara 70-85 persen dari denyut jantung maksimum. Untuk pemula dengan kesehatan yang baik 70 % denyut jantung maksimum sangat bagus ( Moh Gilang, 2007).


(51)

33

5) Time

Waktu atau lamanya latihan sebaiknya bertahap ditingkatkan antara 20-60 menit.

2.3.4Jenis-jenis senam aerobic

1) Low impact ( Benturan Ringan)

Pengertian latihan low impact merupakan latihan yang dilakukan dengan iringan musik yang sedang, iramanya dengan rangkaian gerakan yang dipandu, tanpa latihan yang menggunakan lompatan-lompatan dan menggunakan otot-otot tubuh baik bagian atas maupun bagian bawah tubuh. Tujuan latihan ini adalah meningkatkan endurance atau daya tahan atau stamina bagi pelakunya. Latihan ini sangat cocok untuk pemula dan semua usia (Ashadi, 2008). Menurut Malahayati (2010) senam aerobik low impacts, hanya mempunyai gerakan ringan seperti berjalan di tempat, menekuk siku, dan menyerongkan badan. Diiringi alunan musik yang tidak terlampau keras tapi membuat bersemangat. Senam aerobik low impact inilah yang tepat digunakan untuk lansia dan bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung dan stamina tubuh.


(52)

34

2) High Impact

Senam High Impacts (senam aerobik aliran gerakan keras). Jenis latihan ini sangat cocok bagi mereka yang telah memiliki seperangkat syarat-syarat kualitas dan teknik senam aerobik yang memadai. Latihan high atau lompatan-lompatan adalah jenis latihan yang bertujuan meningkatkan power dan meningkatkan kardiovaskular bagi pelakunya. Latihan ini adalah latihan yang dilakukan dengan intensitas yang tinggi diiringi oleh musik yang berirama cepat ( Moh, Gilang, 2007).

3) Moderate Impact

Moderate impact merupakan perpaduan antara senam aerobik low impact dan senam aerobik high impact. Latihan moderate impact

merupakan latihan yang diperlakukan secara sistematis dan harmonis serta ritmis untuk meningkatkan endurance atau daya tahan secara keseluruhan. Senam aerobik moderate impact juga meningkatkan power bagi pelakunya, apabila dilakukan dalam waktu yang teratur (Malahayati, 2010).

2.3.5Kelebihan dan Kelemahan Senam aerobic low impact

Kelebihan Senam aerobik low impact adalah olahraga yang murah dan mudah dilakukan, tidak membutuhkan peralatan yang rumit dan


(53)

35

hampir semua orang dapat melakukannya (Malahayati, 2010). Senam aerobik low impact juga mempunyai kekurangan antara lain adalah aerobik low impact tidaklah bebas sama sekali dari kemungkinan mengalami cidera. Hal ini terjadi karena mereka melakukan gerakan tangan yang berlebihan, untuk memberikan kompensasi pada gerakan kaki yang hanya sedikit, dan dapat pula terjadi cedera pada bahu (Moh Gilang, 2007).

2.3.6 Prosedur Latihan Senam Aerobik low impact

Prosedur latihan senam aerobik low impact terdiri dari pemanasan , kegiatan inti dan pendinginan.

a. Pemanasan

Kegiatan pemanasan atau warning up memiliki tujuan yaitu meningkatkann elastisitas otot-otot dan ligament disekitar persendian untuk mengurangi resiko cedera, meningkatkan suhu tubuh dan denyut nadi sehingga mempersiapkan diri agar siap menuju ke aktivitas utama yaitu aktivitas latihan. Dalam Fase ini, pemulihan gerakan harus dilakukan dan dilaksanakan secara sistematis, runtut, dan konsisten dimulai dari kepala, lengan, dada, pinggang dan kaki (Moh gilang, 2010).


(54)

36

b. Kegiatan Inti

Fase latihan adalah fase utama dari sistematika latihan senam aerobik low impact yang berlangsung selama 20 menit. Dalam fase ini target latihan harus tercapai. Salah satu indikator latihan telah memenuhi target adalah dengan memprediksi bahwa latihan tersebut telah mencapai training zone (Malahayati, 2010). Training zone adalah daerah ideal denyut nadi dalam fase latihan. Rentang training zone adalah 60-90% dari denyut nadi maksimal seseorang (DNM) Denyut nadi yang dimiliki oleh setiap orang berbeda, tergantung dari tingkat usia seseorang. Berikut adalah rumus mencari denyut nadi maksimal seseorang (DNM). Umumnya rumus ini digunakan untuk pengukuran denyut nadi). DNM=220-usia (Tahun) (Irwansyah, 2006).

c. Pendinginan

Gerakan pendinginan merupakan gerakan penurunan dari intensitas tinggi ke gerakan intensitas rendah. Ditinjau dari segi faal, perubahan dan penurunan intensitas latihan secara bertahap berguna untuk menghindari terjadinya penumpukan asam laktat yang akan menyebabkan kelelahan dan rasa pegal pada bagian tubuh atau otot tertentu (Malahayati, 2010). Dalam tahap akhir


(55)

37

kegiatan aerobik ini bertujuan mengembalikan nadi yang cepat karena latihan kembali menjadi normal. Pada fase ini gerakan berangsur diturunkan kecepatannya selama 3-5 menit untuk mengembalikan ke denyut nadi normal (Giriwijoyo, 2007).

2.4 Pengaruh senam aerobic low impact terhadap penurunan tekanan darah

Melakukan aktivitas fisik seperti senam aerobik low impact mampu mendorong jantung bekerja secara optimal. Senam aerobik low impact

mampu meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh,sehingga meningkatkan aktivitas pernafasan dan otot rangka (Mahayati, 2010). Peningkatan aktivitas pernafasan akan meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan peningkatan volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung. Hal ini menyebabkan tekanan darah arteri meningkat dan akan terjadi fase istirahat. Fase ini mampu menurunkan aktivitas pernafasan otot rangka dan menyebabkan aktivitas saraf simpatis meningkat. Setelah itu kecepatan jantung menurun, volume sekuncup menurun, dan terjadi vasodilatasi arteriol vena. Penurunan ini mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadi penurunan tekanan darah (Sherwood, 2005).


(56)

38

Olahraga senam aerobik low impact dapat meningkatkan jumlah darah yang dipompa setiap menitnya oleh jantung khususnya dari ventrikel kiri. Melalui peningkatan jumlah darah yang dipompa akan mengakibatkan jumlah oksigen yang beredar ke seluruh tubuh juga meningkat (Stanley, 2006). Jumlah darah yang dipompa jantung bergantung kepada jumlah darah vena yang kembali ke jantung. Jantung akan memompa darah bila ada darah vena yang kembali ke jantung. Selama beraktivitas senam aerobik

low impact, terjadi kontraksi otot, difusi oksigen karbonmonoksida di paru dan konstriksi vena, hal tersebut mengakibatkan peningkatan jumlah darah vena yang kembali ke jantung (Malahayati, 2010). Melakukan senam aerobik low impact akan memberikan keuntungan bagi tubuh terutama jantung dan paru. Otot jantung bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa darah lebih maksimal. Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat. Disamping itu peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan berkembangnya pembuluh darah yang baru sehingga jantung mendapatkan lebih banyak zat makanan dan oksigen serta tidak mudah lelah.

Penelitian menunjukkan bahwa senam aerobik low impact berpengaruh terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi. Hal tersebut didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Arfani Asha, (2011). Dalam penelitian tersebut telah didapatkan hasil bahwa tekanan sistolik sebelum


(57)

39

intervensi yaitu 148-215 mmHg dan setelah intevensi turun menjadi 144-212 mmHg. Sedangkan tekanan diastole sebelum diberikan intervensi yaitu 80-93 mmHg turun menjadi 80-90 mmhg setelah diberikan intervensi. Dengan nilai p value adalah 0.000 . Data analisa tersebut dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan aktifitas fisik senam aerobik low impact terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Brebes.


(1)

2) High Impact

Senam High Impacts (senam aerobik aliran gerakan keras). Jenis latihan ini sangat cocok bagi mereka yang telah memiliki seperangkat syarat-syarat kualitas dan teknik senam aerobik yang memadai. Latihan high atau lompatan-lompatan adalah jenis latihan yang bertujuan meningkatkan power dan meningkatkan kardiovaskular bagi pelakunya. Latihan ini adalah latihan yang dilakukan dengan intensitas yang tinggi diiringi oleh musik yang berirama cepat ( Moh, Gilang, 2007).

3) Moderate Impact

Moderate impact merupakan perpaduan antara senam aerobik low impact dan senam aerobik high impact. Latihan moderate impact merupakan latihan yang diperlakukan secara sistematis dan harmonis serta ritmis untuk meningkatkan endurance atau daya tahan secara keseluruhan. Senam aerobik moderate impact juga meningkatkan power bagi pelakunya, apabila dilakukan dalam waktu yang teratur (Malahayati, 2010).

2.3.5Kelebihan dan Kelemahan Senam aerobic low impact


(2)

hampir semua orang dapat melakukannya (Malahayati, 2010). Senam aerobik low impact juga mempunyai kekurangan antara lain adalah aerobik low impact tidaklah bebas sama sekali dari kemungkinan mengalami cidera. Hal ini terjadi karena mereka melakukan gerakan tangan yang berlebihan, untuk memberikan kompensasi pada gerakan kaki yang hanya sedikit, dan dapat pula terjadi cedera pada bahu (Moh Gilang, 2007).

2.3.6 Prosedur Latihan Senam Aerobik low impact

Prosedur latihan senam aerobik low impact terdiri dari pemanasan , kegiatan inti dan pendinginan.

a. Pemanasan

Kegiatan pemanasan atau warning up memiliki tujuan yaitu meningkatkann elastisitas otot-otot dan ligament disekitar persendian untuk mengurangi resiko cedera, meningkatkan suhu tubuh dan denyut nadi sehingga mempersiapkan diri agar siap menuju ke aktivitas utama yaitu aktivitas latihan. Dalam Fase ini, pemulihan gerakan harus dilakukan dan dilaksanakan secara sistematis, runtut, dan konsisten dimulai dari kepala, lengan, dada, pinggang dan kaki (Moh gilang, 2010).


(3)

b. Kegiatan Inti

Fase latihan adalah fase utama dari sistematika latihan senam aerobik low impact yang berlangsung selama 20 menit. Dalam fase ini target latihan harus tercapai. Salah satu indikator latihan telah memenuhi target adalah dengan memprediksi bahwa latihan tersebut telah mencapai training zone (Malahayati, 2010). Training zone adalah daerah ideal denyut nadi dalam fase latihan. Rentang training zone adalah 60-90% dari denyut nadi maksimal seseorang (DNM) Denyut nadi yang dimiliki oleh setiap orang berbeda, tergantung dari tingkat usia seseorang. Berikut adalah rumus mencari denyut nadi maksimal seseorang (DNM). Umumnya rumus ini digunakan untuk pengukuran denyut nadi). DNM=220-usia (Tahun) (Irwansyah, 2006).

c. Pendinginan

Gerakan pendinginan merupakan gerakan penurunan dari intensitas tinggi ke gerakan intensitas rendah. Ditinjau dari segi faal, perubahan dan penurunan intensitas latihan secara bertahap berguna untuk menghindari terjadinya penumpukan asam laktat yang akan menyebabkan kelelahan dan rasa pegal pada bagian


(4)

kegiatan aerobik ini bertujuan mengembalikan nadi yang cepat karena latihan kembali menjadi normal. Pada fase ini gerakan berangsur diturunkan kecepatannya selama 3-5 menit untuk mengembalikan ke denyut nadi normal (Giriwijoyo, 2007).

2.4 Pengaruh senam aerobic low impact terhadap penurunan tekanan darah

Melakukan aktivitas fisik seperti senam aerobik low impact mampu mendorong jantung bekerja secara optimal. Senam aerobik low impact mampu meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh,sehingga meningkatkan aktivitas pernafasan dan otot rangka (Mahayati, 2010). Peningkatan aktivitas pernafasan akan meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan peningkatan volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung. Hal ini menyebabkan tekanan darah arteri meningkat dan akan terjadi fase istirahat. Fase ini mampu menurunkan aktivitas pernafasan otot rangka dan menyebabkan aktivitas saraf simpatis meningkat. Setelah itu kecepatan jantung menurun, volume sekuncup menurun, dan terjadi vasodilatasi arteriol vena. Penurunan ini mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadi penurunan tekanan darah (Sherwood, 2005).


(5)

Olahraga senam aerobik low impact dapat meningkatkan jumlah darah yang dipompa setiap menitnya oleh jantung khususnya dari ventrikel kiri. Melalui peningkatan jumlah darah yang dipompa akan mengakibatkan jumlah oksigen yang beredar ke seluruh tubuh juga meningkat (Stanley, 2006). Jumlah darah yang dipompa jantung bergantung kepada jumlah darah vena yang kembali ke jantung. Jantung akan memompa darah bila ada darah vena yang kembali ke jantung. Selama beraktivitas senam aerobik low impact, terjadi kontraksi otot, difusi oksigen karbonmonoksida di paru dan konstriksi vena, hal tersebut mengakibatkan peningkatan jumlah darah vena yang kembali ke jantung (Malahayati, 2010). Melakukan senam aerobik low impact akan memberikan keuntungan bagi tubuh terutama jantung dan paru. Otot jantung bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa darah lebih maksimal. Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat. Disamping itu peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan berkembangnya pembuluh darah yang baru sehingga jantung mendapatkan lebih banyak zat makanan dan oksigen serta tidak mudah lelah.

Penelitian menunjukkan bahwa senam aerobik low impact berpengaruh terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi. Hal tersebut didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Arfani Asha, (2011). Dalam


(6)

intervensi yaitu 148-215 mmHg dan setelah intevensi turun menjadi 144-212 mmHg. Sedangkan tekanan diastole sebelum diberikan intervensi yaitu 80-93 mmHg turun menjadi 80-90 mmhg setelah diberikan intervensi. Dengan nilai p value adalah 0.000 . Data analisa tersebut dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan aktifitas fisik senam aerobik low impact terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Brebes.


Dokumen yang terkait

PUBLIKASI ILMIAH Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lanjut Usia Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lanjut Usia.

0 2 11

PENGARUH SENAM AEROBIK LOW IMPACT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA LANJUT USIA Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lanjut Usia.

0 3 17

PENDAHULUAN Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lanjut Usia.

0 2 5

PENGARUH SENAM AEROBIK LOW IMPACT TERHADAP PENURUNAN Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Terhadap Penurunan Dysmenorrhea Primer Pada Mahasiswi Diploma IIII Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 6 19

EFEKTIVITAS SENAM ERGONOMIK DENGAN SENAM AEROBIC Efektivitas Senam Ergonomik Dengan Senam Aerobic Low Impact Terhadap Level Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi.

0 3 15

PENDAHULUAN Efektivitas Senam Ergonomik Dengan Senam Aerobic Low Impact Terhadap Level Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi.

0 0 9

EFEKTIVITAS SENAM ERGONOMIK DENGAN SENAM AEROBIC LOW Efektivitas Senam Ergonomik Dengan Senam Aerobic Low Impact Terhadap Level Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi.

0 3 18

PENGARUH SENAM AEROBIK LOW IMPACT INTENSITAS SEDANG TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Intensitas Sedang Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Posyandu Lansia Desa Wironanggan Sukoh

3 16 15

PENGARUH SENAM AEROBIK LOW IMPACT INTENSITAS SEDANG TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Intensitas Sedang Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Posyandu Lansia Desa Wironanggan Sukoh

3 11 17

EFEKTIVITAS SENAM LANSIA DAN SENAM AEROBIK LOW IMPACT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI BATURADEN

0 0 15