Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengendalian Diabetes Melitus pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016.

UNIVERSITAS UDAYANA

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PENGENDALIAN DIABETES MELITUS PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN
TAHUN 2016

NI KADEK AYU SUKMAWATI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

UNIVERSITAS UDAYANA

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PENGENDALIAN DIABETES MELITUS PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

TAHUN 2016

NI KADEK AYU SUKMAWATI
NIM. 1220025028

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
i

UNIVERSITAS UDAYANA

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PENGENDALIAN DIABETES MELITUS PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN
TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI KADEK AYU SUKMAWATI
NIM. 1220025028

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan
Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 14 Juli 2016


Pembimbing

dr. I Made Sutarga, M.Kes
NIP. 19530821 198012 1 001

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan
Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 14 Juli 2016

Tim Penguji Skripsi
Penguji I


Dr. drh. I Made Subrata, M.Erg
NIP. 19681120 200801 1 013

Penguji II

Made Pasek Kardiwinata, SKM., M.Kes
NIP. 19770101 200501 1 001

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas
berkat dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Gambaran Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Pengendalian Diabetes Melitus Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan atas kerjasama dan bantuannya dalam
penyusunan proposal ini kepada :
1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., PhD, selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
2. Ni Luh Putu Suariyani, SKM., MHlth & IntDev, selaku Kepala Bagian
Peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan masukan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. dr. I Made Sutarga, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. drh I Made Subrata, M.Erg dan Made Pasek Kardiwinata, SKM., M.Kes,
selaku penguji I dan penguji II yang telah memberikan masukan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan arahan,
saran dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

v

6. Kepala Puskesmas II Denpasar Selatan dan seluruh staf yang telah memberikan
dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh responden dalam penelitian ini yang telah memberikan dukungan

dalam penyusunan skripsi ini.
8. Orang tua (I Nengah Jiwa dan Ni Ketut Sukariyanti) dan saudara (I Putu
Suadityawan, S.Sos) yang telah memberikan doa dan dukungan dalam
penyusunan skripsi ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2012
yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
Demikian skripsi ini disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak yang menggunakan skripsi ini. Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini.
Denpasar, Juli 2016
Penulis

vi

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
Skripsi, Juli 2016
Ni Kadek Ayu Sukmawati

Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengendalian
Diabetes Melitus Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan
Tahun 2016

ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan sebagian besar pasien
DM tipe 2 memiliki pengendalian DM yang buruk dan berisiko untuk terjadinya
komplikasi akut maupun kronik. Keberhasilan pengendalian DM tergantung dari
perilaku pasien DM yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM
pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.
Desain penelitian yaitu cross-sectional deskriptif. Populasi dalam penelitian
yaitu pasien DM tipe 2 yang berkunjung ke Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2015
dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden yang dipilih menggunakan teknik
systematic random sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan
kuisioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 68,33% responden memiliki
pengetahuan baik, 58,33% responden memiliki sikap positif, 85% responden memiliki
jarak fasilitas kesehatan yang dekat, 71,67% responden menjawab biaya pengobatan

tidak menjadi beban, 56,67% responden memperoleh dukungan keluarga baik, 70%
responden memperoleh dukungan petugas kesehatan baik dan 73,33% responden
memiliki perilaku pengendalian DM yang kurang.
Diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman pasien DM tipe 2 mengenai
penyakit dan pengendalian DM sehingga dapat membantu pasien dalam
mengendalikan kadar gula darah dan mencegah terjadinya komplikasi.

Kata kunci: perilaku, pengendalian, DM tipe 2

vii

SCHOOL OF PUBLIC HEALTH
MEDICAL FACULTY
UDAYANA UNIVERSITY
EPIDEMIOLOGY
Mini Thesis, July 2016
Ni Kadek Ayu Sukmawati
Description of Factors Influencing Behavior of Diabetes Mellitus Control
In Patients With Type 2 Diabetes Mellitus in the Working Area of
South Denpasar II Community Health Center

In 2016

ABSTRACT
Research conducted in Indonesia showed the majority of patients with Type 2
DM have poor control of DM and the risk of acute and chronic complications. The
success of DM control depends on the patient behavior who are influenced by various
factors. This study aimed to describe of factors influencing behavior of DM control in
patients with Type 2 DM in the working area of South Denpasar II Community Health
Center in 2016.
The study design is cross-sectional descriptive. The population in the study is
patients with Type 2 DM who visited the South Denpasar II Community Health Center
in 2015 with a sample size of 60 respondents and selected using systematic random
sampling. Data were collected by interview using a questionnaire. Data were analysed
using univariate and bivariate.
The results showed as much as 68.33% of respondents have good knowledge,
58.33% of respondents have positive attitude, 85% of respondents have nearby
distance of health facilities, 71.67% of respondents said the cost of treatment is not a
burden, 56.67% of respondents obtain good family support, 70% of respondents obtain
good health workers support and 73.33% of respondents have poor behavior of DM
control.

Efforts are needed to improve the understanding of patients with Type 2 DM
about diseases and control of DM so that it can help patients in controlling blood sugar
levels and prevent complications.

Keywords: behavior, control, type 2 DM

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ......................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
ABSTRACT .............................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ............................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................ 4
Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 4
Tujuan .................................................................................................. 5
1.4.1

Tujuan umum .......................................................................... 5

1.4.2

Tujuan khusus ......................................................................... 5

Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
1.5.1

Manfaat teoritis ....................................................................... 6

1.5.2

Manfaat praktis ....................................................................... 6

Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 8
Diabetes Melitus................................................................................... 8
2.1.1

Definisi Diabetes Melitus ....................................................... 8

2.1.2

Epidemiologi Diabetes Melitus .............................................. 8

2.1.3

Diagnosis Diabetes Melitus .................................................. 10

2.1.4

Komplikasi Diabetes Melitus ............................................... 11

2.1.5

Pengendalian Diabetes Melitus ............................................ 11

Perilaku .............................................................................................. 14
2.2.1

Definisi perilaku ................................................................... 14

2.2.2

Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan ................... 15

ix

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...................... 18
Kerangka Konsep ............................................................................... 18
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................... 19
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 21
Desain Penelitian ................................................................................ 21
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 21
Populasi dan Sampel .......................................................................... 21
4.3.1

Populasi penelitian ................................................................ 21

4.3.2

Sampel penelitian ................................................................. 21

4.3.3

Penentuan besar sampel ........................................................ 22

4.3.4

Teknik pengambilan sampel ................................................. 22

Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 23
Pengolahan dan Teknik Analisis Data ............................................... 24
4.5.1

Pengolahan data .................................................................... 24

4.5.2

Teknik analisis data .............................................................. 24

BAB V HASIL ........................................................................................................... 26
Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 26
Analisis Univariat............................................................................... 27
5.2.1

Karakterisitk responden ........................................................ 27

5.2.2

Pengetahuan .......................................................................... 28

5.2.3

Sikap ..................................................................................... 29

5.2.4

Persepsi jarak fasilitas kesehatan .......................................... 30

5.2.5

Persepsi biaya pengobatan .................................................... 30

5.2.6

Dukungan keluarga ............................................................... 30

5.2.7

Dukungan petugas kesehatan................................................ 32

5.2.8

Perilaku ................................................................................. 33

Analisis Bivariat ................................................................................. 34
BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 36
Gambaran Pengetahuan Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016 ..................................... 36
Gambaran Sikap Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan Tahun 2016 ............................................................ 37
Gambaran Persepsi Jarak Fasilitas Kesehatan pada Pasien DM Tipe 2
di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016 ......... 39
Gambaran Persepsi Biaya Pengobatan pada Pasien DM Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016 ............. 40
Gambaran Dukungan Keluarga pada Pasien DM Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016............................ 41
x

Gambaran Dukungan Petugas Kesehatan pada Pasien DM Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016 ............. 43
Gambaran Perilaku Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan Tahun 2016 ............................................................ 45
Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 48
BAB VII PENUTUP .................................................................................................. 49
Simpulan ............................................................................................ 49
Saran ................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian DM………………………………………………. 14
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel…………………………………………… 19
Tabel 5.1 Karakteristik Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar
Selatan Tahun 2016……………………………………………………… 27
Tabel 5.2 Indikator Pengetahuan Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan Tahun 2016…...……………………………………… 28
Tabel 5.3 Gambaran Pengetahuan Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan Tahun 2016…...……………………………………… 28
Tabel 5.4 Indikator Sikap Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan Tahun 2016…...……………………………………… 29
Tabel 5.5 Gambaran Sikap Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan Tahun 2016…...……………………………………… 30
Tabel 5.6 Gambaran Persepsi Jarak Fasilitas Kesehatan pada Pasien DM Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016….………… 30
Tabel 5.7 Gambaran Persepsi Biaya Pengobatan pada Pasien DM Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016…………...………… 30
Tabel 5.8 Indikator Dukungan Keluarga pada Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016…………………………… 31
Tabel 5.9 Gambaran Dukungan Keluarga pada Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016…………………….……… 31
Tabel 5.10 Indikator Dukungan Petugas Kesehatan pada Pasien DM Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016…...……… 32
Tabel 5.11 Gambaran Dukungan Petugas Kesehatan pada Pasien DM Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016……..…… .32
Tabel 5.12 Indikator Perilaku Pengendalian DM pada Pasien DM Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016…..…………...…… 33
Tabel 5.13 Gambaran Perilaku Pengendalian DM pada Pasien DM Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016………..…. 33
Tabel 5.14 Tabulasi Silang Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengendalian DM
pada Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan
Tahun 2016…………………………………………………………...... 34

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Langkah-langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi
Glukosa……………………………………………………………..… 10
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian………………………………………….. 18

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitan
2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
3. Lembar Kuisioner Penelitian Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Pengendalian Diabetes Melitus pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016
4. Output STATA
5. Dokumentasi
6. Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance)
7. Rekomendasi Ijin Penelitian

xiv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Lambang
%

: persen

>

: lebih besar

<

: lebih kecil

>

: lebih besar sama dengan

<

: lebih kecil sama dengan

Daftar Singkatan
ADA

: American Diabetes Association

IDF

: International Diabetes Federation

DM

: Diabetes Melitus

HDL

: High Density Lipoprotein

IMT

: Indeks Massa Tubuh

LDL

: Low Density Lipoprotein

NIDDM

: Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus

PTM

: Penyakit Tidak Menular

STP

: Surveilans Terpadu Penyakit

TTGO

: Tes Toleransi Glukosa Oral

UKPDS

: United Kingdom Prospective Diabetes Study

xv

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan dunia dimana
morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun
negara berkembang. Hal tersebut menjadi beban ganda dalam pelayanan kesehatan,
sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di
Indonesia. Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, kanker, Diabetes
Melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya
merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa
per tahun (WHO, 2010 dalam Kemenkes RI, 2014).
Diabetes Melitus (DM) termasuk salah satu dari empat jenis PTM utama
menurut WHO (Balitbangkes, 2013). Menurut American Diabetes Association (ADA)
tahun 2010, DM merupakan penyakit metabolisme yang ditandai dengan peningkatan
kadar gula darah akibat gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak dijumpai. Dimana sekitar
90 – 95% kasus DM adalah DM tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Artawan, 2015)
International Diabetes Federation (IDF) mengestimasi prevalensi diabetes
secara global pada tahun 2015 sebesar 8,8% (415 juta orang) dimana satu dari 11 orang
dewasa menderita diabetes dan 12% dari pengeluaran kesehatan global digunakan
untuk diabetes. Jika tren ini terus berlanjut maka prevalensi diabetes akan meningkat
menjadi 10,4% (642 juta orang) pada tahun 2040. Diketahui jika Cina, India, dan
Amerika menduduki posisi tiga teratas negara dengan jumlah penderita DM terbanyak.
1

2

Sedangkan Indonesia menempati urutan ke-7 dengan jumlah penderita DM sebanyak
10 juta orang dan jika terus berlanjut diperkirakan pada tahun 2040 akan meningkat
menjadi 16,2 juta orang atau menempatai urutan ke-6 (IDF, 2015).
International Diabetes Federation (IDF) mengestimasi prevalensi diabetes di
Indonesia pada tahun 2015 sebesar 6,5% (IDF, 2015). Riset Kesehatan Dasar tahun
2013 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa darah pada
penduduk usia ≥15 tahun diperoleh proporsi DM 6,9% (12 juta orang), gula darah
puasa (GDP) terganggu 36,6%, dan toleransi glukosa terganggu (TGT) 29,9%
(Balitbangkes, 2013). Prevalensi DM di Indonesia tahun 2013 berdasarkan wawancara
yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5% dengan prevalensi tertinggi terdapat di DI
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan
Timur (2,3%). Sedangkan prevalensi DM di Bali yang terdiagnosis dokter sebesar
1,3% (Balitbangkes, 2013).
Selain jumlah penderita yang terus meningkat, hal lain yang perlu diwaspadai
dari DM adalah bahaya komplikasi yang timbul jika DM tidak terkendali. Komplikasi
biasanya akan terjadi dalam kurun waktu lima sampai dengan sepuluh tahun setelah
diagnosis ditegakkan (Smeltzer & Bare, 2010 dalam Lestari, 2013). Pengendalian DM
yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan
mencegah timbulnya komplikasi di kemudian hari (Kirwanto, 2014). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Soewondo dkk (2010), dilaporkan bahwa sebagian besar
pasien DM tipe 2 di Indonesia memiliki kendali glikemik yang buruk dimana sebanyak
67,9% pasien memiliki A1c > 7% (8,1 ± 2,0%) dan 47,2% pasien memiliki kadar
glukosa plasma puasa > 130 mg/dL (161,6 ± 14,6 mg/dL). Hal tersebut
mengindikasikan adanya kesenjangan antara rekomendasi atau standar dari beberapa
pedoman dengan hasil di lapangan.

3

Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang dapat menimbulkan
komplikasi akut dan komplikasi kronik (makrovaskular maupun mikrovaskular).
Dalam studi United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) pada pasien DM
tipe 2 tampak bahwa dalam 9 tahun, 9% pasien DM mengalami komplikasi
mikrovaskular dan 20% mengalami komplikasi makrovaskular dimana komplikasi
makrovaskular berupa aterosklerotik merupakan 75% penyebab kematian pada DM
tipe 2. Selain itu, dilaporkan bahwa DM merupakan penyebab utama kebutaan dan
gagal ginjal (Wallace, 1999 dalam Kurniawan, 2010). Sedangkan penelitian yang
dilakukan Soewondo dkk (2010) pada pasien DM tipe 2 di Indonesia diketahui bahwa
Neuropati merupakan komplikasi yang paling umum terjadi (67,2%).
Mengingat tingginya prevalensi dan biaya perawatan untuk penderita DM maka
perlu adanya upaya untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit tersebut meliputi
peningkatan edukasi, perilaku konsumsi obat diabetes, latihan jasmani (aktivitas fisik),
pengaturan makanan serta pengecekan berkala glukosa darah (Anani, 2012).
Keberhasilan pengendalian DM tergantung dari perilaku pasien DM dimana perilaku
penanggulangan DM yang dilakukan oleh setiap pasien berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perubahan perilaku seseorang ditentukan oleh tiga
faktor utama yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung
(enabling factors), dan faktor pendorong (reinforcing factors) (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan data Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis puskesmas oleh
Dinas Kesehatan Provinsi Bali, jumlah kunjungan penderita DM ke puskesmas di
seluruh kabupaten di Provinsi Bali selama tahun 2013 sebanyak 16.144 orang (Dinkes
Provinsi Bali, 2013) dan tahun 2014 sebanyak 16.116 orang (Dinkes Provinsi Bali,
2014). Puskesmas II Denpasar Selatan merupakan salah satu puskesmas dengan
jumlah kunjungan penderita DM yang tinggi di Kota Denpasar pada tahun 2015

4

dengan jumlah kunjungan penderita DM tipe 2 sebanyak 342 orang (Puskesmas II
Denpasar Selatan, 2015). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai gambaran faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM pada
pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah bagaimana gambaran faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM
pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.

Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang pengendalian DM pada pasien
DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016?
2. Bagaimana gambaran sikap tentang pengendalian DM pada pasien DM tipe
2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016?
3. Bagaimana gambaran persepsi jarak fasilitas kesehatan pada pasien DM tipe
2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016?
4. Bagaimana gambaran persepsi biaya pengobatan pada pasien DM tipe 2 di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016?
5. Bagaimana gambaran dukungan keluarga dalam pengendalian DM pada
pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun
2016?
6. Bagaimana gambaran dukungan petugas kesehatan dalam pengendalian DM
pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan
tahun 2016?

5

7. Bagaimana gambaran perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016?

Tujuan
1.4.1

Tujuan umum
Untuk

mengetahui

gambaran

faktor

yang

mempengaruhi

perilaku

pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Selatan tahun 2016.
1.4.2

Tujuan khusus
1.

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang pengendalian DM pada
pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun
2016.

2.

Untuk mengetahui gambaran sikap tentang pengendalian DM pada pasien
DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.

3. Untuk mengetahui gambaran persepsi jarak fasilitas kesehatan pada
pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun
2016.
4. Untuk mengetahui gambaran persepsi biaya pengobatan pada pasien DM
tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2016.
5. Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga dalam pengendalian DM
pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan
tahun 2016.
6. Untuk mengetahui gambaran dukungan petugas kesehatan dalam
pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan tahun 2016.

6

7.

Untuk mengetahui gambaran perilaku pengendalian DM pada pasien DM
tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.

Manfaat Penelitian
1.5.1

Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi
perilaku pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 serta dapat dijadikan masukan awal
atau referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.
1.5.2

Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas

II Denpasar Selatan dalam merencanakan atau mengembangkan kegiatan yang
berkaitan dengan pengendalian DM pada pasien DM tipe 2.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang keilmuan epidemiologi penyakit
tidak menular mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku pengendalian DM pada
pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2016.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Melitus
2.1.1

Definisi Diabetes Melitus
Menurut ADA (2010) DM merupakan penyakit metabolisme yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat gangguan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). DM merupakan kelainan metabolik dengan
etiologi multifaktoral yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein (Ramachandran dan Chamukuttan, 2009).
Diabetes Melitus tipe 2 atau Non-Insulin dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) disebabkan oleh resistensi insulin perifer atau produksi insulin berkurang
(sekresi insulin). Sering ditemukan keadaan bahwa hormon insulin di dalam tubuh
masih ada bahkan masih tersedia dengan jumlah yang cukup di dalam tubuh, namun
insulin ini tidak bisa masuk ke dalam pembuluh darah perifer sehingga insulin tidak
bisa diserap oleh pembuluh darah dan kadar gula di dalam darah menjadi tinggi.
Keadaan lainnya yaitu kurangnya insulin yang diproduksi oleh sel β pankreas sehingga
kadar hormon insulin tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dalam
menormalkan kadar gula darah (Marewa, 2015).
2.1.2

Epidemiologi Diabetes Melitus
Risiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia. DM tipe 2

biasa terjadi pada usia > 40 tahun. Di negara berkembang kasus DM tipe 2 paling
banyak ditemukan pada usia antara 45 – 64 tahun. Sedangkan di negara maju kasus
DM tipe 2 terbanyak ditemukan pada kelompok usia > 65 tahun. Namun saat ini kasus
8

9

DM tipe 2 sudah mulai ditemukan pada usia anak-anak dan remaja, yang kasusnya
semakin meningkat. Secara umum kasus DM tipe 2 pada pria lebih banyak ditemukan
pada usia < 60 tahun dan wanita pada usia > 65 tahun (Marewa, 2015).
Kelebihan berat badan atau obesitas (IMT > 25 kg/m2) merupakan faktor risiko
utama terjadinya DM tipe 2. Orang dengan berat badan berlebih berisiko 3 kali lipat
dan meningkat 7 kali lebih besar pada orang dengan obesitas dibandingkan dengan
orang-orang dengan berat badan ideal. Lingkar pinggang yang lebar juga dikaitkan
peningkatan risiko DM tipe 2. Pria berisiko lebih tinggi terkena DM tipe 2 jika
memiliki lingkar pinggang 94 – 102 cm dan berisiko sangat tinggi jika > 102 cm.
Perempuan berisiko lebih tinggi jika memiliki lingkar pinggang 80 – 88 cm dan
berisiko sangat tinggi jika > 88 cm (Gatineau et al, 2014).
Prevalensi DM tipe 2 pada ras kulit putih berkisar antara 3 – 6% dari orang
dewasanya. Bukti menunjukkan bahwa ras kulit hitam, Asia, dan kelompok etnis
minoritas lainnya berisiko lebih besar terkena DM tipe 2 dibandingkan dengan ras kulit
putih Eropa pada tingkat IMT yang setara. Penelitian di Inggris menemukan bahwa
orang dewasa non-kulit putih berusia 40 – 69 tahun berisiko 2 – 4 kali lebih cenderung
menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan orang dewasa berkulit putih. Sedangkan
prevalensi DM pada ras Asia Selatan dengan IMT 22 kg/m2 setara dengan prevalensi
DM pada ras kulit putih dengan IMT 30 kg/m2 (Gatineau et al, 2014).
Laporan dari hasil penelitian di berbagai daerah di Indonesia yang dilakukan
pada dekade 1980 menunjukkan sebaran prevalensi DM tipe 2 antara 0,8% di Tanah
Toraja, sampai 6,1% yang didapatkan di Manado. Hasil penelitian pada era 2000
menunjukkan peningkatan prevalensi yang sangat tajam. Sebagai contoh penelitian di
Jakarta (daerah urban) dari prevalensi DM 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada

10

tahun 1993 dan kemudian menjadi 12,8% pada tahun 2001 di daerah sub-urban Jakarta
(Perkeni, 2006).
2.1.3

Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis klinis DM umumnya akan dilakukan bila ada keluhan klasik berupa

poliuri, polidipsi, polifagi, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Keluhan lainnya seperti lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Diagnosis DM ditegakkan
atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah yang dapat dilakukan melalui tiga cara.
Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu >
200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Kedua, dengan
pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik. Ketiga
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca
pembebanan > 200 mg/dL (Soegondo, 2015).

Sumber: Perkeni (2011)
Gambar 2.2 Langkah-langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi Glukosa

11

2.1.4

Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi DM dapat dibedakan menjadi dua yaitu komplikasi akut dan

kronik.
1. Komplikasi Akut
Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara mendadak. Keluhan dan
gejalanya terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut
umumnya timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia)
atau terlalu tinggi (hiperglikemia) (Tandra, 2008). Keadaan hiperglikemia
terdiri dari Keto Asidosis Diabetik, Hiperosmolar Non Ketotik, dan
Asidosis Laktat (Boedisantoso, 2015).
2. Komplikasi Kronik
Komplikasi kronik terjadi karena glukosa darah berada di atas normal yang
berlangsung selama bertahun-tahun. Komplikasi kronik diartikan sebagai
kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan
jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan saraf (Tandra, 2008).
Komplikasi kronik bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu komplikasi
vaskular dan non-vaskular. Komplikasi vaskular terbagi lagi menjadi
mikrovaskular (retinopati, neuropati, dan nefropati) dan makrovaskular
(penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, penyakit serebrovaskular).
Sedangkan komplikasi non-vaskular dari DM yaitu gastroparesis, infeksi,
dan perubahan kulit (Powers, 2010 dalam Restu, 2013).
2.1.5

Pengendalian Diabetes Melitus
Tujuan pengendalian DM secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup

penyandang diabetes. Untuk jangka pendek tujuannya adalah menghilangkan
keluhan/gejala DM, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian

12

glukosa darah. Untuk jangka panjang, tujuannya yaitu mencegah dan menghambat
progresivitas penyulit mikroangipati, makroangiopati, dan neuropati, dengan tujuan
akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas DM (Perkeni, 2011).
Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan pengendalian
DM yang baik yang merupakan sasaran terapi. Diabetes terkendali baik, apabila kadar
glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan serta kadar lipid dan A1c juga
mencapai kadar yang diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah.
Penatalaksanaan dan pengelolaan DM tipe 2 dititik beratkan pada 4 pilar utama yaitu
(Perkeni, 2011):
1. Edukasi
Tujuan pendidikan kesehatan kesehatan bagi penyandang DM adalah
meningkatkan

pengetahuan,

perubahan

sikap

sehingga

dapat

meningkatkan kualitas hidup. Pemberdayaan penyandang diabetes
memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim
kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat.
Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi
yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
2. Terapi gizi medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat
45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, natrium kurang dari 3g,
dan diet cukup serat sekitar 25g/hari. Prinsip diet yang dianjurkan adalah
teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan. Pengaturan diet pada
penderita DM diatur dalam 3 makanan utama (pagi, siang, sore) dan 2-3

13

makanan selingan diantara makanan utama jarak waktu makan dilakukan
tiap 3 jam (Waspadji, 2015).
3. Latihan jasmani
Latihan jasmani secara teratur (3 – 5 kali seminggu selama kurang lebih 30
menit), selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging,
dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan
status kesegaran jasmani.
4. Intervensi farmakologis
Dalam pengendalian DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
pengelolaan non farmakologi, berupa perencanaan makan dan kegiatan
jasmani.

Namun,

jika

dengan

langkah-langkah

tersebut

sasaran

pengendalian diabetes yang ditentukan belum tercapai, dilanjutkan dengan
penggunaan obat/pengelolaan farmakologis yang terdiri dari:
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi beberapa golongan:
pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue), penambah sensitifitas
terhadap insulin, penghambat glukoneogenesis, penghambat absorpsi
glukosa, dan DPP-IV inhibitor.
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan: penurunan berat badan yang cepat,
hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis

14

laktat, gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal, stres berat (infeksi
sistemik, operasi besar, IMA, stroke), kehamilan dengan DM/diabetes
melitus gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan,
gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat, kontraindikasi dan atau
alergi terhadap OHO.
Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian DM
Glukosa darah puasa (mg/dL)
Glukosa darah 2 jam pp (mg/dL)
A1c (%)
Kolesterol total (mg/dL)
Kolesterol LDL (mg/dL)
Kolesterol HDL (mg/dL)
Trigeliserida (mg/dL)
IMT (kg/m2)
Tekanan darah (mmHg)

Baik
80 - < 100
80 – 144
< 6,5
< 200
< 100
Pria: > 40
Wanita: > 50
< 150
18,5 - < 23
< 130/80

Sedang
100 – 125
145 – 179
6,5 – 8
200 – 239
100 – 129

Buruk
> 126
> 180
>8
> 240
> 130

150 – 199
23 – 25
> 130 – 140/
> 80 – 90

> 200
> 25
> 140/90

Sumber: Perkeni (2006)
Untuk pasien berumur lebih dari 60 tahun dengan komplikasi, sasaran kendali
kadar glukosa darah dapat lebih tinggi dari biasa (puasa < 150 mg/dL dan sesudah
makan < 200 mg/dL), demikian pada kadar lipid, tekanan darah, dll mengacu pada
batasan kriteria pengendalian sedang. Hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat khusus
pasien usia lanjur dan juga untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek samping dan
interaksi obat (Waspadji, 2015).

Perilaku
2.2.1

Definisi perilaku
Perilaku dapat diartikan suatu respons atau reaksi seseorang terhadap

rangsangan (stimulus) yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Sarwono,
2012). Sedangkan perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang

15

baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup
mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain,
meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena
masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2014).
2.2.2

Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
Menurut teori Lawrence Green, perubahan perilaku seseorang ditentukan oleh

tiga faktor utama yaitu (Notoatmodjo, 2010):
1. Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku

seseorang,

antara

lain

pengetahuan,

sikap,

keyakinan,

kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainnya.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian
Tazkiyya (2010) menunjukkan adanya hubungan bermakna antara
pengetahuan dengan perilaku upaya pencegahan sekunder pada pasien
DM tipe 2 di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat Tangerang
Selatan (p = 0,008).
b. Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak
baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian Tazkiyya

16

(2010) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara sikap
dengan perilaku upaya pencegahan sekunder pada pasien DM tipe 2 di
Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat Tangerang Selatan (p =
0,042).
2. Faktor pendukung (enabling factors)
Faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau
tindakan seperti sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
perilaku kesehatan serta kemudahan untuk mencapainya.
a. Persepsi Jarak Fasilitas Kesehatan
Jarak fasilitas kesehatan yang mudah terjangkau dapat membantu
meningkatkan kepatuhan penderita DM untuk selalu teratur
menjalankan pengobatan dan pemeriksaan gula darah secara rutin
(Purwitaningtyas, 2015). Hasil penelitian Purwitaningtyas (2015)
menunjukkan bahwa jarak fasilitias kesehatan merupakan salah satu
faktor risiko yang dapat meningkatkan kendali glikemik buruk pada
pasien DM tipe 2 (p = 0,021).
b. Persepsi Biaya Pengobatan DM
Biaya pengobatan dapat menjadi hambatan yang signifikan terutama
bagi pasien dengan status sosial ekonomi rendah dan tidak memiliki
asuransi kesehatan (Nam, et al., 2011). Hasil penelitian Balkrishnan et
al (2003) menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kepatuhan
pengobatan DM dengan biaya perawatan kesehatan pada pasien DM
Tipe 2 di wilayah tenggara Amerika Serikat (p < 0,001).

17

3. Faktor pendorong (reinforcing factors)
Faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, keluarga, dan teman
sebaya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku seseorang yang
bersangkutan.
a. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh
anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan
fisik dan psikologis pada orang yang dihadapkan pada situasi stress
(Taylor, 2006 dalam Yusra, 2010). Hasil penelitian Lestari (2012)
menyatakan bahwa dukungan keluarga memiliki hubungan yang
signifikan dengan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di
RSUP Fatmawati (p = 0,001).
b. Dukungan Petugas Kesehatan
Komunikasi, informasi, dan edukasi yang dilakukan oleh petugas
kesehatan

diharapkan

dapat

meningkatkan

pengetahuan

dan

pemahaman pasien DM terhadap penyakit dan pengobatannya
(Perkeni, 2011). Hasil penelitian Kusniawati (2011) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi petugas
kesehatan dengan pengendalian DM pada pasien DM tipe 2 di RSU
Tangerang (p = 0,001).