PEMANFAATAN KULIT LIMBAH COKLAT MENJADI PEKTIN DENGAN EKSTRAKSI SOXHLET.

(1)

PEMANFAATAN KULIT LIMBAH COKLAT MENJADI PEKTIN DENGAN EKSTRAKSI SOXHLET

SKRIPSI

Oleh :

SUSETYO TRIATMOJO NPM : 0831010059

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” SURABAYA – JAWA TIMUR


(2)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan dengan baik penelitian yang berjudul “Pemanfaatan limbah kulit coklat sebagai pektin dengan ekstraksi soxhlet”.

Sebagai dasar penyusunan penelitian ini adalah teori yang diperoleh selama kuliah, Data-data dari majalah maupun literatur yang ada. Selanjutnya, dengan tersusunnya laporan penelitian ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT, selaku Kepala Jurusan Teknik Kimia, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir. Siswanto, MS, selaku dosen pembimbing.

4. Ibu Ir. Luluk Edahwati, MT dan Shinta Soraya santi, MT selaku dosen penguji 5. Bapak, Ibu, Saudara, Rekan – rekan tercinta yang telah memberikan dorongan,

do’a dan restu serta semangat demi berhasilnya studi kami.

Kami menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.

Kami berharap semoga penelitian ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Surabaya,7 November 2011


(3)

INTISARI

Tanaman coklat (Theobroma cacao) adalah tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia. Tanaman coklat ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu kulit, daging buah, dan biji. Namun selama ini dalam pemanfaatannya hanya daging buah dan bijinya saja yang di manfaatkan, sedangkan kulitnya hanya merupakan buangan yang banyak dan biasanya di gunakan sebagai pakan ternak. Dalam pemanfaatannya kulit coklat merupakan salah satu sumber pektin. Pektin adalah bahan pengental alami yang berasal dari buah dan beberapa macam tumbuhan. Adapun penggunaan pektin adalah sebagai bahan pengental, bahan tambahan pada pembuatan selai dan jelly.

Pengambilan pektin dari kulit buah coklat ini dilakukan dengan menggunakan proses ekstraksi soxhlet. Proses ekstraksi ini di lakukan dengan menggunakan dua pelarut yang berbeda yaitu asam formiat dan asam asetat. Pada kondisi operasi pH 3, perbandingan pelarut (1:8, 1;10, 1:12, 1:14, 1;16), dan waktu ekstraksi (200 menit, 225 menit, 250 menit, 275 menit, 300 menit ).

Hasil terbaik yang di peroleh dari pemanfaatan limbah kulit buah coklat menjadi pektin ini di hasilkan oleh pelarut asam formiat dengan perbandingan pelarut 1:12 dengan kondisi operasi 250 menit yang menghasilkan endapan sebanyak 0,62 gram dengan kadar pektin 11,23 ppm sedangkan untuk pelarut asam asetat hanya di peroleh endapan sebanyak 0,46 gram dengan kadar pektin 9,43 ppm pada kondisi operasi yang sama. Sedangkan untuk perlakuan pencucian sampel dengan alkohol menghasilkan berat pektin yang tidak jauh berbeda dengan pencucian sample tanpa alkohol, akan tetapi memberikan warna yang lebih baik yaitu kuning keputihan.


(4)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kakao atau buah coklat merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Perkebunan coklat Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an. Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai produsen coklat terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading (Cote d’Ivoire) pada tahun 2002. (www.litbang.deptan.go.id)

Coklat biasanya dimanfaatkan bijinya, dalam pengolahan biji coklat maka menghasilkan limbah salah satunya kulit coklat. Dengan meningkatnya permintaan coklat di Indonesia maka limbah kulit coklat yang dihasilkan dalam jumlah besar pula. Kulit ini biasanya dibuang sebagai sampah, tetapi ada juga yang memanfaatkan hanya sebagai pakan ternak. Menurut Departemen Pertanian (2004) produksi coklat Indonesia pada tahun 2002 sebesar 433,415 ton, apabila dilihat dari banyaknya produksi ini, maka terdapat produk lain berupa limbah kulit yang berpotensi mencemari lingkungan. Sebenarnya limbah ini masih dapat diolah. Limbah kulit coklat sangat berpotensi untuk diolah menjadi pektin.

Seiring dengan semakin maju dan berkembangnya industri di Indonesia maka permintaan terhadap pektin semakin meningkat. Permintaan pektin di


(5)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

Indonesia selama ini masih mengimport. Padahal Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan tanaman perkebunan salah satunya buah-buahan. Pektin banyak terkandung dalam buah-buahan misalnya apel dan kulit jeruk. Oleh karena itu pemanfaatan limbah kulit coklat sebagai pektin akan dapat meningkatkan nilai ekonomis dan nilai guna kulit coklat. Penghasilan masyarakat pun akan meningkat dengan mengolah limbah kulit coklat menjadi pektin.

Sedangkan definisi pektin adalah senyawa alami yang dapat ditemukan di dinding sel dan lamela tengah dari semua tanaman tingkat tinggi. Bahan umum pembuatan gel. Keuntungan dari bahan pektin adalah lebih dihargai oleh konsumen. Dalam kenyataannya, kecenderungan terhadap produk alami dan komponen alami terus meningkat dan tidak dapat dihindari.

Untuk menanggulangi hal tersebut dapat dilakukan dengan mengisolasi pektin dari kulit buah kakao. Dan tahap ini dilakukan dalam beberapa tahapan dan proses yang cukup kompleks. Untuk itu kami melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet”.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi terbaik dalam pemanfaatan limbah kulit coklat sebagai pektin dengan menggunakan dua pelarut yang berbeda .


(6)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan alternatif pemanfaatan dan meningkatkan nilai ekonomis dari kulit buah coklat.


(7)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Coklat Secara Umum

Coklat (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai coklat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. (Spillane,james J.Dr.1995).

Bunga Coklat, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.

Theobroma Cacao dibagi dalam 2 sub spesies. Sub spesies pertama sering disebut dengan Criollo, sedangkan yang kedua dikenal sebagai Forastero. Criollo (dalam bahasa Spanyol berarti pribumi) merupakan tipe coklat pilihan (mulia, choice cocoa dalam bahasa Inggris, edel cocoa dalam bahasa Jerman) dan buahnya berwarna merah. Forastero (dalam bahasa Spanyol berati pendatang) merupakan tipe yang bermutu rendah (kakao lindak, coklat jenis curah dalam bahasa Inggris) dan buahnya berwarna hijau. Hibrida jenis kedua


(8)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

disebut Trinitario, yang banyak ditanam dan buahnya kadang-kadang agak hijau atau merah. bentuk buahnya pun ada yang agak bulat dan ada pula yang agak panjang.

Gambar. struktur Coklat

Kulit Buah coklat (Shel fod Husk) merupakan hasil samping (limbah) dari agrobisnis pemrosesan biji coklat yang sangat potensial untuk dijadikan salah satu Pulp. Kulit buah coklat adalah kulit bagian terluar yang menyelubungi biji coklat dengan tekstur kasar, tebal dan agak keras. Kulit buah memiliki 10 alur dengan ketebalan 1 – 2 cm. Pada waktu muda, biji menempel pada bagian dalam kulit buah, tetapi saat masak biji akan terlepas dari kulit buah. Buah yang masak akan berbunyi bila digoncang Kulit buah coklat mengandung serat – serat yang dapat diolah. Buah cokelat terdiri atas 74 % kulit buah, 2 % placenta dan 24 % biji.

Kulit coklat merupakan salah satu sumber pektin. Kandungan pektin yang terdapat dalam kulit buah coklat berkisar antara 6-12% pektin tiap berat keringnya. Pektin adalah bahan pengental alami yang berasal dari buah dan beberapa macam tumbuhan. Adapun penggunaan pektin adalah sebagai bahan pengental, bahan tambahan pada pembuatan selai dan jelly. Adapun kandungan gizi kulit buah coklat dapat dilihat pada Tabel 2.2


(9)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

Tabel 2.2. Komponen Utama Kulit Buah Kakao

KOMPONEN Smith&Adegbola(1982) Amirroenas (1990) Roesmanto(1991)

Bahan kering 84,00 – 90,00 91,33 90,4

Protein kasar 6,00 – 10,00 6,00 6,00

Lemak 0,5 – 1,5 0,9 0,9

Serat kasar 19,00 – 28,00 40,33 31,50

Abu 10,00 – 13,80 14,80 16,40

Kalsium - - 0,67

Pospor - - 0,1

Data Anonimus(2001) bahwa Kulit Buah coklat mengandung Bahan Kering 88%, Protein Kasar 8 %, serat Kasar 40,1% dan TDN 50,8%.

Tabel 2.3. Kandungan Dari Kulit Buah Coklat PARAMETER KOMPOSISI (%)

α- Sellulosa 14,583

Lignin 4,315

Kadar Air 10,35


(10)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

2.2 Pektin secara umum

Pektin pertama kali ditemukan pada abad XIX dan penyelidikan mengenai pektin secara modern telah dilakukan sejak 1977. Di Amerika serikat, pektin telah dipakai sebagai pengganti starch (pati), agar-agar, dan gelatin, yaitu dalam pembuatan jelly, selai atau pasta.

Di dalam perdagangan, pektin dijual dalam dua bentuk, yaitu serbuk dan cair. Bentuk serbuk lebih mudah dalam pengepakan, penyimpanan, dan pengangkutan, apabila digunakan dalam sari buah akan menggumpal dan sulit rata, sedang pektin dalam bentuk cair lebih baik dalam penggunaan tetapi lebih mudah rusak oleh jamur dan pengaruh lain apabila dibiarkan lama dalam kaleng pengepakan yang telah dibuka.

Pektin dipakai secara luas karena kemampuannya yang sangat baik untuk membentuk jell dalam medium asam-gula dan air. Pembentukan jell terbaik dicapai jika menggunakan pektin yang gugus metoksilnya sekitar 8 %. (John de Man, 1997)

Diperkirakan tidak kurang dari 75 % pektin yang dihasilkan digunakan untuk bahan pembuatan selai dan jelly, disamping digunakan sebagai bahan pembuat marmalade dan kembang gula. Selain sebagai bahan pembentuk jell, pektin juga dimanfaatkan sebagai pengental, penstabil, serta pengemulsi dalam industi-industri minuman, makanan beku dan produk-produk susu. (Considine and Considine, 1982)

Seperti halnya semen yang dapat merekatkan beberapa batu bata pada suatu bangunan, pektin juga dapat merekatkan beberapa sel didalam tubuh


(11)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

tanaman asalnya, pada kulit coklat, pektin dapat berfungsi sebagai perekat antar sel sehingga saling menyatu satu sama lainnya.

Pektin terdapat hampir disemua jenis tanaman. Kadar pektin setiap jenis tanaman berbeda-beda. Saat ini industri pektin di dunia hanya menggunakan buah jeruk dan apel sebagai bahan bakunya karena kadar pektinnya jauh lebih tinggi dibanding buah lainnya. Dari beberapa hasil penelitian ternyata buah coklat tidak kalah kalah kadarnya dibanding buah jeruk dan apel.

2.3 Manfaat Pektin

Pektin merupakan suatu zat perekat yang banyak digunakan dalam berbagai industri, baik makanan, minuman, farmasi, dan industri lain.

a. Indutri makanan dan minuman

Pada indutri makanan dan minuman, pektin sering digunakan sebagai : 1) Bahan pemberi tekstur yang baik pada roti dan keju.

2) Bahan pengental dan stabilizer pada minuman sari buah.

3) Bahan pokok pembuatan jelly dan marmalade

b. Industri farmasi

Pada industri farmasi , pektin sering digunakan sebagai :

1) Obat diare pada bayi dan anak-anak seperti kaopec, nipektin, dan intestisan

2) Obat penawar racun logam

3) Bahan penurun daya racun dan penaik daya larut obat-obat sulfa

4) Bahan penyusut kecepatan penyerapan bermacam-macam obat


(12)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

6) Bahan pelapis perban untuk menyerap kotoran dan jaringan yang rusak atau

hancur sehingga luka tetap bersih dan cepat sembuh

7) Bahan hemostatik, injeksi untuk mencegah pendarahan

c. Industri lain

Selain untuk makanan, minuman, dan farmasi, pektin pun sering digunakan pada berbagai industri seperti industri kosmetika (pasta gigi, sabun, lotion, dan krim), baja dan perunggu, karet, plastik, tekstil, bahan sintetis, serta film nitropektin.

2.4 Sumber Pektin

Senyawa pectin terletak dalam lapisan tengah dan pada dinding sel tumbuhan. Kandungan pectin pada bahan tanaman sangat bervariasi dan tergantung pada banyak factor seperti varietas, tipe sel tanaman, waktu pertumbuhan dan sebagainya. Kandungan pectin yang tertinggi terdapat pada buah dan sayuran, sedangkan kandungan pectin yang rendah terdapat pada kayu dan beberapa biji tanaman. Beberapa buah yang memiliki kandungan pectin yang tinggi adalah apel, jeruk, pear, dll.

2.5 Kualitas Pektin

Kualitas pektin komersial yang ditunjukan untuk bahan makanan ditentukan oleh sifat-sifat fisik seperti :

1) Warna dan cita rasa yang cocok.

2) Kelarutannya untuk pektin padat. 3) Memiliki derajat jelly.


(13)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

4) Cepat membeku.

5) Tidak mengandung bahan atau zat berbahaya bagi kesehatan.

Dari kelima sifat fisik tersebut, jelly grade (derajat jelly) merupakan sifat yang paling mencirikan mutu pektin. Jelly grade merupakan bilangan yang menyatakan jumlah gram gula yang telah ditentukan. Jelly grade 50, misalnya, berarti satu gram pektin hanya mampu mengubah 50 gram gula pasir menjadi jelly. Sementara pektin dengan jelly grade 100 merupakan pektin standar. Jelly grade unit atau juga disebut jelly grade yield suatu pektin merupakan hasil kali jelly grade dengan bobot pektin, biasanya dinyatakan dalam gram.

Menentukan jelly grade biasanya dengan menggunakan pipet kapiler yang disebut jelmeter. Alat ini dibuat oleh baker dan woodmansee. Penentuan jelly grade ini didasarkan pada hubungan antara kekentalan suatu larutan pektin dengan jelly grade. Selain hal diatas mutu pektin juga di tentukan oleh beberapa factor di antaranya kadar asam galakturonat, susut pengeringan, dan derajat esterifikasi.

Dalam dunia perdagangan, pektin diperdagangkan dalam bentuk padat dan cair. Secara umum ada tiga bentuk pektin yang beredar dipasaran dunia, yaitu sebagai berikut :

1) Pektin standar, merupakan pektin berbentuk tepung kering. Bentuk ini

ditunjukkan untuk pembuatan makanan awetan. Jelly grade (derajat jelly) bentuk ini sekitar 50-180. Biasanya yang disebut pektin standar adalah pektin yang jelly grade-nya 100. Saat ini pasar cenderung menyukai pektin dengan jelly grade 150.


(14)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

2) Pektin cair, merupakan pektin yang lebih tepat kalau disebut konsentrat pektin. Bentuk ini ditunjukan untuk pembuatan makanan. Biasanya pektin ini dipasarkan untuk keperluan rumah tangga. Kandungan pektinnya sekitar 1,5-3,5% dan total padatannya 7-12%. Sementara pH pektin sekitar 2,7-3,6% dengan kandungan asam bebas sekitar 1,5-2,7% sebagai asam malat.

3) Pektin tepung, merupakan bentuk pektin yang umum digunakan untuk

keperluan farmasi dan kedokteran. Pektin ini larut dalam 25 bagian air pada

suhu 250 C. Kadar metoksil dalam pektin tidak berkurang dari 7% dan kadar

asam galakturonat tidak kurang dari 78%, sementara kadar abu harus lebih kecil dari 4%, sedangkan kadar abu yang tidak dapat larut dalam asam harus tidak

boleh lebih dari 0,4%. Kehilangan pektin pada pemanasan 1050C selama dua

jam harus tidak lebih dari 10%.

2.6 Sifat dan Struktur Pektin

Pektin merupakan serbuk kasar hingga halus yang berwarna putih kekuningan, tidak berbau dan rasa seperti lender (Kirk and Othmer, 1967). Senyawa-senyawa pektin merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang

dihubungkan dengan ikatan β-(1 -4)-glukosida. Asam galakturonat merupakan

turunan dari galaktosa. (Winarno, 1984)

Pada umumnya senyawa-senyawa pektin diklarifikasikan menjadi 3 kelompok senyawa yaitu :

1. Asam pektat, yaitu gugus karbosil asam galakturonat dalam ikatan


(15)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

asam-asam lain, terdapat dalam jaringan tanaman sebagai kalsium atau magnesium pektat

2. Asam pektinat, disebut juga pektin dimana molekulnya terdapat ester

metil ada beberapa gugusan karboksil sepanjang rantai polimer dari galakturonat. Pektin mempunyai sifat terdispersi dalam air dan seperti halnya asam pektat juga dapat membentuk garam disebut garam pektinat yang berfungsi sebagai pembuatan jelli dengan gula dan asam.

3. Protopektin, yaitu senyawa pektin yang tidak larut, banyak terdapat pada jaringan tanaman yang muda. Bila dipanaskan dalam air yang mengandung asam, protopektin dapat berubah menjadi pektin yang terdispersi dalam air. Komposisi kandungan protopektin, pektin, dan asam pekat didalam buah sangat bervariasi dan tergantung pada derajat pematangan buah. (Winarno, 1984)

Pektin mempunyai gugus metil ester yang berbeda-beda, sehingga kandungan methoksil pektin adalah salah satu sifat penting karena berpengaruh dalam pembuatan gel. Berdasarkan kadar methoksilnya, pektin dibagi menjadi dua golongan yaitu :

a. Pektin dengan kadar methoksil yaitu kurang dari 7% b. Pektin dengan kadar methoksil tinggi yaitu 7%-8%.

2.7 Ekstraksi soxhlet

Ekstraksi soxhlet adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur.


(16)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

Berdasarkan fasanya, ekstraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair.

Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Sedangkan Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ekstraktor soxhlet.

2.8 Prinsip Ekstraksi Soxhlet

Prinsip ekstraksi soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.

Gambar 1. Ekstraktor soxhlet

Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong


(17)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi soxhlet adalah:

o Ukuran partikel

Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara partikel dengan liquida. Sehingga harus ada range tertentu untuk ukuran partikel harus cukup kecil agar tiap partikel mempunyai waktu ekstraksi yang sama.

o Pelarut

Harus di pilih pelarut yang baik, yang tidak akan merusak solute. Selain itu juga tidak di perolehkan menggunakan pelarut yang mempunyai viskositas tinggi agar sirkulasi bebas bisa terjadi.

o Suhu operasi

Kelarutan suatu solute yang diekstraksi akan bertambah dengan bertambah tingginya suhu, demikian juga akan memperbesar difusi. Jadi secara keseluruhan akan menambah kecepatan ekstraksi. Suhu optimum untuk ekstraksi soxhlet adalah sesuai dengan titik didih pelarut yang di gunakan.

o Waktu ekstraksi

Semakin lama waktu ekstraksi maka akan semakin sempurna pula singgungan antara pelarut dengan bahan sehingga akan diperoleh hasil ekstraksi


(18)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

yang optimum. Dimana waktu ekstraksi optimum untuk ekstraksi soxhlet adalah 240-250 menit.

o Konsentrasi pelarut

Dengan semakin tingginya konsentrasi pelarut maka zat yang akan terekstrak juga semakin besar. Akan tetapi konsentrasi terlalu tinggi juga tidak disarankan karena hal tersebut justru akan merusak senyawa asam pektinat yang ada pada pectin. Hal ini di buktikan oleh peneliti terdahulu dengan menghasilkan kadar metoksil 11,41% dengan kondisi terbaik pada konsentrasi perbandingan pelarut

1:12 (Mariana, Tri, 2006, UPN Veteran JATIM). Atas dasar itulah

peneltitian ini di jalankan.

2.8 Keuntungan dan kerugian metode soxhlet

Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.

2.9 Landasan Teori

Ekstraksi soxhlet dilakukan untuk mengeluarkan pektin dari jaringan tanamannya. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan bahan dalam larutan asam panas encer karena selain melarutkan asam pekat dari pektinat


(19)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

juga berfungsi untuk menghidrolisa protopektin yang tak larut menjadi asam pektat yang larut. (Considine and Considine, 1982)

Pengolahan untuk memperoleh pectin selalu meliputi langkah – langkah berikut 1. Persiapan bahan

Pada tahap persiapan bahan inidilakukan perlakuan pendahuluan untuk menghilangkan kotoran, senyawa gula, dan bahan padat terlarut lainnya. Selain itu proses ini bertujuan untuk proses inaktivasi enzim pektin esterase yang dapat menghidrolisis pektin menjadi pekat. Menurut Bravermen ( 1949 ), pada tahap ini dicuci dengan dengan air dingin dan air dingin ini harus selalu diganti agar pencucian dapat berhasil baik. Bila bahan tidak dicuci, senyawa gula yang tertinggal akan menyebabkan terbentuknya jelly atau pektin kering yang diperoleh memiliki sifat higroskopis. Selain itu tahap ini juga dapat dijalankan denan pemanasan, dan pengupasan. Proses ini juga dimaksudkan untuk menghilangkan pigmen, senyawa gula, dan kotoran – kotoran.

2. Ekstraksi pektin

Merupakan proses pengeluaran pectin dari sel pada jaringan tanaman. Ekstraksi pectin dengan larutan asam dilakukan dengan cara memanaskan bahan dalam larutan asam encer yang berfungsi untuk menghidrolisis protopektin menjadi pectin. Ekstraksi ini dapat dilakukan dengan asam mineral seperti asam klorida atau asam sulfat. Makin tinggi suhu ekstraksi, makin singkat waktu yan dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Tapi dalam hal ini factor keasaman yang


(20)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

digunakan tidak bisa diabaikan. Kisaran pH yang dirokemendasikan 1,5 – 3,0 tetapi pH kisaran pada pH 2,6 – 2,8 lebih sering dipakai (Kirk dan Othmer, 1958)

3. Pengendapan

Pengendapan merupakan proses pemisahan pectin dari larutan dengan cara pengendapan senyawa pektinya. Biasanya dilakukan dengan spray drying, salting out dan dengan penambahan bahan pelarut organic seperti alcohol dan aseton. Spray drying jarang dilakukan karena mahal. Pengendapan dengan salting out juga tidak banyak dilakukan karena kesulitan untuk memisahkan pectin yang dihasilkan dan garam yang digunakan. Pengendapan dengan alcohol merupakan cara yang pertama kali digunakan, menghasilkan pectin yang kurang murni karena alcohol tidak hanya mengendapkan pectin, tetapi juga senyawa lain seperti dekstrin dan hemiselulosa. Pengendapan dengan aseton lebih disukai karena dapat membentuk endapan yang tegar sehingga mudah dipisahkan dari asetonnya.

4. Pemurnian dan pengeringan

Proses ini dimaksudkan agar pectin yang dapat bebas dari senyawa – senyawa lain. Pencucian ini dengan aseton, kemudian dihaluskan dan diayak untuk mendapat serbuk pectin.

2.10 Hipotesa

“Ekstraksi pektin dari kulit kakao dipengaruhi oleh waktu dan konsentrasi pelarut ”.


(21)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Pengambilan pektin dari kulit buah kakao dapat dilakukan dengan menggunakan asam formiat (HCOOH) dan asam asetat (CH3COOH) sebagai pelarut untuk mengekstraksi kulit buah coklat yang sebelumnya telah dijemur, dirajang, diblender, dan ditimbang. Sehingga dapat dilakukan proses selanjutnya.

3.1 Bahan Yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya :  Kulit buah coklat yang di ambil dari kota Jember  Alkohol 96%

 Asam formiat (CHOOH)  Asam asetat (CH3COOH)  Aquades.

3.2 Alat Yang Digunakan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :  Labu didih

 Kondensor  Thermometer


(22)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

 Kompor listrik  Beaker glass  Gelas ukur  Pipet  Labu ukur  Erlenmeyer  Statif

 Kertas saring  Oven

 Ekstraktor soxhlet  Timbangan.


(23)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

3.4 Variabel Yang Digunakan Kondisi yang ditetapkan :

Berat kulit buah kakao : 10 gram Konsentrasi alkohol : 96%  Volume larutan : 250 ml

 Suhu ekstraksi : Asam formiat 100,8 oC dan Asam asetat 118oC  pH larutan ekstraksi : 3

Kondisi yang berubah : Untuk Asam Formiat :

 Waktu ekstraksi (menit) : 200; 225; 250; 275; 300  Perbandingan pelarut : 1:8; 1:10; 1:12; 1:14; 1:16

 Perlakuan pencucian : Menggunakan alkohol dan tanpa alkohol Untuk Asam Asetat :

 Waktu ekstraksi (menit) : 200; 225; 250; 275; 300  Perbandingan pelarut : 1:8; 1:10; 1:12; 1:14; 1:16

 Perlakuan pencucian : Menggunakan alkohol dan tanpa alcohol

3.5 Prosedur Percobaan 1. Persiapan Bahan baku

 Kulit buah cokelat dibersihkan dari kotoran – kotoran

 Kulit cokelat yang telah dibersihkan digiling dengan blender sampai halus  Timbang kulit kakao yang sudah halus sebanyak 10 gram


(24)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

 Rendam kulit kakao ini dengan alkohol 96% dengan perbandingan 1:1  Hasil yang diperoleh setelah pengendapan disebut dengan bubur kulit cokelat  Sebelum diolah lebih lanjut, bubur ini didiamkan selama 30 menit

2. Ekstraksi soxhlet

 Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang sebanyak 10 gram dan kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam “Thimble” (selongsong tempat sampel) dalam ekstraktor soxhlet, sample dibungkus dengan kertas saring.

 Selanjutnya labu didih diisi batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan pelarut sesuai dengan variabel.

 Soxhlet disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi pektin mulai dipanaskan .

 Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondensor mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut melarutkan pektin dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks.

 Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan pektin dipisahkan melalui proses pengentalan (dipanaskan pada suhu 80oC) dan dikeringkan.


(25)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

3. Pengentalan

 Filtrat pektin dipanaskan pada suhu 95 – 970C sambil diaduk sampai volumenya menjadi setengah volume semula.

 Hasil yang diperoleh disebut dengan filtrat pekat.  Filtrat pekat ini didinginkan.

4. Pengendapan pektin

 Penyiapan larutan pengendap.

 Larutan alkohol 96% diasamkan dengan menambahkan 2 ml HCL pekat dengan perbandingan 100:2 (Alkohol:HCL), Larutan ini disebut dengan alkohol asam.  Filtrat pekat ditambah dengan alkohol asam dan diaduk sampai rata. Setiap 1

liter filtrat pekat ditambah dengan 1,5 liter alkohol asam.  Filtrat didiamkan selama 10 – 14 jam (semalam)

 Endapan pektin dipisahkan dari filtratnya dengan saringan penghisap  Hasil yang diperoleh disebut dengan pektin masam

5. Pencucian Pektin Masam

 Pektin masam ditambah dengan alkohol 96% kemudian diaduk  Kemudian dilakukan penyaringan dengan saringan penghisap

 Hal ini dilakukan beberapa kali sampai pektin tidak bereaksi dengan asam lagi  Pektin yang tidak beraksi asam ialah pectin yang tidak berwarna merah bila


(26)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

6. Pengeringan

 Pektin basa dikeringkan pada suhu 30-400C selama 6-10 jam  Hasil yang diperoleh disebut dengan pektin kering


(27)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

3.6 Diagram alir

Limbah kulit cokelat kering  100 gram 

Ekstraksi soxhlet dilakukan  sesuai dg variabel 

+  as.asetat/as.formiat dg  perbandingan sesuai variabel  Filtrat 

Dipanaskan  Di kentalkan 

Dipanaskan pd  suhu 80oC

Filtrat pekat (di endapkan) 

Filtrat dibuang  + alkohol asam 

Pencucian 

Pengeringan (di oven pada suhu 60 – 62oC)  

Penyaringan 

Endapan  

Produk  Analisa Pektin  Limbah kulit cokelat Pengeringan alami 


(28)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

3.7 Metode analisa 1. Analisa kadar air

Kadar air (%) = Massa awal – Massa akhir x 100% Massa awal

2. Analisa kadar pektin dengan spektrofotometer

Analisa ini dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Alat tersebut di gunakan untuk untuk menentukan adanya gugus OH alkohol dari asam galakturonat dan gugus ester dari pektin.


(29)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil penelitian

Dalam hasil analisa awal kadar pektin pada kulit buah coklat diketahui bahwa kadar pektin yang terkandung di dalamnya adalah 52,2388 mg/l dengan menggunakan acuan metode aplikasi spektrofotometer. (Laboratorium Instrumentasi FTI,UPN “Veteran” Jatim)

Dari hasil penelitian yang di lakukan dengan dua jenis pelarut yang berbeda di dapatkan berat pektin pada berbagai konsentrasi pelarut dan waktu ekstraksi yang di tabelkan sebagai berikut :

Tabel IV.1. Berat pektin hasil penelitian dengan variasi waktu dan konsentrasi pelarut (asam formiat)

Perbandingan kosentrasi pelarut

1:8 1:10 1:12 1:14 1:16

Waktu Ekstraksi

(menit) Berat pektin (Gram)

200 0,32 0,42 0,51 0,49 0,50

225 0,36 0,51 0,55 0,54 0,51

250 0,47 0,59 0,62 0,58 0,54

275 0,44 0,51 0,52 0,52 0,46


(30)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

   

Tabel IV.2 Berat pektin hasil penelitian dengan variasi waktu dan konsentrasi pelarut (asam asetat)

Perbandingan kosentrasi pelarut

1:8 1:10 1:12 1:14 1:16 Waktu

Ekstraksi

(menit) Berat pektin (Gram)

200 0,31 0,39 0,43 0,33 0,32

225 0,33 0,33 0,44 0,37 0,38

250 0,42 0,41 0,46 0,45 0,41

275 0,34 0,40 0,43 0,42 0,37

300 0,36 0,39 0,41 0,39 0,40

Grafik IV.1. Hubungan antara Berat pektin (gram) dengan variasi waktu (menit) menggunakan pelarut asam formiat


(31)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“   0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

200 menit 225 menit 250 menit 275 menit 300 menit

B e ra t   p e kt in   (g ra m )

Waktu (menit)

1:08 1:10 1:12 1:14 1:16

Dari grafik 4.1 dapat di lihat bahwa berat pektin yang di hasilkan di pengaruhi oleh waktu ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi ,maka berat pektin yang di hasilkan cenderung meningkat. Hal ini di karenakan kontak antar partikel semakin lama semakin besar dan kesempatan zat pelarut yang mengekstrak semakin besar pula sehingga berat pektin yang di hasilkan semakin tinggi. Akan tetapi, waktu ekstraksi yang terlalu lama akan menurunkan kemampuan pelarut untuk mengekstrak. Waktu ekstraksi maksimum adalah 240-260 menit.

Grafik IV.2. Hubungan antara Berat pektin (gram) dengan variasi konsentrasi menggunakan pelarut asam formiat


(32)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“   0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

1:08 1:10 1:12 1:14 1:16

B era t p e k ti n ( g ra m)

Perbandingan pelarut

200 menit 225 menit 250 menit 275 menit 300 menit

Dari grafik 4.2 dapat di lihat bahwa berat pektin yang di hasilkan di pengaruhi oleh konsentrasi pelarut. Semakin semakin tinggi konsentrasi pelarut ,maka berat pektin yang di hasilkan cenderung menurun karena dengan konsentrasi yang semakin tinggi justru akan merusak asam pektinat itu sendiri sehingga pektin yang di peroleh akan semakin kecil. Akan tetapi pemakaian konsentrasi terlalu rendah juga harus di hindari karena pektin yang di dapat tidak akan maksimal. Konsentrasi maksimum yang di peroleh adalah 1:12.

Grafik IV.3. Hubungan antara Berat pektin (gram) dengan berbagai waktu (menit) menggunakan pelarut asam asetat


(33)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“   0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5

200 menit 225 menit 250 menit 275 menit 300 menit

B e ra t   p e kt in   (g ra m )

Waktu (menit)

1:08 1:10 1:12 1:14 1:16

Dari grafik 4.3 dapat di lihat bahwa berat pektin yang di hasilkan di pengaruhi oleh waktu ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi ,maka berat pektin yang di hasilkan cenderung meningkat. Hal ini di karenakan kontak antar partikel semakin lama semakin besar dan kesempatan zat pelarut yang mengekstrak semakin besar pula sehingga berat pektin yang di hasilkan semakin tinggi. Akan tetapi, waktu ekstraksi yang terlalu lama akan menurunkan kemampuan pelarut untuk mengekstrak. Hasil terbaik yang di dapat pada proses ekstraksi ini adalah pada perbandingan pelarut 1:12  

 

Grafik IV.4. Hubungan antara Berat pektin (gram) dengan berbagai konsentrasi menggunakan pelarut asam asetat


(34)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“   0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5

1:08 1:10 1:12 1:14 1:16

B er a t pe k ti n (g ra m )

Perbandingan pelarut

200 menit 225 menit 250 menit 275 menit 300 menit

 

Dari grafik 4.4 dapat di lihat bahwa berat pektin yang di hasilkan di pengaruhi oleh konsentrasi pelarut. Semakin semakin tinggi konsentrasi pelarut ,maka berat pektin yang di hasilkan cenderung menurun karena dengan konsentrasi yang semakin tinggi justru akan merusak asam pektinat itu sendiri sehingga pektin yang di peroleh akan semakin kecil. Akan tetapi pemakaian konsentrasi terlalu rendah juga harus di hindari karena pektin yang di dapat tidak akan maksimal. Hasil terbaik yang di dapat pada proses ekstraksi ini adalah pada perbandingan pelarut 1:12.


(35)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

Dalam analisa kadar air, tujuan yang diinginkan adalah mengetahui kandungan air yang ada dalam pektin yang dihasilkan. Dari data yang di peroleh ,kadar air yang di hasilkan untuk pelarut asam formiat berkisar antara 7,46 % - 8,57 % sedangkan untuk pelarut asam asetat berkisar antara 6,06 % - 9,8 %. Hasil tersebut diatas telah memenuhi standart mutu pektin, di mana standart kadar air yang maksimal untuk pektin adalah 12%. (Mariaty,Djohan.2000)


(36)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

 Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa pengambilan pektin dengan menggunakan asam formiat (HCOOH) lebih efektif dari pada menggunakan asam asetat (CH3COOH), di mana hasil terbaik yang di peroleh pada kondisi :

o Waktu ekstraksi : 250 menit o Perbandingan pelarut : (1 : 12)

 Hasil analisa akhir kadar pektin dari limbah kulit coklat setelah ekstraksi (kondisi terbaik) yang di peroleh dari uji Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi Baristand “Badan Penelitian dan pengembangan Industri balai riset dan pengembangan Industri” Surabaya adalah 11,23 ppm dengan menggunakan acuan metode spektrofotometer

V.2 Saran

 Sebaiknya di lakukan penelitian yang sama dengan menggunakan bahan baku yang berbeda karena masih banyak lagi tumbuhan yang mengandung pektin yang belum di manfaatkan secara maksimal.

 Untuk mendapatkan berat pectin yang maksimal sebaiknya bahan bahan yang di gunakan dihaluskan sedemikian rupa untuk memperluas kontak antara pelarut dan protopektin yang menyebabkan reaksi yang terjadi lebih sempurna


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Mariana, Tri, 2006, Ektraksi pektin dari kulit buah coklat, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Kirk, R.F., and othmer , D. F., 1979, Enclicopedia of technology, volume 16, 3 rd edition, The Interscience enclycopedia Inc, New York

Puspitasari, dwi, 2008, , Ektraksi pektin dari nanas, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

www.litbang.deptan.go.id

http://www.herbstreith-fox.de/en/pectins

http://majarimagazine.com/2009/03/ekstraksi


(38)

APPENDIKS

Analisa kadar air

Kadar air (%) = Massa awal – Massa akhir x 100% Massa awal

Asam formiat :

1.Kadar air (%) berat terendah = 0,35 gram – 0,32 gram x 100 % 0,35 gram

= 8,57 %

2.Kadar air (%) berat tertinggi = 0,67 gram – 0,62 gram x 100 % 0,67 gram

= 7,46 %

Asam asetat :

1.Kadar air (%) berat terendah = 0,33 gram – 0,31 gram x 100 % 0,33 gram

= 6,06 %

2.Kadar air (%) berat tertinggi = 0,51 gram – 0,46 gram x 100 % 0,51 gram


(39)

Membuat Larutan Asam Formiat (1:12)

Kadar asam = 86%

Massa jenis = 1,9 gr / ml

Volum larutan yang dibuat (V2) = 250 ml

Jumlah asam formiat = (1:9) x 250 ml = 19,2 ml

Jumlah Aquadest = 250 ml – 19,2 ml = 230,8 ml

Konsentrasi Larutan : M = % x p x BM

1000

= 0,86 x 1,96 g/ml x 46 1000

= 35,52

Maka :

V1 x N1 = V2 x N2 19,2 x 35,52 = 250 x N2 N2 = 0,4 N

Di mana : V1 : Volume larutan mula-mula V2 : Volume larutan yang dibuat

N1 : % atau Molar atau normal mula-mula


(40)

Membuat Larutan Asam Asetat (1:12)

Kadar asam = 99,6%

Massa jenis = 1,9 gr / ml

Volum larutan yang dibuat (V2) = 250 ml

Jumlah asam asetat = (1:9) x 250 ml = 19,2 ml

Jumlah Aquadest = 250 ml – 19,2 ml = 230,8 ml

Konsentrasi Larutan : M = % x p x BM

1000

= 0,86 x 1,96 g/ml x 46 1000

= 35,52

Maka :

V1 x N1 = V2 x N2 19,2 x 35,52 = 250 x N2 N2 = 0,4 N

Di mana : V1 : Volume larutan mula-mula V2 : Volume larutan yang dibuat

N1 : % atau Molar atau normal mula-mula

N2 : % atau Molar atau normal larutan yang dibuat


(41)

Alkohol sebanyak 100 ml di tambahkan dengan asam formiat ataupun asam asetat pekat sebanyak 2 ml


(1)

“Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi soxhlet“

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

 Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa pengambilan pektin dengan

menggunakan asam formiat (HCOOH) lebih efektif dari pada menggunakan asam asetat (CH3COOH), di mana hasil terbaik yang di peroleh pada kondisi :

o Waktu ekstraksi : 250 menit

o Perbandingan pelarut : (1 : 12)

 Hasil analisa akhir kadar pektin dari limbah kulit coklat setelah ekstraksi (kondisi terbaik) yang di peroleh dari uji Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi Baristand “Badan Penelitian dan pengembangan Industri balai

riset dan pengembangan Industri” Surabaya adalah 11,23 ppm dengan

menggunakan acuan metode spektrofotometer

V.2 Saran

 Sebaiknya di lakukan penelitian yang sama dengan menggunakan bahan baku

yang berbeda karena masih banyak lagi tumbuhan yang mengandung pektin yang belum di manfaatkan secara maksimal.

 Untuk mendapatkan berat pectin yang maksimal sebaiknya bahan bahan yang

di gunakan dihaluskan sedemikian rupa untuk memperluas kontak antara pelarut dan protopektin yang menyebabkan reaksi yang terjadi lebih sempurna


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Mariana, Tri, 2006, Ektraksi pektin dari kulit buah coklat, Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Kirk, R.F., and othmer , D. F., 1979, Enclicopedia of technology, volume 16, 3 rd edition, The Interscience enclycopedia Inc, New York

Puspitasari, dwi, 2008, , Ektraksi pektin dari nanas, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

www.litbang.deptan.go.id

http://www.herbstreith-fox.de/en/pectins http://majarimagazine.com/2009/03/ekstraksi http://www.wikipedia.com


(3)

APPENDIKS

Analisa kadar air

Kadar air (%) = Massa awal – Massa akhir x 100% Massa awal

Asam formiat :

1.Kadar air (%) berat terendah = 0,35 gram – 0,32 gram x 100 % 0,35 gram

= 8,57 %

2.Kadar air (%) berat tertinggi = 0,67 gram – 0,62 gram x 100 % 0,67 gram

= 7,46 %

Asam asetat :

1.Kadar air (%) berat terendah = 0,33 gram – 0,31 gram x 100 % 0,33 gram

= 6,06 %

2.Kadar air (%) berat tertinggi = 0,51 gram – 0,46 gram x 100 % 0,51 gram


(4)

Membuat Larutan Asam Formiat (1:12) Kadar asam = 86%

Massa jenis = 1,9 gr / ml

Volum larutan yang dibuat (V2) = 250 ml

Jumlah asam formiat = (1:9) x 250 ml = 19,2 ml

Jumlah Aquadest = 250 ml – 19,2 ml

= 230,8 ml Konsentrasi Larutan :

M = % x p x BM

1000

= 0,86 x 1,96 g/ml x 46 1000

= 35,52

Maka :

V1 x N1 = V2 x N2

19,2 x 35,52 = 250 x N2

N2 = 0,4 N

Di mana : V1 : Volume larutan mula-mula V2 : Volume larutan yang dibuat

N1 : % atau Molar atau normal mula-mula


(5)

Membuat Larutan Asam Asetat (1:12) Kadar asam = 99,6%

Massa jenis = 1,9 gr / ml

Volum larutan yang dibuat (V2) = 250 ml

Jumlah asam asetat = (1:9) x 250 ml = 19,2 ml

Jumlah Aquadest = 250 ml – 19,2 ml

= 230,8 ml

Konsentrasi Larutan :

M = % x p x BM

1000

= 0,86 x 1,96 g/ml x 46 1000

= 35,52

Maka :

V1 x N1 = V2 x N2

19,2 x 35,52 = 250 x N2

N2 = 0,4 N

Di mana : V1 : Volume larutan mula-mula V2 : Volume larutan yang dibuat

N1 : % atau Molar atau normal mula-mula

N2 : % atau Molar atau normal larutan yang dibuat


(6)

Alkohol sebanyak 100 ml di tambahkan dengan asam formiat ataupun asam asetat pekat sebanyak 2 ml