Penggunaan antihiperurisemia pada pengobatan kemoterapi geriatri berdasarkan laju filtrasi glomerulus menggunakan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft-Gault (CG) di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010 - USD Repository

  

PENGGUNAAN ANTIHIPERURISEMIA PADA PENGOBATAN

KEMOTERAPI GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI

GLOMERULUS MENGGUNAKAN FORMULA MODIFICATION OF

DIET IN RENAL DISEASE (MDRD) DAN COCKCROFT-GAULT (CG)

  

DI RSUP DR. SARDJITO TAHUN 2010

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Fransisca Dian Permanasari NIM : 088114086

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

PENGGUNAAN ANTIHIPERURISEMIA PADA PENGOBATAN KEMOTERAPI GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI

GLOMERULUS MENGGUNAKAN FORMULA MODIFICATION OF

  

DI RSUP DR. SARDJITO TAHUN 2010

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Fransisca Dian Permanasari NIM : 088114086

FAKULTAS FARMASI

  

Kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas segala berkat

serta pencurahan rahmat-Nya

Bapak, Ibu, dan Kakak-kakakku tercinta

Teman-teman dan almamaterku

Seluruh umat di jagad raya

  PRAKATA

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan kasih karunia yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penggunaan Antihiperurisemia

  

pada Pengobatan Kemoterapi Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus

Menggunakan Formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan

Cockcroft-Gault (CG) di RSUP Dr. Sardjito Tahun 2010” dengan baik sebagai

  salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung baik berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :

  1. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

  Sardjito Yogyakarta.

  2. Seluruh apoteker, praktisi laboratorium, dan petugas rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah membantu selama proses pengambilan data.

  3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini, dan telah memberikan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

  4. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan, saran, kritikan serta dukungan kepada penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi.

  5. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. dan dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK. selaku penguji yang memberikan saran dan kritikan serta dukungan kepada penulis dalam proses menyempurnakan naskah skripsi.

  6. Herman Joseph Roedatin dan MI Sunarti WS, bapak dan ibuku tersayang atas begitu banyak kasih sayang, doa, dukungan, semangat, pengertian serta seluruh bantuan dan pengorbanan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  7. Kedua kakakku tersayang, Mas Yudhi dan Mas Yoyok yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan hingga terselesaikannya skripsi.

  8. Martinus Wahyu Dyan Purnomo yang selalu memberikan motivasi, doa, dorongan, serta bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

  9. Teman-teman kelompok payung, yaitu Ratih, Linda, Jefta, Yuli, Ika, Memey, dan Ayu yang telah saling menguatkan, memberikan semangat dan bantuan kepada peneliti serta bersama-sama menjalani suka dan duka selama menjalankan penelitian ini.

  10. Sahabat-sahabatku Ratih, Vita, Intan, Novia, Ani, Siska, Nindi, Wawan, Mbak Yoc, Ipong, dan masih banyak lagi yang telah memberikan semangat dan banyak bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  11. Teman-teman kelas B 2008, FKK A 2008, terima kasih atas kebersamaannya dan praktikum serta dorongan semangat yang telah diberikan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

  12. Teman-teman kos di pondok biru 202B, Tika, Winas, Evi, Sisca, dan Mba Nana yang telah memberikan dorongan, dukungan, masukan, dan bantuan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

  13. Teman-teman KKN XLII Kelompok 21, Indro, Heny, Dessy, Desi, Ayen, Denny, Lanny, dan Carol yang telah memberikan perhatian, semangat, dan warna baru dalam hidup peneliti dalam menyelesaikan naskah.

  14. Teman-teman dari angkatan 2006-2011 yang penulis kenal yang telah memberikan perhatian dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan naskah.

  15. Dan seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu disini, baik secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu terselesaikannya skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi yang membutuhkan.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL......................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................... iii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................... v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................. vi PRAKATA........................................................................................ vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................... x DAFTAR ISI..................................................................................... xi DAFTAR TABEL………………………………............................. xiv DAFTAR GAMBAR......................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... xvii

  INTISARI.......................................................................................... xix

  

ABSTRACT ........................................................................................ xx

BAB I PENGANTAR.......................................................................

  1 A. Latar Belakang.............................................................................

  1 1. Permasalahan..........................................................................

  4 2. Keaslian penelitian..................................................................

  5 3. Manfaat penelitian..................................................................

  7 B. Tujuan Penelitian..........................................................................

  7 1. Tujuan Umum.........................................................................

  7

  2. Tujuan Khusus........................................................................

  25

  32

  32

  32

  32

  31

  30

  30

  30

  28

  27

  20

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………………………............. A. Kanker dan Kemoterapi pada Kanker........................................... B. Anatomi dan Fisiologi Ginjal Normal………………………….. C. Geriatri……………………………….......................................... D. Perubahan Sistem Ginjal pada Geriatri......................................... E. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)………........................................ F. Modification of Diet in Renal Disease (MDRD)………………... G. Cockcroft-Gault (CG)…………………………………………... H. Hiperurisemia dan Antihiperurisemia pada Kemoterapi………... I. Penyesuaian Dosis pada Geriatri………………………………... J. Landasan Teori………………………………………………….. K. Keterangan Empiris....................................................................... BAB III METODE PENELITIAN..................................................... A. Jenis dan Rancangan Penelitian.................................................... B. Variabel Penelitian……………………………………………… C. Definisi Operasional..................................................................... D. Bahan atau Materi Penelitian........................................................ E. Alat atau Instrumen yang Digunakan............................................ F. Tata Cara Penelitian......................................................................

  20

  19

  16

  15

  15

  12

  9

  9

  8

  2. Pengambilan Data...................................................................

  1. Analisis Situasi........................................................................

  33

  G. Kelemahan Penelitian…………………………………………...

  34

  1. Kesulitan Penelitian…………………………………………

  34 2. Keterbatasan Penelitian……………………………………..

  34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................

  35 A. Profil Pasien Berdasarkan Nilai Laju Filtrasi Glomerulus............

  37 B. Derajat Penurunan Fungsi Ginjal Berdasarkan LFG....................

  38 C. Penyesuaian Dosis Obat Antihiperurisemia Berdasarkan LFG....

  45 D. Obat-obatan yang Menginduksi Hiperurisemia............................

  54 E. Jenis Kanker yang Menginduksi Terjadinya Hiperurisemia pada Pengobatan Kemoterapi................................................................

  57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................

  60 A. Kesimpulan...................................................................................

  60 B. Saran.............................................................................................

  61 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................

  62 LAMPIRAN........................................................................................

  69 BIOGRAFI PENULIS........................................................................

  97

  

DAFTAR TABEL

  18

  52

  51

  42

  38

  25

  24

  17

  Tabel I. Nilai rata-rata LFG Berdasarkan Pertambahan Usia………… Tabel II. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG….

  Tabel IX. Obat-obatan yang Menginduksi Hiperurisemia pada Pengobatan Kemoterapi Geriatri…………………………..

  Tabel VIII. Penyesuaian Regimen Dosis Pemberian Allopurinol sebagai Obat Antihiperurisemia Berdasarkan LFG yang dihitung dengan Formula MDRD…………………………

  Sardjito tahun 2010………………...………………………. Tabel VII. Penyesuaian Regimen Dosis Pemberian Allopurinol sebagai Obat Antihiperurisemia Berdasarkan LFG yang dihitung dengan Formula CG………………………………

  Tabel VI. Persentase Nilai LFG Kasus Peresepan pada Pasien Kemoterapi Geriatri Berdasarkan Formula MDRD dan CG yang Menggunakan Obat Antihiperurisemia di RSUP Dr.

  Tabel V. Profil Pasien Kemoterapi Geriatri di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010 Berdasarkan Umur…...………………………...

  Tabel IV. Regimen Dosis Obat Antihiperurisemia untuk Geriatri menurut McAuley (www.globalrph.com)…………………..

  Tabel III. Regimen Dosis Obat Antihiperurisemia untuk Geriatri menurut Drug Information Handbook…………………….

  54

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Fungsional Nefron.................................................

  13 Gambar 2. Letak Glomerulus Pada Ginjal.............................................

  14 Gambar 3. Metabolisme Purin...............................................................

  21 Gambar 4. Persentase Tahapan Terjadinya Chronic Kidney Disease

  

(CKD) menurut nilai LFG Pasien Kemoterapi Geriatri

  dengan Pengobatan Antihiperurisemia berdasarkan Formula MDRD di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010....................................................................................

  39 Gambar 5. Persentase Tahapan Terjadinya Chronic Kidney Disease

  

(CKD) menurut nilai LFG Pasien Kemoterapi Geriatri

  dengan Pengobatan Antihiperurisemia berdasarkan Formula CG di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010....................................................................................

  41 Gambar 6. Persentase Kasus Peresepan pada Pasien Kemoterapi Geriatri yang memerlukan Penyesuaian Dosis dalam Pengobatan Antihiperurisemia yang Mengalami

  2 Penurunan Nilai LFG <80ml/min/1,73 m apabila

  dihitung dengan Formula CG dan MDRD di RSUP Dr.Sardjito tahun 2010.......................................................

  47 Gambar 7. Kesesuaian Dosis Penggunaan Antihiperurisemia pada

  Formula CG di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010..................

  49 Gambar 8. Kesesuaian Dosis Penggunaan Antihiperurisemia pada Pasien Kemoterapi Geriatri Berdasarkan LFG dengan Formula MDRD di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010...........

  50 Gambar 9. Persentase Diagnosis Utama Pasien Kemoterapi Geriatri di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010.......................................

  58

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia beserta Dosis, Frekuensi, Usia, Jenis Kelamin, Tinggi Badan, Berat Badan, dan Pemeriksaan Serum Kreatinin yang digambarkan sebagai Profil nilai LFG Berdasar Formula

  CG dan MDRD di RSUP DR. Sardjito tahun 2010..............................................................................

  69 Lampiran 2. Uji Persebaran Data dan Uji Mann-Whitney Secara Statistik.........................................................................

  71 Lampiran 3. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia beserta Usia, Jenis Kelamin, Kreatinin Serum dan Kesesuaian Dosisnya berdasar LFG dengan Formula CG di RSUP DR. Sardjito tahun 2010.....................................................

  75 Lampiran 4. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia beserta Usia, Jenis Kelamin, Kreatinin Serum dan Kesesuaian Dosisnya berdasar LFG dengan Formula MDRD di RSUP DR. Sardjito tahun 2010..........................................

  78 Lampiran 5. Data Profil Umur Pasien Geriatri Penggunaan Antihiperurisemia...............................................................

  81 Lampiran 6. Data Derajat Penurunan Fungsi Ginjal Berdasarkan LFG..................................................................................

  81

  Sulfinpirazon sebagai Uric Acid Lowering Treatments ………………………......................................

  82 Lampiran 8. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia Pada Pasien Kemoterapi Geriatri beserta Usia, Jenis Kelamin, Tinggi Badan, Berat Badan, Kadar Kreatinin Serum, Kadar Asam Urat, dan obat-obatan yang menyebabkan penggunaan Antihiperurisemia…………………………...

  83 Lampiran 9. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia beserta Usia, Jenis Kelamin, Tinggi Badan, Berat Badan, Kadar Kreatinin Serum, Dosis, dan Urutan dari Frekuensi Terendah hingga Tertinggi.................................................

  90 Lampiran 10. Kwitansi Pembayaran Biaya Pengambilan Data di RSUP Dr. Sardjito.........................................................................

  92 Lampiran 11. Kwitansi Pembayaran Biaya Penelitian di RSUP Dr.

  Sardjito................................................................................

  92 Lampiran 12. Permohonan Ijin Penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta..........................................................................

  93 Lampiran 13. Surat Ijin Pengambilan Data Rekam Medis di RSUP Dr.

  Sardjito................................................................................

  95 Lampiran 14. Pernyataan Peneliti di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.....

  96

  

INTISARI

  Kemoterapi sitostatika yang bertujuan membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker mempunyai salah satu efek samping yaitu terjadinya hiperurisemia. Penurunan fungsi ginjal pada pasien geriatri dapat dilihat dari nilai LFG. Ketepatan penyesuaian dosis diperlukan agar pengobatan kemoterapi sitostatika dapat mengurangi resiko hiperurisemia dan tidak meningkatkan resiko penurunan fungsi ginjal yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peresepan obat antihiperurisemia pada pasien kemoterapi geriatri berdasarkan LFG yang dihitung dengan formula Modification of Diet in Renal Disease dan Cockcroft-Gault di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010.

  Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Data yang diperoleh melalui rekam medis RSUP Dr. Sardjito tahun 2010 meliputi nomor rekam medis, tanggal periksa, umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, nilai serum kreatinin, serta dosis dan frekuensi penggunaan antihiperurisemia. Pengolahan data dilakukan secara analisis deskriptif.

  Hasil penelitian menggambarkan bahwa kasus peresepan pada pasien kemoterapi geriatri di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010 memiliki persentase nilai LFG terbesar pada tahap III, pada 25 kasus penggunaan antihiperurisemia sebesar 22 kasus mengalami penurunan fungsi ginjal dimana 16 kasus memerlukan penyesuaian dosis antihiperurisemia dengan formula MDRD sedangkan dengan formula CG terdapat 25 kasus dimana 17 kasus memerlukan penyesuaian dosis antihiperurisemia. Hasil ini merekomendasikan perlu adanya perhatian khusus dalam pengobatan antihiperurisemia pada pasien kemoterapi geriatri dengan penurunan fungsi ginjal. Kata kunci : Sitostatika, Geriatri, LFG, MDRD, CG, Antihiperurisemia

  

ABSTRACT

  Cytotoxic drug is used to kill or slow the growth of cancer cells have one of it’s side effect, the occurrence of hyperuricemia. In geriatric patients there are decreasing in kidney function that can be seen from the GFR value. Dose adjustments accuracy is required in order the treatment of cytotoxic drug can reduce the risk of hyperuricemia and does not increase the risk of a significant decreasing in kidney function. This study aims to evaluate antihyperuricemia prescribing in chemotherapy geriatric patients based on GFR which is calculated by the Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) and Cockcroft-Gault (CG) formulas in RSUP Dr. Sardjito in 2010.

  This is an observational descriptive evaluative study with retrospective design. Data is obtained from the medical records department of RSUP Dr. Sardjito in 2010 including medical record number, check up date, age, body weight, height, sex, serum creatinine, as well as dose and frequency of the antihyperuricemia usage. The data was processed by descriptive analysis.

  The result describes that most geriatric in RSUP Dr. Sardjito in 2010 have GFR value on stage III, from total 25 antihyperuricemia usage cases, according to MDRD formula there are 22 cases decreasing in kidney function where 16 of them require dose adjustment of antihyperuricemia drugs whereas according to CG formula all cases decreasing in kidney function where 17 of them require dose adjustment of antihyperuricemia drugs. This result recommends the requirement of intensive attention in the treatment of antihyperuricemia drugs in chemotherapy geriatric patients with decreased kidney function.

  Key words : Cytotoxic, Geriatric, GFR, MDRD, CG, Antihyperuricemia

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan epidemiologi yang

  ditandai dengan beralihnya penyebab kematian utama yang semula adalah penyakit menular bergeser ke penyakit yang tidak menular (non communicable

  

disease ) termasuk di antaranya adalah kanker. Di negara maju yang telah berhasil

  membasmi penyakit infeksi, penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler (Katzung, 2004).

  Kanker merupakan penyakit sel yang ditandai dengan adanya pergeseran mekanisme kontrol yang menentukan proliferasi dan diferensiasi sel (Katzung, 2004). Menurut penelitian yang dilakukan pada dasawarsa terakhir ini, kanker disebabkan oleh terganggunya siklus sel akibat mutasi dari gen-gen yang mengatur pertumbuhan (Tjay dan Raharja, 2010).

  Berbagai penanganan kanker, antara lain pembedahan, penyinaran, kemoterapi, hormon terapi, imunoterapi, dan hipertermi dilakukan untuk mencapai penyembuhan apabila dilakukan sedini mungkin dan bila belum terjadi metastasis. Salah satu penanganan kanker yang dapat menyembuhkan sejumlah kecil jenis kanker adalah kemoterapi dengan sitostatika. Kemoterapi sitostatika merupakan proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimia yang bertujuan membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker (Ugroseno,

  2006). Pengobatan kanker saat ini hanya memberikan terapi paliatif, yakni meringankan gejala tanpa menyembuhkan penyakit (Tjay dan Raharja, 2010).

  Hal memberatkan terhadap semua sitostatika adalah sifatnya yang toksis dan efek sampingnya yang hebat (Tjay dan Rahardja, 2010). Efek samping yang hampir selalu dijumpai adalah gejala gastrointestinal dan supresi sumsum tulang (leukopenia, trombositopenia, dan anemia). Efek samping yang muncul pada jangka panjang antara lain toksisitas pada hepar dan ginjal. Untuk menghindari efek samping intolerable, sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat (Herdata, 2008).

  Efek samping lain akibat penggunaan sitostatika adalah hiperurisemia (Goodman dan Gilman, 2008). Hiperurisemia merupakan keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat serum di atas normal. Pada manusia, asam urat merupakan produk akhir degradasi purin (Sukandar, Andrajati, Sigit, Adnyana, Setiadi, dan Kusnandar, 2008). Pada pengobatan sitostatika, hiperurisemia terjadi karena pembentukan urat yang berlebihan setelah perombakan masal protein inti (Tjay dan Raharja, 2010). Untuk mengatasi keadaan tersebut dibutuhkan agen antihiperurisemia. Allopurinol, sebagai salah satu obat suportif pada terapi sitostatika merupakan penghambat xantin-oksidase yang kuat yang mempengaruhi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat (Goodman dan Gilman, 2008).

  Sebuah penelitian di Amerika menyebutkan bahwa pengobatan sitostatika- hiperurisemia dapat menyebabkan peningkatan risiko penurunan fungsi ginjal karena adanya penggunaan allopurinol yang mengakibatkan terakumulasinya xantin yang akhirnya dapat mengkristal dan mengendap di tubulus ginjal (Bosly et

  al ., 2003).

  Kreatinin serum merupakan salah satu parameter fungsi ginjal. Akan tetapi, nilai kreatinin serum tidak dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit ginjal pada tahap ringan hingga moderat (Johnson, 2005). Nilai kreatinin serum juga tidak sensitif apabila diterapkan pada pasien geriatri. Hal ini karena produksi kreatinin serum tergantung dari massa otot total, sedangkan pada geriatri telah terjadi penurunan massa otot. Oleh karena itu pada pasien geriatri terdapat kemungkinan tidak terdeteksinya penurunan fungsi ginjal. Pada pasien geriatri juga mengalami penurunan massa nefron disertai timbulnya sklerosis (Roderick, 2007).

  Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) merupakan parameter terbaik yang digunakan untuk mengukur fungsi ginjal dan mengetahui seberapa parah penurunan fungsi ginjal (Dipiro et al., 2008). Metode Modification of Diet in

  

Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft-Gault (CG) merupakan formula yang

  paling banyak digunakan dalam memperkirakan fungsi ginjal dalam estimasi nilai LFG, yang dipengaruhi oleh usia dan indeks massa tubuh (BMI) (Verhave, 2005).

  Diketahui adanya perbedaan hasil antara formula MDRD dan CG ketika diterapkan pada geriatri sehingga diperlukan evaluasi formula MDRD dan CG untuk memperkirakan fungsi ginjal geriatri (Pedone, Corsonello & Incalzi, 2006).

  Pasien kemoterapi geriatri perlu diberikan pengobatan yang tepat dapat mengurangi hiperurisemia dan tidak meningkatkan risiko penurunan fungsi ginjal yang signifikan. Dalam hal ini hendaknya farmasis bertanggung jawab membantu pasien geriatri dalam menyesuaikan dosis obat yang dikonsumsi terkait dengan kondisi ginjalnya yang telah mengalami penurunan LFG.

  Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul “Analisis Laju Filtrasi Glomerulus pada Pengobatan Kemoterapi dan Penatalaksanaan Kasus Kelainan Hematologi serta Penggunaan Antiemetika Pasien Kanker RSUP Dr. Sardjito Tahun 2010”. Adapun pemilihan RSUP Dr.

  Sardjito karena rumah sakit ini mempunyai Unit Tulip yang merupakan unit terpadu untuk pelayanan pasien kanker (Menkes, 2011). Besar harapan penulis agar penelitian ini dapat memberikan gambaran secara jelas dan menyeluruh mengenai apakah terjadi ketidaksesuaian pengobatan antihiperurisemia pada pasien kemoterapi geriatri dengan kondisi telah mengalami penurunan LFG, karena ketidaksesuaian pengobatan ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal sampai gagal ginjal akut.

1. Permasalahan

  a. Bagaimana profil nilai LFG penggunaan antihiperurisemia pada pengobatan kemoterapi geriatri di RSUP Dr. Sardjito menggunakan formula MDRD dan CG pada tahun 2010?

  b. Berapa persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG serta memerlukan penyesuaian dosis dalam penggunaan obat antihiperurisemia dalam kemoterapi kanker berdasarkan formula c. Bagaimana penyesuaian dosis obat antihiperurisemia yang dilakukan dalam pengobatan kemoterapi kanker geriatri yang mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD dan CG di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2010?

2. Keaslian penelitian

  Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penggunaan antihiperurisemia pada pengobatan kemoterapi terhadap penurunan laju filtrasi glomerulus yang pernah dilakukan, antara lain:

  a. Rascaburicase (Recombinant Urate Oxidase) for The Management of

  Hyperuricemia In Patients With Cancer , dengan hasil penggunaan rascaburicase pada sampel pasien anak dan dewasa terbukti menurunkan

  tingkat asam urat dan dapat mencegah tumor lysis syndrome selama tingkat asam urat pada kemoterapi berkurang (Bosly et al., 2003).

  b. Influence of co-morbidity on renal function assessment by Cockcroft-Gault

  calculation in lung cancer and mesothelioma patients receiving platinum- based chemotherapy, dengan hasil Creatinine clearance (CrCl) yang

  dihitung dengan metode Cockcroft-Gault (CG) adalah akurat pada pasien kanker paru (Hubner, 2011).

  c. Accuracy of GFR estimation by the Cockcroft and Gault, MDRD, and

  Wright equations in Oncology patients with renal impairment, meneliti 62

  pasien kanker yang memiliki LFG ≤ 60 ml/menit di sebuah pusat kanker regional. 29 pasien diobati platinum monodentat, penggunaan formula yang penting untuk panduan kemoterapi. Menyatakan bahwa formula

  MDRD merupakan formula yang paling akurat pada pasien kanker dengan

  gagal ginjal, terutama dalam perawatan menggunakan platinum monodentat (Clive, Faluyi, Hayward & Masinghe, 2011).

  d. Drug Dosing and Renal Toxicity in the Elderly Patient, menyatakan bahwa penggunaan metode Cockcroft-Gault adalah pendekatan yang paling aman dan paling efektif untuk penyesuaian dosis pada pasien geriatri dengan gangguan ginjal (Olyaei dan Bennett, 2009).

  e. Gout and Hyperuricemia, dengan hasil beberapa penurunan fungsi ginjal sekunder terhadap hiperurisemia terjadi pada sekitar 10% dari individu dengan leukemia dan limfoma yang telah menjalani kemoterapi intensif dan radiasi dan Intravena Rascaburicase yang merupakan recombinant

  urate oxidase dapat digunakan untuk mencegah hiperurisemia selama sindrom lisis tumor (Larocque, 2009).

  f. Use of Allopurinol in Preventing Hyperuricemia in Leukemia and

  Lymphoma , dengan hasil Allopurinol merupakan agen yang efektif dan

  berguna untuk menurunkan bahaya asam urat nefropati pada pasien dengan leukemia dan limfoma pada sel yang mengalami lisis secara cepat (Krakoff, 2006).

  g. Analisa Drug Related Problems Pada Pasien Hiperurisemia di Bangsal

  Rawat Inap dan Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang, dengan hasil adanya DRP kategori ketidakpatuhan pasien, efek adanya DRP kategori obat tanpa indikasi, kelebihan dosis obat, efek samping, dan interaksi obat pada bangsal rawat inap penyakit dalam (Anjelin, Arifin, Raveinal, Darwin, 2011).

  Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, penelitian mengenai “Penggunaan Antihiperurisemia Pada Pengobatan Kemoterapi Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus Menggunakan Formula Modification of

  Diet in Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft-Gault (CG)” belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

  Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai analisis laju filtrasi glomerulus penggunaan antihiperurisemia pada pengobatan kemoterapi geriatri menggunakan formula MDRD dan CG dalam pengambilan keputusan oleh farmasis dan tenaga kesehatan lain dalam mempraktikkan pelayanan kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya pengobatan antihiperurisemia yang tidak sesuai.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

  Mengetahui laju filtrasi glomerulus penggunaan antihiperurisemia pada pengobatan kemoterapi geriatri di RSUP Dr. Sardjito menggunakan formula MDRD dan CG pada tahun 2010.

2. Tujuan khusus

  a. Mengetahui profil nilai LFG penggunaan antihiperurisemia pada pengobatan kemoterapi geriatri di RSUP Dr. Sardjito menggunakan formula MDRD dan CG pada tahun 2010.

  b. Mengetahui persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG serta memerlukan penyesuaian dosis dalam penggunaan obat antihiperurisemia dalam kemoterapi kanker berdasarkan formula MDRD dan CG di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2010.

  c. Mengetahui penyesuaian dosis obat antihiperurisemia yang dilakukan dalam pengobatan kemoterapi kanker geriatri yang mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD dan CG di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2010.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Kanker dan Kemoterapi pada Kanker Kanker merupakan suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau

  kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organisme multiseluler (Ganiswarna, 2003).

  Kemoterapi kanker merupakan terapi kanker dengan obat sitostatika. Sitostatika adalah zat yang dapat memperlambat atau menghentikan pembelahan sel ganas (Tjay dan Rahardja, 2010).

  Terapi dengan obat sitostatika berdasarkan pada eliminasi sel-sel tumor dengan sesedikit mungkin efek yang merugikan tehadap jaringan normal. Sel kanker tumbuh potensial lebih cepat daripada jaringan normal. Karena itu zat- zat penghambat pertumbuhan dapat memperlambat progresi proses penyakit, tetapi untuk penyembuhan sesungguhnya diperlukan sel tumor yang paling akhir harus juga terbunuh ( Smets, Pinedo, dan Van de Velde, 1999).

  Terapi sitostatika hanya dapat dikatakan berhasil baik apabila dosis yang digunakan dapat mematikan sel tumor yang ganas dan tidak terlalu mengganggu sel normal yang berproliferasi. Pengawasan yang ketat diperlukan sebelum, selama, dan setelah pengobatan dengan sitostatika untuk melihat efek samping dari dosis terapi yang diberikan kepada pasien (Ganiswarna, 2003).

  Sitostatika menurut asal dan mekanisme kerjanya dibagi beberapa

  1. Anti Metabolit, yang termasuk golongan ini adalah sitosin-arabinosid, 5- fluorourasil, 6-merkaptopurin, dan metotrexat. Golongan ini berhubungan erat dengan unsur bangun asam nukleat sehingga dapat ikut serta dalam sistem transport dan proses metabolit sampai strukturnya berbeda memblokade proses selanjutnya.

  2. Zat Pengalkil, meliputi sejumlah derivat nitrogen mustard seperti melfalan, klorambusil dan cyclophoshamid. Mereka mempunyai satu atau dua alkil yang reaktif yang merubah ekspresi nukleotida DNA. Cross-link yang terjadi menyebabkan RNA polimerase tidak dapat memotong rantai double helix DNA.

  3. Antibiotik, golongan anti tumor antibiotik umumnya obat yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme, yang umumnya bersifat sel non spesifik, terutama berguna untuk tumor yang tumbuh lambat. Mekanisme kerja terutama dengan jalan menghambat sintesa DNA dan RNA. Yang termasuk golongan ini antara lain aktinomisin-d, mitomisin, doksorubisin, mithramisin, daunorubisin, epirubisin, bleomisin, mitosantron, dan idarubisin.

  4. Mitotic Spindle Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga menyebabkan disolusi struktur mitotic spindle pada fase mitosis, antara lain paklitaksel, dosetaksel, vinblastin, vinorelin, vinkristin, dan vindesin.

  5. Topoisomerase Inhibitor Obat ini mengganggu fungsi koenzim topoisomerase sehingga menghambat proses transkripsi dan replikasi, diantaranya irinotekan, topotekan, dan etoposit.

  6. Cytoprotective agents Macam-macamnya antara lain amifostin dan dekrazosan.

  7. Lain-lain, seperti L-asparaginase, okreotide, estramustine, anagrelide, lavamisol, hexamethylmelamine, dan suramin.

  (Tjay dan Raharja, 2010). Obat-obatan dalam kemoterapi diberikan selama beberapa hari dan diseling dengan istirahat beberapa minggu untuk memberikan kesempatan bagi jaringan normal untuk tumbuh kembali. Demikian ada satu jarak waktu di antara siklus kemoterapi untuk restorasi jaringan normal (Tjay dan Raharja, 2010).

  Kombinasi dari tiga atau lebih sitostatika sering digunakan, pada umumnya obat dengan mekanisme dan titik kerja pada siklus pertumbuhan sel tumor yang berlainan. Hal ini menyebabkan daya kerja kombinasi sitostatika saling dipotensiasi dan terjadinya resistensi dihindari atau diperlambat. Begitu pula dosis masing-masing dapat dikurangi dan efek toksis total dapat diminimalisir (Tjay dan Raharja, 2010).

  Indikasi pemberian kemoterapi adalah untuk :

  a. Menyembuhkan kanker, hanya beberapa jenis kanker yang dapat disembuhkan dengan kemoterapi : limfoblastik leukemia, Burkit limfoma, dan Wilm tumor b. Memperpanjang hidup dan remisi, ditujukan pada kanker yang kemosensitif walaupun penyakit berjalan progresif.

  c. Memperpanjang interval bebas kanker, walaupun kanker tampak masih lokal setelah operasi atau radioterapi.

  d. Menghentikan progresifitas kanker, yang ditunjukkan secara subyektif maupun obyektif, tumor dapat diterapi sitostatika asalkan kemungkinan berhasilnya 25% atau lebih.

  e. Mengecilkan volume tumor, baik prabedah maupun pra-radioterapi

  f. Terapi paliatif, ditujukan pada kanker stadium lanjut atau kanker yamg lokasinya pada tempat-tempat yang tidak cocok untuk radiasi, misalnya : instalasi sitostatika, intrapleural, injeksi intramural.

  g. Menghilangkan gejala paraneoplasma (Sukardja, 2000).

B. Anatomi dan Fisiologi Ginjal Normal

  Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang sedikit lebih bawah dari tulang rusuk bagian belakang dengan panjang sekitar 7 cm dan tebal sekitar 3 cm yang terbungkus dalam kapsul terbuka ke bawah. Daerah antara ginjal dan kapsul terdapat lemak yang berfungsi membantu melindungi ginjal dari goncangan (Wibowo, 2005).

  Ginjal memiliki satuan unit fungsional yaitu nefron, kurang lebih terdapat 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal. Setiap nefron terdiri dari berkas kapiler (glomerulus a us atau badan Malpighi), tubulus proksimal, tubul tubulus distal, dan tubulus kolektivus (W (Wibowo, 2005).

  Gambar 1. Struktur Fungsional Nefron (Dipi ipiro, et al., 2008). Fungsi ginjal se al secara normal antara lain adalah sebagai berikut berikut :

  a. Menyaring dan m membuang sampah metabolisme dari darah rah (seperti urea, kreatinin, dan asam sam urat) serta zat kimia asing, b. Menjaga keseimba bangan kimia dalam tubuh (homeostasis), ter termasuk menjaga

  • 3+

  keseimbangan pH pH (kadar asam) dan garam, ion (Na , K , Cl , H , HCO , kalsium, magnesium, fosfat osfat, dan lain-lain) c. Memproduksi da dan memodifikasi hormon, seperti : erythr thropoietin untuk sintesis darah, vita vitamin D untuk pengaturan kalsium, angiotensi ensin, vasopressin, dan renin untuk pe pengaturan tekanan darah (Rodgers, 2009).

1. Glomerulus

  Pori membran glomerulus akan menghalangi masuknya partikel dengan ukuran lebih dari 7 nanometer contohnya protein plasma (Setiadi, 2007).

  b) Laju filtrasi glomerulus (LFG) Laju filtrasi glomerulus merupakan jumlah filtrat yang terbentuk setiap menit dalam semua nefron pada kedua ginjal. Tekanan dalam kapiler glomerulus akan menyebabkan filtrasi cairan melalui membran kapiler ke dalam kapsul bowman (Setiadi, 2007).

  Gambar 2. Letak Glomerulus pada Ginjal (Rodgers, 2009).

2. Tubulus

  Dalam tubulus terjadi reabsorbsi dan sekresi secara selektif oleh epitel tubulus, kemudian cairan yang dihasilkan akan memasuki pelvis ginjal dan dieskresikan sebagai urin. Mekanisme dasar absorbsi dan sekresi dalam tubulus adalah transport aktif melalui dinding tubulus dan transport pasif (Setiadi, 2007).

C. Geriatri

  Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia meliputi tiga tingkatan (menurut WHO), yaitu :

  a) Lansia (elderly) dengan kisaran umur 60-75 tahun,

  b) Tua (old) dengan kisaran umur 75-90 tahun,

  c) Sangat tua (very old) dengan kisaran umur > dari 90 tahun (Walker and Edward, 2003).

  Pasien geriatri (elderly) merupakan pasien dengan karakteristik khusus karena terjadinya penurunan massa dan fungsi sel, jaringan, serta organ. Hal ini menimbulkan perlu adanya perubahan gaya hidup, perbaikan kesehatan, serta pemantauan pengobatan baik dari segi dosis maupun efek samping yang mungkin ditimbulkan (David, 2010).

  Kimble, et al. (2008) menyatakan bahwa geriatri juga telah mengalami perubahan dalam hal farmakokinetik dan farmakodinamik obat. Perubahan farmakokinetik yang terjadi karena adanya penurunan kemampuan absorbsi yang disebabkan oleh perubahan dari saluran gastrointestinal, perubahan distribusi terkait dengan penurunan cardiac output dan ikatan protein-obat, perubahan metabolisme karena penurunan fungsi hati dan atau ginjal, serta penurunan laju ekskresi karena terjadinya penurunan fungsi ginjal.

D. Perubahan Sistem Ginjal pada Geriatri

  Seiring dengan pertambahan usia akan terjadi pengurangan ukuran, massa,

  50 tahun ke atas akan mengalami penurunan jumlah nefron secara progresif sampai 1.000.000 serta hampir 35% nefron ginjal akan mengalami sklerosis (Olyaei and Bennett, 2009). Kondisi ginjal pada geriatri juga akan diperparah dengan penyakit yang umumnya diderita oleh para geriatri, antara lain hipertensi, diabetes, dan atau hiperlipidemia (Rockwood, 2010).

  Pada studi kasus dari McLean dan Le Couteur tentang panjang, luas, dan kemampuan untuk berkembang dari ginjal, mereka menemukan bahwa panjang ginjal berkurang 0,5 cm per dekade setelah mencapai usia 50 tahun. Dengan bertambahnya usia, banyak jaringan yang hilang dari korteks ginjal, glomerulus, dan tubulus. Jumlah total glomerulus berkurang 30%-40% pada usia 80 tahun, dan permukaan glomerulus berkurang secara progresif setelah 40 tahun dan yang terpenting adalah terjadi penambahan jumlah jaringan sklerotik. Meskipun kurang dari 1% glomerulus sklerotik pada usia muda, persentase ini akan meningkat 10- 30% pada usia 80 tahun (McLean dan Couteur, 2004).

  Pasien berusia 60 tahun ke atas akan mengalami penyempitan pembuluh darah yang menyuplai darah ke organ ginjal. Umumnya penyempitan yang terjadi akan terlambat deteksinya. Kadangkala beberapa pembuluh darah akan tersumbat sehingga menimbulnya terjadinya hipertensi, penyakit ginjal progresif, ataupun keduanya (Cohen, 2005).

E. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)

  Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah jumlah darah yang terfiltrasi melalui dalam pengukuran fungsi ginjal pada orang sehat maupun sakit. Nilai LFG tergantung dari jenis kelamin, umur, dan luas permukaan tubuh. Nilai LFG pada

  2

  individu dewasa mendekati 120-130 mL/min/1,73 m dan akan menurun seiring dengan meningkatnya usia. Penurunan LFG merupakan tanda awal dari gagal ginjal, oleh karena itu nilai LFG digunakan untuk mendiagnosa dan menentukan kriteria dari penyakit ginjal kronis (Patel, 2009).

  Tabel I. Nilai rata-rata LFG Berdasarkan Pertambahan Usia

  

Umur Rata-rata perkiraan nilai LFG

  2 (tahun) (ml/min/1,73m ) 20-29 116 30-39 107 40-49

  99

  50-59

  93

  60-69

  85

  70+

  75 (National Kidney Foundation, 2010). Menurut National Kidney Foundation, nilai LFG pada individu normal

  2

  yaitu 90-120 ml/min/1,73m dan akan menurun seiring dengan peningkatan usia (Patel, 2009).

  Regulasi aliran darah dan kecepatan filtrasi glomerulus secara umum diatur melalui resistensi vaskular dan secara khusus dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor autoregulasi (respon miogenik dan tubulo-glomerular

  

feedback ), faktor neural yang terkait dengan aktivitas saraf simpatis, dan faktor

  hormonal. Sistem renin angiotensin, prostaglandin, dan kinin merupakan hormon

  Tabel II. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG

  Tahap LFG dengan luas permukaan tubuh 1,73m

2 Deskripsi Manajemen

  I 90+ Fungsi renal normal (tetapi urinalisis dan struktur abnormal atau faktor genetik mengindikasikan penyakit ginjal)

  Observasi dan mengkontrol tekanan darah

  II 60-89 Fungsi renal sedikit menurun (CKD tahap II tidak dapat didiagnosa dari LFG saja tapi juga membutuhkan urinalisis dan struktur abnormal atau faktor genetik mengindikasikan penyakit ginjal)

  Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular

  IIIa 45-59 Fungsi renal menurun dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal lainnya

  Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular

  IIIb 30-44 Fungsi renal menurun dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal lainnya

  Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular

  IV 15-29 Penurunan fungsi renal yang berat Memikirkan rencana untuk mengatasi gagal ginjal tahap akhir

  V <15 Gagal ginjal tahap akhir Transplantasi atau dialysis (Knott, 2010). Klirens tubuh total merupakan parameter untuk menetapkan dosis obat yang tepat. Klirens kreatinin paling banyak digunakan sebagai pengukur LFG.

  Poduksi kreatinin bervariasi menurut umur, berat badan, dan jenis kelamin. Ada beberapa metode untuk memperkirakan aturan dosis yang tepat untuk seorang penderita dengan kerusakan ginjal (Shargel, 2005).

  Metode Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft-

  

Gault (CG) merupakan formula yang paling banyak di gunakan dalam

memperkirakan fungsi ginjal dalam estimasi nilai LFG (Verhave, 2005).

Dokumen yang terkait

Penggunaan antibiotik sitostatika pada pengobatan kemoterapi anak berdasarkan laju filtrasi glomerulus menggunakan formula schwartz dan counahan-barratt di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010.

0 0 10

Penggunaan obat sitostatika non antibiotik pada pengobatan kemoterapi anak berdasarkan laju filtrasi glomerulus menggunakan formula schwartz dan counahan-barratt di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010.

0 0 10

Analisis pengobatan antiinflamasi non steroid pada geriatri berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) dengan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009 - USD Repository

0 0 97

Analisis pengobatan antibiotik pada geriatri berdasarkan laju filtrasi glomerulus dengan formula Modification of Diet in Renal Disease di rumah sakit Kabupaten Bantul periode 2009 - USD Repository

0 0 110

Analisis pengobatan antibiotik pada geriatri berdasarkan laju filtrasi glomerulus dengan formula Modification of Diet in Renal Disease di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009 - USD Repository

0 0 122

Analisis pengobatan anti inflamasi non steroid pada geriatri berdasarkan laju filtrasi glomerulus dengan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) di rumah sakit Kabupaten Bantul periode 2009 - USD Repository

0 0 118

Analisis pengobatan anti inflamasi non steroid pada geriatri berdasarkan laju filtrasi glomerulus dengan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) di rumah sakit se-Kabupaten Sleman periode 2009 - USD Repository

0 0 113

Analisis pengobatan antihipertensi pada geriatri berdasarkan laju filtrasi glomerulus dengan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) di rumah sakit Kabupaten Bantul periode 2009 - USD Repository

0 1 120

Penggunaan antibiotik sitostatika pada pengobatan kemoterapi geriatri berdasarkan laju filtrasi glomerulus menggunakan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft-Gault (CG) di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010 - USD Repository

0 0 113

Penggunaan obat sitostatika non antibiotik pada pengobatan kemoterapi anak berdasarkan laju filtrasi glomerulus menggunakan formula schwartz dan counahan-barratt di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 - USD Repository

0 0 8